Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK ) DI RUANG


HEMODIALISA RSUD GENTENG BANYUWANGI
TAHUN 2022

Disusun Oleh :

Dela Nastasia Yunita


2022.04.038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : DELA NASTASIA YUNITA


NIM : 202204038
PRODI : Profesi Ners
Laporan Pendahuluan dengan Judul “CKD (Chronic Kidney Disease)’’ di Ruang
Hemodialisis RSUD Genteng tahun 2022” telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal : 2022
Berdasarkan hasil bimbingan dari pembimbing institusi dan pembimbing klinik sejak
tanggal

Banyuwangi, 2022

MAHASISWA

DELA NASTASIA YUNITA


NIM 202202038

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

Ns. Supriyanto, S.Kep Ns. Annisa Nur Nazmi, M.Kep


NIK. 06.094.0815

LAPORAN PENDAHULUAN
GGK

A. KONSEP TEORI
1. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi
Gbr. Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri
karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas.
Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan
oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari trauma langsung, disebelah
posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan
anteriordilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukurannormal
biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena duapertiga atas
permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katubbawah ginjal kanan yang
berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagaikapsula renis.
Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomendan isinya oleh lapisan
peritoneum. Disebelah posterior organ tersebutdilindungi oleh dinding toraks bawah.
Darah dialirkan kedalam setiapginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui venarenalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalismembawa darah kembali kedalam vena kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm(4,7-5,1 inci)
lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) danberatnya sekitar 150 gram.
Permukaan anterior dan posterior katub atasdan bawah serta tepi lateral ginjal
berbentuk cembung sedangkan tepilateral ginjal berbentk cekung karena adanya
hilus.

Gbr. Anatomi Nefron


Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak
nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar satu juta pada
setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowmen yang mengintari rumbai kapiler glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang
mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Kapsula bowman merupakan suatu
invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat ruang yang mengandung urine antara
rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini dikenal
dengan nama ruang bowmen atau ruang kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-
sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari
kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula
dan juga melapisi bagian luar dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-
tonjolan atau kakikaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan
membrana basalis pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat daerah-daerah yang
bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah-daerah yang terdapat diantara pedosit
biasanya disebut celah pori-pori.
2) Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price dan Wilson (2007), ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu
ekskresi dan fungsi non-ekskresi.
a) Fungsi ekskresi diantaranya adalah:
1. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO3
4. Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
b. Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah:
a) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
b) Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang.
3) Pembentukan urine
a. Filtrasi (penyaringan): kapsula bowman dari badan malpighi menyaring darah
dalam glomerus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul besar
(protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di
dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak
berguna bagi tubuh, misal glukosa, asam amino dan garam-garam.
b. Reabsorbsi (penyerapan kembali): dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam
urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus
(urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
c. Ekskesi (pengeluaran): dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang
sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan
disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
2. Definisi
Menurut Mansjoeri, 2009 gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversibel sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat.
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan eloktrolit, menyebabkan uremia (retensi urin
dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddart, 2010).
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi
ginjal yang bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada
keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan
tubuh dalam keadaan asupan diet normal (Rindi Astuti, 2007).
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 2009).
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2008)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2008).
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan parenkim ginjal difus dan bilateral
1. Infeksi, misalnya pielonofritis kronik
2. Penyakit vaskuler hipertensi, misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis.
3. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodusa, sklerosis sistemik progresif.
4. Penyakit metabolik seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
5. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
6. Nefropati obstruktif
a. Saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Saluran kemih bagian bawah: hipertrofi prostale, striktur uretra anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra.
4. Klasifikasi
Chronic kidney disease pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan chronic
renal failure, namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk
membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, karena dengan CKD di bagi 5 grade,
dengan harapan klien pada kasus secara dini, karena dengan CKD di bagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/merasa masih dalam stage-stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep
CKD, untuk menentukan derajat menggunakan terminalogi CCT (clearance creatinin test)
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF (chronic renal failure) hanya 3
stage. Secara umum di tentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF:
1. Gagal ginjal kronik/chronic renal failure dibagi 3 stadium
1) Stadium 1: penurunan cadangan ginjal
a. Kreatinin serum dan kadar BUN normal
b. Asimtomatik
c. Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2) Stadium II: insufiensi ginjal
a. Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
b. Kadar kreatinin serum meningkat
c. Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a. Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b. Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c. Berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
a. Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
b. Ginjal sudah tidak dapat menjaga hemeostatis cairan dan elektrolit
c. Air kemih isoosmotis dengan plasma dengan bunyi jantung 1,010
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika
tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai
laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m².
Batasan penyakit ginjal kronik :
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
a. Kelainan patologik
b. Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan
pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal
Klasifikasi CKD (Chronic Kidney Disease) berdasarkan laju filtrasi glomerulus (GFR/
Glomerulus Filtration Rate):
GFR
Stadium Deskripsi
ml/mnt/1,73m2
1 ≥ 90 Kerusakan ginjal dengan GFR normal/meningkat
2 60-89 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan
3 30-59 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang

4 15-29 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat


5 < 15atau dialisis Gagal ginjal

GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:

5. Manifestasi Klinis
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusiperikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguanirama jantung dan edema.
2. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,suara krekels, gagal
nafas.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan denganmetabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada salurangastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bauammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutamaditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot –otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuninganakibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipisdan rapuh.
6. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguanmenstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguanmetabolic lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangannatrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasanauremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dantrombositopeni.
(Smeltzer dan Bare, 2010)

6. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerus dan
tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron – nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron – nefron rusak beban bahan yang harus di
larut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguriatimbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala – gejala khas
kegagalan ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80 – 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun produk sampah akan semakin berat.
7. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupunkolaborasi antara
lain :
1. Pemeriksaan laboratorium darah
- Hematologi
- Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
Ureumdan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- Koagulasi studi
- PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- Urineruti
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
5. Identifikasi perjalanan penyakit
- Progresifitas penurunan fungsi ginjal
- Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
- Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya:
infrak miokard
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidakbersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukanmelalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah makadilakukan :
a. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Terapi konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic Renal
Disease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif:
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi
b. Meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Terapi non farmakologi
a. Diet tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
c. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
d. Kontrol berat badan
e. Kontrol antara intak dan output cairan
f. Lakukan mobilisasi ringan setiap hari secara rutin.
g. Berikan kompres hangat jika terjadi oedem ekstermitas
9. Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produksi sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfusio system renin-angiotensin-
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin gastrointestinal, penurunan usia sela darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin DNA kehilangan darah selama
hemodialisa.
5. Penyakit tulang beserta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolik
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hipeuremia
10. Prognosis
Prognosis dengan pasien penyakit ginjal kronis di jaga sebagai data epidemologi
telah menunjukkan bahwa menyebabkan semua kematian. Meningkatkan sebagai
penurunan fungsi ginjal. Penyebab penurunan fungsi ginjal utama adalah penyakit
jantung, terlepas dari apakah ada perkembangan ke tahap 5.
Sementara terapi pengganti ginjal dapat mempertahankan pasien tanpa batas
waktu dan memperpanjang kehidupan, kualitas hidup adalah sangat terpengaruh ginjal
transplantasi meningkatkan kelangsungan hidup pasien stadium 5 CKD signifikan bila
dibandingkan dengan terapi pilihan. Namun, hal ini terkait dengan mortalitas jangka
pendek meningkat, transplantasi samping, intensitas tinggi rumah hemodialisa muncul
terkait dengan kelangsungan hidup baik dan yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan
tiga kali seminggu konvensi, anal hemodialisa dialisis peritoneal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL KRONIK

1. Pengkajian
Menurut (Andra Saferi, 2013 dalam Monika Rumyati, 2019), pengkajian pada
pasien gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah :
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan sumber biaya. Serta cantumkan biodata penanguung
jawab seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, suku bangsa, dan alamat lengkap.
b. Anamnesis
Pengkajian antara lain keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan
riwayat penyakit dahulu.
c. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan gagal ginjal kronik mngalami rasa nyeri pada
bagian pinggang, BAK dalam jumlah sedikit, perut membesar, mual dan
muntah, tidak nafsu makan, dan gatal pada kulit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, Hipertensi, GGA yang tak
teratasi, obstruksi/infeksi, urinarius, penyalahgunaan analgetik.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam keluarga.
f. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Aktivitas/istirahat : Kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise.
- Sirkulasi : Riwayat hipertensi, nyeri dada.
- Integritas ego : Faktor stress, contoh finansial, hubungan, perasaan
tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan.
- Eliminasi : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anusia, abdomen
kembung, diare/konstipasi.
- Makanan/cairan : BB meningkat (edema), BB menurun
(Malnutrisi). Anoreksia (tidak nafsu makan) penggunaan diuretic.
- Neurosensori : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
(neuropati perifer).
- Nyeri/kenyamanan : Nyeri pinggul, sakit kepala, kram otot/nyeri
kaki (memburuk pada malam hari)
- Pernafasan : Nafas pendek, dispneu, batuk dengan atau tanpa
sputum kental dan banyak.
- Keamanan : Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi.
- Sexualitias : Penurunan libido, amenore
g. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum dan TTV
Kondisi gagal ginjal kronik biasanya lemah (fatigue), tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan
TTV sering didapatkan RR meningkat (Takipnea),
hipertensi/hipotensi sesuai kondisi fluktuatif
(Prabowo&Pranata,2014 dalam Monik Rumyati, 2019)
- B1 (Breathing)
Pada pasien gagal ginjal kronik atau CKD biasanya mendapatkan
bau nafas sering kali dikaitkan dengan rasa logam dalam mulut,
dapat terjadi edema dalam paru, pleuritic, pernafasan kusmaul
(Pricilla LeMone, dkk, 2017 dalam Monik Rumyati, 2019).
- B2 (Blood)
Penyakit yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik
salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas
rata-rata akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini akan
memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan beban
jantung (Prabowo&Pranata, 2012 dalam Monik Rumyati, 2019).
a. Hipertensi sedang ditandai dengan TD = 165/105 mmHg
b. Takikardia ditandai dengan N = 110x/menit, irregular
(Aritmia)
c. Konjungtiva anemis
d. Akral hangat, basah, dan pucat
e. CRT = >2 detik
- B3 (Brain)
Pengkajian yang dapat dilihat dari aspek ini adalah kesadaran.
Pada pasien gagal ginjal kronik yang didapatkan kesadaran
composmentis dengan GCS E:4 V:5 M:6.
- B4 (Bladder)
Adanya gangguan atau kegagalan fungsi ginjal secara kompleks
(filtrasi, sekresi, reabsorbsi, dan eksresi) maka manifestasi yang
paling menonjol adalah penurunan urine output <400 ml/hari,
bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output)
(Prabowo&Pranata, 2014).
a. Urine berwarna merah dan nyeri
b. Berkemih spontan tanpa alat bantu
c. Produksi urine 300 cc/hari, Intek Oral = 2000 ml/hari
- B5 (Bowel)
BB badan mengalami penurunan, anoreksia, mual dan muntah
adalah gejala awal uremia, cegukan biasa dialami, nyeri perut,
faktor uremik, bau napas seperti urine, seringkali dapat
menyebabkan anoreksia (Pricilla LeMone, dkk, 2017 dalam Monik
Rumyati, 2019).
- B6 (Bone)
Seringkali terjadi nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, pasien
beresiko mengalami fraktur spontan. Gangguan pada kulit yaitu
pucat, warna kulit uremik (kuning hujau), kulit kering, turgor
buruk, preuritis, edema (Pricilla LeMone, 2017 dalamMonik
Rumyati, 2019).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hipoventilasi (D.0005)
2. Resiko deficit nutrisi b/d anorexia (D.0032)
3. Gangguan integrasi kulit b/d kerusakan kulit atau jaringan (D.0129)
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kesadaran (D.0017)
5. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi (D.0022)
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)
7. Termoregulasi tidak efektif b/d disfungsi eliminasi urin (D.0149)

1. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Pola nafas tidak efektif Tujuan Setelah dilakukan (I.01011)
tindakan 1 x 24 jam pasien Observasi :
b/d hipoventilasi
Kriteria hasil:(L.01004) -Monitor pola nafas (frekuensi,
(D.0005) -Dipsnea Menurun kedalaman, usaha nafas )
-Penggunaan otot bantu nafas -Monitor bunyi nafas tambahan
Menurun (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
-Pemanjangan fase ekpirasi dan ronki kering).
Mneurun -Monitor spatum (jumlah, warna,
Frekuensi Nafas Membaik aroma)
-Kedalaman nafas Membaik Terapeutik :
-Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head tilt dan shin lift
-Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada
-Berikan oksigen
Edukasi :
-Ajarkan asupan cairan 2000 ml/hari
-Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
-Kolaborasipemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik.
2. Hipervolemia b/d Tujuan Setelah dilakukan Manajemen
tindakan 1 x 24 jam pasien Hipervolemia(I.03114)
gangguan mekanisme
Keseimbangan Cairan(L.03020) Observasi:
regulasi (D.0022) Kriteria hasil : -periksa tanda dan gejala
-Asupan cairan menurun hipervolemia (ortopnea, dispnea,
-Haluaran urin menurun JVP/CVP meningkat)
-edema menurun -identifikasi penyebab hipervolemia
-tekanan darah membaik -monitor status hemodinamik
-denyut nadi radial membaik (frekuensi jantung, td, )
Membrane mukosa membaik -monitor intake dan output cairan
Terapeutik:
-timbang berat badan setiap hari
-batasi asupan cairan dan garam
- tinggikan kepala tempat tidur 30-
40 derajat
Edukasi:
-anjurkan melapor jika urin <0,5
dalam 6 jam
-anjurkan melapor jika bb >5 kg
sehari
-ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian diuretic
-kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretic
-kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy CRRT
3. Intoleransi aktivitas b/d Tujuan Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
tindakan 1 x 24 jam pasien Observasi :
kelemahan (D.0056)
Toleransi Aktivitas; -identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kriteria hasil: (L.05047) yg mengakibatkan kelelahan
-frekuensi nadi meningkat -monitor kelelahan fisik dan
-keluhan lelah menurun emosional
-dipsnea saat aktivitas menurun - monitor pola jam tidur
Dispnea setelah aktivitas Terapeutik :
menurun -sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
- lakukan latihan rentang gerak pasif
- berikan aktivitas distraksi yg
menyenangkan
Edukasi :
-anjurkan tirah baring
-anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.

2. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
3. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 volume 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, 2006. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaboratif.
Jakarta: EGC

Kasuari, 2012. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler dengan


Pendekatan Patofisiologi. Magelang: Poltekes Semarang.

Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculpius.

Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Definition dan Classification. Philadelwia Rab. T. 2008.
Agenda Gawat Darurat. Bandung: PT Alumni.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006.Jakarta: Prima
Medika.

Udjianti. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


PATHWAY

DM Korteks adrenal Bakteri E. Colli Obstruksi saluran


Hiperfiltrasi
mensekresi kortisol kemih
Gula darah Tekanan intra Inflamasi pelvis
glomerulus Vasokonstriksi ginjal Arteri renalis tertekan
pembuluh darah
Ginjal tidak
dapat menyerap Nefron mengalami Piolenefitris
Aliran darah Suplai O2 ke ginjal
pengurangan
ke ginjal
Fungsi nefron
Iskemi jaringan
Sklerosis nefron
Kerusakan nefron Pelepasan
renin
Nefron mengalami
Ginjal kehilangan
nekrosis
fungsi
Retensi Na
Nefropati dan air

Fungsi filtrasi Volume


intravaskuler

Hipertensi

GGK/CKD
GGK/CKD

Ureum Asidosis metabolik Laju filtrasi glomerulus Sistem Penurunan produksi


eritropoitin
Ureum tertimbun Kompensasi respiratorik Ginjal tidak mampu Penumpukan zat
dibawah kulit menyaring urine secara Retensi toksik Defisiensi
maksimal eritropoitin
Hiperventilasi
Kulit hitam dan kering Produksi Penumpukan urine di
Pola nafas tidak Na + + K+ dalam vaskuler urine vesika urinaria Produksi Hb
Gangguan integrasi efektif
kulit Volume vaskuler Disuria Tekanan dalam
vesika urinaria Suplai O2 menurun
Tekanan hidrostatik Termogulasi
tidak efektif
Merangsang SSP
Edema urine
Kelemahan Aliran darah
Nyeri akut tidak sampai
Hipervolemia ke otak
Intolerans
i aktifitas
Penurunan
Anorexia, Asam Produksi asam Gangguan keseimbangan Gangguan metabolisme kesadaran
mual, muntah lambung naik naik asam basa protein (sindrom uremik)

Resiko deficit nutrisi Resiko perfusi


serebral tidak
efektif

Anda mungkin juga menyukai