Disusun Oleh :
Banyuwangi, 2022
MAHASISWA
LAPORAN PENDAHULUAN
GGK
A. KONSEP TEORI
1. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi
Gbr. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri
karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas.
Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan
oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari trauma langsung, disebelah
posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan
anteriordilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukurannormal
biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena duapertiga atas
permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katubbawah ginjal kanan yang
berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagaikapsula renis.
Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomendan isinya oleh lapisan
peritoneum. Disebelah posterior organ tersebutdilindungi oleh dinding toraks bawah.
Darah dialirkan kedalam setiapginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui venarenalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalismembawa darah kembali kedalam vena kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm(4,7-5,1 inci)
lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) danberatnya sekitar 150 gram.
Permukaan anterior dan posterior katub atasdan bawah serta tepi lateral ginjal
berbentuk cembung sedangkan tepilateral ginjal berbentk cekung karena adanya
hilus.
5. Manifestasi Klinis
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusiperikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguanirama jantung dan edema.
2. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,suara krekels, gagal
nafas.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan denganmetabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada salurangastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bauammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutamaditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot –otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuninganakibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipisdan rapuh.
6. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguanmenstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguanmetabolic lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangannatrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasanauremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dantrombositopeni.
(Smeltzer dan Bare, 2010)
6. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerus dan
tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron – nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron – nefron rusak beban bahan yang harus di
larut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguriatimbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala – gejala khas
kegagalan ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80 – 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun produk sampah akan semakin berat.
7. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupunkolaborasi antara
lain :
1. Pemeriksaan laboratorium darah
- Hematologi
- Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
Ureumdan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- Koagulasi studi
- PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- Urineruti
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
5. Identifikasi perjalanan penyakit
- Progresifitas penurunan fungsi ginjal
- Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
- Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya:
infrak miokard
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidakbersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukanmelalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah makadilakukan :
a. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Terapi konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic Renal
Disease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif:
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi
b. Meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Terapi non farmakologi
a. Diet tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
c. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
d. Kontrol berat badan
e. Kontrol antara intak dan output cairan
f. Lakukan mobilisasi ringan setiap hari secara rutin.
g. Berikan kompres hangat jika terjadi oedem ekstermitas
9. Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produksi sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfusio system renin-angiotensin-
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin gastrointestinal, penurunan usia sela darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin DNA kehilangan darah selama
hemodialisa.
5. Penyakit tulang beserta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolik
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hipeuremia
10. Prognosis
Prognosis dengan pasien penyakit ginjal kronis di jaga sebagai data epidemologi
telah menunjukkan bahwa menyebabkan semua kematian. Meningkatkan sebagai
penurunan fungsi ginjal. Penyebab penurunan fungsi ginjal utama adalah penyakit
jantung, terlepas dari apakah ada perkembangan ke tahap 5.
Sementara terapi pengganti ginjal dapat mempertahankan pasien tanpa batas
waktu dan memperpanjang kehidupan, kualitas hidup adalah sangat terpengaruh ginjal
transplantasi meningkatkan kelangsungan hidup pasien stadium 5 CKD signifikan bila
dibandingkan dengan terapi pilihan. Namun, hal ini terkait dengan mortalitas jangka
pendek meningkat, transplantasi samping, intensitas tinggi rumah hemodialisa muncul
terkait dengan kelangsungan hidup baik dan yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan
tiga kali seminggu konvensi, anal hemodialisa dialisis peritoneal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL KRONIK
1. Pengkajian
Menurut (Andra Saferi, 2013 dalam Monika Rumyati, 2019), pengkajian pada
pasien gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah :
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan sumber biaya. Serta cantumkan biodata penanguung
jawab seperti nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, suku bangsa, dan alamat lengkap.
b. Anamnesis
Pengkajian antara lain keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan
riwayat penyakit dahulu.
c. Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan gagal ginjal kronik mngalami rasa nyeri pada
bagian pinggang, BAK dalam jumlah sedikit, perut membesar, mual dan
muntah, tidak nafsu makan, dan gatal pada kulit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan adanya DM, nefrosklerosis, Hipertensi, GGA yang tak
teratasi, obstruksi/infeksi, urinarius, penyalahgunaan analgetik.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat asidosis tubulus ginjal dan penyakit polikistik dalam keluarga.
f. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Aktivitas/istirahat : Kelelahan yang ekstrem, kelemahan, malaise.
- Sirkulasi : Riwayat hipertensi, nyeri dada.
- Integritas ego : Faktor stress, contoh finansial, hubungan, perasaan
tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan.
- Eliminasi : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anusia, abdomen
kembung, diare/konstipasi.
- Makanan/cairan : BB meningkat (edema), BB menurun
(Malnutrisi). Anoreksia (tidak nafsu makan) penggunaan diuretic.
- Neurosensori : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
(neuropati perifer).
- Nyeri/kenyamanan : Nyeri pinggul, sakit kepala, kram otot/nyeri
kaki (memburuk pada malam hari)
- Pernafasan : Nafas pendek, dispneu, batuk dengan atau tanpa
sputum kental dan banyak.
- Keamanan : Kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi.
- Sexualitias : Penurunan libido, amenore
g. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum dan TTV
Kondisi gagal ginjal kronik biasanya lemah (fatigue), tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan
TTV sering didapatkan RR meningkat (Takipnea),
hipertensi/hipotensi sesuai kondisi fluktuatif
(Prabowo&Pranata,2014 dalam Monik Rumyati, 2019)
- B1 (Breathing)
Pada pasien gagal ginjal kronik atau CKD biasanya mendapatkan
bau nafas sering kali dikaitkan dengan rasa logam dalam mulut,
dapat terjadi edema dalam paru, pleuritic, pernafasan kusmaul
(Pricilla LeMone, dkk, 2017 dalam Monik Rumyati, 2019).
- B2 (Blood)
Penyakit yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik
salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas
rata-rata akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini akan
memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan beban
jantung (Prabowo&Pranata, 2012 dalam Monik Rumyati, 2019).
a. Hipertensi sedang ditandai dengan TD = 165/105 mmHg
b. Takikardia ditandai dengan N = 110x/menit, irregular
(Aritmia)
c. Konjungtiva anemis
d. Akral hangat, basah, dan pucat
e. CRT = >2 detik
- B3 (Brain)
Pengkajian yang dapat dilihat dari aspek ini adalah kesadaran.
Pada pasien gagal ginjal kronik yang didapatkan kesadaran
composmentis dengan GCS E:4 V:5 M:6.
- B4 (Bladder)
Adanya gangguan atau kegagalan fungsi ginjal secara kompleks
(filtrasi, sekresi, reabsorbsi, dan eksresi) maka manifestasi yang
paling menonjol adalah penurunan urine output <400 ml/hari,
bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output)
(Prabowo&Pranata, 2014).
a. Urine berwarna merah dan nyeri
b. Berkemih spontan tanpa alat bantu
c. Produksi urine 300 cc/hari, Intek Oral = 2000 ml/hari
- B5 (Bowel)
BB badan mengalami penurunan, anoreksia, mual dan muntah
adalah gejala awal uremia, cegukan biasa dialami, nyeri perut,
faktor uremik, bau napas seperti urine, seringkali dapat
menyebabkan anoreksia (Pricilla LeMone, dkk, 2017 dalam Monik
Rumyati, 2019).
- B6 (Bone)
Seringkali terjadi nyeri otot dan tulang, kelemahan otot, pasien
beresiko mengalami fraktur spontan. Gangguan pada kulit yaitu
pucat, warna kulit uremik (kuning hujau), kulit kering, turgor
buruk, preuritis, edema (Pricilla LeMone, 2017 dalamMonik
Rumyati, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d hipoventilasi (D.0005)
2. Resiko deficit nutrisi b/d anorexia (D.0032)
3. Gangguan integrasi kulit b/d kerusakan kulit atau jaringan (D.0129)
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kesadaran (D.0017)
5. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi (D.0022)
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)
7. Termoregulasi tidak efektif b/d disfungsi eliminasi urin (D.0149)
1. Intervensi
2. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
3. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 volume 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, 2006. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaboratif.
Jakarta: EGC
Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculpius.
Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Definition dan Classification. Philadelwia Rab. T. 2008.
Agenda Gawat Darurat. Bandung: PT Alumni.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006.Jakarta: Prima
Medika.
Hipertensi
GGK/CKD
GGK/CKD