OLEH:
GALANG APRI YULIANTO
2019.04.026
Oleh:
(..................................................) (..................................................)
Mengetahui
Kepala Ruangan
(……………..…………………...)
LAPORAN PENDAHULUAN
CKD
A. KONSEP TEORI
1. Anatomi Fisiologi Menurut (Pearce, Evelyn C, 2016)
1) Anatomi
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua
sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri
karena tekanan ke bawah oleh hati. Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas.
Sedangkan katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal dipertahankan
oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari trauma langsung, disebelah
posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan
anteriordilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kiri yang berukurannormal
biasanya tidak teraba pada waktu pemeriksaan fisik karena duapertiga atas
permukaan anterior ginjal tertutup oleh limfa, namun katubbawah ginjal kanan yang
berukuran normal dapat diraba secara bimanual.
Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagaikapsula renis.
Disebelah anterior ginjal dipisahkan dari kavum abdomendan isinya oleh lapisan
peritoneum. Disebelah posterior organ tersebutdilindungi oleh dinding toraks bawah.
Darah dialirkan kedalam setiapginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui venarenalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena
renalismembawa darah kembali kedalam vena kava inferior.
Pada orang dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm(4,7-5,1 inci)
lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) danberatnya sekitar 150 gram.
Permukaan anterior dan posterior katub atasdan bawah serta tepi lateral ginjal
berbentuk cembung sedangkan tepilateral ginjal berbentk cekung karena adanya
hilus.
Gbr. Anatomi Nefron
Ginjal tersusun dari beberapa nefron. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak
nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar satu juta pada
setiap ginjal yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap
nefron terdiri dari kapsula bowmen yang mengintari rumbai kapiler glomerulus,
tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal yang
mengosongkan diri ke duktus pengumpul. Kapsula bowman merupakan suatu
invaginasi dari tubulus proksimal. Terdapat ruang yang mengandung urine antara
rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang yang mengandung urine ini dikenal
dengan nama ruang bowmen atau ruang kapsular. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-
sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari
kapsula, sel epitel veseralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula
dan juga melapisi bagian luar dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-
tonjolan atau kakikaki yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan
membrana basalis pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat daerah-daerah yang
bebas dari kontak antar sel epitel. Daerah-daerah yang terdapat diantara pedosit
biasanya disebut celah pori-pori.
2) Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price dan Wilson (2013), ginjal mempunyai berbagai macam fungsi
yaitu ekskresi dan fungsi non-ekskresi.
a) Fungsi ekskresi diantaranya adalah:
1. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2. Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan
H+ dan membentuk kembali HCO3
4. Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
b. Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah:
a) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
b) Menghasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah oleh sumsum tulang.
3) Pembentukan urine
a. Filtrasi (penyaringan): kapsula bowman dari badan malpighi menyaring darah
dalam glomerus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul
besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerus (urine primer).
Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang
tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asam amino dan garam-garam.
b. Reabsorbsi (penyerapan kembali): dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam
urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus
(urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
c. Ekskesi (pengeluaran): dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang
sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan
disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
2. Definisi
Menurut Mansjoeri, 2015 gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversibel sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat.
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan eloktrolit, menyebabkan uremia (retensi urin
dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddart, 2013).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang
bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh
dalam keadaan asupan diet normal dan biasanya juga di sebabkan karena
glumerulonefitis (Rindi Astuti, 2016).
Glumerulonefritis adalah peradangan glomerulus yang merupakan struktur pada
ginjal yang terdiri dari pembuluh darah kecil. Struktur ini membantu menyaring darah
dan membuang cairan berlebih, jika glomerulus rusak maka ginjal akan berhenti
berfungsi dengan baik dan terjadi gagal ginjal (Rindi Astuti, 2016).
3. Etiologi Menurut (Suyono,2010)
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan parenkim ginjal difus dan bilateral
1. Infeksi, misalnya glomerulonefritis, pielonofritis kronik
2. Penyakit vaskuler hipertensi, misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis.
3. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodusa, sklerosis sistemik progresif.
4. Penyakit metabolik seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
5. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
6. Nefropati obstruktif
a. Saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Saluran kemih bagian bawah: hipertrofi prostale, striktur uretra anomali kongenital
pada leher kandung kemih dan uretra.
1. Pengkajian
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda,
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh sesak napas, kencing sedikit bahkan tidak dapat kencing,
gelisah, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, kembung, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : biasanya pasien mengalami diare, muntah,
perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Riwayat penyakit dahulu : biasanya pasien memiliki riwayat penyakit gagal ginjal
akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c. Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus atau
hipertensi.
4. Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, napas cepat
dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada atau angina dan
sesak napas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak
tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub
perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecenderungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolet sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, sendi
keterbatasan gerak sendi.
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat
sampai tidak dapat kencing.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Observasi :
Pola nafas tidak Tujuan 1. Observasi frekuensi, kedalaman dan
2
efektif berhubungan Setelah dilakukan upaya pernafasan.
tindakan 1 x 24 jam pola 2. Monitor adanya sumbatan jalan
dengan suplai O2 nafas
nafas pasien membaik
keparu menurun 3. Auskultasi bunyi nafas
SLKI: Terapeutik :
4. Pertahankan pemakaian oksigen
- Frekuensi nafas
dengan masker
membaik
5. Posisikan pasien semi fowler
- Kedalaman nafas
Edukasi :
membaik
6. Jelaskan tujuan dan proedur
- Pernafasan cuping
pemantauan
hidung menurun
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat
3. Defisit nutrisi Tujuan : setelah Observasi :
berhubungan dengan dilakukan tindakan 1. Observasi adanya alergi makanan.
anorexia ditandai keperawatan selama 3 x 2. Monitoring intake makanan setiap
dengan mual, 24 jam, status nutrisi hari.
muntah. membaik 3. Auskultasi bising usus
Terapeutik :
SLKI: 4. Berikan makanan tinggi kalori dan
- Berat badan membaik tinggi protein
- Nafsu makan membaik 5. Hindari pemberian makanan yang
- Membaran mukosa dapat meningkatkan peristaltik usus
membaik (misalnya, teh, kopi, dan makanan
berserat lainnya) dan cairan yang
menyebabkan diare (misalnya, apel/
jambu).
nutrisi yang diperlukan.
Edukasi :
6. Ajarkan diit yang telah
diprogramkan
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Hipertensi
CKD
CKD
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 volume 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, 2006. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaboratif.
Jakarta: EGC
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mahdiana, Ratna. 2010. Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Yogyakarta : Tora Book.
Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculpius.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta :
Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Definition dan Classification. Philadelwia Rab. T. 2008.
Agenda Gawat Darurat. Bandung: PT Alumni.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC. Salemba Medika
Pearce, Evelyn C.2016. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006.Jakarta: Prima
Medika.
Smeltzer, and Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI