PENDAHULUAN
Perubahan jaman dari waktu-kewaktu membuat pola hidup manusia yang semakin
berubah terutama pada pola makan yang kurang sehat1. Ginjal memiliki fungsi vital
yaitu untuk mengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan zat
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) / Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu
ginjal progresif, dan pada umumnya berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible2. Proses penurunan fungsi ginjal ini berjalan progresif sehingga pada
akhirnya akan terjadi Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau End State Renal Disease
(ESRD)3.
Menurut studi "Global Burden of Disease" tahun 2010, Penyakit Ginjal Kronis
seluruh dunia pada tahun 1990, tetapi naik menjadi peringkat 18 pada tahun 2010. Ini
merupakan peningkatan terbesar kedua dalam daftar. Hanya dibawah HIV dan AIDS.4
10% dari populasi dunia terkena Penyakit Ginjal Kronis (PGK), dan jutaan orang
1
meninggal setiap tahun karena mereka tidak memiliki akses terhadap pengobatan yang
terjangkau.5
menurut RISKESDES 2013 sebesar 0,2% berdasar diagnosis dokter. Jika saat ini
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa yang
menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa). Suatu
kondisi yang cukup mengejutkan6. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5
persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen.
Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
paham akan tatalaksana dalan terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, pencegahan
2
1.3. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang1. Ginjal terletak dalam rongga
abdomen, retroperitonial primer kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh
lemak dan jaringan ikat di belakang peritonium. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
Batas atas ginjal kiri setinggi os costae ke-11, ginjal kanan setinggi so costae
ke-12 batas bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal
mempunyai mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 crn1. Ginjal kiri
lebih panjang dari ginjal kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram,
wanita dewasa 115-155 gram1. Bentuk ginjal seperti kacang sisi dalam menghadap
ke vertebra torakalis, sisi luarnya cembung dan di atas setiap ginjal terdapat sebuah
kelanjar suprarenal1.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Apabila kapsul dibuka
terlihat permukaan dari kapsul yang licin dengan warna merah tua1. Dengan
4
membuat potongan vertilkal dari ginjal melalui margo lateralis ke margo medialis
akan terlihat hilus yang meluas ke ruangan sentral yang di sebut sinus renalis bagian
renalis jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal,
konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
5
Gambar 2.2. : Posterior view7
(Sumber : Frank. H Netter Atlas of Human Anatomy 5th Edition)
6
2.2. Struktur Mikroskopis Ginjal
Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Ginjal mempunyai lebih kurang 1,3
juta nefron yang selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah dari arteri renalis1.
simpul satu badan malfigi yang disebut glomerulus1. Nefron adalah massa tubulus
darah dan mengontrol komposisinya setiap nefron berawal dari berkas kapiler yang
terdiri dari1:
kapsula Bowman (ujung buntu tubulus ginjal yang bentuknya seperti kapsula
melilitkan darah dari arteriola aferen dan meneruskana darah ke system vena
7
b. Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan
8
d. Tubulus distal konvulta, bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan jauh
letaknya dari kapsula bowman, panjangnya 5 mm1. Tubulus distal dari masing-
masing duktus koligens berjlalan melalui korteks dan medula ginjal, bersatu
membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara ke dalam duktus
koligens 45-65 mm1. Nefron yang berasal dari glomerulus korteks (nefron
medula1.
a) Fungsi Eksresi1
9
Mempertahankan pH plasma sckitar 7,4 dengan mengeluarkan
b) Fungsi Noneksresi1
tulang
vasoaktif [VIP] )
10
2.3.1. Ultrafiltrasi Glomerulus
Effective Circulating Volume (ECV) dalam batas-batas normal. ECV terdiri dari
sistemik. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus plasma. Aliran darah ginjal / Renal Blood Flow (RBF) setara dengan
sekitar 25% curah jantung atau 1.200 ml/ menit. Bila hematokrit normal dianggap
45%, maka aliran plasma ginjal / renal plasma flow (RPF) sama dengan 660 ml/
(0,55 x 1.200 = 660)1. Sekitar seperlima dari plasma atau 125 ml/menit dialirkan
melalui glomerulus ke kapsula Bowman. Ini dikenal dengan istilah Laju Filtrasi
kecuali protein1.
bermuatan negatif (seperti albumin) secara efektif tertahan oleh seleksi ukuran dan
seleksi muatan yang merupakan ciri khas dari sawar membran filtrasi glomerular,
sedangkan molekul yang berukuran lebih kecil atau dengan beban yang netral atau
11
waktu sehari suatu jumlah yang menakjubkan untuk organ yang berat totalnya
hanya sekitar 10 ons1. Saat filtrat mengalir melalui tubulus, ditambahkan atau
diambil berbagai zat dari filtrat, sehingga tekanan-tekanan yang berperan dalam
laju filtrasi glomerulus yang cepat ini seluruhnya bersifat pasif, dan tidak
dibutuhkan energi metabolik untuk proses filtrasi tersebut. Tekanan filtrasi berasal
dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
Bowman1.
dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula Bowman
serta tekanan onkotik darah1. Tekanaan onkotik dalam kapsula Bowman pada
hakekatnya adalah nol, karena filtrasi secara normal sama sekali tidak ada protein.
12
Tiga kelas zat yang difiltrasi dalam glomerulus (Gambar:2.5) : elektrolit,
nonelektrolit, dan air. Beberapa elektrolit yang paling penting adalah natrium
klorida (CI), dan fosfat (HPO2). Nonelektrolit yang penting adalah glukosa, asam
amino, dan metabolit yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme
13
2.4. Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) / Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu
fungsi ginjal progresif, dan pada umumnya berakhir pada gagal ginjal.
Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible2. Proses penurunan fungsi ginjal ini
berjalan progresif sehingga pada akhirnya akan terjadi Gagal Ginjal Terminal
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyatakan penurunan fungsi ginjal ini,
antara lain3 :
(glomerulus filtration rate = GFR), yang dapat terjadi dalam derajat ringan,
Azotemia : adanya peningkatan kadar urea plasma, atau peningkatan BUN oleh
berbagai system organ akibat gagal ginjal akut maupun kronis, biasanya pada
derajat lanjut.
GGT (Gagal Ginjal Terminal) : keadaan dimana ginjal tidak dapat lagi
14
Definisi PGK menurut NKF (The National Kidney Foundation) K-DOQI (Kidney
Kerusakan ginjal berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa
memperhatikan ada atau tidak adanya kerusakan ginjal oleh karena pada
tingkat GFR tersebut atau lebih rendah, ginjal telah kehilangan fungsinya
sebagai PGK. Pada sebagian kasus biobsi ginjal tidak dilakukan, sehingga
15
kerusakan ginjal sehingga mempunyai risiko tinggi untuk mengalami dua
keadaan utama akibat PGK, yaitu hilangnya fungsi ginjal dan terjadinya
penyakit kardiovaskuler.
Tabel 2.1. Penamaan CKD yang Digunakan K/DOQI Saat ini (Update 2015)7
16
Tabel 2.2. : Kriteria untuk Definisi Chronic Kidney Disease (CKD)8
Kriteria Komentar
Durasi 43 bulan, Durasi ini diperlukan untuk membedakan penyakit ginjal yang kronis dari
berdasarkan dokumentasi yang akut.
atau inferensi Evaluasi klinis sering kali akan memungkinkan dokumentasi atau
inferensi durasi.
Dokumentasi durasi biasanya tidak dinyatakan dalam studi
epidemiologi.
GFR<60ml/menit/1.73m2 GFR adalah indeks keseluruhan terbaik dari fungsi ginjal dalam kesehatan
(GFR kategori G3a-G5) dan penyakit.
GFR normal pada orang dewasa muda adalah sekitar
125ml/menit/1,73m2. GFR<15ml/menit/1,73m2 (GFR kategori
G5) didefinisikan sebagai gagal ginjal.
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan persamaan estimasi terkini
untuk GFR berdasarkan SCr atau cystatin C, tapi tidak dengan SCr
atau cystatin C saja.
Penurunan eGFR dapat dikonfirmasi dengan mengukur GFR, jika
diperlukan.
Kerusakan ginjal yang Albuminuria sebagai penanda kerusakan ginjal [peningkatan
ditentukan oleh kelainan permeabilitas glomerulus], AER urin ≥30mg/24jam, kurang lebih setara
struktur atau kelainan dengan ACR urin ≥30mg/g (≥30mg/mmol)*
fungsional selain ACR urin yang normal pada orang dewasa muda <10mg/g
penurunan GFR. (<1mg/mmol).
ACR urin 30-300mg/g (3-30mg/mmol; kategori A2) biasanya
berhubungan dengan “mikroalbuminuria”, yang sekarang disebut
“cukup meningkat”.
ACR urin >300 mg/g (>30mg/mmol; kategori A3) biasanya
berhubungan dengan “macroalbuminuria”, sekarang disebut
“sangat meningkat”.
ACR urin >2200mg/g (220mg/mmol) dapat disertai dengan tanda-
tanda dan gejala sindrom nefrotik (misalnya, albumin serum
rendah, edema, dan kolesterol serum tinggi).
Nilai ambang kurang lebih bersesuaian dengan jejak nilai reagen
strip urin atau +, tergantung konsentrasi urine.
ACR urin tinggi dapat dikonfirmasi oleh ekskresi albumin urin
dalam koleksi urin berjangka dinyatakan sebagai AER.
Kelainan sedimen urin sebagai penanda kerusakan ginjal
Hematuria non-terlihat (mikroskopis) terisolasi, dengan morfologi
RBC tidak normal (anisocytosis) pada gangguan GBM.
Sedimen RBC di glomerulonefritis proliferatif.
17
Sedimen WBC di pielonefritis atau nefritis interstitial.
Tubuh lemak oval atau sedimen lemak pada penyakit dengan
proteinuria.
Sedimen granular dan sel-sel epitel tubulus ginjal dalam banyak
penyakit parenkim (non-spesifik).
Gangguan tubulus ginjal.
Asidosis tubulus ginjal.
diabetes insipidus nefrogenik.
Renal kalium wasting.
Renal magnesium wasting.
Sindrom Fanconi.
Proteinuria non-albumin.
Cystinuria.
Kelainan patologis yang terdeteksi atau disimpulkan oleh histologi
(contoh penyebab)
Penyakit glomerulus (diabetes, penyakit autoimun, infeksi
sistemik, narkoba, neoplasia)
Penyakit pembuluh darah (aterosklerosis, hipertensi, iskemia,
vaskulitis, trombotik microangiopathy)
Penyakit tubulointerstitial (infeksi saluran kemih, batu, obstruksi,
keracunan obat)
Kista dan penyakit bawaan
Kelainan struktural sebagai penanda kerusakan ginjal yang terdeteksi oleh
pencitraan (USG, CT scan dan magnetic resonance dengan atau tanpa
kontras, scan isotop, angiografi)
Ginjal polikistik.
Ginjal displastik.
Hidronefrosis akibat obstruksi.
Jaringan parut kortikal karena infark, pielonefritis atau
berhubungan dengan refluks vesicoureteral.
Gumpalan pada ginjal atau ginjal membesar karena penyakit
infiltratif.
Stenosis arteri ginjal.
Ginjal kecil dan hyperechoic (umum di CKD yang lebih berat
karena banyak penyakit parenkim).
Riwayat transplantasi ginjal.
Biopsi ginjal pada sebagian besar penerima transplantasi ginjal
memiliki kelainan histopatologi bahkan jika
GFR>60ml/menit/1,73m2 (kategori GFR G1-G2) dan
ACR<30mg/g (<3mg/mmol).
18
Penerima transplantasi ginjal memiliki peningkatan risiko untuk
kematian dan gagal ginjal dibandingkan dengan populasi tanpa
penyakit ginjal.
Penerima transplantasi ginjal secara rutin menerima perawatan
subspesialisasi.
Sumber : KDIGO (2012) Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
kematian di seluruh dunia pada tahun 1990, tetapi naik menjadi peringkat 18 pada
tahun 2010. Ini merupakan peningkatan terbesar kedua dalam daftar. Hanya
dibawah HIV dan AIDS5. 10% dari populasi dunia terkena Penyakit Ginjal Kronis
(PGK), dan jutaan orang meninggal setiap tahun karena mereka tidak memiliki
bahwa satu dari lima pria, dan satu dari empat wanita, terkena CKD.4 Penyakit
tidak menular (seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit ginjal) telah
penyebab paling umum kematian dini di seluruh dunia. Diperkirakan 80% dari
beban ini terjadi di negara berpenghasilan rendah atau menengah, dan 25% adalah
pada orang yang berusia kurang dari 60 tahun.9 Penyakit ginjal kronis adalah krisis
kesehatan di seluruh dunia. Misalnya, pada tahun 2005, ada sekitar 58 juta
19
kematian di seluruh dunia, dengan 35 juta dikaitkan dengan penyakit kronis,
Lebih dari 80% dari semua pasien yang menerima pengobatan untuk gagal
kesehatan dan memiliki populasi lansia yang besar.5 Diperkirakan jumlah kasus
seperti China dan India, di mana jumlah orang lanjut usia meningkat.5
Lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia saat ini menerima pengobatan
dengan dialisis atau transplantasi ginjal untuk tetap hidup, namun angka ini
pengobatan untuk hidup.9 Dari 2 juta orang yang menerima pengobatan untuk
gagal ginjal, mayoritas dirawat hanya di lima negara - Amerika Serikat, Jepang,
Jerman, Brasil, dan Italia. Kelima negara ini hanya mewakili 12% dari populasi
dunia. Hanya 20% yang dirawat di sekitar 100 negara-negara berkembang yang
atau transplantasi ginjal menciptakan beban keuangan yang besar bagi sebagian
dari 1 juta orang per tahun akibat gagal ginjal yang tidak diobati.9
20
Indonesia sendiri prevalensi penderita Penyakit Ginjal Kronis secara
nasional menurut RISKESDES 2013 sebesar 0,2% berdasar diagnosis dokter. Jika
saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248 jiwa
yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa).
sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing
0,4 persen. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing–masing 0,3 persen.6
Gambar 2.8. : Diagram Prevalensi penderita Penyakit Ginjal Kronis secara nasional menurut RISKESDES
2013
Jumlah pasien hemodialisis baru terus meningkat dari tahun ke tahun ,
tetapi pasien yang kemudian masih aktif pada akhir tahunnya tidak bertambah sejalan
21
Gambar 2.9. : Diagram Jumlah pasien Hemodialisis baru dan pasien aktif per-
korwil tahun 2014
22
Gambar diagram diatas menunjukkan jumlah diagnosis penyakit utama
utama penyebab hemodialisis pada tahun 2014 adalah Gagal Ginjal Terminal
(GGT) atau End State Renal Disease (ESRD) yang mecapai 3.038 orang dan
penyebab keduanya adalah Gagal Ginjal Akut (GGA) mencapai 251 orang
sedangkan diagnosis Gagal Ginjal Akut pada Gagal Ginjal Kronis tidak terlalu
berpengaruh di Jawa Timur hanya mencapai 17 orang. GGA pada GGK sendiri
artinya episode akut pada gagal ginjal kronik yang sebelumnya stabil. Pada
2014 masih sama dengan tahun sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi meningkat
primer memberi proporsi yang cukup tinggi sampai 10 % dan Nefropati Obstruktif
23
pun masih memberi angka 7 % dimana pada registry di negara maju angka ini
sangat rendah. Masih ada kriteria lain-lain yang memberi angka 7 %, angka ini
cukup tinggi hal ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis etiologi pada IRR
Penyakit penyerta pasien hemodialisis pada tahun 2014 dapat dilihat pada
selain menjadi etiologi terbanyak pula di Indonesia. Hal ini perlu evaluasi yang
mendalam apakah hipertensi pada kelompok ini merupkan etiologi atau penyakit
penyerta, karena bila sudah tercatat sebagai etiologi tidak boleh lagi dianggap
Gambar 2.12. : Diagram Penyakit Penyerta Pasien Hemodialisis di Indonesia pada tahun 2014
24
2.4.3. Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit
parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius
juga dapat menyebabkan Penyakit ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit
ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal
(nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua
kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun
penyebabnya banyak, gambaran klinis penyakit ginjal kronik sangat mirip satu
dengan yang lain karena penyakit ginjal progresif dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan komplikasi
dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
25
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis
Perjalanan klinis umum penyakit ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium (disebut stadium I, II, dan III). Stadium pertama disebut penurunan
cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan
memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine
yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang teliti. Stadium kedua
perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, bila lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar
Pada stadium II, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar
normal. Azotemia biasanya ringan (kecuali bila pasien mengalami stres akibat
infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi). Pada stadium insufisiensi ginjal ini mulai
pemekatan). Gejala- gejala ini timbul sebagai respons terhadap stres dan
perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba. Pasien biasanya tidak terlalu
memperhatikan gejala- gejala ini, sehingga gejala tersebut hanya akan terungkap
26
Nokturia (berkemih di malam hari) didefinisikan sebagai gejala pengeluaran
urine waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien
terbangun untuk berkemih beberapa kali waktu malam hari. Nokturia disebabkan
oleh hilangnya pola pemekatan urine diurnal normal sampai tingkatan tertentu di
malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah urine siang hari dan
malam hari adalah 3:1 atau 4:1. Sudah tentu, nokturia kadang-kadang dapat teradi
juga sebagai respons terhadap kegelisahan atau minum cairan yang berlebihan,
urine normal sekitar 1500 ml per hari dan berubah-ubah sesuai dengan jumlah
cairan yang diminum. Poliuria akibat insufisiensi ginjal biasanya lebih besar pada
Stadium ketiga dan stadium akhir penyakit ginjal yang progresif disebut
penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) uremia. ESRD terjadi apabila sekitar 90%
dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih
utuh. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini, kreatinin serum dan
kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respons terhadap
GFR yang mengalami sedikit penurunan. Pada ESRD, pasien mulai merasakan
gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
27
homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urine menjadi isoosmotis dengan
plasma pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010. Pasien biasanya menjadi oligurik
uremik memengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada ESRD, pasien pasti akan
atau dialisis. Meskipun perjalanan klinis penyakit ginjal kronik dibagi menjadi tiga
stadium, tetapi dalam praktiknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-
stadium tersebut12.
gangguan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Pendekatan dengan nama
hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh, yang berpendapat bahwa bila
nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron
yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan terjadi bila jumlah nefron
sudah sangat berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat
dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini sangat berguna untuk
28
Urutan peristiwa dalam patofisiologi gagal ginjal progresif dapat diuraikan
dari segi hipotesis nefron yang utuh. Meskipun penyakit ginjal kronik terus
berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus diekskresi oleh ginjal untuk
tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron terdapat
dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil
fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa
nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap
tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan. Gambar 2.11. menunjukkan bahwa 6 dari
29
Gambar 2.13. : Hipotesis Nefron yang
Utuh
Dengan semakin lanjutnya penyakit
ginjal kronik atau semakin rusaknya
nefron-nefron, maka sisa nefron yang
masih utuh mengalami hipertrofi dalam
usahanya melaksanakan seluruh beban
kerja ginjal. Beban zat terlarut bagi
setiap nefron semakin tinggi, sehingga
mengakibatkan diuresis osmotik, yaitu
peningkatan urine dan penurunan
konsentrasi.
Sumber : Sylvia A Price, Lorraine M
Wilson. Pathophysiology: Clinical of
Disease Processes. Edisi 6. Jakarta.
Penerbit Buku Krdokteran EGC.
Keterangan :
Pgc : Tekanan hidrostatik
kapiler glomerulus
QA : Aliran plasma nefron
tunggal
Kf : Koefisien ultrafiltrasi
(mengukur julmlah
lubang kecil yang
menyebabkan filtrasi
air dan zat terlarut
kecil)
30
Patogenesis Uremia
Patogenesis gagal ginjal kronis sebagian berasal dari kombinasi efek racun dari:
Produk yang normal seperti hormon kini hadir dalam jumlah yang
meningkat, dan
ini dapat menyebabkan perubahan dari sejumlah enzim, sistem transportasi, dan
sebagainya13.
Manifestasi klinis
Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya memiliki beberapa derajat kelebihan
Na+ dan air, mencerminkan hilangnya rute ekskresi garam dan air pada ginjal.
Tingkat moderat kelebihan Na+ dan air dapat terjadi tanpa tanda-tanda objektif
perifer, dan peningkatan berat badan. Di sisi lain, konsumsi air yang berlebihan
31
berkontribusi terhadap hiponatremia. Rekomendasi umum untuk pasien dengan
gagal ginjal kronis adalah untuk menghindari asupan garam berlebih dan untuk
membatasi asupan cairan sehingga sama dengan output urine ditambah 500 mL.
Penyesuaian lebih lanjut dalam status volume dapat dilakukan baik melalui
dan air pada ginjal, mereka lebih sensitif dari biasanya terhadap kehilangan Na+
dan air extrarenal secara mendadak (misalnya, muntah, diare, dan peningkatan
keringat dengan demam). Dalam keadaan ini, Extracellular fluid (ECF) lebih
mudah berkurang, kerusakan lebih lanjut dari fungsi ginjal (yang mungkin tidak
reversibel), dan bahkan kehancuran pembuluh darah dan shock. Gejala dan
volume13.
b. Keseimbangan K+
untuk pasien yang GFR-nya turun di bawah 5 mL/menit. Pada level tersebut,
32
mL/menit bergantung pada transportasi tubular untuk menjaga keseimbangan
K+. 13
Pasien dengan diabetes mellitus (penyebab utama gagal ginjal kronis) mungkin
Akhirnya, pasien dengan gagal ginjal kronis tidak hanya lebih rentan terhadap
efek dari Na+ atau overload volume, tetapi mereka juga berisiko lebih besar
eksogen (misalnya, darah yang disimpan, makanan yang kaya K+, atau obat
c. Asidosis Metabolik
33
individu ini biasanya dapat diperbaiki dengan 20-30 mmol (2-3 g) natrium
bikarbonat secara oral setiap hari. Namun, pasien ini sangat rentan terhadap
asidosis apabila terjadi beban asam mendadak atau timbulnya gangguan yang
Beberapa gangguan fosfat, Ca2+, dan metabolisme tulang teramati pada gagal
ginjal kronis sebagai akibat dari serangkaian peristiwa yang kompleks (Gambar
2.12). Faktor utama dalam patogenesis gangguan ini termasuk (1) berkurangnya
penyerapan Ca2+ dari usus, (2) kelebihan produksi PTH, (3) metabolisme
vitamin D yang kacau, dan (4) asidosis metabolik kronis. Semua faktor ini
yang meningkat lebih lanjut akan menghabiskan Ca2+ tulang dan berkontribusi
34
Gambar 1.15. : Patogenesis terjadinya osteodistrofi renal2
Gagal jantung kongestif dan edema paru dapat berkembang dalam konteks
volume dan kelebihan garam. Hipertensi merupakan temuan umum pada gagal
ginjal kronis, juga biasanya berdasarkan cairan dan Na+ yang berlebihan. Namun,
ginjal memicu kegagalan ginjal dalam memproduksi renin dalam jumlah normal,
35
Perikarditis yang diakibatkan dari iritasi dan peradangan pada perikardium oleh
racun uremik merupakan komplikasi yang kejadiannya pada gagal ginjal kronis
pasien dengan gagal ginjal kronis dan tetap menjadi penyebab utama kematian
hingga saat ini. Hal ini mengakibatkan infark miokard, stroke, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Faktor risiko kardiovaskular pada pasien ini termasuk
jangka waktu yang lama (kronis), dan kalsifikasi katup dan miokard sebagai
f. Abnormalitas Hematologik
Pasien dengan gagal ginjal kronis telah menunjukkan kelainan pada jumlah sel
darah merah, fungsi sel darah putih, dan parameter pembekuan. Anemia
normokromik, normositik, dengan gejala badan terasa lemas dan mudah lelah
serta tingkat hematokrit biasanya di kisaran 20-25%, adalah fitur yang konsisten.
gagal ginjal kronis, terlepas dari status dialisis, menunjukkan perbaikan yang
Penyebab lain dari anemia mungkin termasuk efek supresif sumsum tulang dari
racun uremik, fibrosis sumsum tulang karena PTH darah yang meningkat, efek
36
toksik aluminium (dari antasida yang mengikat fosfat dan larutan dialisis), serta
hemolisis dan kehilangan darah yang berhubungan dengan dialisis (saat pasien
Pasien dengan gagal ginjal kronis menunjukkan hemostasis yang tidak normal
tidak ada yang benar-benar reversibel bahkan pada pasien yang didialisis dengan
baik13.
karena penekanan leukosit oleh racun uremik. Penekanan tampaknya lebih besar
infeksi13.
37
g. Abnormalitas Neuromuskular
Gejala dan tanda-tanda central nervous system (CNS) dapat berkisar dari
kejang, dan koma pada uremia stadium akhir. Asteriksis diwujudkan sebagai
gerakan ayunan lengan paksa yang terlihat ketika lengan diekstensikan dan
pergelangan tangan ditahan untuk "menghentikan lalu lintas." Hal ini karena
Neuropati perifer (sensorik lebih besar dari motorik, ekstremitas bawah lebih
besar daripada atas), ditandai oleh restless legs syndrome (rasa tidak nyaman
yang terlokalisasi dengan buruk dan gerakan tak terkendali dari ekstremitas
bawah), merupakan temuan umum pada gagal ginjal kronis dan indikasi penting
mual, muntah, mengantuk, sakit kepala, dan kejang pada pasien dengan kadar
38
BUN sangat tinggi. Kiranya, ini adalah efek dari pH cepat atau perubahan
h. Abnormalitas GI
Wanita dengan uremia memiliki kadar estrogen yang rendah, yang mungkin
menjelaskan tingginya insiden amenore dan hasil observasi bahwa mereka jarang
mampu untuk mengandung janin dalam waktu yang lama. Demikian pula, kadar
insulin, sehingga meningkatkan waktu paruh insulin. Hal ini biasanya memiliki
efek stabilisasi pada pasien diabetes yang gula darahnya sebelumnya sulit untuk
dikontrol13.
j. Abnormalitas Dermatologik
Perubahan kulit timbul dari banyak efek dari gagal ginjal kronis yang sudah
dibahas. Pasien dengan gagal ginjal kronis dapat menunjukkan kepucatan karena
39
anemia, perubahan warna kulit terkait akumulasi metabolit berpigmen atau
dan pruritus dan excoriations sebagai akibat dari endapan Ca2+ dari
hingga tahap terminal dapat ber variasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun.
Penyebab gagal ginjal kronik yang tersering dapat dibagi menjadi delapan kelas
Tidak ada usaha untuk mengikutsertakan semua sebab yang ada, dan hanya
contoh-contoh terpilih saja yang dimasukkan dalam setiap kelas, tetapi tidak selalu
berurutan sesuai dengan yang tercantum pada tabel tersebut. Perlu ditekankan di
sini bahwa meskipun stadium dini penyakit ginjal dapat bervariasi, tetapi stadium
hampir sama semuanya. Dan pada banyak kasus asalnya tidak dapat diidentifikasi
lagi12.
40
Tabel 2.3. Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
41
2.4.4. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
Outcomes (KDIGO) 2012 di dasarkan atas tiga hal yang disingkat menjadi “CGA”
Albuminuria.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dinuat atas dasar LFG, yang dihitung
42
Tabel 2.5. : Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Laju Filtrasi Glumerolus (LFG)
Stadium Deksripsi GFR (ml/menit/1,73 m2)
G1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat ≥ 90
G2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan 60 – 89
G3a Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan-sedang 30 – 59
G3b Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang-berat 15 – 59
G4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat < 15 atau dialisis
G5 Gagal ginjal
Sumber : KDIGO (2012) Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
43
Tabel 2.7. : CGA Staging of CKD : examples of nomenclature and comments
Sumber : KDIGO (2012) Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
Pada dasarnya gejala yang timbul pada PGK erat hubungannya dengan penurunan
Penurunan eritropoetin
44
Gangguan sekresi renin
Lain-lain
Keluhan dan gejala klinis yang timbul pada PGK hampir mengenai seluruh sistem,
yaitu:
Tabel 2.8. : Keluhan dan gejala klinis yang timbul pada PGK
Sistem Organ Gejela
Umum Umum Lemah, Malaise, Gangguan Pertumbuhan Dan Debilitas, Edema
Kulit Pucat, Rapuh, Gatal, Bruising
45
2.4.6. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Ginjal Kronis (PGK)
b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum,
Kadar kreatinin serum saja tidak bisa digunakan untuk memperkirakan fungsi
ginjal.
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista massa,
kalsifikasi.
46
Gambar 2.16. : Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan penunjang lain pada PGK
pencegahan dan terapi terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau
47
Tabel 2.9. Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai dengan Derajatnya
Derajat LFG (mlmnt/1,73m2) Rencana tatalaksana
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi
1 ≥ 90 pemburukan (progression) fungsi ginjal,
memperkecil resiko kardiovaskular.
Menghambat pemburukan (progression) fungsi
2 60 – 89
ginjal.
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi.
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal.
5 < 15 Terapi pengganti ginjal.
Sumber : Papdi
hidrasi penderita)
48
c) Pengelolaan Hipertensi
(Furosemide)
→ bahaya hiperkalemi.
e) Kontrol Dislipidemia
f) Kontrol Hiperfosfatemia
h) Koreksi Anemia
49
i) Koreksi Hiperkalemia
50
Langkah diatas merupakan langkah yang harus segera dilakukan ketika
terjadi hiperkalemi.
Bila kadar kalium telah mencapai normal (< 5,5) → untuk menjaga
Dalam 30 cc air
Cara Pemberian :
51
k) Hemodialis
j) Lain-lain
s/d 3 x /hari
Inj.Phenobarbital 30 – 50 mg i.v.
52
yang diturunkan dengan cara konseling genetic, pencegahan obesitas, deteksi
PGK stadium 1-5 dengan melakukan penanganan yang tepat pada setiap
stadium PGK.
kecacatan akibat PGK dengan cara renal replacement therapy dialysis atau
transplantasi ginjal.
53
Prognosis pasien PGK berdasarkan data epidemiologi dan angka kematian
replacement therapy dapat meningkatkan angka harapan hidup pada PGK stadium
54
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. GS
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
3.2. ANAMNESA
Badan Lemas
Pasien mengatakan badan terasa lemas sejak 2 hari yang lalu sebelum
tanpa muntah, perut bagian uluhati terasa nyeri. Nafsu makan menurun.
55
Bisa makan namun sedikit-sedikit maksimal ± 3 sendok setiap makan.
Gresik, sejak ± 3 Bulan yang lalu (Oktober 2016) hingga saat ini.
dan tumor
Pasien mengaku jarang sekali olah raga serta pola makan tidak teratur,
56
3.3. PEMERIKASAAN FISIK
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 456
Vital Sign :
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36oC
Kepala :
(/)
- Mulut : Normal, sianosis (), bibir kering (), lidah kotor ()
Leher :
57
- Peningkatan JVP (), deviasi trakea ()
Thorax :
Paru-paru :
Jantung :
sinistra
Abdomen :
58
- Perkusi : Timpani
Retroperitoneal
Ektremitas :
- Akral hangat + +
+ +
- Edema
59
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PCV 20 % 22 %
60
FAAL HATI LAKI-LAKI
SGOT
SGPT
ELEKTROLIT
Natrium 140
Kalium 3,8
Chlorida 103
3.5. RESUME
Pasien datang dengan keluhan seluruh badan terasa lemas. Dari anamnesa
didapatkan badan terasa lemas sejak 2 hari yang lalu sebelum MRS setelah HD reguler
hari jum’at. HD regular seminggu 2x hari selasa dan jum’at di RS Petrokimia Gresik.
Badan terasa menggigil disertai mual tanpa muntah, perut bagian uluhati terasa nyeri.
Nafsu makan menurun. Bisa makan namun sedikit-sedikit maksimal ± 3 sendok setiap
makan. Makan sehari 2 kali. Minum sedikit-sedikit. BAK sedikit. BAB normal.
Riwayat penyakit dahulu diantaranya Diabetes Melitus tipe 2 sejak ± 5 tahun yang lalu,
PGK V HD Reguler selasa dan jum’at di Rumah Sakit Petrokimia Gresik, sejak ± 3
tanpak lemah. Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Suhu 36oC, Respiration
Rate (RR) 18 x/menit. Dari pemeriksaan kepala leher ditemukan konjungtiva anemis,
dari pemeriksaan thorax dalam batas normal, dari pemeriksaan abdomen ditemikan
61
nyeri tekan epigastrium dan pada ekstremitas tidak ditemukan edema. Dari
didapatkan Hb 6,2 g%, Leukosit, PCV 20 % dan GDA 301 mg/ dL. Sedangkan
pemeriksaan faal ginjal laki-laki menunjukkan BUN 26,1 g/dL dan SC 3,85 g/dL.
Kidmin 1 fl, Transfusi PRC 2 kolf/hari sampai Hb 89 g%., Inj. Tomit 3x1 (prn), Inj.
Pantoprazole 2x1, Novorapid 3x8 unit. Karena tensi dalam batas normal sehingga obat
Hipertensi di stop . Koreksi kalium. Klasifikasi penyakit ginjal kronik menurut Kidney
Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012 di dasarkan atas tiga hal yang
62
Tabel 3.2. : Problem List Initial Assessment Planning
Problem List
Initial Assessment Planning
TPL PPL
63
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) / Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu
ginjal progresif, dan pada umumnya berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya, gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible2. Proses penurunan fungsi ginjal ini berjalan progresif sehingga pada
akhirnya akan terjadi Gagal Ginjal Terminal (GGT) atau End State Renal Disease
(ESRD)3.
Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal
difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat
menyebabkan Penyakit ginjal kronik. Etiologi Penyakit Ginjal Kronis antara lain
benigna, stenosis arteria renallis), gangguan ikatan ginjal (ex : SLE, poliarteritis
nodusa, sklerosis sistemik progresif), gangguan kongenital dam herediter (ex : penyakit
ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal), penyakit metabolic (ex : diabetes melitus,
64
Manifestasi klinis Perubahan Keseimbangan Na+ dan Status Volume, K+
(Hiperkalemia), mineral dan Tulang selain itu juga terjadi asidosis metabolic,
abnormalitas dermatologik.
65