Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH KEPERAWATAN PADA Ny“A”

CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD ) DI RSUP DR.WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR PROVINSI
SULAWESI SELATAN
TAHUN 2023

LI

OLEH:

ARIADNE DELLA, S.KEP


NS. 2203891

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTORAKADEMIK

(…………………………………………..…) (……………………………………………………..)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TORAJA


PROGRAM PROFESI NERS
2022 / 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )

A. Konsep dasar Medis


1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia
(Black & Hawk dalam Dwy Retno Sulystianingsih, 2018). Gagal
Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal tahap akhir end stage renal disease terjadi bila ginjal yang sakit
tidak mampu mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam
batas normal di bawah kondisi normal. Akumulasi berbagai substansi
biokimia dalam darah yang terjadi karena penurunan fungsi ginjal
yang menimbulkan komplikasi seperti retensi produk sisa, retensi air
dan natrium, hiperkalemia, asidosis metabolik, gangguan kalsium dan
fosfor, anemia dan gangguan pertumbuhan (Wong, dkk 2012). Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat,sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam
beberapa hari atau beberapa 10 minggu. Pada kedua kasus tersebut,
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Price
& Wilson, 2012).
2. Anatomi fisiologi ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub
atasnya terletak setinggi iga ke 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri
terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak di bagian belakang
abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan
tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas
mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung,
disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot- otot yang
meliputi iga, seangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan
usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan
duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung,
pankreas, jejunum dan kolon.
1.) Struktur ginjal terdiri atas
a.) Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai
13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya
2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara
anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan
medula ginjal.
b.) Ginjal terdiri dari:
(1.)Bagian dalam (internal) medula. Substansia medularis
terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 18-16
buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya mengahadap ke sinus renalis. Mengandung
bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus
koligens terminal.
(2.)Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis
berwarna coklat merah.konsistensi lunak dan
bergranula.Substansia 12 ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan
dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara
pyramid dinamakan kolumna renalis.Mengandung
glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-
kelok dan duktus koligens.
2.) Struktur Mikroskopik Ginjal
a.) Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu
kesatuan (nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh
jumlah nefron yang membentuknya.Tiap ginjal manusia
memiliki kira-kira 1.3 juta nefron Setiap nefron bisa
membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu nefron dapat
menerangkan fungsi ginjal.
b.) Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang
disebut glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian
terluar dari ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml
plasma darah melalui dinding kapiler glomerular setiap
menit.Plasma yang tersaring masuk ke dalam tubulus.Sel-sel
darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar untuk
dapat melewati dinding dan tertinggal.
c.) Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan
yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula
bowman.Sebagian besar dari filtrat glomerulus diserap kembali
ke dalam aliran darah melalui kapiler-kapiler sekitar tubulus
kotortus proksimal.Panjang 15 mm dan diameter 55μm.
d.) Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian
dari nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula,
bagian dalam ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian
korteks dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14
mm.
e.) Tubulus kontortus distalis
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah
pada koil longgar kedua.Penyesuaian yang sangat baik
terhadap komposisi urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya
sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit)
mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam
tubulus proksimal.
f.) Duktus koligen medulla Merupakan saluran yang secara
metabolik tidak aktif.Pengaturan secara halus dari ekskresi
natrium urin 14 terjadi disini.Duktus ini memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
3.) Fungsi Ginjal
Beberapa fungis ginjal adalah :
a.) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal
sebagai urine yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air
(kelebihan keringat) menyebabkan urin yang dieksresikan
jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif
normal.
b.) Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan
pengeluaran yang abnormal dari ionion. Akibat pemasukan
garam yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan
muntahmuntah, ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion yang
penting seperti Na, K, Cl, dan fosfat.
c.) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan,
(mixed diet) akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH
kurang dari 6. Hal ini disebabkan oleh hasil metabolisme
protein. Apabila banyak memakan sayuran, urin akan bersifat
basa, pH urine bervariasi ntara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi
urine sesuai dengan perubahan pH darah
d.) Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat,
dan kreatinin)
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan
kimia lain (pestisida).
e.) Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan
penting dalam mengatur takanan darah (sistem rennin-
angiotensinaldosteron) yaitu untuk memproses pembentukan
sel darah merah (eritropoiesis). Ginjal juga membentuk
hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D aktif) yang
diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
f.) Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin,
angiotensin dan aldosteron yang bersungsi meningkatkan
tekanan darah.
g.) Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-
obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh (Muttaqin, 2011).

3. Etiologi
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab
dari gagal ginjal kronis antara lain :
1.) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2.) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3.) Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4.) Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik)
5.) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal)
6.) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7.) Nefropati toksik
8.) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Robinson, 2013).

4. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG
yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai
berikut:
(140 − umur) x Berat badan
LFG (ml/mnt/1,73m²) =
72 x Kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut tampak pada table 2.1
Derajat Penjelasan LFG
(ml/mn/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-25
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar Derajat
Penyakit

Klasifikasi atas dasar diagnosis tampak pada tabel 2.2

Penyakit Tipe mayor


Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit
autoimun, infeksi sistemik, obat,
neoplasia) Penyakit vaskular
(penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroanglopati)
Penyakit tubulointerstisial
(plenonefritis kronik, batu,
obstruksi, keracunan obat) Penyakit
kistik (ginjal polistik)
Penyakit dada Rejeksi kronik Keracunan obat
Transplantasi (sikiosporin/takrolimus) Penyakit
recurrent (glomerular) Transplant
glomerulopathy
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) Atas
5. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah
itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
a. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan
oleh ginjal Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan
klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan
kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
b. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,
respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat
aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai
kecenderungan untuk kwehilangan garam, mencetuskan resiko
hipotensi dan hipovolemia. 20 Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin
memperburuk status uremik.
c. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi
asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan
sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk
menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat
(HCO3) .penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga
terjadi.
d. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
e. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium
dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah
satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya
filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar
serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal
tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal
menurun.
f. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormone.

6. Penatalaksanaan Medik
Menurut Wong, dkk (2009) Pada gagal ginjal konik yang bersifat
irreversibel, tujuan penatalaksanaan medis antara lain meningkatkan
fungsi ginjal sampai taraf maksimal, mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam batas biokimiawi yang aman, mengobati
komplikasi sistemik dan meningkatkan kualitas kehidupan hingga
taraf seaktif dan senormal mungkin.
a. Terapi Konservatif Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk
setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan lama terapi
konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun (Dilakukan
pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan,
Observasi adanya odema dan Batasi cairan yang masuk).
b. Asidosis metabolic Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat
meningkatkan serum K+ (hiperkalemia ) :
1.) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5
mg/hari.
2.) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau
sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan
20 mEq/L.
3.) Anemia
a.) Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan
defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic
Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian
Recombinant Human Erythropoetin ( rHuEPO ) dengan
pemberian 30-530 U per kg BB.
b.) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan
hemodialisis atau peritoneal dialysis.
c.) Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan
perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser
( terapi pengganti hemodialisis ).
4.) Pengaturan diet Tujuan diet pada gagal ginjal adalah
memberikan kalori dan protein yang cukup sekaligus
membatasi kebutuhan ekskresi pada ginjal, meminimalkan
penyakit tulang metabolik, dan meminimalkan gangguan cairan
dan elektrolit.Asupan natrium dan air biasanya tidak dibatasi
kecuali bila terdapat gejala edema dan hipertensi, dan asupan
kalium umumnya tidak dibatasi. Asupan fosfor harus
dikendalikan melalui pengurangan asupan protein dan susu
untuk mencegah atau mengoreksi gangguan keseimbangan
kalsium atau fosfor. Kadar fosfor dapat dikurangi lebih lanjut
dengan pemberian karbonat per oral yang berikatan dengan
fosfor menurunkan absorpsi gastrointestinal dan menurunkan
kadar fosfat serum.
5.) Penatalaksanaan teknologik gagal ginjal kronik
a.) Dialisis merupakan proses pemisahan substansi koloid dan
kristaloid dalam larutan berdasarkan perbedaan laju difusi
melalui membrane semipermeabel. Metode dialisis yang
kini tersedia adalah dialisis peritoneal dengan rongga
abdomen berfungsi sebagai membran semipermeabel yang
dapat dilalui oleh air dan zat terlarut yang ukuran
molekulnya kecil; hemodialisis yaitu darah yang
disirkulasikan diluar tubuh melalui membrane buatan yang
memungkinkan alur yang sama untuk air dan zat terlarut;
hemofiltrasi yaitu filtrat darah yang disirkulasi 30 di luar
tubuh dengan diberi tekanan hidrostatik melintasi membran
semipermeabel sambil pada saat yang bersamaan
dimasukkan larutan pengganti.
b.) Transplantasi memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menjalani hidup yang relative normal dan merupakan
bentuk terapi pilihan untuk penderita gagal ginjak kronik.
Ginjal untuk ditransplan diperoleh dari dua sumber yaitu
donor kerabat yang masih hidup living related donor yang
biasanya berasal dari orangtua atau saudara kandung, atau
donor kadaver, yaitu yang berasal dari pasien yang sudah
meninggal atau yang sudah mengalami kematian otak yang
keluarganya yang menyetujui untuk menyumbangkan
organ ginjal yang sehat tersebut. Tujuan utama
transplantasi adalah kelangsungan hidup jaringan yang
dicangkokkan dalam jangka waktu lama dengan
melindungi jaringan yang secara antigen serupa dengan
jaringan yang terdapat pada resipien dan dengan menekan
mekanisme imun resipien.

Menurut Lemone, dkk (2014) mengatakan bahwa dalam


mempertahankan nutrisi yang cukup dan mencegah
kekurangan gizi kalori protein adalah fokus penatalaksanaan
nutrisi selama tahap awal gagal ginjal kronik. Saat fungsi ginjal
menurun, eliminasi air, zat terlarut, dan sisa metabolik rusak.
Akumulasi zat sisa ini dalam tubuh memperlambat
perkembangan kerusakan nefron, menurunkan gejala uremia,
dan membantu mencegah komplikasi. Tidak seperti
karbohidrat dan lemak, tubuh tidak dapat menyimpan
kelebihan protein. Protein dalam makanan yang tidak dipakai
dipecah menjadi urea dan sisa nitrogen lainnya, yang kemudian
dieliminasi oleh ginjal. Makanan kaya protein juga
mengandung ion anorganik seperti ion hydrogen, fosfat, dan
sulfit yang dieliminasi oleh ginjal.

Asupan protein 31 harian 0,6 g/kg berat badan tubuh atau


sekitar 40 g/hari untuk rata-rata pasien pria, memberikan asam
amino yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan. Protein
harus mempunyai nilai biologis tinggi, kaya asam amino
esensial. Asupan karbohidrat ditingkatkan untuk
mempertahankan kebutuhan energi dan memberikan sekitar 35
kilokalori per kilo per hari. (Almatsier,2004) Asupan air dan
natrium diatur untuk mempertahankan volume cairan
ekstraseluler pada kadar normal. Asupan air satu sampai dua
liter per hari biasanya dianjurkan untuk mempertahankan
keseimbangan air. Natrium dibatasi hingga 2 gram per hari
pada awalnya. Batasan air dan natrium yang lebih ketat dapat
dibutuhkan pada saat gagal ginjal memburuk. Pasien
diinstruksikan untuk memonitor berat badan tiap hari dan
melaporkan kenaikan berat badan lebih dari dua koma tiga
kilogram selama periode 2 hari. Pada stadium empat dan lima,
asupan kalium dan fosfor juga dibatasi. Asupan kalium dibatasi
hingga kurang dari 60 hingga 70 mEq/hari (asupan normal
dalam sekitar 100 mEq/ hari). Pasien diperingatkan untuk
menghindari pemakaian pengganti garam. Yang biasanya berisi
kadar kalium klorida tinggi. Makanan tinggi fosfor mencakup
telur, produk susu, dan daging (Almatsier,2004).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih
beresiko daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat,
tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa
medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur,
hubungan denga pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1.) Keluhan utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang
dirasakan oleh pasien sebelum masuk ke Rumah sakit. Pada
pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama
bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat
BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas bau (ureum) dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
2.) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, adanya napas berbau amoniak, rasa
sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak
berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011).
3.) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat
penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu
saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit
diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi prdisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin, 2011).
4.) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu gagal ginjal
kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang
bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal
kronik.

5.) Pemeriksaan fisik


a.) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit
berat. Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan
tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf
pusat. TTV : RR meningkat, TD meningkat.
(1.)Kepala
(a.) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar,
pasien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis.
(b.) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat.
(c.) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan
kabur, konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
(d.)Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip
dan pasien bernapas pendek
(e.) Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,
ulserasi gusi, perdarahan gusi dan napas berbau.
(f.) Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi
(g.) Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan
(h.)Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid atau kelenjar getah bening
(i.) Dada/Thorak
 Inspeksi : biasanya pasien dengan napas
pendek, kusmaul (cepat/dalam)
 Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan
 Perkusi : biasanya sonor
 Auskultasi : biasanya vesikuler
(j.) Jantung
 Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di
ruang intercostal 2 linea dekstra sinistra
 Perkusi : biasanya ada nyeri
 Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung
yang cepat
(k.)Perut/Abdomen
 Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen,
acites atau penumpukan cairan, pasien
tampak mual dan muntah
 Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada
bagian pinggang, dan adanya pembesaran
hepar pada stadium akhir
 Perkusi : biasanya terdengar pekak karena
terjadinya acites
 Auskultasi : biasanya bising usus normal,
antara 5-35 kali/menit
(l.) Genitourinaria Biasanya terjadi penurunan
frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi abdomen,
diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi
kuning pekat.
(m.) Ekstremitas Biasanya didapatkan nyeri panggul,
edema pada ekstremitas, kram otot, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan
keterbatasan gerak sendi.
(n.)Sistem Integumen Biasanya warna kulit abu-abu,
kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area
ekimosis pada kulit.
(o.)Sistem Neurologi Biasanya terjadi gangguan status
mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral,
seperti perubahan proses fikir dan disorientasi.
Pasien sering didapati kejang, dan adanya neuropati
perifer.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola napas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan,
nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan
sindrom hipoventilasi
c. Defisit nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Ekspektasi: Observasi
berhubungan meningkat Kriteria  Monitor
dengan hasil: kecepatan aliran
ketidakseimbang Dispnea menurun oksigen
an  Bunyi  Monitor posisis
ventilasiperfusi, napas dan alat terapi
perubahan tambahan oksigen
membrane menurun  Monitor aliran
alveolus-kapiler.  fusing oksigen secara
menurun periodic dan
 Penglihatan pastikan fraksi
kabur yang diberikan
menurun cukup
 Diaforesis  Monitor
menurun efektivitas terapi
 Gelisah (mis. Oksimetri,
menurun analisa gas
 Napas darah), jika
cuping perlu
hidung  Monitor
menurun kemampuan
 PCO2 melepaskan
membaik oksigen saat
 PO2 makan
membaik  Monitor tanda-
 Takikardia tanda
membaik hipoventilasi
 pH arteri  Monitor tanda
membaik dan gejala
 Sianosis toksikasi
membaik oksigen dan
 Pola napas atelectasis
membaik  Monitor tingkat
 Warna kulit kecemasan
membaik  Monitor
integritas
mukosa hidung
akibat
pemasangan
oksigen
Terapeutik
 Bersihkan secret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika perlu
 Tetap berikan
oksigen saat
pasien di
transportasi
 Gunalkan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobiliotas
pasien
Edukasi
 ajarkan pasien
dan keluarga
cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolabosi
 Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas
dan/atau tidur
2 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management:
pola napas b/d Ventilation  Buka jalan
ansietas,  Respiratory napas, guanakan
hiperventilasi, status : teknik chin lift
keletihan, nyeri, Airway atau jaw thrust
obesitas, posisi patency bila perlu
tubuh yang  Vital sign  Posisikan pasien
menghambat Status untuk
ekspansi paru Kriteria Hasil : memaksimalkan
dan sindrom  Mendemons ventilasi
hipoventilasi trasikan  Identifikasi
batuk pasien perlunya
efektif dan pemasangan alat
suara napas jalan napas
yang bersih, buatan
tidak ada  Pasang mayo
sianosis dan bila perlu
dyspneu  Lakukan
(mampu fisioterapi dada
mengeluark jika perlu
an sputum,  Keluarkan
mampu sekret dengan
bernapas batuk atau
dengan suction
mudah,  Auskultasi suara
tidak ada napas, catat
pursed lips) adanya suara
 Menunjukk tambahan
an jalan  Lakukan suction
napas yang pada mayo
paten (klien  Berikan
tidak bronkodilator
merasa bila perlu
tercekik,
 Berikan
irama
pelembab udara
napas,
Kassa basah
frekuensi
NaCl Lembab
pernapasan
 Atur intake
dalam untuk cairan
rentang mengoptimalkan
normal, keseimbangan
tidak ada  Monitor
suara napas respirasi dan
abnormal) status O2.
 Tanda
Tanda vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
darah, nadi,
pernapasan)
3. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan Ekspektasi: Observasi
ketidakmampua membaik Kriteria  Identifikasi
n mengabsorbsi hasil: status nutrisi
nutrient.  Porsi  Identifikasi
makanan alergi dan
yang intoleransi
dihabiskan makanan
meningkat  Identifikasi
 Kekuatan makanan yang
otot disukai
pengunyah  Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
 Kekuatan dan jenis
otot nutrient
menelan  Monitor asupan
meningkat makanan
 Serum  Monitor berat
albumin badan
meningkat  Monitor hasil
 Verbalisasi pemeriksaan
keinginan laboratorium
untuk Teraupetik
meningkatk  Lakukaoral
an nutrisi hygiene sebelum
meningkat makan, jika
 Pengetahua perlu
n tentang  Fasilitasi
pilihan menentukan
makanan pedooman diet
yang sehat (mis. Piramida
meningkat makanan)
 Pengetahua  Sajikan
n tentang makanan secara
pilihan menarik dan
minuman suhu yang sesuai
yang sehat  Berikan
meningkat makanantinggi
 Pengetahua serat untuk
n tentang mencegah
standar konstipasi
asupan  Berikan
nutrisi yang makanan tinggi
tepat kalori dan tinggi
meningkat protein
 Penyiapan  Berikan
dan makanan rendah
penyimpana protein
n makanan Edukasi
yang aman  Anjurkan posisi
meningkat dusuk, jika
 Penyiapan mampu
dan  Anjurkan diet
penyimpana yang
n minuman diprogramkan
yang aman Kolaborasi
meningkat  Kolaborasi
 Sikap pemberian
terhadap medikasi
makanan/mi sebelum makan
numan (mis. Pereda
sesuai nyeri,
dengan antiemetic), jika
tujuan perlu
kesehatan  Kolaborasi
meningkat dengan ahli gizi
12. menentukan
Perasaan jumlah kalori
cepat dan jenis
kenyang nutrient yang
menurun dibutuhkan, jika
 Nyeri perlu
abdomen
menurun
 Sariawan
menurun
 Rambut
rontok
menurun
 Diare
menurun
 Berat badan
membaik
 Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
membaik
 Frekuensi
makan
membaik
 Nafsu
makan
membaik
 Bising usus
membaik
 Tebal
lipatan kulit
trisep
membaik
 Membran
mukosa
membaik
4. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Ekspektasi: Observasi
berhubungan meningkat  Identifikasi
dengan Kriteria hasil: gangguan fungsi
ketidakseimbang  Frekuensi tubuh yang
an antara suplai nadi mengakibatkan
dan kebutuhan meningkat kelelahan
O2, kelemahan..  Saturasi  Monitor
Data Mayor : oksigen kelelahan fisik
DS : - meningkat dan emosional
DO :  Kemudahan  Monitor pola
 Frekuens dalam dan jam tidur
i jantung melakukan  Monitor lokasi
meningk aktivitas dan
at >20% sehari-hari ketidaknyamana
dari meningkat n selama
kondisi  Kecepatan melakukan
istirahat berjalan aktivitas
Data Minor meningkat Terapeutik
DS :  Jarak  Sediakan
 Dispnea berjalan lingkungan
saat/setel meningkat nyaman dan
ah  Kekuatan rendah stimulus
beraktivi tubuh (mis. cahaya,
tas bagian atas suara,
 Merasa meningkat kunjungan)
tidak  Kekuatan  Lakukan latihan
nyaman tubuh rentang gerak
 setelah bagian pasin dan/atau
beraktivi bawah aktif
tas meningkat  Berikan
 Merasa  Toleransi aktivitas
lemah dalam distraksi yang
DO : menaiki menenangkan
 Tekanan tangga  Fasilitasi duduk
darah meningkat di sisi tempat
berubah  Keluhan tidur, jika tidak
>20% lelah dapat berpindah
dari  Dipsnea atau berjalan
kondisi saat Edukasi
istirahat aktivitas  Anjurkan tirah
 Gambara menurun baring
n EKG  Anjurkan
menunju melakukkan
kkan aktivitas secara
aritmia bertahap
saat/setel  Anjurkan
ah menghubungi
aktivitas perawat jika
 Sianosis tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.

4. Implementasi
Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, mampu
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, observasi
sistematis, mampu memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi, 2008). Implementasi adalah
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap
ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat
bahwa evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat
membuat keputusan-keputusan klinis dan secara terus-menerus
mengarah kembali ke asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan
masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi
menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.
Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP untuk
mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S merujuk pada
respon subjektif pasien setelah diberikan intervensi. Poin O melihat
pada respon objektif yang dapat diukur pada pasien setelah
dilakukannya intervensi. Poin A adalah analisis perawat terhadap
intervensi yang dilakukan. Poin P adalah perencanaan terkait tindakan
selanjutnya sesuai analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
DAFTRA PUSTAKA
Amelia, K, ( 2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana
Sheehy.Jakarta:Elsiver

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2019. Asuhan Keperawatan


Gangguan SistemPerkemihan. Jakarta : Selemba Medika
Herdmand.

Black and Hawks. Medical Suurgical Nursing Clinical Management


for Positive Outcomes. Elsevier Saunders. 2018

Burrows, N, et al. (2014). Survival on Dialysis Among American


Indians and Alaska Natives With Diabetes in the United States,
1995–2010. American Journal of Public Health, Supplement 3,
2014, Vol 104, No. S3 .

Eka Putri , Alini, Indrawati ( 2020) Hubungan Dukungan Keluarga


dan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Gagal Ginjal Kronik dalam MenjalaniTerapi Hemodialisis di
RSUD Bangkinang Jurnal Ners Volume 4 Nomor 2 Tahun
2020 Halaman 47 – 55

Iriondo-DeHond, A., Uribarri, J., & Castilloa, M. D. del. (2018).


Usefulness of dietary components as sustainable nutraceuticals
for chronic kidney disease. Encyclopedia of Food Security and
Sustainability, 323– 331.
Yuni Kurniawatya, Ni Nyoman Wahyu Lestarina,Baswara Yua
Kristamac ( 2020) Perilaku Penderita Penyakit Ginjal Kronis
The Behavior of Patients with Chronic Kidney Disease ,Jurnal
Keperawatan 188 Vol. 11, No.2, Juli 2020,pp.188-199

Ulya Najikhah, Warsono,( 2020) Penurunan Rasa Haus Pada Pasien


Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Berkumur Air Matang
, Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.
FORMAT PENGKAJIAN

Nama Pengkaji : Ariadne della

Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2023

Ruang Pengkajian : IGD NON BEDAH

Jam : .07.30 WITA

A. BIODATA PASIEN
Nama : Ny “ A “
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : IRT
Usia : 60 tahun
Status Pernikahan : Sudah menikah
No RM : 310445
Diagnosa Medis : CKD
Tanggal Masuk RS : 31.01.2023
Alamat : jl.pattunuan 3

B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn “ A “
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan Klien : istri
Alamat : jl.pattunuan 3
C. KONDISI PASIEN (TRIASE)

( ) P1 (√ ) P2 () P3 ( ) P4

D. GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme Cedera : Pada tanggal 31 Januari 2023, pasien mengeluh
lemas, sesak, mual dan munta dan dilarikan ke RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makasar.
Orientasi Tempat, Waktu dan Orang) ( ) Baik (  ) Tidak Baik

E. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas) Sumbatan:
(- ) Benda asing
(- ) Broncospasme
(-)Darah ( -) Sputum (- ) Lendir
Suara nafas: vesikuler (normal)
( -) Snowring ( -) Gurgling ( -) tidak ada sumbatan jalan napas

Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
( ) Aktivitas
(- ) Tanpa aktivitas
(- ) Menggunakan otot tambahan

Frekuensi: 32x/mnt

Irama:
() Teratur ( ) Tidak
Kedalaman:
() Dalam ( -) Dangkal
Reflek batuk: ( ) Ada (-) Tidak Batuk:
( -) Produktif (- ) Non Produktif
Sputum: (-) Ada ( √) Tidak ada sputum
Warna: -
Konsistensi: -
Bunyi nafas: tidak ada bunyi napas tambahan
( -) Ronchi (- ) Creakless (- ) Wheezing
BGA: suara napas normal (visikuler)

Circulation (Sirkulasi) Sirkulasi perifer:


Nadi: 98x/mnt
Irama: ( )Teratur ( ) Tidak
Denyut: ( )Lemah ( ) Kuat ( ) Tdk Kuat
TD:-
S: 36,8⁰C
Ekstremitas:
() Hangat ( ) Dingin
Warna kulit:
(-) Cyanosis (-) Pucat (-)Kemerahan
Nyeri dada: ( ) Ada ( )Tidak ada
Karakterisrik nyeri dada:
(-) Menetap ( -) Menyebar ( -) Seperti ditusuk-tusuk
( -) Seperti ditimpa benda berat
Capillary refill:
(-) <2 detik (-) > 2 detik
Edema:
( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi edema:
( )Muka (√ ) kaki (dorsum pedis bilateral
( ) Tungkai ( ) Anasarka

Disability
() Alert/perhatian

() Voice respons/respon terhadap suara

(-) Pain respons/respon terhadap nyeri


(-) Unrespons/tidak berespons
() Reaksi pupil

A. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri =PQRST)
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mengalami lemas, mual
dan muntah, demam, dan sesak nafas sejak 5 hari yang lalu.
P : klien nampak sesak
Q: seperti ditusuk-tusuk
R : tulang belakang
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul

2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.


Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.
3. Medikasi/Pengobatan terakhir.

Klien mengatakan klien pernah masuk RS sebelumnya

4. Last meal (makan terakhir)

Makan sesuai jadwal dan porsi makan tidak dihabiskan

5. Event of injury/penyebab injury : mual dan muntah, demam dan


disertai sesak

6. Pengalaman pembedahan : Klien mengatakan klien tidak pernah


mengalami pembedahan (skin graft)

7. Riwayat penyakit sekarang : CKD on Hemodialisis


8. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi

Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala
Bentuk kepala : mesochepal
Wajah : simetris kiri dan kanan
Rambut : hitam merata, tidak berminyak dan tidak
mudah tercabut
Mata : konjungtiva anemis ada,skelera ikterik tdk ada
Telinga : auriluka simetris kiri dan kana tidak ada
serumen pendengaran baik
Hidung : simetris kiri dan kanan tidak ada polip
tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Dada
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : terdapat rhobku, tidak ada wheezing
 Auskultasi : vesikuler
4. Abdomen
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada asitesis
 Auskultasi : bunyi peristaltic normal
 Perkusi : tidak terdapat bunyi thimpany
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Ekstremitas atas : tidak terdapat luka atau benjolan
6. Ekstremitas bawah : edema dorsum pedis bilateral.

Kekuatan otot:

55
55

Keterangan :

5 = normal
4 = melawan grafitasi,tahanan cukup
3 = menahan grafitasi tahanan ringan
2 = gerakan sendi + tidak bisa melawan grafitasi
1 = otot kontraksi tetapi gerakan sendi tidak ad
0 = tidak ada kontraksi otot
7. Kulit/integument
Inspeksi: tidak ada luka atau benjolan warna kulit sawo matang sedikit
keriput
Perkusi : tidak ada luka atau benjolan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

No Parameter Nilai Satuan Hasil


normal
1 Antigen SARS-CoV-2 Negative Negative
2 Jenis specimen nassofaring
3 WBC 4-10 Ribu/?L 10.1
4 RBC 3.8-5.2 Juta/?L 2.82
5 HGB 12-15 g/dl 7.3
6 HCT 37-47 % 23
7 MCV 70-96 fl 81
8 MCH 23-31 pg 26
9 MCHC 30-36 g/dL 32
10 PLT 150-450 ribu/?L 162
11 RDW-SD 37-52 fL 49.1
12 RDW-CV 11.5-14.7 % 16.8
13 PDW 9-13 fL 9.6
14 MPV 7.2-11.1 fL 9.8
15 PCT 0.15-0.5 % 0.00
16 NEUT 33-66 % 79.2
17 LUMPH 20-45 % 152
18 MONO 1-8 % 4.8
19 EO 1-3 % 0.5
20 BASO 0-1 % 0.3
21 LED I ˂20 mm 139
22 INR 0.97
23 PT 10-14 detik 10.5
24 APTT 22-30 detik 29.8
25 GDS ˂200 Mg/dL 163

G. TERAPI MEDIS
 Furosemide 40 mg/8 jam/intravena
 Ceftriaxone 2 gram/ 24 jam/ intravena
 kontrimoxazole 960 mg/12 jam/oral
 amlodipine 10 mg/24 jam/oral
ANALISA DATA
Data subjektif dan Dignosa Etiologi
objektif
DS : Chronic Kidney Disease
Pasien mengeluh sesak (CKD)
napas
Data Objektif :
 Tampak pasien Gangguan reabsorbsi

bernapas
menggunakan otot
Pola Napas tidak efektif Hipernatremis
bantu pernapasan
 Terdengar suara
napas tambahan
Retensi cairan
(Ronkhi)
 Tampak napas
pasien cepat dan Vol vaskuler
dangkal
 Terpasang NRM
07 plm meningkat Oedema
 RR : 32x/m pulmonal

Ekspansi paru turun

Dyspneu
Pola Napas tidak efektif
DS: Chronic Kidney Disease
Pasien mengatakan sesak (CKD)
DO:
PH: 7.470, PCO2: 43.7, -
Gangguan pertukaran gas Retensi cairan Tekanan
HCO3: 32.1, SPO2: 88% -
Bunyi napas Ronchi,
Tampak pasien bernapas
Pulmonal Naik Vol
menggunakan otot bantu
vaskuler meningkat
pernapasan, Tampak napas
pasien cepat dan dangkal

Oedema pulmonal

Gangguan pertukaran gas

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
DS: DO:
1. klien mengatakan sesak 5 hari yang 1. KU: sakit berat
lalu disertai demam mual dan muntah 2. Ekspresi nampak meringis
2. Skala nyeri 3 (FLACC 0-10) 3. TD: 129/90 mmHg
N: 98x/menit
S: 36,8℃
P: 32x/menit

INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan . Manajemen jalan
efektif b.d tindakan, selama napas Observasi
depresi pusat 1x24 jam  Monitor pola
pernapasan perawatan di napas
harapkan Pola (frekuensi,
napas membaik kedalaman,
dengan usaha napas)
Kriteria Hasil :  Monitor bunyi
 Dispnea napas tambahan
menurun  Monitor sputum
 Penggunaa Terapeutik
n otot  Posisikan semi
bantu fowler atau
napas fowler
menurun  Berikan minum
Frekuensi napas hangat Edukasi
membaik  Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
oksigen
2. Gangguan Setelah dilakukan emantauan Respirasi
pertukaran gas tindakan, selama Observasi
b.d 1x24 jam  Pantau
ketidakseimbang perawatan di kecepatan,
an ventilasi- harapkan gangguan irama,
perfusi pertukaran gas kedalaman, dan
membaik dengan usaha respirasi
Kriteria Hasil :  Auskultasi
 Dispnea bunyi napas
menurun  Pertahankan
 Bunyi kepatenan jalan
napas napas
tambahan  Pantau efek
menurun perubahan posisi
 PCO2 pada perubahan
membaik oksigenasi:
 PO2 AGD, SPO2
membaik Terapeutik
pH arteri membaik  Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
oksigen
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy
aktivitas tindakan Obsrvasi :
berhubungan keperawatan  Monitor
dengan klien diharapkan toleransi kelelahan
mengeluh lemas aktivitas meningkat fisik dan
dengan kriheria emosional
hasil  Monitor
 Keluhan lemas lokasi dan
menurun ketidaknyam
 Perasaan lemah anan selama
menurun melakukan
Tekanan darah aktivitas
membaik Terapeutik
 Sediakan
lingkungan yang
nyaman dan
rendah stimulus
 Berikan
aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
 Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
 Anjurkan
menghubung
i perawat
jika tanda
dan gejala
kelelahan
tidak
berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasik
an dengan
ahli gizi
tentang cara
meningkatka
n asupan
makanan.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
DX
1. 31/01/20 07.30 Manajemen jalan napas S :
23 Observasi  Klien mengatakan
 Memonitor pola napas sesak
napas (frekuensi, berkurang
kedalaman, usaha O :
napas)  Klien tampak
Hasil: pernapasan 28 lemas dan
x/menit terpasang O2 NRM
 Memonitor bunyi 7 lpm
napas tambahan  frekuensi napas 32
Hasil: suara Ronchi x/menit –
 Memonitor sputum A:
Hasil: warna putih, belum teratasi
jumlah banyak P:
Terapeutik Intervensi dilanjutkan
 Memposisikan semi
fowler atau fowler
Hasil: memposisikan
pasien semi fowler
 Memberikan minum
hangat
Hasil: pasien minum
air hangat
Edukasi
 Mengajarkan teknik
batuk efektif
Hasil: pasien
mengerti cara batuk
efektif Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian oksigen
Hasil: Pasien
terpasang oksigen
NRM 07 lpm
2. 31/01/20 07.50 Pemantauan Respirasi
23 Observasi
 Memantau
kecepatan, irama,
kedalaman, dan
usaha respirasi
Hasil: pernapasan 32
x/menit napas
dangkal,
menggunakan otot
bantu napas
 Mengauskultasi
bunyi napas
Hasil: suara ronchi
 Mempertahankan
kepatenan jalan
napas
Hasil:
 Pantau efek
perubahan posisi
pada perubahan
oksigenasi: AGD,
SPO2 Hasil:
PH: 7.470, PCO2:
43.7, HCO3: 32.1,
SPO2: 88%
Terapeutik
 Mendokumenta
sikan hasil
pemantauan
Hasil: mencatat hasil
yang di dapatkan
Edukasi
 Menjelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Hasil: keluarga
paham dengan
penjelasan
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian oksigen
Hasil: Pasien
terpasang NRM 07
lpm

3. 31/01/20 08.12  Memonitor S:


23 kelelahan fisik
 klien mengatakan
dan emosional
lemas
Hasil: klien
 Klien mengatakan
mengeluh lemas
lemas sejak 3 hari
diseluruh badan
yang lalu dan sulit
 Memonitor lokasi menggeralkan
dan ekstermitas bawah
ketidaknyamanan sejak 2 hari yang
selama lalu
melakukan
O:
aktivitas
Keadaan umum lemah
Hasil: klien
Ttv
merasa pusing
TD: 113/83 mmHg
dan lemas saat N: 112 x/menit
S: 36,60C
beraktivitas
P:24 x/Menit
 menyediakan
A: Intoleransi Aktivitas
lingkungan yang
nyaman dan P: Lanjutkan Intervensi
rendah stimulus
 Memberikan
hasil: mengurangi
aktivitas distraksi
pencahayaan
yang
Hasil:
menyenangkan
mengalihkan
 Menganjurkan
perhatian dengan
menghubungi
bercerita
perawat jika tanda
 Menganjurkan
dan gejala
melakukan
kelelahan tidak
aktivitas secara
berkurang
bertahap
 Mengkolaborasikan
 Menganjurkan
dengan ahli gizi
menghubungi
tentang cara
perawat jika tanda
meningkatkan
dan gejala
kelelahan tidak asupan makanan
berkurang
 Mengkolaborasik
an dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
Hasil : perawat
telah melakukan
kolaborasi dengan
ahli gizi cara
peningkatan
asupan makanan
GFR menurun

Tidak mampu Dampak insisi bedah Fungsi eksresi


mengekspresika ginjal
n asam (H)

Sindrom uremia

Asidosis Sekresi kalium Retensi Na & P


H20

Pruritus

Hiperventilasi Hiperkalemia
CES
meningkat
Kerusakan integritas
Disaritmia kulit
Pola nafas
tidak efektif
Tekanan
Penurunan COP kapiler naik

Suplai O2 ke Volume intersial


jaringan naik

Edema
Kelemahan otot

Kelebihan
Intoleransi
volume jaringan

Anda mungkin juga menyukai