LI
OLEH:
(…………………………………………..…) (……………………………………………………..)
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab
dari gagal ginjal kronis antara lain :
1.) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2.) Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3.) Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4.) Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik)
5.) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal)
6.) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7.) Nefropati toksik
8.) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Robinson, 2013).
4. Klasifikasi
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal
yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG
yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai
berikut:
(140 − umur) x Berat badan
LFG (ml/mnt/1,73m²) =
72 x Kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut tampak pada table 2.1
Derajat Penjelasan LFG
(ml/mn/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-25
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar Derajat
Penyakit
6. Penatalaksanaan Medik
Menurut Wong, dkk (2009) Pada gagal ginjal konik yang bersifat
irreversibel, tujuan penatalaksanaan medis antara lain meningkatkan
fungsi ginjal sampai taraf maksimal, mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam batas biokimiawi yang aman, mengobati
komplikasi sistemik dan meningkatkan kualitas kehidupan hingga
taraf seaktif dan senormal mungkin.
a. Terapi Konservatif Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk
setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan lama terapi
konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun (Dilakukan
pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi balance cairan,
Observasi adanya odema dan Batasi cairan yang masuk).
b. Asidosis metabolic Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat
meningkatkan serum K+ (hiperkalemia ) :
1.) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5
mg/hari.
2.) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau
sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan
20 mEq/L.
3.) Anemia
a.) Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan
defisiensi hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic
Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian
Recombinant Human Erythropoetin ( rHuEPO ) dengan
pemberian 30-530 U per kg BB.
b.) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan
hemodialisis atau peritoneal dialysis.
c.) Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan
perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser
( terapi pengganti hemodialisis ).
4.) Pengaturan diet Tujuan diet pada gagal ginjal adalah
memberikan kalori dan protein yang cukup sekaligus
membatasi kebutuhan ekskresi pada ginjal, meminimalkan
penyakit tulang metabolik, dan meminimalkan gangguan cairan
dan elektrolit.Asupan natrium dan air biasanya tidak dibatasi
kecuali bila terdapat gejala edema dan hipertensi, dan asupan
kalium umumnya tidak dibatasi. Asupan fosfor harus
dikendalikan melalui pengurangan asupan protein dan susu
untuk mencegah atau mengoreksi gangguan keseimbangan
kalsium atau fosfor. Kadar fosfor dapat dikurangi lebih lanjut
dengan pemberian karbonat per oral yang berikatan dengan
fosfor menurunkan absorpsi gastrointestinal dan menurunkan
kadar fosfat serum.
5.) Penatalaksanaan teknologik gagal ginjal kronik
a.) Dialisis merupakan proses pemisahan substansi koloid dan
kristaloid dalam larutan berdasarkan perbedaan laju difusi
melalui membrane semipermeabel. Metode dialisis yang
kini tersedia adalah dialisis peritoneal dengan rongga
abdomen berfungsi sebagai membran semipermeabel yang
dapat dilalui oleh air dan zat terlarut yang ukuran
molekulnya kecil; hemodialisis yaitu darah yang
disirkulasikan diluar tubuh melalui membrane buatan yang
memungkinkan alur yang sama untuk air dan zat terlarut;
hemofiltrasi yaitu filtrat darah yang disirkulasi 30 di luar
tubuh dengan diberi tekanan hidrostatik melintasi membran
semipermeabel sambil pada saat yang bersamaan
dimasukkan larutan pengganti.
b.) Transplantasi memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menjalani hidup yang relative normal dan merupakan
bentuk terapi pilihan untuk penderita gagal ginjak kronik.
Ginjal untuk ditransplan diperoleh dari dua sumber yaitu
donor kerabat yang masih hidup living related donor yang
biasanya berasal dari orangtua atau saudara kandung, atau
donor kadaver, yaitu yang berasal dari pasien yang sudah
meninggal atau yang sudah mengalami kematian otak yang
keluarganya yang menyetujui untuk menyumbangkan
organ ginjal yang sehat tersebut. Tujuan utama
transplantasi adalah kelangsungan hidup jaringan yang
dicangkokkan dalam jangka waktu lama dengan
melindungi jaringan yang secara antigen serupa dengan
jaringan yang terdapat pada resipien dan dengan menekan
mekanisme imun resipien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola napas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan,
nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan
sindrom hipoventilasi
c. Defisit nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Ekspektasi: Observasi
berhubungan meningkat Kriteria Monitor
dengan hasil: kecepatan aliran
ketidakseimbang Dispnea menurun oksigen
an Bunyi Monitor posisis
ventilasiperfusi, napas dan alat terapi
perubahan tambahan oksigen
membrane menurun Monitor aliran
alveolus-kapiler. fusing oksigen secara
menurun periodic dan
Penglihatan pastikan fraksi
kabur yang diberikan
menurun cukup
Diaforesis Monitor
menurun efektivitas terapi
Gelisah (mis. Oksimetri,
menurun analisa gas
Napas darah), jika
cuping perlu
hidung Monitor
menurun kemampuan
PCO2 melepaskan
membaik oksigen saat
PO2 makan
membaik Monitor tanda-
Takikardia tanda
membaik hipoventilasi
pH arteri Monitor tanda
membaik dan gejala
Sianosis toksikasi
membaik oksigen dan
Pola napas atelectasis
membaik Monitor tingkat
Warna kulit kecemasan
membaik Monitor
integritas
mukosa hidung
akibat
pemasangan
oksigen
Terapeutik
Bersihkan secret
pada mulut,
hidung dan
trakea, jika perlu
Tetap berikan
oksigen saat
pasien di
transportasi
Gunalkan
perangkat
oksigen yang
sesuai dengan
tingkat
mobiliotas
pasien
Edukasi
ajarkan pasien
dan keluarga
cara
menggunakan
oksigen dirumah
Kolabosi
Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas
dan/atau tidur
2 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management:
pola napas b/d Ventilation Buka jalan
ansietas, Respiratory napas, guanakan
hiperventilasi, status : teknik chin lift
keletihan, nyeri, Airway atau jaw thrust
obesitas, posisi patency bila perlu
tubuh yang Vital sign Posisikan pasien
menghambat Status untuk
ekspansi paru Kriteria Hasil : memaksimalkan
dan sindrom Mendemons ventilasi
hipoventilasi trasikan Identifikasi
batuk pasien perlunya
efektif dan pemasangan alat
suara napas jalan napas
yang bersih, buatan
tidak ada Pasang mayo
sianosis dan bila perlu
dyspneu Lakukan
(mampu fisioterapi dada
mengeluark jika perlu
an sputum, Keluarkan
mampu sekret dengan
bernapas batuk atau
dengan suction
mudah, Auskultasi suara
tidak ada napas, catat
pursed lips) adanya suara
Menunjukk tambahan
an jalan Lakukan suction
napas yang pada mayo
paten (klien Berikan
tidak bronkodilator
merasa bila perlu
tercekik,
Berikan
irama
pelembab udara
napas,
Kassa basah
frekuensi
NaCl Lembab
pernapasan
Atur intake
dalam untuk cairan
rentang mengoptimalkan
normal, keseimbangan
tidak ada Monitor
suara napas respirasi dan
abnormal) status O2.
Tanda
Tanda vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
darah, nadi,
pernapasan)
3. Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan Ekspektasi: Observasi
ketidakmampua membaik Kriteria Identifikasi
n mengabsorbsi hasil: status nutrisi
nutrient. Porsi Identifikasi
makanan alergi dan
yang intoleransi
dihabiskan makanan
meningkat Identifikasi
Kekuatan makanan yang
otot disukai
pengunyah Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
Kekuatan dan jenis
otot nutrient
menelan Monitor asupan
meningkat makanan
Serum Monitor berat
albumin badan
meningkat Monitor hasil
Verbalisasi pemeriksaan
keinginan laboratorium
untuk Teraupetik
meningkatk Lakukaoral
an nutrisi hygiene sebelum
meningkat makan, jika
Pengetahua perlu
n tentang Fasilitasi
pilihan menentukan
makanan pedooman diet
yang sehat (mis. Piramida
meningkat makanan)
Pengetahua Sajikan
n tentang makanan secara
pilihan menarik dan
minuman suhu yang sesuai
yang sehat Berikan
meningkat makanantinggi
Pengetahua serat untuk
n tentang mencegah
standar konstipasi
asupan Berikan
nutrisi yang makanan tinggi
tepat kalori dan tinggi
meningkat protein
Penyiapan Berikan
dan makanan rendah
penyimpana protein
n makanan Edukasi
yang aman Anjurkan posisi
meningkat dusuk, jika
Penyiapan mampu
dan Anjurkan diet
penyimpana yang
n minuman diprogramkan
yang aman Kolaborasi
meningkat Kolaborasi
Sikap pemberian
terhadap medikasi
makanan/mi sebelum makan
numan (mis. Pereda
sesuai nyeri,
dengan antiemetic), jika
tujuan perlu
kesehatan Kolaborasi
meningkat dengan ahli gizi
12. menentukan
Perasaan jumlah kalori
cepat dan jenis
kenyang nutrient yang
menurun dibutuhkan, jika
Nyeri perlu
abdomen
menurun
Sariawan
menurun
Rambut
rontok
menurun
Diare
menurun
Berat badan
membaik
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
membaik
Frekuensi
makan
membaik
Nafsu
makan
membaik
Bising usus
membaik
Tebal
lipatan kulit
trisep
membaik
Membran
mukosa
membaik
4. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Ekspektasi: Observasi
berhubungan meningkat Identifikasi
dengan Kriteria hasil: gangguan fungsi
ketidakseimbang Frekuensi tubuh yang
an antara suplai nadi mengakibatkan
dan kebutuhan meningkat kelelahan
O2, kelemahan.. Saturasi Monitor
Data Mayor : oksigen kelelahan fisik
DS : - meningkat dan emosional
DO : Kemudahan Monitor pola
Frekuens dalam dan jam tidur
i jantung melakukan Monitor lokasi
meningk aktivitas dan
at >20% sehari-hari ketidaknyamana
dari meningkat n selama
kondisi Kecepatan melakukan
istirahat berjalan aktivitas
Data Minor meningkat Terapeutik
DS : Jarak Sediakan
Dispnea berjalan lingkungan
saat/setel meningkat nyaman dan
ah Kekuatan rendah stimulus
beraktivi tubuh (mis. cahaya,
tas bagian atas suara,
Merasa meningkat kunjungan)
tidak Kekuatan Lakukan latihan
nyaman tubuh rentang gerak
setelah bagian pasin dan/atau
beraktivi bawah aktif
tas meningkat Berikan
Merasa Toleransi aktivitas
lemah dalam distraksi yang
DO : menaiki menenangkan
Tekanan tangga Fasilitasi duduk
darah meningkat di sisi tempat
berubah Keluhan tidur, jika tidak
>20% lelah dapat berpindah
dari Dipsnea atau berjalan
kondisi saat Edukasi
istirahat aktivitas Anjurkan tirah
Gambara menurun baring
n EKG Anjurkan
menunju melakukkan
kkan aktivitas secara
aritmia bertahap
saat/setel Anjurkan
ah menghubungi
aktivitas perawat jika
Sianosis tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.
4. Implementasi
Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang efektif, mampu
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, observasi
sistematis, mampu memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi, 2008). Implementasi adalah
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Tahap
ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat
bahwa evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat
membuat keputusan-keputusan klinis dan secara terus-menerus
mengarah kembali ke asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan
masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan
mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi
menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.
Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP untuk
mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S merujuk pada
respon subjektif pasien setelah diberikan intervensi. Poin O melihat
pada respon objektif yang dapat diukur pada pasien setelah
dilakukannya intervensi. Poin A adalah analisis perawat terhadap
intervensi yang dilakukan. Poin P adalah perencanaan terkait tindakan
selanjutnya sesuai analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
DAFTRA PUSTAKA
Amelia, K, ( 2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana
Sheehy.Jakarta:Elsiver
A. BIODATA PASIEN
Nama : Ny “ A “
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : IRT
Usia : 60 tahun
Status Pernikahan : Sudah menikah
No RM : 310445
Diagnosa Medis : CKD
Tanggal Masuk RS : 31.01.2023
Alamat : jl.pattunuan 3
( ) P1 (√ ) P2 () P3 ( ) P4
D. GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme Cedera : Pada tanggal 31 Januari 2023, pasien mengeluh
lemas, sesak, mual dan munta dan dilarikan ke RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makasar.
Orientasi Tempat, Waktu dan Orang) ( ) Baik ( ) Tidak Baik
E. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas) Sumbatan:
(- ) Benda asing
(- ) Broncospasme
(-)Darah ( -) Sputum (- ) Lendir
Suara nafas: vesikuler (normal)
( -) Snowring ( -) Gurgling ( -) tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
( ) Aktivitas
(- ) Tanpa aktivitas
(- ) Menggunakan otot tambahan
Frekuensi: 32x/mnt
Irama:
() Teratur ( ) Tidak
Kedalaman:
() Dalam ( -) Dangkal
Reflek batuk: ( ) Ada (-) Tidak Batuk:
( -) Produktif (- ) Non Produktif
Sputum: (-) Ada ( √) Tidak ada sputum
Warna: -
Konsistensi: -
Bunyi nafas: tidak ada bunyi napas tambahan
( -) Ronchi (- ) Creakless (- ) Wheezing
BGA: suara napas normal (visikuler)
Disability
() Alert/perhatian
A. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri =PQRST)
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan mengalami lemas, mual
dan muntah, demam, dan sesak nafas sejak 5 hari yang lalu.
P : klien nampak sesak
Q: seperti ditusuk-tusuk
R : tulang belakang
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
Kekuatan otot:
55
55
Keterangan :
5 = normal
4 = melawan grafitasi,tahanan cukup
3 = menahan grafitasi tahanan ringan
2 = gerakan sendi + tidak bisa melawan grafitasi
1 = otot kontraksi tetapi gerakan sendi tidak ad
0 = tidak ada kontraksi otot
7. Kulit/integument
Inspeksi: tidak ada luka atau benjolan warna kulit sawo matang sedikit
keriput
Perkusi : tidak ada luka atau benjolan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. TERAPI MEDIS
Furosemide 40 mg/8 jam/intravena
Ceftriaxone 2 gram/ 24 jam/ intravena
kontrimoxazole 960 mg/12 jam/oral
amlodipine 10 mg/24 jam/oral
ANALISA DATA
Data subjektif dan Dignosa Etiologi
objektif
DS : Chronic Kidney Disease
Pasien mengeluh sesak (CKD)
napas
Data Objektif :
Tampak pasien Gangguan reabsorbsi
bernapas
menggunakan otot
Pola Napas tidak efektif Hipernatremis
bantu pernapasan
Terdengar suara
napas tambahan
Retensi cairan
(Ronkhi)
Tampak napas
pasien cepat dan Vol vaskuler
dangkal
Terpasang NRM
07 plm meningkat Oedema
RR : 32x/m pulmonal
Dyspneu
Pola Napas tidak efektif
DS: Chronic Kidney Disease
Pasien mengatakan sesak (CKD)
DO:
PH: 7.470, PCO2: 43.7, -
Gangguan pertukaran gas Retensi cairan Tekanan
HCO3: 32.1, SPO2: 88% -
Bunyi napas Ronchi,
Tampak pasien bernapas
Pulmonal Naik Vol
menggunakan otot bantu
vaskuler meningkat
pernapasan, Tampak napas
pasien cepat dan dangkal
Oedema pulmonal
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
DS: DO:
1. klien mengatakan sesak 5 hari yang 1. KU: sakit berat
lalu disertai demam mual dan muntah 2. Ekspresi nampak meringis
2. Skala nyeri 3 (FLACC 0-10) 3. TD: 129/90 mmHg
N: 98x/menit
S: 36,8℃
P: 32x/menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan . Manajemen jalan
efektif b.d tindakan, selama napas Observasi
depresi pusat 1x24 jam Monitor pola
pernapasan perawatan di napas
harapkan Pola (frekuensi,
napas membaik kedalaman,
dengan usaha napas)
Kriteria Hasil : Monitor bunyi
Dispnea napas tambahan
menurun Monitor sputum
Penggunaa Terapeutik
n otot Posisikan semi
bantu fowler atau
napas fowler
menurun Berikan minum
Frekuensi napas hangat Edukasi
membaik Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
oksigen
2. Gangguan Setelah dilakukan emantauan Respirasi
pertukaran gas tindakan, selama Observasi
b.d 1x24 jam Pantau
ketidakseimbang perawatan di kecepatan,
an ventilasi- harapkan gangguan irama,
perfusi pertukaran gas kedalaman, dan
membaik dengan usaha respirasi
Kriteria Hasil : Auskultasi
Dispnea bunyi napas
menurun Pertahankan
Bunyi kepatenan jalan
napas napas
tambahan Pantau efek
menurun perubahan posisi
PCO2 pada perubahan
membaik oksigenasi:
PO2 AGD, SPO2
membaik Terapeutik
pH arteri membaik Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
oksigen
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy
aktivitas tindakan Obsrvasi :
berhubungan keperawatan Monitor
dengan klien diharapkan toleransi kelelahan
mengeluh lemas aktivitas meningkat fisik dan
dengan kriheria emosional
hasil Monitor
Keluhan lemas lokasi dan
menurun ketidaknyam
Perasaan lemah anan selama
menurun melakukan
Tekanan darah aktivitas
membaik Terapeutik
Sediakan
lingkungan yang
nyaman dan
rendah stimulus
Berikan
aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
Anjurkan
menghubung
i perawat
jika tanda
dan gejala
kelelahan
tidak
berkurang
Kolaborasi
Kolaborasik
an dengan
ahli gizi
tentang cara
meningkatka
n asupan
makanan.
Sindrom uremia
Pruritus
Hiperventilasi Hiperkalemia
CES
meningkat
Kerusakan integritas
Disaritmia kulit
Pola nafas
tidak efektif
Tekanan
Penurunan COP kapiler naik
Edema
Kelemahan otot
Kelebihan
Intoleransi
volume jaringan