Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) PADA TN.D


DI KASUS KEPERAWATAN HEMODIALISA

Oleh:
Ayu Lestari
2017.C.09a.0827

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronis


1.1.1 Definisi
Gagal ginjal kronis(Chronic Kidney Desease) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2011:47).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progesif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan sampah nitrogen lain dalam darah) (Surhayanto,
2011:183).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Muttaqin, 2011:166).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah destruksi struktur ginjal yang
progresif dan terus menerus yang berakibat fatal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.

1.1.2 Anatomi Fisiologis


1.1.2.1 Anatomi Ginjal
Manusia memiliki sepasang ginjal. Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan
limfatik, suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke
kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh
kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.Posisi
ginjal kanan sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan
tertekan oleh organ hati.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3,
sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap
Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal

Gambar 2.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2012:1365)
Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui sejumlah
besar cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan
kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan
hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler lainnya.
Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel- sel epitel, dan keseluruhan glomerulus
dibungkus dalam kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan
hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan
diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada seberapa dalam
letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di
korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa henle
pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula. Kira-kira20-30% nefron
mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat
medula, dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini mempunyai ansa henle yang
panjang dan masuk sangat dalam ke medula.
1.1.2.2 Fisiologi Ginjal
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital
yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan
memisahkan zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada
kebutuhan tubuh. Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan
dikembalikan ke dalam darah dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan
dikeluarka melalui urine. Selain fungsi yang telah dijelaskan, ginjal juga
mempunyai fungsi multiple yang lainnya, diantaranya yaitu mengeksresikan
produk sisa metabolik dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam-basa, sekresi,
metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk proses glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan
bagian dari ginjal.  Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu
filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus. Mekanisme
kerja ginjal sesuai dengan fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Pertama, darah dan zat-zat lainnya di nefron masuk ke bagian Glomerulus
dan Kapsula Bowman. Proses filtrasi ini menghasilkan urin primer yang
mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, asam amino dan
protein (Syaifuddin, 2016)
2. Kedua, darah masuk kedalam Tubulus Kontortus Proksimal, yang
selanjutnya pada Tubulus Kontortus Proksimal ini darah akan mengalami
reabsorpsi atau penyerapan kembali zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Proses reabsorpsi ini menghasilkan urin sekunder yang mengandung air,
garam-garam, urea, dan pigmen (Syaifuddin, 2016).
3. Ketiga, darah akan masuk ke dalam Tubulus Kontortus Distal untuk
ditambahkan zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Proses ini
disebut Augmentasi. Proses ketiga ini menghasilkan urin normal yang
mengandung 95% air, urea, amoniak, asam urat, garam mineral (NaCl),
zat warna empedu, dan zatzat yang berlebih (vitamin,obat,dll) (Syaifuddin,
2016).
Urin normal akan ditampung sementara di Pelvis Ginjal. Setelah itu urin
akan melewati Ureter dan akan disimpan kembali di kantung kemih. Setelah
kantung kemih penuh, dinding kantung kemih akan tertekan dan menyebabkan
rasa ingin buang air kecil, dan urin pun dibuang melalui Uretra (Syaifuddin,
2016).
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.
Gambar nefron yang memperlihatkan struktur glomerulus dan tubulus
 (Sumber: Smeltzer, 2012: 1366)
Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke
dalam kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke
tubulus distal, dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan
tubulus koligentes kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus
koligentes medula. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih
besar yang mengalir menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal,
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.
1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m dengan
rumus Kockroft Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 12-29
5 Gagal Ginjal <15
Sumber : Sudoyo,2010 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

1.1.4 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosismaligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE), poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosistubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif
a. Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal.
b. Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,
anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Penyakit Umum di Luar Ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melius, hipertensi dan kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria dan hepatitis.
4) Preeklamsi.
5) Obat-obatan.
6) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).

1.1.5 Patofisiologi (WOC)


Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron lain yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi,
reabsorbsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak
dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reasorbsi protein.
Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukkan jaringan
parut dan penurunan aliran darah ginjal.Pelepasan renin dapat meningkat dan
bersama dengan kelebihan beban cairan, dapat menyebabkan hipertensi.Hipertensi
mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan meningkatkan filtrasi (karena tuntutan
untuk reasorbsi) protein plasma dan menimbulkan stress oksidatif. Kegagalan
ginjal membentuk eritropoietin dalam jumlah yang adekuat sering kali
menimbulkan anemia dan keletihan akibat anemia berpengaruh buruk pada
kualitas hidup. Selain itu, anemia kronis dapat menyebabkan penurunan
oksigenasi jaringan di seluruh tubuh dan mengaktifkan refleks-refleks yang
ditujukan untuk meningkatkan curah jantung guna memperbaiki oksigenasi.
Refleks ini mencakup aktivasi susunan saraf simpatis dan peningkatan curah
jantung. Akhirnya, perubahan tersebut merangsang individu yang menderita gagal
ginjal mengalami gagal jantung kongestif sehingga penyakit ginjal kronis menjadi
satu faktor risiko yang terkait dengan penyakit jantung (Corwin, 2013:729).
Menurut (Muhammad, 2012:34), perjalanan umum gagal ginjal kronis dapat
dibagi menjadi 4 stadium, yaitu sebagai berikut.
1. Stadium I (Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40%– 75%)
Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik dan laju filtrasi
glomerulus 40-50% tetapi, sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi. Pada tahap
ini penderita ini belum merasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium
faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan
kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan
memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang lama
atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
2. Stadium II (Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20% – 50%))
Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal
daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat
dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung
dan pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal.
Bila langkah- langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari
kadar protein dalam diet.Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
3. Stadium III (Gagal Ginjal (faal ginjal kurang dari 10%))
Pada tahap ini laju filtrasi glomerulus 10-20% normal, BUN dan kreatinin
serum meningkat. Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam
keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari - hari sebagaimana
mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Oleh karena itu, penderita tidak dapat melakukan tugas sehari-hari.
4. Stadium IV (End Stage Meal Disease (ESRD)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai
GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml/menit atau kurang.Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir
gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam
tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari
500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula
menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks
perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
WOC Vesikuler

Infeksi Arterio Skerosis Zat Toksik Obstruksi Saluran Kemih

Reaksi Antigen Antibodi Suplai Darah Ginjal Turun Tertimbun Diginjal Retensi Urin

GFR Turun

GGK

B1 B3 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na B2 B4

Tek. Kapiler naik Sekresi eritropoitin Vol. Intersial naik Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu Perporasi Ospaleimia

Beban Jantung Naik Produksi Hb Turun Vol. Intersial Naik Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan Pruritis
Asam Basa
Tek. Vena Oksigen Hemoglobin Turun Suplai O2 jaringan turun GFR Gangguan
pulmonalis Asam Lambung Naik integritas kulit
Suplai O2 ke otot Timb. Asam Retensi air dan
Kapiler paru naik dan jaringan turun Laktat natrium Iritasi Lambung

Penurunan ekspansi paru Resiko perfusi -Fatigue


(Edema Paru) -Nyeri sendi Penurunan Mual, muntah
renal tidak efektif
haluaran urine
Defisit nutrisi
Pola nafas Intoleransi Aktivitas
tidak efektif Resiko ketidak
seimbangan
cairan
1.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Muhammad, 2012:40), manifestasi klinis pada Gagal Ginjal
Kronik(Chronic Kidney Desease) yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan pada Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual/muntah akibat adanya gangguan metabolisme protein
dalam usus dan terbentuknya zat toksik.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur yang
kemudian diubah menjadi ammonia oleh bakteri, sehingga napas
penderita berbau ammonia.
2. Sistem Kardiovaskular
1) Hipertensi.
2) Dada terasa nyeri dan sesak napas.
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini.
4) Edema
3. Gangguan Sistem Saraf dan Otak
1) Miopati, kelainan dan hipertrofi otot.
2) Ensepalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, dan konsentrasi
terganggu.
4. Gangguan Sistem Hematologi dan Kulit
1) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat kekuningan akibat anemia dan penimbuann urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksik uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
5. Gangguan Sistem Endokrin:
1) Gangguan metabolisme glukosa retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.
2) Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki
dan gangguan sekresi imun.
6. Gangguan pada Sistem Lain
1) Tulang mengalami osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik.
1.1.7 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2013:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan
uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4. Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas.
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
6. Tanpa pengobatan dapat terjadi kima dan kematian.

1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Arif Muttaqin, 2011:172), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut.
1. Laju Endap Darah (LED)
Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
2. Ureum dan kreatinin
Meninggi,biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih
20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah
protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal
ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
5. Phosphatealkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
6. Hipoalbuminemia dan hipokolestrolemia
Umumnya disebabkan gangguan metabolism dan diet rendah protein.
7. Peninggi gula darah
Akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi
terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8. Hipertrigliserida
Akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggi hormon insulin
dan menurunnya lipoprotein lipase.
9. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut.
1. Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan, obat
untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi penderita
diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat nefrotoksik. Pemakaian lama
analgesik yang mengandung kodein dan obat-obat anti-inflamasi non steroid
(NSAID) harus dihindari, khususnya pada individu yang mengalami gangguan
ginjal. Diagnosis dini dan pengobatan lupus eritematosus sistemik dan penyakit
lainnya yang diketahui merusak ginjal amat penting. Selain itu, pada semua
stadium pada gagal ginjal kronik pencegahan infeksi perlu dilakukan (Elizabeth
corwin, 2013:731).
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:173), tujuan penatalaksanaan adalah menjaga
keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia ;menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan
perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama
harus diingat adlah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EKG dan
EEG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infus
glukosa.
3) Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggi
Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada insufisiensi koroner.
4) Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
6) Transplantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pasien
GGK, maka seluruh faal ginjal diganti dengan ginjal yang baru.
Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Price, 2015:965), penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan Diet Protein
Pembatasan tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga
hasilmetabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga
mengurani asupan kalium, fosfat, dan produksi ion hydrogen yang berasal
dari protein. Mempertahankan keseimbangan protein pada diet protein 20g
mungkin dilakukan, menyediakan protein dalam nilai biologik yang
tertinggi dan kalori yang memadai.
2) Pengaturan Diet Kalium
Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80 mEq/hari.
Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan tidak memberikan obat-
obatan atau makanan yang tinggi kandungan kalium.
3) Pengaturan Diet Natrium Dan Air
Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40 hingga 90
mEq/hari. Tapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keeprawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2013:17).
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:171), pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik adalah adalah sebagai berikut:
1.2.1.1 Keluhan utama
Keluhan utama yang di dapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak ada
selera makan anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
1.2.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia,
dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
1.2.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik Benign Prostatic Hyperplasia,
dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
1.2.1.4 Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran
pada keluarga (self esteem).
1.2.1.5 Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2012:171-172), pemeriksaan fisik pada pasien dengan
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1) B1 (Breathing)
Klien bernapas engan bau urine (feter urenik) sering didapatkan pada fase
ini. Respons uremia didipatakan adanya pernapasan kussmaul. Pola napas cepat
dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan koarbon dioksida
yang menumpuk di sirkulasi.
2) B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auksultasi perawatat akan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial. Didapatkan
tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3
detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung,
edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan anemia. Anemia sebagai akibat
dari penurunan produksi eripoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel
darah merah, dan kehilangan darah.
3) B3 (Brain)
Didapatkan pemurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disoreintasi. Klien sering didapatkan adanya kejang,
adanya neuropati perifer, kram otot dan nyeri otot.
4) B4 (Bladder)
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.Perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat, berawan. Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau
mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, demam (sepsis,
dehidrasi), petekie, fraktur tulang, jaringan lunak, dan sendi keterbatasan gerak
sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisiksecara umum sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari jaringan.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1.1.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru (D.0005
Hal.26)
1.1.2.2 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan volume
urine, retensi cairan dan natrium (D.0036 Hal.87)
1.1.2.3 Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2
dan nutrisi ke jaringan sekunder. (D. 0009 Hal 37)
1.1.2.4 Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia mual muntah ( D.0019
Hal.56)
1.1.2.5 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolic, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
perifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas akumulasi ureum
dalam kulit (D.0192.282)
1.2.3 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
O
1 Pola nafas tidak efektif Pola nafas SLKI (L.08066 hal 145 ) Menajemen jalan nafas (I.01011 hal: 186)
berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan selama Observasi
keletihan otot-otot 1x4 jam di harapkan 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
pernapasan atau kelumpuhan inspirasi/ekspirasi tidak memberikan 2. Monitor bunyi nafas (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
otot diafragma (D.0005 ventilasi adekuat dengan kriteria ronki kering)
Hal.26) hasil : 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dispnea menurun skor 5 Terapeutik
2. Penggunaan alat bantu otot nafas 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head lift dan
menurun skor 5 chin lift (jaw-thrust jika dicurigai trauma sevikal)
3. Ortopnea menurun skor 5 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Pernafasan pursed lip menurun 3. Berikan minuman hangat
skor 5 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Pernafasan cuping hidung menurun 5. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
skor 5 6. Lakukan hiper oksigenasi sebelum pengisapan
6. Frekuensi nafas membaik skor 5 endotrakeal
7. Kedalaman nafas membaik skor 5 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgil
8. Berikan oksigenasi, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2 Perfusi Perifer tidak efektif Perfusi perifer SLKI (L.02011 hal 84) Perawatan sirkulasi (I.02079 Hal. 345)
berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan selama Observasi
penurunan konsentrasi 1x4 jam di harapkan ketidakadekuatan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
hemoglobin (D. 0009 Hal 37) aliran darah pembuluh darah distal pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
untuk mempertahankan jaringan 2. Identifikasi faktor gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
kriteria hasil : perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi
1. Denyut nadi perifer meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
skor 5 ekstermitas
2. Penyembuhan luka meningkat skor Terapeutik
5 1. Hindari pemasangan infus dan pengambilan darah di area
3. Sensasi meningkat skor 5 keterbatasan perfusi
4. Warna kulit pucat menurun skor 5 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas
5. Edema perifer menurun skor 5 dengan keterbatan perfusi
6. Nyeri ekstermitas menurun skor 5 3. Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area
7. Paratesia menurun skor 5 cedera
8. Kelemahan otot menurun skor 5 4. Lakukan pencegahan infeksi
9. Kram otot menurun skor 5 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
10. Bruit femoralis menurun skor 5 6. Lakukam hidrasi
11. Nekrosis menurun skor 5 Edukasi
12. Pengisian kapiler membaik skor 5 1. Anjurkan berhenti merokok
13. Akral membaik skor 5 2. Anjurkan berolahraga rutin
14. Turgor kulit membaik skor 5 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menhindari kulit
15. Tekanan darah sistolik membaik terbakar
skor 5 4. Anjurkan menggunakan obat penurunan tekanan darah,
16. Tekanan darah sistolik membaik antikoagulan, dan penuruna kolesterol, jika perlu
skor 5 5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
17. Tekanan arteri rata-rata membaik teratur
skor 5 6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
18. Indeks ankle-brachial membaik 7. Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis. Melembabkan
skor 5 kulit kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

3 Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan SLKI (L.03020 Pemantauan Cairan (I.03121 hal. 238)
cairan berhubungan dengan hal 41) Observasi
penurunan volume urine, Setelah dilakukan tindakan - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
retensi cairan dan natrium keperawatan selama 1x4 jam maka - Monitor frekuensi nafas
(SDKI D.0036 Hal.87) status keseimbangan cairan meningkat - Monitor tekanan darah
dengan kriteria hasil: - Monitor berat badan
1. Asupan cairan meningkat (5) - Monitor waktu pengisian kapiler
2. Keluaran urin meningkat (5) - Monitor elastisitas atau turgor kulit
3. Membran mukosa membaik (5) - Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
4. Turgor kulit membaik (5) - Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4 Defisit nutrisi Setelah diberi Asuhan Keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119 Hal.200 )
berhubungan dengan selama 1x4 jam, diharapkan Observasi
ketidakmampuan menelan keadekuatan asupan nutrisi untuk - Identifikasi status nutrisi
makanan (SDKI D.0019 memenuhi kebutuhan metabolisme - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Hal.56) dengan kriteria hasil: - Identifikasi makanan yang disukai
1. Kekuatan otot menelan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
skor 5 - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
2. Berat badan membaik skor 5 - Monitor asupan makanan
3. IMT membaik skor 5 - Monitor berat badan
4. Membran mukosa membaik skor 5 - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika perlu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukana jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

5 Gangguan integritas kulit/ Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353 hal. 316)
jaringan b/d gangguan status Setelah diberikan asuhan kep selama Observasi
metabolic, sirkulasi (anemia, 1x4 jam diharapkan integritas kulit dan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
iskemia jaringan) dan sensasi jaringan meningkat. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan
(neuropati perifer), Kriteria hasil: kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
penurunan turgor kulit, 1. Kerusakan lapisan kulit meningkat mobilitas)
penurunan aktivitas (skor 5) Terapeutik
akumulasi ureum dalam kulit 2. Elastisitas meningkat (skor 5) - Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
3. Hematoma menurun (skor 5) - Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-
kegiatan : Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan,menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan
dilaksanankan mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.

1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.D
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Prostestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Sangga Buana
Tgl MRS : 08 November 2020
Diagnosa Medis : CKD On HD
2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN / PERAWATAN PRE HD
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan ±1 tahun yang lalu pasien di diagnosa menderita
penyakit Gagal ginjal kronis dan pasien sejak itu di jadwalkan melakukan
HD rutin 2x1 minggu yaitu pada hari senin dan kamis sore.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan penyakitnya karena pasien tidak teratur dalam menjaga
pola makan minum yang sering mengkonsumsi minuman yang bersoda,
minuman yang berwarna, mengkonsumsi suplemen dll. Pasien masuk
rumah sakit dan di di diagnosa menderita Gagal ginjal Stadium V dan
menjalani hemodialisa, pasien mendapat jadwal HD setiap hari senin dan
kamis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga dari Ibu maupun
ayah. Sedangkan riwayat penyakit seperti yang diderita pasien tidak ada.

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan:
= Meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
= Tinggal serumah
= Hubungan Keluarga
= Pasien

2.2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah berbaring semifowler, kesadaran pasien compos
mentis, dan pada kaki bengkak, terpasang jarum fistula di vena brakialis
sinistra dan di vena radialis yang tersambung dengan selang AVBL dan
terhubung ke mesin dialiser.
2. Kepala
Tidak ada edema, bentuk kepala normal, wajah tidak tampak bengkak,
edema palpebra (-).
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Mata
Fungsi penglihatan baik, gerakan bola mata bergerak normal, sklera
normal putih, kornea bening, konjungtiva merah muda, tidak ada memakai
alat bantu penglihatan.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid tidak teraba, massa
tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, mobilitas leher bebas.
5. Paru
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, tipe pernafan menggunakan dada, RR: 28x/menit.
6. Abdomen
Bising usus positif 10x/menit, tidak terdapat asites di abdomen, tidak ada
jaringan parut.
7. Ekstremitas
Pasien mampu menggerakkan anggota tubuhnya secara spontan, tidak ada
kelemahan anggota gerak, edem di bagian kaki kiri dan kanan dengan
derajat 1 piting kedalamannya 2 mm, kekuatan tonus otot normal.
8. Integument
Tidak tampak kemerahan pada area wajah,
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
POLA KEBUTUHAN DASAR
1. Pola makan / minum
Keluarga mengatakan nafsu makan baik dari 1 porsi pasien
menghabiskannya, tidak ada nyeri tenggorokan, pasien minum air putih
dan air teh manis 900 cc/24 jam , BB pasien sekarang pre HD 54 Kg.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. Pola Istirahat
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan kualitas tidur, pasien mampu
tidur dengan baik dan tenang.
3. Pola Aktivitas
Pasien hanya melakukan aktifitas yang ringan saja selama sakit.
4. Pola Eliminasi Uri / Bowel
Pasien tidak menggunakan kateter, produksi urine selama ±400 cc/7 jam,
warna kuning pekat.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
5. Personal Hygiene
Pasien dapat melakukan Personal hygiene secara mandiri dengan bantuan
serta pengawasan dari keluarga, pasien mengatakan mandi 3x sehari pagi,
siang dan sore. Pasien tampak bersih dan rapi
2.2.4 PRE HD
Keadaan umum :
Pasien tampak sakit ringan, pasien tampak pucat dengan kesadaran
compos menthis, pasien dengan posisi semi fowler serta terpasang selang
AVB L dengan akses AV fistula dan terhubung ke mesin dialiser
Tanda – tanda vital :
a. Suhu /T : 36,5 ºC
b. Nadi /HR : 85 x/mnt
c. Pernapasan /RR : 28 x/mnt
d. Tekanan Darah /BP : 140/90 mmHg
e. BB Pre HD : 57 Kg
f. Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan
IWL= (15 x BB : 24 jam) = (15x 52: 25 jam)= 30 cc/jam= 25 cc
Balance cairan = Cairan masuk - Cairan Keluar – IWL
= 100-400-25= +675
Suhu/T : 37oC
Nadi/HR : 78 x/menit
Pernapasan/RR : 28 x/menit
Tekanan Darah/BP : 140/80 mmHg
BB pre HD : 54.5 kg

Setting Mesin
Time : 4.00 hour
UF Goal : 2000 L
Uf rate : 0.50 L/h

INTRA HD
1. Suhu /T : 36,5 ºC
2. Nadi /HR : 98 x/mnt
3. Pernapasan /RR : 27 x/mnt
4. Tekanan Darah /BP : 140/80 mmHg
5. Keluhan selama HD : Klien mengeluh sesak nafas
6. Nutrisi selama HD
a. Jenis makanan : Roti, makan siang
Jumlah :
b. Jenis minuman : Air Mineral
Jumlah :± 300 cc
Catatan Observasi Pasien selama Proses Hemodialisa

Out-
Intake (cc)
Put (cc)
Observasi

UF Maka Paraf&
QB Tek.Drh Keterangan
Jam Rate Nadi RR nn Lain UF Nama
(ml/mnt) (mmHg) NaCl Dexrose UF Lain
(ml) / - Volume
0,9% 40% Removed
minu Lain
m
PRE- HD

150
08.30 215 0,70 85 24
90

150
INTRA
HD

11.00 215 0,75 98 27


80

140
12.30 250 1,00 90 27
POST HD

80

Jumlah :
Total UF: 1.500
2.2.5 Post HD
1. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, pasien tampak kebingungan, pasien tampak
bertanya terkait kondisinya kepada perawat, dengan kesadaran compos
menthis, posisi klien semi fowler terpasang infus RL pada tangan kiri
sebanyak 20 tpm
2. Tanda – tanda Vital
a. Suhu/ T : 36,6 C
b. Nadi/HR : 90x/mnt
c. Pernapasan : 29x/mnt
d. Tekanan Darah : 140/80mmHg
e. BB Post HD : 52 kg
f. Jumlah cairan yang dikeluarkan : 2 L

3 Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :


1) Obat – obatan yang disarankan /Oba tRutin:
Tidak ada obat-obatan yang dibawa pulang
2) Makanan / Minuman yang dianjurkan (jumlah) :
Pasien disaran kan untuk mengurangi mengkonsumsi cairannya sesuai
dengan banyaknya produski urine saja
3) Rencana HD / Kontrol selanjutnya :
Pasien menjalani hemodialisa setiap hari Senin dan kamis, jadi pasien
akan kembali datang pada hari rabu
4) Catatan lain :
DATA PENUNJANG

Parameter Hasil Satuan Nilai normal


Ureum 182 mg/dl 21-53

Kreatinim 14,99 mg/dl 0,7-1,5


WBC 9.18 10^3/ul 4.50-11.00
HGB 8,8 g/dL 10.5-18.0
PLT 247 10^3/ul 150-400

PENATALAKSANAAN MEDIS

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi


1. Captopril 2x2,15 mg Oral Obat untuk mencegah dan
menurunkan hipertensi.
2. Furosemid Per 8 jam IV Obat untuk mengobati
penumpukan cairan karena gagal
ginjal.
3. Asam folat 2x 1 mg Oral obat yang digunakan untuk
pembentukan sel darah merah .
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DO: Pasien mengatakan Ristensi Na dan air Pola nafas tidak efektif
merasa sesak nafas
DS : Tekanan kapiler meningkat
- Pasien tampak sesak
nafas Beban jantung meningkat
- Tampak edema di
ekstermitas bawah
- Posisi berbaring Tekanan vena pulmonalis
semi fowler
- Tampak terpasang Kapiler paru naik
O2 nacal canula 3
lpm Edema paru
- RR meningkat
- TTV: TD= 140/80 MmHg Ekspansi paru menurun
N=98 x/m
S=36,6 ℃ Dispnea
RR=29 x/m
- Ureum 182 mg/dl
Pola nafas tidak efektif
- Kreatinim 14,99 mg/dl
Hipervolemia
Penuruna laju glomelurus
DS : Pasien mengatakan
bengkak pada kaki
Ginjal tidak mampu
DO : mengeluarkan cairan secara
- Terlihat ada edema maksimal
dikedua kaki
- kaki bengkak
- TTV: TD= 140/80 Peningkatan Na- dan K+
MmHg
N = 98 x/m
S = 36,6 ℃ Masuk ke vaskuler
RR = 29 x/m
- Tampak terpasang
Edema
Infus RL 20
Tpm/menit
- Input cairan Air
(makan+minum) =
900cc, dan makan
100 cc= 1000 cc
Output Cairan Urine
= 400 cc,
- IWL= (15 x BB : 24
jam) = (15x 52: 25
jam)= 30 cc/jam= 25
cc
- Balance cairan =
Cairan masuk -
Cairan Keluar –
IWL =
100-400-25= +675
- BB 52 kg
- BB sebelum Hd 54,5
kg
Kurangnya informasi dan Defisit Pengetahuan
DO: pengetahuan
Pasien mengatakan “Kenapa
saya harus menjalani HD
setiap minggu?” Defisit Pengetahuan
DS:
- Pasien tampak bingung
ketika di tanya tentang
penyakitnya
- Pasien tampak bertanya
kepada perawat
mengenai kondisiny
- Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran
-
PRIORITAS MASALAH

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan Ristensi cairan dan
Na dibuktikan dengan Pasien mengatakan “ saya merasa sesak nafas”,
pasien tampak sesak,tampak edema di ekstermitas bawah, Posisi berbaring
semi fowler, Tampak terpasang O2 nacal canula 3lpm, RR meningkat
TTV: TD= 140/80 MmHg, N=98 x/m, S=36,6 ℃ , RR=29 x/m.
2. Hipervolemia berhubungan dengan kehilangan fungsi ginjal di Tandai
dengan Pasien mengatakan kedua kakinya bengkak, adanya Edema pada
kedua kaki pasien derajat 1 piting kedalamannya 2 mm, Turgor kulit,
Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan, 100-400-25=
+675.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan Pasien tampak bingung ketika di tanya tentang penyakitnya, Pasien
tampak bertanya kepada perawat mengenai kondisinya.
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA HASIL) INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif Setelah diberi Asuhan Keperawatan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui tanda- tanda
selama 1x4 jam, diharapkan pola vital pasien
nafas membaik, dengan kriteria hasil: 2. Atur posisi klien senyaman 2. Membantu pasien merasa
1. Sesak nafas klien berkurang mungkin semi fowler nyaman
2. Klien tampak rileks 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Membantu mengurangi sesak
3. Frekuensi nafas membaik nafas
dalam batas normal (16-20x/meni 4. Anjurkan klien tidak menggunakan 4. Mempermudah pasien merasa
t) pakai terlalu ketat nyaman
4. Kedalaman nafas sedang 5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Kolaborasi untuk terapi pasien
pemberian obat dan O2

Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab hipervolemia 1. Mengetahui penyebab edama
keperawatan selama 1x4 jam di 2. Observasi derajat edema post 2. Mengetahui derajat edema
harapkan tidak ada peningkatan Hemodalisa
volume cairan , dengan kriteria hasil: 3. Observasi Berat badan post 3. Mengetahui adanya penurunan
1. Asupan cairan sedang hemodalisa dengan tim medis bb setelah HD
2. Haluaran urine cukup menurun 4. Monitor intake dan output cairan 4. Mengetahui pengeluaran dan
3. Edema cukup menurun pemasukan cairan
5. Anjurkan pasien untuk membatasi 5. Untuk mengurangi edema
pemasukan cairan pasien
6. Kolaborasi dalam terapi 6. Untuk membantu pasien
hemodalisa 2 kali dalam satu mengatasi penyakitnya
minggu: jadwal hemodalisa hari
Senin dan kamis
Defisit pengetahuan Setelah di lakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui kemampuan pasien
keperawatan selama 1x4 jam dan keluarga
diharapkan tingkat pengetahuan 2. Identifikasi kesiapan dan 2. Dapat memahami informasi
pasien dan keluarga meningkat kemampuan menerima informasi yang disampaikan
dengan kriteria hasil : 3. Sediakan materi dan media 3. Penyediaan materi
1. Perilaku sesuai anjuran pendidikan kesehatan mempermudah penjelasan serta
2. Kemampuan menjelaskan agar pasien lebih cepat mengerti
pengetahuan suatu topik 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Agar pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan tersusun sesuai dengan rencana
3. Pertanyaan tentang masalah yang 5. Jelaskan faktor resiko yang dapat 5. Meningkatkan pengetahuan
dihadapi meningkat mempengaruhi kesehatan pasien
4. Menjalani pemeriksaan yang 6. Motivasi pasien dan keluarga 6. Kolaborasi dengan keluarga
tidak tepat menurun agar rutin melakukan HD untuk membantu paien
mengatasi penderitaanya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TANDA TANGAN


Jam DAN
NAMA PERAWAT
Senin, Diagnosa 1 S: Pasien mengatakan“saya merasa
09 November 1. Memonitor pola nafas lebih nyaman“
2020 Pukul: . 2. Mengatur posisi klien senyaman O:
1. 08:00 WIB mungkin (semi fowler) - Pasien tampak tenang
2. 08:02 WIB 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas - Pasien tampak masih sesak nafas
3. 08:05 WIB 4. Menganjurkan klien tidak menggunakan - Pasien tampak lebih nyaman dengan
4. 08:07 WIB pakai terlalu ketat posisi semi fowler
5. 08:10 WIB 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Tampak terpasang o2 nasal canula 3
pemberian obat dan O2 lpm
TTV: Ayu Lestari
TD : 150/100mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5oC
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,4

Senin, 09 Diagnosa 2 S: Pasien mengatakan kakinya tidak


November 2020 1. Mengidentifikasi penyebab hipervolemia O:
Pukul: . 2. Mengobservasi derajat edema post - Anjuran Pembatasan cairan
1. 08.10 WIB Hemodalisa pasien
2. 08.20 WIB 3. Mengobservasi Berat badan post Pagi 300ml
3. 10.00 WIB hemodalisa dengan tim medis Siang 300ml
4. 10.34 WIB 4. Memonitor intake dan output cairan Malam 300ml
5. 12.00 WIB 5. menganjurkan pasien untuk membatasi - Kaki terlihat bengkaknya
6. 12.05 WIB pemasukan cairan berkurang
6. Berkolaborasi dalam terapi hemodalisa 2 - Balance cairan 675
kali dalam satu minggu: jadwal - BB 52 sesudah hd
hemodalisa hari Senin dan kamis - TTV :
TD : 130/80 mmHg
Ayu Lestari
N : 78 x/mnt
RR : 26 x/mnt
S : 36,1 ℃
A: Masalah cairan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Senin, Diagnosa :3 S : Keluarga mengatakan dapat


09 November 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien mengerti dan memahami tujuan
2020 Pukul: . dan keluarga pemantauan yang sering dilakukan
1. 12:10 WIB 2. Mengdentifikasi kesiapan dan O:
2. 12:13 WIB kemampuan menerima informasi - Pengetahuan pasien tentang
3. 12:14 WIB 3. Menyediakan materi dan media penyakitnya sangat minim
4. 12:16 WIB pendidikan kesehatan - Media pendkes leaflet
5. 12: 23 WIB 4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan - Pendkes di lakukan pukul 12:10
sesuai kesepakatan WIB setelah pasien HD
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat - Pasien dan keluarga mampu
mempengaruhi kesehatan mengualng apa yang sudah Ayu Lestari
6. Memotivasi pasien dan keluarga agar dijealskan
rutin melakukan HD - Pasien dan keluarga memahami
kondisi pasien saat ini
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.


Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI.(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET PADA PASIEN HEMODIALISA

Disusun oleh :
NAMA : Ayu Lestari
NIM : 2017.C.09a.0827

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : DIET PADA PASIEN HEMODIALISA
Sasaran : Klien dan Keluarga
Hari, tanggal : Senin, 26 Oktober 2020
Tempat : Keperawatan perioperative
Waktu : 10 menit.
Penyuluh : Mahasiswa Prodi Studi S1 Keperawatan
STIKES Eka Harap Palangkaraya.
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Diet pada pasien hemodialisa
diharapkan peserta mengetahui dan memahami mengenai prinsip diet pada pasien
hemodialisa.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 10 menit klien diharapkan dapat :
a. Menjelaskan kembali gambaran umum diet.
b. Menjelaskan kembali tujuan diet pada pasien hemodialisa
c. Menjelaskan cara mengatur diet
d. Menjelaskan pengolahan diet
e. Menjelaskan tentang nutrisi pada pasien hemodialisa
3. Materi
Terlampir
4. Metode
Ceramah
Tanya jawab
5. Media
Leaflet

6. Evaluasi
a. Bentuk : test lisan
b. Materi test :
a) Pengertian Diet.
b) Tujuan diet pada pasien hemodialisa hemodialisa
c) Cara Agar Diet Berlangsung Efekti
d) Macam-macam Diet.
e) Cara mengatur diet
No. Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1. 2 menit Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam.
mengucapkan salam. b. Mendengarkan dan
b. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. memperhatikan.
c. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang : a. Memperhatikan dan
a. Pengertian Diet. menjawab pertanyaan
b. Tujuan diet pada pasien yang diajukan.
hemodialisa hemodialisa b. Bertanya dan menjawab
c. Macam-macam Diet. pertanyaan yang
d. Cara Agar Diet Berlangsung diajukan.
Efektif
e. Cara mengatur diet

3. 2 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan, meminta
peserta untuk mengulang kembali.
4. 1 menit Terminasi :
a. Mengucapkan terimakasih atas a. Mendengarkan
perhatian peserta b. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam penutup.
7. Kegiatan Penyuluhan

MATERI PENYULUHAN TENTAN NYERI


A. Diet Pada Pasien Hemodialisa
1. Pengertian Diet
Diet adalah sebuah metode yang mengatur asupan makanan dan minuman
yang masuk ke dalam tubuh–guna mencapai atau menjaga berat badan yang
terkontrol. Perlu diketahui, pengertian diet bagi setiap orang berbeda-beda
karena setiap orang memiliki tujuan masing-masing dalam melakukan diet.
Diet adalah bagaimana cara mengatur pola makan sehari-hari yang tepat,
diet sering kali membuat banyak orang bingung. Banyak orang beranggapan
bahwa diet adalah sekadar mengurangi makan.
Diet yang dilakukan untuk menjaga kesehatan biasanya dilakukan oleh
penderita diabetes, darah tinggi, ginjal, jantung, asam urat, dan penderita
penyakit lainnya yang diharuskan melakukan diet. Selain itu, diet juga
biasanya dilakukan oleh ibu hamil dan ibu menyusui.

2. Tujuan Mengatasi Diet


Tujuan diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa adalah untuk
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
denganmemperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan
kerjaginjal
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal,
denganmemperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006)

3. Cara Agar Diet Berlangsung Efektif


a. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
b. Energi 35 kkal/kg BB Ideal (BBI).
c. Protein 1,3- 1,5 g/kg BBI, 60-75% protein hewani dan sisanya
proteinnabati.
d. Lemak 25-30 % dari energi total, diutamakan lemak tidak jenuh.
e. Karbohidrat 60-65 % dari energi total.
f. Kebutuhan cairan sesuai dengan jumlah urine 24 jam + 500 ml
(cairanyang keluar melalui keringat dan pernapasan).
g. Kalium dibatasi jika terjadi Hiperkalemia.
h. Garam dapur/Natrium dibatasi apabila pasien mengalamiedema/bengkak
karena penumpukan cairan serta hipertensi

4. Cara mengatur diet


Makanan yang di anjurkan dan di batasi
Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi
Sumber Sumber Sumber karbohidratkompleks :
Karbohidrat karbohidratsederhana : Nasi, jagung, kentang,makroni
gula, selai,sirup, dan pasta,havermout , ubi /
permen, madu,untuk talas
menambahenergi
(suplemen)agar-agar,
jelly
Sumber protein Daging kambing,ayam, ikan,
hewani hati, keju,udang, telu
Sumber protein Tahu, tempe, oncom,kacang
nabati tanah, kacangmerah, kacang
tolo,kacang hijau,
kacangkedelai
Sayuran Semua sayuran Sayuran tinggi kaliumseperti
kecualiuntuk pasien peterseli, buncis, bayam, daun
denganhiperkalemia pepaya muda, dllapabila
pasienmengalamihiperglikemia
Buah-buahan Semua buah kecuali Buah-buahan tinggikalium
untuk pasien seperti apel,alpukat, jeruk,
denganhiperkalemia pisang, pepaya, dll apabila
pasien mengalamihiperkalemia
Lemak Minyak jagung,minyak Minyak kelapa sawit,santan
kacang tanah,minyak kental, mentegadan lemak
kelapa, minyakkedelai hewan
dan margarinrendah
garam
5. Keberhasilan terapi diet yang diberikan dapat dilihat dari
a.Terkendalinya supan natrium yang ditandai dengan terkontrolnyatekanan
darah dan odema (bengkak)
b. Cukupnya asupan kalori yang ditandai dengan tidak adanyakatabolisme
c. Asupan protein sesuai dengan anjuran yang ditandai denganmenurunnya
kadar ureum dalam darah
d. Terkendalinya asupan kalium yang ditandai dengan terkontrolnyakadar
kalium di dalam darah

Anda mungkin juga menyukai