Oleh:
Ayu Lestari
2017.C.09a.0827
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2012:1365)
Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui sejumlah
besar cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan
kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan
hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler lainnya.
Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel- sel epitel, dan keseluruhan glomerulus
dibungkus dalam kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan
hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan
diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada seberapa dalam
letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di
korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa henle
pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula. Kira-kira20-30% nefron
mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat
medula, dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini mempunyai ansa henle yang
panjang dan masuk sangat dalam ke medula.
1.1.2.2 Fisiologi Ginjal
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital
yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan
memisahkan zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada
kebutuhan tubuh. Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan
dikembalikan ke dalam darah dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan
dikeluarka melalui urine. Selain fungsi yang telah dijelaskan, ginjal juga
mempunyai fungsi multiple yang lainnya, diantaranya yaitu mengeksresikan
produk sisa metabolik dan bahan kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam-basa, sekresi,
metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk proses glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan
bagian dari ginjal. Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu
filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus. Mekanisme
kerja ginjal sesuai dengan fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Pertama, darah dan zat-zat lainnya di nefron masuk ke bagian Glomerulus
dan Kapsula Bowman. Proses filtrasi ini menghasilkan urin primer yang
mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, asam amino dan
protein (Syaifuddin, 2016)
2. Kedua, darah masuk kedalam Tubulus Kontortus Proksimal, yang
selanjutnya pada Tubulus Kontortus Proksimal ini darah akan mengalami
reabsorpsi atau penyerapan kembali zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Proses reabsorpsi ini menghasilkan urin sekunder yang mengandung air,
garam-garam, urea, dan pigmen (Syaifuddin, 2016).
3. Ketiga, darah akan masuk ke dalam Tubulus Kontortus Distal untuk
ditambahkan zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Proses ini
disebut Augmentasi. Proses ketiga ini menghasilkan urin normal yang
mengandung 95% air, urea, amoniak, asam urat, garam mineral (NaCl),
zat warna empedu, dan zatzat yang berlebih (vitamin,obat,dll) (Syaifuddin,
2016).
Urin normal akan ditampung sementara di Pelvis Ginjal. Setelah itu urin
akan melewati Ureter dan akan disimpan kembali di kantung kemih. Setelah
kantung kemih penuh, dinding kantung kemih akan tertekan dan menyebabkan
rasa ingin buang air kecil, dan urin pun dibuang melalui Uretra (Syaifuddin,
2016).
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.
Gambar nefron yang memperlihatkan struktur glomerulus dan tubulus
(Sumber: Smeltzer, 2012: 1366)
Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke
dalam kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke
tubulus distal, dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan
tubulus koligentes kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus
koligentes medula. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih
besar yang mengalir menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal,
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.
1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m dengan
rumus Kockroft Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 12-29
5 Gagal Ginjal <15
Sumber : Sudoyo,2010 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
1.1.4 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosismaligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE), poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosistubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif
a. Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal.
b. Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,
anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Penyakit Umum di Luar Ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melius, hipertensi dan kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria dan hepatitis.
4) Preeklamsi.
5) Obat-obatan.
6) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).
Reaksi Antigen Antibodi Suplai Darah Ginjal Turun Tertimbun Diginjal Retensi Urin
GFR Turun
GGK
B1 B3 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na B2 B4
Tek. Kapiler naik Sekresi eritropoitin Vol. Intersial naik Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu Perporasi Ospaleimia
Beban Jantung Naik Produksi Hb Turun Vol. Intersial Naik Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan Pruritis
Asam Basa
Tek. Vena Oksigen Hemoglobin Turun Suplai O2 jaringan turun GFR Gangguan
pulmonalis Asam Lambung Naik integritas kulit
Suplai O2 ke otot Timb. Asam Retensi air dan
Kapiler paru naik dan jaringan turun Laktat natrium Iritasi Lambung
1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut.
1. Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan, obat
untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi penderita
diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat nefrotoksik. Pemakaian lama
analgesik yang mengandung kodein dan obat-obat anti-inflamasi non steroid
(NSAID) harus dihindari, khususnya pada individu yang mengalami gangguan
ginjal. Diagnosis dini dan pengobatan lupus eritematosus sistemik dan penyakit
lainnya yang diketahui merusak ginjal amat penting. Selain itu, pada semua
stadium pada gagal ginjal kronik pencegahan infeksi perlu dilakukan (Elizabeth
corwin, 2013:731).
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:173), tujuan penatalaksanaan adalah menjaga
keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1) Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia ;menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan
perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama
harus diingat adlah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EKG dan
EEG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infus
glukosa.
3) Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggi
Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada insufisiensi koroner.
4) Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
6) Transplantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pasien
GGK, maka seluruh faal ginjal diganti dengan ginjal yang baru.
Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Price, 2015:965), penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan Diet Protein
Pembatasan tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga
hasilmetabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga
mengurani asupan kalium, fosfat, dan produksi ion hydrogen yang berasal
dari protein. Mempertahankan keseimbangan protein pada diet protein 20g
mungkin dilakukan, menyediakan protein dalam nilai biologik yang
tertinggi dan kalori yang memadai.
2) Pengaturan Diet Kalium
Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80 mEq/hari.
Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan tidak memberikan obat-
obatan atau makanan yang tinggi kandungan kalium.
3) Pengaturan Diet Natrium Dan Air
Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40 hingga 90
mEq/hari. Tapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik.
3 Resiko ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan SLKI (L.03020 Pemantauan Cairan (I.03121 hal. 238)
cairan berhubungan dengan hal 41) Observasi
penurunan volume urine, Setelah dilakukan tindakan - Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
retensi cairan dan natrium keperawatan selama 1x4 jam maka - Monitor frekuensi nafas
(SDKI D.0036 Hal.87) status keseimbangan cairan meningkat - Monitor tekanan darah
dengan kriteria hasil: - Monitor berat badan
1. Asupan cairan meningkat (5) - Monitor waktu pengisian kapiler
2. Keluaran urin meningkat (5) - Monitor elastisitas atau turgor kulit
3. Membran mukosa membaik (5) - Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
4. Turgor kulit membaik (5) - Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4 Defisit nutrisi Setelah diberi Asuhan Keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119 Hal.200 )
berhubungan dengan selama 1x4 jam, diharapkan Observasi
ketidakmampuan menelan keadekuatan asupan nutrisi untuk - Identifikasi status nutrisi
makanan (SDKI D.0019 memenuhi kebutuhan metabolisme - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Hal.56) dengan kriteria hasil: - Identifikasi makanan yang disukai
1. Kekuatan otot menelan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
skor 5 - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
2. Berat badan membaik skor 5 - Monitor asupan makanan
3. IMT membaik skor 5 - Monitor berat badan
4. Membran mukosa membaik skor 5 - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika perlu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukana jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5 Gangguan integritas kulit/ Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353 hal. 316)
jaringan b/d gangguan status Setelah diberikan asuhan kep selama Observasi
metabolic, sirkulasi (anemia, 1x4 jam diharapkan integritas kulit dan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
iskemia jaringan) dan sensasi jaringan meningkat. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan
(neuropati perifer), Kriteria hasil: kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
penurunan turgor kulit, 1. Kerusakan lapisan kulit meningkat mobilitas)
penurunan aktivitas (skor 5) Terapeutik
akumulasi ureum dalam kulit 2. Elastisitas meningkat (skor 5) - Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
3. Hematoma menurun (skor 5) - Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-
kegiatan : Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan,menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan
dilaksanankan mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.D
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Prostestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Sangga Buana
Tgl MRS : 08 November 2020
Diagnosa Medis : CKD On HD
2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN / PERAWATAN PRE HD
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan ±1 tahun yang lalu pasien di diagnosa menderita
penyakit Gagal ginjal kronis dan pasien sejak itu di jadwalkan melakukan
HD rutin 2x1 minggu yaitu pada hari senin dan kamis sore.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan penyakitnya karena pasien tidak teratur dalam menjaga
pola makan minum yang sering mengkonsumsi minuman yang bersoda,
minuman yang berwarna, mengkonsumsi suplemen dll. Pasien masuk
rumah sakit dan di di diagnosa menderita Gagal ginjal Stadium V dan
menjalani hemodialisa, pasien mendapat jadwal HD setiap hari senin dan
kamis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga dari Ibu maupun
ayah. Sedangkan riwayat penyakit seperti yang diderita pasien tidak ada.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan:
= Meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
= Tinggal serumah
= Hubungan Keluarga
= Pasien
Setting Mesin
Time : 4.00 hour
UF Goal : 2000 L
Uf rate : 0.50 L/h
INTRA HD
1. Suhu /T : 36,5 ºC
2. Nadi /HR : 98 x/mnt
3. Pernapasan /RR : 27 x/mnt
4. Tekanan Darah /BP : 140/80 mmHg
5. Keluhan selama HD : Klien mengeluh sesak nafas
6. Nutrisi selama HD
a. Jenis makanan : Roti, makan siang
Jumlah :
b. Jenis minuman : Air Mineral
Jumlah :± 300 cc
Catatan Observasi Pasien selama Proses Hemodialisa
Out-
Intake (cc)
Put (cc)
Observasi
UF Maka Paraf&
QB Tek.Drh Keterangan
Jam Rate Nadi RR nn Lain UF Nama
(ml/mnt) (mmHg) NaCl Dexrose UF Lain
(ml) / - Volume
0,9% 40% Removed
minu Lain
m
PRE- HD
150
08.30 215 0,70 85 24
90
150
INTRA
HD
140
12.30 250 1,00 90 27
POST HD
80
Jumlah :
Total UF: 1.500
2.2.5 Post HD
1. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, pasien tampak kebingungan, pasien tampak
bertanya terkait kondisinya kepada perawat, dengan kesadaran compos
menthis, posisi klien semi fowler terpasang infus RL pada tangan kiri
sebanyak 20 tpm
2. Tanda – tanda Vital
a. Suhu/ T : 36,6 C
b. Nadi/HR : 90x/mnt
c. Pernapasan : 29x/mnt
d. Tekanan Darah : 140/80mmHg
e. BB Post HD : 52 kg
f. Jumlah cairan yang dikeluarkan : 2 L
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan Ristensi cairan dan
Na dibuktikan dengan Pasien mengatakan “ saya merasa sesak nafas”,
pasien tampak sesak,tampak edema di ekstermitas bawah, Posisi berbaring
semi fowler, Tampak terpasang O2 nacal canula 3lpm, RR meningkat
TTV: TD= 140/80 MmHg, N=98 x/m, S=36,6 ℃ , RR=29 x/m.
2. Hipervolemia berhubungan dengan kehilangan fungsi ginjal di Tandai
dengan Pasien mengatakan kedua kakinya bengkak, adanya Edema pada
kedua kaki pasien derajat 1 piting kedalamannya 2 mm, Turgor kulit,
Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan, 100-400-25=
+675.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan Pasien tampak bingung ketika di tanya tentang penyakitnya, Pasien
tampak bertanya kepada perawat mengenai kondisinya.
RENCANA KEPERAWATAN
Hipervolemia Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab hipervolemia 1. Mengetahui penyebab edama
keperawatan selama 1x4 jam di 2. Observasi derajat edema post 2. Mengetahui derajat edema
harapkan tidak ada peningkatan Hemodalisa
volume cairan , dengan kriteria hasil: 3. Observasi Berat badan post 3. Mengetahui adanya penurunan
1. Asupan cairan sedang hemodalisa dengan tim medis bb setelah HD
2. Haluaran urine cukup menurun 4. Monitor intake dan output cairan 4. Mengetahui pengeluaran dan
3. Edema cukup menurun pemasukan cairan
5. Anjurkan pasien untuk membatasi 5. Untuk mengurangi edema
pemasukan cairan pasien
6. Kolaborasi dalam terapi 6. Untuk membantu pasien
hemodalisa 2 kali dalam satu mengatasi penyakitnya
minggu: jadwal hemodalisa hari
Senin dan kamis
Defisit pengetahuan Setelah di lakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui kemampuan pasien
keperawatan selama 1x4 jam dan keluarga
diharapkan tingkat pengetahuan 2. Identifikasi kesiapan dan 2. Dapat memahami informasi
pasien dan keluarga meningkat kemampuan menerima informasi yang disampaikan
dengan kriteria hasil : 3. Sediakan materi dan media 3. Penyediaan materi
1. Perilaku sesuai anjuran pendidikan kesehatan mempermudah penjelasan serta
2. Kemampuan menjelaskan agar pasien lebih cepat mengerti
pengetahuan suatu topik 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. Agar pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan tersusun sesuai dengan rencana
3. Pertanyaan tentang masalah yang 5. Jelaskan faktor resiko yang dapat 5. Meningkatkan pengetahuan
dihadapi meningkat mempengaruhi kesehatan pasien
4. Menjalani pemeriksaan yang 6. Motivasi pasien dan keluarga 6. Kolaborasi dengan keluarga
tidak tepat menurun agar rutin melakukan HD untuk membantu paien
mengatasi penderitaanya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Disusun oleh :
NAMA : Ayu Lestari
NIM : 2017.C.09a.0827
6. Evaluasi
a. Bentuk : test lisan
b. Materi test :
a) Pengertian Diet.
b) Tujuan diet pada pasien hemodialisa hemodialisa
c) Cara Agar Diet Berlangsung Efekti
d) Macam-macam Diet.
e) Cara mengatur diet
No. Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
1. 2 menit Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam.
mengucapkan salam. b. Mendengarkan dan
b. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. memperhatikan.
c. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang : a. Memperhatikan dan
a. Pengertian Diet. menjawab pertanyaan
b. Tujuan diet pada pasien yang diajukan.
hemodialisa hemodialisa b. Bertanya dan menjawab
c. Macam-macam Diet. pertanyaan yang
d. Cara Agar Diet Berlangsung diajukan.
Efektif
e. Cara mengatur diet
3. 2 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan, meminta
peserta untuk mengulang kembali.
4. 1 menit Terminasi :
a. Mengucapkan terimakasih atas a. Mendengarkan
perhatian peserta b. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam penutup.
7. Kegiatan Penyuluhan