Anda di halaman 1dari 60

1

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. Y DENGAN


DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIK DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA SINTA RANGKANG TANGKILING

Di Susun Oleh :
Dandung Setiadi
(2021-01-14901-011)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
2
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan pratikum
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y Dengan Diagnosa
Medis Stroke Non Hemoragik Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangking
Tangkiling” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya Dan Selaku Pembimbing Akademik

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih


jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 18 Januari 2022

Penulis

ii
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 7
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 12
2.2 Manajemen Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.2.3 Intervensi 19
2.2.4 Implementasi 24
2.2.5 Evaluasi 24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 25
3.1.1 Identitas Klien / Keluarga 25
3.1.2 Riwayat Perkembangan Keluarga 26
3.1.3 Struktur Keluarga 31
3.1.4 Fungsi Keluarga 31
3.1.5 Pola Koping Keluarga 31
3.1.6 Spiritual 31
3.1.7 Pola Aktivitas sehari-hari 32
5

3.1.8 Psikososial 32
3.1.9 Faktor resiko masalah kesehatan 32
3.1.10 Pemeriksaan Fisik 33
3.1.11 Pengkajian Lingkungan 36
3.2 Analisa Data 38
3.3 Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga 40
3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga 43
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga 44
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat.
Hampir di seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian
penyakit kardiovaskuler. Serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan
kecacatan fisik dan mental serta kematian, baik pada usia produktif maupun lanjut
usia (Dewi & Pinzon, 2016).
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan Stroke
Non Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Hampir 83% pasien mengalami stroke jenis ini.
Stroke Non Hemoragik dibedakan menjadi tiga yaitu Stroke Trombotik
adalah proses terbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan. Stroke Embolik
adalah pembuluh arteri yang tertutup oleh bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik
adalah gangguan denyut jantung yang disebabkan oleh aliran darah ke seluruh
bagian tubuh berkurang (Pudiastuti, 2011).
Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000 kasus stroke, baik itu
kasus baru maupun rekuren. 610.000 diantaranya adalah kasus yang baru dan
185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik, seseorang di Amerika Serikat
terkena serangan stroke dan setiap 4 menit seseorang di Amerika meninggal
akibat stroke. Sebanyak 8,7% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik
(Stroke Non Hemoragik) yang terjadi akibat tersumbatnya aliran darah menuju ke
2 otak. Pasien stroke iskemik memiliki risiko kematian 20%. Angka kelangsungan
hidup setelah stroke iskemik pertama sekitar 65% pada tahun pertama, sekitar
50% pada tahun kelima, 30% pada tahun ke delapan dan 25% pada tahun ke
sepuluh (Eka & Wicaksana, 2017).
Stroke merupakan penyebab kesakitan dan kematian nomor dua di Eropa
dan nomor tiga di Amerika Serikat. Sebanyak 10% pasien stroke mengalami
kelemahan dan memerlukan perawatan (Batticaca B. Fransisca, 2008). Kejadian
1
2

kasus stroke 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per tahun. Stroke
merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan pada tahun 2030
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian. Stroke non
hemoragik atau stroke iskemik adalah yang terbanyak (Triasti & Pudjonarko,
2016).
Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi stroke mengalami
peningkatan dari 7‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menjadi 10,9 ‰
pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Riskesdas
(2013), prevalensi stroke di Bali yaitu sebesar 8,9 ‰ dan mengalami peningkatan
menjadi 10,9 ‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Masalah keperawatan yang muncul akibat stroke non hemoragik sangat
bervariasi tergantung dari luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian
jaringan dan lokasi yang terkena. Salah satu masalah keperawatan yang muncul
pada pasien stroke non hemoragik yaitu gangguan kamunikasi verbal. Pasien
stroke non hemoragik yang mengalami gangguan komunikasi verbal berarti otak
sebelah kiri pasien mengalami gangguan (Johan & Susanto, 2018). Gangguan
komunikasi setiap pasien stroke berbeda – beda, ada yang sulit berbicara, sulit
menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara tetapi kacau atau sulit
diartikan, tidak dapat membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat lagi
mengenali bahasa isyarat yang dilakukan oleh orang lain untuknya (Lanny
Lingga, 2013). Gangguan komunikasi verbal merupakan penurunan, perlambatan,
atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mengirim dan atau
menggunakan sistem simbol (PPNI, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik di puskesmas pahandut palangka
raya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah
untuk menjelaskan tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik.
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik .
1.3.2.2 Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik.
1.3.2.3 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik
1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Stroke Non Hemoragik.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Stroke Non
Hemoragik
1.3.2.6 Mampu membuat dokumentasi tindakan pada klien dengan diagnosa
medis Stroke Non Hemoragik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya tentang Stroke
Non Hemoragik dalam kehidupan sehari- hari dan dapat meningkatkan motivasi
untuk memeriksakan diri dalam berobat.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa
pengetahuan tentang Stroke Non Hemoragik sangat dibutuhkan .
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi Stroke
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2010).
Stroke Non Hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
(Wanhari, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak
pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragik
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2011).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak


menerima 15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen
tubuh, dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab

4
5

terhadap bermacam-macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan


manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk
melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori,
perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan
pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian,
yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon),
otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene and
Norman D.Harris, 2008 ).
1. Otak Besar (Serebrum)S
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar
mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat
pendengaran, dan Lobus 6 frontalis yang berfungsi sebagai pusat
kepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan
cepat.
3. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi
penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan
tubuh.
4. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua
rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam
pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan
penumbuhan sikap agresif.
6

5. Jembatan Varol (Pons Varoli)


Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
2.1.3 Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti disekitarnya.Keadaan yang dapat menyebabkan
thrombosis cerebral:
a. Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia adalah darah bertambah kental,
peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri).
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
darah,lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam
ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
7

4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac pulmonary arrest
c. CO turun akibat aritmia
2.1.4 Klasifikasi
1. Stroke Non Hemoragik Embolik Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada
pembuluh darah otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan
sistem vaskuler sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada
penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid
akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis,
fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung
berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.

2. Stroke Non Hemoragik Trombus Terjadi karena adanya penggumpalan


pembuluh darah ke otak. Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non
hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi
ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit atherosklerosis.

2.1.5 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.
Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
8

yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008). Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah.
Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak, yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat maka menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskular,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-
6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung
(Muttaqin, 2008).
9
10

WOC SNH
Penyakit yang mendasari stroke
Aterosklerosis (elastisitas (alkohol, hiperkolesteroid,
pembuluh darah menurun) Pembentukan trombus,
merokok, stres, depresi, kegemukan obtruksi trombus di otak
Kepekatan darah meningkat

Stroke Non
Hemoragik

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Infark jaringan Trombus, emboli Penurunan darah ke Kematian sel-sel otak Supali darah ke otak Infark jaringan serebral
serebral serebral otak berkurang

Perubahan perfusi
Cerebrum (otak besar)
Infark batang otak Sumbatan aliran darah Hipoksia serebri Iskemik jaringan
& O2 serebral

Kelemahan oto spicter


Nervus 12 Terkena saraf ke 12 Hemiplegi, paraplegi,
(hipoglosus) tetraplegi
Infrak jaringan serebral Infark jaringan otak

Reflek mengunyah Gangguan eliminasi


menurun urine/defekasi
Kelemahan pada nervus
Menelan Kelemahan fisik
V, VII, IX, X
Perfusi jaringan terganggu/tidak
Tersedak serebral tidak efektif simetris

Hambatan mobilitas
Obstruksi jalan nafas Gangguan persepsi fisik
sensori
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Bersihan jalan nafas
ketubutuhan tubuh
tidak efektif
11

2.1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara


lain :

1. Hipertensi

2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)

3. Gangguan sensorik

4. Gangguan visual

5. Gangguan keseimbangan

6. Nyeri kepala (migran, vertigo)

7. Muntah

8. Disatria (kesulitan berbicara)

9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor,


koma)

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002) adalah:

1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah


adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat
diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki
aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari
12

untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi


meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan
aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
13

b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)


c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi umum: letakkan posisi pasien 30º, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi 2 jam sekali, mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil. Bbebaskan jalan nafas dengan pemberian oksigen, jika erlu
dilakukan intubasi
2. Apabila demam dilakukan kompres dan pemberian antipiretik, bila
kandung kemih penuh lakukan pemasangan kateter
3. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonic, kristaloid atau koloid hindari
cairan glukosa atau salin isotonic
4. Pemberian nutrisi peroral diberikan jika fungsi meneln baik, bila
mengalami gangguan menelan atau penurunan kesadaran diberikan
melaalui NGT
5. Nyeri, mual diatasi dengan obat-obatan yang sesuai
6. Tekanan darah tidaak perlu segera diturunkan, kecuali tekanan sistolik
≥220 mmhg distolik ≥120 mmhg, MAP ≥130 mmhg (dalam 2 kali
ppengukuran selang waktu 30 menit atau didapatkan infrk miocard akut,
gagal ginjal atau gagal jantung kongesi.Penurunan tekanan darah
maksimal 20 % dan bat direkomendasikan: natrium nitropuid, penyekat
reseptor alfa beta, penyekat ACE, atau angiotensin natrium
7. Jika hipotensi, sistolik ≤ 90 mmhg, diastolic ≤70 mmhg berikan NaCl
0,9% 250 ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml jam dan 500 ml sampai
hipotensi teratsi. Jika belum terkoreksi berikan dopamine 2-20µ/kg/ menit
sampai tekana darah sistolik ≥110 mmhg
8. Jika kejang berikan diaazepaam 5-29 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg/hari dialnjut pemberian antikonvulsan peroral
14

9. Jika terjadi peningkatan TIK berikan manitol bolus intravena


0,25-1g/kgBB/30 menit, jika kondisi memburuk dilanjut 0,25g/kgBB/30
mnt setiap 6 jam selama 3-5 hari

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2010) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan


perubahan di dalam intrakranial.Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif, dan konia.
15

4. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.

5. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

7. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-
B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

a. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
16

pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien


dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.

Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian


inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan
taktil premitus seimbang kanan dan kiri.Auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan.

b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg).

c. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori).Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang.Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

e. B5 (Bowel)
17

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,


mual muntah pada fase akut.Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi.Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.

f. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan


sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

g. Pengkajian Tingkat Kesadaran


Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar
dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan
adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar


pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien sudah
mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai
18

tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan


pemberian asuhan.

h. Pengkajian Fungsi Serebral


Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.

i. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.

j. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi.Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.

k. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
19

dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan


berusaha untuk menyisir rambutnya.

8. Pengkajian Saraf Kranial


Menurut Muttaqin, (2010) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf
kranial I-X11.
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
b. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
d. Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit.
e. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu
sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
f. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
g. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
h. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
i. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
j. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal.
9. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN
20

bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi ng berlawanan dari otak.
a. Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perfusi Cerebral Tidak Efektif berhubungan dengan O2 Otak
Menurun
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Untuk
Mengabsorpsi Nutrient
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot.
4. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Factor Risiko :
Lembap
5. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Kerusakan
Neuromuscular, Kerusakan Sentral Bicara
21

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Risiko Perfusi Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
Cerebral Tidak
Gangguan perfusi 1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya 1. Peningkatan tekanan darah sistemik yang
Efektif
jaringan dapat tercapai diikuti dengan penurunan tekanan
berhubungan 2. Kaji respon motorik terhadap perintah
secara optimal darah diastolik merupakan tanda peningkatan
dengan O2 sederhana
TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya
Otak Menurun
Kriteria hasil : 3. Pantau status neurologis secara teratur peningkatan TIK
1. Mampu
4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif 2. Mampu mengetahui tingkat respon motorik
mempertahankan
pasien
tingkat kesadaran 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi 3. Mencegah/menurunkan atelektasis
2. Fungsi sensori dan
motorik membaik 4. Menurunkan statis vena
5. Menurunkan resiko terjadinya komplikasi

2 Risiko Defisit Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :


Nutrisi
1. Status gizi 1. Pengelolaan gangguan makanan 1. Motivasi klien mempengaruhi dalam
berhubungan
perubahan nutrisi
dengan 2. Asupan 2. Pengelulaan nutrisi
Ketidakmampu makanan 2. Makanan kesukaan klien untuk
22

an Untuk 3. Cairan dan zat 3. Bantuan menaikkan BB mempermudah pemberian nutrisi


Mengabsorpsi gizi
Aktivitas keperawatan : 6. Merujuk kedokter untuk mengetahui
Nutrient
Kritria evaluasi: perubahan klien serta untuk proses
1. Tentukan motivasi klien untuk
penyembuhan
1. Menjelaskan mengubah kebiasaan makan
komponen 7. Membantu makan untuk mengetahui
2. Ketahui makanan kesukaan klien
kedekatan diet perubahan nutrisi serta untuk pengkajian
3. Rujuk kedokter untuk menentukan
2. Nilai laboratorium 8. Menciptakan lingkungan untuk
penyebab perubahan nutrisi
(mis,trnsferin,albu kenyamananistirahat klien serta utk
min,dan eletrolit) 4. Bantu makan sesuai dengan ketenangan dalam ruangan/kamar.
kebutuhan klien
3. Melaporkan
keadekuatan 5. Ciptakan lingkungan yang
tingkat giji menyenangkan untuk makan
4. Nilai laboratorium
(mis:trasferin,albo
men dan eletrolit
5. Toleransi terhadap
gizi yang
dianjurkan.

3 Gangguan Tujuan (NOC): Intevensi (NIC) :


Mobilitas Fisik
Klien diminta
berhubungan 1. Terapi aktivitas, ambulasi 1. Mengajarkan klien tentang dan pantau
23

dengan menunjukkan tingkat 2. Terapi aktivitas, mobilitas sendi.


Penurunan mobilitas, ditandai 3. Perubahan posisi penggunaan alat bantu mobilitas klien lebih
Kekuatan Otot. dengan indikator berikut mudah.
(sebutkan nilainya 1 - Aktivitas Keperawatan : 2. Membantu klien dalam proses perpindahan akan
5 : ketergantungan membantu klien latihan dengan cara tersebut.
(tidak berpartisipasi) 1. Ajarkan klien tentang dan pantau 3. Pemberian penguatan positif selama aktivitas
membutuhkan bantuan penggunaan alat bantu mobilitas. akan mem-bantu klien semangat dalam latihan.
orang lain atau alat 4. Mempercepat klien dalam mobilisasi dan
2. Ajarkan dan bantu klien dalam proses
membutuhkan bantuan mengkendorkan otot-otot
perpindahan.
orang lain, mandiri 5. Mengetahui perkembngan mobilisasi klien
dengan pertolongan alat 3. Berikan penguatan positif selama sesudah latihan ROM
bantu atau mandiri beraktivitas.
penuh).
Kriteria Evaluasi :
4. Dukung teknik latihan ROM
1. Menunjukkan
penggunaan alat
bantu secara benar
5. Kolaborasi dengan tim medis tentang
dengan pengawasan.
mobilitas klien
2. Meminta bantuan
untuk beraktivitas
mobilisasi jika
diperlukan.
3. Menyangga BAB
4. Menggunakan kursi
24

roda secara efektif.

4 Risiko Tujuan (NOC) : 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan 1. Kulit bisa lembap dan mungkin merasa tidak
Gangguan pakaian yang longgar dapat beristirahat atau perlu untuk bergerak
Tissue Integrity : Skin
Integritas Kulit
and Mucous 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Menurunkan terjadinya risiko infeksi pada
berhubungan
Membranes 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih bagian kulit
dengan Factor
dan kering
Risiko : 3. Cara pertama untuk mencegah terjadinya
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Lembap infeksi
Kriteria Hasil : setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan 4. Mencegah terjadinya komplikasi selanjutnya
1. Integritas kulit 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
yang baik bisa pada derah yang tertekan 5. Mengetahui perkembangan terhadap
dipertahankan 7. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai terjadinya infeksi kulit
(sensasi, indikasi 6. Menurunkan pemajanan terhadap kuman
elastisitas,
infeksi pada kulit
temperatur,
hidrasi, 7. Menurunkan risiko terjadinya infeksi
pigmentasi)
2. Tidak ada
luka/lesi pada
kulit
3. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
25

dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
Komunikasi
1. Lakukan komunikasi dengan wajar, 1. Mencek komunikasi klien apakah benar-
Verbal Komunikasi dapat
bahasa jelas, sederhana dan bila benar tidak bisa melakukan komunikasi
berhubungan berjalan dengan baik
perlu diulang
dengan 2. Mengetahui bagaimana kemampuan
Kerusakan Kriteria hasil : 2. Dengarkan dengan tekun jika pasien komunikasi klien tsb
Neuromuscular mulai berbicara
, Kerusakan 1. Klien dapat 3. Mengetahui derajat /tingkatan kemampuan
Sentral Bicara mengekspresikan berkomunikasi klien
perasaan 3. Berdiri di dalam lapang pandang 4. Menurunkan terjadinya komplikasi lanjutan
2. Memahami maksud pasien pada saat bicara
dan pembicaraan 5. Keluarga mengetahui & mampu
orang lain 4. Latih otot bicara secara optimal mendemonstrasikan cara melatih
3. Pembicaraan pasien komunikasi verbalpd klien tanpa bantuan
5. Libatkan keluarga dalam melatih
dapat dipahami perawat
26

komunikasi verbal pada pasien 6. Mengetahui perkembangan komunikasi


verbal klien
6. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
27

2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain (Mitayani, 2010). Implementasi juga dimaksudkan untuk
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri dan
menilai sejauh mana masalah dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat  adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala   
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan
28

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Rabu, 18 Januari 2022, pukul
09.00 WIB di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang, dengan teknik
anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik dan data dari buku status
pasien didapatkan data-data sebagai berikut:
1.1.1 Data Biografi
Nama: Ny.Y jenis kelamin Perempuan. Tempat&Tanggal lahir pasien :
Bandung, 30 November 1950. Gol.Darah -. Pendidikan Terakhir Ny.Y yaitu S1
Ekonomi, Agama Kristen Status Perkawinan yaitu Kawin. TB/BB :155 cm/ 58 kg.
Penampilan terlihat rapi dan bersih, Ciri-ciri Tubuh badan cukup gemuk. Alamat :
Jl. Pariwisata No.174. Orang Dekat yang dapat Dihubungi : Tn. A, No Telepon :
081254433677, Hubungan dengan Lansia yaitu suami Alamat : Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang
1.1.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Tn. A L Suami SMP Swasta Hidup
2 Ny. Y P Istri SD IRT Hidup
29

1.1.3 Genogram
Keterangan :
: laki- laki

: Perempuan

: tinggal serumah
: Garis keturunan
: Meninggal dunia

Keterangan : : klien lansia

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

Keterangan :

: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien

1.1.4 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan saat ini IRT. Alamat Pekerjaan dirumah berapa jarak dari rumah-
alamat transportasi- pekerjaan sebelumnya SD sumber pendapatan dan
kecukupan biaya kehidupan Ny Y Tercekupi
1.1.5 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)
Ny.Y tinggal di wisma Panti Sosial Trena Werdha bersama Suami. Tipe
tempat tinggal Ny. Y permanen dan berjumlah 5 kamar. Kondisi tempat
tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik, ventilasi cukup dan tidak
pengap. Jumlah orang yang tinggal 4 orang yang terdiri dari Ny. Y suami dan
dua tetangga
1.1.6 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby nyanyi kegiatan Ny. Y dirumah adalah
menyapu, menonton tv, dan membersihkan rumah.
1.1.7 Sistem Pendukung
30

Terdapat klinik serta perawat dan dokter dipanti, jarak dari asrama ke klinik
sekitar ±15 m, rumah sakit ± 3,4 km. Makanan yang dihantarkan yaitu nasi, lauk
dan sayuran dimana Ny Y makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore serta
perawatan sehari-hari yang dilakukan Ny Y melakukan personal hygien secara
mandiri.
1.1.8 Diskripsi Kekhususan
Ny Y secara rutin melakukan doa didalam kamarnya.
1.1.9 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan memiliki
riwayat stroke 2 tahun lalu.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien mengatakan tidak pernah
dirawat dan tidak pernah mengalami kecelakaan
KELUHAN UTAMA :
P: Klien mengeluh tangan kanan susah digerakkan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tangan sebelah kanan
S: Skala 6 ( sedang )
T: hilang timbul
Pemahaman & Penatalaksanaan
1.1.10 Masalah Kesehatan : Stroke Non Hemoragik

1.1.10.1 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Kalnex 500 mg Kalnex obat yang digunakan untuk membantu
menghentikan pendarahan
2. Citicoline 500 mg Obat untuk mengatasi gangguan memori
atau perilaku yang disebabkan oleh
penuaan, stroke, atau cedera kepala.
3 Piracetam 400 mg Untuk mengatasi penurunan fungsi kognitif
seperti kemampuan berpikir, mengingat dan
memecahkan masalah
31

1.1.10.2 Status Imunisasi (Catat Tanggal Terbaru)


Tetanus, difteri: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”,
Influenza: klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”, Pneumothoraks:
klien mengatakan “saya tidak pernah di imunisasi”

1.1.10.3 A
lergi:(Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada, Makanan : pasien alergi terhadap makanan, Faktor
Lingkungan : Tidak ada.
1.1.10.4 Penyakit Yang Diderita
Pasien menderita penyakit Stroke Non Hemoragik

1.1.11 Aktifitas Sehari-Hari


1.1.11.1 Indeks Katz
Oksigenasi : Pernafasan normal, RR 20x/menit, Cairan& Elektrolit :
Minum ±1,5 liter/hari, Nutrisi : makan 3x/hari, Eliminasi : BAB 2x/hari dan BAK
4-5x hari, Aktivitas : Aktivitas sehari-hari madiri, Istirahat&Tidur : istirahat
cukup 6-7 jam/hari, Personal Hygiene : Badan bersih, wangi, dan rapi, Seksual :
Normal, Rekreasi : tidak ada
1.1.12 Psikologis
Persepsi klien : Ny. Y mengatakan mengetahui tentang penyakitnya, Konsep
Diri : Ny. Y merasa bersyukur dengan bentuk tubuhnya, Emosi : Stabil, Adaptasi :
Baik, Mekanisme Pertahanan Diri : meluapkan emosi cara duduk santai sambil
membaca buku
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
1.1.13 Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran yaitu Composmenthis, Glasglow Coma Skale: 15,
Eye : 4, Verbal : 5, Psikomotor : 6. Tanda-Tanda Vital : Puls = 92x/menit, Temp
= 36,30C, RR = 20 x/menit, Tensi = 140/100 mmHg.
1.1.13.1 Sistem Kardiovaskuler
TD 140/100 mmHg, N=92x/menit (regular), bunyi jantung normal S1-
32

Lup S2-Dup, tidak ada iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri
dada, tidak ada, merah, CRT : konjungtiva normal
1.1.13.2 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada sekresi dan batuk, pola nafas regular
RR=20x/menit, bunyi nafas vesicular, dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
1.1.13.3 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, turgor kembali kurang
dari 2 detik, akral : hangat.
1.1.13.4 Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah pada kandung kemih, produksi urine/BAK ±1,5
ml/hari, frekuensi 4-5x/hari, warna kuning jernih.
1.1.13.5 Sistem Muskuloskeletal
Pada kaki kanan dan tangan kanan mengalami kelemahan bergerak
dengan kekuatan otot ekstremitas kiri atas 5, ekstremitas kanan atas 2, ekstremitas
kiri bawah 5, ekstremitas kanan bawah 2
1.1.13.6 Sistem Endokrin
Tidak terdapat masalah pada sistem endokrin Ny.Y
1.1.13.7 Sistem Gastrointestinal
Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual ataupun muntah, BAB 1x/hari
dengan tidak adanya masalah.
1.1.13.8 Sistem Reproduksi
Pasien menolak dilakukan pengkajian/pemeriksaan
1.1.13.9 Sistem Persarafan
Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS pasien, E (Eye) : 4
(Membuka mata dengan spontan), V (Verbal) : 5 (Dapat menjawab salam), M
(Motorik) : 6 (Dapat mengikuti perintah), Total Nilai GCS adalah 15 dengan
Kesadaran Ny. Y yaitu Compos Menthis.
1.1.13.10 Sistem Penglihatan
Penglihatan masih normal, gerak bola mata normal, pupil reflek akan
cahaya, dan tidak buta warna.
1.1.13.11 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pasien tidak ada masalah karena pasien masih bisa
33

mendengar dengan jelas.


1.1.13.12 Sistem Pengecapan
Sistem pengecapan pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
merasakan rasa manis, asam, asin atapun pahit.
1.1.13.13 Sistem Penciuman
Sistem penciuman pasien tidak ada masalah karena pasien mampu
mencium/membedakan bau-bauan.

1.1.14 Status Kognitif/Afektif/Sosial


Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ): 1 fungsi intelektual
utuh, Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck : 2 (Tidak
Ada Depresi/Minimal), APGAR Keluarga : 9
34

INDEKS KATZ

Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari


Nama klien : Ny. Y Tanggal : 18 Januari 2022
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 155cm/58kg
Agama : Kristen Gol darah:
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Rindang Banua
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan
sebagai C, D, E Atau F
lain

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE


(SPMSQ)
35

Penilaian ini untuk Mengetahui Fungsi Intelektual Lansia


Nama klien : Ny. Y Tanggal : Rabu, 05-01-2022
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB :155 cm/58 Kg
Umur : 64 Tahun Gol. Darah : -
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Alamat : Rindang Banua
Nama Pewawancara : Wenie Utonli Sadilah

SKORE
No. PERTANYAAN JAWABAN
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini? Tanggal 5
√ 2. Hari apa sekarang? Rabu
√ 3. Apa nama tempat ini? Panti
√ 4. Berapa nomor telepon Anda? Tidak ada hp
√ 5. Berapa umur Anda? 64 tahun
√ 6. Kapan Anda lahir? 1954
√ 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi
√ Siapa Presiden sebelumnya? Susilo Bambang
8.
Yudoyono
√ 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Tidak tau
√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap Klien bisa menjawab
10. pengurangan 3 dari setiap angka dengan baik
baru, semua secara menurun.
Jumlah kesalahan total: 1
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2  Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4  Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7  Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10  Kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
SD.
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan lebih dari SD.
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan untuk subjek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
36

NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebena ran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 30

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu


penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)
37

Nama klien : Ny. Y Tanggal : 5 Januari 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 Tahun TB/BB : 158 cm/58kg
Agama : Kristen Gol darah:
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Rindang Banua
URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
38

0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
39

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat yang Dapat Digunakan
untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama klien : Tn. A Tanggal : 5 Januari 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 Tahun TB/BB : 158 cm/58 kg
Agama : Kristen Gol darah:
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Rindang Banua
No Uraian Fungsi Skore
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
40

membantu pada waktu sesuatu


menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATASUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Ny. Y mengatakan Tangan kanan Infark jaringan serebral Gangguan mobilitas
mengalami kelemahan bergerak fisik
P: Klien mengeluh tangan kanan susah
Perubahan perfusi
digerakkan
jaringan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tangan sebelah kanan Hemiplegi, paraplegi,
S: Skala 6 ( sedang ) tetraplegi
T: hilang timbul
Penurunan Kekuatan
41

DO : Otot
- Tangan kanan klien tampak lemah
- Kekuatan otot menurun
- Ekstremitas atas 5/2 Kelemahan Fisik
- Ekstremitas bawah 5/2
- TTV
- TD : 140/100mmHg Gangguan Mobilitas
- N : 92 x/m Fisik
- S : 36.3’c
- RR : 20x/m
-

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


dibuktikan dengan , Klien mengatakan tangan kanan mengalami kelemahan
bergerak, tangan kanan klien tampak lemah, Kekuatan otot menurun,
Ekstremitas atas 5/2, TTV : TD:140/100 mmHg, N : 92 x/m, S : 36,3°C,
RR : 20x/m
42
43

1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Kep Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan Dukungan mobilisasi 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
Fisik (D.0054) keperawatan 1x7 jam, (I.05173) vital
diharapkan gangguan 1. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui kekuatan otot
mobilitas fisik dapat teratasi 2. Observasi kekuatan otot 3. Untuk membantu klien dan
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan dan bantu klien keluarga dalam melakukan
1. TTV dalam batas normal maupun keluarga dalam mobilitas klien
2. Kekuatan otot meningkat mobilitas 4. Untuk melatih kekuatan otot klien
3. Keluarga dan klien 4. Lakukan latihan ROM 5. Untuk membantu klien dan
memahami tentang 5. Berikan pendidikan keluarga dapat melakukan rom
latihan ROM kesehatan kepada klien dan mandiri
keluarga tentang pentingnya 6. Untuk membantu dalam proses
latihan ROM penyembuhan
6. Kolaborasi dengan tim medis
tentang mobilitas klien
44

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama


1 Gangguan Mobilitas 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S:
Fisik 2. Mengobservasi kekuatan otot Klien mengatakan tangan kanan masih
3. Mengajarkan dan bantu klien lemah
maupun keluarga dalam mobilitas O:
4. Melakukan latihan ROM - TTV :
5. Memberikan pendidikan kesehatan TD : 140/100 mmHg
kepada klien dan keluarga tentang N : 90 x/m (Dandung
pentingnya latihan ROM S : 36,7°C Setiadi)
6. Berkolaborasi dengan tim medis RR : 20x/m
tentang mobilitas klien - Tangan kanan klien tampak masih
lemah
- Klien tampak antusias saat dilakukan
latihan ROM
- Klien dan keluarga tampak mengerti
dengan latihan ROM
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
45

DAFTAR PUSTAKA
Arya W.W . 2011. Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Maryam, S & dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemPersarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Pratama, B. Z. 2016. Gambaran Kekuatan Otot Tangan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Di Irna D Rsup Sanglah Tahun 2016. Poltekkes Denpasar.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
46

LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


RANGE OF MOTION (ROM) DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SINTA
RANGKANG PALANGKARAYA

Disusun Oleh:

Dandung Setiadi NIM : 2021-01-14901-011

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2022
47

SATUAN ACARA PENYULUHAN


1. Topik : RANGE OF MOTION (ROM)
2. Sasaran
1. Program : PASIEN KELOLAAN DIPANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SINTA RANGKANG PALANGKARAYA
3. Penyuluhan : PASIEN KELOLAAN DIPANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SINTA RANGKANG PALANGKARAYA
4. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk pasien dan keluarga pasien memahami seberapa ppentingnya Range
of Motion ( ROM )
2. Tujuan Khusus:
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien tentang Range
of Motion ( ROM )
5. Materi : RANGE OF MOTION (ROM)
6. Metode : Bimbingan dan penyuluhan, Kelompok besar dan ceramah.
7. Media : Leaflet
8. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Jumat, 21 Januari 2022
2. Pukul : 10.00 Wib - Selesai
3. Alokasi Waktu :
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan 5 Menit Secara langsung
2 Perkenalan (Perkenalan pembimbing 2 Menit Secara langsung
dan kelompok oleh moderator )
3 Menyampaikan Kontrak 2 Menit Secara langsung

(Menyampaikan tujuan)

4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 10 Menit Secara langsung

( Penyampaian Materi oleh Leader )

5 Penutupan ( Penyuluhan ditutup oleh 10 Menit Secara langsung


48

moderator )
6 Dokumentasi ( Foto bersama Lansia, 5 Menit Secara langsung
dosen dan Mahasiswa )

9. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Dandung Setiadi
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Dandung Setiadi
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Dandung Setiadi
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan asam urat
5. Membagikan konsumsi
4) Dokumentator : Dandung Setiadi
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan

10. TEMPAT
1. Setting Tempat :

Keterangan:

:Moderator
49

:Leader

:Peserta

:Fasilitator

:Dokumentator
50

MATERI RANGE OF MOTION (ROM) ATAU LATIHAN


RENTANG GERAK
1. Pengertian

Range of Motion ( ROM ) atau Latihan Rentang Gerak adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.
2. Tujuan

Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang
dapat di lakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
3. Manfaat
1. Memelihara kelenturan dari tulang dan sendi
2. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang
3. Meningkatkan kekuatan otot
Menjaga agar peredaran darah lancar
4. Macam-macam ROM
a) ROM Aktif
 Gerakkan tubuh dilakukan secara mandiri.
 Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
b) ROM Pasif
51

 Gerakkan tubuhnya dibantu dengan orang lain.


 Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh
atau hanya pada ekstremitas yang terganggu.
5. Akibat Tidak Melakukan Range of Motion (ROM)
a) Penyembuhan luka menjadi lama
b) Menambah rasa sakit
c) Badan menjadi pegal dan kaku
d) Kulit menjadi lecet dan luka
e) Memperlama perawatan di Rumah Sakit
ROM Miring Kanan Miring Kiri

Posisi miring sangat efektif karena dapat memperlancar sirkulasi darah terutama
pada bagian tulang – tulang yang menonjol dan mengalami penekanan yang
terlalu lama.

6. Cara Melakukan Mobilisasi


1. Berdiri disamping pasien pada posisi yang dituju
2. Pasang pengaman tempat tidur
3. Menggeser pasien ke sisi tempat tidur berlawanan dengan arah yang
dituju
4. Tangan kiri pegang bahu pasien, tangan kanan pegang pinggang, satu
kaki berada di depan, dalam hitungan ke tiga kaki ke belakang ditekuk
dan jatuhkan badan ke bawah
52

5. Memastikan posisi setengah telungkup


6. Merapikan keadaan pasien
53

2. Pengertian 3. Tujuan
RANGE OF MOTION
(ROM)

Untuk mengurangi kekakuan pada


sendi dan kelemahan pada otot yang
Range of Motion ( ROM ) atau dapat di lakukan aktif maupun pasif
Latihan Rentang Gerak adalah tergantung dengan keadaan pasien

latihan yang dilakukan untuk 4.Manfaat


a) Memelihara kelenturan dari tulang
mempertahankan atau memperbaiki
dan sendi
tingkat kesempurnaan kemampuan b) Menjaga agar tidak terjadi

menggerakan persendian secara kerapuhan tulang


c) Meningkatkan kekuatan otot
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA normal dan lengkap untuk
d) Menjaga agar peredaran darah
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
meningkatkan massa otot dan lancer
PROFESI NERS
TAHUN 2022 tonus otot. 5.
54

6. Macam-Macam ROM 7. Akibat Tidak Melakukan a) Berdiri disamping pasien pada


c) ROM Aktif Range of Motion (ROM) posisi yang dituju
a) Penyembuhan luka menjadi lama b) Pasang pengaman tempat tidur
 Gerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri. b) Menambah rasa sakit c) Menggeser pasien ke sisi tempat
 Sendi yang digerakkan pada c) Badan menjadi pegal dan kaku tidur berlawanan dengan arah
ROM aktif adalah sendi di d) Kulit menjadi lecet dan luka yang dituju
seluruh tubuh dari kepala d) Tangan kiri pegang bahu pasien,
e) Memperlama perawatan di Rumah
sampai ujung jari kaki oleh tangan kanan pegang pinggang,
Sakit
klien sendiri secara aktif.
satu kaki berada di depan, dalam
d) ROM Pasif ROM
hitungan ke tiga kaki ke belakang
Miring Kanan Miring Kiri
ditekuk dan jatuhkan badan ke
bawah

 Gerakkan tubuhnya dibantu


dengan orang lain.
Sendi yang digerakkan pada
Posisi miring sangat efektif
ROM pasif adalah seluruh karena dapat memperlancar sirkulasi
persendian tubuh atau hanya darah terutama pada bagian tulang –
e) Memastikan posisi setengah
tulang yang menonjol dan mengalami
pada ekstremitas yang
penekanan yang terlalu lama. telungkup
terganggu.
8. Cara Melakukan Mobilisasi f) Merapikan keadaan pasien
55

Anda mungkin juga menyukai