Di Susun Oleh :
Dandung Setiadi
(2021-01-14901-011)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan pratikum
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. Y Dengan Diagnosa
Medis Stroke Non Hemoragik Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangking
Tangkiling” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya Dan Selaku Pembimbing Akademik
Penulis
ii
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit 4
2.1.1 Definisi 4
2.1.2 Anatomi Fisiologi 4
2.1.3 Etiologi 6
2.1.4 Klasifikasi 7
2.1.5 Patofisiologi 7
2.1.6 Manifestasi Klinis 10
2.1.7 Komplikasi 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 12
2.2 Manajemen Keperawatan 13
2.2.1 Pengkajian 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.2.3 Intervensi 19
2.2.4 Implementasi 24
2.2.5 Evaluasi 24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 25
3.1.1 Identitas Klien / Keluarga 25
3.1.2 Riwayat Perkembangan Keluarga 26
3.1.3 Struktur Keluarga 31
3.1.4 Fungsi Keluarga 31
3.1.5 Pola Koping Keluarga 31
3.1.6 Spiritual 31
3.1.7 Pola Aktivitas sehari-hari 32
5
3.1.8 Psikososial 32
3.1.9 Faktor resiko masalah kesehatan 32
3.1.10 Pemeriksaan Fisik 33
3.1.11 Pengkajian Lingkungan 36
3.2 Analisa Data 38
3.3 Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga 40
3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga 43
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga 44
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
kasus stroke 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per tahun. Stroke
merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan pada tahun 2030
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian. Stroke non
hemoragik atau stroke iskemik adalah yang terbanyak (Triasti & Pudjonarko,
2016).
Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, prevalensi stroke mengalami
peningkatan dari 7‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menjadi 10,9 ‰
pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Berdasarkan Riskesdas
(2013), prevalensi stroke di Bali yaitu sebesar 8,9 ‰ dan mengalami peningkatan
menjadi 10,9 ‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Masalah keperawatan yang muncul akibat stroke non hemoragik sangat
bervariasi tergantung dari luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian
jaringan dan lokasi yang terkena. Salah satu masalah keperawatan yang muncul
pada pasien stroke non hemoragik yaitu gangguan kamunikasi verbal. Pasien
stroke non hemoragik yang mengalami gangguan komunikasi verbal berarti otak
sebelah kiri pasien mengalami gangguan (Johan & Susanto, 2018). Gangguan
komunikasi setiap pasien stroke berbeda – beda, ada yang sulit berbicara, sulit
menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara tetapi kacau atau sulit
diartikan, tidak dapat membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat lagi
mengenali bahasa isyarat yang dilakukan oleh orang lain untuknya (Lanny
Lingga, 2013). Gangguan komunikasi verbal merupakan penurunan, perlambatan,
atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mengirim dan atau
menggunakan sistem simbol (PPNI, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik di puskesmas pahandut palangka
raya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah
untuk menjelaskan tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac pulmonary arrest
c. CO turun akibat aritmia
2.1.4 Klasifikasi
1. Stroke Non Hemoragik Embolik Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada
pembuluh darah otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan
sistem vaskuler sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada
penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid
akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis,
fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung
berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.
2.1.5 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme
vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan
jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.
Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
8
yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008). Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah.
Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak, yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat maka menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskular,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-
6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung
(Muttaqin, 2008).
9
10
WOC SNH
Penyakit yang mendasari stroke
Aterosklerosis (elastisitas (alkohol, hiperkolesteroid,
pembuluh darah menurun) Pembentukan trombus,
merokok, stres, depresi, kegemukan obtruksi trombus di otak
Kepekatan darah meningkat
Stroke Non
Hemoragik
Infark jaringan Trombus, emboli Penurunan darah ke Kematian sel-sel otak Supali darah ke otak Infark jaringan serebral
serebral serebral otak berkurang
Perubahan perfusi
Cerebrum (otak besar)
Infark batang otak Sumbatan aliran darah Hipoksia serebri Iskemik jaringan
& O2 serebral
Hambatan mobilitas
Obstruksi jalan nafas Gangguan persepsi fisik
sensori
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Bersihan jalan nafas
ketubutuhan tubuh
tidak efektif
11
1. Hipertensi
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
7. Muntah
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002) adalah:
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
7. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-
B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
a. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
16
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg).
c. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori).Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang.Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
17
f. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
i. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
j. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi.Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
k. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
19
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi ng berlawanan dari otak.
a. Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
c. Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perfusi Cerebral Tidak Efektif berhubungan dengan O2 Otak
Menurun
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Untuk
Mengabsorpsi Nutrient
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot.
4. Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Factor Risiko :
Lembap
5. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Kerusakan
Neuromuscular, Kerusakan Sentral Bicara
21
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Risiko Perfusi Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
Cerebral Tidak
Gangguan perfusi 1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya 1. Peningkatan tekanan darah sistemik yang
Efektif
jaringan dapat tercapai diikuti dengan penurunan tekanan
berhubungan 2. Kaji respon motorik terhadap perintah
secara optimal darah diastolik merupakan tanda peningkatan
dengan O2 sederhana
TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya
Otak Menurun
Kriteria hasil : 3. Pantau status neurologis secara teratur peningkatan TIK
1. Mampu
4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif 2. Mampu mengetahui tingkat respon motorik
mempertahankan
pasien
tingkat kesadaran 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi 3. Mencegah/menurunkan atelektasis
2. Fungsi sensori dan
motorik membaik 4. Menurunkan statis vena
5. Menurunkan resiko terjadinya komplikasi
4 Risiko Tujuan (NOC) : 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan 1. Kulit bisa lembap dan mungkin merasa tidak
Gangguan pakaian yang longgar dapat beristirahat atau perlu untuk bergerak
Tissue Integrity : Skin
Integritas Kulit
and Mucous 2. Hindari kerutan pada tempat tidur 2. Menurunkan terjadinya risiko infeksi pada
berhubungan
Membranes 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih bagian kulit
dengan Factor
dan kering
Risiko : 3. Cara pertama untuk mencegah terjadinya
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Lembap infeksi
Kriteria Hasil : setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan 4. Mencegah terjadinya komplikasi selanjutnya
1. Integritas kulit 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
yang baik bisa pada derah yang tertekan 5. Mengetahui perkembangan terhadap
dipertahankan 7. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai terjadinya infeksi kulit
(sensasi, indikasi 6. Menurunkan pemajanan terhadap kuman
elastisitas,
infeksi pada kulit
temperatur,
hidrasi, 7. Menurunkan risiko terjadinya infeksi
pigmentasi)
2. Tidak ada
luka/lesi pada
kulit
3. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
25
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
4. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
Komunikasi
1. Lakukan komunikasi dengan wajar, 1. Mencek komunikasi klien apakah benar-
Verbal Komunikasi dapat
bahasa jelas, sederhana dan bila benar tidak bisa melakukan komunikasi
berhubungan berjalan dengan baik
perlu diulang
dengan 2. Mengetahui bagaimana kemampuan
Kerusakan Kriteria hasil : 2. Dengarkan dengan tekun jika pasien komunikasi klien tsb
Neuromuscular mulai berbicara
, Kerusakan 1. Klien dapat 3. Mengetahui derajat /tingkatan kemampuan
Sentral Bicara mengekspresikan berkomunikasi klien
perasaan 3. Berdiri di dalam lapang pandang 4. Menurunkan terjadinya komplikasi lanjutan
2. Memahami maksud pasien pada saat bicara
dan pembicaraan 5. Keluarga mengetahui & mampu
orang lain 4. Latih otot bicara secara optimal mendemonstrasikan cara melatih
3. Pembicaraan pasien komunikasi verbalpd klien tanpa bantuan
5. Libatkan keluarga dalam melatih
dapat dipahami perawat
26
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain (Mitayani, 2010). Implementasi juga dimaksudkan untuk
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri dan
menilai sejauh mana masalah dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala
sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan
28
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Rabu, 18 Januari 2022, pukul
09.00 WIB di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang, dengan teknik
anamnesa (wawancara), observasi, pemeriksaan fisik dan data dari buku status
pasien didapatkan data-data sebagai berikut:
1.1.1 Data Biografi
Nama: Ny.Y jenis kelamin Perempuan. Tempat&Tanggal lahir pasien :
Bandung, 30 November 1950. Gol.Darah -. Pendidikan Terakhir Ny.Y yaitu S1
Ekonomi, Agama Kristen Status Perkawinan yaitu Kawin. TB/BB :155 cm/ 58 kg.
Penampilan terlihat rapi dan bersih, Ciri-ciri Tubuh badan cukup gemuk. Alamat :
Jl. Pariwisata No.174. Orang Dekat yang dapat Dihubungi : Tn. A, No Telepon :
081254433677, Hubungan dengan Lansia yaitu suami Alamat : Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang
1.1.2 Riwayat Keluarga
Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Tn. A L Suami SMP Swasta Hidup
2 Ny. Y P Istri SD IRT Hidup
29
1.1.3 Genogram
Keterangan :
: laki- laki
: Perempuan
: tinggal serumah
: Garis keturunan
: Meninggal dunia
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Terdapat klinik serta perawat dan dokter dipanti, jarak dari asrama ke klinik
sekitar ±15 m, rumah sakit ± 3,4 km. Makanan yang dihantarkan yaitu nasi, lauk
dan sayuran dimana Ny Y makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore serta
perawatan sehari-hari yang dilakukan Ny Y melakukan personal hygien secara
mandiri.
1.1.8 Diskripsi Kekhususan
Ny Y secara rutin melakukan doa didalam kamarnya.
1.1.9 Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan memiliki
riwayat stroke 2 tahun lalu.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien mengatakan tidak pernah
dirawat dan tidak pernah mengalami kecelakaan
KELUHAN UTAMA :
P: Klien mengeluh tangan kanan susah digerakkan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tangan sebelah kanan
S: Skala 6 ( sedang )
T: hilang timbul
Pemahaman & Penatalaksanaan
1.1.10 Masalah Kesehatan : Stroke Non Hemoragik
1.1.10.1 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Kalnex 500 mg Kalnex obat yang digunakan untuk membantu
menghentikan pendarahan
2. Citicoline 500 mg Obat untuk mengatasi gangguan memori
atau perilaku yang disebabkan oleh
penuaan, stroke, atau cedera kepala.
3 Piracetam 400 mg Untuk mengatasi penurunan fungsi kognitif
seperti kemampuan berpikir, mengingat dan
memecahkan masalah
31
1.1.10.3 A
lergi:(Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada, Makanan : pasien alergi terhadap makanan, Faktor
Lingkungan : Tidak ada.
1.1.10.4 Penyakit Yang Diderita
Pasien menderita penyakit Stroke Non Hemoragik
Lup S2-Dup, tidak ada iktus kordis, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri
dada, tidak ada, merah, CRT : konjungtiva normal
1.1.13.2 Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada sekresi dan batuk, pola nafas regular
RR=20x/menit, bunyi nafas vesicular, dan tidak ada bunyi nafas tambahan.
1.1.13.3 Sistem Integumen
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, turgor kembali kurang
dari 2 detik, akral : hangat.
1.1.13.4 Sistem Perkemihan
Tidak ada masalah pada kandung kemih, produksi urine/BAK ±1,5
ml/hari, frekuensi 4-5x/hari, warna kuning jernih.
1.1.13.5 Sistem Muskuloskeletal
Pada kaki kanan dan tangan kanan mengalami kelemahan bergerak
dengan kekuatan otot ekstremitas kiri atas 5, ekstremitas kanan atas 2, ekstremitas
kiri bawah 5, ekstremitas kanan bawah 2
1.1.13.6 Sistem Endokrin
Tidak terdapat masalah pada sistem endokrin Ny.Y
1.1.13.7 Sistem Gastrointestinal
Tidak ada riwayat gastritis, tidak ada mual ataupun muntah, BAB 1x/hari
dengan tidak adanya masalah.
1.1.13.8 Sistem Reproduksi
Pasien menolak dilakukan pengkajian/pemeriksaan
1.1.13.9 Sistem Persarafan
Berdasarkan pemeriksaan dan pengkajian nilai GCS pasien, E (Eye) : 4
(Membuka mata dengan spontan), V (Verbal) : 5 (Dapat menjawab salam), M
(Motorik) : 6 (Dapat mengikuti perintah), Total Nilai GCS adalah 15 dengan
Kesadaran Ny. Y yaitu Compos Menthis.
1.1.13.10 Sistem Penglihatan
Penglihatan masih normal, gerak bola mata normal, pupil reflek akan
cahaya, dan tidak buta warna.
1.1.13.11 Sistem Pendengaran
Sistem pendengaran pasien tidak ada masalah karena pasien masih bisa
33
INDEKS KATZ
SKORE
No. PERTANYAAN JAWABAN
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini? Tanggal 5
√ 2. Hari apa sekarang? Rabu
√ 3. Apa nama tempat ini? Panti
√ 4. Berapa nomor telepon Anda? Tidak ada hp
√ 5. Berapa umur Anda? 64 tahun
√ 6. Kapan Anda lahir? 1954
√ 7. Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi
√ Siapa Presiden sebelumnya? Susilo Bambang
8.
Yudoyono
√ 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Tidak tau
√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap Klien bisa menjawab
10. pengurangan 3 dari setiap angka dengan baik
baru, semua secara menurun.
Jumlah kesalahan total: 1
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 Kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
SD.
Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan lebih dari SD.
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan untuk subjek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebena ran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total : 30
KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
38
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya
39
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATASUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1. DS : Ny. Y mengatakan Tangan kanan Infark jaringan serebral Gangguan mobilitas
mengalami kelemahan bergerak fisik
P: Klien mengeluh tangan kanan susah
Perubahan perfusi
digerakkan
jaringan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Tangan sebelah kanan Hemiplegi, paraplegi,
S: Skala 6 ( sedang ) tetraplegi
T: hilang timbul
Penurunan Kekuatan
41
DO : Otot
- Tangan kanan klien tampak lemah
- Kekuatan otot menurun
- Ekstremitas atas 5/2 Kelemahan Fisik
- Ekstremitas bawah 5/2
- TTV
- TD : 140/100mmHg Gangguan Mobilitas
- N : 92 x/m Fisik
- S : 36.3’c
- RR : 20x/m
-
PRIORITAS MASALAH
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Arya W.W . 2011. Strategi Mengatasi & Bangkit Dari Stroke. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Maryam, S & dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemPersarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Pratama, B. Z. 2016. Gambaran Kekuatan Otot Tangan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Di Irna D Rsup Sanglah Tahun 2016. Poltekkes Denpasar.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
46
Disusun Oleh:
(Menyampaikan tujuan)
moderator )
6 Dokumentasi ( Foto bersama Lansia, 5 Menit Secara langsung
dosen dan Mahasiswa )
9. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Dandung Setiadi
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Dandung Setiadi
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Dandung Setiadi
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan asam urat
5. Membagikan konsumsi
4) Dokumentator : Dandung Setiadi
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan
10. TEMPAT
1. Setting Tempat :
Keterangan:
:Moderator
49
:Leader
:Peserta
:Fasilitator
:Dokumentator
50
Range of Motion ( ROM ) atau Latihan Rentang Gerak adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.
2. Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang
dapat di lakukan aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
3. Manfaat
1. Memelihara kelenturan dari tulang dan sendi
2. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang
3. Meningkatkan kekuatan otot
Menjaga agar peredaran darah lancar
4. Macam-macam ROM
a) ROM Aktif
Gerakkan tubuh dilakukan secara mandiri.
Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
b) ROM Pasif
51
Posisi miring sangat efektif karena dapat memperlancar sirkulasi darah terutama
pada bagian tulang – tulang yang menonjol dan mengalami penekanan yang
terlalu lama.
2. Pengertian 3. Tujuan
RANGE OF MOTION
(ROM)