“MEDICAL” STROKE
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA KONDISI MASALAH
“MEDICAL” STROKE tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR__________________________________________________4
BAB I_____________________________________________________________7
PENDAHULUAN____________________________________________________7
1.1 Latar Belakang______________________________________________________7
BAB II___________________________________________________________13
TINJAUAN PUSTAKA________________________________________________13
2.1 Definisi Stroke___________________________________________________13
BAB III___________________________________________________________12
TINJAUAN KASUS__________________________________________________12
3.1 PENGKAJIAN_______________________________________________________12
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN___________________________________________19
3.6 IMPLEMENTASI_____________________________________________________24
BAB IV___________________________________________________________33
KESIMPULAN DAN SARAN___________________________________________33
4.1 KESIMPULAN_______________________________________________________33
4.2 SARAN____________________________________________________________33
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________34
BAB I
PENDAHULUAN
Kolesterol LDL berfungsi membawa kolesterol dari hati ke dalam sel. Jika
kadar kolesterol ini tinggi dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan
kolesterol di dalam sel yang dapat memicu terjadinya pengerasan dinding
pembuluh darah arteri yang disebut sebagai proses atherosklerosis.
Sedangkan kadar HDL memiliki kerja yang berlawanan dengan LDL yaitu
membawa kolesterol dari sel ke hati, kadar HDL yang rendah justru
memiliki efek buruk bisa menyebabkan timbulnya pembentukan plak di
dalam dinding pembuluh darah arteri (Pinzon, 2010).
Zat didalam darah dimana makin tinggi kadar kolesterol dan semakin besar
kemungkinan kolesterol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah,
bisa menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Inilah yang akan menyebabkan terjadinya
stroke iskemik atau penyempitan pada pembuluh darah jantung dan bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner (Junaidi, 2012).
Berdasarkan uraian diatas bahwa ternyata ada beberapa faktor risiko yang
dapat diubah atau dapat dikendalikan seperti merokok, Diabetes, penyakit
jantung, kenaikan kadar lemak/kolesterol dalam darah, penyempitan
pembuluh darah karotis dan diet (Yulianto, 2011),
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas diketahui ada beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya stroke antara lain: kolesterol, hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor risiko ini
dapat menyebabkan stroke menjadi lebih berat pada pasien stroke khususnya
pada orang dewasa umumnya jika tidak ditangani dan dicegah sejak dini,
akan dapat menyebabkan kematian. Di RSPAD Gatot Soebroto kejadian
stroke meningkat, pada tahun 2013 sebanyak 1000 pasien yang berobat jalan
di poli saraf sedangkan tahun 2014 berjumlah 990 pasien. Penelitian tentang
faktor risiko kejadian stroke sudah pernah dilakukan tetapi hanya melihat
gambarannya saja oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya stroke
di rawat jalan Poli Saraf RSPAD Gatot Soebroto.
2.2.2 Stroke haemoragik sekitar 15% sampai 20% stroke terjadi (Feigin,
2007),
1. Perdarahan intra serebral : yaitu hemoragik atau perdarahan di
substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
2. Perdarahan subarachnoid : hemoragik yang terjadi di ruang
subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma.
3. Hemoragik ekstradural (hemoragik epidural) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya
diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningens lainnya.
4. Hemoragik subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma
subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
2.2.3 Berdasarkan dengan stadium patogenoesis dapat dibagi menjadi tiga
fase.
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 12
jam.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam – 14 hari. pada fase
ini ditujukkan untuk prevensi terjadinya komplikasi.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari kebanyakan
penderita sudah tidak dirawat di rumah sakit serta usaha yang fokus
pada neuro dan rehabilitasi.
2.2.4 Berdasarkan sistem pembuluh darah.
1. Sistem karotis.
2. Sistem vertebra-basilar.
2.3 Etiologi Stroke
Beberapa ada 3 penyebab stroke sebagai berikut:
2.3.1 Trombosis
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau
traumatik).
d. Gangguan darah : polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2.3.2 Embolisme.
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
2.3.3 Vasokonstriksi : Vasospasma serebrum setelah peradarahan
subaraknoid.
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas pasien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Statu perkawinan : Sudah kawin
Agama : Islam
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln. H
Suku : Batak karo
Tanggal Masuk : 12 maret 2012
No. Register : 05 45 31
Ruangan/Kamar :SC
Dokter Pengobatan : dr. K
Diagnosa Medis :STROKE HAEMOROGIK
49
3.1.5 Riwayat Kesehatan Masa lalu
Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sekitar ±2 tahun yang
lalu dengan keluhan yang sama, teatapi setelah pengobatan tidak pernah
kambuh lagi. Dan klien tidak memeiliki alergi terhadap obat apapun.
49
- kornea : keruh
- pupil : normal (bulat dan simetri3-4 mm)
3. Hidung
- bentuknya : simetris
- polip : tidak ada
- perdarahan : tidak ada
- peradangan : tidak ada
- fungsi penciuman : baik
4. Telinga
- serumen : dalam batas normal
- cairan : tidak ada
- tanda-tanda peradangan : tidak ada
- alat bantu : tidak ada
- fungsi pendengaran :baik
5. Mulut
- rongga maulut : bersih
- perdarahan : tidak ada
- peradangan : tidak ada
6. gigi
- lidah : bersih
- tonsil : ada, tidak meradang
- fungsi pengecapan : baik
7. leher
- kelenjar tyroid : tidak membesar
8. thorax dan pernapasan
- bentuk : simetris
- pernapasan : regular
- frekuensi : 20x/menit
- nyeri : tidak ada
9. jantung
- tekanan darah :120/70 mmhg
- frekuensi : 80x/menit
- nyeri : tidak ada
49
10. abdomen
a. inspeksi
1. bentuk abdomen : besar dan simetris
2. benjolan/masa : kembung
b. auskultasi
1. peristaltic usus : penurunan
2. suara tambahan : terdengar
c. palpasi
1. tanda nyeri tekan : tidak ada
2. benjolan / massa : tidak ada
3. tanda acietas : tidak ada
d. perkusi
1. suara abdomen : terdengar peristaltic usus menurun
2. periksaan ascites : tidak ada
11. Reproduksi
1.genitalia
a. rambut pubis : tidak ada kelainan
b. lubang uretra : tidak ada retensi
c. kelainan pada daerah inguinal : tidak ada ditemui
12. Ekstremitas
1. Kesimetrisan otot : simetris dan bentuknya sama
2. Pemeriksaan edema : tidak dijumpai edema
3. Kekuatan otot :masih dapat digerakkan pada bagian
ekstremitas atas dan bawah sbelah kiri tetapi pada ekstremitas
atas dan bawah sebelah kanan terjadi kelumpuhan.
13. pemeriksaan neurologi
1. Tingkat kesadaran : GCS: E4,M=4,V=4
2. Status mental
a. Kondisi emosi atau perasaan klien tidak tenang dengan keadaan
yang dirasakanya
b. Konsep diri klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidakkooperatif.
49
c. Proses berfikir klien masih dapat mengingat kegiatan sehari-hari
yang dilakukannya, dan klien masih bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.
49
Klien beragama Kristen dan taat menjalani ibadahnya dan mendekatkan
diri kepada Tuhan, selama di RS klien hanya dapat berdoa di tempat tidur
karena klien bedrest total.
49
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Klien mengatakan kelemahan, Gangguan
tangan dan kaki sebelah kiri hemiparese/hemiplegia mobilitas fisik
tidak dapat digerakkan
DO : - Ekstremitas atas dan
bawah lemah
- bed rest total
- melakukan aktifitas di
tempat tidur
- Kebutuhan segala
sesuatunya dilakukan oleh
perawat dan keluarga
2. DS : - Klien mengatakan Anoreksia Gangguan
nafsu makan berkurang pemenuhan
DO : - diet yang disajikan nutrisi kurang
habis ½ porsi dari kebutuhan
- BB menurun 5kg dari 70kg tubuh
menjadi 65kg
49
4. DS : - Klien mengatakan Kurang pengetahuan Ansietas
tidak mengetahui tentang
penyakitnya
- Klien mengatakan takut
dengan penyakitnya
DO : - tampak gelisah,
cemas, dan takut
- bertanya-tanya tentang
penyakitnya
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,
hemiparese/hemiplegia ditandai dengan Klien mengatakan tangan dan kaki
sebelah kiri tidak dapat digerakkan, ekstremitas atas dan bawah lemah,bed
rest total,melakukan aktifitas di tempat tidur,kebutuhan segala sesuatunya
dilakukan oleh perawat dan keluarga
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan
berkurang, diet yang disajikan habis ½ porsi, BB menurun 5kg dari 70kg
menjadi 65kg
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sentral bicara
ditandai dengan klien mengatakan susah untuk berbicara cepat, bicara pelo
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan Klien
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, klien mengatakan takut
dengan penyakitnya, tampak gelisah, cemas, dan takut, bertanya-tanya
tentang penyakitnya
49
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Rencana tindakan Rasional
berhubungan dengan kelemahan, Klien mampu a) Ubah posisi klien a) Menurunkan resiko
hemiparese/hemiplegia ditandai melaksanakan tiap 2 jam terjadinnya iskemia
dengan Klien mengatakan tangan aktivitas fisik sesuai b) Ajarkan klien untuk jaringan akibat
dan kaki sebelah kiri tidak dapat dengan melakukan latihan sirkulasi darah yang
digerakkan, ekstremitas atas dan kemampuannya gerak aktif pada jelek pada daerah yang
bawah lemah,bed rest Kriteria hasil ekstrimitas yang tidak tertekan
total,melakukan aktifitas di - Tidak terjadi sakit b) Gerakan aktif
tempat tidur,kebutuhan segala kontraktur sendi c) Lakukan gerak pasif memberikan massa,
sesuatunya dilakukan oleh - Bertambahnya pada ekstrimitas yang tonus dan kekuatan
perawat dan keluarga kekuatan otot sakit otot serta memperbaiki
- Klien menunjukkan d) Berikan papan kaki fungsi jantung dan
tindakan untuk pada ekstrimitas dalam pernapasan
meningkatkan posisi fungsionalnya c) Otot volunter akan
mobilitas e) Tinggikan kepala kehilangan tonus dan
dan tangan kekuatannya bila tidak
f) Kolaborasi dengan dilatih untuk
ahli fisioterapi untuk digerakkan
latihan fisik klien
2. Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : Rencana tindakan : Rasional
kurang dari kebutuhan tubuh Kebutuhan nutrisi 1. Kaji factor a)Untuk menetapkan
berhubungan dengan anoreksia, terpenuhi penyebab yang jenis makanan yang
ditandai dengan klien Kriteria hasil : mempengaruhi akan diberikan pada
mengatakan nafsu makan a. Tidak ada tanda- kemampuan menerima klien
berkurang, diet yang disajikan tanda malnutrisi makan/minum b) Untuk klien lebih
habis ½ porsi, BB menurun 5kg b. Berat badan dalam 2. Hitung kebutuhan mudah untuk menelan
dari 70kg menjadi 65kg batas normal nutrisi perhari karena gaya gravitasi
c. Conjungtiva 3. Observasi tanda- c)Membantu dalam
49
ananemis tanda vital melatih kembali
d. Tonus otot baik 4. Catat intake sensori dan
e. Lab: albumin, Hb, makanan meningkatkan kontrol
BUN dalam batas 5. Timbang berat muskuler
normal badan secara berkala d) Memberikan
6. Beri latihan stimulasi sensori
menelan (termasuk rasa kecap)
7. Beri makan via yang dapat
NGT mencetuskan usaha
8. Kolaborasi : untuk menelan dan
Pemeriksaan lab(Hb, meningkatkan
Albumin, BUN), masukan
pemasangan NGT, e)Klien dapat
konsul ahli gizi berkonsentrasi pada
mekanisme makan
tanpa adanya
distraksi/gangguan
dari luar
f) Makan lunak/cairan
kental mudah untuk
mengendalikannya
didalam mulut,
menurunkan terjadinya
aspirasi
g) Menguatkan otot
fasial dan dan otot
menelan dan
menurunkan resiko
terjadinya tersedak
h) Dapat
meningkatkan
pelepasan endorfin
dalam otak yang
49
meningkatkan nafsu
makan
i) Mungkin diperlukan
untuk memberikan
cairan pengganti dan
juga makanan jika
klien tidak mampu
untuk memasukkan
segala sesuatu melalui
mulut
3. Gangguan komunikasi verbal Tujuan : Rencana tindakan : Rasional :
berhubungan dengan kerusakan Proses komunikasi a) Berikan metode a) Memenuhi
sentral bicara ditandai dengan klien dapat berfungsi alternatif komunikasi, kebutuhan komunikasi
klien mengatakan susah untuk secara optimal misal dengan bahasa sesuai dengan
berbicara cepat, bicara pelo Kriteria hasil isarat kemampuan klien
- Terciptanya suatu b) Antisipasi setiap b) Mencegah rasa
komunikasi dimana kebutuhan klien saat putus asa dan
kebutuhan klien berkomunikasi ketergantungan pada
dapat dipenuhi c) Bicaralah dengan orang lain
- Klien mampu klien secara pelan dan c) Mengurangi
merespon setiap gunakan pertanyaan kecemasan dan
berkomunikasi yang jawabannya “ya” kebingungan pada saat
secara verbal atau “tidak” komunikasi
maupun isarat d) Anjurkan kepada d) Mengurangi isolasi
keluarga untuk tetap sosial dan
berkomunikasi dengan meningkatkan
klien komunikasi yang
e) Hargai kemampuan efektif
klien dalam e) Memberi semangat
berkomunikasi pada klien agar lebih
f) Kolaborasi dengan sering melakukan
fisioterapis untuk komunikasi
latihan wicara f) Melatih klien belajar
49
bicara secara mandiri
dengan baik dan benar
49
berkomunikasi.
3.6 IMPLEMENTASI
N Tgl Diagnos Implementasi Evaluasi
O a
1. 16/11/2 DX 1 Dinas pagi S : klien dapat
0 09.00 menggerakkan
- operan dengan dinas malam tubuhnya
- mengobservasi keadaan umum klien O : klien mulai dapat
*pasien tampak lemah
*pasien bed rest mencoba
10.00 menngerak-gerakkan
- memberikan injeksi Transamin 1 amp/8 jam ekstremitas
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit kanannya
- memberikan diet ekstra pasien A : masalah teratasi
- berkolaborasi dengan pihak fisioterapi sebagian
12.00 P : rencana tindakan
- memberikan diet siang pada klien : M II dipertahankan
- Mengukur vital sign klien Melanjutkan terapi
T/D : 110/70 mmHg oral dan injeksi
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 38°c
-Memberikan therapy
- memberikan sanmol per oral
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
- mengobservasi keadaan umum klien
*keadaan klien masih lemah tetapi sudah
49
sedikit tenang
*pantau demam
- memandikan klien
- Mengukur vital sign klien
T/D : 120/70 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-menganti posisi klien kea rah kanan
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas malam
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- memberikan injeksi Transamin 1amp/8 jam
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
49
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat
2. 17/11/2 DX II Dinas pagi S : klien menatakan
0 09.00 selera makan
- operan dengan dinas malam bertambah
- mengobservasi keadaan umum klien O : porsi makan
*klien tidak mual lagi yang disajikan habis
*klien tampak bersemangat 1 porsi
10.00 A : masalah teratasi
- memberikan diet extra klien P : rencana tindakan
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit di pertahankan dan
12.00 terapi dilanjutkan
- memberikan diet siang pada klien : M II
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-Memberikan therapy
- memberikan B-Compleks oral
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
- mengobservasi keadaan umum klien
*klien susah tidur
- memandikan klien
- Mengukur vital sign klien
T/D : 130/70 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
49
-menganti posisi klien kea rah kanan
18.30
- memberikan diet klien M I
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
-Memberikan Esilgan per oral
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas sore
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
-klien dapat tidur
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- mengganti caiaran infuse R-sol 20 tts/ menit
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat
3. 18/11/2 DX III Dinas pagi S : klien mengatakan
0 09.00 dapat berkomunikasi
- operan dengan dinas malam dengan lambat tapi
49
- mengobservasi keadaan umum klien jelas
- memberikan metode alternatif komunikasi, O : klien tampak
misal dengan bahasa isarat senang
10.0 A : masalah teratasi
- memberikan diet extra klien sebagian
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit P : rencana tindakan
- mengantisipasi setiap kebutuhan klien saat dipertahankan
berkomunikasi
12.00
- memberikan diet siang pada klien : M II
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
- Memberikan therapy
- mengajak klien berbicara dengan secara
pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
- mengobservasi keadaan umum klien
- memandikan klien
- Mengukur vital sign klien
T/D : 130/70 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-mengganti posisi klien ke arah kanan
- menganjurkan kepada keluarga untuk tetap
berkomunikasi dengan klien
49
-menghargai kemampuan klien dalam
berkomunikasi
-Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan
wicara
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam :
21.00
- operan dengan dinas malam
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien ke arah kanan
-klien tidur
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- mengganti caiaran infuse R-sol 20 tts/ menit
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk beristirahat
4. 19/11/2 DX IV Dinas pagi : S : klien mengatakan
0 09.00 tidak cemas dan
49
- operan dengan dinas malam takut lagi
- mengobservasi keadaan umum klien O : klien tampak
*klien tampak lemah tenang
*klien tak bersemangat A : Masalah teratasi
10.00 P : rencana tindakan
- memberikan injeksi Ranitidine 1 amp/8 jam dipertahan
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit
- memberikan diet ekstra pasien
- berkolaborasi dengan pihak fisioterapi
- Memberikan motivasi kepada klien bahwa
klien aan sembuh jika semangat dan rutin
minum obat
12.00
- memberikan diet siang pada klien : M II
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-Memberikan therapy
- mengganti posisi klien ke arah kiri
- memberikan pengetahuan tentang
perawatan mengenai terapi yang dapat
dilakukan untuk penyakit klien
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
- mengobservasi keadaan umum klien
*keadaan klien masih lemah tetapi sudah
sedikit tenang
- memandikan klien
- Mengukur vital sign klien
T/D : 120/70 mmHg
49
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-menganti posisi klien ke arah kanan
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas sore
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- memberikan injeksi ranitidine 1 amp/ 8 jam
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat
49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Hampir semua orang lanjut usia memiliki sumbatan pada beberapa arteri kecil di
otak pada akhirnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan
gangguan fungsi otak yang serius. Kasus stroke disebabkan oleh plak
arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang mengirim nutrisi ke
otak. Plak dapat mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, yang menghasilkan
bekuan darah dan menghambat aliran darah di arteri, sehingga akan menyebabkan
hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi.
4.2 SARAN
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya stroke maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan
pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita
tidak akan mudah terserang penyakit.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Chandra Rahmawati, dkk. (2009). Aktivis Fisik Dan Rasio Kolestrol (HDL)
Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD Di
Moewaidi Surakata. Diakses Jakarta, Hari Selasa, Tanggal 07-April-2015,
Pukul 09 00WIB. http: // journal.ipb.ac.id/index.php/…/5659-kolestrol
HDL.pdf
Buchner (2007). Aktivitas Fiisk Yang Rendah. Diakses Jakarta Hari selasa,
Tanggal 14-Maret-2015, Pukul 14 00WIB. http:
//repository.maranatha.edu/pdf.
Debette (2011). Risiko Terkena Penyakit Jantung Dan Stroke. Diakses Jakarta
Hari Kamis, Tanggal 13-April-2015, Pukul 14 00WIB.
http: //Jurnal.repository.unhas-ac-id/pdf
49
Junaidi, (2012). Hubungan pola makan dengan kadar kolesterol darah total
pada penderita penyakit jantung koroner laki-laki di rumah sakit umum
raden ajeng kartini jepara. Edisi Ketiga, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.
Harsono. (2008). Buku Ajar Neurologi Klinis. Eedisi : V, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Hasrin mannan, dkk. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto. Diakses Jakarta Hari selasa,
Tanggal 06-April-201. Pukul 12 00WIB.
http: // Jurnal.fk.unand.ac.id 37 Artikel/Penelitian faktor risiko
Galgali (2008). Pada Usia Muda Dengan Gaya Hidup Kaum Muda. Diakses
Jakarta Hari Senen, Tanggal 12-April-2015. Pukul 11 00WIB.
http: //Jurnal.eld.ug.ac.id.index.php?.pdf
49
Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach. (2011). Epidemiologi stroke, Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hal 1 – 12
Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach (2011). Anatomi Pembuluh Darah Otak Dan
Patofisilogi Stroke. Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal 13 – 40.
Pinzon, R (2010). Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta : Penerbit Buku EGC, : 2101-2137.
Smeltzer & Bare (2008), Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8 vol. 3. Jakarta : Penerbit Buku EGC, : 2101-2137.
WHO (2010). Faktor Risiko Keladian Stroke Pada Dewasa Awal. Diakses Jakarta
Hari Selasa, Tanggal 10-Maret-2015. Pukul: 20 00WIB.
http: //Jurnal.repository.unhas.ac.id/pdf.
Yekti Mumpuni (2011). Kolesterol Yang Dapat Dalam Tubuh Manusia. Diakses
Jakarta Hari Selasa, Tanggal 22-Maret-2015. Pukul : 12 00WIB.
http: //www.nibhi.nih.gov/guidelines/cholesterol/dip 3 full.pdf.
Yulianto (2011). Penyakit Mematikan Setelah Jantung Dan Kanker. Diakses Hari
rabu, Tanggal 12- Maret- 2015. Pukul 15 00 WIB.
49
http : //Jurnal.Undergaduate:954.com.pdf
Zulganer. (2006). Uji Reliabilitas Dan Validitas. Diakses hari senin, 09 – Maret –
2015, Pukul 10 00 WIB. http: // teorionline.Net/analisis-Item-korelasi-Item-
Total.
49