Anda di halaman 1dari 50

PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA KONDISI MASALAH

“MEDICAL” STROKE

Disusun Oleh :

NENENG SRI KURNIATI


NPM 08190100109

Dosen Pengampu :

Ns. Jumari, S.Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA KONDISI MASALAH
“MEDICAL” STROKE tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam pengrjaan makalah ini.

Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah


ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis
dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR__________________________________________________4
BAB I_____________________________________________________________7
PENDAHULUAN____________________________________________________7
1.1 Latar Belakang______________________________________________________7

1.2 Rumusan Masalah__________________________________________________12

1.3 Tujuan Penelitian__________________________________________________12

BAB II___________________________________________________________13
TINJAUAN PUSTAKA________________________________________________13
2.1 Definisi Stroke___________________________________________________13

2.2 Klasifikasi Stroke.___________________________________________________13

2.3 Etiologi Stroke___________________________________________________16

2.4 Manifestasi Klinis Stroke___________________________________________16

2.5 Komplikasi Pada Pasien Stroke____________________________________18

2.6 Pemeriksaan Stroke_______________________________________________19

2.7 Penatalaksanaan Stroke______________________________________________20

2.8 Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke________________20

2.9 Pencegahan Stroke__________________________________________________26

BAB III___________________________________________________________12
TINJAUAN KASUS__________________________________________________12
3.1 PENGKAJIAN_______________________________________________________12

3.2       PENGELOMPOKAN DATA__________________________________________17

3.3       ANALISA DATA___________________________________________________18

3.4  DIAGNOSA KEPERAWATAN___________________________________________19

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN__________________________________________20

3.6 IMPLEMENTASI_____________________________________________________24

BAB IV___________________________________________________________33
KESIMPULAN DAN SARAN___________________________________________33
4.1 KESIMPULAN_______________________________________________________33

4.2 SARAN____________________________________________________________33
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat. Gejala-gejala
ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Hampir
semua orang lanjut usia memiliki sumbatan pada beberapa arteri kecil di
otak dan sebanyak 10% pada akhirnya memiliki cukup banyak sumbatan
untuk menyebabkan gangguan fungsi otak yang serius. Kebanyakan kasus
stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih
arteri yang mengirim nutrisi ke otak. Plak dapat mengaktifkan mekanisme
pembekuan darah, yang menghasilkan bekuan darah dan menghambat aliran
darah di arteri, sehingga akan menyebabkan hilangnya fungsi otak secara
akut pada area yang terlokalisasi (Guyton, 2007).

Stroke disebabkan oleh keadaan iskemik atau proses hemoragik yang


seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah
arteri. Dari seluruh kejadian stroke dua pertiganya adalah iskemik dan
sepertiganya adalah hemoragik. Stroke iskemik merupakan tanda klinis
disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di
jaringan otak, stroke iskemik yang diawali terjadinya serangkaian perubahan
dalam otak yang terserang dan apabila tidak ditangani dengan segera akan
berakhir dengan kematian otak tersebut (Junaidi, 2011).
Menurut Lewis (2007) kejadian stroke hemoragik kurang lebih sekitar 15%
dari seluruh kejadian stroke. Walaupun secara umum ada kesamaan diantara
kedua jenis stroke tersebut, namun terdapat perbedaan dalam penyebab,
patofisiologi, manajemen medik dan perawatan (Smeltzer & Bare, 2008).

Berdasarkan data setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh dunia


menderita stroke. Ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5
juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke
telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan
pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia
(WHO, 2010).

Menurut American Heart Association (AHA), angka kematian penderita


stroke di Amerika setiap tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang
penderita. Stroke bisa menyebabkan kematian berjumlah 90.000 wanita
sedangkan pria berjumlah 60.000 setiap tahunnya. Pada Warga Amerika
Selatan yang berusia 65-74 tahun, dengan kejadian stroke yang baru dan
berulang pertahunnya adalah 6,1% pada laki-laki dan perempuan 6,6%
(Rambe, 2010)

Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ke tiga sebagai penyakit


mematikan setelah jantung dan kanker. Menurut survey tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor 1 di RS pemerintah di seluruh Indonesia. Usia
rata-rata stroke dari data 28 rumah sakit di Indonesia adalah 58 tahun
(Yulianto, 2011)

Prevalensi Stroke berdasarkan nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%),


diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-
masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan di Sulawesi Selatan
(17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa
Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).

Menurut Framingham 2010 terlihat korelasi yang bermakna antara kejadian


stroke dengan bertambahnya usia. Hal yang agak berbeda adalah kejadian
pada wanita lebih banyak dari pria (53,8% versus 46,2%), studi di Indonesia,
sedangkan studi Framingham, kejadian pada pria rata-rata 2,5 kali lebih
sering dari pada wanita (Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach, 2011).

Faktor risiko yang berhubungan memodifikasi terjadinya stroke adalah


penyakit jantung, kolestrol, diabetes melitus, hipertensi, kecanduan alkohol,
kurang aktivitas fisik/ olah raga dan merokok. Kejadian stroke berhubungan
dengan faktor risiko yang dapat diubah antara lain hipertensi, diabetes
melitus dan obesitas merupakan faktor risiko gangguan peredaran darah
otak. Dengan usia muda melakukan gaya hidup banyak mengkonsumsi
makanan yang berlemak serta cenderung malas bergerak. Dengan aktivitas
fisik yang rendah dan kesehatan sistem kardio respirasi yang buruk
mengarah pada meningkatnya risiko penyakit jantung koroner (Harsono,
2008).

Berdasarkan hasil penelitian hipertensi di Amerika menyebutkan bahwa 1


dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak
terkontrol, maka akan menyerang organ target, dan dapat menyebabkan
serangan jantung dan stroke, hipertensi sebagai penyebab kematian nomor
tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi
penyebab kematian. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 2008, penyakit hipertensi menempati peringkat pertama untuk
penyebab kematian terbesar pada puskesmas sentinel dengan jumlah kasus
mencapai 63,66% sedangkan pada tahun 2009, hipertensi menempati
peringkat pertama dengan jumlah penderita mencapai 49,56% (Hasrin
Mannan, 2012).

Hasil penilitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tentang diabetes


mellitus sangat meningkat terhadap penyebab faktor risiko, sehingga
penanganan dan pencegahan kasus DM dapat dilakukan lebih terarah dan
disesuaikan dengan kondisi setempat serta dapat mengurangi jumlah
penderita DM.Penyakit diabetes mellitus termasuk modifikasi yang dapat
diubah dengan faktor risiko terjadinya stroke pada lansia maupun dewasa
muda. Penyakit diabetes dalam kadar cholesterol tinggi dan trigliserida
tinggi serta tekanan darah bisa mengakibatkan risiko tinggi terjadinya stroke
lebih besar (Zahtamal, dkk, 2007).
Menurut survey terakhir di RSUD dr Moewardi Surakarta hasil penelitian
tentang kolestrol total menunjukkan bahwa usia subjek penelitian berkisar
antara 49-78 tahun dengan frekuensi terbesar adalah usia di atas 61 tahun.
Pada laki-laki usia 45 tahun merupakan faktor risiko terjadinya kebiasaan
hidupnya tidak baik, antara lain merokok, jarang berolahraga, hipertensi dan
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Wanita pada saat
memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopouse merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung koroner (Ayu. CR. dkk, 2009).

Kolesterol LDL berfungsi membawa kolesterol dari hati ke dalam sel. Jika
kadar kolesterol ini tinggi dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan
kolesterol di dalam sel yang dapat memicu terjadinya pengerasan dinding
pembuluh darah arteri yang disebut sebagai proses atherosklerosis.
Sedangkan kadar HDL memiliki kerja yang berlawanan dengan LDL yaitu
membawa kolesterol dari sel ke hati, kadar HDL yang rendah justru
memiliki efek buruk bisa menyebabkan timbulnya pembentukan plak di
dalam dinding pembuluh darah arteri (Pinzon, 2010).

Zat didalam darah dimana makin tinggi kadar kolesterol dan semakin besar
kemungkinan kolesterol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah,
bisa menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Inilah yang akan menyebabkan terjadinya
stroke iskemik atau penyempitan pada pembuluh darah jantung dan bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner (Junaidi, 2012).

Berdasarkan penelitian dari RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo di daerah


Makassar tentang PJK, dengan kejadian penyakit jantung terdapat suatu
perubahan yang tidak bisa dihindari terhadap pada sistem kardiovaskuler
dengan meningkat adanya perubahan yang menyebabkan faktor risiko PJK
disebut juga (penyakit jantung koroner). Penyebab dari PJK adalah adanya
perubahan pada penyempitan pembuluh darah arteri disebabkan oleh Plak
karena itu didaerah dinding jantung menebal dan ruang bilik jantung
perlahan lahan mengecil. Dengan adanya perubahan tersebut di karenakan
berkurangnya aktifitas (Hermansyah, 2012).
Survei terakhir di Amerika Serikat tentang aktivitas fisik di waktu senggang
(rekreasi) menunjukkan bahwa 30% orang dewasa tidak aktif beraktivitas
fisik, 45% kurang aktif dan hanya 25% aktif pada tingkat yang
direkomendasikan. Aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan angka
mortalitas dari penyakit kardiovaskuler sampai dua kali lipat. Dengan
olahraga, aktivitas fisik adalah pergerakan dari sistem muskuloskeletal yang
menghasilkan energi. Sedangkan olahraga (exercise) merupakan bagian dari
aktivitas fisik namun melibatkan suatu program terstruktur (ada tipe
frekuensi, durasi dan intensitas tertentu) yang dirancang untuk
meningkatkan kebugaran jasmani (Buchner, 2007).

Penelitian tentang pengaruh tembakau terhadap kesehatan salah satu


pengaruh buruk tembakau terhadap kesehatan adalah bahwa merokok
merupakan faktor risiko gangguan peredaran darah otak. Merokok
merupakan faktor resiko yang potensial terhadap serangan stroke iskemik
dan perdarahan subarachnoid. Kebiasaan merokok dapat membawa zat-zat
beracun yang dibawa oleh asap rokok ke dalam paru-paru, sehingga
penyempitan pembuluh darah terjadi yang dapat menyebabkan kemungkinan
stroke lebih besar. Resiko stroke meningkat 2- 3 kali pada perokok, dan efek
rokok bisa bertahan 5-10 tahun (Junaidi, 2006).

Faktor risiko terjadinya aterosklerosis menunjukkan korelasi yang kuat


dengan banyak rokok yang dikonsumsi oleh perokok dalam setiap tahun
meningkat dengan risiko lebih besar terjadi pada perokok yang masih aktif
dan juga mantan perokok (Kiechl, Stefan, MD dkk, 2002). Faktor risiko
perdarahan subaraknoid pada perokok, rokok berperan membentuk plak
didinding pembuluh darah arteri. Nikotin pada rokok membuat jantung
bekerja lebih keras, karena meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah
(S Craig, 2004).

Berdasarkan uraian diatas bahwa ternyata ada beberapa faktor risiko yang
dapat diubah atau dapat dikendalikan seperti merokok, Diabetes, penyakit
jantung, kenaikan kadar lemak/kolesterol dalam darah, penyempitan
pembuluh darah karotis dan diet (Yulianto, 2011),
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas diketahui ada beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya stroke antara lain: kolesterol, hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor risiko ini
dapat menyebabkan stroke menjadi lebih berat pada pasien stroke khususnya
pada orang dewasa umumnya jika tidak ditangani dan dicegah sejak dini,
akan dapat menyebabkan kematian. Di RSPAD Gatot Soebroto kejadian
stroke meningkat, pada tahun 2013 sebanyak 1000 pasien yang berobat jalan
di poli saraf sedangkan tahun 2014 berjumlah 990 pasien. Penelitian tentang
faktor risiko kejadian stroke sudah pernah dilakukan tetapi hanya melihat
gambarannya saja oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya stroke
di rawat jalan Poli Saraf RSPAD Gatot Soebroto.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum.
Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke di
rawat jalan Poli Saraf RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke di
poli saraf RSPAD Gatot Soebroto.
2. Diketahuinya hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian stroke
di poli saraf RSPAD Gatot Soebroto.
3. Diketahuinya hubungan antara penyakit jantung dengan kejadian
stroke di poli saraf RSPAD Gatot Soebroto.
4. Diketahuinya hubungan antara kadar lipid darah (kolesterol total, LDL
dan HDL) di poli saraf RSPAD Gatot Soebroto.
5. Diketahuinya hubungan kurang aktifitas fisik dengan kejadian stroke di
poli saraf RSPAD Gatot Soebroto.
6. Diketahuinya hubungan merokok dengan kejadian stroke di poli saraf
RSPAD Gatot Soebroto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stroke


WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menyebabkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(Junaidi, 2011)..

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke


adalah gangguan peredaran otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak
terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar akan
mengakibatkan kematian sebagian sel saraf (Corwin, 2001).

2.2 Klasifikasi Stroke.


Setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif, dan prognosa
yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa. Klasifikasi modifikasi
(Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach, 2011). berdasarkan patologi anatomi
dan penyebabnya:
2.2.1 Stroke iskemik (sekitar 80% sampai 85% stroke terjadi).
1) Transient Ischemic Attack (TIA) : merupakan gangguan fungsi otak
akibat berkurangnya aliran darah menuju ke otak untuk sementara
waktu, akibat tersumbatnya pembuluh darah.
2) Trombosis serebri : merupakan penyebab stroke yang paling sering
dikaitkan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:
 Ateroskleroris adalah pengerasan pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan dan elastisitas pembuluh darah.
 Hiperkoagulasi pada polisitemia : Darah bertambah kental,
penambahan viskositas atau hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebri.
 Arteritis : Radang pada arteri.
 Embolisme serebri : Stroke embolik terjadi saat embolus menetap
dan menyumbat arteri serebral, mengakibatkan infark dan edema
pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Pasien yang mengalami stroke embolik umumnya mengalami
kejadian gejala klinik berat yang cepat. Stroke jenis ini dapat
dialami oleh kelompok usia manapun. Sekitar 20% stroke iskemik
diakibatkan oleh embolisme kardiogenik dari atrial fibrilasi
(paling umum), penyakit katup, trombus ventrikular, infark
miokard, gagal jantung, aneurisma septal atrium, dan masalah
jantung lainnya. Serangan stroke embolik biasanya terjadi tiba-
tiba. Pasien umumnya tetap sadar, walaupun mungkin mengalami
sakit kepala. Prognosis stroke jenis ini terkait erat dengan jumlah
jaringan otak yang mengalami ketidakadekuatan suplai darah.
Stroke embolik sering terjadi dengan sangat cepat, dan tubuh
tidak memiliki waktu untuk mengakomodasi dengan cara
mengembangkan sistem sirkulasi kolateral.
3) Stroke Iskemia : diakibatkan oleh penggunaan kokain, koagulopati,
dan migrain / vasospasme. Stroke hemoragik yang merupakan jenis
stroke dengan jumlah kejadian kurang lebih 15% dari seluruh
kejadian stroke, melibatkan adanya ruptur pembuluh darah otak.
Walaupun angka kejadiannya relatif kecil tetapi jenis stroke ini
memiliki tingkat kematian 2 sampai 6 kali lebih besar dibandingkan
stroke iskemik. Tingkat kematian dalam 30 hari pertama setelah
terjadi serangan stroke hemoragik adalah 35% sampai 50%, dengan
lebih dari setengah kematian ini terjadi dalam 2 hari pertama dan 6%
pasien meninggal sebelum sampai di rumah sakit.
4) Hemorhagik serebral : pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya
adalah penghentian suplai darah ke otak, bisa menyebabkan
kehilangan kekuatan otot motorik, memori dan verbal.

2.2.2 Stroke haemoragik sekitar 15% sampai 20% stroke terjadi (Feigin,
2007),
1. Perdarahan intra serebral : yaitu hemoragik atau perdarahan di
substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
2. Perdarahan subarachnoid : hemoragik yang terjadi di ruang
subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma.
3. Hemoragik ekstradural (hemoragik epidural) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya
diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningens lainnya.
4. Hemoragik subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma
subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
2.2.3 Berdasarkan dengan stadium patogenoesis dapat dibagi menjadi tiga
fase.
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 12
jam.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam – 14 hari. pada fase
ini ditujukkan untuk prevensi terjadinya komplikasi.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari kebanyakan
penderita sudah tidak dirawat di rumah sakit serta usaha yang fokus
pada neuro dan rehabilitasi.
2.2.4 Berdasarkan sistem pembuluh darah.
1. Sistem karotis.
2. Sistem vertebra-basilar.
2.3 Etiologi Stroke
Beberapa ada 3 penyebab stroke sebagai berikut:
2.3.1 Trombosis
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau
traumatik).
d. Gangguan darah : polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2.3.2 Embolisme.
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
2.3.3 Vasokonstriksi : Vasospasma serebrum setelah peradarahan
subaraknoid.

2.4 Manifestasi Klinis Stroke


Stroke dapat menimbulkan efek pada berbagai fungsi tubuh, meliputi :
aktivitas motorik, eliminasi bowel dan urin, fungsi intelektual,
kerusakan persepsi sensori, kepribadian, afek, sensai, menelan, dan
komunikasi. Fungsi-fungsi tubuh yang mengalami gangguan tersebut
secara langsung terkait dengan arteri yang tersumbat dan area otak yang
tidak mendapatkan perfusi adekuat dari arteri tersebut (Smeltzer &
Bare, 2002; Lewis, 2007).
2.4.1 Kehilangan Fungsi Motorik
Defisit motorik merupakan efek stroke yang paling jelas terlihat. Defisit
motorik meliputi kerusakan:
a. Mobilitas.
b. Fungsi Respirasi.
c. Menelan dan berbicara
d. Refleks tendon.Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala-gejala yang muncul diakibatkan oleh adanya kerusakan motor
neuron pada jalur piramidal (berkas saraf dari otak yang melewati
spinal cord menuju sel-sel motorik). Karakteristik defisit motorik yang
meliputi akinesia, gangguan integrasi gerakan, kerusakan tonus otot,
dan kerusakan refleks.
Disfungsi motorik yang paling sering terjadi adalah hemiplegia
(paralisis pada satu sisi tubuh) dan hemiparesis (kelemahan pada satu
sisi tubuh). Pada fase akut stroke, gambaran klinis yang muncul adalah
paralisis flaccid dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. Saat
refleks tendon ini muncul kembali (biasanya 48 jam), pada peningkatan
tonus otot dapat dilihat bersamaan dengan spastisitas (peningkatan
tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena.
2.4.2 Kehilangan Fungsi Komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab utama terjadinya afasia. Disfungsi bahasa dan
komunikasi akibat stroke adalah :
1). Disartria (kesulitan berbicara), diakibatkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
2). Disfasia (kesulitan terkait penggunaan bahasa) atau afasia
(kehilangan total kemampuan menggunakan bahasa), dapat berupa
afasia ekspresif, afasia reseptif, atau afasia global (campuran antara
keduanya).
3). Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang telah
dipelajari sebelumnya).
2.4.3 Kerusakan Afek
Pasien yang pernah mengalami stroke akan kesulitan mengontrol
emosinya. Respon emosinya tidak dapat ditebak. Perasaan depresi
akibat perubahan gambaran tubuh dan hilangnya berbagai fungsi tubuh
dapat membuat makin parah. Pasien dapat pula mengalami frustasi
karena masalah mobilitas dan komunikasi
2.4.4 Kerusakan Fungsi Intelektualitas
Baik itu memori maupun penilaian dapat terganggu sebagai akibat dari
stroke. Pasien dengan stroke otak kiri sering sangat berhati-hati dalam
membuat penilaian. Pasien dengan stroke otak kanan cenderung lebih
impulsif dan bereaksi lebih cepat.
2.4.5 Gangguan Persepsi dan Sensori
Persepsi adalah kemampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visuospasial, dan kehilangan sensori. Disfungsi persepsi
visual diakibatkan oleh adanya gangguan jalur sensori primer antara
mata dan korteks visual. Hilangnya sensori akibat stroke dapat berupa
kerusakan yang ringan (sentuhan) atau kerusakan yang lebih berat, yaitu
hilangnya propriosepsi (kemampuan untuk menilai posisi dan gerakan
bagian-bagian tubuh) dan kesulitan menginterpretasi stimulus visual,
taktil dan auditori.
2.4.6 Eliminasi
Kebanyakan masalah yang terkait dengan eliminasi urin dan bowel
terjadi pada tahap akut dan bersifat sementara. Saat salah satu hemisfer
otak terkena stroke, prognosis fungsi kandung kemih baik. Awalnya,
pasien dapat mengalami urgensi dan inkontinensia. Walaupun kontrol
motor bowel biasanya tidak terganggu, pasien sering mengalami
konstipasi yang diakibatkan oleh imobilitas, otot abdomen yang
melemah, dehidrasi dan respon yang menurun terhadap refleks defekasi.
Masalah eliminasi urin dan bowel dapat juga disebabkan oleh ketidak
mampuan pasien mengekspresikan kebutuhan eliminasi (Lyna
Soertidewi & Jusuf Misbach, 2011).

2.5 Komplikasi Pada Pasien Stroke


Menurut Muttaqin (2008), setelah mengalami stroke klien mungkin
akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan:
2.5.1 Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis.
2.5.2 Dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
2.5.3 Dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
2.5.4 Hidrosefalus
Menurut Smeltzer (2001: 2137), komplikasi stroke meliputi:
1. Hipoksia serebra
2. Aliran darah serebral
3. Embolisme serebral

2.6 Pemeriksaan Stroke


2.6.1 Pemeriksaan laboratorium pada stroke sebagai berikut:
1)      Darah rutin.
2)      Pemeriksaan kimia darah: Gula darah.
3)      Cairan serebrospinal.
4)      Pemeriksaan darah lengkap.
2.6.2 Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (2000), pemeriksaan
diagnostik pada stroke sebagai berikut:
1) CT Scan Memperlihatkan adanya edema, hiperdens (perdarahan),
iskemia dan adanya infark.
2) Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
3) Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukan adanya perdarahan.
4) Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
5) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal. 
2.6.3 Tujuannya supaya mendapatkan penanganan lebih cepat pada pasien
stroke adalah :
a. Memberikan life support secara umum
b. Meminimalkan lesi stroke
c. Mencegah komplikasi akibat stroke
d. Melakukan rehabilitasi
e. Mencegah timbulnya serangan ulang stroke.
2.7 Penatalaksanaan Stroke
Tujuan penatalaksanaan stroke akut adalah menyelamatkan nyawa
pasien, mencegah kerusakan otak yang lebih berat, dan mengurangi
defisit kemampuan pasien. Waktu adalah otak merupakan ungkapan yang
menunjukkan betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin,
karena jendela terapi dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan stroke akut tahap awal dalam manajemen gawat
2.7.1 Lakukan pemeriksaan CT scan secepatnya.
CT scan tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik, perdarahan
intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Sebelum terapi spesifik
diberikan pada pasien stroke, pemeriksaan CT scan sudah harus
dilakukan.
2.7.2 Lakukan pemeriksaan tes laboratorium (termasuk kadar gula darah).
Gula darah harus dimonitor secara teratur, karena penyakit diabetes yang
diderita sebelum stroke akan memperberat kondisi stroke akut, dan
hiperglikemia atau hipoglikemia akan memperburuk outcome klinik.
2.7.3 Regulasi suhu tubuh
Demam akan mempengaruhi outcome stroke karena secara eksperimental
demam akan memperluas jaringan infark. Atasi suhu tubuh > 37,5 oC
dengan antipiretik.
Penatalaksanaan stroke fase paska akut meliputi : monitoring tanda vital
(TTV) dan status neurologis, termasuk tingkat kesadaran (GCS), fungsi
motorik dan sensorik, ukuran pupil dan reaktivitas pupil terhadap cahaya,
SaO2, dan irama jantung (Lewis, 2007).

2.8 Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke


Peluang terjadinya stroke berdasarkan faktor risiko yang menunjukkan
bahwa stroke merupakan penyakit yang mempunyai banyak penyebab
(multifactorial causes). Semakin banyak faktor risiko yang dipunyai,
makin tinggi kemungkinan mendapatkan stroke. Faktor risiko sangat
penting untuk prevensi sekunder. Pada kelompok risiko tinggi, setelah
terjadi serangan stroke seharusnya menjadi target penanganan secara
kontinyu untuk mencegah terjadinya stroke berulang. Tekanan darah
sistolik 140 mmHg dalam penelitian ini merupakan variabel yang paling
berpengaruh untuk terjadinya stroke.

Hipertensi menyebabkan gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh


darah otak sehingga pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak
pada penderita hipertensi sudah berkurang dibandingkan penderita
normotensi. Penderita dengan tekanan darah tinggi dan adanya gambaran
CT Scan kepala yang abnormal atau adanya diabetes mellitus akan
meningkatkan kejadian stroke berulang.

Tekanan darah diastolik 90 mmHg secara mandiri memiliki kemaknaan


hubungan dengan kejadian stroke meskipun tidak sekuat tekanan darah
sistolik. Bertambahnya usia diikuti dengan peningkatan tekanan sistolik
yang terus terjadi sampai dengan usia 80 tahun, sedangkan peningkatan
tekanan diastolik mencapai puncak pada usia 55 tahun kemudian
mendatar bahkan cenderung menurun.
Keadaan ini terjadi akibat perubahan struktural jantung dan pembuluh
darah pada menua. Kekakuan dinding pembuluh aorta menyebabkan
berkurangnya kemampuan absorbsi terhadap tekanan yang terjadi pada
fase sistol dan kemampuan untuk mengembalikan tekanan diastolik
(diastolic recoiling). Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap kejadian stroke. Tingginya kadar gula
darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan
konsentrasi glikoprotein yang merupakan pencetus atau faktor risiko dari
beberapa penyakit vaskuler (Laksmawati, 2001).

Faktor risiko stroke diartikan sebagai faktor-faktor penyebab stroke atau


yang mendasari tejadinya stroke pada seseorang.
Faktor Resiko stroke yang dapat diubah:
2.8.1 Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh
darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah
atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah
akan menurunkan tekanan darah.
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre – hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-90 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 > = 160 mmHg (atau) > = 100 mmHg

2.8.2 Diabetes Melitius.


Memiliki penyakt diabetes atau kencing manis dapat meningkatkan
resiko stroke dan bisa membuat stroke menjadi semakin parah. Diabetes
adalah suatu kondisi yang menyebabkan gula darah tinggi yang
seharusnya gula tersebut masuk ke dalam sel-sel tubuh. Gula darah yang
tinggi (diabetes) cenderung terjadi bersamaan dengan tekanan darah
tinggi dan kolesterol tinggi yang semuanya meningkatkan risiko stroke.
2.8.3 Penyakit jantung.
Gangguan jantung dapat meningkatkan risiko stroke. Misalnya, penyakit
jantung koroner (CAD) meningkatkan  resiko stroke. Kondisi jantung
lainnya, seperti cacat katup jantung, denyut jantung tidak teratur
(termasuk fibrilasi atrium), dan bilik jantung membesar, dapat
membentuk penggumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh
darah di otak lalu menyebabkan stroke.
2.8.4 Kolesterol Total.
Hiperlipidemia (Hyperlipoproteinemia adalah tingginya kadar lemak
(kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah. Lemak (disebut
juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber
energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari
makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa
disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-
sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi
tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari selaput
sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf. Dua lemak utama
dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya
pada protein tertentu sehingga bisa mengikuti aliran darah; gabungan
antara lemak dan protein ini disebut Lipoprotein yang utama adalah :
1. LDL (low density lipoproteins), yang mengangkut paling banyak
kolestrol di dalam darah. LDL dinamakan kolesterol jahat karena
kadar LDL yang tinggi menyebabkan mengendapkan kolestrol dalam
arteri.
2. HDL (high density lipoproteins), yang mengangkut kolestrol baik
karena dapat membawa kelebihan kolestrol jahat di pembuluh arteri
untuk diproses dan dibuan.

Kadar Lemak Darah

Pemeriksaan Laboratorium Kisaran Yang Ideal (mg


dl/darah)
Kolesterol total 120-200
LDL 60-160
HDL
Perbandingan LDL dengan HDL < 3,5
Trigliserida 10-160

2.8.5 Kurang Aktifitas Fisik/olah raga


Kurang Aktifitas Fisik atau olahraga dapat meningkatkan berat badan,
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kadar
kolesterol. Ketidak aktifan juga merupakan faktor risiko untuk diabetes,
yang semuanya merupakan faktor resiko stroke. Aktivitas fisik yang
rendah dan kesehatan sistem kardiorespirasi yang buruk mengarah pada
meningkatnya risiko penyakit jantung koroner (PJK), bahkan aktivitas
fisik yang rendah dapat meningkatkan angka mortalitas dari penyakit
kardiovaskuler sampai dua kali lipat. Faktor risiko PJK yang utama
adalah hipertensi, hiperkolesterolemia, dan merokok. Ketiga faktor ini
saling memengaruhi dan meningkatkan angka kejadian timbulnya PJK,
akan tetapi faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan dan bersifat
reversibel bila upaya pencegahan benar-benar dilaksanakan (T. Bahri
Anwar Djohon, 2004).
2.8.6 Merokok
Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih
mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan
usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian
tetapi mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian, antara lain penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran
pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan
pencernaan dan peningkatan tekanan darah. Merokok juga bisa terjadinya
resiko stroke karena dapat mempercepat pengerasan arteri. Asap rokok
dalam terkandung karbon monoksida bisa terjadinya jumlah oksigen
dalam darah berkurang. Asap rokok dapat meningkatkan risiko stroke
dibandingkan orang yang tidak merokok.
2.8.7 Kegemukan dan obesitas.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal
yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Seseorang yang
dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel
lemak tubuh mereka. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat
meningkatkan kadar kolesterol total, meningkatkan tekanan darah, dan
menjadi faktor resiko tejadinya diabetes.
2.8.8 Minum Alkohol
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih
gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama;
istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral
dan mengandung satu atau lebih gugus alcohol. Minum terlalu banyak
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, yang meningkatkan risiko
stroke. Hal ini juga bisa meningkatkan hepatektomi atau kerusakan hati.
Faktor Resiko stroke yang tak dapat diubah:
2.8.1 Riwayat keluarga.
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung,
tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa faktor risiko stroke,
misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh
darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama jika dua atau lebih
anggota keluarga pernah menderita stroke pada usia 65 tahun
(Wahjoepramono, 2005).
2.8.2 Usia
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging
dimana pembuluh darah menjadi kaku dan tidak elastis lagi, dididing
pembuluh darah menjadi lebih tipis. Kemudian adanya akumulasi plak
yang tertimbun didalam pembuluh darah (Jusuf Misbach & Jofizal
Jannis, 2011).

2.8.3 Jenis kelamin.


Laki-laki atau wanita mempunyai kecenderungan menderita stroke. Pada
pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena stroke dibandingkan
wanita dengan perbandingan 2:1. Pria lebih rawan dari pada wanita yang
usianya lebih muda, tetapi wanita akan segera menyusul setelah usia
mereka mencapai usia menoupause (Jusuf Misbach & Jofizal Jannis,
2011).
2.8.4 Pekerjaan
Penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, anatara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga (MT
Rionga & Yoga Firdaus, 2007).

2.9 Pencegahan Stroke


Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang. langkah-langkah
pencegahan dibawah ini:

2.9.1 Rutin memeriksa tekanan darah


Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis
stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke.
Jika tekanan darah meningkat segera konsultasikan dengan seorang
dokter.
2.9.2 Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation)
Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang
mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung.
Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga
masuk pada aliran darah itu mengakibatkan stroke. Gangguan irama
jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.
2.9.3 Berhenti merokok dan anti alkohol
Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Sebagaimana
rokok, alcohol dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti
liver.
2.9.4 Periksa kadar kolesterol dalam tubuh
Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan stroke.
Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol tinggi,
maka segeralah untuk menurunkannya dengan memilih makanan rendah
kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh tidak berlebihan, maka gantilah
asupan lemak jenuh dengan asupan asam lemak tak jenuh, seperti: omega
3, 6 dan 9.
2.9.5 Kontrol kadar gula darah
Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita
diabetes, konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan dan
minuman yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.

2.9.6 Olah raga teratur


Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda
juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis.
Pilih olahraga yang Anda sukai dan lakukan secara teratur tiga kali
seminggu.
2.9.7 Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak
Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi. Sebaliknya konsumsilah
buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi risiko stroke.
2.9.8 Waspadai gangguan sirkulasi darah
Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh darah arteri dan vena. Tiga
bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan
jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang menghambat
aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini dapat diobati. Operasi
pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat pembuluh
arteri, (Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach, 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1    Identitas pasien
            Nama                                                   : Tn. S
            Jenis kelamin                                       : Laki-laki
            Umur                                                   : 50 tahun
            Statu perkawinan                                : Sudah kawin
            Agama                                                 : Islam
            Pendidikan                                          :SMP
            Pekerjaan                                             : Petani
            Alamat                                                 : Jln. H
            Suku                                                    : Batak karo
            Tanggal Masuk                                    : 12 maret 2012
            No. Register                                        : 05 45 31
            Ruangan/Kamar                                  :SC     
Dokter Pengobatan                             : dr. K
Diagnosa Medis                                  :STROKE HAEMOROGIK

3.1.2    Penanggung jawab


            Nama                                                   : Tn. K                                                
Pekerjaan                                             : Wiraswasta                                       
            Alamat                                                : jln. T

3.1.3    Keluhan Utama


klien datang ke rumah sakit dengan keluhan, kelemahan anggota gerak
sebelah kanan badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3.1.4    Riwayat Penyakit Sekarang


Keterangan dari keluarga klien diperoleh bahwa ketika klien mandi, klien
terjatuh karena tiba-tiba nyeri kepala,mual,muntah, kemudian terjatuh dan
tidak dapat bangun.

49
3.1.5    Riwayat Kesehatan Masa lalu
Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sekitar ±2 tahun yang
lalu dengan keluhan yang sama, teatapi setelah pengobatan tidak pernah
kambuh lagi. Dan klien tidak memeiliki alergi terhadap obat apapun.

3.1.6    Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama, dan
penyakit yang lain serta penyakit keturunan.

3.1.7    Riwayat psikososial


Klien merasa takut dan cemas serta bertanya-tanya tentang penyakit yang
sedang dialaminya dan berharap penyakitnya cepat sembuh dan  dapat
berkumpul dengan keluarganya.                                                        

3.1.8    Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign tanggal 03 oktober 2011
    Keadaan umum                               : lemah
    Kesadaran                                       : compos mentis
    Pemeriksaan                                    : T/D    : 120/70mmHg
                                                               Pols  : 82x/menit
                                                               RR    : 20x/menit
                                                               Temp: 38°c
b. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
            - bentukya                               : simetris, bulat lonjong
            - rambut                                   : rapi dan pendek
            - warna                                    : hitam
            - kulit kepala                           : putih
2. Mata
            - ketajaman                              : baik
            - sclera                                     : tidak ikhterik
            - konjungtiva                           : anemis
            - palpebra                                : simetris

49
            - kornea                                   : keruh
            - pupil                                      : normal (bulat dan simetri3-4 mm)
3. Hidung
            - bentuknya                             : simetris
            - polip                                      : tidak ada
            - perdarahan                            : tidak ada
            - peradangan                           : tidak ada
            - fungsi penciuman                  : baik
4. Telinga
            - serumen                                 : dalam batas normal
            - cairan                                    : tidak ada
            - tanda-tanda peradangan       : tidak ada
            - alat bantu                              : tidak ada
            - fungsi pendengaran              :baik
5. Mulut
            - rongga maulut                       : bersih
            - perdarahan                            : tidak ada
            - peradangan                           : tidak ada
6. gigi
            - lidah                                      : bersih
            - tonsil                                     : ada, tidak meradang
            - fungsi pengecapan                : baik
7. leher
            - kelenjar tyroid                       : tidak membesar
8. thorax dan pernapasan
            - bentuk                                   : simetris
            - pernapasan                            : regular
            - frekuensi                               : 20x/menit
            - nyeri                                      : tidak ada
9. jantung
            - tekanan darah                       :120/70 mmhg
            - frekuensi                               : 80x/menit
            - nyeri                                      : tidak ada

49
10. abdomen
            a. inspeksi
                        1. bentuk abdomen     : besar dan simetris
                        2. benjolan/masa          : kembung
            b. auskultasi
                        1. peristaltic usus         : penurunan
                        2. suara tambahan       : terdengar
            c. palpasi
                        1. tanda nyeri tekan    : tidak ada
                        2. benjolan / massa      : tidak ada
                        3. tanda acietas           : tidak ada
            d. perkusi
                        1. suara abdomen        : terdengar peristaltic usus menurun
                        2. periksaan ascites      : tidak ada
11. Reproduksi
            1.genitalia
                        a. rambut pubis            : tidak ada kelainan
                        b. lubang uretra           : tidak ada retensi
                        c. kelainan pada daerah inguinal : tidak ada ditemui
12. Ekstremitas
1. Kesimetrisan otot                 : simetris dan bentuknya sama
2. Pemeriksaan edema             : tidak dijumpai edema
3. Kekuatan otot                      :masih dapat digerakkan pada bagian
ekstremitas     atas dan bawah sbelah kiri tetapi pada ekstremitas
atas dan bawah sebelah kanan terjadi kelumpuhan.
13. pemeriksaan neurologi
1. Tingkat kesadaran                : GCS: E4,M=4,V=4
2. Status mental
a. Kondisi emosi atau perasaan klien tidak tenang dengan keadaan
yang dirasakanya
b. Konsep diri klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidakkooperatif.

49
c. Proses berfikir klien masih dapat mengingat kegiatan sehari-hari
yang dilakukannya, dan klien masih bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.

3.1.9    Kebiasaan Sehari-hari

No Kebiasaan Sebelum masuk rumah Sesudah masuk rumah


sakit sakit
1. Nutrisi Pola makan 3x/hari, terdiri Pola makan 3x/hari, nafsu
dari nasi, lauk, nafsu makan makan me nurun, diet ½
baik, tidak ada maanan porsi habis, BB
pantangan, smua jenis sebelummasuk rumah
makanan disukai sakit 70 kg setelah masuk
RS 65 kg
2. Minum Minum ± 8 gelas /hari klien lebih sering minum
kopi.
3. Istirahat Klien tidur siangtidak Klien tidur siang ±2 jam /
pernah, tidur malam±7-8 jam hari, tidur malam ±7-8
/hri jam/hari
4. Eliminasi Klien BAB 1x/hari, warna Klien  BAB 1x/hari, klien
BAB dan kuning BAK ±8x/hari, warna
BAK kecoklatan,konsistensi padat kuning bau khas
dan lunak, klien BAK
±8x/hari, warna kuning bau
khas
5. Personal Klien mandi 2x/hari, gosok Klien di lap 2x/hari, gosok
hygine gigi 2x/ hari,mencuci rambut gigi 1x/ hari,mencuci
2x/minggu, dan potong kuku rambut 1x/minggu, dan
1x/minggu potong kuku 1x/minggu

3.1.10  Riwayat Psikososial

49
Klien beragama Kristen dan taat menjalani ibadahnya dan mendekatkan
diri kepada Tuhan, selama di RS klien hanya dapat berdoa di tempat tidur
karena klien bedrest total.

3.2       PENGELOMPOKAN DATA


            1. Data subjektif
a. Klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri tidak dapat
digerakkan
b. Klien mengatakan nafsu makan berkurang
c. Klien mengatakan susah untuk berbicara cepat
d. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
e. Klien mengatakan takut dengan penyakitnya

            2. Data Subjektif


a. Ekstremitas atas dan bawah lemah
b. diet yang disajikan habis ½ porsi
c. BB menurun 5kg dari 70kg menjadi 65kg
d. tampak gelisah, cemas, dan takut
e. bertanya-tanya tentang penyakitnya
f. bicara lambat
g. bed rest total
h. melakukan aktifitas di tempat tidur
i. Kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh perawat dan keluarga

3.3       ANALISA DATA

49
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS :  Klien mengatakan kelemahan, Gangguan
tangan dan kaki sebelah kiri hemiparese/hemiplegia mobilitas fisik
tidak dapat digerakkan
DO : - Ekstremitas atas dan
bawah lemah
- bed rest total
- melakukan aktifitas di
tempat tidur
- Kebutuhan segala
sesuatunya dilakukan oleh
perawat dan keluarga
2. DS : - Klien mengatakan Anoreksia Gangguan
nafsu makan berkurang pemenuhan
DO : - diet yang disajikan nutrisi kurang
habis ½ porsi dari kebutuhan
- BB menurun 5kg dari 70kg tubuh
menjadi 65kg

3. DS : - Klien mengatakan kerusakan sentral Gangguan


susah untuk berbicara cepat bicara komunikasi
verbal
DO : - bicara pelo

49
4. DS : - Klien mengatakan Kurang pengetahuan Ansietas
tidak mengetahui tentang
penyakitnya
- Klien mengatakan takut
dengan penyakitnya
DO : - tampak gelisah,
cemas, dan takut
- bertanya-tanya tentang
penyakitnya

3.4  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,
hemiparese/hemiplegia ditandai dengan Klien mengatakan tangan dan kaki
sebelah kiri tidak dapat digerakkan, ekstremitas atas dan bawah lemah,bed
rest total,melakukan aktifitas di tempat tidur,kebutuhan segala sesuatunya
dilakukan oleh perawat dan keluarga
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, ditandai dengan klien mengatakan nafsu makan
berkurang, diet yang disajikan habis ½ porsi, BB menurun 5kg dari 70kg
menjadi 65kg
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sentral bicara
ditandai dengan klien mengatakan susah untuk berbicara cepat, bicara pelo
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan Klien
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, klien mengatakan takut
dengan penyakitnya, tampak gelisah, cemas, dan takut, bertanya-tanya
tentang penyakitnya

49
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Gangguan mobilitas fisik Tujuan : Rencana tindakan Rasional
berhubungan dengan kelemahan, Klien mampu a) Ubah posisi klien a) Menurunkan resiko
hemiparese/hemiplegia ditandai melaksanakan tiap 2 jam terjadinnya iskemia
dengan Klien mengatakan tangan aktivitas fisik sesuai b) Ajarkan klien untuk jaringan akibat
dan kaki sebelah kiri tidak dapat dengan melakukan latihan sirkulasi darah yang
digerakkan, ekstremitas atas dan kemampuannya gerak aktif pada jelek pada daerah yang
bawah lemah,bed rest Kriteria hasil ekstrimitas yang tidak tertekan
total,melakukan aktifitas di - Tidak terjadi sakit b) Gerakan aktif
tempat tidur,kebutuhan segala kontraktur sendi c) Lakukan gerak pasif memberikan massa,
sesuatunya dilakukan oleh - Bertambahnya pada ekstrimitas yang tonus dan kekuatan
perawat dan keluarga kekuatan otot sakit otot serta memperbaiki
- Klien menunjukkan d) Berikan papan kaki fungsi jantung dan
tindakan untuk pada ekstrimitas dalam pernapasan
meningkatkan posisi fungsionalnya c) Otot volunter akan
mobilitas e) Tinggikan kepala kehilangan tonus dan
dan tangan kekuatannya bila tidak
f) Kolaborasi dengan dilatih untuk
ahli fisioterapi untuk digerakkan
latihan fisik klien
2. Gangguan pemenuhan nutrisi Tujuan : Rencana tindakan : Rasional
kurang dari kebutuhan tubuh Kebutuhan nutrisi 1. Kaji factor a)Untuk menetapkan
berhubungan dengan anoreksia, terpenuhi penyebab yang jenis makanan yang
ditandai dengan klien Kriteria hasil : mempengaruhi akan diberikan pada
mengatakan nafsu makan a. Tidak ada tanda- kemampuan menerima klien
berkurang, diet yang disajikan tanda malnutrisi makan/minum b) Untuk klien lebih
habis ½ porsi, BB menurun 5kg b. Berat badan dalam 2. Hitung kebutuhan mudah untuk menelan
dari 70kg menjadi 65kg batas normal nutrisi perhari karena gaya gravitasi
c. Conjungtiva 3. Observasi tanda- c)Membantu dalam

49
ananemis tanda vital melatih kembali
d. Tonus otot baik 4. Catat intake sensori dan
e. Lab: albumin, Hb, makanan meningkatkan kontrol
BUN dalam batas 5. Timbang berat muskuler
normal badan secara berkala d) Memberikan
6. Beri latihan stimulasi sensori
menelan (termasuk rasa kecap)
7. Beri makan via yang dapat
NGT mencetuskan usaha
8. Kolaborasi : untuk menelan dan
Pemeriksaan lab(Hb, meningkatkan
Albumin, BUN), masukan
pemasangan NGT, e)Klien dapat
konsul ahli gizi berkonsentrasi pada
mekanisme makan
tanpa adanya
distraksi/gangguan
dari luar
f) Makan lunak/cairan
kental mudah untuk
mengendalikannya
didalam mulut,
menurunkan terjadinya
aspirasi
g) Menguatkan otot
fasial dan dan otot
menelan dan
menurunkan resiko
terjadinya tersedak
h) Dapat
meningkatkan
pelepasan endorfin
dalam otak yang

49
meningkatkan nafsu
makan
i) Mungkin diperlukan
untuk memberikan
cairan pengganti dan
juga makanan jika
klien tidak mampu
untuk memasukkan
segala sesuatu melalui
mulut
3. Gangguan komunikasi verbal Tujuan : Rencana tindakan : Rasional :
berhubungan dengan kerusakan Proses komunikasi a) Berikan metode a) Memenuhi
sentral bicara ditandai dengan klien dapat berfungsi alternatif komunikasi, kebutuhan komunikasi
klien mengatakan susah untuk secara optimal misal dengan bahasa sesuai dengan
berbicara cepat, bicara pelo Kriteria hasil isarat kemampuan klien
- Terciptanya suatu b) Antisipasi setiap b) Mencegah rasa
komunikasi dimana kebutuhan klien saat putus asa dan
kebutuhan klien berkomunikasi ketergantungan pada
dapat dipenuhi c) Bicaralah dengan orang lain
- Klien mampu klien secara pelan dan c) Mengurangi
merespon setiap gunakan pertanyaan kecemasan dan
berkomunikasi yang jawabannya “ya” kebingungan pada saat
secara verbal atau “tidak” komunikasi
maupun isarat d) Anjurkan kepada d) Mengurangi isolasi
keluarga untuk tetap sosial dan
berkomunikasi dengan meningkatkan
klien komunikasi yang
e) Hargai kemampuan efektif
klien dalam e) Memberi semangat
berkomunikasi pada klien agar lebih
f) Kolaborasi dengan sering melakukan
fisioterapis untuk komunikasi
latihan wicara f) Melatih klien belajar

49
bicara secara mandiri
dengan baik dan benar

4. Ansietas berhubungan dengan Tujuan Rencana tindakan : Rasional :


kurang pengetahuan ditandai :Pengetahuan klien 1. Evaluasi derajat a)Harapan-harapan
dengan Klien mengatakan tidak dan keluarga tentang gangguan persepsi yang tidak realistic
mengetahui tentang penyakitnya, penyakit dan sensuri tidak dapat
klien mengatakan takut dengan perawatan 2. Diskusikan proses mengurangi
penyakitnya, tampak gelisah, meningkat. patogenesis dan kecemasan, justru
cemas, dan takut, bertanya-tanya Kriteria hasil : pengobatan dengan malah menimbulkan
tentang penyakitnya a. Klien dan keluarga klien dan keluarga ketidak percayaan
berpartisipasi dalam 3. Identifikasi cara dan klien terhadap perawat
proses belajar kemampuan untuk b)memungkinkan klien
b.Mengungkapkan meneruskan progranm untuk memilih metode
pemahaman tentang perawatan di rumah komunikasi yang
penyakit, 4. Identifikasi factor palng tepat untuk
pengobatan, dan risiko secara kehidupan nya sehari-
perubahan pola hidup individual dal lakukan hari disesuaikan
yang diperlukan perubahan pola hidup dengantingkat
5. Buat daftar keteramplanya
perencanaan pulang sehingga dapat
mengurangi rasa
cemas dan frustasi
c)dukungan dari
beberapa orang yang
memiliki pengalaman
yang sama akan sangat
membantu klien
d)agar klien menyadari
sumber-sumber apa
saja yang ada di
sekitarnya yang dpat
mendukung dia untuk

49
berkomunikasi.

           

3.6 IMPLEMENTASI
N Tgl Diagnos Implementasi Evaluasi
O a
1. 16/11/2 DX 1 Dinas pagi S : klien dapat
0 09.00 menggerakkan
- operan dengan dinas malam tubuhnya
-  mengobservasi keadaan umum klien O : klien mulai dapat
*pasien tampak lemah
*pasien bed rest mencoba
10.00 menngerak-gerakkan
- memberikan injeksi Transamin 1 amp/8 jam ekstremitas
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit kanannya
- memberikan diet ekstra pasien A : masalah teratasi
- berkolaborasi dengan pihak fisioterapi sebagian
12.00 P : rencana tindakan
- memberikan diet siang pada klien : M II  dipertahankan
- Mengukur vital sign klien Melanjutkan terapi
T/D : 110/70 mmHg   oral dan injeksi
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 38°c
-Memberikan therapy 
- memberikan sanmol per oral
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
-   mengobservasi keadaan umum klien
*keadaan klien masih lemah tetapi sudah

49
sedikit tenang
*pantau demam
- memandikan klien
 - Mengukur vital sign klien
T/D : 120/70 mmHg  
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-menganti posisi klien kea rah kanan
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas malam
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- memberikan injeksi Transamin 1amp/8 jam
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien

49
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat                                                                       
2. 17/11/2 DX II Dinas pagi S : klien menatakan
0 09.00 selera makan 
- operan dengan dinas malam bertambah
-  mengobservasi keadaan umum klien O : porsi makan
*klien tidak mual lagi yang disajikan habis
*klien tampak bersemangat 1 porsi
10.00 A : masalah teratasi
- memberikan diet extra klien P : rencana tindakan
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit di pertahankan dan
12.00 terapi dilanjutkan
- memberikan diet siang pada klien : M II
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg   
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-Memberikan therapy 
- memberikan B-Compleks oral
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
-   mengobservasi keadaan umum klien
*klien susah tidur
 - memandikan klien
 - Mengukur vital sign klien
T/D : 130/70 mmHg  
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c

49
-menganti posisi klien kea rah kanan
18.30
- memberikan diet klien M I
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
-Memberikan Esilgan per oral
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas sore
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
-klien dapat tidur
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- mengganti caiaran infuse R-sol 20 tts/ menit
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat              
3. 18/11/2 DX III Dinas pagi S : klien mengatakan
0 09.00 dapat berkomunikasi
- operan dengan dinas malam dengan lambat tapi

49
-  mengobservasi keadaan umum klien jelas
- memberikan metode alternatif komunikasi, O : klien tampak
misal dengan bahasa isarat senang
10.0 A : masalah teratasi
- memberikan diet extra klien sebagian
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit P : rencana tindakan
- mengantisipasi setiap kebutuhan klien saat dipertahankan
berkomunikasi
12.00
- memberikan diet siang pada klien : M II
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
- Memberikan therapy 
- mengajak klien berbicara dengan secara
pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
-  mengobservasi keadaan umum klien
 - memandikan klien
 - Mengukur vital sign klien
T/D : 130/70 mmHg  
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-mengganti posisi klien ke arah kanan
- menganjurkan kepada keluarga untuk tetap
berkomunikasi dengan klien

49
-menghargai kemampuan klien dalam
berkomunikasi
-Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan
wicara
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam :
21.00
- operan dengan dinas malam
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien ke arah kanan
-klien tidur
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- mengganti caiaran infuse R-sol 20 tts/ menit
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk beristirahat        
4. 19/11/2 DX IV Dinas pagi : S : klien mengatakan
0 09.00 tidak cemas dan

49
- operan dengan dinas malam takut lagi
-  mengobservasi keadaan umum klien O : klien tampak
*klien tampak lemah tenang
*klien tak bersemangat A : Masalah teratasi
10.00 P : rencana tindakan
- memberikan injeksi Ranitidine 1 amp/8 jam dipertahan
- mengganti cairan R-sol 20 tts/ mnit
- memberikan diet ekstra pasien
- berkolaborasi dengan pihak fisioterapi
- Memberikan motivasi kepada klien bahwa
klien aan sembuh jika semangat dan rutin
minum obat
12.00
- memberikan diet siang pada klien : M II 
- Mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-Memberikan therapy 
- mengganti posisi klien ke arah kiri
- memberikan pengetahuan   tentang
perawatan mengenai terapi yang dapat
dilakukan untuk penyakit klien
Dinas sore :
15.00
- operan dengan dinas pagi
-   mengobservasi keadaan umum klien
*keadaan klien masih lemah tetapi sudah
sedikit tenang
- memandikan klien
 - Mengukur vital sign klien
T/D : 120/70 mmHg  

49
Pols : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
-menganti posisi klien ke arah kanan
18.30
- memberikan diet klien M II
- mengganti cairan infuse R-sol 20 tts/menit
- mengganti posisi klien ke arah kiri
Dinas malam
21.00
- operan dengan dinas sore
-mengobservasi keadaan umum klien
* klien tampak segar
- mengganti posisi klien kea rah kanan
22.00
- menganjurkan klien untuk beristirahat
24.00
- memberikan injeksi ranitidine 1 amp/ 8 jam
05.00
-memantau klien
- memandikan klien
- mengukur vital sign klien
T/D : 110/70 mmHg  
Pols : 82x/menit
RR : 20x/ menit
Temp : 37°c
06.30
- memberikan diet M II klien
07.30
- mengajurkan klien untuk
beristirahat                                                         
             

49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Hampir semua orang lanjut usia memiliki sumbatan pada beberapa arteri kecil di
otak pada akhirnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan
gangguan fungsi otak yang serius. Kasus stroke disebabkan oleh plak
arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang mengirim nutrisi ke
otak. Plak dapat mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, yang menghasilkan
bekuan darah dan menghambat aliran darah di arteri, sehingga akan menyebabkan
hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi.

4.2 SARAN

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya stroke maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan
pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita
tidak akan mudah terserang penyakit.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Chandra Rahmawati, dkk. (2009). Aktivis Fisik Dan Rasio Kolestrol (HDL)
Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di Poliklinik Jantung RSUD Di
Moewaidi Surakata. Diakses Jakarta, Hari Selasa, Tanggal 07-April-2015,
Pukul 09 00WIB. http: // journal.ipb.ac.id/index.php/…/5659-kolestrol
HDL.pdf

Buchner (2007). Aktivitas Fiisk Yang Rendah. Diakses Jakarta Hari selasa,
Tanggal 14-Maret-2015, Pukul 14 00WIB. http:
//repository.maranatha.edu/pdf.

Corwin (2011). Gangguan Peredaraan Otak. Diakses Jakarta Hari Senen,


Tanggal 12-Maret-2015, Pukul: 12 00WIB.
http: //digilib.uminas.ac.id/download.php?id.pdf

Debette (2011). Risiko Terkena Penyakit Jantung Dan Stroke. Diakses Jakarta
Hari Kamis, Tanggal 13-April-2015, Pukul 14 00WIB.
http: //Jurnal.repository.unhas-ac-id/pdf

49
Junaidi, (2012). Hubungan pola makan dengan kadar kolesterol darah total
pada penderita penyakit jantung koroner laki-laki di rumah sakit umum
raden ajeng kartini jepara. Edisi Ketiga, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia.

Junaidi, (2006). Panduan Praktis Pencegahan dan pengobatan Stroke. Edisi


Kedua, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Harsono. (2008). Buku Ajar Neurologi Klinis. Eedisi : V, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta

Hasrin mannan, dkk. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto. Diakses Jakarta Hari selasa,
Tanggal 06-April-201. Pukul 12 00WIB.
http: // Jurnal.fk.unand.ac.id 37 Artikel/Penelitian faktor risiko

Galgali (2008). Pada Usia Muda Dengan Gaya Hidup Kaum Muda. Diakses
Jakarta Hari Senen, Tanggal 12-April-2015. Pukul 11 00WIB.
http: //Jurnal.eld.ug.ac.id.index.php?.pdf

Guyton (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC


Jusuf Misbach & Jofizal Jannis. (2011). Diagnosa Stroke. Edisi Pertama. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, hal 57 – 8.

Kiechl. Stefan, MD dkk (2002). Faktor Risiko Terjadinya Aterosklerosis. Diakses


Jakarta Hari Senen, Tanggal 12-Maret-2015, Pukul : 12 00WIB.
http: //Jurnal.eprints.uns.ac.id/unlock-190721611291112321.pdf.

Laksamawati. (2001). Faktor Yang Mempengaruhi Stroke Non Hemoragik Ulang.


Jakarta : Media Medika Indonesia. Edisi : 36 (3): 133-44

49
Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach. (2011). Epidemiologi stroke, Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hal 1 – 12

Lyna Soertidewi & Jusuf Misbach (2011). Anatomi Pembuluh Darah Otak Dan
Patofisilogi Stroke. Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal 13 – 40.

Pinzon, R (2010). Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta : Penerbit Buku EGC, : 2101-2137.

Rambe (2010). Angka Kematian Penderita Stroke Di Amerika Setiap Tahunnya.


Diakses Jakarta Hari Senen, Tanggal 12-Maret-2015. Pukul : 12 00WIB.
http: //Jurnal.library.isu.ac.id/fkl.penysaraf.aidy.pdf.
Riskesdas (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta:
Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013. Diakses Tanggal 16-desember-2014,
Pukul 16 00 WIB. http: //www.depkes.go.id/..../hasil%20Riskesdas 2013.pdf

Smeltzer & Bare (2008), Buku Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8 vol. 3. Jakarta : Penerbit Buku EGC, : 2101-2137.

S Craig (2004). Faktor Risiko Perdarahan Subaraknoid. Diakses Jakarta Hari


Selasa, Tanggal 12-Maret-2015, Pukul : 20 00WIB.
http: //eprints.uns.ac.id/unlock-190721611201112321.pdf.

WHO (2010). Faktor Risiko Keladian Stroke Pada Dewasa Awal. Diakses Jakarta
Hari Selasa, Tanggal 10-Maret-2015. Pukul: 20 00WIB.
http: //Jurnal.repository.unhas.ac.id/pdf.

Yekti Mumpuni (2011). Kolesterol Yang Dapat Dalam Tubuh Manusia. Diakses
Jakarta Hari Selasa, Tanggal 22-Maret-2015. Pukul : 12 00WIB.
http: //www.nibhi.nih.gov/guidelines/cholesterol/dip 3 full.pdf.

Yulianto (2011). Penyakit Mematikan Setelah Jantung Dan Kanker. Diakses Hari
rabu, Tanggal 12- Maret- 2015. Pukul 15 00 WIB.

49
http : //Jurnal.Undergaduate:954.com.pdf

Zulganer. (2006). Uji Reliabilitas Dan Validitas. Diakses hari senin, 09 – Maret –
2015, Pukul 10 00 WIB. http: // teorionline.Net/analisis-Item-korelasi-Item-
Total.

Zahramat, dkk. (2007). Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Mellitus. Diakses


hari selasa, 06-april-2015, Pukul 09 00 WIB. http:
//ojs.unud.ac.id/index.php/phpma/…../5069-risiko diabetes tipe 2.pdf

49

Anda mungkin juga menyukai