Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS PADA Tn. F DENGAN STROKE DI

PUSKESMAS TIBAN BARU KOTA BATAM

DISUSUN OLEH :

LIDYA NANDA SARI ( 616080716022 )

MARDALISA HUTAGALUNG ( 616080716024 )

MEILYANA EKAPUTRI ( 616080716026)

MUHAMMAD ZULSAFRANS JAYA ( 616080716028)

MULIYA USMI ( 616080716029)

NATALIA CRISTI ( 616080716030 )

NIA AMANIA SEPTIANI ( 616080716031)

HARIYATI ELIAS LOBANG ( 616080715012)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes MITRA BUNDA PERSADA

BATAM 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan praktek komunitas tentang
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Tn. F Dengan
Stroke Di Puskesmas Tiban Baru Kota Batam” ini tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam proses pembuatan laporan praktek komunitas tentang “Laporan Pendahuluan
Dan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Tn. F Dengan Stroke Di Puskesmas
Tiban Baru Kota Batam”. Tanpa dukungan dari berbagai pihak mungkin laporan ini
tidak bisa selesai tepat waktu.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami
mengharapkan laporan praktek komunitas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Batam, 18 January 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Definisi ....................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ....................................................................................................... 3
2.3 Anatomi Fisiologi ...................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi ............................................................................................... 10
2.6 Patway ........................................................................................................ 11
2.7 Komplikasi ................................................................................................. 11
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 12
2.9 Penatalaksanaan ......................................................................................... 12
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 16

3.1 Pengkajian .................................................................................................. 16

3.2 Analisa Data ............................................................................................... 27

3.3 Skoring ....................................................................................................... 29

3.4 Intervensi Keperawatan .............................................................................. 32

3.5 Catatan Perkembangan ............................................................................... 33

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 36

Kesimpulan & saran ......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat

modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang

dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke

yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat

stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di

Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan

terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi

stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan

dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di

perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%).

Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,

prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala

stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara

(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa

1
Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan

hampir sama (Kemenkes, 2013).

Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat

meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti

mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas

fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke

(Aulia dkk, 2008). Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit

yang menyerang usia produktif, karena generasi muda sering menerapkan

pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi

lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak mengkonsumsi

kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan

menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energy

dalam tubuh (Dourman, 2013).

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan stroke?
2. Apa etiologi stroke.?
3. Bagaimana anatomi fisiologi stroke.
4. Apa manifestasi klinis stroke?
5. Bagaimana patofisiologi stroke?
6. Jelaskan pathway dermatitis?
7. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit stroke?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang stroke?
9. Bagaimana penatalaksanaan stroke?
10. Bagaimana askep komunitas pada pasien dengan der stroke?

2
1.5 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit stroke
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian stroke.
2. Menjelaskan etiologi stroke.
3. Menjelaskan anatomi fisiologi stroke.
4. Menjelaskan manifestasi klinis stroke.
5. Menjelaskan patofisiologi stroke.
6. Menjelaskan pathway stroke.
7. Menjelaskan komplikasi stroke.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang stroke.
9. Menjelaskan penatalaksanaan stroke.
10. Menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada pasien stroke.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus

ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang

timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran

darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan

kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran

darah otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler

adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai

darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler

selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

2.2 Etiologi

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke

hemoragik.

a) Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah

yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik.

4
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1) Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat

gumpalan

2) Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

3) Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aloran darah ke seluruh

bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

b) Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita

hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu:

1) nHemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam

jaringan otak

2) Subraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang subraknoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang

menutupi otak)

Factor yang menyebabkan stroke

1) Factor yang tidak dapat dirubah (Non Revesible)

Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke

disbanding wanita

Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke

2) Factor yang dapat dirubah (reversible)

 Hipertensi

 Penyakit jantung

5
 Kolestrol tinggi

 Obesitas

 Diabetes mellitus

 Polisetemia

 Stress emosional

3) Kebiasaan hidup : merokok, peminum alcohol, obat-obat

terlarang, aktivitas tidak sehat (kurang olah raga, makanan

berkolestrol)

2.3 Anatomi Fisiologi

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak


menerima 15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak
bertanggung jawab terhadap bermacam-macam sensasi atau rangsangan
terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang
disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses

6
mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi,
berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan
gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar
(serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan
(diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene and
Norman D.Harris, 2008 )

a) Otak Besar (Serebrum)


Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar
mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang
berkaitandengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan. Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat
pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat
kepribadian dan pusat komunikasi.
b) Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Otak kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan
cepat.
c) Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi
penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan
tubuh.
d) Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua
rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam
pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan
penumbuhan sikap agresif.

7
e) Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang

2.4 Manifestasi Klinis


Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak

adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala

sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.

1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya

hemiparesis) yang timbul mendadak.

3. Tonus otot lemah atau kaku

4. Menurun atau hilangnya rasa

5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”

6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)

7. Disartria (bicara pelo atau cadel)

8. Gangguan persepsi

9. Gangguan status mental

10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

2.5 Patofisiologi
Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat

hanya 2% dari berat badan, menggunakan 20% oksigen total dari 20%

darah yang beredar. Pada keadaan oksigenisasi cukup terjadi metabolisme

8
aerobik dari 1 mol glukosa dengan menghasilkan energi berupa 38 mol

adenosin trifosfat (ATP) yang diantaranya digunakan untuk

mempertahankan pompa ion (Na-K pump), transport neurotransmitter

(glutamat dll) kedalam sel, sintesis protein, lipid dan karbohidrat, serta

transfer zat-zat dalam sel, sedang menghasilkan energi 2 ATP dari 1 mol

glukosa (Alireza, 2009). Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan

oleh suatu mekanisme otoregulasi kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan

dominan pada daerah abu-abu, dengan mean arterial blood presure

(MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini gagal bila terjadi

perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut.

Jika MABP kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih

dari 160 mmHg akan terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema

serebri atau ensefalopati hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme

otoregulasi yag peka terhadap perubahan kadar oksigen dan

karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida darah menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan oksigen menyebabkan

vasokontriksi. Nitrik-oksid merupakan vasodilator lokak yang dilepaskan

oleh sel endotel vaskuler (Arbour et all, 2005)

Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi

energi menurun, yang pada gilirannya menyebabkan kegagalan pompa

ion, cedera mitokondria, aktivasi leukosit (dengan pelepasan mediator

inflamasi), generasi 8 radikal oksigen, dan kalsium dalam sel, stimulasi

phospolipase dan protease, diikuti oleh pelepasan prostaglandin dan

9
leukotrien kerusakan DNA dan sitoskeleton, dan akhirnya terjadi

kerusakan membran sel. Perubahan komponen genetik mengatur unsur

kaskade untuk mengubah tingkat cedera. AMPA (alpha amino 3 hidroksi

5 metil 4 isoxazole asam propionat) dan NMDA (N-metil d aspartat).

Tujuan utama dari intervensi adalah untuk memulihkan aliran darah

nrmal otak sesegera mungkin dan melindungi neuron karena mengganggu

atau memperlambat cascade iskemik. Studi menggunakan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET)

menunjukkan bahwa iskemia akan cepat menghasilkan kerusakan jaringan

otak yang permanen (ischemic core) dan dikelilingi oleh hipoksia tetapi

berpotensi untuk diselamatkan (penumbra) bila segera dilakukan

intervensi secepat mungkin. Otak sangat tergantung kepada oksigen dan

otak tidak mempunyai cadangan oksigen apabila tidak adanya suplai

oksigen maka metabolisme di otak 9 mengalami perubahan, kematian sel

dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3 sampai 10 menit.

Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat

menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang

terserang stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak

mana yang terkena. Stroke itu sendiri disebabkan oleh adanya

arteroskelorosis (Junaidi, 2011). Arteroskelorosis terjadi karena adanya

penimbunan lemak yang terdapat di dinding-dinding pembuluh darah

sehingga menghambat aliran darah kejaringan otak. Arterosklerosis juga

dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat

10
sehingga menyebakan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

(Nurarif et all, 2013).

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut :

a) Stroke Hemoragik

Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang

tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan

membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik.

Jenis perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya

pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subarakhnoid.

Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat

karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang

mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah

otak karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak

tersebut. Perdarahan subarakhnoid disebabkan pecahnya

aneurysma congenital pembuluh arteri otak di ruang

subarakhnoidal (Misbach, 2007)

b) Stroke Iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak

tibatiba terganggu oleh oklusi. Penyakit serebrovaskular iskemik

terutama disebabkan oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal,

yang semuanya dapat menyebabkan penurunan atau gangguan

dalam aliran darah otak (CBF) yang mempengaruhi fungsi

neurologis akibat perampasan glukosa dan oksigen. Sekitar 45%

11
dari stroke iskemik disebabkan oleh trombus arteri kecil atau

besar, 20% adalah emboli berasal, dan lain-lain memiliki penyebab

yang tidak diketahui.

Stroke iskemik fokal disebabkan oleh gangguan aliran

darah arteri ke daerah tergantung dari parenkim otak oleh trombus

atau embolus. Dengan kata lain, stroke iskemik didefinisikan

sebagai onset akut, (menit atau jam), dari defisit neurologis fokal

konsisten dengan lesi vaskular yang berlangsung selama lebih dari

24 jam. Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan

beberapa etiologi dan manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik

setelah tidak ada aliran darah ke otak, maka akan terjadi kegagalan

metabolisme jaringan otak. EEG menunjukkan penurunan aktivitas

listrik dan seacara klinis otak mengalami disfungsi (Nemaa, 2015).

Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa

yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan

terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran potensial

akan menurun.13 K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara

ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan

permukaan sel menjadi lebih negatif (Wijaya, 2012). Sehingga

terjadi membran depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel

masih 11 reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan

struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini

terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas

12
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga

dibawah 10 ml /100 gram/menit. Akibat kekurangan oksigen

terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim,

karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan edema

serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia,

dan berakibat terhadap mikrosirkulasi (Trent MW, 2011). Oleh

karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan kemudian

penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan daerah

iskemik

2.6 Pathway
Penimbunan Menjadi
Lemak yang sudah kapur/mengandung
lemak/kolestrol
yang meningkat 13 nekrotik dan kolestrol fg infiltrasi limfosit
berdegenerasi (thrombus)
dalam darah
Factor pencetus/etiologi

Ateriosklerosis Pembuluh darah kaku & pecah Penyempitan pembuluh


darah (oklusi vaskuler)
Thrombus/emboli
Stroke hemoragik Kompresi jaringan otak Aliran darah terhambat
cerebral

Stroke non Heriasi


Eritrosit bergumpal, endotel,
hemoragik
rusak

Cairan plasma hilang


Suplai darah dan Proses metabolisme
o2 ke otak

Resiko ketidakefektifan
Peningkatan TIK Edema cerebral
perfusi jar. otak

Komplikasi Dermatitis
a) Infeksi saluran nafas atas

14
b) Bronkitis
c) Infeksi kulit

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Percobaan asetikolin
2. Percobaan histamine disuntiukkan pada lesi
3. Pric
Laboratorium
1. Darah: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
2. Urin: pemeriksaan histopatologi
2.9 Penatalaksanaan

1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi
antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat
spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak
kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik,
diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau
pasta; bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah
berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi
salep lebih besar dari pada krim.

15
Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan – bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim
hidrofilik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang –
seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian

16
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area
luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan koloni S. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat
diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau
4 x 200mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada
reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah
kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low-proten,
pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian
orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang
dapat mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.

17
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat
dan refrakter, dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1,
Misalnya hidroksisilin HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus:
An. W umur 5 th datang ke poli anak Puskesamas Tiban Baru bersama ibunya
Ny. M. Ny. M mengatakan kulit kepala anaknya terkelupas, kemerahan dan
anaknya sering merasa gatal pada kepalanya. Ibu mengatakan anaknya sudah
seperti ini sejak 1 minggu yang lalu. Ibu mengatakan awalnya terdapat bercak
kemerahan dikulit kepala anaknya bagian belakang, lama-lama menyebar hingga
kesamping kanan dan kiri telinga. Ibu mengatakan anaknya sering mengeluh gatal
dan menggaruknya. Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali mengalami
penyakit seperti ini dan di keluarga belum pernah ada yang mengalami penyakit
seperti ini. Suhu : 36,5oC, RR: 22 x/m, N: 90 x/m, BB: 14 Kg, TB: 96 Kg, dx :
dermatitis seboroik
3.1 Pengkajian

1. Data Dasar Keluarga

a. Nama kepala keluarga Tn. N, usia 35 tahun, pendidikan terakhir yaitu

SMA, pekerjaan sebagai karyawan swasta dan tinggal dirumah sendiri.

b. Komposisi Keluarga

No Nama Kelamin Hub. Dg KK TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan

terakhir

1 Tn. N L Suami 34 SMA Swasta

2 Ny. M P Istri 32 SMA IRT

19
3 An. R L Anak 7 Dalam Pelajar

pendidikan

SD

4 An. W P Anak 5 - -

c. Genogram

34 th 32 th

sehat sehat

7 th

sehat 5 th (px)

20
Keterangan :

= Laki-laki = Tinggal serumah

= Perempuan = kepala keluarga

= Klien

d. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. N merupakan keluarga dengan tipe nuclear family dimana

dalam satu rumah terdapat ayah, ibu, anak.

e. Suku Bangsa

Tn. N berasal dari Jawa Barat ( Sunda), sedangkan Ny. M berasal dari

Jawa tengah, bahasa yang digunakan dalam keluarga yaitu Bahasa

Indonesia. Dalam berhubungan sosial, keluarga tidak memandang etnis

dan saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya, tempat tinggal

keluarga berbentuk rumah dan tidak dipengaruhi oleh budaya tradisional

ataupun modern.

f. Agama

Seluruh anggota keluarga Tn. N beragama Islam dan dalam pelaksanaan

kegiatan beribadah sesuai dengan agama yang dianut yaitu shalat dan

berdoa. Agama dijadikan sebagai dasar keyakinan oleh keluarga Tn. N

dalam membina hubungan baik dengan sesama.

g. Status sosial ekonomi keluarga

21
Tn. N bekerja sebagai karyawan swasta di suatu perusahaan sedangkan

Ny. M bekerja sebagai ibu rumah tangga. An. R masih bersekolah kelas 2

SD, dan An. W belum bersekolah. Penghasilan Tn. N didapatkan sesuai

upah minimum regional (UMK) kota Batam. Segala kebutuhan keluarga

dipenuhi dari uang tersebut. .

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga Tn. N saat ini, berada pada tahap keluarga

dengan anak sekolah dimana tugas perkembangannya yaitu membantu

sosialisasi anak terhadap lingkungan, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, serta memenuhi kebutuhan yang meningkat

termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

g. Riwayat Keluarga Inti

Tn. N bertemu dengan Ny. M dan menikah. Mereka menikah dan

dikaruniai 2 orang anak. Saat ini usia An. R 7 tahun dan An W berusia 5

tahun.

h. Riwayat keluarga sebelumnya,

Dalam riwayat keluarga Tn. N mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakit dari anaknya sebelumnya. Ny. M mengatakan ini merupakan

pertama kali dalam keluarganya ada yang menderita penyakit seperti ini.

2. Lingkungan

a. Perumahan, jenis perumahan yaitu permanen dengan luas bangunan 6x3,5

m2, tidak memiliki pekarangan rumah, atap rumah terbuat dari genteng,

terdapat ventilasi rumah dengan luas < 10 % luas lantai, cahaya matahari

22
dapat masuk ke rumah pada pagi, penerangan dalam rumah menggunakan

cahaya matahari dan listrik, lantai rumah terbuat dari keramik, kondisi

rumah secara keseluruhan dengan lantai bersih.

b. Denah Rumah

Keterangan :

1. Ruang tamu dan tempat tdur

2. Tempat tidur

3. Kamar mandi

4. Dapur

c. Pengelolaan sampah

Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri. Menurut

keluarga, sampah yang ada didalam rumah dibungkus dalam plastik dan

dibuang di tempat pembuangan sampah begitujuga yang ada di sekitar

lingkungan rumah, kemudian sampah tersebut diangkut oleh petugas

kebersihan.

23
d. Sumber air

Sumber air yang digunakan sehari-hari oleh keluarga yaitu sumber air

minum yang digunakan adalah PAM.

e. Jamban Keluarga

Keluarga Tn. N memiliki kamar mandi sendiri dan WC

f. Pembuangan air limbah

Keluarga Tn. N mempunyai saluran tempat pembuangan air limbah yang

mengalir langsung keselokan dan jaraknya sangat dekat dari rumah.

Kondisi air selokan hitam dan dapat mengalir lancar.

g. Fasilitas sosial dan kesehatan

Di daerah tempat tinggal Tn. N terdapat perkumpulan social seperti

kegiatan pengajian dan kegiatan Posyandu. Fasilitas kesehatan yang

terdapat di masyarakat yaitu Posyandu, Puskesmas, Rumah sakit dan

Puskesmas keliling. Keluarga Tn. N memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada bila sakit. Fasilitas kesehatan yang ada dapat dijangkau oleh

keluarga dengan jalan kaki, motor angkutan umum atau ojek.

3. Struktur Keluarga,

a. Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn. N berkomunikasi dengan baik, saling menghargai bila ada

anggota keluarga sedang berbicara. Bila ada anggotakeluarga yang sedang

menghadapi masalah, dibicarakan secara terbuka sehingga masalah dapat

diselesaikan (dengan cara mengalah). Keluarga melibatkan emosi dalam

24
penyampaian pesan atau mengobrol. Struktur kekuatan keluarga, dalam

keluarga Tn. N yaitu Tn. N sendiri dan sebagai pengambil keputusan. Ny.

M mengatur tentang anggaran belanja. Dalam proses pengambilan

keputusan dengan cara dimusyawarakan dahulu sebelumnya.

b. Struktur peran

Tn. N sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarga dan mencari

nafkah, sedangkan Ny. M sebagai istri yang bertugas mengatur keuangan.

An. R bersekolah kelas 2 SD dan An. N masih balita. Keluarga Tn. N

melaksanakan perannya dengan baik.

c. Nilai dan Norma budaya

Nilai dan norma budaya yang dianut oleh keluarga Tn. N adalah budaya

Sunda dan tidak memiliki nilai-nilai kepercayaan serta kebudayaan yang

bertentangan dengan kesehatan.

4. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn. N berusaha untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota

keluarga, saling membantu jika ada anggota keluarga yang mengalami

kesulitan, saling menghargai, memperhatikan dan percaya antara satu

dengan yang lainnya.

b. Fungsi sosialisasi

Seluruh anggota keluarga Tn. N dapat berinteraksi dengan baik di dalam

lingkungannya. Tanggung jawab dalam keluarga dijalankan dengan baik

25
seperti Tn. N, Ny. M dan An. R bersekolah. Tn. N dan Ny. M

memebesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.

c. Fungsi reproduksi

Tn. N memiliki dua anak yaitu An. R ( 7 th ) dan An. W ( 5 th ).

d. Fungsi perawatan kesehatan

Ny. M mengatakan anaknya An. W mempunyai penyakit kulit dibagian

kepalanya karena kulit kepalanya terkelupas, berwarna kemerahan dan

terasa gatal. Ny.M mengatakan karena rasa gatal tersebut membuat

anaknya menjadi tidak nyaman dan selalu menggaruk kepalanya.

Ny. M kurang mengetahui mengenai penyakit anaknya dan mengatakan

tidak ada penyakit keturunan yang diderita, serta tampak bertanya – Tanya

tentang penyakit yang dialami anaknya sekarang. Ny. M tidak mengetahui

tentang akibat dari penyakit gatal-gatal anaknya. Ny. M mengatakan tidak

mengetahui cara perawatan pada orang yang mengalami penyakit gatal-

gatal.

5. Stres dan koping keluarga

a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

Stresor jangka pendek yang sedang dialami keluarga adalah An. W

mengalami sakit gatal-gatal. Stresor jangka panjang yang dirasakan oleh

keluarga persiapan An. W yang akan masuk TK.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama – sama

untuk mencari jalan keluarnya ( musyawarah ).

26
c. Strategi koping yang digunakan

Keluarga Tn. N mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan bersama

untuk mencari jalan keluarnya.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara keluarga mengatasi

masalah secara maladaptif

e. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga

Keluarga berharap setelah diberikan perwatan An. W cepat sembuh dan

setelah diberikan penjelasan akan diaplikasikan dengan baik

f. Pemeriksaan Fisik

No. Pemeriksaan Tn. N Ny. M An. R An. w


TTV - - - BB:14kg,
TB: 96 cm,
Sh: 36,5 oc,
N: 90 x/mnt,
RR:
22x/mnt
Kulit - Warna - Warna kulit
kulit kuning
kecoklatan kecoklatan,
, gatal tak gatal pada
ada, tak daerah kulit
ada luka, kepala, kulit
rambut kepala
ditutupi terdapat lesi
jilbab kemerahan
tidak ada
luka, rambut

27
bersih, kulit
kepala
terkelupas

Mata - - - Kelopak
mata tidak
ptosis, tidak
ada
peradangan,
konjungtiva
tidak
anemis,
sclera an
ikterik,
tidak
menggunak
an kaca
mata.

Telinga . Pendengar . Pendengara


an baik, n baik,
tinnitus tinnitus
tidak ada. tidak ada
serumen ( -
), purulen
tidak ada,
tidak ada
nyeri
ditelinga.

Hidung - Tidak ada - Tidak ada


kelainan kelainan
bentuk, bentuk,
tidak tidak
tersumbat, tersumbat,
tidak ada tidak ada
sekret. sekret.

28
Mulut - - - Gigi bersih
tidak ada
karies,
gosok gigi
2x sehari
setiap mandi
menggunak
an pasta
gigi.

Payudara - - Tidak ada


pembesaran,
tidak ada
benjolan,
bentuk dada
simetris

Abdomen - - - Tidak
buncit,
permukaan
datar, tidak
ada asites,
tidak ada
nyeri.

Exstremitas - - - Tidak ada


kekakuan,
tidak nyeri
pada kaki
dan tangan

29
3.9 Analisa Data

No Data Diagnosa Keperawatan


1 Subjektif : Kerusakan integritas kulit pada
- Ny.M mengatakan kepala An. W berhubungan dengan
anaknya terasa gatal-gatal ketidakmampuan keluarga
dan sering digaruk-garuk merawat anggota keluarga yang
mengunakan tangan saat sakit.
gatal menyerang.
- Ny. M mengatakan terdapat
seperti ruam-ruam merah di
kulit kepala anaknya

Objektif :
- Kulit kepala An. W terlihat
terkelupas dan warnanya
putih
- Setelah digaruk-garuk
warnaya menjadi merah
merah disekitar kulit yang
digaruk-garuk

2 Subjektif : Kurang pengetahuan keluarga An.


- Ibu Klien mengatakan W berhubungan dengan
belum tahu tentang obat kemampuan keluarga mengenal
yang cocok untuk masalah kesehatan anggota
penyakitnya keluarganya
- Ny. M mengatakan
anaknya mengalami
penyakit gatal- gatal sejak 1

30
minggu yang lalu
- Keluarga merasa kawatir
dengan kondisi An. W jika
tidak diobati
Objektif
- Klien kurang mengetahui
cara pengobatan untuk
Dermatitis
3 Subjektif : Resiko infeksipada An. W
- Ny.M mengatakan kepala berhubungan dengan
anaknya terasa gatal-gatal ketidakmampuan keluarga
dan sering digaruk-garuk menjaga lingkungan yang sehat
mengunakan tangan saat
gatal menyerang.
- Ny. M mengatakan terdapat
seperti ruam-ruam merah di
kulit kepala anaknya
Objektif :
- Kulit kepala An. W tampak
terdapat bercak kemerahan
dan lesi
- Kulit kepala anak tampak
terkelupas

31
3.3 Skoring masalah Keperawatan
 Kerusakan integritas kulit pada An. W berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Sifat masalah. 3/3 X1 1 An.W biasanya kalo gatal
Skala : Aktual 3 gatal menggaruk kepalanya
Resiko 2 dengan tangannya hingga
Potensial 1 gatalnya berkurang
Kemungkinan masalah dapat 1/2 x2 2 Ny. M mengatakan masalah
diubah. sebagian dapat diselesaikan
Skala :Mudah 2 dengan cara cmengusap-usap
Sebagian 1 kepala anaknya dan sebagian
Tdk dapat 0 tidak bisa diselesaikan sendiri
seperti pengobatan gatal-gatal
yang belum kunjung sembuh
Potensial masalah untuk 2/3X1 1 Ny. M mengatakan sudah
dicegah : dikeramas dengan sampo
Skala : Tinggi 3 namun masih terasa gatal
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah: 2/2X1 1 Ny. M mengatakan jika ada
Masalah berat harus segera di masalah segera diselesaikan
tangani 2 seperti masalah gatal-gatal
Ada masalah tp tdk perlu yang diderita An. W
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3 2/3

32
 Kurang pengetahuan keluarga An. W berhubungan dengan kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Sifat masalah. 1/3X1 1 Ny. M mengatakan belum
Skala : Aktual 3 tahu cara mengobati penyakit
Resiko 2 gatal-gatal yang dideritanya
Potensial 1 anaknya
Kemungkinan masalah dapat ½ x2 2 Ny. M mengatakan sebagian
diubah. penyakit gatal gatal yang
Skala :Mudah 2 diderita An. W sebagian
Sebagian 1 belum dapat diatasi
Tdk dapat 0
Potensial masalah untuk 2/3X1 1 Ny. M mengatakan belum
dicegah : tahu cara pencegahan
Skala : Tinggi 3 penyakit gatal-gatal agar
Cukup 2 tidak kambuh lagi
Rendah 1
Menonjolnya masalah: 2/2X1 1 Ny. M mengatakan penyakit
Masalah berat harus segera di gatal-gatalnya ingin segerah
tangani 2 sembuh dan tidak kabuh-
Ada masalah tp tdk perlu kambuh lagi
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3

33
 Resiko infeksipada An. W berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga menjaga lingkungan yang sehat

Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Sifat masalah. 2/3X1 1 Ny. M mengatakan kurang
Skala : Aktual 3 memperhatikan lingkungan
Resiko 2 sekitar anaknya
Potensial 1
Kemungkinan masalah dapat ½ x2 2 Ny. M mengatakan sudah
diubah. mulai memperhatikan
Skala :Mudah 2 kebersihan anaknya, dan
Sebagian 1 apabila mandi rambut anak di
Tdk dapat 0 sampo perlahan
Potensial masalah untuk 2/3X1 1 Ny. M mengatakan belum
dicegah : tahu cara pencegahan
Skala : Tinggi 3 penyakit gatal-gatal agar
Cukup 2 tidak kambuh lagi
Rendah 1
Menonjolnya masalah: 2/2X1 1 Ny. M mengatakan ingin
Masalah berat harus segera di lebih memperhatikan
tangani 2 kebersihan anaknya lagi
Ada masalah tp tdk perlu
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3 1/3

Priotitas masalah berdasarkan skoring data diatas adalah :

34
a. Kerusakan integritas kulit pada An. W berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Resiko infeksi pada An. W berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga menjaga lingkungan yang sehat
c. Kurang pengetahuan keluarga An. W berhubungan dengan kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya

3.4 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi


keperawatan
1 Kerusakan Setelah dilakukan Setelah dilakukan  Ajarkan keluarga
integritas kulit tindakan pemeriksaan 1 x 15 menit tentang penyakit
pada An. W pembinaan dalam keluarga dapat : dermatitis yang
berhubungan
waktu 1 x 15  Mengenal masalah diderita An. W
menit keluarga Dermatitis  Anjurkan kepada
dengan dapat mengatasi  Mengambil keputusan keluarga agar
ketidakmampu kerusakan untuk masalah menjaga
an keluarga integritas kulit dermatitis kebersihan kulit
merawat pada An. W  Melakukan perawatan anak kususnya
anggota dermatitis bagian yang
keluarga yang  Memodifikasi terkena dermatitis
sakit. lingkungan untuk  Anjurkan kepada
mengatasi dermatitis keluarga untuk
 Menggunakan fasilitas menjaga dan
kesehatan yang ada membersihkan
untuk mengatasi area tempat anak
dermatitis sering beraktivitas
 Anjurkan keluarga
untuk mengganti
sprei bantal dll
minimal 1 minggu
1 kali
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Setelah dilakukan  Anjurkan keluarga
pada An. W tindakan kunjungan 1 x 15 menit untuk selalu
berhubungan pembinaan 1 x 15 keluarga dapat : memberisihkan
dengan menit keluarga  Mengenal masalah tanda lingkungan

35
ketidakmampu dapat mengerti dan gejal infeksi disekitar temapat
an keluarga cara mencegah  Mengenal proses selalu beraktivitas
menjaga terjadinya infeksi penularan penyakit  Mengajarkan
lingkungan pada An. W  Melakukan perawatan keluarga tanda dan
yang sehat dermatitis gejala infeksi
 Memodifikasi  Ajarkan keluarga
lingkungan untuk cara menghindari
mengatasi dermatitis infeksi
hingga tidak terjadi  Ajarkan keluarga
infeksi cara mencuci
tangan yang benar
agar terhindar dari
infeksi
3 Kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan  Menjelaskan
pengetahuan tindakan kunjungan 1 x 15 menit kepada keluarga
keluarga An. pembinaan dalam keluarga dapat : tentang perjalan
W waktu 1 x 15  Memahami tentang penyakit yang
berhubungan menit keluarga penyakit yang diderita diderita an. W
dengan Tn. N mengerti anggota keluarganya  Menggambarkan
kemampuan tentang penyakit  Mampu melaksanakan kepada keluarga
keluarga yang dialami prosedur yang telah di tanda dan gejala
mengenal keluarganya jelaskan penyakit
masalah  Mampu menjelaskan  Menggambarkan
kesehatan kembali apa yang telah proses penyakit
anggota dijelaskan yang dialami
keluarganya kepada keluarga
 Menyediakan
informs yang
mudah dipahami
oleh keluarga

3.5 Catatan Perkembangan

Hari/tanggal
NO Jam Implementasi Evaluasi
Dx. tindakan
Kep
Jumat / 10 I 10.00  Mengajarkan keluarga S:
Jan 2020 tentang penyakit  Ny M
dermatitis yang diderita mengatakan telah
mengerti tentang
An. W
penyakit yang di
 Menganjurkan kepada derita anaknya
keluarga agar menjaga  Ny M

36
kebersihan kulit anak mengatakan telah
kususnya bagian yang mengerti cara
terkena dermatitis perawatan untuk
menjaga
 Menganjurkan kepada
kebersihan
keluarga untuk menjaga keluarha
dan membersihkan area O:
tempat anak sering  Ibu tampak
beraktivitas menyimak dengan
 Menganjurkan keluarga baik penjelasan
untuk mengganti sprei yang diberikan
oleh dokter dan
bantal dll minimal 1 perawat
minggu 1 kali A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
di rumah

S:
 Ny. M
II 10.00  Menganjurkan keluarga mengatakan
WIB untuk selalu mengatakakan
memberisihkan telah mengerti
lingkungan disekitar tanda dan gejala
temapat selalu terjadinya infeksi
beraktivitas pada penyakit
 Mengajarkan keluarga anaknya
tanda dan gejala infeksi O:
 Mengajarkan keluarga  Ny. M tampak
cara menghindari infeksi memperhatikan
 Mengajarkan keluarga penjelasan yang
cara mencuci tangan diberikan oleh
yang benar agar terhindar perawat dan
dari infeksi dokter
 Ny. M dapat
menyebutkan
kembali tanda dan
gejala infeksi
yang telah di
sampaikan
A:

37
Masalah teratasi
sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan
dirumah

III 10.15 S:
WIB  Menjelaskan kepada  Ny.M mengataka
keluarga tentang perjalan telah memahami
penyakit yang diderita perjalanan
An. W penyakit yang di
 Menggambarkan kepada derita anaknya
keluarga tanda dan gejala O:
penyakit  Ny.M
 Menggambarkan proses mendengarkan
penyakit yang dialami setiap informasi
kepada keluarga yang diberikan
 Menyediakan informsi  Ny.M dapat
yang mudah dipahami mengambarkan
oleh keluarga kemabali tanda
dan gejala
penyakit yang ada
pada anaknya
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
dirumah

38
BAB IV

PENUTUP

4.3 Kesimpulan
Dermatitis adalag suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang
dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa eflorensensi
polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu : respon kulit terhadap
agen yang beraneka ragam, misalnya zat kimia, bakteri adanya respon alergi.
Dalam asuhan keperawatan komunitas pada anak dengan dermatitis
pengkajian hingga intervensi melibatkan anggota keluarga agar dapat
mendapatkan hasil yang lebih baik. Asuhan keperawatan komunitas yang
dapat diberikan kepada anak dengan dermatitis adalah menjaga
lingkungannya agar tetap bersih dan terhindar dari resiko infeksi. Serta
selalu menjaga kebersihan pada diri anak sendiri.
4.2 Saran
Kepada mahasiswa khusunya mahasiswa keperawatan atupun
pembaca agar dsapat mengambil pelajaran dari laporan ini sehingga apabila
terdapat tanda dan gejala penyakit dermatitis maka dapat dicegah dengan
melakukan tindakan yang tepat dan dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat kepada pasien.

39
DAFTAR PUSTAKA

Nurararif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Media Action

Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit :


LWW, Philadelphia

Djuanda, Adhi. 2010 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK
UI, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit :
EGC, Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai