Disusun untuk memenuhi tugas stase kegawat daruratan semester 2 Prodi Ilmu
Profesi Ners
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Umatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala
merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri,2013). Cedera kepala meliputi
trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala paling sering dan
penyakit neurologic yang serius di antara penyakit neurologik, dan merupakan
proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalai cedera cukup berat yang memerlukan
perawatan di rumah sakit. Pada kelompok ini, antara 50.000 sampai 90.000 orang
setiap tahun mengalami penurunan intelektual atau tingkah laku yang
menghambat kembalinya mereka menuju kehidupan normal. Dua pertiga dari
kasus ini berusia dibawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari
wanita (Smeltzer & Bare, 2002).
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologis. Adanya
kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut
dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan
(Anggraini & Hafifah, 2014).
Nasal prong adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam pemberian
oksigen. Alat ini adalah dua lubang “prong” pendek yang menghantar oksigen
langsung kedalam lubang hidung. Prong menempel pada pipa yang tersambung ke
sumber oksigen, humidifier, dan flow meter. Manfaat sistem penghantaran tipe ini
meliputi cara pemberian oksigen yang nyaman dan gampang dengan konsentrasi
hingga 44%. Peralatan ini lebih murah, memudahkan aktivitas/mobilitas pasien,
dan sistem ini praktis untuk pemakaian jangka lama (Terry & Weaver, 2013).
2.1 Definisi
Cedera kepala adalah cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan otak akibat
perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan penyebab
peningkatan tekanan intra kranial (TIK).Trauma atau cedera kepala atau cedera
otak adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun tajam (batticaca, 2008).
Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh
masa karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak. (Batticaca
Fransisca, 2008)
Berdasarkan Glassgow Coma Scale (GCS) cedera kepala atau otak dapat di
bagi menjadi 3 gradasi :
2.2 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul:
1. Cedera Otak Sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
Hipoksia dapat terjadi akibat adanya trauma di daerah dada yang
terjadinya bersamaan dengan cedera kepala. Adanya obstruksi saluran
nafas, atelektasis, aspirasi, pneumotoraks, atau gangguan gerak
pernafasan dapat berdampak pasien mengalami kesulitan bernafas dan
pada akhirnya mengalami hipoksia.
2. Edema Serebral
Edema adalah tertimbunnya cairan yang berlebihan di dalam
jaringan. Edema serebral akan menyebabkan bertambah besarnya
massa jaringan otak di dalam rongga tulang tengkorak yang
merupakan ruang tertutup. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial yang selanjutnya juga berakibat
penurunan perfusi jaringan otak.
3. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Tekanan intrakranial dapat meningkat karena beberapa sebab, yaitu
pada perdarahan selaput otak (misalnya hematoma epidural dan
subdural). Pada perdarahan dalam jaringan otak (misalnya laserasi dan
hematoma serebri), dan dapat pula akibat terjadinya kelainan
parenkim otak yaitu berupa edema serebri.
4. Herniasi Jaringan Otak
Adanya penambahan volume dalam ruang tengkorak (misalnya
karena adanya hematoma) akan menyebabkan semakin meningkatnya
tekanan intrakranial. Sampai batas tertentu kenaikan ini akan dapat
ditoleransi. Namun bila tekanan semakin tinggi akhirnya tidak dapat
diltoleransi lagi dan terjadilah komplikasi berupa pergeseran dari
struktur otak tertentu kearah celah-celah yang ada.
5. Infeksi
Cedera kepala yang disertai dengan robeknya lapisan kulit akan
memiliki resiko terjadinya infeksi, sebagaimana pelukaan di daerah
tubuh lainnya. Infeksi yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya
Meningitis, Ensefalitis, Empyema subdural, Osteomilietis tulang
tengkorak, bahkan abses otak.
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologis. Adanya
kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut
dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan
(Anggraini & Hafifah, 2014)
2.8 Pengertian Nasal
Nasal adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam pemberian
oksigen. Alat ini adalah dua lubang pendek yang menghantar oksigen langsung
kedalam lubang hidung. Manfaat sistem penghantaran tipe ini meliputi cara
pemberian oksigen yang nyaman dan gampang dengan konsentrasi hingga 44%.
Peralatan ini lebih murah, memudahkan aktivitas/mobilitas pasien, dan sistem ini
praktis untuk pemakaian jangka lama (Terry & Weaver, 2013).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subyek yang
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
ini populasi yang akan diambil adalah pasien dengan CKR (Cedera Kepal Ringan)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kriteria yang dimiliki oleh populasi
hanya terdiri dari 6 Pasien CKR diruang IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
Paired Sample T test , merupakan uji subjek yang sama namun mengalami
Pada penelitian ini peneliti melakukan intervesi pada 10 responden pasien CKR
dengan membandingkan saturasi oksigen sebelum dan sesudah pemberian oksigen
melalui nasal kanul.
6. Hasil uji T saturasi oksigen sebelum dan sesudah 10 menit pertama pemberian
terapi nasal kanul
Paired P value
Variabel deferences
Mean SD
SaO2 pretest 2.182 1.401 0,000
SaO2 10’ pertama
Total
7. Hasil uji T saturasi oksigen 10 menit pertama dan 10 menit kedua pemberian
terapi nasal kanul
Paired P value
Variabel deferences
Mean SD
SaO2 10’ pertama 1.727 1.954 0,015
SaO2 10’ kedua
Total
8. Hasil uji T saturasi oksigen 10 menit kedua dan 10 menit ketiga pemberian
terapi nasal kanul
Paired P value
Variabel deferences
Mean SD
SaO2 10’ kedua 1.000 1.000 0,008
SaO2 10’ ketiga
Total
BAB 5
PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas saturasi oksigen setelah diberikan terapi nasal kanul
didapat data pasien dengan keadaan klinis normal SaO2 95%-100% pada 10 menit
1 sebanyak 6(60%), 10 menit 2 8(80%), 10 menit 3 10(100%), sedangkan dengan
keadaan klinis hipoksia ringan SaO2 90% - <95% pada 10 menit 1 sebanyak
4(40%), 10 menit 2 sebanyak 2(20%).
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh
interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologis. Adanya
kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut
dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan
(Anggraini & Hafifah, 2014)
Nasal adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam pemberian
oksigen. Alat ini adalah dua lubang pendek yang menghantar oksigen langsung
kedalam lubang hidung. Manfaat sistem penghantaran tipe ini meliputi cara
pemberian oksigen yang nyaman dan gampang dengan konsentrasi hingga 44%.
Peralatan ini lebih murah, memudahkan aktivitas/mobilitas pasien, dan sistem ini
praktis untuk pemakaian jangka lama (Terry & Weaver, 2013).
Meningkatkan PaO2 yang merupakan faktor yang sangat menentukan
saturasi oksigen, dimana pada PaO2 tinggi hemoglobin membawa lebih banyak
oksigen dan pada PaO2 rendah hemoglobin membawa sedikit oksigen. Dengan
demikian kejadian hipoksia khususnya pada otak dapat dihindari untuk
pencegahan terjadinya cedera sekunder pada pasien cedera kepala. Pemberian
saturasi oksigen terus menerus meningkat hingga SpO2 semua responden optimal
sejak 10 – 30 menit setelah pemberian terapi oksigen nasal prong. Pencapaian
saturasi oksigen (SpO2) tersebut karena konsentrasi oksigen yang diberikan.
Disamping itu kondisi pasien juga menentukan, termasuk kepatenan alat dan
konsentrasi oksigen yang diperlukan. Pencapaian saturasi oksigen (SpO2) yang
optimal 100% karena berbagai faktor, diantaranya responden masih berusia muda
dan kondisi hemodinamik pasien baik, tanda – tanda vital dalam batas normal dan
hemoglobin dalam batas normal sehingga transportasi oksigen dapat adekuat ke
seluruh tubuh.
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden datang ke rumah sakit dengan keadaan hipoksia ringan–sedang
dengan SaO2 90% - < 95%. Setelah pemberian oksigenasi nasal prong selama 30
menit berada dalam kondisi normal dengan saturasi oksigen 95% - 100%.
Semakin lama pemberian oksigenasi nasal prong semakin meningkatkan saturasi
oksigen. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Paired Sample T test, yang
dapat disimpulkan bahwa terapi oksigenasi nasal prong berpengaruh terhadap
perubahan saturasi oksigen pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Moh. Saleh Kota Probolinggo.
6.2 Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi untuk bahan bacaan
dan dapat menambah wawasan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pustaka kepada mahasiswa
tentang pemberian terapi nasal untuk peningkatan saturasi pada pasien
CKR (cedera kepala ringan)
3. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti dan
manfaat pemberian terapi nasal untuk peningkatan saturasi pada pasien
CKR (cedera kepala ringan)
DAFTAR PUSTAKA