Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI FISIK


DENGAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA

INDRIANI SUSANTI
NIM : 2017006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


PROGRAM DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI FISIK


DENGAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program pendidikan DIII Keperawatan

INDRIANI SUSANTI
NIM : 2017006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


PROGRAM DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir Oleh Indriani Susanti NIM 2017006 dengan judul“ ASUHAN
KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI FISIK DENGAN MOBILISASI
DINI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA “ telah diperksa dan disetujui untuk
diujikan.

Bengkulu, 27 April 2020


Pembimbing

Ns. Indaryani, M.kep


NIDN. 0210118201

Mengetahui
Ka.Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu

Ns.Siska Iskandar, MAN


NIK. 2009.034

2
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI FISIK DENGAN
MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA

INDRIANI SUSANTI
NIM : 2017006

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 27 April 2020 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Panitia penguji

Ketua penguji

Ns. Siska Iskandar, MAN

NIDN.0206048501
………………………………..

Anggota penguji

Ns. Maritta Sari, MAN


NIDN.0209038702 …………………………………

Ns. Indaryani M.kep


NIDN.0210118201 ………………………………..

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu

Hj.Djusmalinar, SKM, M.Kes


NIK.2008.002

3
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Indriani Susanti
NIM : 2017006
Program Studi : DIII Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal ini hasil jiplakan, maka saya
siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui, Bengkulu, 27 April 2020-


Dosen Pembimbing pembuat pernyataan

Ns. Indaryani, M.kep Indriani susanti


NIDN. 0210118201 NIM : 2017006

4
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI FISIK DENGAN MOBILISASI
DINI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA

ABSTRAK

xii halaman awal + 64 halaman inti


Indriani Susanti, Indaryani

Masalah : Sectio caesarea yaitu proses persalinan dengan cara pembedahan dimana irisan
dilakukan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Sectio
caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada panggul sempit dan placenta previa.
faktor-faktor medis dilakukan SC adalah karena faktor ibu dan faktor janin. Faktor medis ibu
dilakukannya SC adalah plasenta previa, riwayat persalinan ibu yang lalu mengalami,
disproporsi sefalopelvic, Preeklampsi Berat, Ketuban Pecah Dini.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi fisik dengan mobilisasi dini pada pasien post op sectio caesarea.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui pendekatan asuhan
keperawatan yaitu, pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
Hasil : berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan ibu mengalami nyeri, hambatan mobilitas
fisik, aktivitas terganggu, TTV dalam batas normal. Tindakan yang dilakukan dengan
melakukan mobilisasi dini. Dianjurkan untuk segera melakukan mobilisasi dini post 6 jam
sectio caesarea. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari data objectif yaitu
kekuatan otot meningkat, gerakan terkoordinasi, gerakan terbatas, aktivitas masih dibantu,
fisik masih lemah. Sebaiknya mobilisasi dini tetap dilaksanakan dengan bantuaan keluarga
untuk mencegah terjadinya hambatan mobilitas fisik dan mempercepat penyembuhan luka.

Kata kunci: Sectio Caesarea, gangguan mobilitas fisik, asuhan keperawatan


Daftar pustaka : (2011-2019)

5
NURSING CARE FULFILLMENT NEEDS OF PHYSICAL MOBILIZATION WITH EARLY
MOBILIZATION IN POST OP SECTIO CAESAREA PATIENTS

Abstract

Indriani Susan, Indaryani

Problem: Sectio Caesarea is the process of childbirth in a surgical manner where the slices are done
in the mother (Laparatomi) and uterus (hysterotomy) to remove the baby. Sectio Caesarea was carried
out on a limited indication of the narrow pelvic and previa placenta. The medical factors conducted by
SC are due to the mother factor and fetal factor. The medical factor of SC's mother is the placenta
previa, a history of maternal childbirth that was experienced, disproportionate Sefalopelvic, preeclampsi
Berat, early rupture.
Objective: This study aims to describe nursing care fulfillment of physical mobilization needs with early
mobilization in post op sectio caesarea patients.
Methods: This research is a qualitative study, through the approach of nursing care, namely,
assessment, diagnose nursing, intervention, implementation, and evaluation
Results: Based on the results of the examination found mothers experiencing pain, barriers of physical
mobility, impaired activity, TTV within normal limits. Actions performed by mobilizing early. It is
advisable to immediately conduct early mobilization post 6 hours Sectio Caesarea. After a nursing care
for 3 days of objective data, namely increased muscle strength, coordinated movement, limited
movement, activity still assisted, physical is still weak. It is recommended that early mobilization is
carried out with family assistance to prevent physical mobility barriers and accelerate wound healing.

Keywords: Sectio Caesarea, physical mobility disorders, nursing care


Bibliography: (2011-2019)

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI/TA). Penulis Karya Tulis
Ilmiah (KTI/TA) ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ahli
Madya Keperawatan pada program studi DIII Keperawatan Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu. Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari ibu
Ns.Indaryani, M.kep selaku pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu -satu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :

1. Ibu Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu
2. Ibu Ns. Siska Iskandar, MAN selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu dan selaku penguji I
3. Ibu Ns. Indaryani, M.Kep selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi
DIII Keperawatan Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
4. Ibu Ns. Marita Sari, Man selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Keperawatan Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
5. Direktur Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu yang telah
memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian
6. Kepada kedua orang tua, kakak dan adikku, yang selalu memberikan dukungan
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Sahabat, dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan
motivasi agar penulis semangat dalam menyusun karya tulis ilmiah ini

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa Berkenan Membalas segala
dukungan dan kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bengkulu, 14 januari 2020

Penulis

7
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................................
Halaman Persetujuan................................................................................................................
Halaman Pengesahan...............................................................................................................
Pernyataan Keaslian Tulisan.....................................................................................................
Abstrak.......................................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................................
Daftar Tabel...............................................................................................................................
Daftar Bagan..............................................................................................................................
Daftar Singkatan........................................................................................................................
Daftar Lampiran.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis…………………………………………………………………………6
1. Definisi sectio caesarea………………………………………………………….6
2. Etiologi……………………………………………………………………………..6
3. Patofisiologi……………………………………………………………………….8
4. Woc sectio caesarea……………………………………………………………..9
5. Komplikasi................................................................................................…10
6. Penatalaksanaan………………………………………………………………...10
7. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………….12
B. Konsep Masalah Keperawatan...............................................................………12
C. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................14
1. Pengkajian………………………………………………………………………...14
2. Diagnosa Keperatan……………………………………………………………..17

8
3. Intervensi…………………………………………………………………………..20
4. Implementasi………………………………………………………………………24
4. Evaluasi…………………………………………………………………………….25
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian...............................................................................................25
B. Subjek Penelitian...............................................................................................25
C. Definisi Operasional...........................................................................................25
D. Lokasi dan Waktu..............................................................................................26
E. Tahapan Penelitian............................................................................................26
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data.......................................................27
G. Analisa Data.......................................................................................................27
H. Etika Penelitian..................................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jalanya Penelitian............................................................................................31
B. Hasil Penelitian................................................................................................31
1. Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................31
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................36
3. Intervensi Keperawatan............................................................................38
4. Implementasi keperawatan ......................................................................39
5. Evaluasi keperawatan...............................................................................44
C. Pembahasan ...................................................................................................44
1. Pengkajian................................................................................................44
2. Diagnose keperawatan ............................................................................45
3. Intervensi .................................................................................................45
4. Implementasi ...........................................................................................46
5. Evaluasi ...................................................................................................47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. SESIMPULAN..................................................................................................49
B. SARAN ............................................................................................................51
Daftar Pustaka

9
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel


Halaman
Tabel 2.1 Pengkajian Anemnesa ............................................................................ 14
Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik .................................................................................... 16
Table 2.3 Analisa data ............................................................................................. 17
Table 2.4 Intervensi keperawatan ........................................................................... 20
Tabel 4.1 Pengkajian Anamnesa ..............................................................................31
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik......................................................................................32
Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................35
Table 4.4 Terapi Obat................................................................................................36
Tabel 4.5 Analisa Data ..............................................................................................36
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan ............................................................................38
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan .......................................................................39
Tabel 4.8 Evalusai Keperawatan...............................................................................44

10
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan

WHO World Health Organization


SC Sectio Cesarea
CPD Chapalo Pelvik Disproportion
PEB Per-Eklamasi Berat
KPD Ketuban Pecah Dini
WOC Way Of Cause
HB Hemoglobin
DS Data Subjektif
DO Data Objektif
TD Tekanan Darah
P Pernapasan
N Nadi
S Suhu

11
DAFTAR BAGAN

No bagan Judul Bagan


Halaman
Bagan 1.1 Woc (Woy Of Cause)
Bagan 1.2 Tahapan Penelitian

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Form Persetujuan Judul


Lampiran 2 Lembar konsul Dengan Pembimbing
Lampiran 3 Surat Izin Pra Penelitian dari Dinas kesehatan Kota
Bengkulu
Lampiran 4 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Maternitas

13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio caesarea yaitu proses persalinan dengan cara pembedahan dimana irisan
dilakukan diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi (Amalia
& Mafticha, 2015). Sectio ceasarea merupakan cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding depan uterus melalui dinding depan perut (Solikhah 2014). Saat
persalinan sectio caesarea, ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding
rahim, yang akan dijahit satu persatu oleh dokter ketika menutup luka bekas operasi
caesar. Itu sebabnya, infeksi pada jahitan caesar bisa terjadi di kulit perut atau rahim.
Biasanya dokter akan memberikan obat antibiotik sebelum mulai operasi. Tujuannya, untuk
mencegah timbulnya infeksi. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang
lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau sectio caesarea yaitu
tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan
didnding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Wiknjosatro, 2007).
Sectio caesarea dilakukan atas indikasi yang terbatas pada panggul sempit dan
placenta previa (Hartati, 2015). (Menurut Sudirman, 2009) faktor-faktor medis dilakukan SC
adalah karena faktor ibu dan faktor janin. Faktor medis ibu dilakukannya SC adalah
plasenta previa (5,3%), riwayat persalinan ibu yang lalu mengalami SC (5,7%), disproporsi
sefalopelvic (3,3%), Preeklampsi Berat (25,6%), Ketuban Pecah Dini (31,7%). Faktor medis
Janin dilakukan tindakan SC yaitu letak sungsang (11%), letak lintang (5,3%), gawat janin
(7,7%) dan gemelli (7,7%) (Jovany, 2012). Kasda,2011 mengatakan berdasarkan hasil
penelitian ibu yang mempunyai riwayat terbanyak adalah kehamilan kedua. Keadaan yang
pernah mengalami persalinan atau baru akan terjadi dapat menyebabkan seorang wanita
yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir dan cemas menjalaninya, karena
kekhawatiran dan kecemasan mengalami rasa sakit tersebut memilih persalinan sectio
caesarea untuk mengeluarkan bayinya. World Health Organization (WHO) menetapkan
standar rata-rata sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000

14
kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira -kira 11% sementara Rumah Sakit swasta
lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010). Di Indonesia terjadi peningkatan oprasi sectio
cesarea di mana tahun 2013 sebesar 47,22%, tahun 2014 sebesar 45,19%, tahun 2015
sebesar 47,13%, tahun 2016 sebesar 46,87%, tahun 2017 sebesar 53,22%
(Mukaromah,2017). Berdasarkan data yang ditemukan, tercatat angka kejadian sectio
caesarea di kota Bengkulu terutama di Rumah Sakit Harapan Doa Kota Bengkulu terdapat
137 pasien pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan sebanyak 77%
pasien section caesrea (jumlah pasien section caesrea 243 orang). Berdasarkan hasil
penelitian dari 75 responden, prekuensi usia ibu tertinggi yaitu berada pada rentang usia
26-45 tahun (62,7%). Usia dapat mempengaruhi proses persalinan semakin tinggi usia
seseorang maka akan beresiko dalam proses persalinan. Menurut (Depkes, 2010) dari
aspek kesehatan ibu yang berumur < 20 tahun rahim dan panggul belum berkembang
dengan baik, begitu sebaliknya yang berumur > 35 tahun kesehatan dan keadaan rahim
tidak sebaik seperti saat ibu berusia 20 - 35 tahun. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
merupakan umur yang tidak reproduktif atau umur tersebut termasuk dalam resiko tinggi
kehamilan (Marlina, 2016).
Sectio caesarea menyebabkan terputusnya jaringan atau kulit, sehingga
merangsang area sensorik menimbulkan gangguan rasa aman yang berakibat nyeri dan
gangguan mobilitas fisik. Selain itu luka oprasi dapat menimbulkan resiko infeksi jika
terbukanya jaringan dan kurangnya perawatan yang menyebabkan masuknya bakteri
melalui luka oprasi. (Nurarif dan Kusuma, 2015). Infeksi luka operasi (ILO) merupakan
infeksi yang sering terjadi pada pasien paska pembedahan (Pandjaitan, 2013). Itu
sebabnya, infeksi pada jahitan caesar bisa terjadi di kulit perut atau rahim. Biasanya dokter
akan memberikan obat antibiotik sebelum mulai operasi. Tujuannya, untuk mencegah
timbulnya infeksi. Infeksi Caesar bisa terjadi pada bekas operasi Caesar, bahkan dinding
rahim walaupun ini jarang terjadi. Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post operasi
Jahitan dikulit perut terlihat merah dan meradang, terasa sangat gatal, keluar cairan putih
kekuningan atau darah disela-sela jahitan, merasa panas di daerah jahitan, nyeri kalau
ditekan. Adapun cara untuk mengurangi angka kejadian kematian ibu dan bayi yaitu
dengan cara persalinan yang baik. Kehamilan dan persalinan memerlukan proses yang

15
fisiologis namun keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat
kehamilan sampai pada proses persalinan (Marlina, 2016).
Dalam penelitian Hartati (2014) mengatakan bahwa infeksi merupakan komplikasi
yang banyak terjadi pada ibu pasca sectio caesarea akibat luka operasi dengan angka
kejadian 25 kali lebih tinggi dibandingkan kejadian infeksi pada persalinan pervaginam
yang menunjukkan angka 40-80 per 100.000 kelahiran dengan tindakan operasi sectio
caesarea. Komplikasi post operasi caesarea, dapat menyebabkan ruptur pada dinding uteri
atau masalah hoemostasis pada sirkulasi darah sehingga terjadi perdarahan dan infeksi
dengan jumlah 46% dari seluruh ibu yang dirawat. Komplikasi ini dapat dicegah dengan
melakukan pemantauan fisik dan tindakan mobilisasi dini pada ibu pasca operasi sectio
caesarea (Jokhan dan Holmeyr, 2009).
Pada masa nifas ibu mengalami nyeri setelah melakukan pembedahan Sectio
Caesarea. Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini
dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Konteks asuhan keperawatan ini maka perawat
harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang di alami
klien di atasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi yang menyebabkan
ketidak nyamanan klien adalah Nyeri (Asmadi, 2009;145). Nyeri sedang adalah suatu
proses dimana akhiran saraf aferan menejemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum)
kedalam impuls nosiseptif dengan skala 4-6 dan nyeri berat dengan skala 7-10. (Nung,
2015). Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Bisa
tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi
oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi
stimulus. Rasa nyeri yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu
dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis.
Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu
badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon
stress yang dapat mengurangi system imun dalam peradangan, serta menghambat

16
penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri
(Handayani, 2015).
Ibu pasca sectio caesarea disarankan untuk melakukan mobilisasi dini, tetapi pada
ibu yang mengalami sectio caesarea rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena
ibu merasa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien
mengenai mobilisasi, untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi lebih
maksimal dilakukan. Ibu yang mengalami sectio caesarea terkadang mengerti dalam
pelaksanaan mobilisasi, namun ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi
(Suririnah dalam Tri Septi Pujirahayu, 2016). Kontraindikasi Mobilisasi Menurut Zanni &
Needham (2010), kontraindikasi pasien untuk mobilisasi dini adalah, Tekanan darah tinggi
(pasien dengan tekanan darah sistole > 200 mmHg dan diastole > 100 mmHg), Pasien
dengan fraktur tidak stabil, Penyakit sistemik atau demam, Trombus emboli pada pembuluh
darah.
Mobilisasi dini merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh
individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya
berjalan, latihan maupun kemampuan aktifitas (Perry dalam Tri Septi Pujirahayu, 2016).
Mobilisasi dini bertujuan untuk memperepat penyembuhan luka, memperbaiki sirkulasi,
mencegah statis vena, menunjang fungsi pernafasan optimal, meningkatkan fungsi
pencernaan, mengurangi komplikasi pasca bedah mengembalikan fungsi pasien
semaksimal mungkin seperti sebelum operasi, mempertahankan fungsi tubuh,
memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi lebih baik,
mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air
kecil (BAK), mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
memenuhi kebutuhan gerak harian, mempertahankan konsep diri pasien dan
mempersiapkan pasien pulang (Jitiwiyono dalam Tri Septi Pujirahayu, 2016).
Mobilisasi dini dilakukan untuk membatu penyembuhan luka post oprasi sectio
caesarea nonfarmakologi juga dapat dilakukan dengan mobilisasi dini. Mobilisasi juga
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan melakukan mobilisasi ibu merasa
lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu memperoleh
kekuatan, mempercepat kesembuhan, fungsi usus dan kandung kemih lebih baik,

17
merangsang peristaltik usus kembali normal dan mobilisasi juga membantu mempercepat
organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Hartati dalam Lina, 2017). Pada hari ketiga
sampai kelima setelah oprasi ibu di perbolehkan pulang ke rumah apabila tidak terjadi
komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca seksio sesarea dapat di lihat dari hari
ke hari. Hari kedua setelah oprasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan
kateter, dan melakukannya di kamar mandi dengan di bantu suami atau keluarga. Hari
ketiga umumnya, Pada hari ke empat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2x
ganti doek/hari, perubahan ini menunjukan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami
proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri
berada pada pertengahan pusat simfisi dan hari ketujuh setelah oprasi luka bekas sayatan
mengering (Kasda,2011).
Tahapan mobilisasi dini pada pasien post SC adalah 6 jam pertama setelah
operasi pasien dapat menggerakkan lengan, tangan dan jari-jari, serta menggerakkan
kedua kaki. Mobilisasi dini pada pasien post SC dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang dapat menyebabkan kurang berhasilnya melakukan mobilisasi dini. Latihan
mobilisasi dini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah, menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal dan memicu penurunan nyeri (Rustinawati, 2013). Kalisch, Soohee, &
Beverly (2013) menyatakan mobilisasi dini pasca sectio caesarea merupakan suatu
gerakan, atau kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan. Menurut
Solikhah (2011) dan Chabibah (2014).
Jika mobilisasi tidak dilakukan pada pasien pasca sectio caesarea maka akan
menyebabkan bahaya fisiologis dan psikologis. Bahaya fisiologis mempengaruhi fungsi
metabolisme normal, menurunkan laju metabolisme, mengganggu metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein menyebabkan kesetidak seimbangan cairan elektrolit dan
kalsium dan dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan
penurunan peristaltik dengan kontisipasi dan impaksi (Perry dalam Sri Septi Pujirahayu,
2016). Mobilisasi juga dapat mempercepat proses enyembuhan luka, dengan melakukan
mobilisasi ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian
ibu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, fungsi usus dan kandung kemih

18
lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dan mobilisasi juga membantu
mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Hartati dalam Lina, 2017).
Peran perawat dalam mobilisasi dini peran perawat sebagai Caregiver, membuat
diagnosa dari hasil pengkajian. Kemudian dilanjut memberikan asuhan keperawatan pada
pasien terkait dengan masalah mobilisasi pasien. diawali dengan melakukan pengkajian
pada pasien tentang aspek biologis pasien seperti usia, riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik pasien (muskuloskletetal, kardiovaskuler, respirasi, perubahan
integument, gastrointestinal), setelah itu dilanjutkan dengan untuk membuat rencana
asuhan keperawatan, lalu melakukan implementasi dan evaluasi pasien. Peran perawat
sebagai Educator, memberikan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah
baring lama, pentingnya latihan bertahap dan mobilisasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri
semampu pasien. Peran perawat sebagai Colaboration, melakukan kolaborasi dengan tim
medis interdispilin dengan partisipasi pasien dan keluarga mengenai tindakan mobilisasi
pada pasien. Kolaborasi juga dengan ahli gizi untuk memberikan nutrisi yang adekuat,
asupan cairan dan makanan yang mengandung serat serta suplementasi vitamin dan
mineral (potter & perry, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan mobilisasi dini pada pasien post op
sectiocaesarea?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Telah dilakukan asuhan keperawatan mobilisasi dini pada pasien post op sectio
caesarea?
b. Tujuan kusus
1) Telah dilakukan pengkajian keperawatan pada pasien post oprasi sectio caesarea
2) Telah dilakukan diagnosa keperawatan pada pasien post oprasi sectio caesarea

19
3) Telah dilakukan perencanaan keperawatan pada pasien post oprasi sectio caesarea
4) Telah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien post oprasi sectio caesarea
5) Telah dilakukan evaluasi keperawatan pada pasien post oprasi sectio caesarea

D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan, dan salah satu syarat referensi selanjutnya untuk mengangkat
kasus dengan post oprasi sectio caesarea.
2. Bagi tempat penelitian (pasien dan perawat)
Dapat membantu pasien dalam menangani masalah yang dirasakan setelah post oprasi
section caesarea dan agar dapatmenerapkan dirumahnya, dan bagi perawat untuk
menambah wawasan dalam menanganasi pasien post oprasi sectio caesarea.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Memperluas serta untuk membudayakan ilmu keperawatan dalam pemberian
manajemen nyeri pada pasien post oprasi sectio caesarea.

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Operasi sectio caesarea adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar
abdominal (Gallagher, Mundy, 2014). Sectio caesarea merupakan suatu persalinan
buatan di mana janin dilahirkan melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
Sectio caesarea juga diartikan sebagai pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding uterus atau insisitrans abdominal uterus (Solikhah U, 2014).
Persalinan dengan oprasi memerlukan waktu untuk pulih dari syok fisik mayor yang
terjadi pada sistem tubuh, agar tercapai kondisi yang optimal untuk perbaikan jaringan
serta panyusuaian psikologis terhadap peristiwa persalinan (Myles Buku Ajar Bidan
Edisi 14). Menurut nung (2015) sectio caesaria merupakan metode melahirkan janin
melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi).

2. Indikasi
Menurut manuaba (2008) Indikasi ibu dilakukan sectio saesarea adalah rupture
uteri iminen, perdarahan, antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fatel distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor section
saesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
seseuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang – tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

21
b. PEB (Per-Eklamasi Berat)
Pre-Eklamasi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah pendarahan dan infeksi, pre-
eklamasi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum mendapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu.
d. Bayi kembar
Selamanya bayi kembar dilahirkan secara saesarea. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada keahiran satu
bayi. Selain itu bayi kembar juga dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal .
e. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada pada jalan
lahir, tali pusat pendek, dan ibu susah bernapas.
f. Kelainan letak janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UBB
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
bayi nya kecil atau mati, kerusakan dasar punggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defieksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi kira – kira 0,27-0,5%.

22
c) Presentasi dahi
posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d) Letak sungsang
Merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurana dan presentasi kaki.

3. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 grdengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus distorsia jaringan lunak,
plasenta previa dll pada ibu. Sedangkan pada janin adalah gawat janin, janin besar, dan
letak lintang. Pasien yang tidak terpapar informasi mengenai post oprasi sc akan
mengalami kurangnya pengetahuan tentang perawatan post oprasi sc. Disamping itu,
pengaruh anastesi akan menyebabkan penurunan kerja medulla oblongata kemudian
terjadi penurunan reflek batuk dan akumulasi secret yang akan berakibat pada bersihan
jalan napas tidak efektif. Selain itu pengaruh post anasthesi juga menyebabkan
penurunan kerja otot eliminasi dan berujung pada konstipasi.
Luka dari insisi akan menjadi post de-entris bagi kuman. Oleh karena itu, perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril dan ketika proteksi
terhadap luka insisi ini kurang, maka akan terjadi resiko infeksi. Luka insisi
menyebabkan putusnya jaringan. Kemudian jaringan yang kontinunitasnya terputus
akan merangsang pengeluaran zat – zat kimia yaitu prostaglandin, bradinikin, dan
histamine yang berperan sebagai perangsang nyeri sehingga akan mengakibatkan
gangguan rasa aman dan nyaman dan berujung dengan nyeri akut pada daerah luka
insisi. (Kusuma, 2013;Nanda, 2016).

23
4. Woc (Way Of Cause)
Luka Insisi

Post partum nifas

Luka post oprasi


I
Penurunan progesterone dan
Jaringan terputus Jaringan terbuka esterogen

Merangsang area sensorik Kontraksi uterus


Proteksi kurang
sensor

p Invasi bakteri Involusi


Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

MK : Resiko Infeksi
Pengeluaran lochea

MK : Nyeri akut
Mk : Defisit
perawatan diri Kurang O2

Kelemahan
Sumber : (Amin Huda Nurarif, 2017)

MK : Gangguan mobilitas fisik

24
5. Komplikasi
Menurut wiknjosastro (2010) komplikasi yang dapat terjadi akibat section saesarea
adalah :
a. Infeksi peupuralis (post partum)
1) Ringan : dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
2) Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh yang lebih tinggi, disertai dengan
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3) Berat : dengan peritonitis sepsis, dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada
partus terlantar, dimana sebelumnya sudah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban pecah terlalu lama. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan,
eletrolit, dan antibiotika yang edekuat dan tepat.
b. Pendarahan yang disebabkan kareana, atonia uteri, pendarahan plasenta bed, dan
banyak pembuluh darah yang terputus/terbuka
c. Luka kandung kemih, emboli paru, dan keluhan kandung kemih repitonialisasi terlalu
tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

6. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan
2) Priksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Priksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai pasien sadar
3) Yakinkan jalan napas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
5) Jika tanda vital hematokrit turun walaup diberikan tranfusi, segera kembalikan
kekamar bedah kemungkinan terjadi pendarahan pasca bedah
b. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita pasca oprasi, maka akan dilakukan
pemberian cairan perintapena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar

25
tidak terjadi hipertermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, gram fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan, bila kadar HB rendah diberikan traspusi darah
sesuai kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan 6-10 jam pasca oprasi, berupa minuman
air putih atau air teh
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dilakukan sejak 6-10 jam pasca oprasi
2) Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mukin setelah sadar
3) Hari kedua post oprasi, penderita dapat duduk selama 5 menit dan diminta untuk
bernapas dalam lalu menghembuskannya
4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semi powler)
5) Sealanjutnya selama berturut – turut, hari demi hari pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, kemudian berjalan sendiri.
e. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan pendarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 – 48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis oprasi dan keadaan
penderita.
f. Pemberian obat – obatan
1) Antibiotik diberikan secara intravena
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral : tramadol setiap 6 jam atau paracetamol

26
c) Injeksi : penitidine 90 – 75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat – obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobion 1 vitamin c.
g. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post oprasi, bila basah dan bernanah dibuka
dan diganti.
h. Perawatan rutin
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi dan pernapasan (Manuaba, 2008)

7. PemeriksaanDiagnostik
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) bisa terjadi penurunan efek kehilangan daerah
pada pembedahan
b. Leukosit (WBC) meningkat karena adanya proses radang pada luka insisi bedah
pada bagian abdomen pasien
c. Urinalisis/kultur urine
d. Pemeriksaan elektrolit (Doengoes M.2010)

8. Manfaat Mobilisasi
Manfaat Mobilisasi Menurut Potter & Perry (2010), ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dari dilakukannya mobilisasi dini pada klien, yaitu:
a. Sistem respiratori
Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan diikuti oleh laju istirahat
kembali lebih cepat juga dapat meningkatkan ventilasi alveolar (normal 5-6 L/mnt),
menurunkan kerja pernapasan, meningkatkan pengembangan diafragma jika
mengubah posisi pasien 2 jam sekali.
b. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, menguatkan otot
jantung dan menyuplai darah ke jantung dan otot yang sebelumnya terjadi

27
pengumpulan darah pada bagian ekstermitas, menurunkan tekanan darah istirahat,
serta memperbaiki aliran balik vena. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung
(cardiac output) normal nya adalah 5 L/mnt, dengan melakukan mobilisasi meningkat
sampai 30 L/mnt.
c. Sistem metabolic

Meningkatkan laju metabolisme basal dimana apabila pasien melakukan


aktivitas berat maka kecepatan metabolisme dapat meningkat hingga 20 kali dari
kecepatan normal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak,
meningkatkan pemecahan trigliserida, meningkatkan motilitas lambung, serta
meningkatkan produksi panas tubuh.

d. Menurunkan insiden komplikasi


Mencegah hipotensi/ tekanan darah rendah, otot mengecil, hilangnya
kekuatan otot, konstipasi, meningkatkan kesegaran tubuh, dan mengurangi tekanan
pada kulit yang dapat mengakibatkan kulit menjadi merah atau bahkan lecet.
e. Sistem musculoskeletal
Memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki
toleransi otot untuk latihan, mengurangi kehilangan tulang, meningkatkan toleransi
aktivitas dan mengurangi kelemahan pada pasien. leh rusaknya sistem syaraf yang
reversible.

9. Prosedur atau langkah mobilisasi dini


Menurut kasdu (2013) mobiliasi dini dilakukan sectio caesarea bertahap berikut ini
dijelaskan tahap mobilisasi dini :
1. Informed consent
2. Tahap 6 jam pertama
a) Klien harus tirah baring dulu, kemudian menggerakan lengan tangan
b) Menggerakan ujung jari kaki
c) Memutar pergelangan kaki dan mengangkat tumit
3. Tahap 10 jam

28
a) Klien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
thrombosis dan trombo emboli
4. Tahap 24 jam
a) Duduk
Duduk setegak mungkin tampa bersandar dan tarik napas dala beberapa
kali, luruskan tulang punggung dengan cara menggangkat tulang rusuk.
Gunakan tangan ibu untuk menjaga insisi.
b) Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan diatas luka, berjalan kedepan. Saat berjalan
usahakan kepala tetap tegak, dan bernapas lewat mulut. Teruslah berjalan
selama beberapa menit sebelum kembali ketempat tidur.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian anamnesa
Tabel 2.1
Anamnesa klien post oprasiSectio Caesarea

Anamnesa Gambaran Anamnesa

Identitas Nama, usia, jenis kelamin, no rm, alamat, agama,


pekerjaan, pendidikan, status Perkawianan.

identitas penangaggung jawab : nama, agama, umur,


pekerjaan, alamat, pendidikan dan hubungan dengan
pasien.

Riwayat kehamilan 1) Riwayat kehamilan yang lalu


Apakah terdapat komplikasi atau tidak pada
kehamilan sebelumnya.

29
2) Riwayat kehamilan saat ini
Usia kehamilan biasanya 37 bulan atau lebih,
biasanya letak bayi sungsang dan plesenta previa.
3) Riwayat persalian
Persalinan dengan cara oprasi sectio caesarea
4) Pasien mejalani pesalinan section caersarea
5) Riwayat Ginekologi
Biasanya pasien memiliki komplikasi pesalinan
(plasenta previar, sunsang)
6) Data umum kesehatan saat ini
(a) Keluhan saat ini: pasien mengeluh nyeri
(b) Status obsterik
(c) Keadaan umum
(d) Kesadaran
(e) BB : biasanya BB dalam rentang atau bias
meningkat selama kehamilan
(f) TB : tidak ada penambahan tinggi badan

b. Pemeriksaan fisik
Table 2.2
Pemeriksaan fisik pada klien post Sectio Caesarea

Observasi Hasil Pemeriksaan


Keadaan umum Biasanya pada kasus ibu post partum dengan
penyembuhan luka operasi post sectio caesarea keadaan
umum lemah dan merasa nyeri.
Kesadaran Biasanya pada kasus ibu post partum dengan
penyembuhan luka operasi post sectio caesarea
kesadaran compos mentis.

30
Tanda – tanda vital TD : biasanya tekanan darah normal 120/80mmHg dan
tidak banyak
meningkat
N : denyut nadi meningkat
P : pernapasan kadang neratur kadang tidak teratur normal
pernapasan
yaitu frekuensi pernapasan 16-20x/menit
S: suhu tubuh batas normal adalah 35,6 0C-36,80C
Pemeriksaan Muka : Pada kasus ibu post partum dengan penyembuhan
kepala luka operasi post sectio caesarea muka Nampak pucat
Mata : kongjutiva an anemis, sclera an ikterik terdapat
kantung mata.
Hidung : Pada kasus ibu post partum dengan
penyembuhan luka operasi post sectio caesarea
pernapasan normal
Telinga: pemeriksaan telinga dilakukan untuk mengetahui
adanya gannguan pendengan atau tidak ada kelainan atau
tidak.
Mulut : untuk mengetahui ada kelainan atau tidak di bagian
mulut
Leher Secara teori pemeriksaan pada leher dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tyroid ,
kelenjar limfe dan vena jugolaris.
Pemeriksaan dada Pemeriksaan dada dilakukan untuk mengetahui bentuk
payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau
masuk kedalam , ada kolostrum atau belum, alreola
hiperpigmentasi atau tidak, ada benjolan patologis,atau
tidak, ada bekas operasi atau tidak.
Pemeriksaan Inspeksi : Pada kasus ibu post partum dengan
abdomen penyembuhan luka
operasi sectio caesarea pembesaran perut sesuai dengan

31
lamanya nifas atau tidak, bentuk perut, linea alba atau
nigra, striae albican atau lividae dan bekas operasi dengan
panjang insisi±10-15cm.
Palpasi :
1) TFU (Tinggi Fundus Uteri)
2) Untuk mengetahui TFU, pembesaran sesuai dengan
hari.
Auskultasi : Merupakan cara pemeriksaan dengan
medengarkan bising bunyi usus hari.
Pemeriksaan Seacara teori pemeriksaaan ekstrimitas atas dan bawah
Ekstermitas dilakukan untuk mengetahui ada kelainan atau tidak, ada
oedema atau tidak, ada varises atau tidak serta ada reflex
patella atau tidak.
Pemeriksaan Vulva Vagina : Pemeriksaan pada vulva vagina terdapat
Genetalia pengeluaran pervaginam meliputi pendarahan, jumlah dan
warnadarah.
Lochea : Untuk mengetahui warna lochea, bau lochea,
jumlah locheauntuk melihat tanda-tanda infeksi.
Pemeriksaan Anus : Pemeriksaan pada anus dilakukan
untukmengetahui ada hemoroid atau tidak

2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 2.3
Analisa Data sectio caesarea

No Data Etiologi Diagnosa


keperawatan
1. Data subjektif : Luka post oprasi Nyeri akut
Mengeluh nyeri ↓
Data objektif Terputusnya

32
1. Tampak meringis kontinuittas jaringan
2. Bersikap protektif ↓
(mis.Waspadaposisi Pengeluaran zat – zat
menghindari nyeri ) kimia (bradikinin,
3. Gelisah prostatgaldin,
4. Frekuensi nadi histamin)
meningkat ↓
5. Sulit tidur Gangguan rasa
6. Tekanan darah nyaman
meningkat ↓
Nyeri akut
2. Data subjektif Luka post oprasi Gangguan
1. Sulit mengerakkan ↓ mobilitas fisik
ekstremitas Terputusnya
2. Nyeri saat bergerak kontinuittas jaringan
3. Engganmelakukan ↓
pergerakan Pengeluaran zat – zat
4. Merasa cemas pada kimia (bradikinin,
saat bergerak prostatgaldin,
Data objektif histamin)
1. Kekuatan otot ↓
menurun Gangguan rasa
2. Rentang gerak nyaman
(ROM) menurun (nyeri)
3. Sendi kaku ↓
4. Gerakan terbatas gangguan mobilitas
5. Fisik lemah fisik

3. Data subjektif Luka post oprasi Defisit perawatan


1. Menolak melakukan ↓ diri
perawatan diri Terputusnya

33
Data objektif kontinuittas jaringan
1. Tidak mampu mandi ↓
/menggunakan Pengeluaran zat – zat
pakaian/ makan/ke kimia (bradikinin,
toilet/berhias secara prostatgaldin,
madiri histamin)
2. Minat melakukan ↓
perawatan diri Gangguan rasa
kurang nyaman
(nyeri)

gangguan mobilitas
fisik

Kelemahan

Defisit perawatan diri
4. Data subjektif Luka post oprasi Risiko infeksi
1. Nyeri ↓
Data objektif Jaringan terbuka
1. Luka tampak ↓
bengkak Proteksi kurang
2. Luka tampak ↓
kemerahan Invasi bakteri

Risiko infeksi

b. Rumusan Diagnosa Keperawatan

34
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada abdomen ditandai dengan
tekanan darah meningkat, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri pada
saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan post partum ditandai
dengan menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi//mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri/, minat melakukan perawatan diri
kurang.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan intergitas kulit.(PPNI,2017)

3. Intervensikeperawatan
Tabel 2.4
Intervensi sectio caesarea

No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan Intervensi utama : Manajemen Nyeri
dengan luka operasi pada Observasi
abdomen ditandai dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
tekanan darah meningkat, frekuensi, itensitas nyeri
bersikap protektif (mis. 2. Identifikasi skala nyeri
Waspada, posisi menghindari 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
nyeri), gelisah, frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meningkat, sulit tidur. memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
6. identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
7. identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
8. monitor efek samping penggunaan
analgetik

35
Terapeutik
1. berikan teknik non parmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. fasilitasi istirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab, priode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Interpensi pendukung : edukasi teknik napas
Observasi
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan

36
3. berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
dalam
2. jelaskan prosedur teknik napas dalam
3. anjurkan memposisikan tubuh senyaman
mungkin (mis. duduk, baring)
4. anjurkan menutup mata dan
berkonsentrasi penuh
5. anjurkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung secara
perlahan
6. anjurkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara lewat mulut
secara perlahan
7. demonstrasikan menarik napas selama 4
detik, menahan napas selama 2 detik
dan menghembuskan napas selama 8
detik.
2. Gangguan mobilitas fisik Intervensi utama : Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan nyeri Observasi
ditandai dengan nyeri pada 1. identifikasi adanya nyeri atau keluhan
saat bergerak, sendi kaku, fisik lainnya
gerakan terbatas, fisik lemah. 2. identifikasi toleransi fisik melakukan
perrgerakkan
3. monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
4. monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik

37
1. berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
2. kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. fasilitasi istirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. jelakan penyebab, priode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Intervensi pendukung : Edukasi teknik


ambulasi
Observasi
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. monitor kemajuan pasien dalam
ambulasi
Terapeutik
1. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

38
kesepakatan
2. beri keempatan pada keluarga untuk
bertanya
Edukasi
1. jelaskan prosedur dan tujuan ambulasi
dengan atau tampa alat bantu
2. ajarkan duduk diatas tempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai) atau dikursi,
sesuai toleransi
3. ajarkan teknik ambulasi yang aman
4. ajarkan berdiri dan ambulasi dalam jarak
tertentu
5. demonstrasikan cara ambulasi tampa
alat bantu jalan
3. Defisit perawatan diri Intervensi utama : Dukungan perawatan diri
berhubungan dengan Observasi
kelelahan post partum ditandai 1. identtifikasi kebiasaan aktivitas
dengan menolak melakukan perawatan diri sesuai usia
perawatan diri, tidak mampu 2. monitor tingkat kemandirian
mandi/mengenakan 3. identifikasi kebutuhan alat bantu
pakaian/makan/ke toilet/berhias kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
secara mandiri/, minat makan.
melakukan perawatan diri Terapeutik
kurang. 1. sediakan lingkungan yang terapeutik
(mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
2. siapkan keperluan pribadi (mis. parfum,
sikat gigi, dan sabun mandi)
3. dampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai madiri
4. fasilitasi untuk menerima keadaan

39
ketergantungan
5. fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
6. jadwal rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan.
Intervensi Pendukung : Pemberian makanan
Observasi
1. identifikasi makanan yang diprogramkan
2. - identifikasi kemampuan menelan
Terapeutik
1. lakukan pembersihan tangan dan mulut
sebelum makan
2. sediakan lingkungan yang
menyenangkan selama waktu makan
3. berikan posisi duduk atau semi fowler
saat makan
4. berikan makanan sesuaikeinginan, jika
memungkinkan
5. pertahankan perhatian saat menyusui
6. cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
1. anjurkan orang tua atau keluarga untuk
membantu memberikan makan kepada
pasien

4. Risiko infeksi berhubungan Intervensi utama : Pencegahan infeksi


dengan kerusakan intergritas Observasi
kulit 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan

40
sistemik
Teraupetik
1. Batasi jumlah pengenjung
2. Berikan perawatan kulit pada daerah
operasi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka oprrasi
5. Anjurkan meningkatkanasupan nutrisi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian antibiotic

4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada pasien terkait dengan dukungan pengobatan tindakan untuk perbaiki
kondisi pendidikan untuk pasien dan keluarga sebagai tindakan untuk mencegah
masalah yang muncul dikemudian hari (Nanda, 2016).

5. Evaluasikeperawatan

41
Evalusi merupakan tahapan akhir dalam proses keperawatan yang dapat
digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat,
sehingga perawat dapat menilai apa yang akan dilakukan dikemudian hari (Nanda,
2016).

C. Konsep Masalah Keperawatan


1. Nyeri akut
a. Definisi
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan krusakan jaringan aktual atau fungsional yang onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,
2017).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual potensial atau digambarkan dalam hal
sedemikian rupa (international association for the studi of pain) : jaitan yang tiba –
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat denagan akhir yang dapat
diantipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA 2016).
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur oprasi (mis. Amputasi, laporatomi, bedah kecantikan, bedah
sesar, dll), trauma, latihan fisik berlebihan).
c. Gejala (tanda mayor dan minor)
1) Data subjektif
a) Mengeluh nyeri
2) Data objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah

42
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
d. Kondisi klinis yang terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
2. Gangguan mobilitas fisik
a. Definisi
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ektermitas secara mandiri (PPNI 2017).
b. Penyebab
1) Kerusakan intergritas struktus tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidak bugaran fisik
4) Penurunan kendali otot dan kekuatan otot
5) Penurunanan massa otot
6) Nyeri
7) Kecemasan
8) Keenganan melakukan pergerakan
9) Gangguan sensori persepsi
c. Gejala (tanda mayor dan minor)
1) Data subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Data objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan terbatas

43
c) Fisik lemah
d. Kondisi klinis yang terkait
1) Stroke
2) Cedera medulla spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Keganasan
3. Defisit perawatan diri
a. Definisi
Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri Menurut (PPNI 2017).
b. Penyebab
1) Gangguan musculoskeletal
2) Gangguan neuromuskuler
3) Kelemahan
4) Gangguan psikologis/psikotik
5) Penurunan motivasi/minat
c. Gejala (tanda mayor dan minor)
1) Data subjektif
Menolak melakukan perawatan diri
2) Data objektif
a) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/berhias secara
mandiri
b) Minat melakukan perawatan diri kurang
d. Kondisi klinis yang terkait
1) Struke
2) Cedera medula spinalis
3) Depresi
4) Arthritis reumatoid
5) Delirium

44
6) Demensia
7) Gangguan amnestik
8) Fungsi penilaian terganggu
4. Risiko infeksi
a. Risiko infeksi adalah berisiko mengalami pengkatan terserang organism patogenik.
(PPNI, 2017).
b. Faktor resiko
1) Penyakit kronis (mis,diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patoogen lingkungan
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
a) Ganguan peristaltik
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi PH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder:
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Penyakit paru obstuktif kronis,

45
4) Diabetes mellitus,
5) Tindakan invasive, Kondisi pengguanaan terapi steroid,
6) Penyalagunaan obat,
7) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW),
8) Kanker
9) Gagal ginjal
10) Imunosupresi, Leukositopenia , Ganguan fungsi hati

BAB III

46
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien dengan nyeri akut pada kasus post
oprasi sectio caesarea. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, doagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pada pasien post oprasi caesarea dengan kriteria
sebagai berikut :
Kriteria inklusi :
1. Pasien post oprasi sectio caesarea
2. Pasien post op sectio caesarea 6 jam
3. Pasien post sectio caesarea tanpa komlikasi penyakit
Kriteria ekskulusi :
1. Pasien tuna rungu
2. Pasien dengan gangguan emosional

C. Definisi operasional
1. Sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut
sampai rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi. Pasien 6 jam pertama yang akan
dilakukan tindakan mobilisasai dini dengan gerakan pertama mengerakan lengan
tangan, memutar pergelangan kaki.
2. Mobilisasi dini adalah suatu gerakan atau kegiatan yang dilakukan ibu setelah 6 jam
pertama postsectio caesarea dengan cara dengan menggerakkan lengan atau tangan,
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, mengangkat otot betis, serta menekuk
dan menggeser kaki.

3. Metode dan instrumen pengumpulan data

47
Metode dan instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah ;
1. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Hasil anamnesa didapatkan dari data wawancara terhadap pasien, keluarga maupun
dengan perawat lainnya.Beberapa hasil anamnesis yang berisi tentang identitas
klien : nama, umur, jenis klamin, agama pendidikan, status serta keluhan utama, dan
riwayat penyakit : sekarang, dahulu dan keluarga.
b. Observasi/pemeriksaan fisik
Pada teknik pengumpulan data ini sebaiknya harus melakukan pendekatan dengan
menggunakan IPPA : inpeksi, palpasi, perkusi, aukultasi, pada sistem tubuh pasien.
c. Studi dokumentasi
Peneliti menggunakan studi dokumentasi dengan melihat hasil pemeriksaan labor,
seperti hasil dari rekam medik, literatur, pemeriksaan diagnostik dan diagnosa
medis.
2. Instrument penggumpulan data
Alat dan instrumen penggumpulan data menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku dan mengaplikasikan latihan mobilisasi
pada pasien post sectio caesarea menggunakan standar operasional prosedur latuhan
mobilisasi dini dalam proses penyembuhan luka.

4. Tahapan penelitian

48
Tahapan penelitian pada pasien post oprasi sectio caesarea

Ruang rawat inap Pengkajian untuk memilih


Izin rumah sakit
(Musdalifa) kriteria insklusi dan eklusi

Pemaparan manfaat asuhan


Pengkajian keperawatan pada post oprasi
sectio sesarea

Masalah keperawatan : Intervensi : Implementasi :

1. Nyeri akut 1. Intervensi sesuai 1. Pelaksanaan


2. Gangguan mobilitas dengan SIKI, tindakan
fisik intervensi keperawatan
3. Defisit perawatan diri keperawatan utama 2. Tindakan pemberian
dan pendukung tehnik relaksasi

Evaluasi

5. Analisa Data

49
1. Melakukan pengkajian
Pengkajian menurut (Caroenito, 2007) yaitu tahap pertama proses keperawatan
yang meliputi pengumpulan data secara sistematik dan cermat untuk menentukan
kasus kesehatan klien, serta menentukan status fungsional serta mengevaluasi pola
koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
wawancara pemeriksaan fisik, peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi
dengan rekan sejawat.
2. Merumuskan diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
actual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk
mecapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Dermawan,2001)
3. Menyusun intervensi keperawatan
Perencanaan ini merupakan langkah-langkah ketiga dalam membuat suatu
proses keperawatan. Intervensi keperawatan adalah suatu proses penyususnan
berbagai rencana tindakan keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah pasien (Carpenito,2007)
4. Melakukan implementasi keperawatan
Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan yang telah
penulis susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing-masing
diagnosa (Darmawan,2012)
5. Melakukan evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan
untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun, atau
belum tercapai dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
(Carpenitp,2007).

6. Etika penelitian

50
Dalam melakukan penelitian, peneliti izin dari instusi untuk melakukan penelitian.
Setelah mendapatkan izin barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika yang meliputi : informed consent (Persetujuan menjadi responden), anonomity (tanpa
nama), dan confidentialy (kerahasiaan) (Tri,2015).Dicantumkan etika yang mendasari
penyusunan studi kasus, terdiri dari :
1. Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
2. Anonimity (tanpa nama): masalah etika penelitian merupakan masalah yang
memberikan jaminan data pengguna subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau menempatkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan): masalah ini merupakan masalah etika dengan memberi
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.

BAB IV

51
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
Setelah dilakukan ujian proposal dan perbaikan, kemudian peneliti mengurus semua
surat perijinan penelitian. Tahap persiapan penelitian dimulai dengan cara
mempersiapkan syarat-syarat penelitian dengan mengurus surat-surat penelitian,
meninta izin penelitian dari Pemerintah Provinsi Bengkulu Dinas Penanaman Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dilanjutkan ke rumah sakit Beengkulu. Penyusunan
laporan penelitian dilakukan dengan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
B. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dirumah sakit Bengkulu. Dirumah sakit Bengkulu jumlah
perawat yang ada di ruang M dirumah sakit bengkulu berjumlah 20 orang yang terdiri
dari kepala ruangan, ketua tim I, ketua tim II, ketua tim III, petugas VK.
C. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Tabel 4.1 Anamnesa klien post oprasi Sectio Caesarea

Anamnesa Gambaran Anamnesa


Identitas
Nama Ny H, Umur 20 tahun, suku bangsa serawai, Agama
Islam, Status perkawinan menikah, Pendidikan SMA, pekerjaan
Ibu rumah tangga.

Identitas
Nama Tn.M, umur 23 tahun, suku bangsa serawai, Agama
penanggung
Islam, Status perkawinan menikah, Pendidikan SMA, pekerjaan
jawab
suwasta, hubungan dengan keluarga suami.

Riwayat
1. Keluhan utama
kesehatan

52
ibu mengatakan masih nyeri pada abdomen didaerah bekas
jaitan oprasi dengan skala nyeri berat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian ibu melahirkan secara sectio
caesarea dengan indikasi kontraksi lemah atau inersia uteri,
Ibu mengatakan nyeri dirasakan karena luka jaitan bekas
oprasi, nyeri yang dirasakan seperti disayat – sayat, nyeri
yang dirasakan didaerah abdomen bagian bawah, skla nyeri 8
(berat), nyeri akan bertambah saat bergerak, aktivitas pasien
dibantu keluarga, pasien enggan melakukan pergerakan, dan
pasien merasa cemas saat bergerak
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu tidak pernah melakukan persalinan sectio caesarea
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang melahirkan secara section
caesarea.

Riwayat
1. Riwayat kehamilan
kehamilan
Ibu mengatakan G3P2AA0, umur kehamilan 38 minggu, 6 kali
antenatalcare dengan bidan, 2x TT lengkap, mengalami mual
muntah pada kehamilan TM I.

1. Riwayat persalian
Riwayat
Jenis persalinan : Sectio Caesarea
persalinan
Indikasi : KPD, keadaan bayi asfiksia
JK, BB, PB : perempuan, 2.540 gram, 48 cm
Pendarahan : 800 cc

b. Pola kebiasaan sehari-hari

53
No Item yang dikaji Dirumah Dirumah sakit
1 Pola Nutrisi  Makan  Makan
Frekuensi : 3x sehari Prekuensi : 2x sehari
Porsi : 1/2 piring Porsi : 1 piring
Jenis makanan : nasi, sayur, lauk, Jenis makanan : nasi, lauk, sayur,
buah – buahan buah-buahan
 Minum  Minum
Jumlah : 7-8 gelas/hari Jumlah : 8-9 gelas/hari
Porsi : 1 gelas Porsi : 1 gelas
Jenis : air putih, the Jenis : air putih
2 Pola eliminasi  BAB  BAB
Frekuensi : 1x/hari Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lembek Konsistensi : lembek
Kelainan : tidak ada Kelainan : tidak ada
Alat bantu : tidak ada Alat bantu : tidak ada
 BAK  BAK
Frekuensi : 6-7x/hari Warna : kuning gelap
Warna : kuning jernih Bau : khas urine
Bau : khas urine Kelainan : tidak ada
Kelainan : tidak ada Jumlah : 300 cc/6 jam
Alat bantu : tidak ada Alat bantu : kateter
3 Pola istirahat dan  Jumlah  Jumlah
tidur Malam : 7-8 jam Malam : 5 jam
Siang : 3-4 jam Siang : 1-2 jam
Kelainan tidur : tidak ada Kelainan tidur : tidak ada
4 Pola aktivitas  Mandiri : iya  Mandiri : tidak
Dibantu orang : tidak Dibantu orang : iya, seperti
Dibantu alat : tidak ( mengambil makanan,
berjalan, duduk, dan gerakan
terbatas)
Dibantu alat : tidak

54
5 Personal hygiene  Mandi : 2xsehari  Mandi : 1xsehari dilap
Sikat gigi : 2x/hari Sikat gigi : 2x selama diRS
Keramas : 5 kali seminggu  Keramas : tidak keramas

c. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.2 Pemeriksaan fisik pada klien post Sectio Caesarea

Observasi Hasil Pemeriksaan


Keadaan umum keadaan umum lemah
Kesadaran kesadaran composmentis.
Tanda – tanda vital TD : 110/80 mmHg
N : 98x/menit
P : 20x/menit
S : 36,80C
Pemeriksaan a) Muka
kepala inspeksi : bentuk simetris, warna muka tampak pucat,
muka tampak meringgis menahan sakit.
Palpasi : tidak terdapat odema, tidak ada pembesaran
diwajah dan tidak ada kelainan.
b) Mata
inspeksi : bentuk simetris, konjungtiva an anemis, skelera
an interik
palpasi : tidak ada nyeri tekan tidak ada pembesaran
dan kelainan
c) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, idak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada secret, kebersihan cukup.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan tidak ada pembesaran
dan tidak ada kelainan
d) Telinga
Inspeksi :Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan

55
palpasi : tidak ada nyeri tekan
e) Mulut
Inspeksi : Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak
bersih
Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil dan tidak ada
kelainan
Leher Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tyroid
maupun pembesaran jugularis
Pemeriksaan dada Inspeksi : Bentuk dada simetris, bunyi jantung lup dup,
puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, Asi sudah
keluar, tidak ada benjolan patologis, dan tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
abnormal, kolostrum belum keluar dan tidak ada kelainan
Pemeriksaan Inspeksi : Bentuk simetris, ada bekas oprasi dengan
abdomen panjang lebih kurang 10 cm dan lebar lebih kurang 0,3 cm.
palpasi : TFU (Tinggi Fundus Uteri) : 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, tidak ada klainan, terdapat bekas
oprasi sectio caesarea bagian abdomen , Klien mengatakan
terkadang merasa nyeri pada bagian luka operasi, skala
nyeri 8 (berat).
Auskultasi : bunyi bising usus positif, frekuensi 16x/menit
Pemeriksaan Ekstermitas atas :
Ekstermitas Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada klainan, warna kuku
tidak pucat, infuse Rl 20x tetes/menit, terpasang ditangan
kiri.
Palpasi: odema tidak ada, verises tidak ada
Ekstermitas bawah :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada klainan, tidak ada
verises, warna kuku tidak pucat, gerakan terbatas, aktivitas
terganggu.

56
Palpasi : odema tidak ada, dan tidak ada klainan
Perkusi : reflek patella positif pada kaki kiri dan kanan
Pemeriksaan Vulva Vagina : integritas kulit baik
Genetalia Perineum : utuh
Lochea : warna rubra/merah kecoklatan, 2 kali ganti
pembalut (25-50ml/pembalut), terpasang kateter
Kinsistensi : Cair
Bau : amis

d. Pemeriksaan penunjang
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan diagnosik
Jenis Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Pemeriksaan
Ureum 18 20-40 Mg/Dl Menurun
Creatinin 0,5 0.5-1.2 Mg/Dl Normal
Albumin 3,1 3.5-6.0 Gr/Dl Normal
Globulin 3,4 2.4-4,6 Gr/Dl Normal
Leukosit 11,800 4000-10000 Mm3 Meningkat
Trombosit 424.000 150000-450000 Sel/Mm3 Normal
Hemoglobin 12,3 Lk: 13.0-18.0 Gr/Dl. Pr: 12.0- Normal
16.0 Gr/Dl
Hematokrit 35 Lk: 37-47% Pr: 40-54% menurun

e. Terapi obat
Tabel 4.4 Terapi obat
Nama obat Cara pemberian Dosis Manfaat
RL IV 1500 cc/hari Cairan tubuh
Ceftriaxone IV 2x1 Antibiotik
Dexamethasone IV 1x12 mg Anti inflamasi
Nipedipine Oral 3x10 mg Analgetik
Transamin IV 3x1 Koagulan
Antrain IV 3x1 Analgetik

2. Diagnose keperawatan
a. Analisa data
Tabel 4.5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

57
1. DS : Luka post operasi Nyeri akut
P : nyeri disebabkan oleh
luka jaitan bekas oprasi Terputusnya kontinuitas
Jaringan
Q : Nyeri yang dirasakan
seperti disayat – sayat
Pengeluaran zat-zat kimia
R : nyeri yang dirasakan
(bradikinin, prostatgalndin,
didaerah abdomen histamin)
bagian bawah
S : Skla nyeri 8 (berat) Gangguan rasa nyaman
T : nyeri akan bertambah
saat bergerak Nyeri akut
DO :
1. TD: 120/80 mmHg
N : 98x/menit
2. Klien tampak
meringis
3. Klien tampak
melindungi daerah
nyeri bagian
abdomen
2 DS : Luka post oprasi Gangguan
1. Pasien mengatakan ↓ mobilitas fisik
Aktivitas dibantu
Terputusnya kontinuittas
keluarga
jaringan
2. Pasien mengatakan

Nyeri saat bergerak
Pengeluaran zat – zat
3. Pasien mengatakan
kimia (bradikinin,
Enggan melakukan
prostatgaldin, histamin)
pergerakan
4. Pasien mengatakan ↓

58
merasa cemas saat Gangguan rasa nyaman
bergerak (nyeri)
DO : ↓
1. Gerakan klien tampak
gangguan mobilitas fisik
terbatas
2. Sendi kaku
3. Fisik klien tampak
lemah

b. Rumusan diagnose keperawatan


1) Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada abdomen ditandai dengan
tekanan darah meningkat, bersikap protektif, posisi menghindari nyeri, gelisah,
frekuensi nadi meningkat
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuscular dan nyeri ditandai
dengan gerakan terbatas

3.intervensi Keperawatan

Table 4.6 Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan
luka operasi pada abdomen Observasi
ditandai dengan tekanan darah 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
meningkat, bersikap protektif, intensitas nyeri
menghindari nyeri, gelisah, 2. Identifikasi skala nyeri
frekuensi nadi meningkat 3. Identifikasi nyeri non perbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri sectio caesarea
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri sectio caesarea mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik sectio caesarea yang tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Gangguan mobilitas fisik Tindakan

59
berhubungan dengan Observasi
neuromuscular dan nyeri 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
ditandai dengan gerakan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan fisik
terbatas 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Teraupetik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dini dengan alat bantu (pagar
tempat tidur)
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi dini
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan pasien melakukan mobilisasi dini
a) setelah oprasi, pada 6 jam pertama klien harus tirah
baring. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah
pergerakan lengan tangan, menggerakan ujung jari kaki,
dan memutar pergelangan kaki.
b) Setelah 10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring
kekiri miring kekanan
c) Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai
belajar untuk duduk.
d) Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar
berjalan.

60
61
4. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan

Waktu Diag Implementasi Respon hasil Evaluasi formatif


pelaksan nosa
aan
Hari 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatakan nyeri pada area S : P : nyeri disebabkan oleh bekas
pertama komperhensif, menyakan lokasi nyeri, abdomen, nyeri terasa disayat – luka jaitan oprasi
09:10 karakteristik, dan skala nyeri sayat, skala nyeri 8 (berat) Q : nyeri dirasakan seperti di
2. Mengobservasi ekspresi wajah klien 2. Klien tampak meringgis sayat – sayat
terhadap respon nyeri R : nyeri dirasakan sekitar
3. Mengukur tekanan darah, nadi, suhu 3. TD : 120/80MmHg Abdomen bagian bawah
dan pernapasan pasien N : 98x/menit S : skala nyeri yang di rasakan
S : 36,8 C 8 (berat)
RR : 20x/menit T : nyeri akan bertambah saat
4. Mengkaji adanya falsafah maneuver 4. Klien tidak batuk dan konstipasi Bergerak
(batuk, mengedan pada konstipasi) O : klien tampak meringgis
5. Menjelaskan tujuan teknik relaksasi 5. Klien mengerti tujuan dilakukan A : masalah belum teratasi
napas dalam teknik relaksasi napas dalam P : intervensi dilanjutkan
6. Mengajarkan cara teknik relaksasi 6. Klien mengerti teknik relaksasi napas I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
napas dalam pada pasien untuk dalam 8,
mengurangi nyeri E : pasien masih merasakan nyeri
7. mengidentifikasi atau menanyakan 7. Nyeri sangat dirasakan saat pada abdomen
faktor yang memperberat dan melakukan pergerakan R : tidak ada revisi
memperingan nyeri
8. melaskan strategi meredakan nyeri 8. Menganjurkan teknik relaksasi napas
dalam
Hari 2 1. Mengidentifikasi toleransi fisik untuk 1. Pasien memungkinkan untuk S : ibu mengeluh sulit menggerakan
pertama melakukan pergerakan ekstremitas, nyeri saat bergerak,
melakukan pergerakan fisik
Jam dan enggan melakukan pergerakan
10.00 2. Mengukur tekanan darah, nadi, dan 2. TTV : TD 110/80 MmHg dan merasa cemas saat bergerak
N : 86x/menit
pernapasan sebelum memulai
P : 20x/menit O : Gerakan terbatas,

62
mobilisasi Fisik lemah Akitivitas
3. Keadaan umum pasien baik dan dibantu keluarga
3. Mengobservasi kondisi umum selama
mendukung untuk dilakukan
melakukan mobilisasi mobilisasi A: Masalah belum teratasi
4. Fasilitas tersedia
4. memfasilitasi aktivitas mobilisasi dini
P : Intervensi dilanjutkan
dengan alat bantu (pagar tempat tidur)
5. Keluarga bersedia untuk membantu I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
5. melibatkan keluarga untuk membantu
pasien 8,
pasien dalam melakukan mobilisasi
E : Pasien mampu mengerakan
dini
lengan tangan, menggerakan ujung
6. menjelaskan tujuan dan prosedur 6. Pasien mengerti tujuan dan jari kaki, dan memutar pergelangan
prosedur mobilisasi kaki.
mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan mobilisai 7. Pasien menerima anjuran perawat R : tidak ada revisi
untuk melakukan mobilisasi dini
dini
8. Mengajarkan pasien melakukan 8. Pasien mampu mengerakan lengan
tangan, menggerakan ujung jari
mobilisasi dini 6 jam pertama klien
kaki, dan memutar pergelangan
harus tirah baring. Mobilisasi dini yang kaki.
bisa dilakukan adalah pergerakan
lengan tangan, menggerakan ujung
jari kaki, dan memutar pergelangan
kaki.
Hari a. 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatkan nyeri pada area S : P : nyeri dirasakan karena bekas
kedua komperhensif, menanyakan lokasi abdomen bagian bawah, nyeri jaitan luka oprasi
Jam nyeri, karakteristik, dan skala nyeri terasa disayat – sayat, skala nyeri 6 Q : nyeri dirasakan seperti di
09.00 (sedang) sayat – sayat
2. Mengobservasi ekspresi wajah klien 2. Klien tampak meringgis R : nyeri dirasakan sekitar

63
terhadap respon nyeri Abdomen
3. Mengukur tekanan darah, nadi, suhu 3. TD : 110/20 mmHg S : skala nyeri yang di rasakan
dan RR pasien N : 98x/menit 6 (sedang)
S : 36,6 C T : nyeri dirasakan sesekali
RR: 20X/menit O : klien tampak meringgis
4. Mengkaji adanya falsafah maneuver 4. Klien tidak batuk dan konstipasi A : masalah belum teratasi
(batuk, mengedan pada konstipasi) P : intervensi dilanjutkan
5. Menjelaskan tujuan teknik relaksasi 5. Klien mengerti tujuan dilakukan I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
napas dalam teknik relaksasi napas dalam 8
6. Mengajarkan cara teknik relaksasi 6. Klien mengerti teknik relaksasi E : pasien masih merasakan nyeri
napas dalam pada pasien untuk napas dalam pada abdomen
mengurangi nyeri R : tidak ada revisi
7. mengidentifikasi atau menanyakan 7. Nyeri sangat dirasakan saat
faktor yang memperberat dan melakukan pergerakan
memperingan nyeri
8. menjelaskan strategi meredakan nyeri 8. Menganjurkan teknik relaksasi
napas dalam
Hari 2 1. megidentifikasi toleransi fisik 1. Pasien memungkinkan untuk S : pasien mengeluh sulit
kedua melakukan pergerakan menggerakan ekstremitas, nyeri saat
melakukan pergerakan fisik
Jam bergerak, dan enggan melakukan
10.30 2. Mengukur tekanan tekanan darah, 2. TTV : TD 110/60 MmHg pergerakan dan merasa cemas saat
N : 84x/menit bergerak
nadi, dan pernapasan sebelum
P : 20x/menit
memulai mobilisasi S : 36,2oC O : Gerakan terbatas,
Fisik lemah, Akitivitas
3. Mengobservasi kondisi umum selama
3. Keadaan umum pasien baik dan dibantu keluarga
melakukan mobilisasi mendukung untuk dilakukan
mobilisasi A: Masalah belum teratasi
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dini
4. Fasilitas tersedia
dengan alat bantu (pagar tempat tidur) P : Intervensi dilanjutkan
5. Keluarga bersedia untuk membantu
5. Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
pasien dalam melakukan mobilisasi 8

64
dini
E : Pasien sudah dapat miring kiri dan
6. menjelaskan tujuan dan prosedur
6. Pasien mengerti tujuan dan prosedur kanan
mobilisasi mobilisasi
R : tidak ada revisi
7. Menganjurkan melakukan mobilisai
dini 7. Pasien menerima anjuran perawat
untuk melakukan mobilisasi dini
8. Mengajarkan mobilisasi dini dengan
langkah 10 jam pertama,
klien 8. Pasien sudah dapat miring kiri dan
kanan
diharuskan untuk dapat miring kekiri
miring kekanan
Hari 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Klien mengatkan nyeri pada area S : P : nyeri dirasakan akibat jaitan
ketiga komperhensif, menanyakan lokasi abdomen, nyeri terasa disayat – luka oprasi
Jam nyeri, karakteristik, dan skala nyeri sayat, skala nyeri 3 Q : nyeri dirasakan seperti di
09.00 2. Mengobservasi ekspresi wajah klien 2. Klien tampak meringgis sayat – sayat
terhadap respon nyeri R : nyeri dirasakan sekitar
3. Mengukur tekanan darah, nadi, suhu 3. TD : 110/20 mmHg Abdomen
dan RR pasien N : 94x/menit S : skala nyeri yang di rasakan
S : 36,8 C 3
RR : 20x/menit T : nyeri dirasakan sesekali
O : klien tampak tenang
4. Mengkaji adanya falsafah maneuver 4. Klien tidak batuk dan konstipasi A : masalah teratasi
(batuk, mengedan pada konstipasi) P : intervensi dihentikan
I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
5. Menjelaskan tujuan teknik relaksasi 5. Klien mengerti tujuan dilakukan 8, dihentikan
napas dalam teknik relaksasi napas dalam E : pasien masih merasakan nyeri
6. Mengajarkan cara teknik relaksasi 6. Klien mengerti teknik relaksasi pada abdomen
napas dalam pada pasien untuk napas dalam R : tidak ada revisi
mengurangi nyeri
7. mengidentifikasi atau menanyakan 7. Nyeri sangat dirasakan saat
faktor yang memperberat dan melakukan pergerakan

65
memperingan nyeri
8. menjelaskan strategi meredakan nyeri 8. Menganjurkan teknik relaksasi
napas dalam
Hari 2 1. mengidentifikasi toleransi fisik 1. Pasien memungkinkan untuk S : pasien sudah dapat menggerakan
ketiga melakukan pergerakan ekstremitas, nyeri saat bergerak, dan
melakukan pergerakan fisik
Jam dapat berjalan.
10:15 2. memeriksa tekanan darah, nadi, 2. TTV : TD 110/60 MmHg
N : 84x/menit O : Gerakan terbatas
pernapasan sebelum memulai
P : 20x/menit Fisik masih lemah,
mobilisasi o
S : 36,2 C Akitivitas masih
dibantu keluarga
3. Mengobservasi kondisi umum selama
3. Keadaan umum pasien baik dan
melakukan mobilisasi mendukung untuk dilakukan A: Masalah teratasi teratasi
mobilisasi
4. memfasilitasi aktivitas mobilisasi dini
P : Intervensi dihentikan
dengan alat bantu (pagar tempat tidur) 4. Fasilitas tersedia
I : intervensi pada no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
5. melibatkan keluarga untuk membantu
5. Keluarga bersedia untuk membantu 8, dihentikan
pasien dalam melakukan mobilisasi pasien
E : Pasien sudah dapat duduk, dan
dini
sudah dapat belajar berjalan
6. menjelaskan tujuan dan prosedur 6. Pasien mengerti tujuan dan prosedur
mobilisasi R : tidak ada revisi
mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan mobilisai 7. Pasien menerima anjuran perawat
untuk melakukan mobilisasi dini
dini
8. Mengajarkan mobilisasi dini dengan 8. Pasien sudah dapat duduk, dan
sudah dapat belajar berjalan
langkah 24 jam saat pasien dapat
duduk, dianjurkan pasien belajar
berjalan

66
5. Evaluasi Keperawatan
Table 4.8 Evaluasi keperawatan
NO Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Nyeri akut berhubungan S: klien megatakan nyeri dengan Indriani Susanti
skala 8 (berat) pada bagian
dengan luka operasi
abdomen terasa perih seperti
pada abdomen ditandai tersayat-sayat, dan nyeri sangat
terasa saat bergerak turun
dengan meningkat,
menjadi nyeri skala 3 setelah
bersikap menghindari dilakukan perawatan 3x24 jam
O: wajah klien tampak tenang
nyeri, gelisah
TD : 120/80 MmHg
N : 82x/menit
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Gangguan mobilitas fisik S : klien bisa melakukan Indriani Susanti
pergerakan, gerakan terkoordinasi,
berhubungan dengan
pasien sudah bisa melakukan
neuromuscular dan nyeri seperti miring kanan miring kiri,
duduk, berjalan secara perlahan
ditandai dengan gerakan
setelah perawatan 3x24 jam
terbatas O: wajah tampak tenang
TD : 110/80 MmHg
N : 88x/menit
P : 20x/menit
S : 36.8oC
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

D. Pembahasan

67
Setelah melakukan penerapan prosedur mobilisasi dini pada Ny. H pada kasus sectio
caesarea di ruang Bengkulu yang dilaksanakan berdasarkan teori yang didapatkan serta
pertimbangkan kondisi klien yang merupakan suatu proses aplikasi dari teori terhadap praktek yang
nyata, penulis menemukan beberapa kesenjangan dan kesamaan, yang penulis uraikan
berdasarkan tahapan asuhan keperawatan yaitu:

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses manajemen keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2010). Dari hasil pengkajian awal pada Ny. H
yang didapat keluhan utama nyeri pada luka post operasi bagian abdomen, skala nyeri yang
dirasakan Ny. H adalah skala 8 (berat), nyeri terasa perih seperti tersayat-sayat, nyeri sangat terasa
saat bergerak. Saat observasi TTV : TD :110/80 mmHg, Nadi: 98 x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu ;
36,6c, pasien tampak meringis menahan sakit, bergerak tampak hati-hati. Selain itu, Ny.H juga
mengatakan tidurnya terganggu (sering terbangun saat tidur pada malam hari) akibat adanya nyeri
yang dirasakan.
Keluhan yang dialami Ny. H sesuai dengan tanda mayor pada diagnosa nyeri akut standar
diagnosis keperawatan Indonesia tahun 2018. Menurut Pratiwi (2012), sebagian besar nyeri yang
dirasakan pasien post SC tergolong dalam kategori nyeri berat. Perasaan nyeri yang dirasakan pada
setia individu berbeda seperti yang dijelaskan oleh Potter & Perry (2005) bahwa tidak ada individu
yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon
atau perasaan yang identik pada seorang individu. Pada pemeriksaan pola aktivitas ditemukan ROM
pasien terbatas, kekuatan otot menurun, aktivitas terganggu. Hasil penelitian ini sesuai dengan
konsep teori fauzi, (2013) bahwa persalinan section caesarea juga menyebabkan keterbatasan
gerak tubuh, sehingga proses penyembuhan luka akan semakin lama. Maka dari itu perawat
menganjurkan untuk melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat penyembuhan luka pada pasien
dan membatu pergerakan pada pasien. Mobilisasi dini sangat dianjurkan kepada pasien post sectio
caesarea, karena dapat mempercepat penyembuhan luka pada pasien. Hal ini sesuai dengan teori
Nur Arif (2016) bahwa masalah yang lazim muncul pada pasien post operasi sectio caesarea
keterbatasan gerak.
2. Diagnosa keperawatan

68
Pada diagnosa keperawatan, penulis mengalisa data yang diperoleh dari pengkajian sebelum
menegakkan diagnosa keperawatan. Dalam asuhan keperawatan secara teori penulis terdapat 2
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post operasi sectio caesaea. Berdasarkan
pengkajian dapat ditemukan 2 masalah keperawatan yaitu : nyeri akut, dan gangguan mobilitas fisik.
Pada penelitian ini ditemukan 2 diagnosa. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada
abdomen ditandai dengan bersikap menghindari nyeri, tampak meringis. Diagnosa ini sebagai
diagnosa utama karena saat dilakukan pengkajian keluhan utama Ny. H yaitu nyeri pada luka post
operasi sehingga diagnosa ini menjadi priotitas masalah yang perlu penanganan yang tepat. Pasien
tampak meringis, skala nyeri 8(berat), nyeri terasa perih seperti tersayat-sayat, dan nyeri akan
bertambah ketika bergerak.
Kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri pada saat
bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah. Diagnose ini ditegakkan saat dilakukan pemeriksaan pola
aktivitas ditemukan ROM pasien terbatas, kekuatan otot menurun, aktivitas terganggu. Gangguan
mobilitas fisik ini akan ditangani dengan mobilitasi dini. Karena mobilisasi dini akan mempercepat
proses penyembukan luka pada post op dan membantu mempelancar peredaran darah. Diagnose
yang muncul pada teori menurut PPNI (2018).

3. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan penulis melakukan perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang sudah di prioritaskan yaitu dengan komponen tujuan, kriteria dan rencana tindakan
keperawatan. Perencanaan yang terdapat dalam tinjauan teoritis telah diuraikan secara lengkap dan
jelas sehingga dapat dipakai sebagai rujukan dalam penyusunan rencana awal karena komponen
penrencanaan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Intervensi yang disusun berdasarkan teori PPNI (2018), Pada diagnose Nyeri akut
berhubungan dengan luka operasi pada abdomen ditandai dengan bersikap menghindari nyeri,
tampak meringis. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Yaitu,
(1) Identifikasi skala nyeri, (2) Identifikasi nyeri non perbal, (3), Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri, (4) Monitor efek samping penggunaan analgetik, (5) Berikan teknik
nonfarmakologi, (6) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri sectio caesarea, (7) Jelaskan strategi
meredakan nyeri, (8) Anjurkan menggunakan analgetik sectio caesarea yang tepat.

69
Intervensi yang telah disusun peneliti pada diagnosa Kedua Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri pada saat bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah,
yaitu : (1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, (2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan fisik, (3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi, (4)
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi, (5) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dini dengan
alat bantu (pagar tempat tidur), (6) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi dini, (7) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi , (8) Anjurkan melakukan mobilisasi dini,
( 9) Ajarkan pasien melakukan mobilisasi dini, setelah oprasi, pada 6 jam pertama klien harus tirah
baring. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah pergerakan lengan tangan, menggerakan ujung
jari kaki, dan memutar pergelangan kaki. Setelah 10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring kekiri
miring kekanan, Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah
klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan.

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan terhadap pasien dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan, pemenuhan klien harus disesuaikan dengan masing-masing diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat penulis susun dan laksanakan berdasarkan acuan
tindakan seperti yang tertuang dalam konsep teori, namun demikian tidak semua rencana
keperawatan tidak bisa wujudkan atau dilaksanakan, tetapi ada beberapa intervensi yang
diisesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien.
Implementasi dilaksanakan pada Ny.H mulai dari hari jumat, 03 april 2020 sampai dengan
tanggal 06 april 2020. Implementasi pertama dilaksanakan sesuai PPNI dengan cara mengkaji
status nyeri secara komperehensif didapatkan hasil nyeri dengan skala 8 (berat), terasa perih seperti
tersayat-sayat pada area abdomen, nyeri terjadi terus menerus dan bertambah saat bergerak. Selain
respon nyeri secara psikologis, dilakukan identifikasi respon fisik terhadap nyeri dimana pada Ny.H
tidak mengalami perubahan yg signifikan pada tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nafas
dan nadi. Penurunan nyeri yang terjadi dalam penelitian ini merupakan hasil dari tindakan
kolaborasi (farmakologis) dan manajemen nyeri. Hal ini sesuai dengan Smeltzer (2010) bahwa cara
paling efektif untuk mengurangi nyeri adalah menggabungkan intervensifarmakologis dan
nonfarmakologis.

70
Berdasarksn Implementasi dilakukan pada gangguan mobilitasi fisik pada pada hari pertama
6 jam pertama klien harus tirah baring. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah pergerakan lengan
tangan, menggerakan ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki. Setelah 10 jam pertama, klien
diharuskan untuk dapat miring kekiri miring kekanan, Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat
mulai belajar untuk duduk. Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan. Mobilisasi ini
bertujuan untuk meningkatkan penyembuhan luka insisi, akan tetapi harus dilakukan secara
bertahap dimulai dengan aktivitas yang ringan seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Rustianawati (2013) 6 jam pertama klien harus tirah
baring. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah pergerakan lengan tangan, menggerakan ujung
jari kaki, dan memutar pergelangan kaki. Setelah 10 jam pertama, klien diharuskan untuk dapat
miring kekiri miring kekanan, Setelah 24 jam klien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan. Mobilisasi juga dapat mempercepat
proses penyembuhan luka, dengan melakukan mobilisasi ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan,
fungsi usus dan kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dan
mobilisasi juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Hartati dalam
Lina, 2017). Mobilisasi dini merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh
individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan,
latihan maupun kemampuan aktifitas (Perry dalam Tri Septi Pujirahayu, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan diagnose Nyeri akut berhubungan dengan
luka operasi pada abdomen ditandai dengan bersikap menghindari nyeri, tampak meringis. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam yang dimulai pada tanggal 03 april sampai dengan
06 april 2020, klien mengatakan nyeri pada abdomen, nyeri dirasakan seperti di sayat – sayat, nyeri
dirasakan sekitar abdomen skala nyeri yang di rasakan 3 (ringan), nyeri dirasakan sesekali, klien
tampak tenang. Pada diagnosa Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
nyeri pada saat bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam klien mengatakan pasien sudah dapat menggerakan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, dan dapat berjalan, Kekuatan otot meningkat, Gerakan terkoordinasi, Gerakan terbatas,
Fisik masih lemah, Akitivitas masih dibantu keluarga Pasien sudah dapat duduk. tanda-tanda vital

71
dalam rentang normal yaitu : Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 82x/menit, pernafasan:
23x/menit, suhu: 36,9oC. hal ini sesuai dengan penelitian Yunitasari (2012), bahwa hambatan
mobilitas teratasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada pasien post op section caesarea. Setelah
dilberikan asuhan keperawatan dengan tindakan mobilisasi dini, pasien dapat melakukan aktivitas
secara mandiri dalam melakukan perawatan bayinya, selain itu setelah dilakukan mobilisasi dini
nyeri yang dirasakan berkurang.

72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian Keperawatan
Pada hasil pengkajian yang ditemukan pada Ny. H umur 20 tahun, yaitu PQRST (klien mengatakan
nyeri bekas jaitan luka oprasi, nyeri dirasakan seperti disayat-sayat, nyeri dirasakan bagian bekas
abdomen bagian bawah, skala nyeri yang dirasakan 8 (berat), nyeri sangat dirasakan saat
bergerak). Pada pengkajian pemeriksaan TTV, pada kasus yang diteliti didapatkan yaitu TD :
120/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, serta pada pemeriksaan head to toe ditemukan pada muka, ibu
tampak meringgis, muka pucat, pada ekstermitas adanya hambatan gerakan, pada pemeriksaan
fisik ditemukan, aktivitas dibantu keluarga, terdapat hambatan mobilitas, nyeri saat bergerak dan
susah untuk berjalan.
2. Diagnosa Keperawatan
Terdapat perbedaan diagnose pada teori dan kasus. Pada diagnose teori terdapat 4
masalah sedangkan pada diagnose kasus terdapat 2 masalah. Dilihat dari data pengkajian maka
diperoleh diagnosa yaitu (1) Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada abdomen ditandai
dengan bersikap menghindari nyeri, tampak meringis. (2) gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuskular dan nyeri ditandai dengan gerakan terbatas.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada abdomen
ditandai dengan bersikap menghindari nyeri, tampak meringis dan diagnose gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan nyeri ditandai dengan gerakan terbatas
pad Ny. H yaitu interpensi yang bertujuan dan kriteria hasil asuhan keperawatan, seluru intervensi
yang ada diteori diterapkan pada Ny.H.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Ny. H sesuai dengan intervensi keperawatan pada diagnose
nyeri akut berhubungan dengan luka operasi pada abdomen ditandai dengan bersikap menghindari
nyeri, tampak meringis dan pada diagnose gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular dan nyeri ditandai dengan gerakan terbatas.

73
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada Ny.H sesuai dengan kriteria hasil yang dilakukan yaitu skala nyeri
berkurang, nyeri saat begerak, gerakan terkoordinasi, gerakan terbatas, aktivitas masih dibantu
keluarga, sudah dapat bergerak, serta sudah dapat duduk dan berjalan, masalah teratasi.
Evaluasi keperawatan menunjukkan perbaikan mengenai kondisi kesehatan klien. Evaluasi asuhan
keperawatan dapat dikatakan berhasil karena setiap harinya menunjukkan perbaikan kesehatan.

B. SARAN
1. Tempat penelitian
Diharapkan pelayanan kesehatan dapat memfasilitasi sarana dalam menunjang pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien post op sectio caesarea.
1. Bagi ilmu Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
dan wawasan dalam penatalaksanaan asuahan keperawatan dalam tindakan mobilisasi dini pada
klien post op sectio caesarea.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta
dapat mengaplikasikan hasil riset keperawatan, mengikuti perkembangan teknologi, sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien post op sectio caesarea.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abasi M. 2015. Panduan lengkap kehamilan, persalinan dan perawatan bayi. Jogjakarta : Diglossia media.

Amalia, A., & Mafticha, E. (2015). Jenis Persalinan Dengan Skala Nyeri Involusi Uterus Masa Nifas Di RSUD Prof.
Dr. Soekandar Mojosari Mojokerto. HOSPITAL MAJAPAHIT, 4(2).

Hartati, Suryani. (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio Sesarea (Pendekatan Teori Model Selfcare
dan Comfort). Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono\Prawirohardjo

Sholikha U,(2014)”Asuhan Keperawatan ”Nuha Medika, yogyakarta

Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Masriroh Sitti. (2013). Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium, Yogyakarta

Kasda, D. (2011). Oprasi Sesarea Masalah dan Solusinya. Penerbit Puspa Sehat , Jakarta

Mukaromah, 2017

Kemenkes. (2011). Data penduduk Sasaran Program Pembanggunan Kesehatan 2011 – 2014. Jakarta

Marlina. (2016). Faktor Persalinan Sectio Caesarea Dirumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. 58 Jurnal Kesehatan,
VII, 57-56.

Jovany, M. (2012). Faktor - faktor yang mempengaruhi Keputusan Ibu Dilakukan Sectio Saesarea yang kedua.
Depok : FIK

Kasdu, D. (2003). Oprasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta Puspaswara.

Jitowiyono & Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Post Oprasi dengan Pendekatan, NIC, NOC. Nuha
Medica Yogyakarta.

Handayani, S.(2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Post Oprasi Sectio Caesarea Di Rsud Dr.
Moewardi Sukarta. Stikes Kusuma Husada, Surakarta.

Widiatie. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post
Sectio Secarea Di Rumah Sakit Unipdo Medika Jambang. Jurnal Edu Health, 5.

Rosemary. (2010). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu : Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer
Joko, Tamsuri. (2009). Manajemen Nyeri Kesehatan Post Op. Jakarta : Nuha Medika.

Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Supardi, S., Sampurno, O. D., & Notosiswoyo, M. 2002. Pengaruh Metode Ceramah Dan Media Leaflet Terhadap
Prilaku Pengobatan Sendiri Yang Sesuai Dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan.

Manuaba.2008. ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana. Edisi 2. Jakarta : EGC

Nanda Nic Noc, 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis & Nanda Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction :
Jakarta

75
Wikjosastro.2010. Buku Panduan Praktis pelayanan kesehatan Matemal dan Neonatal edisi1.Cet.12. Jakarta : Bina
Pustaka

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI

76
L

N
77
JADWAL PENELITIAN

BULAN
Jadwal
No
kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1. Proposal
KTI/TA
Seminar
2. proposal
KTI/TA
Revisi
3. Proposal
KTI/TA
Persiapan
4. Penelitian

Perizinan
5. Penelitian

Pelaksanaan
6. Penelitian

Pengolahan
7. Data

Laporan
8. KTI/TA

Sidang KTI/TA
9.
Revisi Laporan
10. KTI/TA Akhir

78
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)

1. Kami adalah Penelitian berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu/Keperawatan/DIII Keperawatan dengan ini meminta bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi
dengan suka rela dalam penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Mobilisasi Fisik Dengan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Oprasi.
2. Prosedur pengambilan data dengan cara wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang
akan berlangsung lebih kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi
bapak/ibu/saudara/i tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan/ pelayanan keperawatan.
3. Keuntungan yang bapak/ibu/saudara/i peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini adalah
bapak/ibu/saudara/i turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/ tindakan yang diberikan.
4. Nama dan jati diri bapak/ibu/saudara/i beserta seluruh informasi yang bapai/ibu/saudara/i sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
5. Jika bapak/ibu/saudara/i membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silahkan
menghubungi peneliti pada no hp: 082173542233

Peneliti

(Indriani Susanti)

79
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci
dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Indriani Susanti dengan judul Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Fisik Dengan Mobilisasi Dini Pada pasien Post Op Sectio Caesarea.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama
penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Mei, 2020

Saksi Yang memberi persetujuan

(............................................) (.........................................)
Mei, 2020
Peneliti

Indriani Susanti

80
PENGKAJIAN POST PARTUM ( khususuntukibunifas/ pascamelahirkan)

1. Data umumklien
Inisialklien :…………………………………… NamaSuami :…………………………
Pekejaan :…………………………………… Pekerjaan :…………………………
Pendididkan:………………………………….. Pendidikan :…………………………
Suku :…………………………………… Suku :…………………………..
Status :…………………………………… Status :……………………………..
Alamat :…………………………………… Alamat :………………………………….

2. Riwayatkehamilandanpersalianan yang lalu:

N Tahun Tipepersalinan penolong JK BB Keadaanbayisaatlahir Masalahkehamilan


O lahir
1
2
Pengalamanmenyususi :ya/tidakberapa lama :…………………

3. Riwayatkehamilansaatini
Berapa kali periksakehamilan : ………………………………………….
Masalahkehamilan : ……………………………………………………….
4. Riwayatpersalian
Jenispersalian :spontan, tindakan ………………………………………
SC ……………..tanggal/jam………………………….
Jeniskelaminbayi : L/P, BB: ……………..gram, PB: ……………….cm
Pendarahan : ………………………………………………………………..
Masalahdalampersalian : …………………………………………………
5. Riwayatginekologi
Masalahginekologi : ……………………………………………………….
RiwayatKB : ………………………………………………………………..
6. Data umumkesehatansaatini :
Keluhansaatini : …………………………………………………………..
Status obstetric : ……………………………………………………………
Keadaanumum : …………………………………………………………..
Kesadaran : ………………………………………………………………...
BB : ….kg, TB : ……………….cm
Tanda-tanda vital:
Tekanandarah : ………. mmHg.
Frekuensinadi : ………….x/menit
Suhutubuh : ………………….C
Frekuensipernafasan : ………………x/menit
Kepalaleher
Kepala : ………………………………………………………….
Mata : ………………………………………………………….
Mulut : …………………………………………………………..
Telingan : …………………………………………………………

81
Leher : ……………………………………………………………
Masalahkhusus : ………………………………………………
Dada
Jantung : ………………………………………………………..
Paru-paru : …………………………………………………….
Payudaya : ……………………………………………………….
Putting susu : ……………………………………………………
PengeluaranASI : ………………………………………………
Masalahkhusus : ………………………………………………..
Abdomen
Involusiuterus : …………………………………………………………………….
Fundus uterus : ……………………kontraksi : ……………..posisi : ……………..
Kandungkemih : …………………………………………………
Diatatis rectum abdominis : ………………………x…………….cm
Fungsipencernaan : ………………………………………………..
Masalahkhusus : ……………………………………………………
Perineum danginjal
Vegina :integritaskulit : ………..edema …………memar…………….
Hematoma…………..perineum :utuh / episiotomy / rupture.
Tanda REEDA
R :kemerahan, ya/tidak
E :bengkak, ya/tidak
E :echiomosisi, ya/tidak
D : discharge serum/ pus/ darah/tidak
A : approximate baik/tidak
Kebersihan : ……………………………………………………
Lochia
Jenis/warna : ………………………………………………………
Jumlah : ……………………………………………………………..
Konsistensi : ……………………………………………………….
Bau : …………………………………………………….………….
Hemorrhoid
Derajat…………………………………………………………………………..
Lokasi…………………………………………………………………………..
Berapa lama…………………………………………………………………….
Nyeri :ya/tidak…………………………………………………………………..
Masalahkhusus :……………………………………………………………..
Ekstermitas
Atas : edema, ya/tidak ………………………………………………………….
Bawah : edema, ya/tidak………………………………………………………..
Varises :ya/tidak, lokasi …………………………………………………..
Tandahuman : +/-
Masalahkhusus : …………………………………………………………
Eliminasi

82
BAK :kebiasaan BAK : …………………………………………………….
BAK saatini : …………………nyeri : ya/tidak…………………
BAB :kebiasaan BAB : ……………………………………………………
BAB saatini : ………………..konstipasi : ya/tidak ………….
Masalahkhusus : …………………………………………………………..
Istirahatdankenyamanan
Polatidur :kebiasaantidur, lama………….jam, frekuensi…………….
Polatidursaatini : …………………………………………………………
Keluhanketidaknyamanan :ya/tidak, lokasi…………………………….
Mobilisasidanlatihan
Tingkat mobilisasi : …………………………………………………..
Latihansenam : ……………………………………………………….
Masalahkhusus : ……………………………………………………..
Nutrisidancairan
Asupannurtisi : ……………………………………………………….
Asupancairan : ……………………………………………………….
Masalahkhusus : …………………………………………………….
Keadaan mental
Adaptasipsikologis : …………………………………………………
Penerimaanterhadapbayi : …………………………………………
Masalahkhusus : ……………………………………………………..
Kemampuanmenyususi : ………………………………………………………..
Obat-obatan : …………………………………………………………………….
Hasilpemeriksaanpenunjang : ………………………………………………..

83

Anda mungkin juga menyukai