Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Jalannya Penelitian

Persiapan penyusunan proposal dilakukan pada tanggal 27 Januari 2020.. Penelitian


ini dilaksanakan di ruang inap ruangan Fresia 1 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama
tiga hari Penelitian ini dilakukan dimulai dengan pemilihan subjek penelitian dengan
menggunakan kriteria insklusi dan eklusi yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan pasien
sebagai subjek penelitian, pasien diberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dan
diberikan terapi teknik relaksasi napas dalam selama tiga (3) hari berturut-turut untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Penyusunan laporan, dimulai dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung serta studi dokumentasi dengan
menggunakan format asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Setelah
data terkumpul dilakukan analisa data untuk menjawab tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui gambaran asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman (nyeri) dengan tehnik
foot hand massage pada pasien coronary artery disease.
2. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Fresia 1 RSHS Bandung pada tanggal 27
Oktoberi 2019 sampai dengan 29 Oktober 2019. RSHS Bandung. jumlah perawat yang
ada di ruang Fresia 1 berjumlah 20 orang yang terdiri dari kepala ruangan, ketua tim I,
ketua tim II, petugas administrasi, petugas logistik beserta anggota.
3. Hasil Studi Kasus
a. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil anamnesis Tn. S dengan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada
Pasien CAD (Coronary Artery Disease) di ruang Fresia 1 RSHS Bandung

No Anamnesa Hasil anamnesa


1 Identitas Tn. S berusia 50 tahun, seorang wirasuwasta lulusan
SMA, tinggal di Bandung, telah menikah, beragama
islam, dan didiagnosa CAD
2 Keluhan utama Nyeri pada bagian dada sebelh kiri dan menjalar ke
bahu, lengan kiri dan tembus kepunggung
3 Riwayat penyakit Klien masuk rumah sakit pada tanggal 13 Oktober
sekarang 2019 dengan keluhan nyeri dada. Pada saat
pengkajian klien mengatakan nyeri pada bagian dada
sebelah kiri dan menjalar ke bahu, lengan kiri dan
tembus kepunggung dengan skala 3, nyeri terasa
panas , nyeri terasa hilang timbul, nyeri bertambah saat
klien bergerak, klien mengatakan sulit tidur, tidak puas
tidur, pola tidur berubah, istirahat tidak cukup, tidur
hanya 5 jam, warna mata agak merah, konjungtiva an
anemis, lingkaran kantung mata bagian bawah hitam,
dan klien tampak sering menguap.
4 Riwayat penyakit Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya,
dahulu tidak menderita penyakit kronik dan menular, tidak ada
riwayat penyakit alergi.
5 Riwayat penyakit Klien mengatakan keluarganya ada yg memiliki
keluarga penyakit hipertensi
6 Perilaku yang Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
mempengaruhi mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Pasien
kesehatan mengatak perokok berat sehari bisa menghabiskan 2-3
bungkus, Pasien mengatakan jarang berolah raga
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan fisik Tn. S dengan Pemenuhan kebutuhan Rasa Nyaman
Pada Pasen CAD (Coronary artery disease) di ruang Fresia 1 RSHS Bandung

No Observasi Hasil observasi


1 Sistem pernafasan RR: 20x/menit, pola nafas regular, suara nafas
vesikuler, bentuk dada simetris, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan
Masalah Tidak ada
keperawatan
2 Sistem TD: 160/80 MmHg, Nadi: 106x/menit, CRT: <3 detik,
kardiovaskular akral hangat, turgor kulit baik, irama jantung reguler,
bunyi jantung normal.
Masalah Tidak ada
keperawatan
3 Sistem persarafan Kesadaran: compos mentis, GCS:15, istirahat/tidur: 5
jam/hari, suhu: 36.5oC, nyeri dada skala 3
Masalah Nyeri akut
keperawatan
4 Sistem perkemihan Frekuensi BAK ± 8 x/ hari, tidak ada distensi urin.
Masalah Tidak ada
keperawatan
5 Sistem pencernaan TB: 160 cm, BB: 65 kg, IMT:21.48 (normal) BAB:
1x/hari
Masalah Tidak ada
keperawatan
6 Sistem Kekuatan otot: normal, pergerakan sendi bebas, tidak
muskuluskeletal ada edema pada ekstremitas atas maupun bawah,
tidak ada nyeri sendi
Masalah Tidak ada
keperawatan
7 Sistem integumen Luka insisi post operasi section caesarea pada
abdomen tampak kering, kemerahan, bengak, teraba
panas, panjang 17 cm, lebar 0.5 cm
Masalah Kerusakan integritas kulit, resiko infeksi
keperawatan

Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan diagnostik Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman pada pasien CAD di ruang Fresia 1 RSHS Bandung

Jenis Hasil Nilai Rujukan Interpretasi


Pemeriksaan
Gula darah 92 70-120 Mg/dl Normal
sewaktu
Ureum 37 20-40 Mg/Dl Normal
Creatinin 0,5 0.5-1.2 Mg/Dl Normal
Troponin T 33327,6 <19 Ng/mg normal 20-100 Meningkat
intermedical
Hemoglobin 13,4 Lk: 13.0-18.0 Gr/Dl. Pr: 12.0- Normal
16.0 Gr/Dl
Hematokrit 40 Lk: 37-47% Pr: 40-54% Menurun
Leokosit 10.700 4000-10.000 mm3 Meningkat
Trombosit 200.000 150.000-450.000 sel/mm3 Normal

Tabel 4.5 terapi obat Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien
CAD di ruang Fresia 1 RSHS Bandung
Nama obat Cara pemberian Dosis Manfaat
Aspilets Oral 1 x 80 mg Mencegah adanya
penyumbatan pembulu
darah pada PJK
Clopidogrel Oral 1 x 75 mg Mencegah
penggumpalan darah
Isosorbide Dinitrate Oral 3 x 10 mg Mengobati angina pada
penderita PJK
Alprazolam Oral 1 x 0,5 mg Menurun kan
kecemaan
Candesartan Oral 1 x 4 mg Menurunkan tekanan
darah

b. Diagnosa keperawatan
1. Analisa Data
No Data Kemungkinan Penyebab Diagnosa
keperawatan
1. DS : Infark miokard Nyeri Akut
1. Mengeluh nyeri dada
DO: Metabolisme anaerob meningkat
1. Tampak meringis
2. Gelisah PH sel menurun
3. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri) Produksi asam laktat meningkat
4. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi meningkat Nyeri akut

2. DS: Perubahan hemodinamik Intoleransi aktivitas


1. Mengeluh lelah progresif
2. Dyspnea saat/setealah aktivitas
3. Merasa tidak nyaman setelah Pe menurun perfusi perifer, dan
beraktivitas Pe menurun perfusi Koroner
4. Merasa lemah
DO: Hipotensi, asidosis metabolic
1. Frekuensi jantung meningkat dan hipoksemia
>20% dari kondisi istirahat
2. Tekanan darah berubah >20% Kelemahan fisik
dari kondisi istirahat
3. Gambaran EKG menunjukkan Intoleransi aktivitas
aritmia saat/setelah aktivitas
4. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
5. Sianosis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi iskemia ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis dan gelisah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemah, dan
frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
c.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut SIKI (2018) yaitu:
Tabel 2.2 intervesi keperawatan
Diagnosa keperawatan Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Intervensi utama
dengan agen 1. Menejemen nyeri
pencedera fisiologi Tindakan
iskemia ditandai dengan a. Observasi
mengeluh nyeri, tampak 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
meringis dan gelisah kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperringan
nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respun nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyaeri pada kualitas nyeri
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgestik
b. Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang memper berat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahyaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strateggi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secaara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberiam analgetik, jika perlu
Intervensi pendukung
2. Terapi pemijatan
Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi kontraindikasi terapi pemijatan (mis.
Penurunan trombosit, gangguan integritas kulit, deep vein
thrombosis, area lesi, kemerahan atau radang, tumor dan
hipersensitivitas terhadap sentuhan
2) Identifikasi kesediaan dan penerimaan dilakukan
pemijatan
3) Monitor respon terhadap pemijatan
b. Terapeutik
1) Terapkan jangka waktu untuk pemijatan
2) Pilih area tubuh yang akan dipijat
3) Cuci tangan dengan air hangat
4) Siapkan lingkungan yang hangat dan privasi
5) Buka area yang akan dipijat, sesikan kebutuhan
6) Tutup area yang tidak terpajang (mis. Dengan selimut,
seprai, handuk mandi)
7) Gunakan lotion atau minyak untuk mengurangi gesekan
(perhatikan kontraindikasi penggunaan lotion atau
minyak tertentu pada tiap individu)
8) Lakukan pemijatan secara perlahan
9) Lakukan pemijatan dengan teknik yang tepat

c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur terapi
2) Anjurkan rileks selama pemijatan
3) Anjurkan beristirahat setelah dilakukan pemijatan
3. Intoleransi aktivitas yang Intervensi Utama
berhubungan dengan 1. Menejemen energy
ketidakseimbangan Tindakan
suplai dan kebutuhan a. Observasi
oksigen ditandai dengan 1) identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
mengeluh lelah, merasa kelelahan
lemah, dan frekuensi 2) monitor kelelahan fisik dan emosional
jantung meningkat >20% 3) monitor pola dan jam tidur
dari kondisi istirahat 4) monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
3) Berikan terapi distraksi yang menyenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan
Intervensi Pendukung
2. Terapi aktivitas
Tindakan
a. Observasi
1) Identifikasi deficit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4) Identifikasimakna aktivitas rutin (mis. Bekerja) dan waktu
luang
5) Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas.
b. Terapeutik
1) Fasilitas focus dengan kemampuan, bukan defisut yang
dialamai
2) Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan social
3) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan
social
4) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
5) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6) Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas,
7) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
8)
c. Edukasi
1) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3) Anjurkan terlibat dlam aktivitas fisik, social, spiritual, dan
kognitif dalm menjaga fungsi dan kesehatan
4) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
perlu
5) Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
2) Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
d. Implementasi keperawatan
Table 4.7 Implementasi keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon Hasil Evaluasi
Dan Jam
27-10-19 Nyeri akut b/d agen pencedera 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 7 S: Pasien mengatakan nyeri
10.00 fisik 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di dada dibagian dada
wib 3. Memberikan teknik 3. Teknik foot hand massage O : Skala nyeri 7
A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 4. Lingkungan yang aman dan
P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri nyaman I : Memberikan teknik
4. Mengkontrol lingkungan yang nonfarmkologis untuk
memperberat rasa nyeri mengurangi nyeri
E : Pasien masih tampak
kesakitan
R : Tidak ada

27-10-19 Intoleransi aktivitas 1. monitor pola dan jam tidur 1. Tidur hanya 5 jam sehari S : Merasa tidak nyaman setelah
11.00
berhubungan 2. monitor lokasi dan 2. Lokasi dan ketidak nyamanan beraktivitas
wib
dengan ketidaknyamanan selama selama beraktivitas di dada O : Gambaran EK
ketidakseimbangan melakukan aktivitas 3. meningkatkan aktivitas menunjukkan aritmia
suplai dan 3. Lakukan latihan rentang gerak secara bertahap sampai saat/setelah aktivitas
kebutuhan oksigen pasif atau aktif normal dan memperbaiki A: Intoleransi aktivitas
P : Intervensi dilanjutkan
ditandai dengan 4. Anjurkan melakukan aktivitas
tonus otot. I : Melakukan latihan rentang
mengeluh lelah, secara bertahap gerak pasif atau aktif yang
4. Untuk menilai respon sederhana
merasa lemah, dan
tubuh pasien E : Kllien masih belum dapat
frekuensi jantung melakukan aktivitas
R : Tidak ada
meningkat >20%
dari kondisi
istirahat.

28-10-19 Nyeri akut b/d agen pencedera 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 6 S: Pasien mengatakan nyeri
10.00 fisik 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di dada dibagian dada
wib 3. Memberikan teknik 3. Teknik foot hand massage O : Skala nyeri 6
A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 4. Lingkungan yang aman dan
P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri nyaman I : Memberikan teknik
4. Mengkontrol lingkungan yang nonfarmkologis untuk
memperberat rasa nyeri mengurangi nyeri
E : Pasien masih tampak
kesakitan
R : Tidak ada

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Respon Hasil Evaluasi


Dan Jam
28-10-19 Intoleransi aktivitas 1.monitor pola dan jam tidur 2. Tidur hanya 5 jam sehari S : Merasa tidak nyaman setelah
11.00 3. Lokasi dan ketidak
berhubungan 2.monitor lokasi dan beraktivitas
wib nyamana selama
dengan ketidaknyamanan selama O : Gambaran EK
beraktivitas di dada
ketidakseimbangan melakukan aktivitas 4. meningkatkan aktivitas menunjukkan aritmia
suplai dan 3.Lakukan latihan rentang gerak pasif secara bertahap sampai saat/setelah aktivitas
normal dan memperbaiki
kebutuhan oksigen atau aktif A: Intoleransi aktivitas
tonus otot.
P : Intervensi dilanjutkan
ditandai dengan 4.Anjurkan melakukan aktivitas 5. Untuk menilai respon I : Melakukan latihan rentang
mengeluh lelah, secara bertahap tubuh pasien gerak pasif atau aktif yang
sederhana
merasa lemah, dan
frekuensi jantung E : Kllien masih belum dapat
melakukan aktivitas
meningkat >20%
R : Tidak ada
dari kondisi
istirahat.

29-10-19 Nyeri akut b/d agen pencedera 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri 4 S: Pasien mengatakan nyeri
15.00 fisik 2. Mengidentifikasi lokasi nyeri 2. Lokasi nyeri di foot hand dibagian dada
wib 3. Memberikan teknik massage O : Skala nyeri 4
A : Nyeri akut
nonfarmakologis untuk 3. Teknik napas dalam
P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi nyeri 4. Lingkungan yang aman dan I : Memberikan teknik
4. Mengkontrol lingkungan yang nyaman nonfarmkologis untuk
memperberat rasa nyeri mengurangi nyeri
E : Nyeri pasien berkurang
R : Tidak ada

29-10-19 Intoleransi aktivitas 1.monitor pola dan jam tidur 1. Jam tidur sudah mulai teratur S : pasien mengatakan sudah
17.00 2. Pasien dapat melakukan mulai bisa berativitas
berhubungan 2.monitor lokasi dan
wib pergerakan O : mampulatihan garak pasif
dengan ketidaknyamanan selama atau aktif
3. Pasien dapat latihan gerak pasif
A: intoleransi aktivitas
ketidakseimbangan melakukan aktivitas yang sederhana P : Intervensi dilanjutkan
suplai dan 3.Lakukan latihan rentang gerak pasif 4. Bisa melakukan aktivitas secara I : Melakukan aktivitas yang
bertahap sederhana
kebutuhan oksigen atau aktif
E : Kllien sudah dapat
ditandai dengan 4.Anjurkan melakukan aktivitas melakukan aktivitas
R : Tidak ada
mengeluh lelah, secara bertahap
merasa lemah, dan
frekuensi jantung
meningkat >20%
dari kondisi
istirahat.
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang kebutuhan rasa nyaman pada pasien
CAD menggunakan teknik foot handmassage dengan teori yang ada, maka pembahasan
akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses manajemen keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,2010).
Saat pengumpulan data, peneliti menggunakan metode anamnesa, dan pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data dilakukan di ruang fresia 1 RSHS Bandung dengan masalah nyeri akut
pada CAD. Setelah mendapatkan data klien yang akan diberikan terapi relaksasi autogenik,
peneliti melakukan kontrak waktu dengan klien untuk melakukan pengkajian awal. Selama
melakukan pengkajian terhadap klien, peneliti tidak banyak mengalami kesulitan dalam
mendapatkan informasi yang peneliti butuhkan dari klien.
Dari hasil pengkajian awal yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2019 pada Tn.s
diperoleh data bahwa keluhan utama Nn. M mengatakan mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah, dilakukan pengkajian menggunakan pengkajian PQRST : P (Provoking Incident): klien
merasakan nyeri karena mengalami menstruasi, Q (Quality of Pain): klien merasakan nyeri
seperti diremas-remas, R (Region): pada perut bagian bawah, S (Scale of Pain): Skala nyeri 6
(sedang), T (Time): nyeri yang dirasakan hilang timbul. Klien juga mengeluh pusing, mengeluh
sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup, saat tidur malam sering
terbangun karena merasakan nyeri akibat menstruasi. Dari pemeriksaan fisik tekanan darah :
120/80 mmHg, nadi : 97x/menit, pernapasan : 21x/menit, suhu : 36,5ºC.
Keluhan yang dialami Nn. M sesuai dengan tanda mayor dan minor pada diagnosa nyeri
akutStandar Diagnosis Keperawatan Indonesia tahun 2017. Menurut Anurogo (2015),
menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan setiap
individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari keluhan utama yang dirasakan
klien sesuai dengan jurnal yang peneliti dapat, karena klien saat mengalami nyeri haid
dismenore klien hanya berbaring ditempat tidur.
Pada pengkajian yang didapatkan dari kasus tersebut sesuai juga dengan tanda mayor
dan minor pada diagnosa gangguan pola tidur yaitu klien mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak
puas tidur, mengeluh istirahat tidak cukup, saat tidur malam sering terbangun.
Berdasarkan penelitian Proferawati & Misaroh (2009) derajat nyeri dan kadar gangguan
tentu tidak sama untuk setiap perempuan. Ada yang masih bisa bekerja dan ada yang tidak
mampu melakukan kegiatan, pola tidurnya terganggu dan ini akan menurunkan kualitas hidup
pada masing-masing individu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon klien yang dianalisis dan dapat
diidentifikasi data penunjang adanya gangguan pada status kesehatan yang dialami klien serta
dapat didukung peneliti. Setelah didukung pengkajian melalui pengumpulan data,
mengklarifikasi dan menganalisa data didapatkan dua diagnosa yang pertama nyeri akut karena
klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, terasa seperti diremas-remas, skala nyeri 6,
terasa hilang timbul. Diagnosa kedua gangguan pola tidur dengan klien mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, dan mengeluh tidak puas tidur karena merasakan nyeri akibat
menstruasi.
Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis ditandai dengan
mengeluh nyeri, gelisah, dan tampak meringis sesuai dengan tanda minor dan mayor Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Diagnosa kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur ditandai dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, dan
mengeluh tidak puas tidur sesuai dengan tanda mimor dan mayor sesuai Tim Pokja SDKI DPP
PPNI 2017.
Menurut Hidayat (2008) ada tigadiagnosa yang muncul, sedangkan yang ditemukan pada
kasus ada dua diagnosa yang ditemukan. Hal ini dikarenakan pada saat pengkajian tidak
ditemukan tanda minor dan mayor pada diagnosa ansietas yang ada diteori.
3. Intervensi
Diagnosa yang ditemukan ada dua pada Nn. M yaitu nyeri akut berhubungan dengan
pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah dan meringis. Diagnosa kedua
gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan mengeluh sulit
tidur, mengeluh sering terjaga, dan mengeluh tidak puas tidur. Tujuan yang diharapkan pada
diagnosa ini adalah setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan
nyeri abdomen klien dapat berkurang serta masalah keperawatan lainnya teratasi, dengan
kriteria hasil mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan teknik
relaksasi autogenik yang diajarkan, dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Menurut teori Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) intervensi yang dilakukan
pada diagnosa pertama nyeri akut yaitu pertama observasi: identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif, kaji TTV, kaji karakteristik nyeri, monitor respon terhadap terapi relaksasi autogenik
yang telah diberikan. Kedua terapeutik: beri informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi autogenik yang akan diberikan, gunakan pakaian longgar, gunakan teknik
relaksasi autogenik sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai. Ketiga edukasi: jelaskan tujuan, manfaat, dan terapi relaksasi autogenik yang akan
diberikan, jelaskan secara rinci intervensi terapi relaksasi autogenik yang digunakan, anjurkan
mengambil posisi nyaman, anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik relaksasi autogenik
yang telah diajarkan.
Pada diagnosa gangguan pola tidur intervensi yang diterapkan pertama observasi:
identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur, identifikasi makan dan
minum yang mengganggu tidur misalnya teh, kopi, alkohol, makan sebelum tidur, minum banyak
air sebelum tidur.
Dari intervensi yang direncanakan dan diatur pada teori tidak terdapat perbedaan pada
kasus nyeri akut yang dialami Nn. M. Sejalan dengan penelitian Smeltzer (2008) teknik
relaksasi autogenik merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan
intensitas nyeri. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri serta
dapat digunakan pada saat seseorang sehat maupun sakit.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan mulai dari hari selasa 25 Juni 2019 sampai dengan hari kamis
27 Juni 2019. Implementasi dilaksanakan untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut
pada klien yaitu dengan melakukan menejemen nyeri dengan memberikan teknik relaksasi
autogenik yang pertama observasi: mengidentifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif, mengkaji TTV,
mengkaji karakteristik nyeri, memonitor respon terhadap terapi relaksasi autogenik yang telah
diberikan. Kedua terapeutik: memberi informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi autogenik yang akan diberikan, menggunakan pakaian longgar, menggunakan teknik
relaksasi autogenik sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai. Ketiga edukasi: menjelaskan tujuan, manfaat, dan terapi relaksasi autogenik yang akan
diberikan, menjelaskan secara rinci intervensi terapi relaksasi autogenik yang digunakan,
menganjurkan mengambil posisi nyaman, menganjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
relaksasi autogenik yang telah diajarkan. Sesuai dengan Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018.
Hasil implementasi diagnosa nyeri akut hari pertama sampai hari ketiga menunjukkan
perubahan nyeri yang dirasakan klien berkurang dari skala 6 menjadi skala 2 dengan
diberikannya terapi relaksasi autogenik. Sesuai dengan penelitian Smeltzer (2008) bahwa klien
yang mengalami nyeri abdomen dengan diberikan teknik relaksasi autogenik dapat mengurangi
rasa nyeri.
Implementasi pada diagnosa gangguan pola tidur menejemen energi yaituobservasi:
mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur,
mengidentifikasi makan dan minum yang mengganggu tidur misalnya teh, kopi, alkohol, makan
sebelum tidur, minum banyak air sebelum tidur.
Hasil implementasi diagnosa gangguan pola tidur pada klien dari hari pertama sampai
hari ketiga menunjukkan perubahan dari yang hari pertama klien mengeluhkan tidur hanya 5
jam dan sering terbangun,hari ketiga klien mengatakan tidur 7 jam dan klien mampu melakukan
aktivitas seperti biasa tanpa ada rasa nyeri akibat menstruasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perkembangan kesehatan klien untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai dari satu diagnosa yang telah disusun sesuai dengan
keluhan utama selama melakukan asuhan keperawatan pada Nn. M dengan nyeri akut
berhubungan dengan pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah dan
meringis, dan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, dan mengeluh tidak puas tidur.
Dilaksanakan sejak tanggal 25 Juni 2019 sampai 27 Juni 2019 dapat dikatakan berhasil
dimana kriteria hasil yang didapatkan semua masalah teratasi dengan klien mengatakansetelah
diberikan terapi relaksasi autogenik nyeri yang dirasakan dari hari pertama sampai hari ketiga
berkurang. Nyeri yang dirasakan seperti mulas-mulas biasa, klien juga tampak lebik baikan dari
dua hari sebelumnya, skala nyeri 2, dan klien mengatakan tidur malammya terasa nyenyak tidak
terbangun seperti dua hari sebelumnya.
Evaluasi keperawatanpada kasus ini yang dihasilkan sudah sesuai dengan penelitian
Asmadi (2009) yang menyebutkan bahwa dengan memberikan terapi relaksasi autogenik pada
klien akan membantu memperlancar sirkulasi darah dan meningkatkan kenyamanan sehingga
mampu mengurangi rasa nyeri.

Anda mungkin juga menyukai