A. Jalannya Penelitian
Tahap persiapan, setelah dilakukan ujian proposal dan perbaikan selama satu minggu,
kemudian peneliti mempersiapkan syarat-syarat penelitian dengan mengurus surat-surat
penelitian, meminta izin penelitian dari Pemerintah Provinsi Bengkulu Dinas Penanaman Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dilanjutkan ke rumah sakit RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Pada tanggal 17 Juni 2019 surat perizinan untuk melakukan penelitian dikeluarkan.
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 21 Juni 2019 selama enam hari untuk
mencari responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi diruangan ICCU RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu Penyusunan laporan penelitian dilakukan dengan melakukan pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
B. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada
tanggal 21 Juni 2019 di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu beralamat di Jl. Bhayangkara,
sidomulyo, gading cempaka, kota Bengkulu. jumlah perawat yang ada di ruang ICCU
berjumlah 20 orang yang terdiri dari kepala ruangan, ketua tim I, ketua tim II, petugas
administrasi, petugas logistik beserta anggota. penyakit yang ditangani di ruang ICCU
adalah masalah kardiovaskuler.
2. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil anamnesis Tn. S dengan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada
Pasien CAD (Coronary Artery Disease) di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Dari hasil pengkajian yang didapatkan adalah adanya keluhan nyeri dada sebelah kiri dan
menjalar ke bahu, lengan kiri dan tembus kepunggung, skala 3, nyeri terasa panas , nyeri
terasa hilang timbul, lama nyeri ± 15 menit, nyeri bertambah saat klien tiba-tiba bergerak,
pasien mengatakan sulit tidur dan hanya tidur 4-5 jam.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan fisik Tn. S dengan Pemenuhan kebutuhan Rasa Nyaman
Pada Pasen CAD (Coronary artery disease) di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil yaitu tekanan darah pasien dalam rentang tinggi,
nadi pasien meningkat saaat mellakukan aktivitas, pasien mengeluh sulit tidur, nyeri dada
dengan skala nyeri 3.
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan diagnostik Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman pada pasien CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Dari hasil pemeriksaan diagostik didapatkan hasil Troponin T meningkat dan leukosit
pasien meningkat. Troponin T adalah enzim jantung yang akan mengontrol otot jantung ketika
miokardium mengalami kerusakan.
Tabel 4.5 terapi obat Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien
CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Nama obat Cara Dosis Waktu Manfaat
pemberian pemberian
Aspilets Oral 1 x 80 mg 18.00 WIB Mencegah adanya
penyumbatan
pembulu darah pada
PJK
Clopidogrel Oral 1 x 75 mg 12:00 Mencegah
penggumpalan darah
Alprazolam Oral 1 x 0,5 21:00 Menurunkan
mg kecemaan, dan
menenangkan
Candesartan Oral 1 x 4 mg 21:00 Menurunkan tekanan
darah
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.6 analisa data Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien
CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
a. Analisa data
No Data Kemungkinan Penyebab Diagnosa
keperawatan
1. DS : Gaya hidup ( merokok), Stress Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan nyeri dada
sebelah kiri dan menjalar ke Aterosklerosis
bahu, lengan kiri dan tembus
kepunggung Infark miokard
2. Nyeri terasa panas hilang timbul
± 30 menit lebih terasa nyeri saat Metabolisme anaerob meningkat
klien bergerak
DO: PH sel menurun
1. TD: 90/80 MmHg
2. Nadi: 86x/menit Produksi asam laktat meningkat
3. skala nyeri 3
4. RR: 20x/menit Nyeri akut
2. DS: Infark miokard Intoleransi aktivitas
Pasien mengeluh mudah lelah
DO: Gangguang kontaksi jantung
1. TD: 90/80 MmHg saat istirahat
2. TD: 140/70 MmHg saat aktivitas Penurun perfusi perifer, dan
ke kamar mandi Penurun perfusi Koroner
3. N: 86x/menit saat istirahat
4. N: 102x/menit saat aktivitas Hipotensi Tekanan darah
5. Pasien tampak lemas menurun
6. RR: 20x/menit
Asidosis metabolic
(menumpuknya asam di dalam
tubuh)
Kelemahan fisik
Intoleransi aktivitas
Dari hasil analisa diagnosa di atas didapatkan diagnosa yang muncul pada kasus yaitu
ada dua diagnosa yang pertama nyeri akut dan yang kedua intoleransi aktivitas yang
sesuai dengan tanda mayor dan minor dari tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017.
b. Diagnos Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi iskemia ditandai dengan
mengeluh nyeri, nyeri terasa panas hilang timbul ±30 menit
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemas
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.7 intervesi keperawatan Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada
pasien CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Diagnosa keperawatan Intervensi
1. Nyeri akut A. Intervensi utama
Menejemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi Foot Hand Massage yang sudah
diberikan
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
terapi pijat
Edukasi
1. Jelaskan penyebab nyeri
2. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberiam analgetik, jika perlu
B. Intervensi Pendukung
Terapi pemijatan dengan Foot Hand Massage
Observasi
1. Identifikasi kesediaan dan penerimaan dilakukan pemijatan
2. Monitor respon terhadap pemijatan
Terapeutik
1. Terapkan jangka waktu untuk pemijatan
2. Pilih area tubuh yang akan dipijat
3. Cuci tangan dengan air hangat
4. Siapkan lingkungan yang hangat dan privasi
5. Gunakan lotion atau minyak untuk mengurangi gesekan
(perhatikan kontraindikasi penggunaan lotion atau minyak
tertentu pada tiap individu)
6. Lakukan pemijatan dengan teknik yang tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur terapi
2. Anjurkan rileks selama pemijatan
3. Anjurkan beristirahat setelah dilakukan pemijatan
2. Intoleransi aktivitas A. Intervensi Utama
Menejemen energy
Observasi
1. identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. monitor kelelahan fisik dan emosional
3. monitor pola dan jam tidur
4. monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
2. Berikan terapi distraksi yang menyenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makan
B. Intervensi Pendukung
Terapi aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.7 implementasi keperawatan Tn. S dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Perawat mengkolaborasikan
11:05 WIB 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan tim kesehatan lain untuk
tentang cara
meningkatkan asupan
meningkatkan asupan makanan
makan
yang rendah garam
B. Implementasi Pendukung
B. Respon Hasil Pendukung
Terapi aktivitas
Terapi aktivitas
Edukasi
Edukasi
11:10 WIB 1. Menjelaskan metode
1. Pasien mengerti penjelasan tentang
aktivitas fisik sehari-hari,
metode aktivitas yang bisa
jika perlu
dilakukan sehari-hari
11:15 WIB 2. Mengajarkan cara
2. Pasien melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas yang
sudah di jarkan oleh perawat
dipilih
B. Implementasi Pendukung
B. Respon Hasil Pendukung
Terapi aktivitas
Terapi aktivitas
Edukasi
10:00 WIB 1. Menjelaskan metode Edukasi
aktivitas fisik sehari-hari, 1. Pasien mengatakan mengeti
jika perlu metode aktivitas yang bisa
10:05 WIB 2. Mengajarkan cara dilakukan sehari-hari
melakukan aktivitas yang 2. Pasien mampu melakukan aktivitas
dipilih yang dipilih
B. Implementasi Pendukung
B. Respon Hasil Pendukung
Terapi aktivitas
Terapi aktivitas
Edukasi
Edukasi
1. Menjelaskan metode
1. Pasien mengatakan mengeti
aktivitas fisik sehari-hari,
10:25 WIB metode aktivitas yang bisa
jika perlu
dilakukan sehari-hari
2. Mengajarkan cara
2. Pasien mampu melakukan aktivitas
melakukan aktivitas yang
yang dipilih
10:30 dipilih
3. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4. 10 Evaluasi keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Nyeri akut S: Pasien mengatakan merasa nyaman setelah di lakukan terapi Foot Hand Massage
Pasien mengatakan nyeri dada sudah berkurang dan nyaman
O: Skala nyeri 1
TD: 100/80 mmHg
RR 18x/menit
N: 84 x/menit
S: 36,50C
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan tidak ada gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, Pasien mampu
berjalan untuk BAB ke toilet
Pasien mengatakan sudah bisa tidur 7 jam
O: TD: 110/80 mmHg
RR 18x/menit
N: 90 x/menit
S: 36,40C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Dari hasil evaluasi hari terakhir didapatkan hasil pasien sudah tidak lagi mengeluh nyeri dada, pasien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, pasien mampu tidur lebih awal sampai 6 jam dimalam hari
C. Pembahasan
Setelah melakukan penerapan prosedur Foot Hand Massage pada Tn. S dengan
nyeri akut post serangan CAD di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang
dimulai dari tanggal 24 Juni 2019 sampai dengan 26 Juni 2019, dilaksanakan
berdasarkan teori yang didapatkan serta pertimbangkan kondisi klien yang
merupakan suatu proses aplikasi dari teori terhadap praktek yang nyata, penulis
menemukan beberapa kesenjangan dan kesamaan, yang penulis uraikan
berdasarkan tahapan asuhan keperawatan yaitu:
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian pada Tn.S yang dilakukan Pada tanggal 24 juni 2019 pada pukul
08:00 didapatkan keluhan utama nyeri pada post serangan iskemi, skala nyeri yang
dirasakan Tn.S adalah 3, nyeri terasa terus- menerus panas, nyeri hilang timbul ± 30
menit dan bertambah saat bergerak. Menurut M. Asikin et.al, 2016 rasa tidak nyaman
yang dirasakan pada pasien CAD yaitu rasa tertekan, rasa terjerat, ras penuh, rasa
terbakar, rasa bengkak, dan ras seperti sakit gigi. Rasa tidak nyaman tersebut
biasanya berkisar 1-5 menit dapat menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung, dan
lengan kiri.
Nyeri yang dirasakan pada Tn. S disebabkan karena penyumbatan arteri koroner
yang semakin buruk, akibat dari penyumbatan dan tidak cukupnya aliran darah yang
kaya oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen di miokard sehingga sel miokard
terjadi metabolisme anaerob (metabolism tanpa oksigen) yang menghasilkan asam
laktat . Asam laktat yang berkumpul di otot jantung inilah yang menimbulkan rasa
nyeri. Ras nyeri yang hebat terjadi saat serangan CAD, saat ini pasien meraskan
nyeri ringan dengan skala 3 yang merupakan nyeri sisa paska serangan iskemik.
Penyakit CAD di sebabkan karena beberapa faktor yang tidak dapat dimodifikasi
seperti usia, jenis kelamin, ras, dan riayat keluarga CAD, dan faktor yang dapat
dimodifikasi seperti hipertensi, merokok, diabetes dan gaya hidup monoton.
Berdasarkan pengkajian didapatkan data pasien mengatakan perokok berat sehari
bisa menghabiskan 2-3 bungkus dan tidak mengatur pola makan. Hasil pengkajian
ini dapat menjadi data penulis untuk melakukan edukasi berkaitan dengan
pencegahan serangan iskemik
Pada pengkajian sistem kardiovaskuler TD istirahat: 90/80 MmHg,TD aktivitas:
140/70 mmHg, Nadi istirahat: 86x/menit, Nadi aktivitas: 102x/menit, S: 36,5 0C, CRT:
<3 detik, perubahan tanda vital- vital istirahat dan aktivitas ringan menunjukan
adanya intoleransi aktivitas pada pasien. Intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari ditandai dengan tanda mayor yaitu
mengeluh lelah dan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat dan
tanda minor merasa tidak nyaman setelah beraktivitas merasa lemas, tekanan darah
berubah >20% dari kondisi istirahat menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon pasiean yang dianalisis
dan dapat diidentifikasi data penunjang adanya gangguan pada status kesehatan
yang dialami pasien serta dapat didukung penulis. Setelah didukung pengkajian
melalui pengumpulan data, mengklarifikasi dan menganalisa data didapatkan dua
diagnosa yang ditemukan berdasarkan hasil pengkajian, yang pertama nyeri akut
karena pasien mengeluh nyeri dada terasa panas sebelah kiri menjalar ke lengan kiri
dan tembus ke punggung dengan skala nyeri 3, merupakan tanda minor dan mayor
sesuai Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 dan yang kedua yaitu intoleransi aktivitas
dikarenakan pasien mengeluh lemas dan lelah saat beraktivitas, merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas yang merupakan tanda minor dan mayor sesuai Tim
Pokja SDKI DPP PPNI 2017, berdasarkan teori ada perbedaan diagnosa yaitu ada
empat diagnosa yang muncul pada teori sedangkan yang ditemukan pada kasus ada
dua diagnosa yang ditemukan. Hal ini dikarenakan pada saat pengkajian tidak
ditemukan tanda minor dan mayor terdapat 2 diagnosa yang tidak muncul pada
kasus.
3. Intervensi
Diagnosa yang ditemukan ada dua pada Tn. S yaitu nyeri akut berhubungan
dengan nyeri dada sebelak kiri menjalar ke bahu, lengan dan tembus ke punggung,
skala nyeri 3, pasien mengeluh sulit tidur . Diagnosa kedua intoleransi aktivitas
berhubungan dengan pasien mengeluh lemas dan lelah saat beraktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas. Tujuan yang diharapkan pada diagnosa ini adalah
setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan nyeri dada
dapat berkurang serta masalah keperawatan lainnya teratasi, dengan kriteria hasil
tanda-tanda vital dalam batas normal, nyeri dada berkurang, pasien mampu
beraktiviatas seperti biasanya . penulis melakukan perannya sebagai care giver yaitu
melakukan tindakan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama nyeri
akut sesuai dengan standar intervensi keperawatan Indonesia 2018, yaitu intervensi
utama observasi identifikasi loksi, karakteritis nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri. Skala nyeri, respon nyeri non verbal, foktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. Terapeutik berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri. Edukasi jelaskan penyebab nyeri dan anjurkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri. Intervensi pendukung terapi pemijatan Foot Hand Massage
observasi identifikasi kesedian dan penerimaan dilakukan pemijatan dan memonotor
respon terhadap pemijatan. Terapeutik terapkan jangka waktu pemijatan, pilih area
tubuh yang akan dipijat, mencuci tangan dengan air hangat, siapkan lingkungan
hangat dan privasi, gunakan lotion atau minyak untuk mengurangi gesekan, dan
melakukan pijatan dengan teknik yang benar. Intervensi yang dapat dilakukan pada
diagnosa kedua sesuai dengan standar intervensi keperawatan Indonesia 2018, yaitu
menejemen energi observasi identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan, monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola dan jam tidur, monitor
lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas. Terapeutik sediakan
lingkungan nyaman dan rendah stimulus, berikan terapi distraksi yang
menyenangkan, fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah dan
berjalan. Edukasi anjurkan tirahbaring, melakukan aktivitas secara bertahap,
menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang, strategi
koping untuk mengurangi kelelahan. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan. Intervensi pendukung terapi aktivitas edukasi jelaskan
metode aktivitas fisik sehari-hari dan ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi keperawatan terhadap pasien dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan, pemenuhan klien harus disesuaikan dengan masing-masing
diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat penulis
susun dan laksanakan berdasarkan acuan tindakan seperti yang tertuang dalam
konsep teori, namun demikian tidak semua rencana keperawatan tidak bisa
wujudkan atau dilaksanakan, tetapi ada beberapa intervensi yang diisesuaikan
dengan kebutuhan dan keadaan klien.
Implementasi dilaksanakan pada Tn.S mulai dari hari selasa tanggal 24 Juni
2019 sampai dengan tanggal 26 Juni 2019. Implementasi utama dilaksanakan untuk
mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien paska serangan iskemik
yaitu manejemen nyeri. Manejemen nyeri yang dilaksanakan adalah memonitor
karaktristik nyeri didapatkan hasil nyeri dada skala 3, terasa panas menjalar ke
lengan kiri dan tembus ke belakang, nyeri terjadi hilang timbul dan bertambah jika
pasien bergerak.
Menurut Muttaqin (2009) bahwa rasa nyeri dada ditimbulkan oleh reseptor syaraf,
nyeri di rangsang oleh metabolik yang ditimbun oleh zat kimia yang belum diketahui
atau oleh stress mekanik local akibat kontraksi miokard yang abnormal. Secara khas
nyeri digambarkan sebagai suatu tekanan subternal, tekadang menyebar turun kesisi
medial lengan kiri.
Setelah memonitor karakteritis nyeri, maka selanjutnya adalah mengkaji aktivitas
yang memperberat nyeri yaitu saat pasien. Selanjutnya melakukan pelaksanaan
tindakan mandiri terapi non farmakologi dengan Foot Hand Massage. Dalam hal ini
peneliti menggunakan minyak zaitun dan teknik pemijatan yang mana mempermudah
dalam melaksanakan dalam melakanakan asuhan keperawatan sehingga kriteria
hasil dapat terpenuhi secara efektif. Hasil implementasi hari pertama sampai hari
ketiga menunjukan perubahan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dapat dilihat
dari grafik pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 grafik skala nyeri Pre dan Post Foot Hand Massage
Numeric Scale
pre Foot hand Massage post Foot Hand Massage
3 3 3
2 2 2 2
1 1
24 juni (1) 24 juni (2) 25 juni (1) 25 juni (2) 26 juni (1) 26 juni (2)
Pada grafik pre Foot Hand Massage selama 3 hari menunjukkan penurunan
setiap hari, dari skala nyeri 3 menjadi skala nyeri 1. Hal ini menunjukkan tubuh
mensekresi morfin yang bekerja langsung pada saraf untuk menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan perasaan nyaman. Data lain yang mendukung penurunan
nyeri dada adalah pernyataan pasien bahwa nyeri sudah berkurang. Pasien
mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang dan ingin lagi di pijat karna merasa
nyaman dan rileks.
Pada tanggal 24 juni 2019 Implementai kedua dilaksanakan untuk mengatasi
masalah keperawatan Intoleransi aktivitas. Intoleransi aktivitas adalah
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari sehingga aktivitasnya
harus di bantu oleh keluarga atau perawat. Implementasi pada pasien paska
serangan iskemik yaitu manejemen energi. Manejemen energi yang dilaksanakan
adalah menanyakan gangguan fungsi tubuh yang bisa mengakibatkan kelelahan.
Kemudian menanyakan aktivitas yang membuat kelelahan fisik, menanykan beban
pikiran yang terus terbayang dan membuat khawatiran. Pada kelelahan fisik penulis
menggukur tekanan darah dan nadi pasien normal dan dapat dilihat dari gerafik pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2 grafik penurunan Tekanan Darah
80
70 80
80 80
70