M DENGAN PENERAPAN
INTERVENSI MOBILISASI DINI TERHADAP NYERI POST SECTIO
CAESAREA DIRUANG KEBIDANAN RS IBNU SINA PADANG PANJANG
TAHUN 2022
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN PENERAPAN
INTERVENSI MOBILISASI DINI TERHADAP NYERI POST SECTIO
CAESAREA DIRUANG KEBIDANAN RS IBNU SINA PADANG
PANJANG TAHUN 2022
Oleh:
BUKITTINGGI
2021
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmian akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber
baik yang
NIM : 2008149010112
Tanda Tangan :
Tanggal : 20/01/2022
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING KIAN
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui
iii
HALAMAN PENGESAHAN KIAN
NIM : 1907149010127
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan KIAN ini dengan yang
berjudul
2. Waket 1 STIKes Yarsi Sumatera Barat Ibu Ns. Liza Merianti, S.Kep,
M.Kep
3. Ka. Prodi Ners STIKes Yarsi Sumatera Barat Ibu Ns. Reny Chaidir,
S.Kep,
M.Kep.
4. Ibu Dosen Ns. Dona Amelia,S. S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan KIAN ini.
5. Kepada Bapak Pimpinan RSI Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang yang telah
memberi izin kepada penulis dalam menggunakan lahan untuk
penelitian.
v
6. Teristimewa, ucapan terimakasih kepada Suami dan Keluargaku yang
selalu memberikan dukungan material dan moral serta do’a dalam
penyusunan KIAN ini.
vi
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Sectio Caesaria adalah suatu cara mengeluarkan bayi dengan pembedahan pada
bagian perut,untuk melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus. Tindakan operasi Sectio Cesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan
terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan Manajemen
nyeri mempunyai beberapa tindakan atau prosedur baik secara farmakologis
maupun non farmakologis. Salah satu teknik non farmakologis bisa dilakukan
dengan cara mobilisasi dini yaitu latihan gerak sendi,gaya berjalan,toleransi
aktifitas sesuai kemampuan tubuh. Tujuan dari penerapkan mobilisasi dini dengan
pemenuhan rasa nyaman nyeri pada pasien post operasi Sectio Caesarea Di
Ruangan Kebidanan RSI Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022, hasil yang
di harapkan nyeri berkurang.
vii
NURSING CARE ON Mrs. M WITH THE IMPLEMENTATION OF EARLY
MOBILIZATION INTERVENTION ON POST SECTIO CAESAREA PAIN IN
THE EDUCATIONAL ROOM, IBNU SINA PADANG PANJANG HOSPITAL
IN 2022
St.Tan Malaka No.9, Bukit Cangang Kayu Ramang, Kec. Guguak Panjang
Bukittinggi, West Sumatra, 26138
Bibliography : ( 2000-2015 )
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..........i
LEMBARPENGESAHAN…………………………………………………..........ii
LEMBAR ORISINALITAS………………………………………………….....iii
LEMBAR PERSETUJUAN KIAN……………………………………....……...iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
ix
1. Pengkajian sectio caesarea.................................................................14
2. Diagnosa keperawatan .....................................................................20
3. Intervensi keperawatan......................................................................22
4. Implementasi keperawatan................................................................29
5. Evaluasi keperawatan........................................................................30
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Dan data dari Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang dalam 6
bulan terakhir di dapatkan bahwa total jumlah pasien yang melahirkan secara
Sectio Caesarea (SC) adalah sebanyak 215 orang dengan rincian pada Bulan
Juli sebanyak 29 orang, Bulan Agustus sebanyak 45 orang, Bulan September
sebanyak 36 orang, Bulan Oktober sebanyak 38 orang, Bulan November 31
orang, Bulan Desember sebanyak 36 orang.
1
Tindakan pembedahan yang dilakukan dalam upaya untuk
mengeluarkan bayi akan meninggalkan sebuah kondisi luka insisi. Tindakan
operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya
terputusnya kontinuitas jaringan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Barid (2011), menunjukan bahwa mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea
mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi hari rawat inap
dengan rata-rata lama hari rawat inap pada kelompok perlakuan yaitu 3,15
sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 3,6. Mobilisasi atau bergerak ialah
kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dengan menggunakan
koordinasi system saraf dan muskuloskletal (Sarwono, 2008).
Dari hasil survei awal dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap 6
orang pasien post operasi sectio caesarea yang berada di ruang rawatan Siti
Aisyah RSI Ibnu Sina Padang Panjang, dengan menggunakan skala nyeri
2
Numeric didapatkan 4 orang mengalami nyeri dengan skala nyeri berkisar 7-8
(nyeri berat), dan 2 orang berada pada skala nyeri 5-6 (nyeri sedang). Dari
observasi tersebut untuk membantu mengatasi nyeri diperlukan alternatif lain
dalam mengatasi nyeri yang dialami pasien yaitu dengan melakukan
mobilisasi dini pada pasien post operasi sectio caesarea dalam jangka waktu 6-
8 jam.
Dalam hal ini, peranan perawat yaitu sebagai edukator untuk pasien
khususnya pasien post operasi section caesarea untuk memberikan edukasi
bagaimana cara penurunan nyeri dengan mobilisasi dini yang dilakukan dalam
jangka waktu 6-8 jam.
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah Pemberian Asuhan
keperawatan pada Ny.M Dengan Penerepan Intervensi Mobilisasi Dini
Terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan pasien
post op sectio caesar di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan kepada
Ny.M di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
3. Mahasiswa mampu menegakkan dan memprioritaskan diagnosa
keperawatan Ny.M dengan nyeri post op sectio caesarea di Ruang
Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Padang
Panjang Tahun 2022.
4. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan dengan
penerapan mobilisasi dini terhadap nyeri pada Ny.M post op sectio
caesarea di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan penerapan
mobilisasi dini terhadap nyeri pada Ny.M post op sectio caesarea di
Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi
Padang Panjang Tahun 2022.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada
penerapan mobilisasi dini terhadap nyeri pada Ny.M post op sectio
caesarea di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian keperawatan pada
penerapan mobilisasi terhadap nyeri pada Ny.M post op sectio
caesarea di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
8. Mahasiswa mampu menganalisis penerapan intervensi berbasis
hasil penelitian jurnal terkait dengan asuhan keperawatan
penerapan mobilisasi dini terhadap nyeri pada Ny.M post sectio
caesarea di Ruang Rawat Inap Siti Aisyah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Yarsi Padang Panjang Tahun 2022.
4
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Mampu menggembangkan ilmu riset, serta mampu memberikan
asuhan keperawatan kepada ibu post op sectio caesarea dan dapat
menerapkan mobilisasi dini terhadap nyeri pada ibu post op section
caesarea.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea
Pada proses persalinan ada hambatan dapat menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, seperti : plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi,
distoksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio caesarea( SC ). Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara madiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada
janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya
harus dilakukan tindakan Sectio caesarea, bahkan sekarang Sectio caesarea
menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010)
7
2.1.5 Pathway Sectio Caesarea
a. Infeksi Puerperal
8
1) Ringan dimana suhunya naik dalam beberapa hari
2) Sedang dimana suhunya lebih tinggi
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan illeus paralitik.
b. Perdarahan karena :
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang penting pada fungsi fisiologis
karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito dalam
Windiarto 2010). Roper dalam Nofie Windiarto 2010 menuliskan bahwa
mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Konsep mobilisasi dini mula-mula berasal dari ambulasi dini yang
merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ketahap mobilisasi
sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Windiarto, 2010).
9
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan (Soelaiman dalam Rismawati, 2013).
2.2.2 Tujuan
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi ( Fitriyah, dalam Rismawati,2013).
2.2.3 Manfaat
Menurut Brunner dan Suddarth, 2002 dalam Nofie Windianto 2010
mengatakan disfungsi gastrointestinal seperti distensi operasi, penurunan
peristaltik dan pengerasan feses dapat dicegah dengan meningkatkan hidrasi
dan aktifitas yang adekuat. Teori lain menurut Mochtar, 1995 menyebutkan
bahwa dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal.
Aktifitas juga akan membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti
semula.
Mochtar dalam Rismawati 2013 menyatakan, penderita merasa lebih sehat dan
kuat dengan early ambulation. Dengan ambulasi, otot – otot perut dan panggul
akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian klien merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung
kemih lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali
normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
sepertisemula.
Ambulasi atau mobilisasi dini pada pasien operasi seksio sesaria, pasien telah
dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit, kemudian dapat
duduk pada 6 – 8 jam operasi (bila tidak ada kontra indikasi dari anastesi). Ia
dapat berjalan bila mampu pada 8 jam operasi, bahkan mandi sendiri pada hari
pertama (Prawirohardjo, S. 2010).
Kontra indikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM :
Selama latihan, darah akan mengalir melalui perut, oleh karena itu dengan
latihan yang teratur dapat meningkatkan digestif dan eliminasi (Windiarto,
2010). Sirkulasi darah vena harus dipertahankan untuk mencegah trombosis.
Sirkulasi dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan tungkai secara teratur,
seperti rotasi pergelangan kaki yang cepat, fleksi dan ekstensi jari kaki, serta
menekan dan mengangkat bagian belakang lutut ke tempat tidur (Fletcer, 1991
dalam Irayanti,2019)
Jadi dapat disimpulkan bahwa telah banyak penelitian yang menyatakan
bahwa mobilisasi dini pada pasien operasi sectio caesarea mampu
memberikan manfaat terhadap pengurangan nyeri pada pasien post sectio
caesarea.
1. Memperbaiki sirkulasi
2. Memenuhi kebutuhan aktivitas
3. Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca
operasi
4. Mempercepat pemulihan peristaltic usus
5. Mempercepat proses penyembuhan pasca operasi
12
PROSEDUR KERJA 1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilakukan
3. Jaga privasi pasien
4. Mencuci tangan
5. Baca basmallah
6. Lakukan latihan ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Tempatkan pasien dalam posisi
telentang
2) Posisikan perawat menghadap ke bagian
kepala tempat tidur
3) Tempatkan tangan perawat ke sisi bahu
pasien yang terjauh, sokong kepalanya
4) Angkat pasien dengan posisi duduk
sesuai posisi tempat tidur. Beri bantal
untuk menopang dan kenyamanan
5) Rapikan pasien
b. Duduk disisi tempat tidur
1) Tempatkan pasien pada posisi miring
menghadap perawat
2) Tinggikan kepala tempat tidur dan
posisi perawat di kepala tempat tidur
3) Letakkan tangan perawat di bawah bahu
pasien dan sokong kepala dan leher
pasien. Letakkan tangan yang lain di
bagian pinggul pasien
4) Anjurkan pasien menggerakkan kaki ke
pinggir tempat tidur.
5) Tarik paha pasien dan agak diputar
sehingga kaki pasien terjuntai ke lantai,
secara bersamaan angkat bagian bahu
sampai pasien duduk
13
6) Evaluasi respon pasien
c. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Lakukan tindakan mendudukan pasien
di sisi tempat tidur
3) Sangga kedua aksila pasien dengan
kedua tangan perawat dan letakkan kaki
perawat di depan dan samping pasien.
Bantu pasien berdiri
4) Dekatkan pasien ke kursi dan tekuk kaki
perawat untuk mendudukkan pasien
5) Atur posisi pasien agar nyaman
d. Membantu berjalan
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk meletakkan
tangan di samping badan
3) Berdiri di samping pasien dan pegang
telapak dan lengan bahu pasien
4) Bantu pasien berjalan
7. Baca hamdalah
8. Cuci tangan
9. Evaluasi respon pasien
10. Dokumentasikan pada catatan keperawatan
1. Pengumpulan Data
14
Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan.
Klien, keluarga ,pemeriksaan medis maupun catatan adalah sumber untuk
pengumpulan data dan mengandung unsur Bio-Psiko-Sosial-Spiritual secara
menyeluruh.
1) Identitas
a) Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
ruang rawat, no medrek, diagnosa medis danalamat.
b) Identitas Penanggung jawab : Terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Fokus pada apa yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian.
Pada klien partus dengan tindakan sectio caesarea biasanya
mengeluh adanya nyeri pada luka insisi dan rasa sakit kepala akibat
anestesi.
b. Riwayat Perkawinan
Sudah berapa lama pasien menikah, Usia suami dan usia istri
saat menikah, perkawinan yang keberapa.
c. Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien memakai KB, Alat kontrasepsi yang digunakan
apa, adakah gangguan yang dirasakan, kapan mulai berhenti
dan apa alasannya.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Meliputi tanggal partus, umur kehamilan, jenis persalinan,
penolong, tempat, kelainan bayi, berat lahir bayi, kelainan
masa nifas, keadaan masa nifas, keadaan anak sekarang apakah
sehat atau meninggal.
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Apakah klien memeriksakan kehamilannya, berapa kali,
dimana, teratur apa tidak, mendapat imunisasi lengkap atau
tidak, keluhan yang dirasakan saat hamil, diet selama hamil,
adakah perdarahan, berapa berat badan sebelum hamil, selama
hamil, sesudah melahirkan dan penambahan berat badan saat
hamil.
c. Riwayat Persalinan Sekarang Dengan Sectio Caesarea jam
masuk kamar operasi, lama operasi, apakah anak dalam
keadaan hidup atau mati, berat badan dan panjang bayi waktu
lahir, jenis anastesi yang digunakan, jenis operasi yang
digunakan, berapa perdarahan yang keluar, berapa jumlah
diuresis.
3. PemeriksaaanFisik
16
a. KeadaanUmum
Kesadaran compos mentis atau terjadi penurunan kesadaran
yang diakibatkan efek anestesis, biasanya klien tampak lemah.
b. Sistem Integumen
Apakah ada luka operasi pada abdomen klien, bagaimana
turgor kulitnya, keadaan, kebersihan dan distribusi rambut.
apakah ada strie gravidarum, linea alba.
c. Sistem Penciuman
Anetesi tidak memberi pengaruh pada sistm penciuman klien.
d. Sistem Penglihatan
Pada pasien sectio caesarea tidak ada gangguan dan perubahan
pada penglihatan.
e. Sistem Pendengaran Normal
f. Sistem Persyarafan
Tidak terjadi penurunan kesadaran baik pada anestesi spinal
maupum umum
g. Sistem Endokrin
Pada hari kedua payudara dapat menghasilkan colostrum
sedangkan pada hari ketiga colostrum diganti dengan adanya
air susu. Tidak ada hormon yang dihasilkan placenta, kelenjar
pitulitari mengeluarkan prolaktin sebagai efeknya adalah
pembuluh darah pada payudara menjadi bengkak berisi darah,
menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit, sel-sel penghasil
susu berfungsi dibuktikan dengan keluarnya airsusu.
h. Sistem Pernafasan
Jika terjadi nyeri frekuensi nafas cendrung meningkat lebih
dari 24x/menit, jalan nafas bersih, irama nafas vesikuler,
gerakan dadasimetris kiri dan kanan. Pada pasien dengan
anestesi umum biasanya ada keluhan batuk tapi tidak semua.
i. Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada peningkatan vena jugularis, jika ada pendarahan
saat persalinan sectio caesarea konjungtiva anemis, tetapi jika
pendarahan hebat disertai dengan penurunan hemoglobin yang
17
tajam, terjadinya penurunan kapilaritas akibat gangguan
perpusi pada perifer, jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi
berat tekanan darah jadi meningkat dengan sistol ≥140
dandiastolic ≥100.
j. Sistem Pencernaan
Efek anestesi mukosa bibir kering, bising usus tidak ada atau
lemah. Adanya mual atau muntah yang disebabkan iritasi
lambung atau efek sentral dari anastesi, sehingga menimbulkan
nyeri tekan di efigastrium dan terjadinya konstipasi karena
terhambatnya aktivitas usus
k. Sistem Perkemihan
Terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus yang disebabkan
vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal dan mengakibat
menurunya produksi urine. Jika masih terpasang kateter
pantau/observasi bagaimana produksi dan warna urine.
l. Sistem Reproduksi
a) Payudara
Keadaan payudara setelah melahirkan baik normal maupun
operasi, sama dengan saat hamil, terjadi perubahan pada hari
ketiga setelah melahirkan terutama pada ibu yang belum
menyusui bayinya maka payudara menjadi besar, keras dan
nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu, dan keluar
cairan putih dari puting susu jika areola payudara dipijat.
b) Uterus
Pada persalinan dengan operasi pengecilan uterus mengalami
perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus, dan
pada persalinan normal konsistensi uterus akan mengecil
secara perlahan-lahan (involusi) sampai kembali normal seperti
sebelum hamil.
c) Vulva
Lochea merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas
mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan nekrotik dari
dalam uterus (Eny Retna Ambarwati, 2009: 78). Pada pasien
18
operasi melahirkan juga terdapat lochea.
d) Perineum
Setelah melahirkan tidak ada perubahan dan perlukaan bagian
perineum
m. Sistem Muskuloskeletal
a) Peritoneum atau dinding perut
Perut menjadi kendur dan terdapat luka operasi panjang luka
baru bisa dilihat pada hari ketiga
b) Ekstremitas bawah danatas
Umumnya terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang
mendefresikan sistem saraf pada muSectio Caesarea
uloskeletal sehingga terjadinya penurunan tonus otot,
kurangnya mobilitas fisik dapat menyebabkan terjadinya
tromboplebitis.
4. Pola Aktivitas
a) Pola Nutrisi
1) Makan
Adanya perasaan mual akibat pengaruh dari anestesi tetapi
dapat hilang dengan sendirinya.
2) Minum
Dianjurkan banyak minum air putih minimal 1 gelas perjam
b) Pola Eliminasi
Pemenuhan eliminasi BAK pada psien operasi melahirkan
tidak terganggu. Hari ke 1 kateter , masih terpasang.
Pemenuhan eliminasi BAB terganggu, biasanya klien takut
untuk BAB karena kondisi klien yang lemah dan sakit pada
derah abdomen.
c) Pola Istirahat Tidur
Tidur klien kurang dai kebutuhan tubuh karena adanya nyeri
pada luka operasi, Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas
yang datang dari klien
d) Pola Personal Hygine
Pemenuhan personal hygine terganggu seperti mandi, cuci
19
rambut, gosok gigi, gunting kuku. Karena adanya luka operasi
pada abdomen ditambah kondisi klien yang lemah.
5. Aspek Psikologis
a) Keadaan emosi
Emosi pada pasien setelah operasi melahirkan tidak stabil
sehubungan dengan hospitalisasi. Klien membutuhkan
pendamping atau bantuan dalam memenuhi ADL nya, klien
juga menjadi depresi, mu dah menangis karena klien
mengalami nyeri pada luka operasi, nyeri payudara jika klien
tidak menyusui.
b) Tingkat kecemasan
Cemas meningkat ditandai dengan menurunya wawasan
persepsi diri terhadap lingkungan.
6. Aspek Sosial
a) Klien dapat bersosialisasi dengan keluarga, tim kesehatan dan
lingkungan sekitarnya baik.
b) Apakah klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi
masyarakat atau tidak.
c) Bagaimana dukungan keluarga terhadap kesembuhan.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin terjadi penurunan (< 10 gr % kalau terjadi
pendarahan)
2.4.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
20
5) Intoleransi aktivitas b.d keterbatasan gerak sekunder post operasi SC
21
2.4.3 Intervensi Keperawatan
22
6. Ketegangan otot menurun 3. Fasilitasistirahat dan tidur
7. Tekanan darah membaik Edukasi
8. Frekuensi nadi membaik
1. Jelaskan penyebab dan periode pemicu nyeri
9. Fungsi berkemih membaik
2. Jelaskan strategi pereda nyeri
10. Pola tidur membaik
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
23
4. Nyeri menurun Terapeutik :
5. Kaku sendi menurun
1. Fasilitasiaktivitas fisik melakukan pergerakan
6. Gerakan terbatas
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
menurun
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
7. Kelemahan fisik menurun
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
24
meningkat pasien dan lingkungan pasien
2. Demam menurun 4. Pertahankan teknikn aseptic pada pasein beresiko
3. Nyeri menurun tinggi
4. Cairan berbau busuk Edukasi :
menurun
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Periode menggigil
2. Ajarkan cuci tangan dengan benar
menurun
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Kultur area luka membaik
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
25
2. Keluhan sering terjaga Terapeutik
menurun
3. Keluhan tidak puas 1. Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan,
tidur menurun kebisingan, dll)
4. Keluhan pola tidur 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah menurun 3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
cukup menurun 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
6. Kemampuan beraktivitas kenyamanan (mis, pijat,dll)
meningkat 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis, psikologis,
dll)
5. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
26
5 Intoleransi Aktivitas Tujuan : Manajemen energy
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x 24 jam, 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
di harapkan toleransi aktivitas menagkibatkan kelelahan
meningkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
Kriteria hasil:
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
1. Frekuensi nadi melakukan aktivitas
meningkat Terapeutik :
2. Saturasi oksigen 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan)
3. Kemudahan dalam 2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
melakukan aktivitas 3. Berikan aktivitas distraksi
sehari-hari meningkat yang menenangkan
4. Kecepatan berjalan 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
meningkat dapat berpindah atau berjalan
5. Jarak berjalan Edukasi :
meningkat
6. Kekuatan tubuh bagian 1. Anjurkan tirah baring
atas meningkat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
27
7. Kekuatan tubuh bagian bertahap
bawah meningkat 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
8. Keluhan lelah menurun gejala kelelahan tidak berkurang
9. Dispnea saat aktivitas 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
menurun kelelahan
10. Dispnea setelah Kolaborasi :
aktivitas menurun
11. Perasaan lemah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
menurun meningkatkan asupan makanan
12. Aritmia saat aktivitas
menurun
13. Aritmia setelah
aktivitas menurun
14. Sianosis menurun
15. Warna kulit membaik
16. Tekanan darah
membaik
17. Frekuensi napas
membaik
(Sumber : SDKI,SLKI,SIKI, Cetakan I, 2016, Dewan Pengurus Pusat PPNI)
28
2.4.3 Implementasi
30
Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno,2013):
31
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum Klien
Initial klien : Ny. M
Usia : 31 Tahun
StatusPerkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : D3
MR : 00122572
Suami : Tn. F
Usia : 32 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswata
Pendidikan Terakhir : SLTA
Hp/No.Telpon : 08238792xx
Klien masuk ruangan rawat inap siti aisyah melalui poliklinik tanggal 8 Januari
2022 dengan G3P2A1H1 gravid 39-40 minggu bekas SC CPD anjuran operasi
SC. Klien operasi SC dengan anastesi spinal, klien mulai operasi jam 14.00
sampai dengan jam 15.00 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 8
Januari 2022 jam 20.00WIB dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri pada
32
bagian luka bekas operasi nyeri yang dirasakan seperti disayat-sayat, dan nyeri
yang dirasakan saat melakukan gerakan-gerakan tubuh. Nyeri klien berada pada
skala 7, klien tampak meringis, mengeluh sulit tidur karna nyeri dan mengatakan
nafsu makan berkurang karna menahan nyeri. Pada saat pemeriksaan tekanan
darah klien : 110/80 mmHg, nadi klien : 92 x/i, pernafasan : 22 x/i. Klien
mengatakan sulit untuk merubah posisi, nyeri saat bergerak dan takut
untuk merubah posisi. Pada saat pengkajian klien tampak berhati-hati saat
bergerak miring kiri- dan miring kanan, tampak meringis kalau di suruh
miring, dan klien tampak melindungi area luka. Luka bekas operasi tampak
tertutup verban pada abdomen bawah ukuran 9x25 cm, verban tampak bersih
tidak ada bercak darah maupun pus pada penutup luka.
3) Riwayat Kesehatan Masa lalu
Klien mengatakan anak pertama lahir dengan persalinan sectio caesarea
(SC) dengan CPD.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada memiliki penyakit keturunan seperti jantung,
diabetes, tuberculosis dan lain-lain.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
33
: Meninggal
: Meninggal
c. Riwayat Kehamilan
e. Riwayat Persalinan
f. Riwayat KB
g. Riwayat Menstruarsi
Klien mengatakan mengalami menarche pertama kali umur 14 tahun,
siklus haid teratur, terkadang 1 kali dalam 1 bulan, lama haid 7 hari,
h. Pemeriksaan Fisik
Status Obstretik : G3 P 1A1 H3 39-40 mg Aterm + Inpartu + CPD
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : CM
BB/TB : 114Kg/165 CM
34
Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 22 x/i Nadi : 92 x/i
Jantung :
I : iktus cordis tidak tampak
P : detak jantung teraba
P : pekak
A : bunyi janung terdengar
Paru :
I: Irama reguler dan pergerakan dinding dada tampak teratur,
tidak ada fail chest, dan tidak ada retraksi dinding dada.
P : Fremitus kiri dan kanan sama
P : suara paru-paru sonor
A : bunyi vesikuler
35
Payudara : putting menonjol, aerola menonjol, ASI masih sedikit
Masalah Khusus : Tidak Ada
Abdomen
Ekstremitas
Tidak ada oedema, terpasang infus RL drip analgetik (ketorolac 60mg),
akral hangat dan CRT <3s, kekuatan otot bagus, refleks hoffmen positif.
i. Eliminasi
a. BAK
36
k. Nutrisi dan Cairan
l. Keadaan Mental
m. Kemampuan menyusui
Saat pengkajian Ibu sudah menyusui bayi nya dibantu oleh suami karna
masih bedres, asi sudah mulai keluar
n. Pola Kognitif
Nyeri :
bergerak
1. Harga Diri
37
2. Ideal Diri
3. Identitas Diri
Klien mengatakan sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu bagi anak.
4. Gambaran Diri
5. Peran
6. Pola Koping
keluarganya tetangga maupun dengan pasien serta perawat yang ada di RS.
3.1.3 Medikasi
1. Injeksi
2) Cefadroxil 2x500mg
3) Clindamicin 2x300mg
3.1.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin : 11,9 gr/dl
3. Skala nyeri 7
39
5. Klien mengatakan nafsu makan berkurang karna menahan nyeri
6. TD : 110/80 mmHg
7. HR : 92 x/i
8. RR : 22 x/i
9. Klien tampak berhati-hati saat bergerak miring kiri- dan miring kanan.
10. Klien tampak meringis kalau di suruh miring
11. Aktivitas masih di tempat tidur bantu perawat dan keluarga
12. Tampak luka bekas operasi tertutup verban pada abdomen bawah ukuran
a. 9x25 cm
13. Verban tampak bersih tidak ada bercak darah maupun pus pada penutup
luka
14. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi
3. Skala nyeri 7
Data objektif :
1. Wajah klien tampak meringis
2. Klien tampak berhati-hati saat
40
bergerak
3. Klien tampak melindungi area luka
4. Klien mengeluh sulit tidur karna nyeri
5. Klien mengatakan nafsu makan
berkurang karna menahan nyeri
6. TD : 110/80 mmHg
7. HR : 92 x/i
8. RR : 22 x/i
2 Data subjektif : Program Gangguan
1. Klien mengatakan sulit untuk pembatasan gerak Mobilitas Fisik
merubah posisi
2. Klien mengatakan nyeri saat
bergerak
3. Klien mengatakan malas untuk
bergerak
4. Klien mengatakan takut untuk
merubah posisi
Data objektif :
1. Klien tampak berhati-hati saat
bergerak miring kiri- dan miring
kanan.
2. Klien tampak meringis kalau di
suruh miring
3. Aktivitas masih di tempat tidur
bantu perawat dan keluarga
4. Klien tampak melindungi area
luka
3 Data subjektif : Faktor mekanis Gangguan
integritas
Klien mengatakan post operasi
kulit/jaringan
SC tanggal 8 Januari 2022
41
bagian luka bekas operasi
Klien mengatakan luka terasa
tersayat-sayat
Klien mengatakan skala nyeri 7
Data objektif :
Tampak luka bekas operasi tertutup
verban pada abdomen bawah ukuran
9x25 cm
Verban tampak bersih tidak ada
bercak darah maupun pus pada
penutup luka
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada
luka bekas operasi
42
3.4 Intervensi Keperawatan
43
perlu
44
integrita Jaringan Integritas Kulit
s
kulit/jari Setelah dilakukan intervensi selama Observasi :
ngan
3x24 jam diharapkan pasien
berhubu 1. Identifikasi penyebab
ngan menunjukkan
dengan gangguan integritas
faktor Ekspektasi : kulit/jaringan
mekanis Meningkat
Teraupetik :
Kriteria Hasil :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
1. Elastisitas meningkat tirah baring
2. Kerusakan jaringan
menurun Edukasi :
3. Kerusakan lapisan kulit
1. Anjurkan minum air yang
menurun
cukup
4. Nyeri menurun
2. Anjurkan meningkatkan
5. Perdarahan menurun
asupan nutrisi
6. Kemerahan menurun
3. Anjurkan meningkatkan
7. Hematoma menurun
asupan sayur dan buah
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
45
3.5 Implemetasi Dan Evaluasi
46
5. Mengontrol lingkungan yang tampak meringis
memperberat nyeri saat merubah
Respon : memastikan tidak posisi
ada benda yang dapat
2. Pasien tampak
memperberat nyeri
melindungi area
6. Memfasilitasi istirahat dan
luka saat
tidur
merubah posisi
7. Menjelaskan penyebab dan
3. HR : 82x/i
periode pemicu nyeri
RR :
Respon : pasien tampak
22x/i
paham dengan edukasi yang
diberikan TD
8. Menjelaskan strategi pereda :112/72
nyeri mmHg
Respon : pasien tampak
A : masalah belum teratasi
paham dan mau
mempraktekkan teknik P : intervensi no 1-6, 9, dan
mobilisasi 10
9. Menganjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Respon : Pasien tampak
paham dan mau
mengungkapkan jika nyeri
meningkat, dan
mempraktekkan teknik
mobilisasi untuk mengurangi
rasa nyeri
47
Dukungan Mobilisasi S : Fero
II
48
R : pasien merubah posisi
dengan memegang pegangan
P:
tempat tidur
7. Melibatkan keluarga dalam Intervensi 1, 5, dan 7
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
R : suami tampak aktif
membantu klien saat
mobilisasi
8. Menjelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
R : pasien tampak paham saat
diberikan penjelasaan tentang
mobilisasi dini
9. Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
R : pasien tampak antusias
untuk melakukan mobilisasi
dini
10. Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan duduk disisi tempat
tidur dan mulai berjalan
R : klien mau untuk
melakukan mobilisasi
bertahap
Perawatan Integritas S : Fero
III
Kulit
1. Pasien mengatakan
1. Mengidentifikasi nyeri pada luka
penyebab gangguan operasai berkurang
integritas kulit/jaringan dari saat 6 jam post
49
2. Mengubah posisi tiap 2 op
jam jika tirah baring 2. Pasien mengatakan
R : pasien tampak butuh skala nyeri 6
bantuan saat mobilisasi
O:
miring kiri dan kanan
1. Tampak luka bekas
3. Menganjurkan minum air
operasi tertutup
yang cukup
verban pada
R : pasien tampak paham
abdomen bawah
dan mau minum dengan
ukuran 9x25 cm
banyak
2. Verban penutup
4. Menganjurkan
luka operasi tampak
meningkatkan asupan
bersih
nutrisi
3. Tidak ada tampak
R : pasien tampak paham
tanda-tanda infeksi
dan mau untuk makan
A :
makanan yang bergizi
5. Meganjurkan Masalah teratasi sebagian
meningkatkan asupan
P:
sayur dan buah
R : pasien tampak paham Intervensi 3-5 dilanjutkan
dan mau untuk
mengkonsumsi banyak
serat
6. Menganjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
R : pasien tampak paham
dengan penjelasan
50
Hari/tang Dx Kep Implementasi Evaluasi
gal
51
secara mandiri luka saat merubah
Respon : Pasien tampak paham posisi
dan mau mengungkapkan jika HR : 80x/i
nyeri meningkat, dan RR : 22x/i
mempraktekkan teknik TD :110/70 mmHg
mobilisasi untuk mengurangi A : masalah teratasi sebagian
rasa nyeri
P : intervensi no 1-5, 8
8. Kolaborasi pemberian analgetik dilanjutkan
jika perlu (Paracetamol 3x
500mg)
Dukungan Mobilisasi S :
II
52
1. Pasien masih
tampak meringis
saat merubah
posisi
2. Pasien tampak
melindungi area
luka saat merubah
posisi
3. Pasien tampak
sudah duduk di
tempat tidur
P:
Intervensi 1 dilanjutkan
Perawatan Integritas S :
III
Kulit
1. Pasien mengatakan
1. Menganjurkan minum air nyeri pada luka
yang cukup operasai mulai
R : pasien tampak paham berkurang
dan mau minum dengan 2. Pasien mengatakan
banyak skala nyeri 5
2. Menganjurkan
O:
meningkatkan asupan nutrisi
1. Tampak luka bekas
R : pasien tampak paham
operasi tertutup
dan mau untuk makan
verban pada abdomen
makanan yang bergizi
53
3. Meganjurkan meningkatkan bawah ukuran 9x25
asupan sayur dan buah cm
R : pasien tampak paham 2. Verban penutup luka
dan mau untuk operasi tampak bersih
mengkonsumsi banyak serat 3. Tidak ada tampak
tanda-tanda infeksi
A :
P:
54
Hari/tann Dx Kep Implementasi Evaluasi
ggal
:4 O:
2. Pasien tampak
melindungi area
luka saat merubah
posisi
56
3. Pasien tampak
sudah berjalan
kekamar mandi
P:
Intervensi dilanjutkan
dirumah
Perawatan Integritas S :
III
Kulit
1. Pasien mengatakan
1. Menganjurkan minum air yang nyeri pada luka
cukup operasai mulai
berkurang
R : pasien tampak 2. Pasien mengatakan
paham dan mau minum skala nyeri 4
dengan banyak
O:
2. Menganjurkan meningkatkan 1. Tampak luka bekas
asupan nutrisi operasi tertutup
verban pada abdomen
R : pasien tampak bawah ukuran 9x25
paham dan mau untuk cm
makan makanan yang 2. Verban penutup luka
bergizi operasi tampak bersih
3. Tidak ada tampak
3. Meganjurkan meningkatkan
tanda-tanda infeksi
asupan sayur dan buah
A :
R : pasien tampak
Masalah teratasi sebagian
paham dan mau untuk
57
mengkonsumsi banyak P :
serat
Intervensi dilanjutkan dari
rumah
58
BAB IV
LITERATUR REVIEW
Clinical base evidence atau evidence base practice (EBP) adalah tindakan
yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang
berhubungan dengan keadaan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun
pengambilan keputusan dalam proses perawatan (Tittler,2016)
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil salah satu evidence based
yang sudah banyak dilakukan atau diteliti untuk keberhasilan suatu asuhan
keperawatan, seperti halnya evidence base mobilisasi dini terhadap penurunan nyeri
pada pasien post op.
59
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Konsep mobilisasi dini mula-mula berasal dari ambulasi dini yang
merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ketahap mobilisasi
sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Windiarto, 2010).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan (Soelaiman dalam Rismawati, 2013).
B. Tujuan
8. Mempertahankan fungsi tubuh
9. Memperlancar peredaran darah
10. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
11. Mempertahankan tonus otot
12. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
13. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
14. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi ( Fitriyah, dalam Rismawati,2013).
C. Manfaat
Menurut Brunner dan Suddarth, 2002 dalam Nofie Windianto 2010
mengatakan disfungsi gastrointestinal seperti distensi operasi, penurunan
peristaltik dan pengerasan feses dapat dicegah dengan meningkatkan hidrasi
dan aktifitas yang adekuat. Teori lain menurut Mochtar, 1995 menyebutkan
bahwa dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal.
Aktifitas juga akan membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti
semula.
Mochtar dalam Rismawati 2013 menyatakan, penderita merasa lebih sehat dan
kuat dengan early ambulation. Dengan ambulasi, otot – otot perut dan panggul
akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian klien merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung
kemih lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali
normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
sepertisemula.
60
Sarwono Prawirohardjo 2010 mengatakan ambulasi menyebabkan perbaikan
sirkulasi, membuat napas dalam, dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal. Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24jam.
Ambulasi atau mobilisasi dini pada pasien operasi seksio sesaria, pasien telah
dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit, kemudian dapat
duduk pada 6 – 8 jam operasi (bila tidak ada kontra indikasi dari anastesi). Ia
dapat berjalan bila mampu pada 8 jam operasi, bahkan mandi sendiri pada hari
pertama (Prawirohardjo, S. 2010).
Dalam penelitiannya, Nofie Windiarto mendapatkan hasil yaitu peristaktik usus
antara responden yang melakukan ambulasi dini ROM aktif dengan yang
melakukan ambulasi dini ROM pasif memiliki perbedaan nilai rata-rata lama
waktu pemulihan peristaltik usus yang cukup signifikan yaitu 28,50 menit
untuk ROM aktif dan 42,50 menit untuk ROM pasif. Ada beberapa dampak
dari dilakukannya ambulasi terhadap sistem pencernaan khususnya peristaltik
usus menurut Smeltzer, 2001 yaitu memudahkan terjadinya flatus, mencegah
distensi abdomen, mencegah konstipasi dan ileus paralitik. Secara teori
disebutkan bahwa ambulasi pada pasien operasi menunjukkan adanya dampak
pada sistem gastrointestinal yaitu adanya gerakan peristaltik usus shingga dapat
memudahkan terjadinya flatus, mencegah distensi abdomen dan nyeri akibat
adanya gas dalam abdomen. Disamping itu juga mencegah konstipasi serta
mencegah ileus paralitik (Windiarto, 2010).
Kontra indikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM :
6) Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat menggangu
proses penyembuhan cedera
7) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang
bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat
terhadap penyembuhan dan pemulihan.
8) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah,
termasuk ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (Life Threatening).
61
9) Passive ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan Aktif ROM pada sendi engkel dan kaki untuk meminimalisasi
venous stasis dan pembentukan thrombus.
10) Pada keadaan setelah infarkmiokard, operasi arterikoronaria, dan lain-lain,
Aktif ROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat. (FPOK Rehabilitasi dalam Rismawati, 2013).
Selama latihan, darah akan mengalir melalui perut, oleh karena itu dengan
latihan yang teratur dapat meningkatkan digestif dan eliminasi (Windiarto,
2010). Sirkulasi darah vena harus dipertahankan untuk mencegah trombosis.
Sirkulasi dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan tungkai secara teratur,
seperti rotasi pergelangan kaki yang cepat, fleksi dan ekstensi jari kaki, serta
menekan dan mengangkat bagian belakang lutut ke tempat tidur (Fletcer, 1991
dalam Irayanti,2019)
Jadi dapat disimpulkan bahwa telah banyak penelitian yang menyatakan
bahwa mobilisasi dini pada pasien operasi sectio caesarea mampu
memberikan manfaat terhadap pengurangan nyeri pada pasien post sectio
caesarea.
62
4.3 Review Jurnal
64
Mahayati** MOBILISASI memberik pasien post dengan mobilisasi dini
, Anggraini DINI PADA an asuhan section sampel 2 terhdap rasa
Dwita NYERI keperawat caesarea yang pasien nyeri pasien.
Sari*** an pasien dirawat post
POST SC
dengan selama 3 hari. section
(2021)
Sehinga study caesarea
diagnosa
kasus yang
medis post
didapatkan dirawat
section
diagnose selama 3
caesarea
prioritas nyeri hari.
dan
akut.
masalah
Implementasi
keperawat
yang
an nyeri
akut di dilakukan
pada kedua
Ruang
klien adalah
Mawar
mengidentifik
Merah
asi lokasi,
RSUD
karakteristik,
Bangil
durasi,
Kabupate
frekuensi,
n
kualitas dan
Pasuruan.
intensitas
nyeri,
memberikan
posisi nyaman
pada pasien,
memeberikan
terapi tekhnik
relaksasi dan
distraksi:mobi
lisasi
65
bertahap,
memberikan
terapi
analgesic
sesuai advis
dokter.
66
kepada tenaga
kesehatan
untuk lebih
intensif dalam
memberikan
semangat dan
motivasi pada
ibu post SC
dalam
melakukan
mobilisasi
dini.
67
Tahun Berdasarkan
2018. hasil uji silang
ibu
dengan
penyembuhan
luka operasi
yang tidak
baik adalah
responden
yang tidak
melakukan
mobilisasi dini
yaitu sebanyak
13 responden
(32,5%).
Berdasarkan
hasil uji chi
square
didapatkan
nilai ρ (0,031)
< α (0,05).
Diharapkan
hasil penelitian
ini dapat
menjadi
masukan
atau pedoman
untuk
mengevaluasi
tentang
mobilisasi dini
68
pada ibu post
sc di Ruang
Kebidanan
Rumah Umum
Daerah dr.
Fauziah
Bireuen.
69
u. mobilisasi dini
yaitu
sebesar 43%
dari total
responden (35
orang). Faktor-
faktor yang
perlu
diperhatikan
dalam
pemulihan
keadaan luka
pasca operasi
yaitu waktu,
gerakan
fisik,
peninjauan,
dan infeksi
pada luka
pasca operasi
Sectio
Caesarea.
70
menuliskan bahwa mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi dini mula-mula berasal
dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur
ketahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Windiarto,
2010).
71
kemudian dapat duduk pada 6 – 8 jam operasi (bila tidak ada kontra indikasi
dari anastesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada 8 jam operasi, bahkan
mandi sendiri pada hari pertama (Prawirohardjo, S. 2010).
1. Identifikasi pasien
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Jaga privasi pasien
4. Mencuci tangan
5. Baca basmallah
6. Lakukan latihan ambulasi
a. Duduk diatas tempat tidur
1) Tempatkan pasien dalam posisi telentang
2) Posisikan perawat menghadap ke bagian kepala tempat tidur
3) Tempatkan tangan perawat ke sisi bahu pasien yang terjauh, sokong
kepalanya Angkat pasien dengan posisi duduk sesuai posisi tempat tidur.
Beri bantal untuk menopang dan kenyamanan
4) Rapikan pasien
b. Duduk disisi tempat tidur
1) Tempatkan pasien pada posisi miring menghadap perawat
2) Tinggikan kepala tempat tidur dan posisi perawat di kepala tempat tidur
3) Letakkan tangan perawat di bawah bahu pasien dan sokong kepala dan
leher pasien. Letakkan tangan yang lain di bagian pinggul pasien
4) Anjurkan pasien menggerakkan kaki ke pinggir tempat tidur.
5) Tarik paha pasien dan agak diputar sehingga kaki pasien terjuntai ke
lantai, secara bersamaan angkat bagian bahu sampai pasien duduk
6) Evaluasi respon pasien
c. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Lakukan tindakan mendudukan pasien di sisi tempat tidur
3) Sangga kedua aksila pasien dengan kedua tangan perawat dan letakkan
kaki perawat di depan dan samping pasien. Bantu pasien berdiri
72
4) Dekatkan pasien ke kursi dan tekuk kaki perawat untuk mendudukkan
pasien
5) Atur posisi pasien agar nyaman
d. Membantu berjalan
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan
3) Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien
4) Bantu pasien berjalan
7. Baca hamdalah
8. Cuci tangan
9. Evaluasi respon pasien
10. Dokumentasikan pada catatan keperawatan. (poltekkes jogja)
73
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.1 Pengkajian
74
2) Gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis
tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
Diagnosa pertama yaitu nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( prosedur
operasi ), intervensi yang dilakukan adalah Manajemen Nyeri dengan tindakan
yang akan dilakukan dari mulai observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
Intervensi observasi yang akan dilakukan adalah Identifikasi
lokasi,karakteristik, durasi++
76
sehingga dapat bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien.
Implementasi yang diberikan untuk tiap diagnosa pada pasien yaitu
disesuaikan dengan kondisi pasien kelolaan yang diberikan asuhan
keperawatan oleh kelompok berdasarkan intervensi keperawatan yang telah
ditentukan.
Impelmentasi keperawatan dilakukan selama tiga hari. Implementasi
diberikan pada pasien berdasarkan intervensi yang telah ditentukan dengan
berpedoman pada panduan SDKI, SLKI, dan SIKI (PPNI, 2017), namun
implementasi di fokus pada tindakan mobilisasi dini, respon yang ditunjukkan
setelah dilakukan mobilisasi dini untuk mengurangi nyeri terlihat
pengaruhnya, dibuktikan dengan penurunan skala nyeri,gangguan mobilitas
fisik teratasi.dan gangguan integritas kulit menurun
5.1.5 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari tiga diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, implementasi yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan maka didapatkan hasil yang telah
dicantumkan dalam evaluasi.
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa pertama nyeri akut b.d agen pencedera
fisik.
S :
1. Pasien mengatakan nyeri pada luka operasai mulai berkurang
2. Pasien mengatakan skala nyeri 5
3. Pasien mengatakan sering terbangun tadi malam karna nyeri pada luka
bekas operasi
4. Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang karna disebabkan nyeri
5. Pasien mengatakan tidak segar saat bangun tidur
O:
1. Pasien masih tampak meringis saat merubah posisi
2. Pasien tampak melindungi area luka saat merubah posisi
HR : 80x/
RR : 22x/i
77
TD :110/70 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi no 1-5, 8 dilanjutkan
78
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.M selama 3 hari,
yaitu pada tanggal 08 Januari sampai 10 Januari 2022 dengan kasus post operasi
Sectio Caesarea, di ruang Siti Aisyah RS Islam Ibnu Sina Padang Panjang, maka
dapat diketahui hal-hal seperti berikut :
1. Penulis sudah mampu memahami konsep teori Sectio Casarea: definisi,
etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,
penatalaksanaan.
2. Setelah dilakukan pegkajian didapatkan bahwa pasien Ny. M mengeluh nyeri
pada bagian abdomen post Sectio Caesrea yang nyerinya terasa seperti
tersayat-sayat dengan skala nyeri 7, dan nyeri yang dirasakan saat melakukan
gerakan-gerakan tubuh. Klien tampak meringis, mengeluh sulit tidur karna
nyeri dan mengatakan nafsu makan berkurang karena menahan nyeri.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (Prosedur Operasi)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan gerak
3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis.
80
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R. 2000. Sinopsis Obstetri .Jakarta : EGC. Nakita, 2009. Ilmu Keperawatan.
http://emedicine.Medscape.com/articler/26/137-overview.html. Diakses pada
tanggal 15 Mei 2012 jam 18.45. Oxorn. 2008. Fisiologi dan Patologi
Persalinan. Edisi 2. Jakarta : Esentia Medika.
Saifuddin, AB. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo