Anda di halaman 1dari 70

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN MOBILISASI DINI PADA Ny.

A
DENGAN MASALAH PENYEMBUHAN LUKA PADA POST SECTIO CAESAR
DI RUANG PERAWATAN KIA DI RSUD PROF. DR.M.ANWAR MAK KATUTU
KAB.BANTAENG ”

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh:

A.KURNIATI ABBAS, S.Kep


NIM D.22.10.002

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022/2023
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN MOBILISASI DINI PADA Ny. A
DENGAN MASALAH PENYEMBUHAN LUKA PADA POST SECTIO CAESAR
DI RUANG PERAWATAN KIA DI RSUD PROF. DR.M. ANWAR MAKKATUTU
KAB.BANTAENG”

KARYAILMIAHAKHIRNERS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi Profesi
Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

DisusunOleh:

A.KURNIATI ABBAS, S.Kep


NIM D.22.10.002

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul“Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini
Pada Ny. A Dengan Masalah Penyembuhan Luka Pada Post Sectio Caesar Di Ruang
Perawatan KIA” DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng”

Oleh:

A.KURNIATI ABBAS, S.Kep


NIM. D2210002

Pembimbing

Pembimbing utama Pembimbing Pendamping

Dr.Asnidar, S.Kep, Ns, M.Kes Tenriwati, S. Kep, Ns, M. Kes


NIDN. 0927108801 NIDN. 0914108003

ii
LEMBARPENGESAHAN

KaryaIlmiahAkhirNersDenganJudul“Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini Pada


Ny. A Dengan Masalah Penyembuhan Luka Pada Post Sectio Caesar Di Ruang
Perawatan KIA
” DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng”

Tanggal 14 November S/D 16 November


Tahun2022”

Telah Di Setujui Untuk Di ujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim


Penguji PadaTanggal 2022

Oleh:

A.KURNIATI ABBAS, S.Kep


NIM. D2210002

Pembimbing

Ketua Program Studi Profesi NERS

Haerani,S.Kep,Ns,M.Kep

iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yangbertandatangandibawahini,saya:

Nama : A.KURNIATI ABBAS


Nim : D2210002
Program studi : Ners
Tahunak ademik : 2022

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini adalah hasil karya sendiri dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya
tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul:“ Analisis Asuhan
Keperawatan Mobilisasi Dini Pada Ny. A Dengan Masalah Penyembuhan Luka Pada
Post Sectio Caesar Di Ruang Perawatan KIA ” DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu
Kab. Bantaeng “Tanggal 14 November S/D 16 November Tahun2022” Apabila suatu saat
nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang
telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bulukumba ,14 November 2022

A.KURNIATI ABBAS, S.Kep


NIM. D2210002
ABSTRAK

Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini Pada Ny. A Dengan Masalah Penyembuhan Luka
Pada Post Sectio Caesar Di Ruang Perawatan KIA ” DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab.
Bantaeng. A. Kurniati Abbas1, Asnidar 2, Tenriwati3.
Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi seorang ibu dimana terjadi
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua
metode persalinan, yaitu persalinan lewat vagina yang dikenal dengan persalinan alami dan persalinan
Caesar atau Sectio Caesarea (SC). Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim. Persalinan dengan metode SC
dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak
abnormal pada janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun janin
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode Studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada Post Operasi sectio caesarea di Ruang perawatan KIA
di RSUD Prof. Dr. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien
Maternitas yang mempunyai masalah risiko infeksi pada proses penyembuhan luka insisi post operasi
sectio caesare. Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Ny. A dengan Post Operasi sectio
caesarea hari pertama.
Hasil analisis data didapatkan diagnosa keperawatan yaitu risiko infeksi, Intervensi yang diberikan
adalah mobilisasi dini. Implementasi dilakukan selama 3 hari terhadap pasien Ny. A.
Adapun kesimpulan yaitu berdasarkan hasil pengkajian pada Ny A dengan Post Operasi Sectio
Caesarea. Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu resiko infeksi, hasil intervensi yang dilakukan pada
Ny A adalah tehnik mobilisasi dini yang dapat mempercepat penyembuhan luka, dan hasil evaluasi
dilakukan bahwa masalah keperawatan teratasi yaitu tingkat infeksi menurun dan penyembuhan luka
meningkat.

Kata kunci : Mobilitas Dini, Risiko Infeksi, Sectio Caesar


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimngannya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan
judul “Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini Pada Ny. A Dengan Masalah
Penyembuhan Luka Pada Post Sectio Caesar Di Ruang Perawatan Perawatan KIA
” DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng “Tanggal 14 November
S/D 16 November Tahun2022”. KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners pada Program Studi Prodi Ners Stikes Panrita Husada
Bulukumba.
Bersama dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, hormatku kepada mereka yang telah
memberikan doa, dorongan, dukungan moril serta materi kepada penulis dalam
menuntut ilmu. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yangtulus
kepada:
1. H.Idris Aman,S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada Bulukumba
yang telah merekomedasikan pelaksanaan penelitian
2. Dr.Muriyati.,S.Kep,M.kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.
3. Dr.A.Suswani Makmur,S.Kep,Ns,M.Kes selaku Wakil Ketua 1 yang telah
membantu merekomendasikan pelaksanaan penelitian.
4. Dr.Haerani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua program profesi ners yang telah
merekomendasikan pelaksanaan penelitian.
5. Dr.Asnidar, S.Kep,Ns, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah bersedia
memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penysunan KIAN ini.
6. Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan KIAN
ini.
7. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas
bekalketerampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis
selamaproses perkuliahan.
8. Khususnya kepada Ayahanda tercinta A.Abbas Djabbar, Almahrum Mama
tercinta Hasna, Serta saudara/i atas seluruh bantuan dan dorongan yang selalu
diberikan baik secara moral, material maupun spiritual kepada penulis dalam
menuntut ilmu.
9. Teman-teman Ners angkatan 2022, yang telah memberikan dukungan serta
bantuan hingga KIAN ini dapat terselesaikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, serta banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Karya ilmiah ini.
Penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, dan bagi semua pihak khususnya bagia dunia pendidikan
keperawatan Indonesia.

Bulukumba, 14 November 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul
Halaman judul
Lembar Persetujuan..............................................................................................
Lembar Pengesahan.............................................................................................
Lembar Pernyataan Orisinalitas..........................................................................
Abstrak..................................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................
1. Tujuan Umum....................................................................................
2. Tujuan Khusus...................................................................................
C. Ruang Lingkup.........................................................................................
D. Manfaat....................................................................................................
1. Manfaat Untuk Mahasiswa................................................................
2. Manfaat untuk Lahan Praktek............................................................
3. Manfaat untuk Institusi......................................................................
E. Metodologi Penelitian.....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................
A. Standar Prosedur Operasional Mobilisasi Dini........................................
B. Artikel ......................................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................


A. Rancangan Penelitian................................................................................
B. Populasi Dan Sampel................................................................................
C. Tempat Dan Waktu Penelitian..................................................................

BAB IV HASIL DAN DISKUSI................................................................................................


A. Data Demografi Pasien....................................................................................
B. Status Kesehatan.......................................................................................
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu..................................................................
D. Proses Keperawatan........................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................


A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi

seorang ibu dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode persalinan,

yaitu persalinan lewat vagina yang dikenal dengan persalinan alami dan

persalinan Caesar atau Sectio Caesarea (SC) (Nurhayati, 2018).

Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan

untuk melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding

rahim. Persalinan dengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis

baik dari sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak

abnormal pada janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan

nyawa ibu maupun janin (Amita, dkk 2018).

Pada tahun 2015, diperkirakan 303.000 wanita meninggal selama

kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (95%) terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, dan hampir dua

pertiga (65%) terjadi di Wilayah Afrika (World Health Organisation,

2019).

Menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata

operasi Sectio Caesarea (SC) sekitar 6-15%. Data WHO Global Survey on

Maternal and Perinatal Health 2018 menunjukkan 47,1% dari seluruh

kelahiran melalui SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang


disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi

janin panggul 21%, gawat janin 14%, Plasenta previa 11%, pernah SC

11%, kelainan letak janin 10%, pre eklampsia dan hipertensi 7%.(World

Health Organisation, 2019).

Menurut RISKESDAS tahun 2018, jumlah persalinan dengan

metode SC pada perempuan usia 20-54 tahun di Indonesia mencapai

17,6% dari keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa

gangguan/komplikasi persalinan pada perempuan usia 20-54 tahun di

Indonesia mencapai 23,2% dengan rincian posisi janin melintang/sunsang

sebesar 3,1%, perdarahan sebesar 2,4%, kejang sebesar 0,2%, ketuban

pecah dini sebesar 5,6%, partus lama sebesar 4,3%, lilitan tali pusat

sebesar 2,9%, plasenta previa sebesar 0,7%, plasenta tertinggal sebesar

0,8%, hipertensi sebesar 2,7%, dan lain-lainnya sebesar 4,6% (Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Menurut SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun

2017, menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan dengan tindakan SC

sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini

membuktikan terdapat peningkatan angka persalinan SC dengan indikasi

KPD, sebesar 13,6% disebabkan oleh faktor lain diantaranya yakni

kelainan letak pada janin, PEB, dan riwayat SC (KEMENKES, 2018).

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

melaporkan bahwa angka kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO) atau

Surgical Site Infection (SSI) di Dunia berkisar antara 5% sampai 15%.


Mengidikasikan bahwa ILO merupakan infeksi ketiga tersering yang

terjadi di Rumah Sakit sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit

mengalami ILO. (WHO, 2018).

Persalinan melalui bedah sectio caesaria mengalami peningkatan di

beberapa negara termasuk Indonesia sebesar 6 %.(Rina Kartikasari et al.,

2020). Di Indonesia kasus operasi sectio caesaria menduduki peringkat

tertinggi dengan jumlah kasus 480.622 (Kemenkes RI, 2018). Peningkatan

tersebut berbanding lurus dengan kejadian infeksi luka pasca operasi (Rina

Kartikasari et al., 2020).

Angka infeksi di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama

kematian ibu yang disebabkan oleh infeksi post Sectio Caesarea (SC) pada

tahun 2018 mencapai 7,3%. (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan Dinas

kesehatan Jateng Tahun 2019 mengatakan angka kejadian infeksi post

Sectio Caesarea di Jawa tengah adalah 3,54%. Komplikasi utama

persalinan Sectio Cesarea adalah kerusakan organ–organ seperti vesika

urinaria dan uterus saat dilangsungkan operasi, komplikasi ansietas,

perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada

persalinan Sectio Caesarea dibandikan persalinan pervagina (Lisdayanti,

2019).

Persalinan dengan sectio caesarea dapat menjadi salah satu penyebab

terjadinya infeksi apabila perawatan yang dilakukan tidak benar.

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dengan persalinan SC adalah infeksi

puerperal seperti kenaikan suhu pada masa nifas, peritonitis, sepsis, dan
sebagainya. Komplikasi yang lain adalah perdarahan, luka kandung kencing,

embolisme paru-paru . Komplikasi pembedahan selama sectio caesarea

>11% (kira-kira 80% minor dan 20% mayor (Benson, 2019).

Jahitan operasi caesar memiliki resiko untuk terjadinya infeksi yang

bisa saja muncul selama berada dalam masa penyembuhan dari operasi

caesar yang telah lakukan (Hardianti, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh

Sheridan tahun 2018 di Inggris menemukan terdapat satu dari sepuluh

wanita yang melahirkan dengan operasi caesar mengalami infeksi

(Sheridan,2018).

Berdasarkan teori menurut Perry dan Potter (2015) menyatakan bahwa

vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan

peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.

Sedangkan Mobilisasi akan memperlancar sirkulasi darah dan segera

mungkin mengalami pemulihan atau penyembuhan (Susilowati D, 2018).

Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin

untuk berjalan. Tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan

peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik

sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi

(Suryati, 2018).

Mobilisasi dini pada ibu post partum pelaksanaannya tergantung pada

kondisi pasien, apabila pasien melakukan persalinan dengan normal, bisa

dilakukan setelah 2-4 jam setelah persalinan dan ibu yang menjalani cesar
bisa melakukan mobilisasi 8 jam sesudah bersalin (Manuaba, 2019). Asuhan

Kebidanan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Rumah Sakit

Panembahan Senopati tentang mobilisasi dini bagi pasien post sectio

caesarea menyebutkan bahwa pelaksanaan mobilisasi dini dilakukan mulai 6

jam post operasi.

Latihan mobilisasi bermanfaat untuk mempercepat kesembuhan luka,

melancarkan pengeluaran lochea, mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli, sirkulasi darah normal dan mempercepat pemulihan

kekuatan ibu. Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir dengan

adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan, agar tidak terjadi

pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah dan untuk ibu post

partum dengan operasi sesar dalam melakukan mobilisasinya lebih lamban

dan perlu mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini jangan

dilakukan apabila kondisi ibu post partum masih lemah atau memiliki

penyakit jantung, tetapi mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa

menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah

tersumbat, serta fungsi otot. Salah satu solusi yaitu dengan memberikan

mobilisasi dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam untuk mempercepat

kesembuhan luka perineum grade 2 pada ibu post partum (Hamilton, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2018)

dengan judul hubungan mobilisasi dini post sectio caesarea dengan proses

penyembuhan luka operasi di ruang Kebidanan RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda dapat di simpulkan bahwa ada hubungan signifikan


antara mobilisasu dini dengan proses penyembuhan luka operasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferinawati (2019)

dengan judul hubungan mobilisasi dini post sectio caesarea dengan proses

penyembuhan luka operasi di RSU Avicenna Kecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara

mobilisasi dini post sectio caesarea dengan proses penyembuhan luka

operasi.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penelitian di RSUD

PROF.DR.MANWAR MAKKATUTU KAB.BANTAENG belum pernah

diadakan penelitian tentang “ Analisis asuhan keperawatan mobilisasi dini

pada Ny.A diruang perawatan kia" dan dari observasi tersebut didapatkan

data yang post Sectio Caesar waktu 3 bulan terakhir (Agustus, September

dan Oktober) pada tahun 2022. Dari 30 orang ibu yang sactio Caesar di

ruang nifas dididapatkan 10 orang ibu sactio Caesar dengan mengatakan

takut untuk bergerak, nyeri saat bergerak dan pasien takut akan terjadi

infeksi.

Dari beberapa uraian diatas, maka penulis berusaha untuk

memahami dan lebih mendalami kasus Post Operasi Sectio Caesarea

sebagai tindakan lanjutan ujian praktek, sehingga dapat menerapkan

asuhan keperawatan secara optimal dan mengangkat laporan akhir dengan

judul “Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini Pada Ny. A Dengan

Masalah Penyembuhan Luka Pada Post Sc Di Ruang Perawatan KIA DI

RSUD PROF.DR.MANWAR MAKKATUTU KAB.BANTAENG.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Analisis Keperawatan secara komprehensif

kepada pasien yang mengalami masalah penyembuhan luka pada post

sectio caesarea

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian

b. Mampu menentukan diagnosa

c. Mampu menyusun intervensi

d. Mampu melakukan implementasi (mobilisasi dini)

e. Mampu melakukan evaluasi

C. Ruang Lingkup

Analisis Asuhan Keperawatan Mobilisasi Dini Pada Ny. A Dengan Masalah

Penyembuhan Luka Pada Post Sectio Caesar Di Ruang Perawatan KIA ”

DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng”Tanggal 14

November S/D 16 November Tahun2022”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk mahasiswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai Analisis

Keperawatan Maternitas dengan masalah penyembuhan luka post

Sectio Caesar
2. Manfaat untuk lahan praktek

Menjadi bahan masukan dan informasi yang bermanfaat mengenai

Asuhan Keperawatan Maternitas terutama dengan pasien Post Operasi

Sectio Caesarea di DI RSUD Prof. Dr.M. Anwar Makkatutu Kab.

Bantaeng

3. Manfaat untuk institusi pendidikan

Menjadi bahan masukan dan referensi untuk STIKes Panrita Husada

Bulukumba mengenai Asuhan Keperawatan Maternitas, terutama pada

penananganan penyembuhan luka pasca Post Operasi Sectio Caesarea

dengan mobilisasi dini

4. Manfaat untuk profesi keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap sesama profesi

keperawatan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan yang meliputi

pengkajian, menentukan masalah, memberikan intervensi,

memberikan implementasi dan mengevaluasi tindakan yang telah

diberikan kepada klien Post Operasi Sectio Caesarea.

E. Metode Penullisan

Metode dalam penulisan KIAN ini menggunakan metode Deskriptif dan

metode studi kepustakaan. Dalam metode desktiptif pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus dengan mengelolah 1 kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.


F. SistematikaPenulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan dalam memahami isi

dan maksud dari laporan tugas akhir. Berikut ini merupakan sistematika

penulisan yang terdiri dari 5 bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori dari Sectio Caesarea dan Asuhan Keperawatan

Maternitas dengan masalah Post Operasi Sectio Caesarea.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan pada pasien

Ny A dengan kasus penyembuhan luka dengan tehnik mobilisasi dini Post

Operasi Sectio Caesarea

BAB IV HASIL DAN DISKUSI

Bab ini berisi tentang anlisis terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan dan dikaitkan dengan teori.

BAB VPENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Definisi Section Caesar

Sectio caesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya

memotong. Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2017)

Pada ibu yang bersalin secara sectio caesarea lebih beresiko

mengalami komplikasi daripada ibu yang bersalin secara normal.

Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya infeksi puerperal (nifas),

pendarahan yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah yang terputus

dan terbuka, emboli pulmonal, luka pada kandung kemih serta kemungkinan

rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang (Ulfah M, 2018). Selain itu

tindakan pembedahan sectiocaesarea yang dilakukanakan meninggalkan

sebuah kondisi luka insisi. Akibat dari insisi ini akan menimbulkan

terputusnya jaringan tubuh dan menjadikan luka pada orang

yang dilakukan pembedahan.

Perry dan Potter (2018) menjelaskan bahwa luka merupakan rusaknya

struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal

dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. Penyembuhan

luka dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, nutrisi, umur, vaskularisasi,

anemia, status imunologi, kadar gula darah dan obesitas. Johnson


(2018), menjelaskan bahwa penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya

cidera pada tubuh dan terdapat 4 fase penyembuhan luka yaitu hemostatis,

inflamasi, proliferasi, maturasi.

Proses penyembuhan luka pada tubuh yang sehat mempunyai

kemampuan untuk melindungi dan memulihkan dirinya, peningkatan aliran

darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan

perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan (Sukisno, AT,

2018).

Dengan adanya luka bekas operasi sesar menimbulkan nyeri pada ibu

sehingga pasien cenderung untuk berbaring saja untuk mempertahankan

seluruh tubuh kaku dan tidak mengindahkan daerah pembedahan sehingga

menimbulkan kaku persendian, postur yang buruk, kontraktur otot, nyeri

tekan apabila tidak melakukan mobilisasi dini(Christina & Kristanti, 2019).

Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian

sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan

fungsi fisiologi. Mobilisasi pasca sectiocaesarea adalah suatu pergerakan,

posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam

melahirkan dengan Sectio Caesarea (Sudiharjani, 2018). Hampir semua

jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini

mungkin. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah

pembedahan, dan setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat

digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional (Rasjidi I,

2019).
Mobilisasi penting dilakukan untuk mempercepat kesembuhan ibu

sehingga dapat melakukan kembali aktivitas sehari- sehari secara normal.

Keterlambatan mobilisasi ini akan menjadikan kondisi ibu semakin

memburuk dan menjadikan pemulihan pasca section sesarea menjadi

terlambat (Marfuah, 2019).

2. Jenis Sactio Caesarea

a. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan

dimana dokter nantinya akan membedah perut ibu dengan cara

menginisisi di segmen bagian bawah uterus.

b. Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal

Tindakan pembedahan ini dilakukan dengan cara membuat insisi

pada bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung

bawah diatas batas plika vesio uterine.

c. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Dokter akan menginsisi dinding dan fasia abdomen dan musculus

rectus yang nantinya dipisahkan (Prawirhadjo,2018).

3. Indikasi tindakan Section Caesar

a. Indikasi adalah keadaan yang mengakibatkan kelahiran melalui

jalan lahir tidak mungkin terlaksana, misalnya kesempitan

panggul, adanya neoplasma yang menyumbat jalan lahir.

b. Indikasi relatif adalah kelahiran melalui vagina bisa terlaksana

tetapi dengan pertimbangan keamanan ibu dan bayi maka


dilakukan section Caesar (Oxorn dan Forte,2018)

4. Penyebab Section Caesar

Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Section Caesar adalah

rupture uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.

Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin besar

melebihi 4.000 gram dari beberapa factor Section Caesar diatas dapat

diuraikan beberapa peyebab section Caesar sebagai berikut :

a. CPD ( Chepalo Pelvik Dispropotion ) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal.

b. PEB ( Pre-Eklamasi Berat ) adalah kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi

impartus.

d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara section

Caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko komplikasi

yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

e. Kelainan letak janin


5. Manifestasi Klinis

Menurut martowirjo (2018), manifestasi klinis pada pasien

dengan post section Caesar antara lain :

a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800

mI

b. Terpasang keteter, urine jernih dan pucat

c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi

d. Bising usus tidak ada

e. Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru

f. Balutan abdomen sedikit noda

g. Aliran lochia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan

banyak

6. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan

yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara

normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran

kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah,

pre-eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti

sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut Rahim

tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa,

bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,

persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban

pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah


dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya

suatu tindakan pembedahan yaitu Section Caesar

(Ramadanty,2018).

7. Komplikasi

Komplikasi pada pasien section Caesar adalah

a. Komplikasi pada ibu

Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan

suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat

seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.

b. Komplikasi-komplikasi lain

Komplikasi- komplikasi lain seperti luka kandung kemih,

dan embolisme paru.

c. Komplikasi baru

Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya

perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi rupture uteri.


B. Konsep Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita

untuk mempertahankan fungsi fisiolog (Sudiharjani, 2018). Mobilisasi

dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur

dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan

yang berguna untuk membantu penyembuhan luka pada ibu post

sectiosesarea(Yuli Setyowati, 2018). Mobilisasi dini juga sangat

penting untuk meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.

Kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan dapat menyebabkan

luka tidak segera menyatu setelah pembedahan (Mochtar, 2017).

2. Tujuan dan Manfaat Mobilisasi Dini

Tujuan dari mobilisasi dini yaitu mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan

luka, membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan

tonus otot, memperlancar eliminasi urin, mengembalikan aktivitas

tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat

memenuhi kebutuhan gerak harian, memberi kesempatan perawat dan

pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi.

Mobilisasi dini juga dapat memberikan berbagai manfaat.

Anatara lain mempercepat pemulihan misal kontraksi uterus post

sectio caesarea, dengan demikian pasien akan cepat merasa sehat dan
bisa merawat anaknya dengan cepat. Penderita merasa lebih sehat dan

kuat dengan early ambulation, dengan bergerak, otot-otot perut dan

panggul akan menjadi normal sehingga otot perutnya menjadi kuat

kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien

merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat

kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik, dengan

bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktivitas

ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti

semula.

3. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka

Mobilisasi dini merupakan gerakan sistematis yang dilakukan

oleh ibu pasca persalinan baik persalinan normal maupun persalinan

dengan tindakan. mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria

dilakukan secara bertahap mulai 6 jam pasca persalinan. Gerakan-

gerakan dalam mobilisasi dini tersebut dapat membantu

pemulihan ibu pasca persalinan. Ambulasi dini dapat membantu

pasien dalam menghindari morbiditas dan meningkatkan

pemulihan awal pasien (Dube, 2019).

Mobilisasi dini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kesembuhan luka pasca bedah serta dapat mengurangi resiko

komplikasi. Mobilisasi dni sangat penting dalam percepatan hari rawat

dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti

kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi


(Mubarak, 2018).

Tujuan dari peningkatan pergerakan tubuh secara hati-hati pada

paska operatif adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis

vena, dan untuk menunjang fungsi pernapasan yang optimal

(Smeltzer, 2015). Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol

dalam mempercepat pemulihan paska bedah dan dapat mencegah

komplikasi bedah, karena pergerakan kecil sekalipun akan perlahan

lahan memperkuat tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah, sehingga

mempercepat kesembuhan (Gallagher dan Mundy, 2014).

4. Dampak Risiko Infeksi

Dampak apabila ibu nifas mengalami infeksi luka Post Sectio

Caesarea dan tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya

kerusakan pada jaringan epidermis maupun dermis, gangguan pada

sistem persyarafan, dan kerusakan jaringan seluler menurut (Hasanah

and Wardayanti, 2017).

5. Standar Prosedur Operasional

Standar operasional prosedur pada tindakan mobilisasi dini pada

6 jam pertama post sc yaitu Mengatur posisi senyaman mungkin dan

berikan lingkungan yang tenang. Anjurkan pasien distraksi relaksasi

nafas dalam dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung dan

keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak

3 kali kurang lebih selama 1 menit. Latihan gerak tangan, lakukan

gerakan abduksi dan adduksi pada jari tangan, lengan dan siku selama
setengah menit. Tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan

diluruskan diatas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas.

Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian sebanyak 5-10

kali. Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan

adduksi, rotasi pada seluruh bagian kaki.

Pada 6-10 jam post sc yaitu Latihan miring kanan dan kiri.

Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian terlebih dahulu,

bagian lutut fleksi keduanya selama setengah menit, turunkan salah

satu kaki, anjurkan ibu berpegangan pada pelindung tempat tidur

dengan menarik badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan

selama 1 menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang lain.

Pada 24 jam post sc yaitu Posisikan semi fowler 30-400 secara

perlahan selama 1-2 jam sambil mengobservasi nadi, jika mengeluh

pusing turunkan tempat tidur secara perlahan. Bila tidak ada keluhan

selama waktu yang ditentukan ubah posisi pasien sampai posisi

duduk.

Pada hari ke 2 post sc Lakukan latihan duduk secara mandiri

jika tidak pusing, perlahan kaki diturunkan. Pada hari ke 3 post SC

Pasien duduk dan menurunkan kaki kearah lantai. Jika pasien merasa

kuat dibolehkan berdiri secara mandiri, atau dengan posisi dipapah

dengan kedua tangan pegangan pada perawat atau keluarga, jika

pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan disekitar tempat

tidur (SOP Mobilisasi Dini Post SC 2018).


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESAREA
Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu

pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan


Pengertian
ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan

sectio caesarea.

1. Mempercepat penyembuhan luka

2. Mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene ibu

Tujuan dan bayi

3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli

4. Mengurangi lama rawat di Rumah sakit

Indikasi
Pasien dengan post sectio caesarea

a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya

b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/


keluarga
Persiapan pasien
c. Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien / keluarga

d. Minta persetujuan pasien

e. Jaga privacy klien


Prosedur
Tahap pra interaksi
a. Menyiapkan SOP mobilisasi yang akan digunakan
b. Melihat data atau riwayat SC pasien
c. Melihat intervensi keperawatan yang telah
diberikan oleh perawat
d. Mengkaji kesiapan ibu untuk melakukan
mobilisasi dini
e. Mencuci tangan

Tahap orientasi

a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri


b. Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan
kontrak waktu
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur
d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

Tahap Kerja

Pada 6 jam post sc

a. Menjaga privasi pasien


b. Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan
lingkungan yang tenang
c. Anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam
dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung dan
keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan
dinding perut sebanyak 3 kali kurang lebih selama 1
menit.
d. Tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan
diluruskan diatas kepala dengan telapak tangan
menghadap ke atas
e. Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian
sebanyak 5-10 kali

Pada 6-10 jam post sc

a. Latihan miring kanan dan kiri

b. Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian


terlebih dahulu, bagian lutut fleksi keduanya selama
setengah menit, turunkan salah satu kaki, anjurkan
ibu berpegangan pada pelindung tempat tidur
dengan menarik badan kearah berlawanan kaki yang
ditekuk. Tahan selama 1 menit dan lakukan hal yang
sama ke sisi yang lain

Pada 24 jam post sc

a. Posisikan semi fowler 30-400 secara perlahan


selama 1-2 jam sambil mengobservasi nadi, jika
mengeluh pusing turunkan tempat tidur
secara perlahan

b. Bila tidak ada keluhan selama waktu yang


ditentukan ubah posisi pasien sampai posisi duduk.

Pada hari ke 2 post sc

Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak


pusing, perlahan kaki diturunkan

Pada hari ke 3 post sc

a. Pasien duduk dan menurunkan kaki kearah lantai

b. Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara


mandiri, atau dengan posisi dipapah dengan
kedua tangan pegangan pada perawat
atau keluarga, jika pasien tidak pusing dianjurkan
untuk latihan berjalan disekitar tempat tidur

a. Melakukan evaluasi tindakan


b. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap
Terminasi
latihan dengan pengawasan keluarga
c. Salam terapeutik dengan klien
d. Mencuci tangan
Dokumentasi
a. Dokumentasikan : nama klien, tanggal dan jam
perekaman, dan respon pasien
b. Paraf dan nama jelas dicantumkan pada catatan pasien
C. Artikel Terkait

1. Artikel 1

Penelitian oleh rahmawati, dkk tahun 2017 dengan judul

hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post sectio

caesarea di rumah sakit umum daerah H. Badaruddin Tanjung.

Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan pada 16 pasien yang

pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 16 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan bermakna antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio caesarea di RSUD H. Badaruddin

Tanjung.

2. Artikel 2

Penelitian oleh aini sigian nurul, dkk tahun 2019 dengan judul

hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka post sectio

caesarea di RSU Sinar Husni Medan. Berdasarkan hasil peneltian

yang dilakukan pada 19 pasien yang pasien post operasi sectio

caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini


didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 19 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di RSU Sinar Husni Medan.

3. Artikel 3

Penelitian oleh fauziah, dkk tahun 2018 dengan judul hubungan

mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka operasi di ruang

kebidanan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan pada 30 pasien yang pasien post

operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 4 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 30 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.

4. Artikel 4

Penelitian oleh ferinawati dan rita hartati tahun 2019 dengan

judul hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka operasi

post sectio caesarea di RSU Avicenna Kecamatan Kota Juang

Kabupaten Bireuen. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan pada

32 responden yang pasien post operasi sectio caesare.


Setelah dilakukan implementasi selama 4 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 19 responden dengan signifikan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio caesarea di RSU Avicenna Kecamatan

Kota Juang Kabupaten Bireuen.

5. Artikel 5

Penelitian oleh Simangunsong Rimayanti, dkk tahun 2018

dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.

Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan pada 30 pasien yang

pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 30 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi

kasus. Studi kasus adalah recana peneltian yang dirancang sedemikian rupa

sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti

(Setiadi, 2018). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada Post Operasi sectio caesarea di Ruang perawatan KIA di

RSUD Prof. Dr. Anwar Makkatutu Kab.Bantaeng.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas satu

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

Maternitas yang mempunyai masalah risiko infeksi pada proses

penyembuhan luka insisi post operasi sectio caesarea

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Ny. A dengan Post Operasi

sectio caesarea hari pertama.


C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Perawatan KIA DI RSUD

Prof. Dr.M.Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 November sd 16 November

2022
BAB IV

HASIL DAN DISKUSI

A. Data Demografi Pasien

Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 14 november 2022

pukul 08:30 WITA. N ;y. A Dengan jenis kelamin perempuan usia 42 tahun

dengan diagnosa medis Post Operasi Sectio Caesarea dengan proses

penyembuhan luka perut pasca pembedahan. Pasien mengatakan datang ke

rumah sakit atas kiriman atau rujukan dari puskesmas pada tanggal 15

november 2022 dengan keluhan usia kehamilan 38 minggu 5 hari dengan

indikasi ketuban pecah dini.

Penanggung jawab yaitu suami klien yang bernama Tn. A berumur 55

tahun beralamat di jln.Rambutan bantaeng , pendidikan terakhir Tn.A yaitu

SMK dan pekerjaan Wiraswasta.

Pada saat pengkajian Ny.A mengeluh nyeri perut pada luka post

operasi sectio caesarea, pasien mengatakan takut untuk bergerak,

pemeriksaan TTV: TD : 130/110 mmHg, HR: 100 kali permenit, RR: 22

kali per menit T: 36,7˚C.

B. Status Kesehatan

Pada pemeriksaan keadaan umum pada Ny A yaitu tingkat kesadaran

composmentis dengan TTV di dapatkan TD: 130/110 mmHg, HR: 100

kali per menit, RR: 22 kali per menit, T: 36,7˚C. selanjutnya pemeriksaan

kepala dan mata tidak ada di dapatkan masalah, pada hidung tidak ada
masalah, fungsi penciuman baik, terbukti pasien dapat mencium aroma

minyak kayu putih dan lainnya.

Mulut klien tidak berbau dan gigi tampak bersih, mukosa bibir kering

dan merah, tidak ada pembekakan pada gusi pasien. pemeriksaan pada

telinga, Inspeksi : daun telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak

terdapat serumen pada telinga, lubang telinga tampak bersih, dan

pendengaran klien baik, Palpasi : tidak ada pembekakan dan nyeri tekan,

pemeriksaan leher tidak ada bonjolan atau pembengkakan kelenjar tiroid

dan tidak ada nyeri tekan di bagian leher, vena jugularis normal.

Pada pemeriksaan jantung, inspeksi : terlihat ictus kordis pada ruang

interkostal, Palpasi : pada prekordium dapat teraba ictus kordis, bunyi

sonor dari paru-paru ke redup, terdapat batas jantung normal sebelah kiri

di sekitar ruang interkostal III-IV kiri, di linea parasternalis kiri, batas atas

diruang interkostal II kiri linea parastemalis kiri, pada saat di ketuk

terdapat suara pekak pada daerah aorta, Auskultasi: Terdengar suara

jantung SI suara getaran akibat menutupnya katup mitral dan katup

trikuspid, terdengar pada sisi sternum kiri bawah (lup) dan SII suara

penutup katup aorta dan katup pulmonal terdengar pada inspirasi suaranya

terdengar (dup), irama jantung reguler, murmur tidak ada.

Pada pemeriksaan paru-paru didapatkan inspeksi : bentuk dada

simetris, pengembangan dada sama, frekuensi nafas 28x/menit, palpasi

tidak ada nyeri tekan dan massa,vokal fremitus simetris sama kiri dan

kanan, perkusi sonor di seluruh lapang paru dan auskultasi. Ada suara
tambahan yang ditemui (ronchi).

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi : abdomen tampak

simetris, nampak kemerahan pada luka operasi, terdapat luka post operasi,

auskultasi : terdengar suara peristaltik terdengar sebagai suara dengan

intensitas rendah dan terdengar 10 detik (normal 10-30detik), perkusi : saat

di perkusi terdengar timpani bunyi bernada lebih tinggi dari pada resonan

lokasinya di atas viscera yang terisi oleh udara, palpasi : tidak ada teraba

massa/pembengkakan, terdapat nyeri tekan, hepar: pemeriksaan di bawah

arkus kosta dan bawah procsifoideus teraba pada ekspirasi, limfe: tidak

teraba, ginjal: tidak teraba.

Pada pemeriksaan punggung terlihat tulang belakang sejajar, lurus ke

bawah dan sedikit melengkung tidak ada kelainan tulang seperti scoliosis

dan lordosis. pada pemeriksaan ektremitas Atas : tak ada keluhan,

pergerakan sendi sesuai perintah dari perawat, ekstremitas bawah :klien

takut untuk bergerak. pada pemeriksaan kulit warna sawo matang, kulit

teraba hangat suhu tubuh 36,70C, kuku pendek dan bersih, turgor kulit

elastis.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi sectio caesarea

sebelumnya. Dan ini merupakan pengalaman pertama pada klien.

D. Proses Keperawatan

1. Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian dan didapatkan data dari Ny A yaitu :

No Data Etiologi Masalah

Indikasi Resiko

Faktor Risiko : ketuban infeksi

1. Post operasi section caesarea. pecah dini

2. Ketidakadekuatan pertahanan

tubuh primer : Tindakan

1) Ketuban pecah sebelum pembedahan

waktunya

Terputusnya

kontinuitas

jaringan

membuka

jalan

masuknya

kuman
Resiko

infeksi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (SDKI, 2016).

Diagnosa yang dijumpai dalam kasus Ny A sesuai dengan data yang

didapatkan yaitu pada kasus, peneliti menetapkan 1 diagnosis

keperawatan sesuai kasus tersebut yaitu resiko infeksi, Alasan penulis

mengangakat diagnosa risiko infeksi karna pada penelitian saya berfokus

pada penyembuhan luka jadi itu mengapa saya mengangkat diagnosa

risiko infeksi.

3. Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis

keperawatan yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan


tersebut terdiri dari perencanaan tindakan keperawatan pada kasus

disusun berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan resiko

infeksi.

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah masalah resiko infeksi

yang tujuannya setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan masalah pada tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil

yaitu keluhan nyeri menurun, meringis menurun, kesulitas tidur

menurun, kemerahan pada luka menurun. Tindakannya adalah dengan

memonitor tanda-tanda vital, memonitor nyeri, memonitor kondisi luka

dan balutan, memotivasi mobilisasi dini 6 jam pertama, mengajarkan

latihan ekstremitas dan perubahan posisi.

Tindakan keperawatan tehnik mobilitas dini yang diberikan adalah

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka, mampu memenuhi

kebutuhan personal hygiene ibu dan bayi, mencegah terjadinya

trombosis dan tromboemboli, dan mengurangi lama rawat di rumah sakit

pada pasien post operasi sectio caesarea.

Berdasarkan SPO, maka perawat mengatur posisi senyaman

mungkin dan berikan lingkungan yang tenang. anjurkan pasien distraksi

relaksasi nafas dalam dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung

dan keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut

sebanyak 3 kali kurang lebih selama 1 menit. tetap dalam posisi

berbaring, kedua lengan diluruskan diatas kepala dengan telapak tangan


menghadap ke atas. lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian

sebanyak 5-10 kali..

Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian terlebih

dahulu, bagian lutut fleksi keduanya selama setengah menit, turunkan

salah satu kaki, anjurkan ibu berpegangan pada pelindung tempat tidur

dengan menarik badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk. tahan

selama 1 menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang lain. Pada 24 jam

post SC, posisikan semi fowler 30-40 secara perlahan selama 1-2 jam

sambil mengobservasi nadi, jika mengeluh pusing turunkan tempat tidur

secara perlahan. Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan

ubah posisi pasien sampai posisi duduk. Pada hari ke 2 post SC,

Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing, perlahan kaki

diturunkan. Pada hari ke 3 post SC, pasien duduk dan menurunkan kaki

kearah lantai. Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara mandiri,

atau dengan posisi dipapah dengan kedua tangan pegangan pada perawat

atau keluarga, jika pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan

disekitar tempat tidur. Melakukan evaluasi tindakan. Menganjurkan

klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan

keluarga.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada 6 jam pukul

08.30-9.50 hari senin tanggal 14 November 2022 yaitu : resiko infeksi,

tindakan keperawatannya yaitu hari pertama memonitor tanda-tanda


vital, memonitor nyeri, memonitor kondisi luka dan balutan, memotivasi

mobilisasi dini 6 jam pertama, mengajarkan latihan ekstremitas dan

perubahan posisi. Memberikan informasi tentang mobilitas dini kepada

klien dan persetujuan tindakan, komunikasi terapeutik untuk pendekatan

terhadap klien, berikutnya melakukan teknik mobilitas dini dengan SOP

yang benar, hal ini dilakukan sekalian diajarakan kepada pasien yaitu

dengan cara, perawat mengaturtur posisi senyaman mungkin dan berikan

lingkungan yang tenang. anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam

dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung dan keluarkan lewat

mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali kurang

lebih selama 1 menit. Masih tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan

diluruskan diatas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas.

Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian sebanyak 5-10 kali.

rotasi pada seluruh bagian kaki.

pada 6-10 jam tepatnya pada pukul 10.00-14.00 post SC, Latihan

miring kanan dan kiri. Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu

bagian terlebih dahulu, bagian lutut fleksi keduanya selama setengah

menit, turunkan salah satu kaki, anjurkan ibu berpegangan pada

pelindung tempat tidur dengan menarik badan kearah berlawanan kaki

yang ditekuk. tahan selama 1 menit dan lakukan hal yang sama ke sisi

yang lain.

Pada 24 jam post SC tepatnya pada hari senin tanggal 14

November 2022, Posisikan semi fowler 30-40 secara perlahan selama 1-


2 jam sambil mengobservasi nadi, jika mengeluh pusing turunkan tempat

tidur secara perlahan. bila tidak ada keluhan selama waktu yang

ditentukan ubah posisi pasien sampai posisi duduk..

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pukul 08.30-09.50

hari selasa tanggal 15 November 2022 yaitu resiko infeski, tindakan

keperawatan lanjutannya yaitu melanjutkan implementasi kemarin yaitu

memonitor tanda-tanda vital, monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

sistemik , berikan perawatan kulit pada area edema, jelaskan tanda dan

gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, ajarkan cara

memeriksa kondisi luka atau luka operasi, memonitor kondisi luka dan

balutan, memotivasi mobilisasi dini 24 jam post sc, mengajarkan latihan

ekstremitas dan perubahan posisi.

pada hari ke 2 post SC pukul 10-14.00, lakukan latihan duduk

secara mandiri jika tidak pusing, perlahan kaki diturunkan. Melakukan

evaluasi tindakan. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap

latihan dengan pengawasan keluarga.

Implementasi pada pukul 08.30-09.50 hari rabu tanggal 16

November 2022 dengan diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan

ketuban pecah sebelum waktunya, tindakan keperawatan lanjutannya

yaitu monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik , berikan

perawatan kulit pada area edema, jelaskan tanda dan gejala infeksi,

ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, ajarkan cara memeriksa

kondisi luka atau luka operasi, berikutnya melakukan teknik mobilisasi


dini sesuai dengan SOP yang benar, hal ini dilakukan sekalian diajarakan

kepada pasien yaitu Pada hari ke 3 post SC, Pasien duduk dan

menurunkan kaki kearah lantai. Jika pasien merasa kuat dibolehkan

berdiri secara mandiri, atau dengan posisi dipapah dengan kedua tangan

pegangan pada perawat atau keluarga, jika pasien tidak pusing

dianjurkan untuk latihan berjalan disekitar tempat tidur. Melakukan

evaluasi tindakan. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap

latihan dengan pengawasan keluarga.

5. Evaluasi

Pada hari senin tanggal 14 November 2022 setelah dilakukan

tindakan keperawatan pada diagnosa resiko infeksi didapatkan hasil,

pasien mengatakan masih takut untuk bergerak, pasien mengatakan

cemas saat bergerak, nampak kemerahan pada luka post sc, TTV: TD:

120/70 mmHg, Frekuensi nafas 22x/menit, Nadi : 115x/menit Suhu:

36,7˚C, Pada saat setelah di beri tehnik mobilisasi dini pasien nampak

tenang dan rileks. klien terlihat tenang dan nyaman setelah selesai

melakukan mobilisasi dini, risiko infeksi pada Ny A menurun, intervensi

di lanjutkan.

Pada hari selasa tanggal 15 November 2022 setelah dilakukan

tindakan keperawatan pada diagnosa resiko infeksi didapatkan hasil,

pasien mengatakan masih takut untuk bergerak, pasien mengatakan

cemas saat bergerak, nampak kemerahan pada luka post sc, TTV: TD:

110/80 mmHg, Frekuensi nafas 22x/menit, Nadi : 88x/menit Suhu:


36,5˚C, Pada saat setelah di beri tehnik mobilisasi dini pasien nampak

tenang dan rileks, kemerahan pada luka nampak berkurang.

Pada hari rabu tanggal 16 November 2022 setelah dilakukan

tindakan keperawatan pada diagnosa resiko infeksi didapatkan hasil

risiko infeksi post operasi sectio caesarea menurun, TTV: TD: 110/70

mmHg, Frekuensi nafas 22x/menit, Nadi : 82x/menit Suhu: 36,5˚C. Pada

saat setelah di beri tehnik mobilisasi dini pasien nampak tenang dan

rileks. dan klien mempu melakukan mobilisasi dini secara mandiri dan

saat melakukan mobilisasi dini pasien mengatakan luka kemerahan sudah

berkurang sebelum dilakukan tehnik mobilisasi dini.

6. Diskusi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam asuhan

keperawatan maternitas ini adalah pengkajian, mendapatkan

diagnosis, memberikan perencanaan tindakan, melaksanakan

tindakan yang sudah direncanakan selama 3 kali kunjungan

pemberian tekhnik mobilisasi dini dan melakukan evaluasi selama

3 hari. Berdasarkan hasil dari asuhan tersebut, didapatkan risiko

infeksi yang dirasakan pasien menurun. Mulai dari awal pengkajian

didapatkan risiko infeksi post operasi section caesarea menurun.

Hasil analisa dari asuhan keperawatan diatas sejalan dengan

hasil penelitian terdahulu yaitu Penelitian oleh rahmawati, dkk

tahun 2017 dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio caesarea di rumah sakit umum


daerah H. Badaruddin Tanjung. Berdasarkan hasil peneltian yang

dilakukan pada 16 pasien yang pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 16 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan bermakna antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio caesarea di RSUD H. Badaruddin

Tanjung.

Penelitian lain yang dilakukan oleh aini sigian nurul, dkk tahun

2019 dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan

luka post sectio caesarea di RSU Sinar Husni Medan. Berdasarkan

hasil peneltian yang dilakukan pada 19 pasien yang pasien post

operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 19 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di RSU Sinar Husni Medan.

Penelitian yang dilakukan oleh fauziah, dkk tahun 2018 dengan

judul hubungan mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka

operasi di ruang kebidanan RSUD Abdul Wahab Sjahranie


Samarinda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30

pasien yang pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 4 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 30 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.

Penelitian yang dilakukan oleh ferinawati dan rita hartati tahun

2019 dengan judul hubungan mobilisasi dini dengan penyembuhan

luka operasi post sectio caesarea di RSU Avicenna Kecamatan Kota

Juang Kabupaten Bireuen. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan

pada 32 responden yang pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 4 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 19 responden dengan signifikan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka post sectio caesarea di RSU Avicenna Kecamatan

Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Simangunsong

Rimayanti, dkk tahun 2018 dengan judul hubungan mobilisasi dini


dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RSU GMIM

Pancaran Kasih Manado. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan

pada 30 pasien yang pasien post operasi sectio caesare.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dengan proses

penyembuhan luka dan intervensi yang dilakukan yaitu mobilisasi dini

didapatkan mengalami penyembuhan luka post sectio caesarea yang

dialami oleh ke 30 pasien dengan signifikan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

post sectio caesarea di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.

Berdasarkan jurnal penunjang diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa tindakan pemberian tekhnik mobilisasi dini dapat dijadikan

alternative implementasi pada risiko infeksi pada pasien yang

mengalami post operasi Sectio Caesarea dengan proses penyembuhan

luka perut pasca pembedahan. Tindakan ini dapat menunjang sebagai

tekhnik untuk menurunkan risiko infeksi yang dirasakan pasien.

Penggunaan tekhnik mobilisasi dini adalah untuk memperlancar

sirkulasi darah dan segera mungkin mengalami pemulihan atau

penyembuhan luka. Proses ini bisa membantu mengurangi

penyembuhan luka post operasi section caesarea dengan proses

penyembuhan luka perut pasca pembedahan sehingga risiko infeksi

yang dirasakan pasien berkurang.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis keperawatan yang diawali dengan melakukan konsep

keperawatan dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh meliputi bio-

psiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan

fisik, dan riwayat kesehatan. Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan

mengenai pelaksanaan pemberian tehnik mobilisasi dini Ny A dengan

diagnosa Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Perawatan KIA Di RSUD

Prof.Dr.M.Anwar Makkatutu Kab.Bantaeng disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny A dengan Post Operasi Sectio

Caesarea. Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu resiko infeksi.

2. Dari hasil intervensi yang dilakukan pada Ny A adalah tehnik mobilisasi

dini yang dapat mempercepat penyembuhan luka.

3. Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa masalah keperawatan teratasi yaitu

tingkat infeksi menurun dan penyembuhan luka meningkat.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan maternitas kepada peserta didik yaitu penerapan


tehnik mobilisasi dini guna untuk meningkatkan penyembuhan luka dan

monilitas fisik meningkat sehingga pengetahuan dan keterampilan

tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya.

2. Bagi perawat

Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi perawat dalam

penambahan skil pada pelaksanaan tehnik mobilisasi dini pada pasien

post operasi sectio caesarea di RSUD Prof.Dr.M.Anwar Makkatutu

Kab.Bantaeng.

3. Bagi layanan

Diharapkan pihak RSUD Prof.Dr.M.Anwar.Makkatutu dapat

mengembangkan stantar oprasional prosedur dalam pemberian tehnik

mobilisasi dini.
DAFTAR PUSTAKA

Aini. Sigian. N, dkk (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan


Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Penelitian Keperawatan, Volume
2 Nomor 1(oktober), 1-11

Amita, dkk (2018). Pengaruh Tehnik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri post sectio caesarea di RS Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik (The
Journal Of Holistic Hralthcare), 12(1), 26-28

Benson, (2019). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGD.

Christina dan kristina, (2019). Mobilisasi Dini Berhubungan Dengan Pengkatan


Kesembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, Volume 3 Nomor 2 (Juli), 1-8

Dube, Jyoti. (2019). Effect of Planned Early Recommended Ambulation


Technique on Selected Post Caesarean Biophysiological Healt Parameters.
Original Article. Department of Obstetrics and Gynecology, Krishna
Institue of Medical Sciences

Fauziah, dkk (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea Dengan
Proses Penyembuhan Luka Operasi Di Ruang Kebidanan RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Bunda edu-midwifery journal (BEMJ).
Volume 1 (2). 18-26

Ferinawati dan nita hartanti. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Post Sectio
Caesarea Dengan Penyembuhan Luka Operasi Di Rsu Avicenna Kecamatan
Kota Juang Kabupaten Bireuen. Journal Of Healthcare Trhnology And
Medicine. Volume 5. Nomor 2. 1-12

Gallagher, C dan Mundy (2014) Pemulihan Paska Operasi Caesar, Jakarta:


Erlangga

Hamilton, (2018). Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.

Hardianti, Meilia. (2018). Tanda Infeksi dan Jahitan Operasi


Caesarea.http://www.vemale.com. Diunduh tanggal 21 juli 2022
Hasanah and Wardayanti, (2017). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Pemulihan
Luka Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.
Egyptian Journal Of Medical Microbiology. Volume 1(2). 72-81

KemenkesRI.(2018).Profil Kesehatan Indonesia Tahun2018.Jakarta:Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada bulan Desaember 2018

Lisdayanti, (2019). Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Infeksi


Luka Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo
Brayan Medan. Jurnal Darma Agung Husada, Volume V, Nomor 1. 62-68

Manuaba, (2019). Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC


Marfuah, I. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Dalam
Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi. Manajemen Asuhan Keperawatan, 2(1), 1-10

Maryunani, A. (2017). Perawatan Luka Sectio Caesarea (SC) dan Luka


Kebidanan Terkini. Bogor : IN Media

Mochtar, R. (2017). Sinopsis Obstetri jilid 2. Jakarta: EGC

Nurhayati, dkk (2018). Relaksasi Autigenic Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Pada Ibu Post Sectio Caesarea. Jurnal SKOLASTIK Keperawatan. 1 (2).

Perry & Potter. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses,
dan praktik edisi I. Jakarta:EGC

Rahmawati, dkk (2017). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka


Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Badaruddin
Tnjung. Dinamika Kesehatan, Vol 9(1), 21-29

Rina Kartikasari et al., (2020). Determinan Terjadinya Infeksi Luka Operasi (ILO)
Post Sectio Caesarea. Faletehan Health Journal, 7 (3). 162-169
Riskesdas. (2018). Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan
Indonesia.http://www.depkes.go.id

SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi


dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP Persatuan Perawat Indonesia.

Setiadi. (2018). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta : Graha ilmu
Simangungsong, R. (2018). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses
Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea Di Rsu Gmm Pancaran Kasih
Manado. E-journal Keperawatan (e-Kep). Volume 6(1), 3-12.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G., (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Jakarta : EGC.
Sudiharjani. (2018). Mobbilisasi Dini Dan Penyembuhan Luka Operasi Pada Ibu
Sectio Caesarea (SC) Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Salatiga. Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM), volume 2 Nomor 1, 52-58

Suryati, (2018). Presentase Operasi Caesarea di Indonesi Melebihi Standar


Maksimal. Buletin Penelitian Kesehatan diakses tanggal 25 juli 2022

Yuli Setyowati. (2018). Karakteristik Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada


Ibu Nifas Post Sectio Caesarea. Jurnal Kebidanan, II (Embrio), 10-17.
PENGKAJIAN POST PARTUM

No. RM :
Tanggal :
Ruangan :

A. DATA UMUM KLIEN


- Inisial klien : Ny. A Inisial Suami : Tn. A
- Usia : 42 Tahun Usia : 55 Tahun
- Status perkawinan : Kawin Status perkawinan : Kawin
- Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
- Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMK
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No. Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Masalah
Persalinan kelamin lahir bayi kehamilan
waktu
lahir

Pengalaman menyusui eksklusif: ya/tidak berapa lama :

2. Riwayat Kehamilan saat ini

- Berapa kali periksa kehamilan:

- Masalah kehamilan :

3. Riwayat Persalinan

a. Jenis persalinan : Sectio Caesarea (SC)


b. Jenis kelamin bayi : L/P, BB/PB :........gram/......cm,

c. Pengeluaran darah per vaginam...........................cc

d. Masalah dalam persalinan : Tidak ada masalah

4. Riwayat Ginekologi

a. Masalah ginekologi:
b. Riwayat KB:

B. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Status obstetrik : P.... A..... NH... Bayi Rawat
Gabung : Ya/tidak Jika tidak, alasan :
2. Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Compos Mentis BB/TB
Kg/cm

3. Tanda Vital:

- Tekanan Darah : 130/110 mmHg

- Nadi : 100 x/menit

- Suhu : 36,7˚C

- Pernapasan : 22 x/menit

4. Kepala Leher

- Kepala : Bentuk kepala oval, tidak ada benjolan, tidak ada


pendarahan

- Mata : Penglihatan berfungsi dengan baik, tidak menggunakan alat


bantu,

- Hidung : Tidak ada masalah, fungsi penciuman baik, terbukti pasien


dapat mencium aroma minyak kayu putih dan lainnya

- Mulut : Tidak berbau dan gigi tampak bersih, mukosa bibir kering dan
merah, tidak ada pembekakan pada gusi pasien

- Telinga : Inspeksi : daun telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak
terdapat serumen pada telinga, lubang telinga tampak bersih, dan pendengaran
klien baik, Palpasi : tidak ada pembekakan dan nyeri tekan

- Leher : Tidak ada bonjolan atau pembengkakan kelenjar tiroid dan


tidak ada nyeri tekan di bagian leher, vena jugularis normal.

5. Dada

- Jantung :
Inspeksi : terlihat ictus kordis pada ruang interkostal,
Palpasi : pada prekordium dapat teraba ictus kordis, bunyi sonor dari paru-paru
ke redup, terdapat batas jantung normal sebelah kiri di sekitar ruang interkostal
III-IV kiri, di linea parasternalis kiri, batas atas diruang interkostal II kiri linea
parastemalis kiri, pada saat di ketuk terdapat suara pekak pada daerah aorta,
Auskultasi: Terdengar suara jantung SI suara getaran akibat menutupnya katup
mitral dan katup trikuspid, terdengar pada sisi sternum kiri bawah (lup) dan SII
suara penutup katup aorta dan katup pulmonal terdengar pada inspirasi
suaranya terdengar (dup), irama jantung reguler, murmur tidak ada.

- Paru :
Inspeksi : bentuk dada simetris, pengembangan dada sama, frekuensi nafas
28x/menit,
Palpasi tidak ada nyeri tekan dan massa,vokal fremitus simetris sama kiri dan
kanan, Perkusi sonor di seluruh lapang paru dan,
Auskultasi. Ada suara tambahan yang ditemui (ronchi).

- Payudara :-

- Puting susu :-

- Pengeluaran ASI : -

6. Abdomen
- Involusi Uterus:
Inspeksi : abdomen tampak simetris, nampak kemerahan pada luka operasi,
terdapat luka post operasi,
Auskultasi : terdengar suara peristaltik terdengar sebagai suara dengan
intensitas rendah dan terdengar 10 detik (normal 10-30detik),
Perkusi : saat di perkusi terdengar timpani bunyi bernada lebih tinggi dari pada
resonan lokasinya di atas viscera yang terisi oleh udara,
Palpasi : tidak ada teraba massa/pembengkakan, terdapat nyeri tekan, hepar:
pemeriksaan di bawah arkus kosta dan bawah procsifoideus teraba pada
ekspirasi, limfe: tidak teraba, ginjal: tidak teraba.
- Fundus Uteri : kontraksi : Posisi :
- Kandung kemih:
- Diastasis rektus abdominis : x cm
- Fungsi pencernaan :
-
Perineum dan Genital
- Vagina : integritas kulit.....edema.....memar.....hematom.........
- Perineum : Utuh/episiotomi/ruptur Tanda REEDA

R : Kemerahan : ya/tidak E : Edema: ya/tidak E : Ekimosis : ya/tidak


D : Dischargeserum/pus/darah/tidak ada A : Approximate : baik/tidak
- Kebersihan : Terlihat bersih

- Lokia :

- Jumlah : Jenis/warna : Konsistensi : Bau :

- Hemorrhoid :

- Derajat : lokasi :

- Berapa lama : nyeri : ya/tidak

- Masalah khusus : -

7. Ekstremitas

- Ekstremitas Atas : Tidak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai perintah dari perawat
- Ekstremitas Bawah: Klien takut untuk bergerak
- Tanda Homan : +/-

8. Eliminasi

- Urin : kebiasaan BAK normal

BAK saat ini : Tidak ada nyeri

- Fekal : kebiasaan BAB normal

BAB saat ini : Tidak mengalami konstipasi

- Masalah Khusus : Tidak ada masalah

9. Istirahat dan Kenyamanan

- Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 4-5 jam, frekuensi pada siang hari dan malam

Pola tidur saat ini kadang terbangun dengan nyeri yang dirasakan

- Keluhan ketidaknyamanan : Ya lokasi : Perut

Sifat : Tertusuk-tusuk dan teri iris-iris intensitas : Timbul terus


10. Mobilisasi dan Latihan

- Tingkat mobilisasi : Mobilisasi dini

- Latihan/senam : Latihan miring kanan dan kiri

11. Nutrisi dan Cairan

- Asupan nutrisi : Nafsu makan kurang

- Asupan cairan : Cukup

- Masalah khusus : Tidak ada masalah

12. Keadaan Mental

- Adaptasi psikologis : -

- Penerimaan terhadap bayi : -

- Masalah khusus : -

14. Kemampuan menyusui: -

15. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : -

16. Hasil pemeriksaan penunjang : -

C. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN

1. Masalah :

2. Perencanaan Pulang :

Yang mengkaji,

………………………………………………
NIM :
DATA FOKUS
Nama / umur : Ny. A / 42 Tahun

Ruang / kamar : KIA

Data Fokus
1. Pasien mengatakan masih takut untuk bergerak,
2. Pasien mengatakan cemas saat bergerak
3. Nampak kemerahan pada luka post sc,
4. Pasien Nampak menghindari luka
5. Panjang luka ± 10 cm
6. TTV:
- TD: 120/70 mmHg,
- Frekuensi nafas 22x/menit,
- Nadi : 115x/menit
- Suhu: 36,7˚C,
Ruang / kamar: KIA
ANALIS
Nama / umur : Ny. A / 42 Tahun A DATA

No Tanda dan Gejala Penyebab Masalah


Risiko Infeksi Efek Prosedur Invasif Risiko Infeksi
Ds :
- Pasien mengatakan
masih takut untuk
bergerak,
- Pasien mengatakan
cemas saat bergerak
Do :
- Nampak kemerahan
pada luka post sc
- Pasien Nampak
menghindari luka
- Panjang luka ± 10 cm
TTV:
- TD: 120/70 mmHg,
- Frekuensi nafas
22x/menit,
- Nadi : 115x/menit
- Suhu: 36,7˚C
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / umur : Ny. A / 42 Tahun

Ruang / kamar : KIA

No Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi

Risiko Infeksi berhubungan


1. 14 November 2022 16 November 2022
dengan Efek Prosedur Invasif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama / umur : Ny. A

Ruangan : KIA

Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Ekspektasi : Menurun


keperawatan
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
1. Risiko Infeksi Tindakan yang Observasi
berhubungan dengan dilakukan untuk
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
Efek Prosedur Invasif mencegah masalah
resiko infeksi yang Terapeutik
tujuannya setelah
- Batasi jumlah pengunjung
mendapatkan
tindakan - Berikan perawatan kulit pada area edema
keperawatan 3 x 24
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
jam diharapkan
masalah pada - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
tingkat infeksi
Edukasi
menurun dengan
kriteria hasil yaitu - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. keluhan nyeri
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
(menurun) √
2. meringis - Ajarkan etika batuk
(menurun) √
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi
3. kesulitas tidur
(menurun) √ - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. kemerahan pada
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
luka (menurun) √
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama / umur : Ny. A

Ruangan : KIA

Diagnosa
No Hari/Tgl Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. Risiko Infeksi 14 November 08.30-9.50 1. Memonitor tanda-tanda vital
2022
2. memonitor nyeri

3. memonitor kondisi luka dan balutan

4. memotivasi mobilisasi dini 6 jam pertama

5. mengajarkan latihan ekstremitas dan perubahan posisi.

6. Memberikan informasi tentang mobilitas dini kepada klien dan persetujuan tindakan

7. komunikasi terapeutik untuk pendekatan terhadap klien, berikutnya

10.00-14.00 8. melakukan teknik mobilitas dini dengan SOP yang benar

9. perawat mengaturtur posisi senyaman mungkin dan berikan lingkungan yang tenang

10. anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung

dan keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali kurang lebih

selama 1 menit.

11. Posisikan semi fowler

2. Risiko infeksi 15 November 08.30-09.50 1. Memonitor tanda-tanda vital


2022
2. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
3. Berikan perawatan kulit pada area edema

4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

6. Memonitor kondisi luka dan balutan, memotivasi mobilisasi dini 24 jam post sc

7. Mengajarkan latihan ekstremitas dan perubahan posisi

10-14.00 8. lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing

9. Melakukan evaluasi tindakan.

10. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan keluarga.

3. Risiko Infeksi 16 November 08.30-09.50 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2022
2. Berikan perawatan kulit pada area edema

3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

5. Berikutnya melakukan teknik mobilisasi dini sesuai dengan SOP yang benar

6. Melakukan evaluasi tindakan

7. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan keluarga
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / umur : Ny. A / 42 Tahun


Ruang / kamar: KIA
Hari/tanggal
No. Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
Waktu
1. 14 November 2022 Risiko Infeksi S : Pasien mengatakan masih takut untuk bergerak, pasien mengatakan cemas saat

bergerak

O : Nampak kemerahan pada luka post sc, TTV: TD: 120/70 mmHg, Frekuensi nafas

22x/menit, Nadi : 115x/menit Suhu: 36,7˚C,

A : Masalah risiko infeksi belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

2. 15 November 2022 Risiko Infeksi S : Pasien mengatakan masih takut untuk bergerak, pasien mengatakan cemas saat

bergerak

O : Nampak kemerahan pada luka post sc, TTV: TD: 110/80 mmHg, Frekuensi nafas

22x/menit, Nadi : 88x/menit Suhu: 36,5˚C,

A : Masalah risiko infeksi belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

3. 16 November 2022 Risiko Infeksi S : Pasien sudah tidak takut untuk bergerak, pasien tidak merasa cemas saat bergerak

O : TTV: TD: 110/70 mmHg, Frekuensi nafas 22x/menit, Nadi : 82x/menit Suhu: 36,5˚C

A : Masalah risiko infeksi teratasi

P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai