Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NON HAEMORAGIC

STROKE DENGAN INTERVENSI ROM PASIF DI RUANG ICU


RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Oleh :

NUR AKSANITA S.Kep


NIM. D.21.09.022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NON HAEMORAGIC
STROKE DENGAN INTERVENSI ROM PASIF DI RUANG ICU
RSUD ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh :

NUR AKSANITA S.Kep


NIM. D.21.09.022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Non

Haemoragic Stroke Dengan Intervensi Rom Pasif Di Ruang Icu Rsud Anwar

Makkatutu Bantaeng” ini telah disetujui untuk diajukan pada Ujian Sidang

Dihadapan Tim Penguji Pada tanggal 2023

Pembimbing

Amirullah S.Kep, Ns, M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Non

Haemoragic Stroke Dengan Intervensi Rom Pasif Di Ruang Icu Rsud Anwar

Makkatutu Bantaeng” ini telah disetujui untuk diajukan pada Ujian Sidang

Dihadapan Tim Penguji Pada tanggal 2023.

“ini telah diujikan dan

Dinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihdapan Tim Penguji

Pada tanggal 2023.

Penguji I Penguji II

(Fitriani S.Kep. Ns. M.Kep) (Zulfi Ekawaty S.Kep., Ns.)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

(Haerani S.Kep., Ns., M.Kep.)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Nur Aksanita S.Kep.

NIM : D.21.09.022

Program Studi : Profesi Ners

Tahun Akademik : 2022

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan

benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KTI saya yang berjudul:

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Non Haemoragic Stroke Dengan Intervensi

Rom Pasif Di Ruang ICU RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng”

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bulukumba, 2023

Nur Aksanita S.Kep

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan (Karya Ilmiah Akhir Ners) KIAN ini

iv
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Non Haemoragic Stroke Dengan

Intervensi Rom Pasif Di Ruang ICU RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng” (Karya

Ilmiah Akhir Ners) KIAN merupakan syarat untuk memperoleh gelar (Ners)

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersama dengan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. H. Muh. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada

Bulukumba.

2. Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

3. Dr. A. Suswani Makmur, SKM, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Wakil Ketua 1

Stikes Panrita Husada Bulukumba sekaligus dosen pembimbing utama yang

telah bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir

penyusunan (Karya Ilmiah Akhir Ners) KIAN ini.

4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku ketua Prodi Studi Profesi Ners Stikes

Panrita Husada Bulukumba.

5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas

bekal keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada

penulis selama proses perkuliahan.

6. Khususnya kepada kedua orang tua, dan saudara tercinta yang telah

memberikan doa, bimbingan, dorongan, dukungan moril, serta materi

kepada penulis dalam menuntut ilmu.

v
7. Kepada suami saya yang selalu setia memberikan dukungan dan motivasi

dalam menyelesaikan KIAN ini, serta keluarganya yang selalu memberikan

support.

8. Teman-teman Ners angkatan 2021/2022 yang telah memberikan dukungan

serta bantuan hingga (Karya Ilmiah Akhir Ners ) KIAN ini dapat

terselesaikan.

Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini, mohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin telah

saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-

langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-

Nya untuk kita semua. Aamiin.

Bulukumba,

Nur Aksanita S.Kep.

ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Klien Non Haemoragic Stroke Dengan Intervensi Rom Pasif Di
Ruang Icu Rsud Anwar Makkatutu Bantaeng. Nur Aksanita¹, Amirullah²

vi
Non Haemoragic Stroke (NHS) adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
atau secara cepat dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan. Masalah yang
dapat terjadi pada pasien dengan Non Haemoragic Stroke (NHS) adalah gangguan mobilitas fisik
yang menghambat penderita dalam beraktifitas. Upaya mengatasi gangguan mobilitas dapat
dilakukan dengan terapi ROM pasif dan ROM aktif. Terapi ROM pasif berupa gerakan dimana
energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain atau alat mekanik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan kepada klien Non Haemoragic Stroke
(NHS) dengan intevensi ROM Pasif, menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa penerapan Range of motion (ROM) akan
efektif meningkatkan kekuatan otot jika dilakukan secara teratur dan berulang - ulang. Diharapkan
agar seluruh pihak terkait dari pelayanan kesehatan dan keluarga bisa terus memberikan pelayanan
terbaik khususnya untuk pasien dengan kasus Non Haemoragic Stroke (NHS)

Kata Kunci: Non Haemoragic Stroke, ROM Pasif, Asuhan Keperawatan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

vii
ABSTRAK.............................................................................................................vii

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................4

C. Ruang Lingkup..............................................................................................4

D. Metode Penulisan..........................................................................................4

E. Sistematika Penulisan...................................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

A. SPO ROM Pasif............................................................................................6

B. Penelitian Pendukung Terkait Kompres Air Hangat...................................11

BAB III..................................................................................................................17

METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................17

A. Rancangan Penelitian..................................................................................17

B. Populasi dan Sampel...................................................................................17

C. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................18

BAB IV..................................................................................................................19

HASIL DAN DISKUSI.........................................................................................19

A. Data Demografi Pasien...............................................................................19

B. Status Kesehatan Pasien..............................................................................19

C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu....................................................................20

D. Proses Keperawatan (berdasarkan SPO yang dilaksanakan)......................20

viii
BAB V....................................................................................................................28

PENUTUP..............................................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................28

B. Saran............................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan

dan mempertahankan derajat kesehatan di masyarakat. Dewasa ini memulai

gaya hidup sehat justru di anggap kegiatan yang melelahkan bagi sebagian

individu. Gaya hidup yang kurang sehat dapat saja dipengaruhi oleh

peningkatan kemakmuran dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan

perburukan pola hidup masyarakat serta menjadi salah satu penyebab

terjadinya penyakit degeneratif yaitu jantung, hipertensi, diabetes melitus,

gagal ginjal, hepatitis dan stroke (Indrawati Lili, Wening Sari, 2016).

Stroke sebagai salah satu penyakit degeneratif didefinisikan sebagai

gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa

detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis

baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan

oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)

ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian

otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau

kematian (Junaidi, 2012).

Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2012 angka

kematian akibat stroke sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh tekanan

darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke

disebabkan karena tingginya kadar glukosa (Kemenkes RI, 2017). American

Heart Assosiation (AHA, 2015) menyebutkan angka kejadian Stroke pada

1
2

laki-laki usia 20-39 tahun sebanyak 0,2% dan perempuan sebanyak 0,7%.

Usia 40-59 tahun angka terjadinya Stroke pada perempuan sebanyak 2,2%

dan laki-laki 1,9%. Kejadian stroke di Indonesia pada tahun 2018 yaitu

sebanyak 10,9% dari 1.000 penduduk, sedangkan prevalensi di Kalimantan

Timur sebanyak 14,7% (Riskesdas, 2018).

Data yang diperoleh dari rekam medik RSUD H. M. Anwar Makkatutu

Bantaeng, pada tanggal 20 Maret 2022 di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng

menunjukkan angka kejadian stroke sejak 2019 hingga 2021 sebanyak 971

kasus, didominasi oleh stroke non hemoragik sebanyak 711 dan stroke

hemoragik 260 pasien. Stroke non hemoragik di definisikan sebagai suatu

penyakit akibat tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran

darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif Huda, 2016).

Hal ini disebabkan karena penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh

darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu

pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011). Prevalensi stroke non hemoragik

yang tinggi tersebut umumnya di sebabkan dua faktor. Pertama adalah

genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak

dapat dimodifikasi berupa usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam

keluarga dan serangan Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.

Faktor kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat

dimodifikasi berupa hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hiperlipidemia

dan intoksikasi alkohol (WHO, 2012).

Kualitas hidup yang lebih baik dapat diciptakan melalui beberapa upaya

pemenuhan kesehatan, salah satunya pemerintah telah membuat program


3

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Germas merupakan sebuah

gerakan yang bertujuan untuk masyarakat melakukan budaya hidup sehat

serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat

(Kemenkes RI, 2017).

Perawat merupakan fasilitator dalam mewujudkan gerakan masyarakat

hidup sehat sesuai dengan perannya. Sebagai care giver yaitu memberikan

asuhan keperawatan pada pasien stroke dan sebagai educator dalam bentuk

pendidikan kesehatan yang meliputi kebutuhan nutrisi, perawatan pasca

stroke, serta anjuran-anjuran pada keluarga sebagai upaya membantu

pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pencegahan agar tidak terjadi serangan

stroke berulang (Praditiya, 2017).

Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke yaitu pasien dibantu

untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara sistematis yang

biasa disebut rentang gerak atau Range Of Motion (ROM) dimana ROM

adalah tindakan latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien

yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, disabilitas dan trauma baik

secara aktif maupun pasif. ROM Pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan

pasien dengan bantuan perawat setiap melakukan gerakan latihan (Praditiya,

2017).

Berdasarkan uraian di atas tergambar bahwa stroke non hemoragik

merupakan masalah serius baik di Indonesia maupun dunia. Hal tersebut

kemudian mendasari peneliti tertarik untuk memilih stroke non hemoragik

sebagai kasus kelolaan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ditunjang


4

dengan data penelitian yang cukup, studi literature yang luas serta tempat

penelitian yang memadai.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada

klien non hemoragik stroke dengan pemberian rom pasif di ruang ICU

RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng?

C. Ruang Lingkup

Asuhan keperawatan pada klien non hemoragik stroke dengan pemberian

rom pasif di ruang ICU RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng

D. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan karya ilmiah akhir Ners (KIAN) ini

menggunakan metode deskripsi yaitu pemaparan kasus yang bertujuan untuk

memecahkan masalah dimulai dengan tahap pengkajian sampai

pendokumentasian dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari 5 BAB

yaitu:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), ruang lingkup, manfaat

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.


5

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terdiri dari konsep

penyakit meliputi: definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi

klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep asuhan keperawatan

meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian

dan dimana tempat pelaksanaan penelitian.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi laporan kasus Asuhan Keperawatan pada klien non

hemoragik stroke dengan pemberian rom pasif di ruang ICU RSUD Anwar

Makkatutu Bantaeng yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan.

5. BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SPO ROM Pasif

1. Definisi

Masalah yang sering muncul pada pasien stroke adalah gangguan gerak,

pasien mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan karena mengalami

gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh atau bisa dikatakan

dengan imobilisasi. Salah satu bentuk latihan rehabilitasi yang dinilai cukup

efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke adalah

latihan range of motion (ROM). Secara konsep, latihan ROM dapat mencegah

terjadinya penurunan fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi (Anggriani et al.,

2018).

Latihan ROM pasif merupakan gerakan dimana energi yang dikeluarkan

untuk latihan berasal dari orang lain atau alat mekanik. Perawat melakukan

gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal, kekuatan

otot yang digunakan pada gerakan ini adalah 50%. ROM pasif ini berguna

untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan

otot individu lain secara pasif, misalnya perawat membantu mengangkat dan

menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah

seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan

klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri (Agusrianto & Rantesigi,

2020).

6
7

2. Tujuan ROM Pasif

Menurut (Ardani, 2019) manfaat pemberian kompres hangat adalah

sebagai berikut :

1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2. Memelihara mobilitas persendian

3. Merangsang sirkulasi darah

4. Mencegah kelainan bentuk

5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin

7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali

normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian

8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi (Saufi, 2018).

3. Manfaat

1. Memperbaiki tonus otot

2. Meningkatkan mobilisasi sendi

3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4. Meningkatkan massa otot

5. Mengurangi kehilangan tulang (Saufi, 2018).


8

4. SOP Kompres Air Hangat

Persiapan A. Persiapan Alat dan bahan


1. Selimut
2. Masker
3. Sarung tangan
B. Lingkungan
1. Menjaga privasi klien
Prosedur 1. Beri salam dan panggil nama pasien dengan
tindakan namanya serta memperkenalkan diri
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada pasien atau Keluarga
3. Berikan kesempatan bertanya kepada pasien
sebelum kegiatan dilakukan
4. Melakukan latihan pasif anggota gerak atas
(Latihan ini dapat di bantu oleh perawat, terapis
atau keluarga)
5. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu

6. Gerakan menekuk dan meluruskan siku.


9

7. Gerakan memutar pergelangan tangan

8. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan


tangan.

9. Gerakan memutar ibu jari.

10. Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari

tangan.

11. Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal


10

paha.

12. Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.

13. Gerakan untuk pangkal paha.

14. Gerakan memutar pergelangan kaki


11

Dokumentasi catat hasil pada buku catatan


Sumber : (Astria, 2021)

B. Penelitian Pendukung Terkait Kompres Air Hangat

1. Pengaruh Rom (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas

Pada Pasien Stroke Non Hemoragic

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 90 responden

penderita pasien Stroke Non Hemoragic di RSUP H. Adam Malik Medan,

dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dalam mengukur

pengaruh ROM terhadap kekuatan otot ekstremitas yang dilakukan

sebanyak 4 kali seminggu dalam waktu dua minggu selama 15 – 20 menit

ditemukan hasil nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa ROM

berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot tangan dan kaki pasien

penderita Stroke Non Hemoragic di RSUP H. Adam Malik Medan

(Anggriani et al., 2018).

2. Penerapan Range Of Motion (ROM) Pasif Untuk Meningkatkan Kekuatan

Otot Pasien Stroke Non Hemoragik.

Berdasarkan hasil penelitian dengan 1 responden pasien pasca Stroke

di Kota Metro dengan menggunakan desain studi kasus. Setelah dilakukan

Latihan ROM pasif selama 1 hari, kekuatan otot subjek sebelum

penerapan ROM kekuatan otot ekstremitas kanan atas dan bawah berada

pada derajat 3 dan setelah penerapan berada pada derajat 3. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan Range Of Motion akan efektif

meningkatkan kekuatan otot jika dilakukan secara teratur dan berulang-

ulang (Merdiyanti et al., 2021).


12

3. Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan

Hemiparese Melalui Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif

Berdasarkan hasil penelitian dengan 20 responden pasien non

hemoragik dengan hemiparese ekstremitas atas yang ada di ruang ICU

RSUD Curup responden diberikan terapi ROM Pasif yang dilakukan

sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari. Hasil uji t berpasangan didapatkan

nilai rata-rata kekuatan otot pada kelompok intervensi sebelum dilakukan

latihan ROM adalah sebesar 1.60, sedangkan rata-rata kekuatan otot

sesudah diberi latihan ROM pada kelompok intervensi adalah sebesar

2,30, dan nilai p = 0,008 (< 0,05). sehingga dapat disimpulkan adanya

perbedaan antara kekuatan otot pre-test dan post-test pada kelompok

intervensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan antara

nilai pre-test dan post-tes (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)

4. Efektifitas ROM (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien

Stroke di Rumah Sakit Royal Prima Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien sebanyak 20

orang yang mengalami stroke di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan

pada bulan Juli 2021 dengan menggunakan uji Wilcoxon dalam mengukur

kekuatan otot dengan melakukan terapi ROM dua kali sehari, dalam lima

hari diperoleh nilai p value 0,004 < nilai alpha 0,05 yang dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan latihan range of motion (ROM)

pada pasein stroke hemoragik mamu meningkatkan kekuatan otot pada

pasien stroke yang mengalam kelemahan otot dapat meningkatkan

pergerakan sendi (Purba et al., 2022).


13

5. Penerapan Prosedur Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif Sedini

Mungkin Pada Pasien Stroke Non Hemoragic (SNH)

Berdasarkan hasil literature review yang dilakukan terkait ROM

dengan peningkatan kekuatan otot pasien stroke dapat disimpulkan ROM

harus dilakukan sedini mungkin dan secara terus menerus minimal

pelaksanaan 4 minggu. Latihan ROM harus dilakukan sedini mungkin

untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke (kontraktur), melancarkan

sirkulasi peredaran darah, dan meningkatkan kualitas hidup. Pemberian

latihan ROM dengan durasi waktu 15-35 menit dilakukan 2x perhari di

pagi dan sore. Jadi untuk meningkatkan kekuatan otot secara optimal dapat

dilakukan dengan mengkombinasikan latihan yang dilakukan sedini

mungkin. Relaksasi dan berdoa dilakukan sebelum latihan ROM dimulai

agar pasien merasa tenang (Anita Shinta Kusuma dan Oktavia Sara, 2020).

6. Range of Motion Exercise as Intervention of Nursing Diagnose of

Impaired Physical Mobility to Non-Hemorrhagic Stroke Patient

Berdasarkan hasil studi kasus dengan 1 responden pasien dengan diagnose

Non Hemoragic Stroke dan Hipertensi telah dilakukan Latihan ROM pasif

selama seminggu dan 2 minggu, 1 hari sekali yaitu pagi dan sore selama

10-15 menit dan setelah dilakukan Latihan ROM Pasif tersebut pasien

mampu meningkatkan skala kekuatan otot dari skala 2 menjadi skala 3

dalam waktu tiga hari. Sedangkan latihan ROM yang dikombinasikan

dengan pemberian obat antiplatelet pada penderita SNH memiliki


14

efektifitas yang lebih cepat dalam pemulihan peningkatan kekuatan otot

(Paramitha & Noorhamdi, 2021).

7. Range of Motion Exercise to Improve Muscle Strength among Stroke

Patients: A Literature Review

Berdasarkan review artikel jurnal, Latihan ROM dapat mencegah

komplikasi seperti infeksi saluran kemih, pneumonia aspirasi, nyeri tekan,

kontraktur, dan tromboflebitis. Menurut teori Potter dan Perry (2005),

ROM meningkatkan tingkat dalam kemampuan menggerakkan sendi dan

kekuatan otot baik pada pasien dengan penurunan kesadaran maupun

tidak.

Berdasarkan analisis beberapa penelitian yang dilakukan terkait

latihan ROM dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu

keperawatan dimana efektivitas latihan ROM untuk meningkatkan

kekuatan otot dapat menjadi alternatif tambahan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien stroke (Srinayanti et al., 2021).

8. The Effect of Passive Range of Motion Exercises on Hemodynamic

Parameters of Mechanically Ventilated Patients

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 56 responden di ICU

Anestesi dan Bedah Saraf yang berafiliasi dengan Rumah Sakit

Universitas Mansoura di Mesir, dilakukan pemberian latihan ROM Pasif

dengan melihat parameter menggunakan monitor elektronik dipantau

sebanyak empat kali selama 60 menit pasca intervensi. Hasil penelitian

menunjukkan terjadi perbedaan parameter hemodinamik pada kelompok

kontrol dan intervensi dimana tercatat peningkatan yang signifikan dalam


15

skor rata-rata RR dan HR di antara kelompok intervensi setelah 5, dan 20

menit latihan ROM dibandingkan dengan skor rata-rata pra-intervensi.

Namun, setelah 60 menit intervensi, skor rata-rata RR dan HR mendekati

skor rata-rata baseline. Ini adalah fakta yang diketahui bahwa peningkatan

HR setelah latihan dapat dikaitkan dengan peningkatan curah jantung dan

konsumsi oksigen. Hasil ini mungkin disebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen yang berhubungan dengan mobilisasi dan stimulasi sistem saraf

simpatis yang dapat meningkatkan hemodinamik. Sehingga Latihan ROM

untuk MVP adalah intervensi keperawatan yang aman dan layak dan

memberikan efek positif yang signifikan pada parameter hemodinamik

MVP (Fahmy et al., 2021).

9. Application of Passive Range of Motion (ROM) Exercises to Increase the

Strength of the Limb Muscles in Patients with Stroke Cases

Pada penelitian ini terdapat 1 responden dengan diagnose non

hemoragik stroke dan diberi latihan ROM pasif selama 6 hari dan hasil

yang didapatkan Setelah diberikan asuhan keperawatan dengan tindakan

mandiri keperawatan latihan ROM pasif masalah hambatan mobilitas fisik

dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot pada kedua ekstremitas

meningkat yaitu pada ekstremitas kanan atas/bawah dari skala 2 menjadi 3

dan ekstremitas kiri atas/bawah dari skala 0 menjadi 1. Latihan range of

motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk mempertahankan

atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan

persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan

tonus otot. Latihan ROM adalah salah satu bentuk intervensi fundamental
16

perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitas pada pasien stroke

(Agusrianto & Rantesigi, 2020).

10. Effect Of Passive Range Of Motion (ROM) Exercise on Increased Muscle

Strength in Non-Haemorrhagic Stroke Patients

Berdasarkan hasil penelitian pada 14 orang dengan menggunakan uji-t

Wilcoxon, dapat diketahui bahwa penderita stroke dengan kekuatan otot

derajat 2 sebanyak 2 orang setelah diberikan Latihan ROM pasif

meningkat menjadi derajat 3 (7,1%), 8 orang responden dengan kekuatan

otot derajat 3 meningkat setelah dilakukan Latihan ROM pasif menjadi

deerajat 4 (42,9%), dan 4 orang responden dengan kekuatan otot derajat 4

setelah dilakukan Latihan ROM pasif meningkat menjadi kekuatan otot

derajat 5 (50%). Penelitian ini memperoleh hasil p value 0.001 < 0.005

yang menunjukkan bahwa ada penurunan Pengaruh Latihan Range Of

Motion (ROM) Pasif Terhadap Peningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien

Stroke Non Hemoragik (Rahayu & Nuraini, 2020).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan rencana aksi penelitian

(action plan) berupa seperangkat kegiatan yang berurutan secara logis yang

menghubungkan antara pertanyaan penelitian yang hendak dijawab dan

kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban terhadap masalah penelitian.

Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan

secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan

aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau

organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa

tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus

adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan

sesuatu yang sudah lewat.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan model asuhan

keperawatan dimana fokus permasalahannya dijabarkan menggunakan

pendekatan asuhan keperawatan secara paripurna yaitu dengan pengkajian,

identifikasi diagnosa dan masalah aktual, menyusun perencanaan

keperawatan, serta melakukan implementasi dan evaluasi. Sedangkan

pendokumentasian menggunakan metode dokumentasi, rekaman arsip,

wawancara, dan observasi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu varibel terkait masalah yang akan diteliti oleh

peneliti meliputi manusia, peristiwa, tingkah laku dan sebagainya. Sedangkan

17
18

sampel adalah suatu bagian dari populasi terjangkau yang bisa digunakan

menjadi subjek penelitian melalui tehnik sampling (Nursalam, 2016).

Subjek penelitian pada kasus ini menggunakan 1 orang pasien yang

mengalami Non Haemoragic Stroke di ruang Instalasi Care Unit (ICU)

Rumah Sakit H.M Anwar Makkatutu Bantaeng.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi : Ruang Instalasi Care Unit (ICU) Rumah Sakit H.M Anwar

Makkatutu Bantaeng

Waktu : Senin-Rabu, tanggal 7-9 Maret 2022


BAB IV

HASIL DAN DISKUSI

A. Data Demografi Pasien

Pasien berinisial Ny.R berjenis kelamin perempuan, lahir pada tanggal 11

Mei tahun 1967 di Bantaeng, saat ini berusia 54 tahun, beralamat di Jl.

Hasanuddin, Bonto Atu Bissappu Kabupaten Bantaeng, beragama Islam dan

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal berdua dengan seorang

suami berinisal Tn.J di sebuah rumah panggung dan memiliki 2 orang anak

yang sudah tinggal terpisah.

B. Status Kesehatan Pasien

Riwayat kesehatan pasien, Kurang lebih 3 jam SMRS (7/3/22) klien

mengalami penurunan kesadaran, keluar keringat dingin, badan lemas,

ekstremitas kanan lemah baik atas maupun bawah. Lalu oleh keluarga klien

langsung dibawa ke IGD. Pasien baru datang dari IGD dengan keluhan tidak

sadar sejak jam 5 pagi (7/3/22), kurang lebih 3 jam SMRS. Keluar keringat

dingin, badan lemas, ekstremitas kanan lemah, kesadaran somnolent

E3V1M4, terpasang infuse RL 20 tpm, terpasang DC, terpasang O2 nasal 3

lpm. Dengan TD : 190/110 mmHg, N: 106x/mnt, RR : 26x/mnt, S : 36,5°C.

Setelah dikonsulkan oleh dokter spesialis, klien disarankan untuk

mendapatkan perawatan intensif. Lalu klien dipindahkan ke ICU agar

mendapatkan perawatan intensif. Klien mendapatkan terapi infuse RL 20

tpm, O2 nasal 3 lpm, injeksi ceftriaxone 1 gram, injeksi ranitidine 25 mg.

Klien terpasang NGT, DC, dan infuse.

19
20

C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan pernah mengalami stroke

ringan sebelumnya, pasien juga tidak memiliki alergi makanan, minuman dan

obat. Keluarga pasien mengatakan bahwa jika tekanan pasien meningkat,

pasien biasanya hanya meminum obat penurun tekanan darah yang dijual di

apotek.

D. Proses Keperawatan (berdasarkan SPO yang dilaksanakan)

1. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari senin, tanggal 07

Maret 2022. Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan

kesadaran sejak jam 5 pagi, kurang lebih 3 jam sebelum dibawa kerumah

sakit. Keluarga pasien mengatakan sulit membengkokkan ekstremitas

pasien sebelah kanan atas dan bawah setelah pasien mengalami penurunan

kesadaran.

Selanjutnya setelah tiba di IGD kemudian dilakukan pemeriksaan TTV

dengan TD: 190/110 mmHg, N: 106x/mnt, RR: 26x/mnt, S: 36,5°C.

Kesadaran somnolent E3V1M4, dilakukan pemasangan infus NaCl 0,9%,

dan pemasangan O2 untuk menghindari terjadinya gagal napas pada

pasien, dan melakukan pemeriksaan EKG. Setelah itu kemudian diberikan

terapi analgesic dan antibiotic. Pastikan untuk memasang pengaman

tempat tidur pasien. Beberapa saat kemudian pasien dipindahkan ke ICU.

Pada hari selasa, tanggal 08 Maret 2022 pasien berada di ICU dan

masih dalam keadaan tidak sadar. Pasien terpasang monitor, syringe pump

dan alat bantu pernapasan. TTV dengan TD: 180/100 mmHg, N: 98x/mnt,

RR: 26x/mnt, S: 38°C. Ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan pasien
21

teraba sangat kaku dan sulit untuk digerakkan. Kemudian dilakukan

pemberian tindakan rom pasif pada ekstremitas sebelah kanan selama

kurang lebih 10-15 menit. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2x dalam

sehari untuk menjaga kelenturan otot ekstremitas pasien meskipun pasien

masih dalam keadaan tidak sadar. Adapun terapi farmakologi yang

diberikan kepada pasien selama berada di ICU yaitu Injeksi Ranitidine,

Citicolin, Paracetamol, Farbion dan Cefotaxime.

Pada hari rabu, tanggal 09 Maret 2022, pasien masih berada di ICU dan

masih dalam keadaan tidak sadar. Pasien terpasang monitor, syringe pump

dan alat bantu pernapasan. TTV dengan TD: 190/100 mmHg, N:

100x/mnt, RR: 27x/mnt, S: 37°C. Ekstremitas atas dan bawah sebelah

kanan pasien teraba sangat kaku dan sulit untuk digerakkan. Kemudian

dilakukan pemberian tindakan rom pasif pada ekstremitas sebelah kanan

selama kurang lebih 10-15 menit. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2x

dalam sehari untuk menjaga kelenturan otot ekstremitas pasien meskipun

pasien masih dalam keadaan tidak sadar. Adapun terapi farmakologi yang

diberikan kepada pasien selama berada di ICU yaitu Injeksi Ranitidine,

Citicolin, Farbion dan Cefotaxime. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Izzaty, 2019) yang menunjukkan bahwa adanya

pengaruh pemberian Range Of Motion (ROM) Pasif terhadap peningkatan

kekuatan otot pada penderita Non Hemoragic Stroke (NHS) di Rumah

Sakit Umum Daerah Jombang dari 28 orang yang menjadi responden

dalam penelitian mengenai efektivitas ROM Passif. Penelitan ini juga

sejalan dengan yang dilakuan oleh (Elsi Rahmadani & Rustandi, 2019)
22

yang melakukan penelitian di ruang ICU dengan responden sebanyak 20

orang pasien dengan diagnosis Non Hemoragic Sroke (NHS) diperoleh

nilai rata-rata post-test setelah diberi latihan ROM pada kelompok

intervensi adalah 2,30 dengan standar deviasi 0,83 sedangkan nilai rata-

rata post-test pada kelompok kontrol adalah 1,70 dengan standar deviasi

0,67. Hal ini terdapat peningkatan kekuatan otot pada kelompok intervensi

sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan/ peningkatan.

Setelah dilakuakn latihan ROM pada kelompok intervensi terjadi

peningkatan. Sesuai dengan konsep yang menyatakan latihan ROM

merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai

masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien

dengan stroke. Secara konsep, latihan ROM dikatakan dapat mencegah

terjadinya penurunan fleksibelitas sendi dan kekakuan sendi (Lewis ET

AL., 2017).

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hudatama, 2020)

terhadap 5 orang responden yang mengalami Stroke, yang mengalami

penurunan tingkat kekuatan otot dengan menggunakan ROM Pasif. ROM

Pasif memberikan efek mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,

Memelihara mobilitas persendian dan Merangsang sirkulsi darah. sehingga

dapat mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.

Selain itu menurut responden, dengan dilakukan ROM Pasif dapat

meningkatkan kenyamanan pada area yang mengalami kekakuan sehingga

nyeri saat menggerakkan ekstremitas dapat berkurang.


23

Dalam penelitian (Anggriani et al., 2018) setelah pemberian Range Of

Motion (ROM) Pasif kepada 21 responden, terjadi peningkatan kekuatan

otot pada kategori baik (52,4%), cukup (23,8%), kurang (23,8%) dan dapat

disimpulkan bahwa semakin sering melakukan range of motion (rom)

memengaruhi kekuatan otot pada pasien penderita stroke non hemoragik

antara sebelum dan sesudah pemberian ROM Pasif, di Ruang Flamboyan

RSUD Jombang, Kota Surabaya.

Menurut Kwakkel, et al (2013), dalam (Anggriani et al., 2018)

mengatakan bahwa 30-60% dari responden stroke non hemoragik yang

mengalami kekuatan otot kurang akan mengalami kehilangan pada fungsi

ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dalam waktu 6 bulan. sehingga

dengan diberikan Range Of Motion (ROM) pasif pada penderita stroke non

hemoragik akan meningkatkan kekuatan otot menjadi baik agar mudah

digerakkan pada ekstremitas secara umum. Latihan Range Of Motion

(ROM) yang terprogram dan dilakukan secara berkesinambungan dan

teratur dapat memberikan hasil yang optimal, karena semakin seringnya

sendi digerakkan secara teratur dengan teknik yang tepat dan perlahan,

maka dapat meningkatkan kekuatan otot dan respon syaraf pada penderita

stroke non hemoragik pada ekstremitas bawah yang awalnya kurang

menjadi baik kekuatan ototnya (Anggriani et al., 2018).

2. Evaluasi

Pada hari senin, tanggal 07 Maret 2022. Keluarga pasien mengatakan

pasien mengalami penurunan kesadaran sejak jam 5 pagi, kurang lebih 3

jam sebelum di bawa kerumah sakit. Keluarga pasien mengatakan sulit


24

membengkokkan ekstremitas pasien sebelah kanan atas dan bawah setelah

pasien mengalami penurunan kesadaran.

Setelah dilakukan pemeriksaan TTV ditemukan TD: 190/110 mmHg,

N: 106x/mnt, RR: 26x/mnt, S: 36,5°C. Kesadaran somnolent E3V1M4.

Setelah itu dilakukan pemasangan infus NaCl 0,9%, dan pemasangan O2 3

lpm dan melakukan pemeriksaan EKG. Setelah itu dapat disimpulkan

bahwa pasien mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal dan

mengalami non haemoragic stroke pada ekstemitas kanan atas dan bawah.

Tanggal 08 Maret 2022 ditemukan pasien masih dalam keadaan tidak

sadar di ruang ICU. Ekstremitas sebelah kanan pasien sangat kaku dan

tidak bisa digerakkan sama sekali. Kemudian peneliti melakukan terapi

non farmakologi rom pasif pada ekstremitas sebelah kanan pasien. Setelah

dilakukan rom pasif selama kurang lebih 15 menit, ekstremitas pasien

masih cukup sulit untuk digerakkan meskipun sudah tidak se kaku pertama

kali. Tekanan darah 180/100 mmHg, N: 98x/mnt, RR: 26x/mnt, S: 38°C.

dan pasien tirah baring.

Pada hari rabu, tanggal 09 maret 2022 setelah dilakukan pemeriksaan

ttv ditemukan TD: 190/100 mmHg, N: 100x/mnt, RR: 27x/mnt, S: 37°C.

Setelah itu peneliti melakukan tindakan rom pasif, dimana nampak

ekstremitas klien sebelah kanan sudah mulai mudah untuk digerakkan

dengan bantuan total. Pasien masih dalam keadaan tidak sadar di ruang

ICU dengan alat bantu penunjang hidup di tubuhnya. Setelah melakukan

implementasi ditemukan bahwa pemberian terapi rom pasif mampu

membantu mencegah terjadinya kekakuan otot pada pasien dengan Non


25

Haemoragik Stroke. Hal ini dikarenakan pemberian terapi ini belum optimal

dan kurangnya intensitas latihan, kesadaran pasien yang menurun (coma) dan

juga waktu yang dibutuhkan lebih lama, latihan ROM yang dilakukan peneliti

merupakan latihan yang singkat untuk proses rehabilitasi. Waktu pelaksanaan

hanya selama 3 hari dengan durasi 2 kali dalam sehari selama 15-20 menit,

yang diharapkan dapat melihat efektivitas latihan dan mencegah terjadinya

kekakuan pada otot. Dengan dilakukannya ROM Pasif sedini mungkin dan

apabila dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dapat mempercepat

stimulus meningkatnya fleksibilitas sendi dan bahkan derajat kekuatan otot

pada penderita stroke dan menunjukkan fungsi motor unit gerak kembali

optimal

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Djafar et al.,

2019) terhadap pasien stroke diruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah

Karanganyar yang diberikan Latihan ROM pasif setiap 10 menit selama 3

hari dengan hasil sebelum diberikan intervensi skala kekuatan otot pasien

2 dan setelah diberikan intervensi skala kekuatan otot pasien berada pada

derajat 2. yang mengatakan bahwa latihan ROM yang dilakukan sedini

mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus menerus akan

memberikan dampak pada fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan

kemampuan fungsional pasien.

Penelitian ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Anggriani et al., 2018) yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Desember – Januari yang menunjukan bahwa ROM Pasif

efektif meningkatkan kekuatan otot ekstremitas pada penderita Non

Hemoragic Stroke, dengan hasil p value 0,000, yang memiliki nilai


26

kemaknaan 0,05, dapat di artikan bahwa p value<0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa Range Of Motion memiliki efek yang sangat baik

dalam meningkatkan kekuatan otot terutama pada penderita Non

Hemoragic Stroke meskipun masih berada pada skala sedang.

Range Of Motion (ROM) dapat meningkatkan kekuatan otot Non

Hemoragic Stroke dengan mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan pergerakkan sendi secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Melakukan mobilisasi

persendian dengan latihan ROM dapat mencegah berbagai komplikasi

seperti nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus

sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara rutin dan kontinyu.

Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot

karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak motor

unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian

pasien hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan terjadi kecacatan

yang permanen (Merdiyanti et al., 2021).

Penelitian lain yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan

kekuatan otot pasien Stroke Non Hemoragic melalui latihan Range Of

Motion (ROM) Pasif, dilakukan oleh (Anita Shinta Kusuma dan Oktavia

Sara, 2020) pada 20 responden kelompok intervensi dan kelompok control

penderita Stroke Non Hemoragic di Ruang ICU Curup pada bulan Juni-

Juli tahun 2019. Rata-rata nilai kekuatan otot sebelum Latihan ROM Pasif

pada kelompok intervensi berada pada nilai 1,60 dengan standar deviasi

0,69, sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 1,80


27

dengan standar deviasi 0,67. dan setelah dilakukan Latihan ROM Pasif

nilai rata-rata pada kelompok intervensi 2,30 dengan standar deviasi 0,8,

sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata 1,80 dengan

standar deviasi 0,63. hasil uji t pada kelompok intervensi dengan nilai p

value = 0,028 < (0,05)dan pada kelompok control nilai p = 0,055 sehingga

ada pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot. latihan ROM

merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai

masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien

dengan stroke. Secara konsep, latihan ROM dikatakan dapat mencegah

terjadinya penurunan fleksibelitas sendi dan kekakuan sendi (Anita Shinta

Kusuma dan Oktavia Sara, 2020)

Penelitian yang dilakukan oleh Bakara & Surani (2016) dalam

(Anggriani et al., 2018) menunjukkan bahwa Latihan ROM pasif

mempengaruhi rentang sendi pada ektremitas atas dan bawah pada pasien

stroke. Latihan ROM pasif dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan

rentang sendi pada ektremitas atas dan bawah pada pasien stroke. Hasil

analisis menunjukan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat

meningkatkan rentang sendi, dimana reaksi kontraksi dan relaksasi selama

gerakkan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke terjadi penguluran

serabut otot dan peningkatan aliran darah pada daerah sendi yang

mengalami paralisis sehingga terjadi peningkatan penambahan rentang

sendi abduksi-adduksi pada ekstremitas atas dan bawah hanya pada sendi-

sendi besar. Sehingga ROM pasif dapat dilakukan sebagai alternatif dalam

meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang mengalami paralisis.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang di temukan, pasien mengalami non haemoragik

stroke dengan GCS E3V1M4.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan kejadian pada Ny.R dapat diangkat 3 diagnosis, yang pertama

yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan produksi sekret.,

kedua yaitu Gangguan perfusi cerebral b.d penurunan aliran darah cerebral

karena adanya iskemik infark, dan ketiga yaitu gangguan mobilitas fisik

b.d penurunan kesadaran. Pada kasus ini, peneliti lebih berfokus dalam

penanganan gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kesadaran untuk

menghindari kekakuan otot pada pasien.

3. Perencanaan

Perencanaan yang di lakukan pada pasien adalah penentuan kekuatan otot,

pemantauan TTV, pemberian terapi non farmakologis rom pasif untuk

menjaga kelenturan otot pasien serta pemberian health education kepada

keluarga pasien.

4. Tindakan

Tindakan yang di lakukan pada pasien selama perawatan adalah

menentukan kekuatan otot, memantau TTV, memberikan terapi non

farmakologis rom pasif untuk menjaga kelenturan otot pasien serta

memberikan health education kepada keluarga pasien.

28
29

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan rom pasif selama kurang lebih 2

hari selama di ruang ICU, ekstremitas pasien sebelah kanan mengalami

sedikit perubahan yaitu tingkat ke kakuan otot berkurang dibandingkan

pertama datang ke rumah sakit. Pemberian rom pasif ini bisa dilakukan

sebanyak 2 kali sehari selama ±10-15 menit.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan lebih

optimal dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya. Diharapkan rumah sakit

mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat

mendukung kesembuhan pasien.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

berkualitas dan profesional sehingga dapat menghasilkan perawat-perawat

yang terampil, inovatif dan profesional yang mampu memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kode etik perawat.

3. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan mampu menjadi sumber referensi dalam memberikan pilihan

terapi non farmakologi (rom pasif) terhadap penanganan pada non

haemoragic stroke dengan gangguan mobilitas fisik sebagai salah satu

upaya dalam menurunkan kekakuan otot pasien.


30

4. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada pasien

yang mengalami non haemoragic stroke, baik individu, keluarga dan

masyarakat serta dapat menjadi pegangan atau manfaat bagi penulis dalam

hal tindakan rom pasif sebagai upaya dalam menurunkan kekakuan otot

pada pasien dengan non haemoragic stroke.


DAFTAR PUSTAKA

Agusrianto, A., & Rantesigi, N. (2020). Application of Passive Range of Motion

(ROM) Exercises to Increase the Strength of the Limb Muscles in Patients

with Stroke Cases. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA), 2(2), 61–66.

https://doi.org/10.36590/jika.v2i2.48

Anggriani, A., Zulkarnain, Z., Sulaiman, S., & Gunawan, R. (2018). PENGARUH

ROM (Range of Motion) TERHADAP KEKUATAN OTOT

EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIC. Jurnal

Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 3(2), 64.

https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i2.46

Anita Shinta Kusuma dan Oktavia Sara. (2020). PENERAPAN PROSEDUR

LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF SEDINI MUNGKIN

PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK (SNH). Suparyanto Dan

Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Ardani, I. O. (2019). Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Skala

Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Puskesmas Dagangan Kecamatan

Dagangan Kabupaten Madiun.

Astria, A. (2021). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Kombinasi Serai Dan

Kayu Manis Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis Di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021.

Djafar, S. A., Yusuf, Z. K., & Ilham, R. (2019). Pengaruh Latihan ROM Pasif

Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di

RSUD.Prof.Dr.H.Aloe Saboe Gorontalo. Universitas Gorontalo.

http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/viewFile/10441/10320

31
32

Elsi Rahmadani, & Rustandi, H. (2019). PENINGKATAN KEKUATAN OTOT

PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN HEMIPARESE

MELALUI LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF. 1, 354–363.

Fahmy, A., Ibrahim, A., & Kandeel, N. (2021). The Effect of Passive Range of

Motion Exercises on Hemodynamic Parameters of Mechanically

Ventilated Patients. Mansoura Nursing Journal, 8(3), 271–285.

https://doi.org/10.21608/mnj.2021.213210

Hudatama, L. M. (2020). Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperolek Gelar

Ners. Penerapan Rom ( Range of Motion) Pada Asuhan Keperawatan

Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Mobilitas Fisik Di Jorong Sungai

Sariak, Kec. Baso, Kab.Agam, Kota Bukittinggi Tahun 2020, 120.

Izzaty. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn.W Dengan Stroke Non Hemoragik.

Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.

Merdiyanti, D., Ayubbana, S., & Sari HS, S. A. (2021). Penerapan Range of

Motion (Rom) Pasif Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pasien Stroke

Non Hemoragik. Jurnal Cendikia Muda, 1, 98–102.

http://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/viewFile/

187/98

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan

Praktis. salemba medika.

Paramitha, D. S., & Noorhamdi, M. A. (2021). Range of Motion Exercise as

Intervention of Nursing Diagnose of Impaired Physical Mobility to Non-

Hemorrhagic Stroke Patient. Jounal Of Nursing and Health Education,

1(1), 8–12.
33

Purba, S. D., Sidiq, B., Purba, I. K., Hutapea, E., Silalahi, K. L., & Sucahyo, D.

(2022). Efektivitas ROM ( Range off Motion ) terhadap Kekuatan Otot

pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Royal Prima Tahun 2021. Jumantik,

7(1), 79–85. https://doi.org/10.30829/jumantik.v7i1.10952

Rahayu, E. S., & Nuraini, N. (2020). Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM)

Pasif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non

Hemoragik Di Ruang Rawat Inap Di RSUD Kota Tangerang. Jurnal

Ilmiah Keperawatan Indonesia, 3(2), 41–50.

http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/index

Saufi, M. (2018). Pengaruh Range of Motion (Rom) Aktif Terhadap Kekuatan

Otot Pada Penderita Stroke Non Hemoragik. Высшей Нервной

Деятельности, 2, 227–249.

Srinayanti, Y., Widianti, W., Andriani, D., & Firdaus, F. A. (2021). International

Journal of Nursing and Health Services ( IJNHS ) Range of Motion

Exercise to Improve Muscle Strength among Stroke Patients : A Literature

Review. 3(2), 332–343.

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). PENINGKATAN KEKUATAN OTOT

PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN HEMIPARESE

MELALUI LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF. Suparyanto

Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Anda mungkin juga menyukai