Anda di halaman 1dari 171

HUBUNGAN ANTARA KEKURANGAN ENERGI KRONIK

( KEK ) DENGAN KEJADIAN ANEMIA

PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MARGAHAYU RAYA

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NELIS CAHYATI

88160055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY BANDUNG

202
HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK )

DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI

PUSKESMAS MARGAHAYU RAYA KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan

( S.Kep )

Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

ARS University Bandung

Disusun Oleh :

NELIS CAHYATI

88160055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY BANDUNG

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK )


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS MARGAHAYU RAYA KOTA BANDUNG

SKRIPSI
Disusun Oleh :

NELIS CAHYATI

NIM. 88160055

Skripsi ini Telah Disetujui

Tanggal 24 Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Hayati, S.Kep., M.Kep Hudzaifah Al Fatih, S.Kep.,


Ners.,M.S

NIP. 200905476 NIP. 201411373

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan ARS University Bandung

Sri Hayati, S.Kp., M.Kep

ii
NIP. 20090547

iii
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK ( KEK )


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS MARGAHAYU RAYA KOTA BANDUNG

SKRIPSI
Disusun Oleh :

NELIS CAHYATI

NIM. 88160055

Skripsi ini Telah Diujikan

Tanggal 24 Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Hayati, S.Kep., M.Kep Hudzaifah Al Fatih, S.Kep.,


Ners.,M.S
NIP. 200905476 NIP. 201411373

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan ARS University Bandung

Sri Hayati, S.Kp., M.Kep


NIP. 200905476

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nelis Cahyati

Nim : 88160055

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan ARS University Bandung

Judul Skripsi : Hubungan Kekurangan Energi Kronik ( KEK ) Dengan Kejadian


Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bandung,

Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Nelis Cahyati

Nim : 8816005

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Kekurangan Energi Kronik ( KEK ) Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung”. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan
(S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan ARS University Bandung.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dorongan
dan bimbingan berbagai pihak. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR.H Purwadhi, M Pd selaku rektor ARS University Bandung.


2. Sri Hayati, S.Kep., M.Kepselaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
ARS University Bandung.
3. Sri Hayati, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi banyak masukan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Hudzaifah Al Fatih, S.Kep., Ners., M.S selaku pembimbing II yang
telah membimbing dan memberi banyak masukan dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Erna Irawan, M.Kom.,M.Kep selaku penguji skripsi I yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Mery Tania, S.Kep.,Ners selaku penguji skripsi II yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Staf pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan ARS University Bandung
yang telah berkenan dalam pemberian surat perizinan dalam
penyusunan skripsi.
8. dr. Aan Warisman Valina selaku kepala puskesmas Margahayu Raya
Kota Bandung yang saya hormati, terimakasih karena telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
9. Khoirunnisa Lutfia, A.Md. Gz selaku staff di Puskesmas Margahayu
Raya Kota Bandung yang telah mendampingi dari mulai studi
pendahuluan sampai penelitian hingga mengurus surat-surat selesai
penelitian di puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung, saya
ucapkan terimakasih karena telah membantu penulis.

vi
10. Sumaryanto, AMG selaku staff di Puskesmas Margahayu Raya Kota
Bandung yang telah mempermudah untuk melakukan studi
pendahuluan sampai penelitian hingga di puskesmas Margahayu Raya
Kota Bandung, saya ucapkan terimakasih karena telah membantu
penulis.
11. Stafflainnya yang terlibat di Puskesmas Margahayu Raya Kota
Bandung, terimakasih karena telah menerima danmempermudah
melakukan penelitian ini.
12. Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Warsim dan Ibu Tarisem yang
selalu memberikan kasih sayang, suport dukungan baik dalam bentuk
moril dan materil. Adik saya Diva Ramadhani yang selalu memberikan
semangat. Kakek dan Nenek tersayang Bapak Rawid dan Ibu Karyem
yang selalu memberikan do’a yang tak ada hentinya. Serta saudara-
saudara saya dan tak lupa seluruh keluarga besar atas do’a dan kasih
sayang yang tak terhingga telah diberikan kepada saya selama ini.
13. Ibnu Alfian, S.Kom yang selalu memberikan dukungan, memberikan
waktunya hingga yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis saat
proses menyusun skripsi ini.
14. Komengday, yang selalu memberikan dukungan dan selalu menemani
dikala sedang susah ataupun senang.
15. Desi Dwi Nawang Wulan,Anita Bela (teman kosan) yang selalu
membantu dikala sedang susah dan selalu menghibur dikala sedang
stress.
16. Kawan-kawanku angkatan 2016 Fakultas Ilmu Keperawatan
ARSUniversity yang telah memberikan dukungan, semangat dan
perjuangan bersama untuk melewati proses penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih banyak kekurangan


baik substansi, penulisan maupun sistematika. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun. Peneliti berharap demi perbaikan dan kesempurnaan
penelitian yang akan datang.

Bandung,

Penulis

vii
ABSTRAK

Anemia merupakan masalah kesehatan yang melatarbelakangi kejadian


morbiditas dan mortalitas yaitu akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin saat kehamilan maupun setelahnya yang dapat meningkatkan
resiko kelahiran prematur, kematian ibu dan anak, dan penyakit infeksi. Dampak
anemia pada ibu hamil yaitu bisa mengakibatkan : abortus, missed abortus,
kelainan kongenital, bayi prematur, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin, asfiksia intrauterin, BBLR, mudah terkena infeksi, IQ bayi
rendah hingga mengakibatkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan kekurangan energi kronik (KEK) dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung.Jenis
penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi dengan pendekatan cross-
sectional. Jumlah responden 105 ibu hamil dengan pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik simplerandom sampling. Instrumen pada penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diambil dari buku rekam medik responden.
Analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Analisa bivariat dilakukan
dengan menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15,2%
ibu hamil mengalami KEK, dan terdapat 56,2% ibu hamil mengalami anemia.
Hasil analisis uji chi-squaremenunjukkan tidak terdapat hubungan KEK dengan
anemia di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung, dengan nilai p-value
0,100.Diharapkan kepada ibu hamil untuk disiplin minum tablet Fe sesuai dengan
jumlah yang dianjurkan yaitu sesuai petunjuk 1 hari 1 tablet selama kehamilan.
Mengkonsumsi tablet Fe bisa dilakukan bersamaan dengan mengonsumsi sayuran
dan buah-buahan kaya vitamin C dan menghindari makanan dan minuman yang
menghambat penyerapan zat besi.
Kata Kunci : Kekurangan Energi Kronik (KEK), Anemia, Ibu Hamil

viii
ABSTRACT

Anemia is a health problem


underlyingtheincidenceofmorbidityandmortality.
Whichaffectsthegrowthanddevelopmentofthe fetus
duringpregnancyandafterwardswhichcanincreasetheriskofprematurebirth,
maternal andchildmortality, andinfectiousdiseases.Theimpactof anemia in
pregnantwomencanresult in : abortion, missedabortion, congenitalabnormalities,
prematurebabies, antepartumbleeding, fetalgrowthdisorders,
intrauterineasphyxia, lowbirthweight, susceptibilitytoinfection, lowinfant IQ
whichresult in death. This study
aimstoidentifytherelationshipbetweenchronicenergydeficiency (KEK)
andtheincidenceof anemia in pregnantwomenatMargahayu Raya
CommunityHealth Center, Bandung City.Thistypeofresearchuses a
correlationresearchmethodwith a cross-
sectionalapproach.Thenumberofrespondentswas 105 pregnantwomen. The
samplewastakenusingsimplerandom sampling technique.Theinstrument in this
study usessecondary data takenfromtherespondent’smedicalrecordbook. Data
analysiswasperformedbyunivariateandbivariate.Bivariateanalysiswasperformedu
singthechi-squaretest.Theresultsshowedthat 15.2% ofpregnantwomen had KEK,
and 56.2% ofpregnantwomen had anemia.Theresultsofthechi-
squaretestanalysisshowedthattherewasnorelationshipbetween KEK and anemia
attheMargahayu Raya CommunityHealth Center, Bandung City, with a p-valueof
0.100.Itishopedthatpregnantwomenshouldbedisciplined in
takingFetabletsaccordingtotherecommendedamount,
namelyaccordingtotheinstructionsfor 1 day 1 tablet
duringpregnancy.ConsumingFetabletscanbedonesimultaneouslybyconsumingvege
tablesandfruitsrich in vitamin C
andavoidingfoodsanddrinksthatinhibitironabsorption.
Keywords : chronicenergydeficiency (KEK), anemia, pregnantwomen.

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
ABSTRAK.........................................................................................................................ii
ABSTRACT.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1. Latar Belakang...................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum............................................................................................2
4.1.1. Tujuan Khusus............................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................2
1.4.1. Manfaat Teoritis.........................................................................................2
1.4.2. Manfaat Praktis..........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................2
2.1. Ibu Hamil...........................................................................................................2
2.1.1. Pengertian Kehamilan................................................................................2
2.1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Selama Hamil.............................................................2
2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Ibu Hamil...........................2
2.1.4. Permasalahan Gizi pada Ibu Hamil............................................................2
2.2. Anemia pada Ibu Hamil.....................................................................................2

x
2.2.1. Pengertian Anemia pada Ibu Hamil............................................................2
2.2.2. Penyebab Anemia Kehamilan.....................................................................2
2.2.3. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan.....................................................2
2.2.4. Gejala Anemia pada Ibu Hamil..................................................................2
2.2.5. Jenis Anemia..............................................................................................2
2.2.6. Efek Anemia pada Ibu Hamil.....................................................................2
2.2.7. Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil...................................................................2
2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia................................................2
2.2.9. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil..........................................................2
2.3. Kekurangan Energi Kronik (KEK).....................................................................2
2.3.1. Definisi KEK..............................................................................................2
2.3.2. Penentuan Status KEK...............................................................................2
2.3.3. Penyebab KEK...........................................................................................2
2.3.4. Dampak KEK Pada Ibu Hamil...................................................................2
2.3.5 Pencegahan KEK Pada Ibu Hamil..............................................................2
2.4. Data Sekunder....................................................................................................2
BAB III..............................................................................................................................2
METODE PENELITIAN...................................................................................................2
3.1. Desain Penelitian................................................................................................2
3.2. Kerangka Pemikiran...........................................................................................2
3.3. Hipotesis.............................................................................................................2
3.4. Populasi, Sampel dan Sampling.........................................................................2
3.4.1. Populasi......................................................................................................2
3.4.2. Sampel........................................................................................................2
3.4.3. Sampling....................................................................................................2
3.5 Variabel Penelitian.............................................................................................2
3.6. Definisi Konseptual............................................................................................2
3.1.1. Anemia.......................................................................................................2
3.6.2. Kekurangan Energi Kronik (KEK).............................................................2
3.7 Definisi Operasional...........................................................................................2
3.8. Tempat Penelitian...............................................................................................2

xi
3.9. Waktu Penelitian................................................................................................2
3.10. Instrumen Penelitian.......................................................................................2
3.11. Prosedur Pengumpulan Data..........................................................................2
3.11.1. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Penyajian Data.............2
3.12. Analisa Data...................................................................................................2
3.13. Etika Penelitian..............................................................................................2
BAB IV..............................................................................................................................2
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................2
4.1. Hasil Penelitian..................................................................................................2
4.1.1. Karakteristik Responden.............................................................................2
4.1.2. Gambaran distribusi frekuensi kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil. 2
4.2. Analisa Data.......................................................................................................2
4.2.1. Mengidentifikasi Hubungan antara KEK dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil...................................................................................................................2
4.3. Intrepetasi dan Diskusi Hasil..............................................................................2
4.3.1. Gambaran Kekurangan Energi Kronik (KEK)............................................2
4.3.2. Gambaran Anemia......................................................................................2
4.3.3. Hubungan antara KEK dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.............2
4.4. Keterbatasan Penelitian......................................................................................2
4.5. Implikasi untuk Keperawatan.............................................................................2
BAB V...............................................................................................................................2
SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................2
5.1. Simpulan............................................................................................................2
5.2. Saran..................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................2
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................2
Lampiran 1. Informed Consent...........................................................................................2
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Karakteristik Responden...........................................2
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Distribusi Frekuensi Kejadian KEK dan anemia.......2
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Hubungan KEK dan anemia.....................................2
Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian.....................................................................2
Lampiran 6. Surat Balasan Puskesmas...............................................................................2

xii
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian............................................2
Lampiran 8. Batas KEK.....................................................................................................2
Lampiran 9. Coding Pengolahan Data................................................................................2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................................2

xiii
DAFTAR TABEL

xiv
DAFTAR GAMBAR

66

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dikatakan kekurangan energi kronik ( KEK ) pada ibu hamil jika

sebelum kehamilan mengalami kekurangan energi dalam jangka waktu yang

cukup lama, sedangkan pada ibu hamil memerlukan energi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil (Dwicahya, 2018). Faktor yang

dikaitkan dengan KEK dipengaruhi oleh status ekonomi, tingkat pendidikan,

usia, jarak kehamilan, jumlah paritas, dan kunjungan ANC (Dewi, dkk 2019).

KEK pada ibu hamil akan mengalami komplikasi seperti berat badan ibu tidak

meningkat secara normal sesuai usia kehamilannya, mengalami anemia,

pendarahan dan bisa terkena penyakit infeksi, sedangkan pengaruh KEK pada

proses persalinan dapat mengakibatkan prematur, persalinannya sulit dan

waktunya lama, pendarahan setelah persalinan, dan indikasi persalinan SC

(Mahmudiono,dkk 2017).

Didukung dari beberapa penelitian berikut hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P = 0,003 < α

= 0.050 artinya ada hubungan antara KEK dengan kejadian anemia

(Larasati, 2018). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

KEK dengan anemia pada ibu hamil dengan nilai (p=0,000;

1
PR=13,821; 95% CI 4,738-40,320) (Helliyana, 2018). Hasil uji

statistik didapatkan nilai p value=0.0002 (p≤0.05) artinya ada

Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (KEK) terhadap kejadan

anemia pada ibu hamil (Wulandari, 2017). Hasil uji statistik

dengan nilai (p: 0,032) artinya ada hubungan KEK dengan

kejadian anemia (Fitriani, 2017). Berbeda penelitian dari (Wiarsih,

2018) hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 1,000. bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara kurang energi kronis dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dan penelitian (Rufaida, 2017)

hasil uji statistik nilai Pvalue sebesar 0,128 maka nilai Pvalue>0.05

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar

lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun

(2016) tentang Standar Produk Suplementasi Gizi, salah satu upaya

untuk memperbaiki gizi pada ibu hamil yang mengalami KEK

adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT) seperti

bisukit yang mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan

diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral (Kemenkes RI, 2019).

Sedangkan untuk mencegah terjadinya anemia diharapkan setiap

ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90

tablet selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

2
Berdasarkan data dari WHO prevalensi KEK tahun (2016)

kehamilan secara global sebesar 35-37%, dimana pada trimester III

merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan trimester I dan II.

WHO mencatat 40% prevalensi kematian ibu di negara

berkembang merupakan kasus terbanyak yang berkaitan dengan

KEK akibat kurangnya status gizi (Kementrian Kesehatan Rakyat

Indonesia, 2010 dalam artikel Erlinawati 2018). Berdasarkan

Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017 sebesar 14,8% ibu

hamil yang beresiko mengalami KEK sedangkan dasar penetapan

presentase ibu hamil yang mengalami KEK mengacu kepada hasil

Riskesdas 2013 (Direktoral Jenderal, 2017). Dan data berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2013,

data kekurangan energi kronik (KEK) merupakan masalah yang

kedua. Hal ini disebabkan karena angka KEK mengalami

peningkatan dari tahun 2010 yaitu sebesar 31,3% di tahun 2013

menjadi 38,5% (Sari,dkk 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) di Jawa Barat tahun 2018, KEK pada Wanita

Usia Subur (WUS) hamil sebesar 17,3% sedangkan WUS tidak

hamil sebesar 14,5% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang

didapat dari DINKES Kota Bandung bulan Desember 2019 angka

kejadian KEK terlaporkan sebanyak 1781 orang. Data bulan

Desember 2019 ibu hamil yang terbanyak mengalami KEK di

puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung sebanyak 137 kasus.

3
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil ialah kondisi dimana

jumlah sel darah merah atau kapasitas yang membawa oksigen ≤11

gr/dl. Anemia selama kehamilan akan berdampak buruk pada

kesehatan ibu dan bayinya hal ini yang melatarbelakangi kejadian

morbiditas dan mortalitas yaitu akan mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan janin saat kehamilan maupun setelahnya yang

dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur, kematian ibu dan

anak, dan penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2019). Anemia

berkontribusi 20% pada kematian maternal secara global yang

merupakan faktor resiko perdarahan antepartum dan postpartum

sebagai penyebab langsung terbesar kematian ibu di Indonesia

(Kemenkes RI, 2016). Data dari Bank Dunia, bahwa rasio angka

kematian ibu(AKI) di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 177

kematian per 100.000 kelahiran. Angka ini turun 35% dibanding

tahun 2000 sebesar 272 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun

turun, tetapi tidak berhasil mencapai target dari Millennium

Development Goal (MDG) yaitu menargetkan AKI sebesar 110 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015(World Bank, 2019).

Sedangkan penyebab tidak langsung dari kematian ibu antara lain

sebesar 37% mengalami KEK pada kehamilan dan sebesar 40%

yang mengalami anemia pada kehamilan (Stephanie & Kartika,

2016).

4
Faktor yang menyebabkan terjadinya anemia antara lain :

pengetahuan, jarak kehamilan, kepatuhan mengkonsumsi tablet

besi, keteraturan kunjungan Antenatal care(ANC) dan Kekurangan

Energi Kronik (KEK)(Ramadhani, 2018). Dari hasil penelusuran

jurnal yang terbanyak yaitu mengenai KEK dengan anemia

sebanyak 6 jurnal, anemia pada kehamilan disebabkan oleh status

gizi yang buruk, ibu hamil dengan status gizi yang buruk dapat

menyebabkan KEK dan bisa menyebabkan kematian ibu sehingga

menjadi faktor yang penting untuk diteliti, sedangkan pengetahuan

bisa didapat dari media massa atau informasi dan pengalaman,

begitupun dengan jarak kehamilan jika status gizi ibu dengan

paritas lebih dari 2 anak dengan jarak kehamilan <2 tahun dalam

kondisi baik maka kemungkinan tidak terkena anemia karena ibu

masih mempunyai cadangan gizi yang dapat digunakan saat hamil.

Mengenai kepatuhan mongonsumsi tablet besi untuk menambah

asupan besi tidak harus dengan tablet Fe tetapi bisa diganti dengan

makanan kaya zat besi,vitamin C, asam folat dan B-12. Sedangkan

untuk keteraturan kunjungan ANC proporsi anemia pada ibu hamil

dengan frekuensi kunjungan ANC tidak sesuai standar lebih besar

pada usia kehamilan trimester 3, sedangkan anemia terjadi pada

usia kehamilan trimester 3, hal ini menunjukkan sesuai standar

ataupun tidak sesuai jika ibu hamil trimester 3, kemungkinan besar

5
ibu hamil akan mengalami anemia, jadi kunjungan ANC tidak

terlalu berpengaruh pada kejadian anemia(Tambunan, 2011).

Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan

olehErlinawati (2018) dan Dwicahya (2018)hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

anemia (p=0,014) terhadap kejadian kekurangan energi kronis

(KEK). Berbeda dengan hasil penelitian Handayani (2013) dalam

Erlinawati (2018) dan Salmariantity (2012)hasil penelitian

menunjukkan tingkat kemaknaan> 0,05 bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara KEK dengan anemia pada ibu hamil.

Menurut World HealthOrganization(WHO) tahun 2016

data dari The World Bank, prevalensi perkiraan anemia di dunia

pada wanita hamil sebesar 40%, hal ini mengalami peningkatan

dari data WHO tahun 2015 dalam Ratih Kurniasari,dkk (2018)

sebesar 38%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018, menyatakan bahwa di Indonesia ibu hamil mengalami

anemia pada tahun 2013 sebesar 37,1% sedangkan pada tahun

2018 proporsi anemia ibu hamil meningkat sebesar 48,9% dan

sebesar 84,6% anemia tertinggi pada ibu hamil yang terjadi pada

kelompok umur 15-24 tahun. Angka tersebut melebihi masalah

kesehatan masyarakat berat (severepublichealth problem) dengan

batas prevalensi anemia sebesar 40% (BPPK, 2014 dalam Yulin

6
Dwiya Ramadhani, 2018). Dampak anemia pada ibu hamil yaitu

bisa mengakibatkan : abortus, missed abortus, dan kelainan

kongenital, bayi prematur, perdarahan antepartum, gangguan

pertumbuhan janin, asfiksia intrauterin, BBLR, mudah terkena

infeksi, IQ bayi rendah hingga mengakibatkan kematian. Bahkan

janin bisa lahir terkena anemia, dan persalinan bisa menggunakan

tindakan, atoniauteri, retensio plasenta, perlukaan susah sembuh,

dan gangguan involusiouteri[ CITATION Ala12 \l 1057 ]. Berdasarkan

data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2019 terlaporkan 1944

kasus ibu hamil yang mengalami anemia. Data bulan Desember

2019 ibu hamil yang terbanyak mengalami anemia ialah di

Puskesmas Griya Antapani Kota Bandung sebanyak 113 kasus.

Penulis menjadikan Puskesmas Margahayu Raya Kota

Bandung sebagai lokasi penelitian karena setelah mendapatkan

data dari DINKES Kota Bandung, didapatkan data terbaru bulan

Desember 2019 ibu hamil yang mengalami KEK tertinggi yaitu di

Puskesmas Margahayu Raya dengan total 137 ibu hamil KEK.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 19 maret 2020 di puskesmas Margahayu Raya Kota

Bandung, dari hasil wawancara dan pengukuran Lingkar Lengan

Atas (LILA) yang dilakukan kepada 10 responden didapatkan data

bahwa 4 ibu hamil yang mengalami anemia tetapi tidak KEK, 2 ibu

7
hamil yang mengalami KEK tetapi tidak anemia, dan 4 ibu hamil

yang mengalami anemia dan KEK. Didukung dari data sekunder

yaitu data dari puskesmas memang banyak ibu hamil yang

mengalami anemia tetapi tidak KEK. Sedangkan sesuai teori

bahwa anemia itu faktor yang mempengaruhinya salah satunya

ialah KEK ( Proverawati, 2018).

Oleh karena hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan Kekurangan Energi Kronik

(KEK) dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Kekurangan Energi
Kronik (KEK) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengidentifikasi hubungan kekurangan energi kronik
(KEK) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
Margahayu Raya Kota Bandung

8
4.1.1. Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi kejadian kekurangan energi kronik (KEK)
pada ibu hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung
- Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung
- Mengidentifikasi hubungan antara KEK dan anemia ibu hamil
di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas
terutama yang berkaitan dengan hubungan kekurangan energi
kronik (KEK) dengan anemia pada ibu hamil dan diharapkan
memberi gambaran mengenai hubungan kekurangan energi kronik
(KEK) dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi

bagi mahasiswa keperawatan mengenai hubungan

kekurangan energi kronik (KEK) dengan kejadian

anemia pada ibu hamil.

1.4.2.2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat


memberikan informasi mengenai hubungan

9
kekurangan energi kronik (KEK) dengan kejadian
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Margahayu
Raya Kota Bandung sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam menentukan upaya-upaya untuk
meminimalisasi kekurangan energi kronik (KEK)
yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu
hamil seperti melakukan pemberian makan
tambahan (PMT) pada ibu hamil.

1.4.2.3. Bagi Peneliti dan Peneliti Lainnya


Menambah pengetahuan peneliti mengenai
hubungan kekurangan energi kronik (KEK) dengan
kejadian anemia pada ibu hamil dan sebagai data
dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya
tentang kekurangan energi kronik (KEK) yang
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.

1.4.2.4. Bagi Responden

Menambah pengetahuan responden


mengenai masalah kekurangan energi kronik (KEK)
dan anemia pada kehamilan supaya bisa mencegah
dan menanggulangi KEK dan anemia pada ibu
hamil sedini mungkin.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Ibu Hamil

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimana berhentinya menstruasi/haid pada

seorang wanita sampai proses persalinan usai. Sedangkan proses kehamilan

yang normal selama kurang lebih 9 bulan atau 40 minggu atau 280 hari.

Proses kehamilan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : trimester I (0-3 bulan atau 0-

12 minggu), trimester II ( 4-6 bulan atau 12-28 minggu) dan trimester III ( 7-9

bulan atau 28-40 minggu) (IstianyandRusilanti, 2013).

11
Masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena

merupakan periode penting pada 1.000 hari kehidupan dan

kelompok ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang beresiko

tinggi terjadinya anemia karena pada ibu hamil rawan terhadap

kekurangan gizi karena pada periode kehamilan akan

meningkatkan metabolisme energi. Oleh sebab itu pada masa

kehamilan memerlukan zat gizi yang banyak karena asupan gizi

ibu hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin. Status gizi yang baik pada ibu hamil dapat

mencegah terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan

stunting(pendek) (Kemenkes RI, 2019).

2.1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Selama Hamil

Kebutuhan gizi selama kehamilan akan meningkat karena diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin yang dikandungnya.

Pemenuhan gizi pada saat hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI dan

tumbuh kembang bayinya. Salah satu indikator terpenuhinya gizi selama

kehamilan adalah kenaikan berat badan pada ibu [ CITATION Sul11 \l 1057 ]. Jika

ibu hamil mengalami kekurangan asupan gizi, maka akan menyebabkan

kelainan pada janin yang ada dikandungannya. Begitupun jikaibu hamil

mengalami kelebihan zat gizi, tidak baikjuga untuk pertumbuhan bayinya. Jadi

asupan gizi pada ibu hamil harus seimbang untuk pemenuhan dirinya dan juga

janin yang dikandungnya (IstianyandRusilanti, 2013).

12
2.1.2.1. Angka Kecukupan Gizi( AKG)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada ibu hamil akan terus bertambah

seiring dengan perubahan yang menyertainya. Ketidakmampuan ibu hamil

untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi nya, hal ini akan berdampak pada

berat badan janin yang akan dilahirkannya. Mengingat ibu hamil memerlukan

asupan gizi yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janinnya,

berikut ini daftar AKG pada ibu hamil yang harus dipenuhi, diantaranya

(IstianyandRusilanti, 2013) :

a) Energi

Kebutuhan energi secara keseluruhan selama kehamilan berdasarkan

penimbunan lemak dan protein pada ibu hamil dan janinnya, kebutuhan

metabolismenya sebanyak 75.000 kkal. Jika dibagi dalam 250 hari

kehamilan, tambahan energinya sebanyak 300 kkal/hari, ekuivalen 15%

diatas kebutuhan pada saat sebelum hamil. Sedangkan pembentukan

jaringan baru dan pertumbuhan janin akan memerlukan tambahan energi

yang didapat dari karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-30% dan

protein sebanyak 10-20% ( nasi, kentang,jagung, lemak hewani, terigu

dan ubi-ubian ) (IstianyandRusilanti, 2013).

13
b. Protein

Protein yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk pembentukan

jaringan-jaringan baru, plasenta, serta mendukung pertumbuhan

dan diferensiasi sel. Sedangkan kalau ibu hamil mengalami

kekurangan protein akan menyebabkan gagalnya janin dalam

mencapai pertumbuhan secara optimal. Seperti kelahiran

prematur,berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu <2500 gram,hingga

bisa menyebabkan risiko kematian bayi akibat kurangnya asupan

energi dan protein.AKG protein sebanyak 60 gr.Bahan pangan

sumber protein seperti ayam, telur, daging, ikan, susu, tempe, keju,

tahu dan kacang-kacangan(IstianyandRusilanti, 2013).

c. Asam Folat

Asam folat termasuk golongan vitamin B9 dan asam folat

bersifat larut dalam air,sehingga vitamin ini tidak dapat disimpan

didalam tubuh. Oleh karena itu, ibu hamil harus mengkonsumsi

asam folat setiap hari untuk menghindari risiko bayi lahir cacat

akibat kekurangan folat. AKG asam folat sebanyak 300 ug. Bahan

pangan sumber folat yaitu hati ayam, susu, asparagus, biji bunga

matahari, jamur, kedelai,kacang merah dan kacang hijau, kacang

polong, sereal, buah (melon,pisang, lemon, strawberry, dan jeruk)

dan sayuran hijau yang dikonsumsi dalam kondisi segar karena

asam folat sendiri mudah larut dan hilang selama proses

pemasakan (IstianyandRusilanti, 2013).

14
Pematangan sel darah merah juga sangat bergantung pada

asupan asam folat, jika kekurangan zat ini akan menyebabkan

anemia. Sedangkan ibu hamil pasti memerlukan asam folat lebih

banyak karena untuk kebutuhan ibu dan janinnya. Jika kekurangan

asam folat<0,24 mg/hari pada kehamilan <28 minggu akan

meningkatkan risiko cacat pada janin, persalinan kurang bulan,

serta berat bayi lahir rendah (BBLR) (IstianyandRusilanti, 2013).

d. Kalsium dan fosfor

Kalsium dan fosfor sangatpenting untuk pertumbuhan

kerangka tulang dan struktur gigi. Sedangkan jika kekurangan

asupan zat gizi ini akan menyebabkan pengambilan simpanan

dalam tubuh ibu dan penurunan kesehatan ibu hamil. Kalsium dan

fosfor yang dikonsumsi diambil dari tulang ibu hamil lalu akan

ditransfer ke janin. AKG kalsium sebanyak 900 mg. Sumber

pangannya seperti ikan teri, susu dan hasil olahannya,sayuran hijau

dan kacang-kacangan.Sedangkan AKG fosfor sebanyak 620 mg.

Sumber pangannya seperti gandum, biji bunga matahari, biji

labu,beras dan kacang-kacangan(IstianyandRusilanti, 2013).

e. Besi

15
Besi merupakan komponen untuk pembentukan

hemoglobin darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen. Pada

ibu hamil kebutuhan besi akan meningkat seiring dengan

meningkatnya volume darah. Besi juga sangat penting, karena

diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ibu dan

kekebalan janinnya terhadap penyakit infeksi, dan juga membantu

untuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Selain untuk

kebutuhan ibu dan janinnya, plasenta juga membutuhkan zat besi

karena melalui plasenta janin memperoleh oksigen dan zat-zat gizi

dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu hamil umumnya sulit

dalam memenuhi kebutuhan zat besinya. Oleh karena itu, zat besi

juga bisa dikonsumsi dalam bentuk suplemen. Ketika asupan zat

besi nya kurang,maka kebutuhan untuk janin biasanya diperoleh

dari tubuh ibu, akibatnya simpanan zat besi yang ada didalam

tubuh ibu akan dikorbankan,sehingga ibu hamil banyak mengalami

anemia karena kurangnya asupan zat besi. AKG besi sebanyak 46

mg. Sumber pangannya seperti hati ayam, daging, beras tumbuk,

kacang-kacangan dan sayuran hijau(IstianyandRusilanti, 2013).

Kebutuhan zat besi tiap trimester sebagai berikut :

Trimester I : kebutuhan zat besinya ±1 mg/hari (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janinnya dan sel

darah merah.

16
Trimester II : kebutuhan zat besinya ±5 mg/hari (kehilangan basal

0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan

conceptus 115 mg.

Trimester III : kebutuhan zat besinya 5 mg/hari (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel ddarah merah 150 mg dan

conceptus 223 mg ( Adriani, et.al, 2012 ).

f. Yodium

Yodium merupakan bahan baku untuk hormon tiroksin

yang fungsinya untuk pertumbuhan dan mendorong perkembangan

otak bayi. Pemenuhan yodium bisa dengan mengonsumsi garam

beryodium, sedangkan jika mengalami kekurangan yodium dapat

menyebabkan penyakit gondok,anak kretin (cebol), retardasi

mental dan IQ-nya rendah. AKG yodium sebanyak 175 ug. Sumber

pangannya seperti nanas, ikan, strawberry, sayuran hijau dan

kacang tanah (IstianyandRusilanti, 2013).

g. Seng

Manfaat seng bersama kalsium dan protein untuk proses

pertumbuhan tulang janin, mengatur gula darah, melindungi

kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan luka dan memelihara

kesehatan mata. AKG seng sebanyak 20 mg. Sumber pangannya

17
seperti gandum, telur, jamur, daging merah, ikan, biji-bijian,

kedelai, dan kacang-kacangan(IstianyandRusilanti, 2013).

h. Vitamin C

Vitamin C berperan sebagai antioksidan dan bekerja untuk

membantu enzim melakukan fungsinya,diantara lain : proses

metabolisme tubuh, membantu pembentukan jaringan kolagen,

membantu metabolisme protein, mempercerpat proses

pertumbuhan luka, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap

infeksi, membantu tubuh untuk dapat menyerap zat besi dan untuk

mencegah terjadinya kanker mata. AKG vitamin C sebanyak 70

mg. Sumber pangannya seperti jambu biji, jeruk, nanas, semangka,

mangga, pepaya, apel, strawberry, asparagus, dan sayuran

hijau(IstianyandRusilanti, 2013).

i. Vitamin B12 (kobalamin)

Vitamin B12 berperan untukpembelahan sel yang

cepat,membantu metabolisme lemak,protein dan karbohidrat.

Selain itu, vitamin B12 juga berperan dalam aktivitas dan

metabolisme sel tulang, serta untuk melepaskan folat sehingga

dapat membantu dalam pembentukan sel darah merah mata. AKG

vitamin B12 sebanyak 2,3 mg. Sumber pangannya seperti daging,

hati ayam,susu, jamur, telur, yoghurt, ikan dan seafood lainnya

(IstianyandRusilanti, 2013).

18
j. Vitamin B3 (niasin)

Fungsi vitamin B3 yaitu berperan sebagai koenzim yang

dibentuk oleh niasin, NAD (

NicotinamideAdenineDinucleatide),dan NADP (

NicotinamideAdenineDinucleatidePhospate).Sedangkan niasin

dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme,terutama dalam

metabolisme glukosa,lemak dan juga alkohol. Selain itu, niasin

untuk memperlancar peredaran darah, meredakan sakit

kepala,memperlancar sistem pencernaan dan menjaga kesehatan

kulit. AKG vitamin B3 sebanyak 10,6 mg. Sumber pangannya

seperti biji-bijian, brokoli,jamur, asparagus, ikan, hati ayam,

daging, kacang-kacangan dan sayuran hijau(IstianyandRusilanti,

2013).

k. Vitamin B2 (riboflavin)

Riboflavin berperan membantu enzim untuk menghasilkan

energi, memelihara kesehatan mata,bibir, tenggorokan, kulit,

rambut dan organ reproduksi. Sama halnya seperti tiamin,

riboflavin juga fungsinya sebagai koenzim.Oleh karena itu, ibu

hamil sangat memerlukan tambahan riboflavin karena vitamin ini

sangat penting untuk pertumbuhan janinnya. AKG vitamin B2

sebanyak 1,2 mg. Sumber pangannya seperti susu dan produk

19
olahannya,sayuran hijau, buah-buahan,kacang-kacangan, biji-

bijian, hati ayam dan telur(IstianyandRusilanti, 2013).

l. Vitamin B1 (thiamin)

Thiamin berfungsi sebagai koenzim sama seperti dengan

riboflavin yaitu untuk metabolisme energi dan membantu untuk

pertumbuhan janin. Sedangkan kerja sistrem saraf,jantung, dan otot

tergantung pada thiamin. AKG dalam vitamin B1 sebanyak 1,1 mg.

Sumber pangannya seperti daging, kacang-kacangan,biji-bijian,

padi-padian, semangka,mangga, pisang,jagung, wortel, buncis,

kacang panjang dan tomat(IstianyandRusilanti, 2013).

m. Vitamin A

Vitamin A fungsinya berperan penting dalam meningkatkan

daya tahan tubuh sehingga dapat mencegah kematian bayi,

pemeliharaan sel kornea,epitel penglihatan,membantu

pembentukan dan pengaturan hormon serta membantu melindungi

tubuh terhadap kanker. AKG dalam vitamin A sebanyak 700 RE,

dengan sumber pangannya seperti hati ayam, sayuran berwarna

seperti wortel, buah-buahan berwarna merah, mentega, kuning

telur dan minyak ikan(IstianyandRusilanti, 2013).

20
2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

Data dari Bank Dunia, bahwa rasio AKI di Indonesia pada

tahun 2017 sebesar 177 kematian per 100.000 kelahiran. Angka ini

turun 35% dibanding tahun 2000 sebesar 272 kematian per 100.000

kelahiran. Walaupun turun, tetapi tidak berhasil mencapai target

dari Millennium Development Goal (MDG) yaitu menargetkan

AKI sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(World Bank, 2019). Salah satu faktor penyebab kematian ibu

adalah rendahnya status gizi. Status gizi pada ibu hamil

dipengaruhi oleh ikan (IstianyandRusilanti, 2013) :

a. Keadaan sosial dan ekonomi

Keadaan ini diakibatkan karena rendahnya ekonomi yang

dikaitkan dengan rendahnya pendidikan, sehingga tingkat

konsumsi sumber pangan dan gizi menjadi rendah, buruknya

sanitasi dan higiene sehingga bisa meningkatnya gangguan

kesehatan(IstianyandRusilanti, 2013).

b. Jarak kelahiran terlalu dekat

Jarak kehamilan yang terlalu dekat dari kehamilan

berikutnya misalnya kurang dari satu tahun dapat menyebabkan

status gizi buruk pada ibu hamil. Sehingga dapat berisiko untuk

melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) atau bayi

prematur(IstianyandRusilanti, 2013).

c. Usia kehamilan pertama

21
Ibu hamil dengan kehamilan pertamanya pada usia terlalu

muda atau masih remaja lebih cenderung memiliki berat badan

kurang sehingga pada saat hamil mengalami pertambahan berat

badan yang kurang. Selain itu, tubuh remaja pada umumnya

kurang matang atau belum sempurna untuk menjalani kehamilan.

Sehingga pada usia yang masih belum matang bisa menyebabkan

kelahiran berat badan lahir rendah (BBLR) atau bisa juga bayi

prematur hingga bisa terjadi saat proses melahirkan akan

mengalami kesukaran. Usia yang paling baik untuk menjalani

proses kehamilan dan melahirkan bayi pada usia 25-34

tahun(IstianyandRusilanti, 2013).

d. Tingkat pekerjaan fisik

Ibu hamil yang menjalani pekerjaan fisik terlalu berat,

biasanya memiliki status gizi yang rendah jika tidak diimbangi

dengan asupan makanan dalam jumlah yang cukup dan bergizi

sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), apabila tidak

seimbang bisa menyebabkan permasalahan gizi pada ibu

hamil(IstianyandRusilanti, 2013).

2.1.4. Permasalahan Gizi pada Ibu Hamil

Kebutuhan gizi pada ibu hamil biasanya lebih tinggi

dibandingkan kebutuhan gizi sebelum hamil. Kondisi ini terjadi

karena kondisi tubuh ibu memerlukan tambahan energi dan zat gizi

untuk pertumbuhan dan perkembangan perubahan hormonal pada

22
ibu hamil yang akan berakibat pada asupan gizi yang dimiliki ibu

hamil tesebut( Winarsih, 2018).

Pentingnya kebutuhan gizi pada ibu hamil tujuannya untuk

memenuhi kebutuhan gizi pada ibu dan janinnya supaya tidak

kekurangan asupan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi yang cukup juga

tujuannya untuk mempersiapkan tubuh ibu supaya pada saat

persalinan tidak menimbulkan masalah atau gangguan kesehatan

dan untuk mempersiapkan ibu dalam menyediakan cadangan

energi sebanyak 500 kalori yang digunakan untuk aktivitas bayinya

( Winarsih, 2018).

Jika kebutuhan asupan gizi tidak tercukupi oleh ibu hamil

akan menyebabkan masalah gizi ibu hamil, penyebab tidak

langsung dari kematian ibu antara lain sebesar 37% mengalami

KEK pada kehamilan dan sebesar 40% yang mengalami anemia

pada kehamilan (Stephanie & Kartika, 2016). Masalah gizi ibu

hamil lainnya, seperti :

a. Obesitas (Kelebihan Berat Badan)

Yang dikatakan obesitas pada ibu hamil itu jika kenaikan

berat badannya lebih dari 1 kg dalam seminggu, dan jika disertai

dengan tungkai dan mata kaki yang membengkak, tekanan darah

tinggi, air seni keruh, nyeri kepala, dan penglihatan yang

berkunang-kunang. Jika mengalami obesitas pada ibu hamil bisa

23
memicu hipertensi, jantung dan diabetes mellitus yang bisa

mengancam kehidupan ibu dan janinnya. Pada ibu hamil yang

mengalami obesitas harus mengonsumsi gizi yang seimbang,tapi

kadar karbohidrat dan lemak harus dikurangi, dan olahraga yang

ringan perlu selama kehamilan(IstianyandRusilanti, 2013).

b. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus pada kehamilan biasanya muncul pada

minggu ke-20 hingga minggu ke-28. Penyakit ini biasanya terjadi

pada ibu hamil yang kegemukan, dan yang mempunyai diabetes

mellitus pada riwayat keluarganya. Penanganan untuk penyakit ini,

ibu hamil perlu melakukan pengaturan diet, seperti mengurangi

makanan yang mengandung karbohidrat sederhana contohnya gula

pasir dan sirup.Ibu hamil harus memperbanyak konsumsi makanan

yang berserat seperti sayuran, buah, dan kacang-kacangan. Selain

itu, pada penderita diabetes mellitus selama kehamilan perlu

dianjurkan untuk melakukan latihan fisik atau olahraga yang

cukup. Jika penyakit dibiarkan, akan mengakibatkan janin tumbuh

terlalu besar dan akan memproduksi banyak insulin, dalam hal ini

biasanya ibu harus dilakukan persalinan dini yaitu dengan operasi

caesaratau bisa menyebabkan kelainan bentuk bayi. Oleh karena

itu, ibu hamil dengan penderita diabetes mellitus selama kehamilan

harus memeriksakan kadar gula darahnya pada minggu ke-24

sampai minggu ke-28 kehamilan(IstianyandRusilanti, 2013).

24
c. Hipertensi

Hipertensi yang terjadi selama kehamilan merupakan risiko

yang tinggi bagi ibu hamil. Jika hipertensi dalam keadaan ringan

disebut juga pre-eklamsia, sedangkan jika dalamkeadaan berat

disebut juga eklamsia. Tanda awalnya adalah kenaikan tekanan

darah, proteinuria, oedema, kelainan dalam penggumpalan darah,

dan kelainan sistem saraf. Tanda-tanda paling berat dapat terjadi

pada trimester II dan trimester III hingga terjadi kejang-kejang.

Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, hal ini dapat

mengakibatkan kerusakan pada hati dan ginjal hingga bisa

menyebabkan kematian ibu dan janin(IstianyandRusilanti, 2013).

Ibu hamil yang berisiko mengalami hipertensi adalah ibu

hamil yang mengonsumsi makanannya tidak seimbang, bisa karena

faktor keturunan, sering hamil, dan ibu hamil pada usia <17 tahun

atau >35 tahun. Hal yang harus dilakukan untuk menghindari

hipertensi dalam kehamilan antara lain:

a. Mengurangi makanan yang kadar garamnya tinggi seperti ikan

asin, kornet, serta makanan dan sayuran yang diawetkan atau

makanan kalengan

b. Mengurangi makanan yang tinggi lemak

c. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah segar serta minum air

putih(IstianyandRusilanti, 2013).

d. Anemia

25
Selama kehamilan, volume sirkulasi darah akan meningkat

hingga 30-40%. Oleh karena itu, zat besi sangat diperlukan oleh

ibu hamil untuk pembentukan sel-sel darah. Pada ibu hamil akan

terjadi hemodilusiyaitu pertambahan volume darah yang lebih

banyak daripada sel darah, sehingga kadar hemoglobin (Hb) pada

ibu hamil berkurang. Pada kondisi seperti inilah ibu hamil banyak

yang mengalami anemia (IstianyandRusilanti, 2013).

Anemia pada ibu hamil ditandai dengan wajah pucat, mata

merah dan telapak tangan pucat, cepat lelah, lemah dan lesu. Hal

tersebut terjadi karena sel-sel darah merah kekurangan hemoglobin

atau kekurangan zat besi. Pada ibu hamil bisa saja disebabkan

karena kurangnya asupan Fe, adanya infeksi parasit, dan jarak

kehamilan yang dekat. Penanggulangannya perbanyak

mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat besi, dan pil

penambah zat besi (IstianyandRusilanti, 2013).

e. Dislipidemia

Dislipidemia adalah adanya gangguan lemak pada darah,

diantaranyakolestrol dan trigliserida. Dalam menentukan

dislipidemia,komponen yang diukur ialah kadar kolesterol yang

nilai normalnya <200 mg/dL; LDL yang nilai normalnya <100

mg/dL; trigliserida yang nilai normalnya <150 mg/dL dan HDL

yang nilai normalnya pada pria >40 mg/dL sedangkan pada wanita

26
>50 mg/dL. Klasifikasi dislipidemia antara lain dislipidemia

primer dan dislipidemia sekunder. Kalau dislipidemia primer yaitu

penyebabnya karena kelainan penyakit genetik dan bawaan yang

dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darahnya.

Sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan karena suatu keadaan

seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipertiroidisme,

sindrom nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati

obstruktif ( Winarsih, 2018).

Menurut ( Winarsih, 2018) umumnya, disebut dislipidemia

terjadi karena gangguan metabolisme lipoprotein yaitu kadar

lipoprotein menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai

normalnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam,

diantaranya :

a. Faktor genetik

Orang yang mengalami dislipidemia karena faktor genetik ini

ialah adanya mutasi atau perubahan materi genetik, kondisi

dalam hal ini biasanya lebih berat dibandingkan karena faktor

lain.

b. Komplikasi penyakit lain

Penyakit yang bisa menimbulkan gangguan lemak darah, yaitu

penyakit ginjal, gangguan kelenjar tiroid dan diabetes mellitus.

c. Obat-obatan

27
Akibat tinggi rendahnya kadar lipoprotein bisa disebabkan

karena efek samping dari obat-obatan seperti pil kontrasepsi.

d. Pola hidup

Pola hidup yang tidak baik seperti mengonsumsi makanan yang

berlebihan dan kjurangnya aktivitas fisik sehingga bisa

meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Menurut ( Winarsih, 2018) penanganan dan pengobatan

dislipidemia ialah memodifikasi pola hidup, yaitu mengubah

pola diet dan aktivitas fisik, seperti :

a. Batasi asupan kolesterol supaya tidak melebihi 300

mg/dLperhari

b. Konsumi buah-buahan, sayuran, gandum, makanan rendah

lemak, dan daging ikan

c. Kurangi makanan yang mengandung pemanis buatan dan

produk olahan lain

d. Konsumsi makanan yang mengandung banyak serat

e. Tidak menggunakan minyak goreng untuk menggoreng

makanan yang berulang-ulang

f. Hindari merokok

g. Berolahraga minimal 60 menit perhari

f. Kekurangan Energi Kronik

28
Ibu hamil yang mengalami KEK status gizinya kurang dari

normalnya. Hal ini bisa diukur dengan cara lihat lingkat lengan

atas (LILA) dan indeks massa tubuhnya. Ibu hamil dikatakan KEK

jika LILA ≤23,5 cm. KEK pada ibu hamil disebabkan karena

keluar masuknya energi tidak seimbang didalam tubuh. Selain

dapat mengganggu kesehatan ibu, hal ini juga bisa memengaruhi

kondisi janinnya. Ibu hamil dengan KEK akan mengalami gejala,

seperti kelelahan terus-menerus, sering kesemutan, wajah pucat,

mengalami kesulitan ketika persalinan, ASI tidak cukup untuk

memenuhi bayi ketika menyusui ( Winarsih, 2018).

2.2. Anemia pada Ibu Hamil

2.2.1. Pengertian Anemia pada Ibu Hamil

Menurut KEMENKES RI (2019), anemia defisiensi

besi pada ibu hamil ialah kondisi dimana jumlah sel darah

merah atau kapasitas yang membawa oksigen ≤11 gr/dl

yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

janin saat kehamilan maupun setelahnya yang dapat

meningkatkan resiko kelahiran prematur, kematian ibu dan

anak, dan penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2019).

Anemia disebut juga kurang darah adalah kondisi

protein pembawa oksigen yang disebut juga sel darah

merah atau hemoglobin dalam darah kurang dari nilai

29
normalnya. Sel darah merah yang mengandung hemoglobin

berperan mengangkut oksigen dari paru-paru dan

mengantarkan ke seluruh tubuh. Sehingga akibat dari

anemia, transportasi sel darah merah akan terganggu dan

jaringan tubuh yang mengalami anemia akan kekurangan

oksigen yang mengangkut energi. Maka gejala yang khas

seperti cepat lelah, pucat, gelisah terkadang mengalami

sesak napas [ CITATION Ind13 \l 1057 ].

Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut

Riskesdas (2013) dikatakan anemia jika kadar Hb ≤11 gr%,

dan dikatakan tidak anemia jika kadar Hb >11 gr%.

2.2.2. Penyebab Anemia Kehamilan


Penyebab anemia yang berhubungan dengan

kehamilan ialah terjadinya peningkatan kadar cairan plasma

selama kehamilan sehingga mengencerkan darah

(hemodilusi) yang dapat terjadi anemia. Penyebab yang

paling umum dari anemia pada ibu hamil adalah

kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan

anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Walaupun

tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama,

masih besar kemungkinan terjadinya anemia pada

kehamilan minggu berikutnya. Pada ibu hamil, tubuh ibu

akan segera meningkatkan zat besi sebelum bayinya, bayi

30
akan mengalami anemia jika tubuh ibu mengalami anemia

berat, pada cadangan besi hanya cukup sekitar 20 minggu.

Anemia pada bayi akan terjadi jika tidak mendapatkan

cukup zat besi untuk bersaing dengan kebutuhan tubuh ibu

hamil, sehingga bisa menyebabkan kekurangan zat

besi( Proverawati, 2018).

Etiologi menurut (Prawirohardjo, 2002),ialah :

1. Hipervolemia, yang bisa menyebabkan terjadinya

pengenceran darah

2. Pertambahan darah tidak seimbang dengan

pertambahan plasma

3. Kurang mengonsumsi zat besi, vitamin B6, vitamin

B12, vitamin C, dan asam folat dalam makanan

4. Gangguan pencernaan dan abortus

5. Perdarahan kronik

6. Kehilangan darah (perdarahan dalam atau siklus

menstruasi )

7. Terlalu sering melakukan donor darah

8. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)

2.2.3. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan

Selama kehamilan bisa memicu perubahan

fisiologis, salah satunya ibu hamil mengalami peningkatan

31
kebutuhan oksigen sehingga memicu terjadinya

peningkatan produksi eritroproetin dan mengakibatkan

volume plasma dan sel darah merah (eritrosit) mengalami

peningkatan. Tetapi peningkatan volume plasma terjadi

lebih besar daripada peningkatan eritrosit, sehingga

terjadinya pengenceran darah (hemodilusi) dan akan

berdampak pada penurunan konsentrasi Hb.

Perbandingannya 30% plasma, 19% sel darah merah dan

19% hemoglobin. Oleh karena itu, konsentrasi Hb normal

pada wanita hamil akan berbeda dengan konsentrasi Hb

pada wanita tidak hamil (Ramadhani, 2018).

Hemodilusi ditandai sebagai adaptasi fisiologis pada

kehamilan, yang berfungsi supaya suplai darah untuk

pembesaran uterus bisa terpenuhi, melindungi ibu dan janin

dari efek negative sepeti penurunan venousreturnsaat posisi

terlentang, dan melindungi ibu dari efek negative seperti

kehilangan darah saat proses melahirkan. Secara fisiologis,

hemodilusi membantu maternal untuk mempertahankan

sirkulasi normal dengan mengurangi beban

jantung(Ramadhani, 2018).

Terjadinya peningkatan volume plasma sesuai

dengan proses perkembangan dan pertumbuhan janin yang

ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan

32
penyempurnaan susunan organ tubuh. Kenaikan volume

darah pada kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat

besi. Pada saat trimester I zat besi yang dibutuhkan masih

sedikit karena peningkatan produksi eritropoetin sedikit,

dikarenakan tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan

masih lambat. Sedangkan pada saat awal trimester II

petumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif

menghisap air ketuban sehingga lebih meningkat kebutuhan

oksigennya. Hal ini berakibat kebutuhan zat besi juga

semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan

eritrosit, sehingga keadaan ini rentan terjadi anemia

terutama anemia defisiensi besi (Ramadhani, 2018).

Volume plasma yang meningkat akan

mengakibatkan penurunan hematokrit, konsenstrasi

hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit yang biasanya

terjadi pada minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan

dan terus menurun hingga minggu ke-22 ketika titik

keseimbangan tercapai. Apabila peningkatan volume

plasma terus-menerus tidak diimbangi dengan peningkatan

eritropoetin akan berdampak menurunkan kadar hematrokit,

konsentrasi Hb, dan jumlah eritrosit dibawah batas normal

sehingga terjadilah anemia kehamilan (Ramadhani, 2018).

33
2.2.4. Gejala Anemia pada Ibu Hamil

Berikut beberapa tanda dan gejala pada ibu hamil yang

mengalami anemia menurut [ CITATION Ala12 \l 1057 ] :

a. mengeluh cepat merasakan lelah

Pasokan energi dalam tubuh bergantung pada

oksidasi dan sel darah merah, semakin rendah sel darah

merah maka tingkat oksidasi dalam tubuh juga

berkurang. Oleh karena itu energinya kurang sehingga

cepat merasalelah sepanjang waktu bahkan selama satu

bulan atau lebih tandanya mengalami anemia [ CITATION

Ind13 \l 1057 ].

b. merasa pusing

c. mata berkunang-kunang

d. malaise

e. nafsu makan turun (anoreksia)

f. konsentrasi hilang

g. nafas pendek (pada anemia parah)

Jika jumlah sel darahnya rendah,maka akan

menurunkan oksigen dalam tubuh. Hal ini penderita

merasa sering merasa sesak napas sampai terengah-engah

saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan

[ CITATION Ind13 \l 1057 ].

34
h. keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

Penderita anemia sering mengalami

morningsickness segera setelah bangun dari tempat tidur

berjalan [ CITATION Ind13 \l 1057 ].

Jika anemia terjadi secara signifikan dan tidak

diobati, akan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti

kelahiran prematur,BBLR, melahirkan bayi cacat, bahkan

harus melakukan transfusi darah (jika kehilangan sejumlah

besar darahnya selama persalinan ) atau mengalami depresi

pasca melahirkan [ CITATION Sal16 \l 1057 ].

2.2.5. Jenis Anemia

a. Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi zat besi adalah terjadi akibat

kekurangan zat besi dalam darah. Jenis anemia ini

biasanya terjadi ketika tubuh tidak memiliki zat besi yang

cukup untuk menghasilkan hemoglobin sehingga

penyebaran oksigennya terhambat dari paru-paru ke

seluruh tubuh [ CITATION Sal16 \l 1057 ].

Kebutuhan zat besi yang dipenuhi pada ibu hamil

yaitu rata-rata hampir 800 mg. Kebutuhan ini dibagi

menjadi 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta, 500

35
mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin

maternal dan ± 200 mg akan dieksresikan lewat usus, urin

dan kulit. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori

akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari.

Sedangkan makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi.Selama kehamilan

dengan perhitungan 288 hari,zat besi yang dihasilkan ibu

hamil sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi untuk

ibu hamil masih mengalami kekurangan.Oleh karena itu,

sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-

maternal supaya cadangan zat besi pada saat hamil cukup

terpenuhi dan tidak mengalami anemia (Dinas Kesehatan

Jawa Barat, 2016).

b. Anemia defisiensi folat

Asam folat berfungsi untuk menghasilkan sel baru,

termasuk menghasilkan sel darah merah yang sehat. Pada

ibu hamil membutuhkan asam folat tambahan,jadi ibu

hamil harus mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbang. Jika ibu hamil kurang mengkonsumsi asam

folat maka akan mengakibatkan bayi lahir cacat [ CITATION

Sal16 \l 1057 ].

c. Anemia defisiensi Vitamin B12

36
Untuk membentuk sel darah merah, tubuh

membutuhkan vitamin B12. Sehingga jika ibu mengalami

kehilangan darah selama dan setelah melahirkan akan

menyebabkan anemia [ CITATION Sal16 \l 1057 ].

Jika selama kehamilannya, ibu hamil mengalami

anemia maka perlu mengkonsumsi makanan yang

mengandung zat besi dan asam folat seperti daging, telur,

bayam, brokoli dan susu atau selain makanan diatas bisa

juga mengkonsumsi suplemen zat besi dan asam folat.

Selain itu, ibu hamil juga perlu mengkonsumsi vitamin C

supaya untuk lebih mudah dalam proses penyerapan zat

besi dalam tubuh. Ibu hamil juga harus memenuhi vitamin

B12 yaitu dengan mengkonsumsi suplemen vitamin B12.

Jika ibu hamil yang vegetarian harus berkonsultasi dengan

dokter terlebih dahulu mengenai suplemen vitamin B12

ketika mereka sedang hamil dan menyusui [ CITATION

Sal16 \l 1057 ].

2.2.6. Efek Anemia pada Ibu Hamil

Kejadian anemia dapat terjadi pada semua ibu

hamil, karena itu ibu hamil perlu waspada supaya tidak

terjadinya anemia. Anemia pada trimester I bisa

mengakibatkan : abortus, missed abortus, dan kelainan

kongenital. Jika anemia trimester II bisa menyebabkan :

37
bayi prematur, perdarahan antepartum, gangguan

pertumbuhan janin, asfiksia intrauterin, BBLR, mudah

terkena infeksi, IQ bayi rendah hingga mengakibatkan

kematian. Anemia pada saat persalinan bisa mengakibatkan

gangguan primer ataupun sekunder, janin bisa lahir terkena

anemia, dan persalinan bisa menggunakan tindakan karena

ibu dengan anemia cepat lelah. Setelah melahirkan anemia

dapat mengakibatkan atoniauteri, retensio plasenta,

perlukaan susah sembuh, dan gangguan

involusiouteri[ CITATION Ala12 \l 1057 ].

Penangannya: jika anemia nya tergolong berat,

maka perlu penanganan yang cepat yaitu transfusi darah

atau dengan memberikan obat zat besi secara interval. Jika

anemia nya sedang dan ringan, maka diberikan suplemen

zat besi beserta asam folat[ CITATION Ala12 \l 1057 ].

2.2.7. Kebutuhan Zat Besi Ibu Hamil


Kebutuhan zat besi yang dipenuhi pada ibu hamil

yaitu rata-rata hampir 800 mg. Kebutuhan ini dibagi

menjadi 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta, 500

mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin

maternal dan ± 200 mg akan dieksresikan lewat usus, urin

dan kulit. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori

akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari.

38
Sedangkan makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi.Selama kehamilan

dengan perhitungan 288 hari,zat besi yang dihasilkan ibu

hamil sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi untuk

ibu hamil masih mengalami kekurangan. Oleh karena itu,

sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-

maternal supaya cadangan zat besi pada saat hamil cukup

terpenuhi dan tidak mengalami anemia (Dinas Kesehatan

Jawa Barat, 2016).

2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Anemia


Adapun faktor resiko terjadinya anemia antara lain :

1. Pengetahuan

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil akan meningkat

0,8 mg sehari pada trimester I dan akan meningkat 6,3 mg

sehari pada trimester III . Jumlah zat besi sebanyak itu

tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi

didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang

terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil

sehingga bisa menyebabkan anemia pada ibu hamil. Oleh

karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan mengenai

anemia pada ibu hamil. Peningkatan pengetahuan mengenai

anemia ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan

berdasarkan karakteristiknya supaya materi penyuluhan

39
bisa diterima oleh semua ibu hamil meskipun

karakteristiknya berbeda. Misalnya, pemberian penyuluhan

pada ibu hamil yang pendidikannya rendah menggunakan

cara berbeda dengan penyuluhan yang dilakukan pada ibu

hamil yang pendidikannya tinggi ( Ramadhani, 2018).

2. Jarak kehamilan

Pada ibu hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu

dekat dapat berisiko terjadinya anemia dalam kehamilan,

karena cadangan zat besi ibu hamil belum maksimal akibat

kandungan sebelumnya sehingga cadangan zat besi akan

berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya

(Simbolon, dkk 2018).

3. Kepatuhan mengonsumsi tablet besi

Besi merupakan komponen untuk pembentukan

hemoglobin darah yang berfungsi untuk mengangkut

oksigen. Pada ibu hamil kebutuhan besi akan meningkat

seiring dengan meningkatnya volume darah. Besi juga

sangat penting, karena diperlukan untuk meningkatkan daya

40
tahan tubuh ibu dan kekebalan janinnya terhadap penyakit

infeksi, dan juga membantu untuk pertumbuhan dan

perkembangan otak janin. Selain untuk kebutuhan ibu dan

janinnya, plasenta juga membutuhkan zat besi karena

melalui plasenta janin memperoleh oksigen dan zat-zat gizi

dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu hamil

umumnya sulit dalam memenuhi kebutuhan zat besinya.

Oleh karena itu, zat besi juga bisa dikonsumsi dalam bentuk

suplemen. Ketika asupan zat besi

nyakurang,makakebutuhan untuk janin biasanya diperoleh

dari tubuh ibu, akibatnya simpanan zat besi yang ada

didalam tubuh ibu akan dikorbankan,sehingga ibu hamil

banyak mengalami anemia karena kurangnya asupan zat

besi. Sedangkan untuk mencegah terjadinya anemia

diharapkan setiap ibu hamil mendapatkan tablet tambah

darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan

(Kemenkes RI, 2019).

4. Keteraturan kunjungan ANC

Kunjungan ANC menjadi penting untuk ibu hamil

supaya bisa mendapatkan pemeriksaan dan deteksi dini,

penyuluhan kesehatan serta informasi-informasi yang

berhubungan dengan perkembangan kehamilannya,

41
sehingga ibu hamil yang rutin memeriksakan kehamilannya

ke tempat pelayanan kesehatan akan memiliki pengetahuan

yang lebih, salah satunya mengenai anemia dalam

kehamilan dan pencegahannya. Salah satu dalam

pemeriksaan ANC ibu hamil akan mendapatkan tablet besi

sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Maka dari itu, ibu

hamil yang sering melakukan ANC dapat meminimalisir

kejadian anemia karena pada saat melakukan ANC ibu

hamil telah mendapatkan tablet besi dan KIE tentang

anemia (Ramadhani, 2018).

5. Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Ibu hamil mengalami defisit energi (<70% AKE)

sebesar 53,9% dan ibu hamil yang mengalami defisit ringan

(70-90% AKE) sebesar 13,1%. Untuk kecukupan protein,

ibu hamil yang mengalami defisit protein (<80% AKP )

sebesar 51,9% dan ibu hamil yang mengalami defisit

protein ringan (80-99% AKP) sebesar 18,8%. Asupan

energi dan protein pada ibu hamil yang tidak mencukupi

akan menyebabkan kekurangan energi kronik(KEK)

42
(Kemenkes RI, 2019). Sedangkan ibu hamil yang menderita

KEK berpeluang untuk mengalami anemia (Simbolon,

Dr.Demsa et al., 2018).

Didukung dari beberapa penelitian berikut hasil uji

statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh

nilai P = 0,003 < α = 0.050 artinya ada hubungan antara

KEK dengan kejadian anemia (Larasati, 2018).

Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p value (p < α)

artinya ada hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian

kekurangan energi kronis dengan nilai POR 6,35.

(Erlinawati, 2018). Hasil uji statistik menunjukkan ada

hubungan KEKdengan anemia pada ibu hamil dengan nilai

(p=0,000; PR=13,821; 95% CI 4,738-40,320) (Helliyana,

2018). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0.0002

(p≤0.05) artinya ada Pengaruh Kekurangan Energi Kronis

(KEK) terhadap kejadan anemia pada ibu hamil(Wulandari,

2017). Hasil uji statistik dengan nilai (p: 0,032) artinya ada

hubungan KEK dengan kejadian anemia (Fitriani, 2017)

dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara riwayat anemia (p=0,014) terhadap

kejadian kekurangan energi kronis (KEK) (Dwicahya,

2018).

43
Berbeda dengan hasil penelitian Handayani (2013)

dalam Erlinawati (2018) hasil uji statisticchisquare tidak

terdapatnya hubungan anemia dengan kejadian KEK

dengan nilai Nilai POR 6,35. Hasil penelitian menunjukkan

tingkat kemaknaan> 0,05 bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara status gizi (LILA) dengan anemia pada ibu

hamil (Salmariantity, 2012). Hasil uji statistik

menunjukkannilai p = 1,000. bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara kurang energi kronis dengan

kejadian anemia pada ibu hamil(Wiarsih, 2018). Hasil uji

statistik nilai Pvalue sebesar 0,128 maka nilai Pvalue>0.05

artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

lingkar lengan atas dengan kejadian anemia pada ibu

hamil(Rufaida, 2017).

Menurut Salmariantity (2012) faktor yang

mempengaruhi anemia diantaranya :

1. Umur ibu

Faktor usia merupakan faktor resiko kejadian

anemia pada ibu hamil. Usia seorang ibu berkaitan dengan

alat-alat reproduksi wanita. Usia reproduksi yang sehat dan

aman adalah antara usia 20-35 tahun. Kehamilan pada usia

<20 tahun dan >35 tahun dapat menyebabkan anemia

44
karena pada saat kehamilan usia <20 tahun secara biologis

belum optimal dan emosinya cenderung masih labil,

mentalnya belum matang sehingga lebih mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian

terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait

dengan penurunan daya tahan tubuh dan berbagai penyakit

mudah terjadi pada usia ini (Amirrudin dan Wahyuddin,

2014).

2. Paritas

Menurut Manuaba (1998) dalam Salmariantity

(2012) paritas merupakan salah satu faktor yang penting

mengenai kejadian anemia zat besi ibu hamil. Ibu yang

sering hamil dan melahirkan maka rentan mengalami

anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini

disebabkan karena selama kehamilan ibu hamil

menggunakan cadangan besi yang ada didalam tubuhnya,

jika semakin sering hamil dan melahirkan maka cadangan

zat besi yang didalam tubuh bisa tidak tercukupi. Menurut

(Wiarsih, 2018) ibu dengan paritas yang tinggi bisa

menyebabkan anemia yang terkait dengan keadaan biologis

ibu dan asupan zat besi. Anemia dalam hal ini terkait

dengan kehamilan sebelumnya apabila cadangan zat besi

45
didalam tubuh berkurang maka kehamilan akan menguras

persediaan zat besi didalam tubuh dan bisa menyebabkan

anemia pada kehamilan berikutnya.

3. Konsumsi tablet Fe

Besi merupakan komponen untuk pembentukan

hemoglobin darah yang berfungsi untuk mengangkut

oksigen. Pada ibu hamil kebutuhan besi akan meningkat

seiring dengan meningkatnya volume darah. Besi juga

sangat penting, karena diperlukan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh ibu dan kekebalan janinnya terhadap

penyakit infeksi, dan juga membantu untuk pertumbuhan

dan perkembangan otak janin. Selain untuk kebutuhan ibu

dan janinnya, plasenta juga membutuhkan zat besi karena

melalui plasenta janin memperoleh oksigen dan zat-zat gizi

dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu hamil

umumnya sulit dalam memenuhi kebutuhan zat besinya.

Oleh karena itu, zat besi juga bisa dikonsumsi dalam bentuk

suplemen. Ketika asupan zat besi nyakurang,maka

kebutuhan untuk janin biasanya diperoleh dari tubuh ibu,

akibatnya simpanan zat besi yang ada didalam tubuh ibu

akan dikorbankan,sehingga ibu hamil banyak mengalami

anemia karena kurangnya asupan zat besi. Sedangkan untuk

mencegah terjadinya anemia diharapkan setiap ibu hamil

46
mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

4. Pengetahuan

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil akan meningkat

0,8 mg sehari pada trimester I dan akan meningkat 6,3 mg

sehari pada trimester III . Jumlah zat besi sebanyak itu

tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi

didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang

terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil

sehingga bisa menyebabkan anemia pada ibu hamil. Oleh

karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan mengenai

anemia pada ibu hamil. Peningkatan pengetahuan mengenai

anemia ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan

berdasarkan karakteristiknya supaya materi penyuluhan bisa

diterima oleh semua ibu hamil meskipun karakteristiknya

berbeda. Misalnya, pemberian penyuluhan pada ibu hamil

yang pendidikannya rendah menggunakan cara berbeda

dengan penyuluhan yang dilakukan pada ibu hamil yang

pendidikannya tinggi ( Ramadhani, 2018).

5. Riwayat penyakit Infeksi

Menurut Sulistyoningsih (2011) Secara fisiologis

ibu hamil membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk

47
kandungannya, anemia gizi besi pada ibu hamil dapat

disebabkan karena kecacingan (terutama cacing tambang)

dan malaria. Infeksi cacing tambang menyebabkan

perdarahan pada dinding usus, malaria pada penderita

anemia gizi besi akan memperberat keadaan anemia.

Menurut Tambunan (2011) faktor yang

mempengaruhi anemia antara lain :

1. Pendapatan

Ibu hamil dengan pendapatan keluarga yang rendah

beresiko 10,5 kali mengalami anemia pada saat hamil

dibandingkan dengan pendapatan keluarga yang tinggi.

Status gizi ibu hamil pada saat konsepsi dan melahirkan

ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan status gizi

saat konsepsi juga berdasarkan keadaan status sosial

ekonomi pada saat hamil (Arisman 2007 dalam Tambunan

2011).

2. Kunjungan ANC

Kunjungan ANC menjadi penting untuk ibu hamil

supaya bisa mendapatkan pemeriksaan dan deteksi dini,

penyuluhan kesehatan serta informasi-informasi yang

berhubungan dengan perkembangan kehamilannya,

sehingga ibu hamil yang rutin memeriksakan kehamilannya

48
ke tempat pelayanan kesehatan akan memiliki pengetahuan

yang lebih, salah satunya mengenai anemia dalam

kehamilan dan pencegahannya. Salah satu dalam

pemeriksaan ANC ibu hamil akan mendapatkan tablet besi

sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Maka dari itu, ibu

hamil yang sering melakukan ANC dapat meminimalisir

kejadian anemia karena pada saat melakukan ANC ibu

hamil telah mendapatkan tablet besi dan KIE tentang

anemia (Ramadhani, 2018).

3. Usia Kehamilan

Ibu hamil pada usia kehamilan trimester III

memiliki resiko anemia lebih tinggi dibandingkan dengan

ibu hamil pada trimester I dan II. Begitu juga pada ibu

hamil trimester II memiliki resiko anemia lebih tinggi

dibandingkan trimester I. Perbedaan proporsi ini bermakna

secara statistik. Pada ibu hamil trimester I mengalami

anemia sebesar 0,2 kali sedangkan ibu hamil trimester III

beresiko anemia sebesar 4,3 kali (Tambunan, 2011). Hal ini

terjadi karena adanya hemodilusi (pengenceran) darah pada

trimester II yang bisa menyebabkan anemia. Jika hal ini

tidak segera diatasi maka akan mempengaruhi kadar Hb

pada trimester berikutnya. Semakin bertambahnya usia

49
kehamilan maka semakin bertambahnya perkembangan

janin, sehingga yang harus dialiri oleh darah menjadi lebih

banyak. Oleh karena itu kebutuhan zat besi pada ibu hamil

akan meningkat. Sehingga semakin tua usia kehamilan

mempunyai resiko ibu hamil mengalami anemia semakin

besar (Syafiq, dkk 2008). Seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan maka kebutuhan zat besi juga semakin

meningkat dan jika asupan zat besi tidak seimbang sesuai

dengan kebutuhannya maka akan terjadi kekurangan zat

besi sehingga bisa menyebabkan anemia (Lila 1992 dalam

Salmariantity 2012).

4. Konsumsi Fe

Besi merupakan komponen untuk pembentukan

hemoglobin darah yang berfungsi untuk mengangkut

oksigen. Pada ibu hamil kebutuhan besi akan meningkat

seiring dengan meningkatnya volume darah. Besi juga

sangat penting, karena diperlukan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh ibu dan kekebalan janinnya terhadap

penyakit infeksi, dan juga membantu untuk pertumbuhan

dan perkembangan otak janin. Selain untuk kebutuhan ibu

dan janinnya, plasenta juga membutuhkan zat besi karena

melalui plasenta janin memperoleh oksigen dan zat-zat gizi

dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Ibu hamil

50
umumnya sulit dalam memenuhi kebutuhan zat besinya.

Oleh karena itu, zat besi juga bisa dikonsumsi dalam bentuk

suplemen. Ketika asupan zat besi nyakurang,maka

kebutuhan untuk janin biasanya diperoleh dari tubuh ibu,

akibatnya simpanan zat besi yang ada didalam tubuh ibu

akan dikorbankan,sehingga ibu hamil banyak mengalami

anemia karena kurangnya asupan zat besi. Sedangkan untuk

mencegah terjadinya anemia diharapkan setiap ibu hamil

mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet

selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

2.2.9. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil


Pencegahan anemia defisiensi besi pada kehamilan

ialah dengan mengkonsumsi suplementasi zat besi (ferro

sulfat peroral 325 mg sekali/hari) biasanya diberikan secara

rutin pada ibu hamil untuk mencegah kekurangan simpanan

zat besi dalam tubuh dan mencegah anemia yang mungkin

timbul dari perdarahan abnormal atau kehamilan

selanjutnya. Pada anemia defisiensi folat pencegahannya

ibu hamil diberikan folat sebanyak 0,4 mg sekali/hari. Ibu

hamil yang memiliki janin dengan spina bifida harus

minum folat 4,0 mg sekali/hari sebelum konsepsi. Jadi

secara umum pencegahan anemia kehamilan dengan

memenuhi nutrisi yang baik. Dengan cara memakan

51
makanan yang tinggi zat besi (seperti sayuran hijau, daging

merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat

membantu tubuh bisa menjaga pasokan besi yang

diperlukan supaya berfungsi dengan baik. Dengan

pemberian vitamin untuk bisa memastikan bahwa tubuh

memiliki cukup asam besi dan folat. Dan pada ibu hamil

supaya harus rutin memeriksakan kandungannya pada

kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia,

jika terjadinya anemia selama kehamilan biasanya diobati

dengan suplemen zat besi setidaknya mendapat 27 mg zat

besi setiap harinya ( Proverawati,2018).

2.3. Kekurangan Energi Kronik (KEK)

2.3.1. Definisi KEK


Dikatakan kekurangan energi kronik ( KEK ) pada ibu

hamil jika sebelum kehamilan mengalami kekurangan energi

dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan pada ibu hamil

memerlukan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

yang tidak hamil (Dwicahya, 2018).

Jadi dapat disimpulkan bahwa KEK merupakan keadaan

dimana ibu hamil mengalami kekurangan kalori dan protein

(malnutrisi) yang dapat berlangsung menahun (kronis)yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur (WUS)

52
dan pada ibu hamil sehingga akan menyebabkan bentuk tubuh

yang kurus dan pendek (stunting) (Simbolon, dkk 2018).

2.3.2. Penentuan Status KEK


Indikator untuk menentukan status KEK pada Wanita Usia

Subuh (WUS) 15-24 tahun ialah dengan mengukur Lingkar Lengan

Atas (LILA). WUS yang beresiko mengalami KEK jika hasil

pengukuran LILA sama dengan atau kurang dari 23,5 cm atau

dibagian merah pita LILA, apabila hasil pengukuran LILA lebih

dari 23,5 cm maka WUS tersebut tidak beresiko menderita

Kekurangan Energi Kronik (KEK) (Simbolon, dkk 2018).

Pengukuran LILA dapat melihat perubahan secara paralel

dalam masa otot sehingga digunakan untuk mendiagnosis

kekurangan gizi. LILA yang kurang dari 23,5 cm menggambarkan

IMT yang rendah. Ibu hamil yang mengalami KEK biasanya pada

saat sebelum hamil status gizinya kurang sehingga selama hamil

harus menambah berat badan yang lebih besar. Semakin rendah

IMT sebelum hamil maka semakin rendah berat lahir bayi sehingga

bisa menyebabkan resiko berat bayi lahir rendah (BBLR)

(Helliyana, 2018).

Tujuan pengukuran LILA ( Fitri 2016 dalam Helliyana 2018 )

adalah :

53
1. Untuk mengetahui resiko terjadinya KEK pada wanita usia subur

dan ibu hamil supaya terhindar dari resiko melahirkan BBLR.

2. Untuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat dalam

upaya mencegah dan menanggulangi KEK

3. Untuk mengembangkan gagasan baru dalam masyarakat dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

4. Untuk meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya

perbaikan gizi WUS yang mengalami KEK

5. Untuk mengarahkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil yang

mengalami KEK.

2.3.3. Penyebab KEK


Menurut (Simbolon, dkk 2018) Penyebab KEK pada ibu

hamil dibagi menjadi 2, yaitu penyebab langsung dan penyebab

tidak langsung diantaranya:

1. Penyebab langsung

Ibu hamil yang mengalami KEK adalah ibu yang

mengkonsumsi zat gizi yang tidak cukup dan mempunyai

penyakit.Menurut (Supariasa,dkk. 2002 dalam Fitrianingtyas

2018) penyakit infeksi bisa menjadi awal terjadinya

kekurangan gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan,

adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau

peningkatan kebutuhan zat gizi karena adanya penyakit.

Kaitannya penyakit infeksi dengan keadaan gizi yang kurang

54
merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab

akibat. Penyakit infeksi bisa memperburuk keadaan gizi dalam

tubuh dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah

terjadinya penyakit infeksi. Penyakit yang umumnya terjadi

mengenai masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, campak

dan batuk rejan. Menurut (Soetjiningsih, 1995:131) hampir

semua penyakit infeksi berat yang diderita pada saat hamil

dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau Berat Badan

Lahir Rendah.

2. Penyebab tidak langsung

Persediaan makanan yang tidak cukup akibat status sosial

ekonomi, pola asuh yang tidak memadai dan kesehatan

lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai.

Semua faktor langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi

oleh kurangnya pemberdayaan ibu hamil, keluarga dan sumber

daya manusia sebagai masalah utama, sedangkan masalah

dasar ialah ekonomi yang rendah dan faktor budaya di

masyarakat mengenai makanan.

Faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik

(KEK) menurut Dewi,dkk (2019) adalah :

1. Status ekonomi

Status ekonomi merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas dalam memilih makanan. Jika

55
berpendapatannya rendah, sebanyak 60%-80% dari

pendapatan real-nya dibelanjakan untuk kebutuhan

makanan.artinya, pendapatan 70-80% energi dipenuhi oleh

karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20%

dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti lemak dan

protein. Pendapatan yang lebih banyak akan menyebabkan

semakin besarnya total pengeluaran termasuk pengeluaran

untuk kebutuhan pangan (Susilawati, 2019).

Ekonomi juga menjadi faktor penentu dalam

kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang

cukup dapat memeriksakan kandungannya secara rutin,

melakukan persalinan ditenaga kesehatan dan melakukan

persiapan lainnya untuk kehamilannya dengan baik.

Dengan adanya perencanaan dan perlakuan yang baik sejak

awal kehamilan, dan proses persalinan pun dapat berjalan

dengan baik. Sedangkan dalam keluarga jika status

ekonominya rendah memiliki ketidakmampuan dalam

membeli bahan makanan, dan memiliki keterbatasan dalam

memenuhi ketersediaan pangan. Sehingga jika hal ini

terjadi maka ibu akan mengalami kekurangan gizi dan jika

terus berlanjut maka ibu akan mengalami KEK (Susilawati,

2019).

2. Tingkat pendidikan

56
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dapat

dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap makanan

dan praktek-praktek pengetahuan tentang nutrisi dalam

melandasi pemilihan makanan. Pendidikan seringkali

mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan

dalam pemilihan konsumsi makanan dalam keluarga.

Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat

pendidikan ibu tinggi maka pengetahuan nutrisi dan

praktik nutrisi akan baik. Usaha dalam memilih makanan

yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu dengan

pendidikan yang tinggi akan memilih makanan yang lebih

bergizi daripada makanan yang kurang bergizi yang bisa

menyebabkan KEK (Mulyono Joyomartono, 2004:98).

3. Usia

Semakin usia ibu hamil muda (<20 tahun) dan

semakin usia ibu hamil tua (>35 tahun) maka akan

berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.

Usia ibu hamil yang muda memerlukan tambahan gizi

yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangan ibunya, digunakan juga untuk

57
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya.

Sedangkan usia ibu hamil yang tua memerlukan energi

yang besar karena fungsi organ tubuh yang melemah dan

diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan

tambahan energi yang cukup untuk kehamilannya.

Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun

dan kurang dari 35 tahun (Zahidatul Rizka, 2017).

Kehamilan pada usia <20 tahun dapat menyebabkan

terjadinya kompetisi makanan antara ibu dan janin yang

dikandungnya yang masih sama-sama dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan dan adanya pertumbuhan

hormonal yang terjadi selama kehamilan sehingga hal ini

akan terjadi kompetisi zat makanan antara ibu dan janin

yang dikandungnya sehingga dapat memicu terjadinya

KEK. Sedangkan ibu hamil yang usianya >35 tahun

cenderung mengalami KEK karena disebabkan adanya

pengaruh menurunnya cadangan zat gizi dalam tubuh

akibat masa fertilisasi. Pada usia >35 tahun sistem organ

reproduksi dalam tubuh tidak dapat berfungsi secara

sempurna sehingga terjadi masalah dalam absorbsi zat-zat

makanan yang dapat memicu terjadinya KEK (Susilawati,

2019).

58
4. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat (<2 tahun) akan

merugikan kesehatan ibu dan akan menyebabkan kualitas

janin yang rendah. Jarak kehamilan yang terlalu dekat

tidak mempunyai kesempatan untuk memperbaiki dan

memulihkan keadaan tubuh ibu,sedangkan ibu

memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan

keadaan setelah melahirkan anaknya. Disisi lain, ibu juga

masih dalam keadaan menyusui dan harus memenuhi

kebutuhan gizi selama menyusui, dimana dalam keadaan

menyusui ibu membutuhkan tambahan kalori setiap hari

untuk memenuhi gizinya dan juga untuk produksi ASI-

nya, jika ibu masih dalam keadaan seperti ini tetapi hamil

lagi maka akan menimbulkan masalah gizi pada ibu dan

juga janin yang dikandungnya. Kehamilan berulang dalam

waktu dekat akan menguras lemak, protein,

glukosa,vitamin, mineral, dan asam folat sehingga

menyebabkan penurunan proses metabolisme tubuh,

kemudian tubuh akan melakukan proses katabolisme

sehingga cadangan makanan dalam tubuh digunakan dan

akan menyebabkan tubuh mengalami kekurangan energi.

Apabila dalam keadaan ini terjadi maka memiliki resiko

mengalami KEK (Nugraha,dkk 2019).

59
5. Jumlah paritas

Paritas adalah jumlah seorang ibu yang telah

melahirkan baik hidup maupun meninggal. Dalam hal ini

ibu dikatakan terlalu sering melhirkan lebih dari 3 kali.

Manfaat riwayat obstretik ialah membantu menentukan

besaran kebutuhan zat gizi karena terlalu sering hamil dan

melahirkan dapat menguras cadangan zat gizi dalam tubuh,

sehingga ibu akan mengalami kekurangan gizi sehingga

bisa menyebabkan resiko mengalami KEK

(Arisman,2004:8).

6. Kunjungan ANC

Menurut (SjahmieMoehji, 2003:23) seorang ibu

harus melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan untuk

memantau status gizi ibu hamil. Dalam kehamilan,

pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan

teliti, jangan sampai ibu hamil menjadi terlalu gemuk

untuk menghindarkan kesulitan saat proses persalinan.

Bahkan jangan sampai terlalu kurus karena dapat

membahayakan keselamatan ibu dan janin yang

dikandungnya, karena kalau terlalu kurus ibu dan bayinya

akan mengalami kekurangan gizi dan bisa menyebabkan

resiko mengalami KEK. Adapun pemeriksaan kehamilan

dilakukan minimanl 4 kali, yaitu :

60
1) Pada trimester I dilakukan 1 kali

2) Pada trimester II dilakukan 1 kali

3) Pada trimester III dilakukan 2 kali

2.3.4. Dampak KEK Pada Ibu Hamil


Menurut DemsaSimbolon,dkk 2018, Ibu hamil yang

mengalamai KEK akan berdampak pada kesehatan dan

keselamatan ibu, bayi dan proses persalinan,daiantaranya :

1. Bagi Ibu

Ibu hamil beresiko dan mengalami komplikasi seperti

anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal

sesuai dengan usia kehamilannya, dan bahkan bisa terkena

penyakit infeksi dan bisa menyebabkan sampai kematian ibu.

2. Bagi Janin

Ibu hamil yang mengalami KEK akan mengalami gangguan

pertumbuhan pada janinnya dan bahkan bisa menyebabkan

keguguran,abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, asfiksia intra partum, dan berat badan lahir rendah

(BBLR).

3. Bagi Anak

Akibat dari KEK bisa mengganggu tumbuh kembang anak

yaitu gangguan pertumbuhan fisik (stunting), otak dan

61
metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak menular di usia

dewasa.

4. Proses Persalinan

Ibu hamil yang mengalami KEK akan beresiko

menyebabkan turunnya kekuatan otot yang membantu proses

persalinan sehingga beresiko mengalami persalinan yang sulit dan

lama, persalinan premature/ sebelum waktunya, perdarahan

postpartum, serta meningkatkan persalinan dengan tindakan

operasi SC.

2.3.5 Pencegahan KEK Pada Ibu Hamil


Menurut (Simbolon,dkk 2018) upaya-upaya yang dilakukan

untuk mencegah terjadinya KEK pada ibu hamil, diantaranya :

1. Untuk menghindari terjadinya KEK ibu hamil harus mengonsumsi

makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang

dimakan ) dan secara kualitas ( variasi makanan dan zat gizi yang

sesuai dengan kebutuhan ) dan suplementasi zat gizi yang harus

dikonsumsi ibu hamil seperti tablet tambah darah (berisi zat besi

dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A,vitamin D, dan iodium.

Untuk mencegah terjadinya anemia diharapkan setiap ibu hamil

mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama

kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

62
2. Pengaturan jarak kelahiran jangan terlalu dekat, pengobatan

penyakit penyerta seperti kecacingan, penyakit malaria, HIV dan

TBC.

3. Ibu hamil harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) yaitu selalu menggunakan air bersih, cuci tangan dengan

air bersih dengan menggunakan sabun, menggunakan jamban yang

sehat, memberantas jentik seminggu sekali, memakan buah dan

sayuran setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, hindari

merokok, persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan, memberikan

ASI ekslusif dan melakukan pemeriksaan balita setiap bulan yaitu

upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya KEK pada

Wanita Usia Subur (WUS), Calon Pengantin (Catin) dan ibu hamil.

4. Segera mengatasi jika mengalami masalah kesehatan yang timbul

pada WUS, Calon Pengantin, dan ibu hamil KEK.

5. Selalu melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu ANC terpadu di

pelayanan kesehatan primer (puskesmas) oleh tenaga kesehatan.

Pelayanan ANC mengenai gizi yang wajib dilakukan yaitu :

 Penimbangan berat badan untuk mengetahui peningkatan berat

badan ibu secara normal sesuai usia kehamilannya atau tidak

 Pengukuran tinggi badan

 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk mengetahui

ibu mengalami KEK atau tidak

 Pemberian tablet tambah darah ( tablet fe)

63
 Penyuluhan dan konseling gizi

2.4. Data Sekunder

Menurut Sumantri (2011) data sekunder dikaitkan dengan

sumber dokumen tidak langsung yang menjelaskan tentang suatu

gejala. Subjek adalah salah satunya sumber sekunder sebagai

sumber bergerak yang memberikan keterangan mendalam terkait

masalah yang akan diteliti. Data sekunder juga merupakan data

yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan mengumpulkan

datanya. Data sekunder dalam penelitian ini ialah data yang

diambil dari buku rekam medik responden yang didapatkan dari

puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung.

Dalam mencari data sekunder diperlukan adanya strategi

sistematis supaya data yang didapatkan sesuai dengan masalah

yang akan diteliti. Tahapan strategi pencarian data sekunder

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Kebutuhan

Mengidentifikasi kebutuhan harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum proses pencarian data sekunder, yang dilakukan

dengan cara membuat pertanyaan :

a. Apakah memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan

masalah yang akan diteliti?

64
b. Data sekunder seperti apa yang dibutuhkan? Identifikasi

data sekunder yang dibutuhkan akan membantu

mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu

serta biaya

2. Memilih Metode Pencarian

Dalam memilih metode pencarian data sekunder berperan

saat menentukan dilakukan secara manual atau secara online.

Apabila dilakukan secara online, maka perlu menentukan tipe

strategi pencarian; kemudian memilih layanan penyedia

informasi atau database yang cocok mengenai masalah yang

diteliti. Apabila dilakukan secara manual, maka perlu

menentukan strategi pencarian dengan cara menspesifikasi

lokasi data yang potensial, yaitu: lokasi internal atau lokasi

eksternal.

3. Menyaring dan Mengumpulkan Data

Penyaringan dilakukan supaya hanya mendapatkan data

sekunder yang sesuai, sedangkan yang tidak sesuai bisa

diabaikan. Setelah proses ini selesai, maka selanjutnya

dilakukan pengumpulan data.

4. Evaluasi Data

Data yang sudah terkumpul harus dievaluasi mengenai

kualitas dan kecukupan data. Apabila peneliti merasa bahwa

kualitas datanya dirasakan baik dan jumlah datanya dinyatakan

65
cukup, maka data tersebut dapat digunakan untuk menjawab

masalah yang akan diteliti.

5. Menggunakan Data

Tahap terakhir ialah menggunakan data tersebut untuk

menjawab masalah yang akan diteliti. Apabila data bisa

digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan,

tindakan selanjutnya ialah menyelesaikan penelitian tersebut.

Apabila data tidak dapat digunakan untuk menjawab masalah,

maka pencarian data sekunder harus dilakukan ulang dengan

menggunakan strategi yang sama (Sumantri, 2011).

66
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode

penelitian korelasi dengan melakukan pendekatan Cross-sectional.

Penelitian korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan kekurangan energi

kronik (KEK) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Metode penelitian

dengan menggunakan Cross-sectional adalah penelitian yang melakukan

pengumpulan datanya hanya pada satu titik waktu atau fenomena yang

diteliti hanya selama satu periode pengumpulan data ( Swarjana, 2015).

3.2. Kerangka Pemikiran

Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Kekurangan Energi Kronik


(KEK) dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Faktor yang mempengaruhi


anemia pada ibu hamil

Faktor yang Usia Ibu


usia kehamilan
Mempengaruhi
Riwayat
KEK: Penyakit jarak
Jarak Kehamilan kehamilan

Anemi
Jumlah Paritas KEK

Kunjungan ANC kepatuhan


mengonsumsi
tablet Fe
Fasilitas
Kesehatan 67
Keteraturan
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
ANC
Sumber : [ CITATION Sim18 \l 1057 ] dan (Ramadhani, 2018)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Riwayat usia kehamilan
Penyakit

Bumil trimester 1

Puskesmas KEK Kejadian Anemia


Margahayu

Variabel independen Variabel dependen

68
Faktor yang memengaruhi
1. A
2. B
3. C

Bumil trimester 3 Tingkat Kecemasan


Puskesmas Normal : 0-7
kecemasan Ringan : 8-11
Margahayu
Sedang : 12-15
Berat : 16-18
Sangat Berat : > 19

Tingkat Kecemasan
Normal : 0-7
Ringan : 8-11
Sedang : 12-15
kecemasan Berat : 16-18
Bumil trimester 3 Sangat Berat : > 19
Puskesmas Margahayu

Faktor yg
Persentase faktor
memengaruhi
yang memengaruhi
A
B
C

69
3.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan hasil yang diharapkan atau hasil yang perlu

diantisipasi dari sebuah penelitian yang merupakan jawaban sementara

dari rumusan masalah dan kebenarannya perlu diuji lagi melalui hipotesis

atau uji statistik ( Swarjana, 2015).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha / H1 : Terdapat hubungan antara KEK dengan kejadian anemia

pada ibu hamil

2. Ho : Tidak terdapat hubungan antara KEK dengan kejadian anemia

pada ibu hamil

3.4. Populasi, Sampel dan Sampling

3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang berada diwilayah

yang akan diteliti, satu populasi harus mempunyai kualitas dan

karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti yang akan

dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan untuk dilakukan penelitian

(Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil yang melakukan kunjungan ke wilayah kerja Puskesmas

Margahayu Raya. Diambil dari data sekunder yaitu dari bulan

September 2019-Maret 2020 dari Puskesmas Margahayu Raya

Kota Bandung sebanyak 142 ibu hamil yang didapatkan dari data

sekunder yang datanya sudah lengkap.

70
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan subjek

yang diteliti dan mewakili seluruh populasi untuk menjadikan

objek penelitian ( Notoadmojo, 2005). Pengambilan sampel pada

penelitian ini keseluruhan ibu hamil yang melakukan

kunjungannya ke wilayah kerja puskesmas Margahayu Raya yang

didapatkan dari data sekunder yaitu dari data laporan Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung bulan September 2019-Maret

2020 yang datanya sudah lengkap. Kemudian diambil secara acak

dengan melakukan pengundian.Dalam penentuan sample, dapat

dihitung menggunakan rumusSlovin (Notoatmodjo, 2010) :

n= N

1+(N x d²)

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Dalam penelitian ini,besarpopulasinya adalah 142 ibu

hamil.

d = Derajat ketetapan yang diinginkan0,05 (5%)

71
n= 142

1+ (142 x 0,05²)

n= 104,79

n= 105

Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas,

denganderajat ketetapan yang diinginkan 0,05 (5%) didapatkan

besar sampel sebesar 105 ibu hamil.

3.4.3. Sampling
Sampling adalah strategi atau teknik yang digunakan untuk

memilih bagian dari populasi untuk diteliti ( Dattalo,2008).

a. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik simplerandom sampling.

1.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas ( Independent Variable )

Variabel independent adalah variabel yang menyebabkan

adanya perubahan pada variabel lain atau disebut juga variabel

penyebab yang menyebabkan adanya perubahan. Akibat adanya

perubahan yang akan ditimbulkannya, maka variabel ini disebut

sebagai variabel bebas ( Swarjana, 2015). Dalam penelitian ini

72
yang termasuk variabel independen adalah ibu hamil yang

mengalami kekurangan energi kronik (KEK). KEK diukur dengan

mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) yang didapatkan dari data

sekunder yaitu data yang diambil dari buku rekam medik

responden, dikategorikan menjadi:

1 = KEK, apabila hasil pengukuran LILA sama dengan atau

≤23,5cm

2= Normal, apabila hasil pengukuran >23,5cm

2. Variabel Terikat (DependentVariable )

Variabel dependent adalah variabel yang mengalami perubahan

sebagai akibat dari variabel bebas, maka variabel dependen dikenal

sebagai variabel terikat atau variabel tergantung ( Swarjana, 2015).

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel dependent adalah ibu

hamil yang mengalami anemia. Anemia diukur dengan mengukur

kadar Hb dengan menggunakan pemeriksaan darah di laboratorium

seluruh ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung dilakukan pemeriksaan Hb pada

trimester I dan menjelang persalinan, data Hb dalam penelitian ini

didapatkan dari data sekunder yaitu data yang diambil dari buku

rekam medik responden, dikategorikan menjadi:

1 = Anemia, jika kadar Hb sama dengan atau ≤11 gr/dl

73
2 = Normal, jika kadar Hb >11 g/dl

3.6.Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah abstraksi, variabel yang

dijadikan pedoman dalam penelitian yang dapat diungkapkan

dengan kata-kata sehingga akan memudahkan untuk memahaminya

( Russel, 2000). Untuk bisa memahami dan untuk memudahkan

dalam menjabarkan banyak teori dalam penelitian ini, maka akan

ditentukan beberapa definisi konseptual yang berhubungan dengan

yang diteliti, diantaranya :

3.1.1. Anemia
Menurut KEMENKES RI menjelaskan bahwa anemia

defisiensi besi pada ibu hamil ialah kondisi dimana jumlah sel

darah merah atau kapasitas yang membawa oksigen ≤11 gr/dl yang

akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin saat

kehamilan maupun setelahnya yang dapat meningkatkan resiko

kelahiran prematur, kematian ibu dan anak, dan penyakit infeksi

(Kemenkes RI, 2019).

3.6.2. Kekurangan Energi Kronik (KEK)


KEK merupakan keadaan ibu hamil yang mengalami

kekurangan kalori dan protein (malnutrisi) yang dapat berlangsung

menahun (kronis)yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil sehingga akan

74
menyebabkan bentuk tubuh yang kurus dan pendek (stunting)

(Simbolon, dkk 2018).

KEK merupakan keadaan ibu hamil yang mengalami

kekurangan kalori dan malnutrisi yang berlangsung lama ( > 3

bulan). KEK yang terjadi pada bumil akan berdampak adanya

penurunan tumbuh kembang bayi sehingga bisa menimbulkan

stunting. (Simbolon, et al, 2018).

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah definisi dari variabel

berdasarkan konsep teori tetapi bersifat operasional, supaya

variabel dapat diukur atau bahkan bisa diuji oleh peneliti maupun

peneliti lain. Pada umumnya, definisi operasional dibuat secara

naratif, ada juga yang membuat dalam bentuk tabel. Dalam

praktiknya, ada peneliti yang membuat definisi operasional secara

naratif dan ada yang dalam bentuk kolom bahkan ada yang

menggabungkan naratif dan kolom ( Swarjana, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


. Penelitian Operasional Ukur Ukur
Variabel
Independent
1. KEK Suatu keadaan Rekam 1.KEK,hasil Nominal
status gizi ibu Medik pengukuran LILA
kurang sama dengan atau
ditandai ≤23,5cm

75
dengan
lingkar 2.Normal,hasil
lengan atas
ibu saat hamil pengukuran LILA
≤23,5 cm yang
>23,5cm(Simbolon,
diukur dengan
pita pengukur dkk 2018)
lingkar
lengan atas.

Variabel
Dependent
2. Anemia Suatu keadaan Rekam 1.Anemia sama Nominal
kadar Medik dengan atau (≤11
Hemoglobin gr/dl)
dalam darah
2.Normal (>11
≤11 gr/dl. gr/dl)

(Riskesdas 2013)

3.8.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Margahayu Raya

Kota Bandung. Alasan mengambil tempat ini karena puskesmas

Margahayu Raya diketahui memiliki prevalensi ibu hamil KEK yang

tertinggi di puskesmas Kota Bandung yaitu peringkat ke-1 pada bulan

Desember 2019.

3.9. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2020 selama 3 minggu.

76
3.10. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik responden.

Data yang diambil dari rekam medik pasien berupa identitas diri, jarak

kehamilan, usia kehamilan, usia ibu, paritas, kunjungan ANC, pemberian

Fe, Riwayat penyakit ( Malaria, Kecacingan, dan TB ), fasilitas kesehatan,

KEKdikategorikan menjadi: Normal, apabila hasil pengukuran >23,5cm dan

KEK, apabila hasil pengukuran LILA sama dengan atau ≤23,5cm ) dan

anemia dikategorikan menjadi: Normal, jika kadar Hb >11 g/dl dan Anemia

jika kadar Hb sama dengan atau ≤11 gr/dl ).

3.11. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan

karakteristik subyek dan proses pendekatan kepada subyek yang akan

diperlukan dalam penelitian ( Nursalam, 2008). Prosedur

pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Menentukan masalah yang akan di ambil untuk judul

penelitian, menyusun proposal, meminta data ke Dinkes Kota

Bandung mengenai prevalensi KEK dan anemia pada ibu hamil,

melakukan studi pendahuluan kepada puskesmas MR kota

bandung, melakukan ujian seminar proposal, menentukan

77
instrumen yang akan digunakan, permohonan izin penelitian di

Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung melalui Dinkes Prop

Jabar.

2. Tahap Pelaksanaan

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti meminta data pasien

dari rekam medik yang ada di puskesmas Margahayu Raya Kota

Bandung, kemudian memisahkan data pasien yang datanya

lengkap, lalu dilakukan pengocokan/undian untuk menentukan

responden. Setelah itu data responden yang terpilih dimasukkan ke

dalam Ms.Excel untuk dilakukan coding.

3. Tahap Akhir

Data yang telah diperoleh melalui rekam medik akan diolah

oleh peneliti dengan menggunakan SPSS. Kemudian menyusun

laporan akhir dan hasil penelitian.

3.11.1. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Penyajian

Data

1) Teknik Pengumpulan Data

78
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meggunakan

data sekunder yaitu data diambil dari rekam medik pasien yang ada

di puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung.

2) Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah

menggunakan perangkat lunak program komputerisasi yaitu SPSS

untuk melakukan pengolahan data, daiantaranya(Ramadhani, 2018)

a. Editing adalah langkah yang dilakukan sebelum proses pemasukan

data yaitu dengan memeriksa data sekunder yang didapatkan dari

rekam medik responden. Data yang sudah terkumpul perlu dibaca

sekali lagi, jika terdapat hal-hal yang salah dan masih meragukan

maka ditanyakan lagi kepada pihak puskesmas supaya mengisi

secara lengkap untuk memperbaiki kualitas data dan

menghilangkan keraguan data.

b. Coding adalah memberikan kode pada setiap nama responden yang

akan diundi sesuai dengan urutan nomor responden supaya

mempermudah dalam pengolahan data selanjutnya.

coding :

a) Usia Ibu

79
Beresiko , diberi kode 1 , diberi kode 1

Tidak beresiko, diberi kode 2, diberi kode 0

b) Jarak Kehamilan

1. >2 tahun

2. <2 tahun

c) Usia Kehamilan

1. Trimester I

2. Trimester II

3. Trimester III

d) Paritas

1. Nullipara

2. Primipara

3. Multipara

4. Grandemultipara

e) Kunjungan ANC

1. Rutin

2. Tidak rutin

f) Pemberian Fe

1. Rutin

2. Tidak rutin

g) Riwayat Penyakit

1. Tidak ada

80
2. Ada

h) Fasilitas Kesehatan

1. Puskesmas

2. Non-puskesmas

i) Anemia

1. Anemia

2. Normal

j) KEK

1. KEK

2. Normal

c. Tabullating adalah pengelompokkan data sesuai dengan tujuan

penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang sudah

ditentukan berdasarkan masing-masing data variabel, tujuannya

untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa data yang telah

diperoleh.

d. Data Entry yadalah proses memasukkan data sesuai kode setiap

nama responden yang sesuai dengan urutan nomer responden ke

dalam pengolahan data yang telah diperoleh dengan menggunakan

program komputerisasi atau SPSS untuk menghindari

kemungkinan missing data. Oleh karena itu, setiap data perlu

dilakukan validasi untuk mengantisipasi ada data yang terlewatkan.

81
e. Cleaning data adalah melakukan pengecekan data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer lalu dilihat apakah terdapat

kesalahan atau tidak dengan cara mengetahui apakah ada data yang

hilang, variasi dan konsistensi data.

f. Scoring adalah memberikan nilai pada setiap pengelompokan data

yang sesuai dengan masing-masing variabel. Data yang sudah

terkumpul dari buku rekam medik lalu diberikan skor sesuai

dengan variabel untuk memudahkan dalam pengolahan data.

KEK bila LILA >23,5

Normal atau non KEK bila LILA <23,5

3) Teknik Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan yang dilakukan dalam

pembuatan laporan dari hasil penelitian yang dilakukan supaya

laporan bisa dipahami dan dianalisis agar sesuai dengan tujuan

yang diinginkan, kemudian ditarik kesimpulan untuk

menggambarkan hasil penelitian ( Suyanto,2005 ). Data mengenai

kekurangan energi kronik (KEK) dan data mengenai anemia ibu

hamil akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram batang, grafik

titik serta dilengkapi dengan deskripsi.

3.12. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa data yang dilakukan

pada semua variabel penelitian dengan tahapan analisa data sebagai

berikut :

82
1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan atau menjelaskan masing-masing variabel bebas

atau pada setiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini

menghasilkan distribusi frekuensi berupa proporsi atau presentase

(%) dari masing-masing variabel dependen dan variabel

independen. Data yang sudah tersedia diinput ke program analisis

yaitu SPSS. Data dicoding terlebih dahulu sesuai dengan

kebutuhan penelitian, kemudian data yang sudah dianalisis

disajikan dalam bentuk tabel. Hasil dari tabel tersebut kemudian

dijelaskan dalam bentuk narasi (Helliyana, 2018).

Rumus distribusi frekuensi menurut (Notoatmodjo,2010) :

P= f x 100%

Keterangan :

P = Proporsi

f = Frekuensi kategori

n = Jumlah sample

Setelah dipresentasekan maka data yang sudah diperoleh

kemudian dibuat menjadi distribusi frekuensi sebagai berikut

(Arikunto,2010) :

83
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Interpretasi data hasil penelitian

Presentase Kategori
0% Tidak satu pun
1%-30% Sebagian kecil
30%-49% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51%-80% Sebagian besar
81%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya

2. Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan

diketahui berupa karakteristik atau distribusi dari tiap variabel dan

bisa dilanjutkan untuk menganalisis bivariat. Analisis bivariat yang

digunakan untuk mengetahui terhadap 2 variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat ini dilakukan

beberapa tahap, yaitu :

1) Analisis proporsi atau presentase (%) yaitu

membandingkan distribusi silang antara 2 variabel yang

bersangkutan.

2) Analisis dari hasil uji statistik dengan menggunakan chi-

square karena ingin menentukan hubungan masing-masing

dari pengaruh variabel tergantung dan variabel bebas dan

untuk mengukur kuatnya hubungan antar variabel yaitu

dengan melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan

84
batas kemaknaan sebesar 5%. Menurut (Daniel,2010)

rumus chi-square sebagai berikut :

ꭓ² = n (d – b)²

( a + b ) ( c + d ) ( a + c) ( b + d )

Keterangan :

a = exposure positif dan effect positif

b = exposure positif dan effect negatif

c = exposure negatif dan effect positif

d = exposure negatif dan effectnegatif

n = total sampel

3) Hasil uji statistik ini akan disimpulkan adanya hubungan 2

variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil

uji statistik ini bisa terjadi antara 2 variabel tersebut secara

presentase ada hubungan tetapi secara statistik tidak

terdapat hubungan yang bermakna. Kesimpulan tingkat

kemaknaan secara statistik dilakukan apabila hasil sebagai

berikut :

a. Jika Nilai p ≤0,05 artinya ada hubungan yang bermakna

antara variabel kejadian KEK dan variabel anemia

b. Jika Nilai p >0,05 artinya tidak terdapat yang bermakna

antara variabel kejadian KEK dan variabel anemia

p-value ( p≤0,05)

85
3.13. Etika Penelitian

Banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan

dalam melakukan penelitian, diantaranya : tidak hanya metode,

desain, dan aspek lainnya, tetapi ada hal yang sangat penting yang

harus diperhatikan bagi peneliti yaitu “EthicalPrinciples”. Berikut

ini dijelaskan mengenai prinsip-prinsip etika dalam penelitian

(Politand Beck, 2003), yaitu :

1) Menghormati otonomi kapasitas dari partisipan penelitian,

partisipan harus bebas dari konsekuensi negatif akibat

penelitian yang telah diikutinya.

2) Mencegah dan meminimalisir hal yang berbahaya.

3) Peneliti tidak hanya menghormati partisipan, tetapi juga

menghormati keluarganya dan kerabat partisipan lainnya.

4) Memastikan bahwa manfaat dan beban dalam penelitian

didistribusikan secara merata.

5) Melindungi privacy partisipan semaksimal mungkin.

6) Memastikan integritas proses penelitian.

7) Membuat laporan menganai hal-hal yang bersifat

tersangka,dugaan, atau insiden pelanggaran ilmiah yang

diketahui dalam penelitian.

86
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isi dari bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan pembahasan penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap ibu hamil yang telah melakukan

kunjungannya dari mulai bulan September 2019-Maret 2020 di Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2020.

Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 105 ibu hamil. Penyajian data terdiri

atas karakteristik responden, gambaran kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil,

dan hubungan antara KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan

hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan, kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi analisa univariat dan analisa bivariat sebagai berikut :

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Karakteristik RespondenFaktor KEK(n=105)

Variabel Kategori Frekuensi Presentase


Usia Ibu Beresiko 43 41,0 %
Tidak beresiko 62 59,0%
Jarak >2 tahun 105 100 %
kehamilan
<2 tahun 0 0%
Paritas Nullipara 8 7,6 %
Primipara 43 41,0 %
Multipara 54 51,4 %
Grandemultipara 0 0%

87
Kunjungan Rutin 100 95,2 %
ANC
Tidak rutin 5 4,8 %
Riwayat Ada 0 0%
Penyakit
Tidak ada 105 100 %
Fasilitas Puskesmas 105 100 %
Kesehatan
Non-puskesmas 0 0%
Total 105 100 %
Responden

Berdasarkan tabel 4.1 diatas memperlihatkan dari 105 responden

berdasarkan karakteristik usia ibu diketahui bahwa usia ibu hamil yang

telah tercatat dibuku rekam medik di Puskesmas Margahayu Raya ialah

sebagian besar bumil yaitu 62 orang/bumil (59,0 %) memiliki usia yang

tidak beresiko. Berdasarkan karakteristik jarak kehamilan, menunjukkan

bahwa seluruhnya bumil yaitu 105 org/bumi (100 %) jarak kehamilannya

>2 tahun. Berdasarkan karakteristik paritas, menunjukkan bahwa sebagian

besar (51,4 %) sebanyak 54 responden mengalami multipara. Berdasarkan

karakteristik kunjungan ANC, menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

(95,2 %) sebanyak 100 responden rutin melakukan kunjungan ANC ke

puskesmas. Berdasarkan karakteristik riwayat penyakit, menunjukkan

bahwa seluruhnya (100 %) sebanyak 105 responden tidak mengalami

riwayat penyakit yang membahayakan bagi kandungannya. Berdasarkan

karakteristik fasilitas kesehatan, menunjukkan bahwa seluruhnya (100 %)

sebanyak 105 responden memanfaatkan fasilitas kesehatan ketika hamil ke

puskesmas.

88
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil yang mengalami KEK
(n=105)

no Kategori ibu hamil Frekuensi (f) Persentase


(%)
1 KEK
2 Tidak KEK (normal)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil yang mengalami Anemia
(n=105)

no Kategori ibu hamil Frekuensi (f) Persentase


(%)
1 Anemia
2 Tidak anemia (normal)

Variabel Kategori Frekuensi Presentase


Usia Ibu Beresiko 43 41,0 %
Tidak beresiko 62 59,0 %
Jarak >2 tahun 105 100 %
kehamilan
<2 tahun 0 0%

Usia Trimester 1 14 13,3 %


Kehamilan

Trimester 2 22 21,0 %
Trimester 3 69 65,7 %
Paritas Nullipara 8 7,6 %
Primipara 43 41,0 %
Multipara 54 51,4 %

89
Grandemultipara 0 0%

Kunjungan Rutin 100 95,2 %


ANC
Tidak rutin 5 4,8 %

Pemberian Fe Rutin 105 100 %


Tidak rutin 0 0%
Total 105 100 %
Responden

Grafik 1 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil yang mengalami Anemia (n=105)

Tabel 4.2diatas memperlihatkan dari 105 responden berdasarkan

karakteristik usia ibu bahwa usia ibu hamil yang telah tercatat dibuku

rekam medik di Puskesmas Margahayu Raya ialah hampir separuhnya

(41,0 %) sebanyak 43 responden memiliki usia yang beresiko.

Berdasarkan karakteristik jarak kehamilan, menunjukkan bahwa

seluruhnya (100 %) sebanyak 105 responden dengan jarak kehamilannya

>2 tahun. Berdasarkan karakteristik usia kehamilan, menunjukkan bahwa

sebagian besar (65,7 %) sebanyak 69 responden berada pada usia

kehamilan trimester 3. Berdasarkan karakteristik paritas, menunjukkan

bahwa sebagian besar (51,4 %) sebanyak 54 responden mengalami

multipara. Berdasarkan karakteristik kunjungan ANC, menunjukkan

bahwa hampir seluruhnya (95,2 %) sebanyak 100 responden rutin

melakukan kunjungan ANC ke puskesmas. Berdasarkan karakteristik

pemberian Fe, menunjukkan bahwa seluruhnya (100 %) sebanyak 105

responden rutin diberikan tablet Fe.

90
4.1.2. Gambaran distribusi frekuensi kejadian KEK dan anemia pada ibu

hamil

4.1.2.1. Mengidentifikasi Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada

ibu hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung

Tabel 4.3 Kejadian KEKpada Ibu Hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota
Bandung (n=105)

Variabel Frekuensi Presentase


KEK 16 15,2 %
Normal 89 84,8 %

Total Responden 105 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian kecil

responden dengan kekurangan energi kronik yaitu dari 105 responden,

sebanyak 16 orang (15,2 %) diantaranya ibu hamil mengalami KEK.

4.1.2.2. Mengidentifikasi Kejadian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung

Tabel 4.4 Kejadian anemiapada ibu hamil di Puskesmas Margahayu


Raya Kota Bandung (n=105)

Variabel Frekuensi Presentase


Anemia 59 56,2 %
Normal 46 43,8 %
Total Responden 105 100 %

91
Berdasarkan tabel 4.4menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami anemia yaitu dari 105 responden, sebanyak 59 responden (56,2%)

diantaranya ibu hamil mengalami anemia.

4.2. Analisa Data

4.2.1. Mengidentifikasi Hubungan antara KEK dengan Kejadian

Anemia pada Ibu Hamil

Tabel 4.5 Hubungan antara Kejadian KEK dengan


Anemiapada Ibu Hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota
Bandung (n=105)

Kejadian Kejadian Anemia


X2 p-Value
Anemia Normal Total
KEK  %  %  %
KEK 12 75,0 4 25,0 16 100 2,713 0,100
Normal 47 52,8 42 47,2 89 100
Total 59 56,2 46 43,8 105 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden dengan KEK

sebagian besar mengalamianemia sebesar 75,0% begitupun pada pasien

dengan kondisi normal terlihat sebagian besar mengalami anemia sebesar

52,8 %. Sedangkan pada pasien dengan kondisi normal terlihat sebagian

kecil mengalami KEK sebesar 25,0 %.

Berdasarkan analisis lebih lanjut dengan uji Chi Square didapatkan

bahwa tidak terdapat perbedaan rerata antara kejadian KEK dengan

Anemia pada ibu hamil dengan p-Value sebesar 0,100 (karena p-Value>

0,05 maka tidak ada hubungan antara KEK dengan kejadian anemia).

92
4.3. Intrepetasi dan Diskusi Hasil

4.3.1. Gambaran Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Berdasarkan hasil analisis presentase didapatkan hasil sebagian

kecil responden dengan kekurangan energi kronik yaitu dari 105

responden, sebanyak 16 orang (15,2 %) diantaranya ibu hamil mengalami

KEK. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Stephanie & Kartika, 2016)menunjukkan kejadian KEK didapatkan

sebanyak 7 orang(14,9%) yang mengalami KEK dan sebanyak 40 orang

(85,1%) tidak mengalami KEK. Meskipun dengan jumlah yang tidak

terlalu banyak, namun hal tersebut perlu diperhatikan karena dengan

kondisi KEK dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan anak.

DipuskesmasMargahayu Raya Kota Bandung, hanya sebagian

kecil yang mengalami KEK, sisanya tidak mengalami KEK. Menurut

Dewi, dkk (2019) faktor yang mempengaruhi KEK diantaranya : usia ibu,

jarak kehamilan, jumlah paritas, kunjungan ANC. Menurut Simbolon,dkk

(2018) diantaranya riwayat penyakit dan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat

dilihat berdasarkan karakteristik responden bahwa usia ibu hamil yang

telah tercatat dibuku rekam medik di Puskesmas Margahayu Raya ialah

sebagian besar (59,0 %) sebanyak 62 responden memiliki usia yang tidak

beresiko.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati

(2019)hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,005 (p < 0,05) maka

93
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

kejadian KEK pada ibu hamil. Disebabkan karena kehamilan pada usia

<20 tahun dapat menyebabkan terjadinya kompetisi makanan antara ibu

dan janin yang dikandungnya yang masih sama-sama dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan dan adanya pertumbuhan hormonal yang

terjadi selama kehamilan sehingga hal ini akan terjadi kompetisi zat

makanan antara ibu dan janin yang dikandungnya sehingga dapat memicu

terjadinya KEK. Sedangkan ibu hamil yang usianya >35 tahun cenderung

mengalami KEK karena disebabkan adanya pengaruh menurunnya

cadangan zat gizi dalam tubuh akibat masa fertilisasi. Pada usia >35 tahun

sistem organ reproduksi dalam tubuh tidak dapat berfungsi secara

sempurna sehingga terjadi masalah dalam absorbsi zat-zat makanan yang

dapat memicu terjadinya KEK (Susilawati, 2019).

Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2019) ialah

dilihat dari karakteristik responden ada kesamaan mengenai usia ibu lebih

besar yang tidak beresiko (53,7%) daripada yang beresiko (46,3%), dan

karakteristik responden kejadian KEK ada kesamaan yaitu lebih banyak

yang tidak KEK (57,3%) daripada yang KEK (42,7%). Kesamaan lainnya

dilihat dari teknik pengambilan sample yaitu sama menggunakan

simplerandom sampling dengan menggunakan teknik ujichi-square.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2016)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai 0,345>α (0,05)

sehingga tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian KEK.

94
Perbedaan penelitian ini dilihat dari metode penelitiannya menggunakan

surveyanaliticdan jumlah sampel-nya lebih sedikit yaitu 40 responden.

Berdasarkan karakteristik jarak kehamilan, menunjukkan bahwa

seluruhnya (100 %) sebanyak 105 responden dengan jarak kehamilannya

>2 tahun, hal ini menunjukkan tidak terdapat masalah bila dilihat dari

jarak kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nugraha,dkk (2019) menunjukkan bahwa jarak kehamilan berpengaruh

terhadap kejadian KEK pada ibu hamil dengan nilai p value= 0,000 maka

dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan

KEK.

Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha,dkk (2019)

ialah bisa dilihat dari karakteristik responden ada kesamaan yaitu

karakteristik responden paritas, jarak kehamilan, dan KEK. Karakteristik

responden yang dilakukan oleh Nugraha,dkk (2019) ada semua di

karakteristik responden yang dilakukan oleh peneliti. Dan juga ada

kesamaan menggunakan jenis pengolahan data univariat dan bivariat.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti (2014)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-value= 0,465

artinya tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan KEK.

Perbedaan penelitian ini dilihat dari metode penelitiannya yaitu survey

analitik dengan pendekatan casecontrol. Pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Karakteristik responden-nya ada

variabel pekerjaan.

95
Jarak kehamilan yang terlalu dekat (<2 tahun) akan merugikan

kesehatan ibu dan akan menyebabkan kualitas janin yang rendah. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat tidak mempunyai kesempatan untuk

memperbaiki dan memulihkan keadaan tubuh ibu,sedangkan ibu

memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah

melahirkan anaknya. Disisi lain, ibu juga masih dalam keadaan menyusui

dan harus memenuhi kebutuhan gizi selama menyusui, dimana dalam

keadaan menyusui ibu membutuhkan tambahan kalori setiap hari untuk

memenuhi gizinya dan juga untuk produksi ASI-nya, jika ibu masih dalam

keadaan seperti ini tetapi hamil lagi maka akan menimbulkan masalah gizi

pada ibu dan juga janin yang dikandungnya. Kehamilan berulang dalam

waktu dekat akan menguras lemak, protein, glukosa,vitamin, mineral, dan

asam folat sehingga menyebabkan penurunan proses metabolisme tubuh,

kemudian tubuh akan melakukan proses katabolisme sehingga cadangan

makanan dalam tubuh digunakan dan akan menyebabkan tubuh

mengalami kekurangan energi. Apabila dalam keadaan ini terjadi maka

memiliki resiko mengalami KEK (Nugraha,dkk 2019).

Berdasarkan karakteristik riwayat penyakit, menunjukkan bahwa

seluruhnya (100 %) sebanyak 105 responden tidak mengalami riwayat

penyakit yang membahayakan bagi kandungannya. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan olehFitrianingtyas,dkk (2018) hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value= 0,000. Oleh karena nilai p<α (0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan

96
kejadian KEK. Kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Fitrianingtyas,dkk (2018) bisa dilihat dari karakteristik responden yaitu

variabel kunjungan ANC, Riwayat penyakit, dan KEK. Variabel tersebut

ada pada karakteristik responden yang dilakukan oleh peneliti.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2016)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai 0,279>α (0,05)

sehingga tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KEK.

Perbedaan penelitian ini dilihat dari metode penelitiannya menggunakan

surveyanaliticdan jumlah sampel-nya lebih sedikit yaitu 40 responden.

Menurut Supariasa,dkk (2002) dalam Fitrianingtyas

(2018)penyakit infeksi bisa menjadi awal terjadinya kekurangan gizi

sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan

dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi karena

adanya penyakit. Kaitannya penyakit infeksi dengan keadaan gizi yang

kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat.

Penyakit infeksi bisa memperburuk keadaan gizi dalam tubuh dan keadaan

gizi yang buruk dapat mempermudah terjadinya penyakit infeksi.

Berdasarkan karakteristik kunjungan ANC, menunjukkan bahwa

hampir seluruhnya (95,2 %) sebanyak 100 responden rutin melakukan

kunjungan ANC ke puskesmas. Berdasarkan karakteristik fasilitas

kesehatan, menunjukkan bahwa seluruhnya (100 %) sebanyak 105

responden memanfaatkan fasilitas kesehatan ketika hamil ke puskesmas.

97
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Fitrianingtyas,dkk (2018) hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0,000.

Oleh karena nilai p<α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian KEK.Kesamaan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingtyas,dkk (2018) bisa dilihat dari

karakteristik responden yaitu variabel kunjungan ANC, Riwayat penyakit,

dan KEK. Variabel tersebut ada pada karakteristik responden yang

dilakukan oleh peneliti.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Teguh,dkk (2019)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,062

artinya tidak ada hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian KEK.

Perbedaan penelitian ini dilihat dari metode penelitiannya menggunakan

analitik observasional dengan menggunakan rancangan casecontrol.

Jumlah respondennya sedikit yaitu 36 responden dan teknik pengambilan

sampel nya menggunakan purposive sampling dan menggunakan analisis

uji Fisher’ exact.

Menurut SjahmieMoehji (2003:23) seorang ibu harus melakukan

kunjungan ke tenaga kesehatan untuk memantau status gizi ibu hamil.

Dalam kehamilan, pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan

dengan teliti, jangan sampai ibu hamil menjadi terlalu gemuk untuk

menghindarkan kesulitan saat proses persalinan. Bahkan jangan sampai

terlalu kurus karena dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin yang

98
dikandungnya, karena kalau terlalu kurus ibu dan bayinya akan mengalami

kekurangan gizi dan bisa menyebabkan resiko mengalami KEK.

Berdasarkan data diatas dilihat mengenai faktor yang

menyebabkan KEK bahwa ibu hamil yang memeriksakan kandungannya

di Puskesmas Margahayu Raya sebagian besar tidak mengalami KEK

karena faktor resiko penyebab KEK juga kecil jadi tidak terdapat masalah

selama kehamilannya.

4.3.2. Gambaran Anemia

Berdasarkan hasil analisis presentase didapatkan hasil

menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami anemia yaitu

dari 105 responden, sebanyak 59 responden (56,2%) diantaranya ibu hamil

mengalami anemia. Hal ini sesauai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Tambunan, 2011) didapatkan hasil 56 orang (70%) ibu hamil yang

mengalami anemia lebih besar dari ibu hamil sebanyak 24 orang (30%)

yang tidak mengalami anemia. Berdasarkan acuan Menkes, didapatkan

bahwa anemia ibu hamil sebesar 70%. Angka tersebut sesuai dengan buku

Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak yang menyebutkan bahwa tujuh dari

sepuluh ibu hamil di Indonesia mengalami anemia (Sulistyoningsih,2011).

Faktor yang mempengaruhi anemia menurut Ramadhani (2018)

diantaranya: jarak kehamilan, kepatuhan mengonsumsi tablet Fe,

keteraturan kunjungan ANC. Disisi lain, menurut (Salmariantity, 2012)

menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi anemia diantaranya umur,

99
paritas. Sedangkan menurut (Tambunan, 2011) faktor yang mempengaruhi

anemia antara lain usia kehamilan.

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, bahwa responden di

Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung, dari hasil uji statistik bahwa

sebagian besar responden mengalami anemia, adapun faktor pencetusnya

yang mempengaruhi banyaknya responden yang mengalami anemia bisa

dilihat dari usia kehamilan, hasil uji statistik menunjukkan bahwa sebagian

besar (65,7 %) sebanyak 69 responden berada pada usia kehamilan

trimester III.

Ibu hamil pada usia kehamilan trimester III memiliki resiko anemia

lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil pada trimester I dan II. Begitu

juga pada ibu hamil trimester II memiliki resiko anemia lebih tinggi

dibandingkan trimester I. Perbedaan proporsi ini bermakna secara statistik.

Pada ibu hamil trimester I mengalami anemia sebesar 0,2 kali sedangkan

ibu hamil trimester III beresiko anemia sebesar 4,3 kali(Tambunan, 2011).

Hal ini terjadi karena adanya hemodilusi (pengenceran) darah pada

trimester II yang bisa menyebabkan anemia. Jika hal ini tidak segera

diatasi maka akan mempengaruhi kadar Hb pada trimester berikutnya.

Semakin bertambahnya usia kehamilan maka semakin bertambahnya

perkembangan janin, sehingga yang harus dialiri oleh darah menjadi lebih

banyak. Oleh karena itu kebutuhan zat besi pada ibu hamil akan

meningkat. Sehingga semakin tua usia kehamilan mempunyai resiko ibu

hamil mengalami anemia semakin besar (Syafiq, dkk 2008). Seiring

100
dengan bertambahnya usia kehamilan maka kebutuhan zat besi juga

semakin meningkat dan jika asupan zat besi tidak seimbang sesuai dengan

kebutuhannya maka akan terjadi kekurangan zat besi sehingga bisa

menyebabkan anemia (Lila 1992 dalam Salmariantity 2012). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2011)

menyatakan bahwa hasil uji statistik menunjukkan P-Value=0,042 artinya

proporsi ini bermakna secara statistik. Proporsi ibu hamil anemia

terbanyak pada kelompok ibu hamil trimester III (82,4%), terbanyak kedua

trimester II (71,4%) dan terendah pada trimester I (52%). Kesamaan

penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2011) bisa dilihat dari

karakteristik responden, variabel karakteristik responden dalam penelitian

tersebut variabel-nya sama semua yang ada dalam karakteristik responden

peneliti.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Salmariantity

(2012) menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-

value=0,420 yang artinya tidak ada hubungan antara usia kehamilan

dengan kejadian anemia. Perbedaan penelitian ini dilihat dari karakteristik

responden ada yang tidak sama seperti variabel pengetahuan anemia.

Menggunakan data primer dan sekunder. Jumlah responden lebih sedikit

yaitu 72 responden dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik

cluster sampling.

Bisa juga disebabkan karena faktor paritas. Berdasarkan

karakteristik paritas, menunjukkan bahwa sebagian besar (51,4 %)

101
sebanyak 54 responden mengalami multipara.Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan olehSalmariantity (2012) hasil uji statistik

terbukti signifikan (p=0,029) yang artinya ada hubungan antara paritas

dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Didukung oleh

penelitianJumirah&Zulhaida (2001) dalam Salmariantity (2012) di

Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, anemia ringan banyak

ditemukan pada kelompok ibu hamil dengan paritas 3 (81,8 %) dan pada

kelompok paritas 1-2 dan ≥4 di temukan sebanyak (7,9%) ibu hamil yang

menderita anemia berat.Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh

Salmariantity (2012) dilihat dari karakteristik responden, variabel dalam

karakteristik responden ada semua pada variabel karakteristik responden

yang dilakukan oleh peneliti. Dan sama dilakukan menggunakan uji chi-

square dengan teknik pengolahan data univariat dan bivariat.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2011)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,844

artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

anemia. Hal ini bisa dilihat dari jumlah responden lebih sedikit yaitu 72

responden dengan pengambilan teknik cluster sampling. Menggunakan

data primer dan sekunder. Karakteristik responden ada variabel yang tidak

sama yaitu variabel pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat abortus,

pengetahuan anemia.

Menurut Manuaba (1998) dalam Salmariantity (2012) paritas

merupakan salah satu faktor yang penting mengenai kejadian anemia zat

102
besi ibu hamil. Ibu yang sering hamil dan melahirkan maka rentan

mengalami anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan

karena selama kehamilan ibu hamil menggunakan cadangan besi yang ada

didalam tubuhnya, jika semakin sering hamil dan melahirkan maka

cadangan zat besi yang didalam tubuh bisa tidak tercukupi. Menurut

(Wiarsih, 2018) ibu dengan paritas yang tinggi bisa menyebabkan anemia

yang terkait dengan keadaan biologis ibu dan asupan zat besi. Anemia

dalam hal ini terkait dengan kehamilan sebelumnya apabila cadangan zat

besi didalam tubuh berkurang maka kehamilan akan menguras persediaan

zat besi didalam tubuh dan bisa menyebabkan anemia pada kehamilan

berikutnya.

Bisa juga disebabkan karena faktor usia ibu, hasil uji statistik

menunjukkan bahwa hampir separuhnya (41,0 %) sebanyak 43 responden

berada pada usia yang beresiko yaitu antara usia <20 tahun dan >35

tahun.Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Salmariantity, 2012) hasil uji statistik terbukti signifikan (p=0,012) yang

artinya ibu hamil pada usia beresiko (<20 tahun dan >35 tahun)

berpeluang mengalami anemia sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu yang

hamil pada usia tidak beresiko (20-35 tahun). Menurut Thaha,dkk (2002)

dalam Salmariantity (2012) berpendapat bahwa usia merupakan hal yang

penting mengenai status gizi ibu hamil, pada ibu hamil yang usianya masih

muda (<20 tahun) dan ibu hamil dengan usia yang terlalu tua (>35 tahun).

Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Salmariantity (2012) dilihat dari

103
karakteristik responden, variabel dalam karakteristik responden ada semua

pada variabel karakteristik responden yang dilakukan oleh peneliti. Dan

sama dilakukan menggunakan uji chi-square dengan teknik pengolahan

data univariat dan bivariat.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2011)

menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,765

artinya tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian anemia.

Perbedaan penelitian ini bisa dilihat dari jumlah responden lebih sedikit

yaitu 72 responden dengan pengambilan teknik cluster sampling.

Menggunakan data primer dan sekunder. Karakteristik responden ada

variabel yang tidak sama yaitu variabel pendidikan, pendapatan keluarga,

riwayat abortus, pengetahuan anemia.

Faktor usia merupakan faktor resiko kejadian anemia pada ibu

hamil. Usia seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Usia

reproduksi yang sehat dan aman adalah antara usia 20-35 tahun.

Kehamilan pada usia <20 tahun dan >35 tahun dapat menyebabkan anemia

karena pada saat kehamilan usia <20 tahun secara biologis belum optimal

dan emosinya cenderung masih labil, mentalnya belum matang sehingga

lebih mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan penurunan

daya tahan tubuh dan berbagai penyakit mudah terjadi pada usia ini

(Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).

104
4.3.3. Hubungan antara KEK dengan Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.4 mengenai

hubungan antara KEK dengan kejadian anemia menggunakan

software SPSS melalui ujichi-squarediperoleh nilai p-value (0,100)

α>0,05. Oleh karena itu, Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga

diketahui tidak terdapat hubungan antara KEK dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota

Bandung. Dilihat dari presentasenya menunjukkan bahwa

responden dengan KEK sebagian besar mengalami anemia sebesar

75,0% begitupun pada pasien dengan kondisi normal terlihat

sebagian besar mengalami anemia sebesar 52,8%. Sedangkan pada

pasien dengan kondisi normal terlihat sebagian kecil mengalami

KEK sebesar 25,0 %.Berdasarkan hasil penelitian, bahwa tidak

terdapatnya hubungan antara KEK dengan kejadian anemia

dikarenakan berdasarkan angka kejadian KEK di Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung bahwa hanya sebagian kecil

(15,2%) yang mengalami KEK sedangkan angka kejadian anemia

di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung bahwa sebagian

besar (56,2%) yang mengalami anemia, bila dilihat dari

karakteristik responden tersebut bahwa tidak seimbang antara

kejadian KEK dan anemia, oleh karena itu didapatkan hasil uji

105
statistik tidak terdapat hubungan antara KEK dan anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Handayani (2013) dalam Erlinawati (2018) dan

Salmariantity (2012) hasil penelitian menunjukkan tingkat

kemaknaan> 0,05 bahwa tidak ada hubungan bermakna antara

KEK dengan anemia pada ibu hamil.Penelitian yang dilakukan

oleh (Wiarsih, 2018) hasil uji statistik menunjukkan nilai p =

1,000. bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kurang

energi kronis dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan

penelitian (Rufaida, 2017) hasil uji statistik nilai Pvalue sebesar

0,128 maka nilai Pvalue>0.05 artinya tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara lingkar lengan atas dengan kejadian anemia

pada ibu hamil.

Kesamaan penelitian oleh Handayani (2013) dalam

Erlinawati (2018), Salmariantity (2012), Wiarsih (2018), dan

Rufaida (2017) dengan peneliti bisa dilihat mayoritas kesamaannya

dari metode penelitian chi-square dengan pendekatan

menggunakan pendekatan cross-sectional, karakteristik responden

peneliti mayoritas diteliti oleh peneliti lainnya, dan menggunakan

analisis univariat dan bivariat.

106
Hal ini bisa terjadi karena masih banyak faktor lainnya

yang lebih menjadi faktor pencetus terjadinya anemia. Menurut

(Wiarsih, 2018)dapat diketahui bahwa penyerapan zat besi

dipengaruhi oleh asupan zat besi, vitamin C dan bahan pangan

yang mengandung zat penghambat absorbsi zat besi. Vitamin C

dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh, sedangkan

bahan pangan yang mengandung zat penghambat absorbsi zat besi

bisa menghambat penyerapan zat besi didalam tubuh. Jadi, ibu

hamil dalam keadaan KEK ataupun tidak KEK harus tetap

memperhatikan asupan vitamin C dan harus mengurangi bahan

pangan penghambat absorbsi zat besi supaya dalam tubuh ibu

hamil zat besinya dapat diserap secara maksimal.

Berbeda dengan hasil dari beberapa penelitian berikut hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P

= 0,003 < α = 0.050 artinya ada hubungan antara KEK dengan

kejadian anemia (Larasati, 2018). Hasil uji statistik menunjukkan

ada hubungan KEK dengan anemia pada ibu hamil dengan nilai

(p=0,000; PR=13,821; 95% CI 4,738-40,320) (Helliyana, 2018).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value=0.0002 (p≤0.05) artinya

ada Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (KEK) terhadap kejadan

anemia pada ibu hamil (Wulandari, 2017). Hasil uji statistik

dengan nilai (p: 0,032) artinya ada hubungan KEK dengan

107
kejadian anemia (Fitriani, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh

Erlinawati (2018) dan Dwicahya (2018) hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat

anemia (p=0,014) terhadap kejadian kekurangan energi kronis

(KEK).

Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Larasati

(2018) dilihat dari metode penelitiannya menggunakan analitik dan

dilihat dari karakteristik respondennya hanya kejadian anemia dan

KEK. Perbedaan penelitian oleh Helliyana (2018) metode

penelitiannya menggunakan metode deskriptif analitik, jumlah

samplenya lebih sedikit yaitu 90 responden dengan tingkat

kepercayaannya 0,1 dan metode pengumpulan datanya

menggunakan data primer dan sekunder. Perbedaan penelitian oleh

Wulandari (2017) dilihat dari metodenya menggunakan quasy-

eksperiment dengan jumlah responden yang lebih sedikit yaitu 39

responden, dan menggunakan teknik purposivesampling,dengan

menggunakan uji t-testdependent. Perbedaan penelitian oleh

Erlinawati (2018) dilihat dari jumlah sample-nya lebih sedikit yaitu

88 responden, dan teknik pengumpulan datanya langsung dengan

alat pengukur yaitu pita LILA dan mengukur kadar Hb. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh Dwicahya (2018) dilihat dari

metode penelitian menggunakan survey analitik dengan

108
pendekatan casecontrol, jumlah sample-nya lebih sedikit yaitu 56

responden, dan menggunakan teknik pengumpulan data primer

dengan metode recall 24 jam dan data sekunder, karakteristik

respondennya berbeda yaitu ada tingkat pendidikan dan jenis

pekerjaan.

Faktor pencetus lainnya yang lebih mempengaruhi anemia

bisa dilihat dari usia kehamilan, hasil uji statistik menunjukkan

bahwa sebagian besar (65,7 %) sebanyak 69 responden berada

pada usia kehamilan trimester 3. Berdasarkan Dinas Kesehatan

Jawa Barat (DINKES JABAR) tahun 2016, menyatakan bahwa

angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan yaitu

sebesar 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar

70%, jadi dapat disimpulkan bahwa yang paling banyak

mengalami anemia pada ibu hamil terjadi pada trimester II dan III.

Hal ini disebabkan karena pada trimester I kehamilan, zat besi

yang dibutuhkan masih sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan

pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester II hingga

III, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai

35%, hal ini setara dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi

sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen

lebih banyak untuk janin supaya berkembang dengan sempurna.

Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg

109
karena pada saat melahirkan mengalami kehilangan darah. Sampai

saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari

atau dua kali lipat kebutuhan saat kondisi tidak hamil.(Dinas

Kesehatan Jawa Barat, 2016).

Ibu hamil pada usia kehamilan trimester III memiliki resiko

anemia lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil pada trimester

I dan II. Begitu juga pada ibu hamil trimester II memiliki resiko

anemia lebih tinggi dibandingkan trimester I. Perbedaan proporsi

ini bermakna secara statistik. Pada ibu hamil trimester I mengalami

anemia sebesar 0,2 kali sedangkan ibu hamil trimester III beresiko

anemia sebesar 4,3 kali (Tambunan, 2011). Hal ini terjadi karena

adanya hemodilusi (pengenceran) darah pada trimester II yang bisa

menyebabkan anemia. Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan

mempengaruhi kadar Hb pada trimester berikutnya. Semakin

bertambahnya usia kehamilan maka semakin bertambahnya

perkembangan janin, sehingga yang harus dialiri oleh darah

menjadi lebih banyak. Oleh karena itu kebutuhan zat besi pada ibu

hamil akan meningkat. Sehingga semakin tua usia kehamilan

mempunyai resiko ibu hamil mengalami anemia semakin besar

(Syafiq, dkk 2008). Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

maka kebutuhan zat besi juga semakin meningkat dan jika asupan

zat besi tidak seimbang sesuai dengan kebutuhannya maka akan

110
terjadi kekurangan zat besi sehingga bisa menyebabkan anemia

(Lila 1992 dalam Salmariantity 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tambunan (2011) menyatakan bahwa hasil uji statistik

menunjukkan P-Value=0,042 artinya proporsi ini bermakna secara

statistik. Proporsi ibu hamil anemia terbanyak pada kelompok ibu

hamil trimester III (82,4%), terbanyak kedua trimester II ( (71,4%)

dan terendah pada trimester I (52%). Kesamaan penelitian yang

dilakukan oleh Tambunan (2011) bisa dilihat dari karakteristik

responden, variabel karakteristik responden dalam penelitian

tersebut variabel-nya sama semua yang ada dalam karakteristik

responden peneliti. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Salmariantity (2012) menyatakan bahwa hasil uji statistik

didapatkan nilai p-value=0,420 yang artinya tidak ada hubungan

antara usia kehamilan dengan kejadian anemia. Perbedaan

penelitian ini dilihat dari karakteristik responden ada yang tidak

sama seperti variabel pengetahuan anemia. Menggunakan data

primer dan sekunder. Jumlah responden lebih sedikit yaitu 72

responden dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik

cluster sampling.

Bisa juga disebabkan karena faktor paritas. Berdasarkan

karakteristik paritas, menunjukkan bahwa sebagian besar (51,4 %)

sebanyak 54 responden mengalami multipara. Menurut Manuaba

111
(1998) dalam Salmariantity (2012) paritas merupakan salah satu

faktor yang penting mengenai kejadian anemia zat besi ibu hamil.

Ibu yang sering hamil dan melahirkan maka rentan mengalami

anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan

karena selama kehamilan ibu hamil menggunakan cadangan besi

yang ada didalam tubuhnya, jika semakin sering hamil dan

melahirkan maka cadangan zat besi yang didalam tubuh bisa tidak

tercukupi.Menurut (Wiarsih, 2018) ibu dengan paritas yang tinggi

bisa menyebabkan anemia yang terkait dengan keadaan biologis

ibu dan asupan zat besi. Anemia dalam hal ini terkait dengan

kehamilan sebelumnya apabila cadangan zat besi didalam tubuh

berkurang maka kehamilan akan menguras persediaan zat besi

didalam tubuh dan bisa menyebabkan anemia pada kehamilan

berikutnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

olehSalmariantity (2012) hasil uji statistik terbukti signifikan

(p=0,029) yang artinya ada hubungan antara paritas dengan

kejadian anemia pada ibu hamil. Didukung oleh

penelitianJumirah&Zulhaida (2001) dalam Salmariantity (2012) di

Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, anemia ringan banyak

ditemukan pada kelompok ibu hamil dengan paritas 3 (81,8 %) dan

pada kelompok paritas 1-2 dan ≥4 di temukan sebanyak (7,9%) ibu

hamil yang menderita anemia berat.Kesamaan penelitian yang

112
dilakukan oleh Salmariantity (2012) dilihat dari karakteristik

responden, variabel dalam karakteristik responden ada semua pada

variabel karakteristik responden yang dilakukan oleh peneliti. Dan

sama dilakukan menggunakan uji chi-square dengan teknik

pengolahan data univariat dan bivariat. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Tambunan (2011) menyatakan bahwa hasil uji

statistik didapatkan nilai p-value=0,844 artinya tidak ada hubungan

yang bermakna antara paritas dengan kejadian anemia. Hal ini bisa

dilihat dari jumlah responden lebih sedikit yaitu 72 responden

dengan pengambilan teknik cluster sampling. Menggunakan data

primer dan sekunder. Karakteristik responden ada variabel yang

tidak sama yaitu variabel pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat

abortus, pengetahuan anemia.

Bisa juga disebabkan karena faktor usia ibu, hasil uji

statistik menunjukkan bahwa hampir separuhnya (41,0 %)

sebanyak 43 responden berada pada usia yang beresiko yaitu antara

usia <20 tahun dan >35 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Salmariantity, 2012) hasil uji statistik

terbukti signifikan (p=0,012) yang artinya ibu hamil pada usia

beresiko (<20 tahun dan >35 tahun) berpeluang mengalami anemia

sebesar 1,8 kali dibandingkan ibu yang hamil pada usia tidak

beresiko (20-35 tahun).Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh

Salmariantity (2012) dilihat dari karakteristik responden, variabel

113
dalam karakteristik responden ada semua pada variabel

karakteristik responden yang dilakukan oleh peneliti. Dan sama

dilakukan menggunakan uji chi-square dengan teknik pengolahan

data univariat dan bivariat. Menurut Thaha,dkk (2002) dalam

Salmariantity (2012) berpendapat bahwa usia merupakan hal yang

penting mengenai status gizi ibu hamil, pada ibu hamil yang

usianya masih muda (<20 tahun) dan ibu hamil dengan usia yang

terlalu tua (>35 tahun).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tambunan

(2011) menyatakan bahwa hasil uji statistik didapatkan nilai p-

value=0,765 artinya tidak ada hubungan antara usia ibu dengan

kejadian anemia. Perbedaan penelitian ini bisa dilihat dari jumlah

responden lebih sedikit yaitu 72 responden dengan pengambilan

teknik cluster sampling. Menggunakan data primer dan sekunder.

Karakteristik responden ada variabel yang tidak sama yaitu

variabel pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat abortus,

pengetahuan anemia.

Faktor usia merupakan faktor resiko kejadian anemia pada

ibu hamil. Usia seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah antara usia

20-35 tahun. Kehamilan pada usia <20 tahun dan >35 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada saat kehamilan usia <20 tahun

secara biologis belum optimal dan emosinya cenderung masih

114
labil, mentalnya belum matang sehingga lebih mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.

Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan penurunan daya

tahan tubuh dan berbagai penyakit mudah terjadi pada usia ini

(Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).

4.4. Keterbatasan Penelitian

Dalam keterbatasan penelitian ini akan diuraikan beberapa

keterbatasan penelitian diantaranya : dalam penelitian ini hanya

menggunakan data sekunder, jadi data yang didapat terbatas hanya

data yang ada di buku rekam medik saja, dan data yang diambil

bukan data yang terbaru tetapi data ibu hamil yang memeriksakan

kandungannya pada bulan September 2019-Maret 2020, dan tidak

terjun langsung ke responden dan tidak melakukan pengukuran

langsung menggunakan pita LILA dan pengukuran kadar Hb-nya

sehingga tidak begitu akurat karena hanya melihat dari laporan

tertulis saja, sedangkan jika hanya melihat dari buku rekam medik

bisa jadi ada kesalahan saat penulisan atau bisa jadi ada kekeliruan

dalam penulisan, dan data yang ada di buku rekam medik tidak

lengkap sehingga mengambil data hanya yang lengkap nya saja

jadi tidak semua populasi di ambil.

Penelitian ini menggunakan metode analisis data-nya hanya

univariat dan bivariat saja, tidak sampai analisis multivariat

115
sehingga tidak dapat diketahui variabel mana yang paling

berpengaruh terhadap kejadian anemia di Puskesmas Margahayu

Raya Kota Bandung. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah

tidak meneliti faktor pengetahuan dalam faktor yang

mempengaruhi anemia, dan tidak meneliti faktor status sosial

ekonomi dan tingkat pendidikan dalam faktor yang mempengaruhi

KEK karena menggunakan data sekunder saja tidak menggunakan

data primer juga sehingga tidak langsung menanyakan kepada

responden. Jadi mengambil data hanya yang ada dibuku rekam

medik saja.

4.5. Implikasi untuk Keperawatan

Penelitian ini berimplikasi kepada:

1. Dinas Kesehatan

Penelitian ini memberikan implikasi kepada dinas

kesehatan setempat dengan membuat program promosi kesehatan

tentang pentingnya mengonsumsi tablet Fe dan memenuhi

kebutuhan gizi selama kehamilan.

2. Puskesmas

Penelitian ini berimplikasi kepada puskesmas dengan

melakukan pemantauan secara berkala kadar hemoglobin ibu hamil

sehingga apabila ibu hamil mengalami anemia bisa segera

ditangani dan pemantauan secara berkala status gizi ibu dengan

116
pengukuran LILA sehingga apabila ibu hamil mengalami KEK

bisa segera ditangani.

3. Masyarakat

Penelitian ini memberikan informasi berupa pengetahuan

kepada masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai pentingnya

mengonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan kebutuhan gizi

selama kehamilan. Agar seluruh masyarakat, dapat berperan aktif

dalam pencegahan anemia dan KEK pada ibu hamil.

117
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

Hubungan Kekurangan Energi Kronik (KEK) dengan Kejadian

Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Margahayu Raya Kota

Bandung, terhadap 105 responden diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Margahayu Raya

Kota Bandung, menunjukkan bahwa dari 105 ibu hamil yang

diteliti terdapat 16 orang, sebagian kecil (15,2%) yang

mengalami KEK.

2. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Margahayu Raya

Kota Bandung, menunjukkan bahwa dari 105 ibu hamil yang

diteliti terdapat 59 orang, sebagian besar (56,2%) yang

mengalami anemia.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara KEK dengan

kejadian anemia dengan nilai p-value0,100.Ibu hamil yang

mengalami KEK sebagian besar bisa mengalami anemia

sebesar (75,0%), begitupun pada ibu hamil dengan kondisi

normal terlihat sebagian besar mengalami anemia sebesar

118
(52,8%), sedangkan pada ibu hamil dengan kondisi normal

terlihat sebagian kecil mengalami KEK sebesar (25,0%).

5.2. Saran

1. Bagi Institusi Keperawatan

Perlu menambahkan sumber referensi lain bagi mahasiswa

keperawatan mengenai hubungan kekurangan energi kronik (KEK)

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Bagi Tempat Penelitian

Melaksanakan penyuluhan secara rutin pada ibu hamil

untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang adanya

resiko dalam kehamilan dan memberikan KIE (Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi) bagaimana cara lain untuk meningkatkan

Hb selain pemberian tablet Fe. Diharapkan kepada Puskesmas

Margahayu Raya Kota Bandung, untuk lebih mengamati kadar

hemoglobin ibu hamil guna mencegah terjadinya anemia. Dan

melakukan pengamatan terhadap status gizi ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan melakukan pemberian

makan tambahan (PMT) sehingga dapat terhindar terjadinya KEK

pada ibu hamil sedini mungkin.

119
3. Bagi Peneliti dan Peneliti Lainnya

Perlu dilakukan penelitian yang lebih luas ruang

lingkupnya, seperti meneliti mengenai faktor pengetahuan dalam

faktor yang mempengaruhi anemia, faktor sosial ekonomi dan

pendidikan dalam faktor yang mempengaruhi KEK. Meneliti

tentang hubungan usia ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil,

hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil,

hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, supaya

lebih mengetahui faktor mana yang lebih mempengaruhi kejadian

anemia pada ibu hamil. Menggunakan data primer dan sekunder

supaya lebih akurat dan menggunakan analisis multivariat supaya

lebih diketahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap

kejadian anemia. Dan dapat melakukan penelitian dengan variabel

dan desain penelitian yang berbeda.

4. Bagi Responden

Kepada ibu hamil diharapkan untuk disiplin minum tablet

Fe sesuai dengan jumlah yang dianjurkan yaitu sesuai petunjuk 1

hari 1 tablet selama kehamilan. Mengonsumsi tablet besi bisa

dilakukan bersamaan dengan mengonsumsi sayuran dan buah-

buahan kaya vitamin C dan menghindari makanan dan minuman

yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi. Dan

diharapkan ibu hamil teratur melakukan kunjungan ANC agar

120
selalu mendapatkan PMT sehingga dapat terhindar terjadinya KEK

pada ibu hamil sedini mungkin.

121
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. (2019). Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia.


Rakerkernas2019, 1–47.Hal.3. Diakses pada tanggal 05-11-2019 pada pukul
20.17 WIB

Adriani, SKM., M.Kes, Dr.Merryana;Prof.dr. Bambang Wirjatmadi, M.S.,MCN.,


Ph.D.,Sp.Gk. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana.

Alam, D. K. (2012). Warning! Ibu Hamil. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Albrecht, G. L., &Mullner, R. M. (2006). World HealthOrganization.


EncyclopediaofDisability, 1–5.

Alhabsyi, B., & Bambang Dwicahya. (2018). Determinan kejadian kekurangan


energi kronis (kek) pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas simpong
kecamatan luwuk selatan kabupaten banggai.tahun 2014, 9, 1587–1602.
Vol.9 No.2 Hal.1587. Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17
WIB

Amiruddin, Wahyudin, 2014. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap


Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros. Jurnal
Medika Nusantara. Vol. 25 No.2. Diakses pada tanggal 11-08-2020. Pada
pukul 16.10 WIB.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka


Cipta.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Diakses pada tanggal
11-08-2020. Pada pukul 00.27 WIB

122
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
(2018). Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Hal.156-
158. Diakses pada tanggal 30-10-2019 pada pukul 13.21 WIB

Bank, W. (2019). Angka Kematian Ibu Indonesia, 2019. Diakses pada tanggal 07-
11-2019 pada pukul 12.29 WIB

Barat, D. K. J. (n.d.). www.diskes.jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 28-10-


2019 pada pukul 21.34 WIB

Dattalo, P. (2008). DeterminingSampleSize: Balancing Power, Precision,


andPracticality: Balancing Power, Precision, andPracticality. Oxford
UniversityPress.

Daniel, W. W. 2010. Biostatistics: A FoundationforAnalysis in


theHealthSciences, NinthEdition International StudentVersion. John Wiley&
Sons.

Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016, 140. Hal.95-96. Diakses pada tanggal 25-10-2019 pada pukul 19.54
WIB

Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2018). Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun
2018. Hal.53.Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 21.22 WIB

Direktoral Jenderal, K. K. (2017). Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016, 10.


Hal 15-16. Diakses pada tanggal 07-11-2019 pada pukul 13.09 WIB

Erlinawati, T. M. (2018). Hubungan Anemia Ibu Hamil Dengan Kejadian


Kekurangan Energi Kronis (Kek) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tapung

123
Perawatan Tahun 2017, 2(1), 15–22. Vol 2. No 1. Hal 15. Diakses pada
tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17 WIB

Fidyah Aminin, Atika Wulandari, R. P. L. (2009). Pengaruh kekurangan energi


kronis (kek) dengan kejadian anemia pada ibu hamil, 167–172. Diakses pada
tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17 WIB

Fitriani, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil Di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2016. Hal.11. Diakses pada
tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.57 WIB

Fitrianingtyas Indriati, Pertiwi Fenti Dewi, R. W. (2018). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor, 6(2). Diakses pada tanggal 10-08-
2020.

Hadi Pratiwi, A. (2012). Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dan Anemia
Saat Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) dan Nilai Apgar
(Studi diWilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember). Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Hal. Ix. Diakses pada tanggal 26-
10-2019 pada pukul 23.11 WIB

Helliyana. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kurang Energi Kronis(KEK)


dengan Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Muara Satu Kota
Lhokseumawe Tahun 2018. Tesis. Hal.73. Diakses pada tanggal 24-10-2019
pada pukul 20.17 WIB

https://data.worldbank.org/indicator/SH.ANM.NPRG.ZS?
end=2016&start=2016&view=bar

I Dewa Nyoman Supariasa, BachyarBacri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta Buku Kedokteran EKG. Diakses pada tanggal 11-08-2020. Pada
pukul 00.21 WIB.

124
Indra, Dewi; Yettik Wulandari. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta:
Dunia Cerdas.

Istiany, M.Si., Dr. Ari;Dr. Rusilanti, M.Si. (2013). Gizi Terapan. Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia HealthProfile


2018].
Retrievedfromhttp://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profi
l-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf. Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 21.22 WIB
Kemenkes. (2018). Kemenkes 2018. Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul
21.20 WIB

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Memelihara Kesehatan Kehamilan. Tersedia


pada www.kemkes.go.id.

Larasati, E. W. (2018). Hubungan Antara Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di RSKDIA Siti Fatimah
Makassar 2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 227–249. Hal.
172. Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17 WIB

Lila I.N,dkk. 1992. Efektifitas Pemberian Zat Besi Terhadap Peningkatan Kadar
Hb dan Serum Ferritin Ibu Hamil di Puskesmas Medika. No.1. Diakses
pada tanggal 11-08-2020. Pada pukul 16.16 WIB

Manuaba IBG (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakkit Kandungan dan Keluarga


Berencana, EGC,Jakarta. Diakses pada tanggal 08-08-2020 pada pukul
15.17 WIB.

125
Mulyono Joyomartono. 2004. Pengantar Antropologi Kesehatan.
Semarang:UNNESPress. Diakses pada tanggal 11-08-2020. Pada pukul
00.25 WIB

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, R. N., Sikumana, P., Goals, S. D., & Cendana, U. N. (2019). Hubungan
Jarak Kehamilan Dan Jumlah Paritas Dengan Kejadian Kurang Energi
Kronik ( Kek ) Pada Ibu Hamil Di Kota Kupang, 17, 273–280. Diakses pada
tanggal 10-08-2020.

Numbi Akhmadi Teguh, Ayu Hapsari, Putu Ria Asprila Dewi, P. A. (2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kurang energi kronis (KEK)
pada ibu hamil di wilayah kerja upt Puskesmas I Pekutatan, Jembrana, Bali,
10(3), 506–510. https://doi.org/10.15562/ism.v10i3.432. Diakses pada
tanggal 26-04-2020 pada pukul 15.14 WIB.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Jakarta:Salemba Medika.

126
Polit, D. F. Dan C. T. Beck. 2003. NursingResearch : PrinciplesandMethods.
Lippincott Williams &Wilkins.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal.


Jakarta: JPNKR-POGI.

Prawita, A., Susanti, A. I., & Sari, P. (2015). Survei Intervensi Ibu Hamil Kurang
Energi Kronik ( KEK ) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015 in
DistrictJatinangor 2015, 2, 186–191. Vol 2 No.4 No.187Diakses pada
tanggal 26-10-2019 pada pukul 22.09 WIB

Proverawati, SKM.,MPH, A. (2018). Anemia dan Anemia Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Ramadhani, Y. D. (2018). Analisis faktor - faktor yang berhubungan dengan


kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di puskesmas
kalijudansurabaya. . Hal. X dan Hal.2. Diakses pada tanggal 06-11-2019
pada pukul 22.52 WIB

Ratih Kurniasari, Fiqhi Cahya, Yuliati Widiastuti, Pristina Adi, A. Z. (2013).


Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein, Dan Zat Besi (Fe) Dengan
Kejadian Anemi Dan Risiko Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu
Hamil Di Kota Semarang, 573, 77–90. Hal.77-79. Diakses pada tanggal 24-
10-2019 pada pukul 21.05 WIB

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(www.depkes.co.id). Diakses pada tanggal 01-04-2020 pada pukul 13.26
WIB

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Penyakit Tidak Menular 2018. Hasil
Utama Riskesdas Penyakit Tidak Menular, 8. Hal 17-21. Diakses pada
tanggal 24-10-2019 pada pukul 21.25 WIB

127
Rufaida, Z., Tinggi, S., & Kesehatan, I. (2017). Lingkar Lengan Atas Dengan
Anemia Pada Ibu Hamil Trimester, 257–263. Seri ke-1. Hal.260. Diakses
pada tanggal 07-11-2019 pada pukul 22.50 WIB

Russel, B.H. (2000). SocialResearchMethods:


QualitativeandQuantitativeApproaches. ThousandOaks, CA: Sage
Publications 

Salman, R. B. (2016). 30 Perubahan Tubuh Selama Hamil. Jakarta: Pustaka


Kemang.

Salmariantity. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kabupaten


Indragiri Hilir Tahun 2012. Hal.9. Diakses Pada Tanggal 07-11-2019 Pada
Pukul 20.23 Wib

Simbolon, SKM., MKM, Dr.Demsa; Jumiyati, SKM.,M.Gizi; Antun Rahmadi,


SKM, MPH. (2018). Pencegahan Dan Penanggulangan Kekurangan Energi
Kronik (Kek) Dan Anemia Pada Ibu Hamil. Yogyakarta: Cv Budi Utama.

Sjahmie Moehji.2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta:Papas Sinar Sinanti. Diakses pada


tanggal 11-08-2020. Pada pukul 00.30 WIB

Soetjiningsih, IGN Gde Ranuh. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC.


Diakses pada tanggal 11-08-2020. Pada pukul 00.24 WIB

Stephanie, P., & Kartika, S. (2016). Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik
Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan

128
Klungkung Bali 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 5(6), 1–6. Vol 5 No.6 Hal.
2. Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 21.12 WIB

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Susilawati, A. (2019). Kejadian Kekurangan Energi Kronik ( Kek ) Pada Ibu


Hamil, 3, 220–227. Diakses pada tanggal 10-08-2020. Pada pukul 19.16
WIB.

Sumantri, Arif. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Suyanto, B. 2005. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Grasindo.

Swarjana, S.K.M.,M.P.H., K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi


Revisi). Yogyakarta: Cv.Andi Offset.

129
Syafiq, A, dkk. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKM UI.
Depok:Departemen Gizi dan Kesmas. Diakses pada tanggal 11-08-2020. Pada
pukul 16.13 WIB.

Tambunan, D. M. (2011). Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil Dan Faktor-


Faktor Yang Berhubungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung
Kabupaten Asahan Tahun 2011.

Thaha, dkk. 2002. Pangan dan Gizi. DPP Pergizi Pangan Indonesia. Diakses pada
tanggal 08-08-2020. Pada pukul 16.47 WIB

Wiarsih, R. (2018). Program studi s1 gizi fakultas ilmu keperawatan dan


kesehatan universitas muhammadiyahsemarang tahun 2018. Hal.9. Diakses
pada tanggal 07-11-2019 pada pukul 22.39 WIB.

Wijayanti, H., & Rosida, L. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Jetis II
Bantul Yogyakarta. Jurnal Kesehatan, 1(KEK), 1–14.
Retrievedfromgooglescholar. Diakses pada tanggal 21-08-2020. Pada pukul
19.41 WIB.

130
Winarsih, S.Si.T., M.Kes. (2018). Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Pt. Pustaka Baru.

Wulandari, C. (2017). Pengaruh Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan


Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Tumpak Pelem Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo, 8(7), 48–54. Vol 8 No.7. Hal. 51.Diakses pada
tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17 WIB.

Yuliastuti, E. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan


Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bilu
Banjarmasin. An-Nada 2019, 1(2), 14–15. Diakses pada tanggal 21-08-2020.
Pada pukul 19.41 WIB.

Zahidatul Rizkah, T. M. (2017). Hubungan Antara Umur, Gravida, Dan Status


Bekerja Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada
Ibu Hamil, 72–79. https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i2.2017.72-79. Hal 74.
Diakses pada tanggal 24-10-2019 pada pukul 20.17 WIB

131
132
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. InformedConsent

Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian


(InformationforConsent)

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya Nelis Cahyati, mahasiswa fakultas ilmu keperawatan ARS University


Bandung (U-ARS) jurusan ilmu keperawatan. Dalam rangka menyelesaikan studi
saya di U-ARS saya akan melakukan studi pendahuluan pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas Margahayu Raya Kota Bandung.

Adapun tujuan studi pendahuluan ini untuk mengetahui hubungan


kekurangan energi kronik (KEK) dengan kejadian pada ibu hamil. Demi
mendukung terlaksananya studi pendahuluan saya meminta bantuan dan
kesediaan ibu untuk dilakukan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan
wawancara dengan menjawab yang ibu ketahui dan sesuai yang ibu alami.
Keikutsertaan ibu dalam studi pendahuluan ini tidak akan dikenakan sanksi dalam
bentuk apapun atau menimbulkan kerugian dan identitas ibu akan dijaga
kerahasiaannya.

Atas partisipasi ibu saya ucapkan terima kasih. WassalamualaikumWr.Wb

Bandung, Maret 2020

Setuju untuk menjadi responden

( )

133
Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data Karakteristik Responden

USIA_IBU
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid beresiko 43 41,0 41,0 41,0
tidak beresiko 62 59,0 59,0 100,0
Total 105 100,0 100,0

JARAK_KEHAMILAN
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid >2 tahun 105 100,0 100,0 100,0

USIA_KEHAMILAN
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid trimester 1 14 13,3 13,3 13,3
trimester 2 22 21,0 21,0 34,3
trimester 3 69 65,7 65,7 100,0
Total 105 100,0 100,0

PARITAS
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid nullipara 8 7,6 7,6 7,6
primipara 43 41,0 41,0 48,6
multipara 54 51,4 51,4 100,0
Total 105 100,0 100,0

134
KUNJUNGAN_ANC
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid rutin 100 95,2 95,2 95,2
tidak rutin 5 4,8 4,8 100,0
Total 105 100,0 100,0

PEMBERIAN_FE
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid rutin 105 100,0 100,0 100,0

RIWAYAT_PENYAKIT
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid tidak ada 105 100,0 100,0 100,0

FASILITAS_KESEHATAN
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid puskesmas 105 100,0 100,0 100,0

135
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Distribusi Frekuensi Kejadian KEK dan
anemia

LILA
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid KEK 16 15,2 15,2 15,2
normal 89 84,8 84,8 100,0
Total 105 100,0 100,0

HB
CumulativePerc
Frequency Percent Valid Percent ent
Valid anemia 59 56,2 56,2 56,2
normal 46 43,8 43,8 100,0
Total 105 100,0 100,0

136
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Hubungan KEK dan anemia

CaseProcessingSummary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kejadian KEK * Kejadian 105 100,0% 0 0,0% 105 100,0%
Anemia

Kejadian KEK * Kejadian Anemia Crosstabulation


Kejadian Anemia
Anemia Normal Total
Kejadian KEK KEK Count 12a 4a 16
% within Kejadian KEK 75,0% 25,0% 100,0%
Normal Count 47a 42a 89
% within Kejadian KEK 52,8% 47,2% 100,0%
Total Count 59 46 105
% within Kejadian KEK 56,2% 43,8% 100,0%
Eachsubscriptletterdenotes a subsetof Kejadian Anemia categorieswhosecolumnproportionsdo
not differsignificantlyfromeachotheratthe ,05 level.

Chi-SquareTests
AsymptoticSignif ExactSig. (2- ExactSig. (1-
Value Df icance (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,713a 1 ,100
b
ContinuityCorrection 1,886 1 ,170
LikelihoodRatio 2,853 1 ,091
Fisher'sExactTest ,111 ,083
Linear-by-Linear Association 2,687 1 ,101
N of Valid Cases 105
a. 0 cells (,0%) haveexpectedcountlessthan 5. The minimum expectedcountis 7,01.
b. Computedonlyfor a 2x2 table

137
138
Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian

139
140
141
142
143
144
Lampiran 6. Surat Balasan Puskesmas

145
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

146
Lampiran 8. Batas KEK

147
Lampiran 9. Coding Pengolahan Data

148
FASILIT
JARAK USIA
RESPON USIA PARIT KUNJUNG PEMBERI RIWAYAT AS
KEHAMI KEHAMIL LILA
DEN IBU AS AN ANC AN FE PENYAKIT KESEHA
LAN AN
TAN
1 1 1 1 3 1 1 1 1 1
2 1 1 3 3 1 1 1 1 2
3 1 1 3 3 1 1 1 1 2
4 1 1 3 2 1 1 1 1 2
5 1 1 3 1 1 1 1 1 2
6 2 1 3 2 1 1 1 1 2
7 1 1 3 3 2 1 1 1 2
8 1 1 1 3 1 1 1 1 2
9 1 1 3 3 1 1 1 1 2
10 1 1 2 2 2 1 1 1 2
11 1 1 3 1 1 1 1 1 1
12 1 1 3 3 1 1 1 1 2
13 1 1 3 1 2 1 1 1 2
14 2 1 3 2 1 1 1 1 1
15 2 1 3 3 1 1 1 1 2
16 2 1 3 1 1 1 1 1 2
17 2 1 1 2 1 1 1 1 2
18 2 1 1 2 1 1 1 1 2
19 2 1 2 3 1 1 1 1 2
20 1 1 3 3 1 1 1 1 1
21 1 1 3 3 1 1 1 1 2
22 2 1 3 2 1 1 1 1 1
23 2 1 1 3 1 1 1 1 2
24 2 1 3 3 1 1 1 1 2
25 1 1 2 3 1 1 1 1 2
26 1 1 3 2 1 1 1 1 2
27 1 1 2 3 1 1 1 1 2
28 1 1 2 3 1 1 1 1 2
29 2 1 2 3 1 1 1 1 1
30 1 1 2 3 1 1 1 1 2
31 1 1 3 2 1 1 1 1 2
32 1 1 1 2 1 1 1 1 2
33 1 1 3 3 1 1 1 1 2
34 1 1 3 3 2 1 1 1 2
35 1 1 3 2 1 1 1 1 2
36 1 1 3 2 1 1 1 1 2

149
37 1 1 2 2 1 1 1 1 2
38 2 1 3 1 1 1 1 1 1
39 2 1 3 2 1 1 1 1 2
40 2 1 3 2 1 1 1 1 2
41 2 1 3 3 1 1 1 1 2
42 1 1 3 1 1 1 1 1 2
43 2 1 3 2 1 1 1 1 2
44 2 1 2 2 1 1 1 1 2
45 2 1 2 2 1 1 1 1 2
46 1 1 3 3 1 1 1 1 2
47 2 1 2 2 1 1 1 1 2
48 2 1 3 2 1 1 1 1 2
49 1 1 3 3 1 1 1 1 2
50 2 1 3 3 1 1 1 1 2
51 1 1 3 3 1 1 1 1 1
52 2 1 3 3 1 1 1 1 1
53 2 1 3 2 1 1 1 1 2
54 1 1 3 3 1 1 1 1 2
55 2 1 3 3 1 1 1 1 2
56 2 1 2 3 1 1 1 1 2
57 2 1 3 2 1 1 1 1 2
58 1 1 3 3 1 1 1 1 2
59 2 1 2 1 1 1 1 1 2
60 2 1 3 2 1 1 1 1 2
61 2 1 3 3 2 1 1 1 2
62 2 1 3 3 1 1 1 1 2
63 2 1 3 3 1 1 1 1 2
64 2 1 3 2 1 1 1 1 2
65 2 1 3 2 1 1 1 1 2
66 2 1 3 3 1 1 1 1 2
67 2 1 3 3 1 1 1 1 2
68 2 1 1 2 1 1 1 1 2
69 2 1 1 2 1 1 1 1 1
70 1 1 3 2 1 1 1 1 1
71 2 1 3 2 1 1 1 1 1
72 2 1 3 2 1 1 1 1 2
73 2 1 3 2 1 1 1 1 2
74 1 1 3 1 1 1 1 1 1
75 2 1 3 2 1 1 1 1 2

150
76 2 1 3 2 1 1 1 1 2
77 2 1 2 3 1 1 1 1 2
78 2 1 2 3 1 1 1 1 2
79 2 1 1 2 1 1 1 1 2
80 2 1 3 3 1 1 1 1 2
81 2 1 2 2 1 1 1 1 2
82 1 1 3 3 1 1 1 1 2
83 2 1 3 3 1 1 1 1 2
84 1 1 3 2 1 1 1 1 2
85 1 1 3 2 1 1 1 1 2
86 1 1 3 2 1 1 1 1 2
87 2 1 3 3 1 1 1 1 2
88 2 1 3 2 1 1 1 1 2
89 1 1 1 3 1 1 1 1 1
90 2 1 3 3 1 1 1 1 2
91 2 1 3 3 1 1 1 1 2
92 2 1 2 3 1 1 1 1 2
93 2 1 1 3 1 1 1 1 2
94 2 1 2 3 1 1 1 1 2
95 1 1 2 3 1 1 1 1 2
96 1 1 1 2 1 1 1 1 2
97 2 1 2 2 1 1 1 1 1
98 1 1 2 3 1 1 1 1 2
99 1 1 3 3 1 1 1 1 2
100 2 1 1 3 1 1 1 1 2
101 2 1 2 2 1 1 1 1 2
102 2 1 1 3 1 1 1 1 1
103 2 1 3 3 1 1 1 1 2
104 2 1 3 3 1 1 1 1 2
105 2 1 3 2 1 1 1 1 2

KETERANGAN :

USIA IBU
1. BERESIKO
2. TIDAK BERESIKO

JARAK KEHAMILAM

151
1. >2 TAHUN
2. <2 TAHUN

USIA KEHAMILAN
1. TRIMESTER 1
2. TRIMESTER 2
3. TRIMESTER 3

PARITAS
1. nullipara
2. primipara
3. multipara
4. grandemultipara
KUNJUNGAN ANC
1. RUTIN
2. TIDAK RUTIN

PEMBERIAN FE
1. RUTIN
2. TIDAK RUTIN

RIWAYAT PENYAKIT
1. TIDAK ADA
2. ADA

FASILITAS KESEHATAN
1. PUSKESMAS
2. NON-PUSKESMAS

LILA
1. KEK
2. NORMAL

HB
1. ANEMIA
2. NORMAL

152
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nelis Cahyati

Tempat/Tanggal Lahir : Subang, 26 Mei 1998

153
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Derik Desa RangduRt 012 Rw 004


Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang Kode
Pos 41255

Riwayat Pendidikan :

1. 2002-2004 TK PGRI-Losarang
2. 2004-2010 SD Negeri Setia Budi
3. 2010-2013 SMP Negeri 1 Pusakanagara
4. 2013-2016 SMA Negeri 1 Pamanukan
5. 2016-2020 Fakultas Ilmu Keperawatan ARS University Bandung

Riwayat Organisasi :

1. 2008-2009 Organisasi Pramuka SD Negeri Setia Budi


2. 2010-2012 Organisasi PMR SMP Negeri 1 Pusakanagara
3. 2011-2012 Sekretaris I OSIS SMP Negeri 1 Pusakanagara
4. 2013-2014 Marching Band SMA Negeri 1 Pamanukan
5. 2013-2015 BINLATSAR Paskibra SMA Negeri 1 Pamanukan
6. 2015 Paskibra Kecamatan Pamanukan

Bandung, September 2020

154
Nelis Cahyati

155

Anda mungkin juga menyukai