Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISCHARGE PLANNING

DISUSUN OLEH :

RIDA RIZKY 88180004

ANDRES PUTRA 88180006

PUTRY ANGGRIANI 88180008

FIRDAUSI NURUL A 88180019

CICA HERMAWATI 88180020

INTAN ASTIYANI 88180027

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY KOTA BANDUNG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau
memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
(RCP,2001).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge planner
perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan
untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien
dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi
kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien
untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan,
perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan
perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses
discharge planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi
lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki
komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).
Untuk itu perlu adanya peran perawat yang komprehansif dalam pelaksanaan discharge
planning sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal .

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari discharge planning?
2. Apa saja tujuan dari discharge planning?
3. Apa saja manfaat discharge planning?
4. Siapa saja pemberi layanan discharge planning?
5. Siapa saja penerima layanan discharge planning?
6. Bagaimana prinsip dari discharge planning?
7. Apa saja jenis dari discharge planning?
8. Bagaimana gambar lembar discharge planning?
9. Bagaimana tahap-tahap dari discharge planning?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari discharge planning
2. Mengetahui dan memahami tujuan dari discharge planning
3. Mengetahui dan memahami manfaat discharge planning
4. Mengetahui dan memahami siapa saja pemberi layanan discharge planning
5. Mengetahui dan memahami siapa saja penerima layanan discharge planning
6. Mengetahui dan memahami bagaimana prinsip dari discharge planning
7. Mengetahui dan memahami apa saja jenis dari discharge planning
8. Mengetahui dan memahami bagaimana gambar lembar discharge planning
9. Mengetahui dan memahami tahap-tahap pelaksanaan discharge planning
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Discharge Planning


Discharge planning  adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien ketika akan
meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun akan melakukan
perawatan dirumah sakit lain (Taylor)
Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang  lain didalam atau diluar suatu agen
pelayanan kesehatan umum.
Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi
kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan
kesehatan dari suatu lingkungan yang lain.
Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien
dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya,
Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang
ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan,
pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada
klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat
dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).

2.2 Tujuan Dishcharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito, 1999).
Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif
(Discharge planning Association, 2008). 
The Royal Marsden  Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge
planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan
verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam
proses pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien,
mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga
dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri. 
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :
a. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
d. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.

2.3 Manfaat Discharge Planning


2.3.1 Bagi Pasien
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses  perawatan sebagai bagian yang aktif
dan bukan objek yang pasif
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh support sebelum
timbulnya masalah
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubungi
2.3.2 Bagi Perawat
a. Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam system
d. Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda
f. Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif

2.4 Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam  memberi layanan
kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien
tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan
kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden  Hospital, 2004). 
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses
discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan
memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning
(Discharge planning Association, 2008). 

2.5 Penerima Layanan Discharge Planning


Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge planning
Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti
pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992
dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi
tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008). 

2.6 Prinsip Discharge Planning


Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada
beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa prinsip yang
dikemukakan oleh The Royal Marsden  Hospital (2004), yaitu :
1. Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber- sumber untuk
mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat. 
2. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada
semua pasien
3. Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang terutama.
6. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim kesehatan dengan
pasien/care giver , dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan
berkelanjutan. 
7. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika menyusun
discharge planning . 
2.7 Jenis Discharge Planning
a. Conditional discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang untuk sementara di
rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya. Jika klien perlu
perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Judocal discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk pulang, tetapi klien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim home care rs atau puskesmas terdekat.

2.8 Jurnal Dischange Planning


Penulis, Jenis Sample Instrumen Intervensi / Hasil
Tahun , Penelitian Penelitian SOP
Tempat
Yati Sumiati, Deskriptif Semua pasien Pernyataan Intervensi Hasil
Universitas kuantitatif di ruang inap kepuasan pasien medis dan non penelitian
Muhammadiya dewasa. pada pelayanan medis yang penerapan
h Jakarta. asuhan keperawatan suah di dischange
(2015 – 2021) rawat inap sebanyak berikan, planning di RS
30 pernyataan terdiri jadwal haji Jakarta
dari tangibles, control, gizi diperoleh 43
realiability, atau nutrisi, responden
assurance, istirahat dan (38,4%) yang
responsivenees dan aktivitas, melakukan
emphaty dengan obat-obatan, discharge
menggunakan skala perawatan planning
likert dengan luka, yang dengan baik
jawaban sangat tidak harus di dan 69
puas = 1, tidak puas penuhi di responden
= 2, puas = 3, dan rumah. (61,6%)
sangat puas = 4. melakukan
Semua pernyatan dischange
pada kuesioner planning
penelitian ini kurang. Hal ini
menggunakan dapat dilihat
pernyataan positif dari
dengan perhitungan penyampaian
skor dari kecil ke komunikasi
besar. yang baik oleh
PPA.

BAB III
3.1 Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan Discharge planning meliputi kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Menurut Perry &Potter (2006), terdiri tiga fase, yaitu akut,
transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Fase akut perhatian utama medis berfokus pada usaha
discharge planning, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat saat fase transisional tetapi tingkat
urgensinya semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan
kebutuhan perawatan masa depan, sedangkan fase pelayanan berkelanjutan, pasien telah mampu
dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pulang. Menurut Slevin, (2010). Pelaksanaan discharge planning di rumah sakit dilakukan
berdasarkan 5 tahapan : pertama adalah seleksi pasien yaitu di prioritaskan pada pasien yang
membutuhkan discharge planning, kedua yaitu pengkajian Discharge planning meliputi 4 area
yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan healt
heducation dan konseling, tahap ketiga perencanaan yang di sebut dengan metode “METHOD”
diskusi dengan keluarga, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, tahap ke empat adalah sumber
daya pasien dan keluarga dengan mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, keuangan, perawatan oleh
keluarga, layanan perawatan profesional, serta tahap terakhir atau tahap kelima yaitu
implementasi dan evaluasi tentang pendidikan kesehatan, memulai proses rujukan, dokumentasi
dan evaluasi kreiteria hasil.
Prosedur Discharge planning ( Perry & Potter) terdiri dari:
1. Pengkajian
Proses pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data yang berhubungan dengan pasien (Potter
& Perry, 2005).
a. Pengkajian dilakukan sejak waktu penerimaan pasien, tentang kebutuhan pelayanan
kesehatan untuk pasien pulang dengan menggunakan riwayat keperawatan, rencana
perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara
terus menerus;
b. Mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang berhubungan
dengan proses penyakit, obat-obatan, prosedur cara perawatan, pencegahan faktor risiko
atau hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari gangguan kesehatan yang dialami, dan
komplikasi yang mungkin terjadi;
c. Bersama pasien dan keluarga, mengkaji faktor-faktor lingkungan rumah sehingga
mengganggu perawatan diri ( fasilitas rumah, kamar mandi );
d. Berkoordinasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain, mengkaji perlunya rujukan
untuk mendapatkan perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang lain atau support
sisitem:
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan tersebut atau pemahaman pasien terhadap penjelasan dari fisioterpi
dan ahli gizi:
f. Konsultasi dengan tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan pasien setelah pulang
2. Diagnosa Keperawatan
Fungsi diagnostik keperawatan merupakan pusat dari peran perawat , diagnosa
keperawatan bersifat indifidu sesuai dengan kebutuhan pasien. Disusun setelah
melakukan pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarga. Diagnosa keperawatan yang sering muncul : kecemasan, kurang
pengetahuan perawatan diri dan stres, disusun sesuai problem, etiologi (penyebab),
support sistem (faktor pendukung discharge planning), dengan menentukan tujuan yang
relevan, yaitu sebagai berikut,
1) pasien akan memahami masalah dan implikasinya;
2) pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individunya;
3) lingkungan rumah akan menjadi aman;
4) tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah;

3. Perencanaan
Perencanaan berfokus pada kebutuhan pengajaran yang baik untuk persiapan pulang
pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
a. Medication (obat) Pasien diharapkan mengetahui jenis, jumlah obat yang dilanjutkan
pasca rawat inap.
b. Environment (lingkungan) Dalam proses discharge planning dibutuhkan lingkungan yang
nyaman serta fasilitas kesehatan yang baik untuk proses perawatan setelah rawat inap.
c. Treatment (pengobatan) Perawat memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan). Sebelum pasien dijadwalkan untuk pulang,
sebaiknya diberikan edukasi tentang kondisi kesehatannya serta perawatan kesehatan
tambahan.
e. Outpatient Referal. Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau
komunitas lain diluar rumah sakit yang dapat meningkatkan perawatan berkelanjutan.
f. Diet Pasien Perawat sebaiknya memberikan edukasi tentang pola makan yang sebaiknya
dikonsumsi oleh pasien.
4. Implementasi
Implementasi dalam Discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran
referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (discharge summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien,
penatalaksanaan dilakukan persiapan sebelum hari pemulangan pasien dan pada hari
pemulangan. Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah. Antara lain:
a. Anjurkan cara-cara merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi;
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada
pasien dan keluarga;
c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien dirawat
dirumah sakit. Pasien dapat diberikan pamflet atau buku;

5. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning digunakan untuk persiapan
pasien pulang, Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin
kualitas dan pelayanan yang sesuai. Untuk evaluasi kesiapan pasien perlu di lakukan tindakan
pada hari kepulangan diantaranya:
a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu yang
berkaitan dengan perawatan di rumah;
b. Menanyakan kepasien dan keluarga tentang pengetahuan tentang semua proses discharge
planning yang telah di terimah.
c. Perikasa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan, atau
alat-alat khusus yang diperlukan;
d. Menentukan pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke rumah;
e. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-barang
pribadinya untuk dibawa pulang;
f. Periksa seluruh barang pasien agar tidak tertinggal;
g. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai instruksi dokter;
h. Hubungi bagian administrasi untuk mengurus keuangan pasien;
i. Gunakan alat bantu untuk membawa barang-barang pasien dan untuk mobilisasi pasien
(kursi roda);
j. Bantu pasien pindah dari kursi roda;
k. Bantu pasien pindah dari kursi roda ke kendaraan dan bantu untuk memindahkan
barang-barang pasien;
l. Beritahu ke bagian lain tentang waktu pemulangan pasien;
m. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan;
n. Dokumentasi status masalah kesehatan saat pasien pulang.
o. Evaluasi apakah pasien dapat menjelaskan penyakit yang diderita, pengobatan yang
dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada tim medis, dapat
mendemonstrasikan penatalaksanaan pengobatan dilanjutkan di rumah, serta
memastikan hambatan yang membahayakan pasien di rumah sudah diperbaiki

b. SOP Dishange Planning


Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksanaan
Persiapan 1. PP melaporkan Ners station 10 menit PP 1
pada karu bahwa
ada pasien yang
akan pulang
2. Karu
mempersilahkan
pp menyiapkan
format disvharge
planning
3. Pp sudah siap
dengan status
klien dan format
dischange
planning
4. Menyebutkan
masalah pasien
5. Menyebutkan hal-
hal yang perlu
diajarkan pada
klien dan keluarga
6. Karu memeriksa
kelengkapan
administrasi
Pelaksanaa 1. Karu Bed pasien 20 menit Karu
n mengevaluasi Pp
keadaan pasien Pa
2. Pp di bantu Pasien
dengan PA Keluarga
menyampaikan
Pendidikan
kesehatan,
melakukan
demonstrasi : diet,
aktivitas &
istirahat minum
obat teratur
perawatan diri
3. Pp menanyakan
kembali pada
klien atau
keluarga tentang
materi yang telah
di sampaikan
4. Pp mengucapkan
terima kasih
5. Pendokumentasia
n

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau
memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang kekelompok lainnya.
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai discharge planner
perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan
untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien
dan keluarga,memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi
kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk mencegah dan
meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota timkesehatan, perawat berkolaborasi
dengan tim lain untuk merencanakan, melakukantindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care
dan juga membantu pasienmemperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

4.2 Saran

Dengan di selesaikannya tugas ini, penyusun mengetahui bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusun tugas matakuliah management keperawatan yang berjudul
“dischange planning” untyuk itu penyusun berharap mendapatkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam penyusunan tugas yang akan dating bisa lebih baik dari yang ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/351519963/Makalah-discharge-planning
//id.scribd.com/document/401385722/Sop-Discharge
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1633
https://www.academia.edu/37525558/MANAJEMEN_KEPERAWATAN_ROLE_PLAY_DISCHA
RGE_PLANNING

Anda mungkin juga menyukai