Oleh:
i
HALAMAN JUDUL
Oleh:
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan nahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
Demikian, pernyataan ini saya baut dalam keadaan sadar dan tanpa ada
Makassar, 2019
Nim : 17.01.066
iv
ABSTRAK
(ISAR MULIASNI SRI 17.01.066) “Hubungan Pemberian Antibiotik Melalui Injeksi Bolus
Dengan Terjadinya Ekstrvasasi Infus Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Rsud Haji Provinsi
Sulawesi Selatan”.
(dibimbing oleh Mikawati dan Suryani).
Pendahuluan : Ekstravasasi terjadi akibat cairan dan obat-obatan yang bersifat vesikan tidak tepat
masuk ke dalam jalur vena tapi masuk kedalam jaringan sekitar vena yang menyebabkan edema.
Infiltrasi doksorubin kedalam jaringan subkutan menyebabkan ulkus yang terisi jaringan nekrotik,
sering bersamaan dengan respon inflamasi dan hilangnya jaringan kulit serta kerusakan ireversibel
dari jaringan tendon dan saraf.
Tujuan : penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian antibotik melalui injeksi bolus
pada anak usia 6-12 tahun.
Desain Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan
menggunakan pendekatan Cross sectional study. Proses dilaksanakan pada tanggal 21 Januari -15
Februari 2019 di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan, dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan puposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah sampel 36
responden.
Hasil : Penelitian menunjukkan 22 orang anak (55.6%) yang mendapatkan terapi pemberian
antibiotik sesuai, dan 22 anak (55.6%) yang tidak terjadi ekstrvasasi infus. Sedangkan dari 14
orang anak mendapatkan terapi pemberian antibiotik tidak sesuai terdapat 14 orang anak (25.0%)
yang terjadi ekstravasasi infus. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai ρ 0.000 yang berarti nilai ρ
lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga Ha yang diterima berarti ada hubungan pemberian
antibiotik melalui injeksi bolus dengan terjadinya ekstravasasi infus pada anak usia 6-12 tahun di
RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan.
Kesimpulan : Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pemberian antibiotik
melalui injeksi bolus dengan terjadinya ekstravasasi infus pada anak usia 6-12 tahun di RSUD
Haji Provinsi Sulawesi Selatan.
Saran : Diharapkan kepada setiap tenaga kesehatan, khususnya perawat untuk menetahui varabel-
variabel lain yang dapat mempengaruhi kejadian ekstravasasi infus.
v
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
1. Terima kasih kepada kedua orang tua saya ayahanda Muh Ismail dan
2. Terima kasih juga sebesar besarnya terutama pada ibu Mikawati Rasyid,
S.Kp., M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Ns. Suryani, S.Kep., M.Kep
pada waktunya.
vii
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya yang Maha
dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali. Shalawat
Injeksi Bolus Dengan Terjadinya Ekstravasasi Infus Pada Anak Usia 6-12 Tahun
tujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang luas kepada pembaca
Bolus Dengan Terjadinya Ekstravasasi Infus Pada Anak Usia 6-12 Tahun ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan
dukungan Ayah dan Ibu saya (Muh Ismail dan Saheriah) yang selalu memberikan
motivasi untuk terus belajar dan segala pengorbanannya baik moril maupun
material, adapun bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penelitian
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan hati yang tulus, ikhlas,
viii
penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya.
penelitian ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
penelitian untuk keperluan skripsi serta memberi arahan dan saran bagi
3. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.EDM., CWCCA., selaku
arahan dan petunjuknya pada saat penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini
dan bimbingannya pasa saat penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
ix
6. Dosen di prodi S1 Keperawatan yang telah dengan sabar memberikan
dikelas dan yang selalu bersama dikala suka dan duka menghadapi rintangan
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satuyang telah memberikan
bantuannya.
Dengan dukungan dan doa yang kalian berikan kepada penulis, akhirnya
Akhir kata penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..........................................................................5
xi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ....................................................................... 33
B. Hipotesis ..................................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 35
B. Populasi, Sampel dan Sampling ................................................. 35
C. Varianel Penelitian dan Desain Operasional .............................. 38
D. Tempat Penelitian ....................................................................... 39
E. Waktu Penelitian......................................................................... 39
F. Instrument Penelitian .................................................................. 39
G. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 40
H. Teknik dan Analisa Data ............................................................ 40
I. Etika Pnelitian............................................................................. 42
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 55
B. Saran .......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Krakterstik Responden Berdasarkan Jenis kelamin dan umur
Pada Anak Usia 6-12 Tahun di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan
Makassar .............................................................................................. 46
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Terjadinya Ekstravasasi Infus Pada Anak Usia
xiii
DAFTAR GAMBAR
Bolus Dengan Terjadinya Ekstrvasasi Infus Pada Anak Usia 6-12 Tahun .......... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
9. Dokumentasi Penelitian
xv
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar belakang
Salah satu terapi lokal yang serig didapatkan dari terapi intravena
adalah ekstravasasi. Ciri ekstravasasi adalah rasa nyeri, bengkak, kaku, teraba
dingin aliran melambat atau terhenti dan balutan yang basah (Mubarakh,
2013).
7% melalui jalur vena perifer. Angka kejadian melalui kateter vena sentral
0,3% sampai 4,7%. Kejadian ekstravasasi pada anak lebih besar daripada
Salah satu cara pemberian obat yang biasa digunakan dalam mengobati
penyakit adalah dengan injeksi. Injeksi saat ini telah menjadi prosedur
setiap tahun (90% untuk terapi dan 10% untuk imunisasi). Namun injeksi yang
diberikan tersebut seringkali tidak diperlukan dan kerapkali tidak aman. Salah
satu jenis injeksi adalah injeksi intravena. Pemberian obat dengan injeksi
intravena memberikan reaksi tercepat yaitu kurang dari 18 detik karena obat
menuju sel dan jaringan, sehingga efeknya lebih cepat dan kuat. Injeksi
1
2
cairan dalam sistem sirkulasi dan reaksi yang tak diinginkan lainnya karena
pemberian terlalu cepat obat konsetrasi tinggi kedalam plasma dan jaringan-
dalam volume yang sedikit diberikan melalui alat akses pembuluh darah
perifer atau kanula. Injeksi bolus diberikan selama 3-10 menit tergantung pada
jenis obat. Adapun injeksi bolus dapat meningkatkan potensi efek samping
pada anak. Perawat hendaknya menghindari vena yang kecil, rapuh dan tidak
tendon, saraf dan area dekat siku serta menghindari penusukan kanul berulang
di ruang anak RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, kepada 19 pasien anak di
ekstravasasi setiap shift sedangkan 4 orang lainnya berusia 6-8 tahun (50%)
sebanyak 2 kali tusukan pada setiap anak. Perawat ini mengakui ekstravasasi
ini timbul karena usia anak, vena kecil, posisi pemasangan infus yang dekat
dengan sendi. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh Mirah (2013),
menunjukkan bahwa dari 118 pasien anak usia sekolah didapatkan 53,6%
Dr. Sardjito Yogyakarta sebesar 12,7% anak usia sekolah yang mengalami
pasien anak berusia 1-5 tahun sebanyak 98 anak, sedangkan anak yang usia 6-
12 tahun sebanyak 214 anak dan jumlah rata-rata anak yang mengalami
dirawat, 85% anak yang mengalami ekstravasasi infus (Data RSUD Haji
Injeksi Bolus Dengan Terjadinya Ekstravasasi Infus pada anak usia 6-12
Tahun”
B. Rumusan masalah
diberikan pada pasien anak yang menjalani rawat inap sebagai jalur terapi
4
infus, pemberian obat, cairan dan pemberian produk darah atau sampling
darah.
seperti bengkak, kaku, rasa nyeri atau panas. Berdasarkan latar belakang
injekai bolus dengan terjandinya ekstravasasi infus pada anak usia 6-12 tahun
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini terbagi dua yaitu:
1. Tujuan umum
terjadinya ekstravasasi infus pada anak usia 6-12 tahun di RSUD Haji
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
c. Bagi peneliti
penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Deinisi
dan organisme lain (Utami, 2011). Antibiotik adalah zat-zat kimia oleh
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan
kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
2. Klasifikasi antibiotik
6
7
spektinomisin
kuinolon, nitrofurantion.
3. Jenis-jenis antibiotic
a. Penisilin
b. Sefalosporin
c. Aminoglikosida
Kanamycin, Neomycin)
8
d. Tetrasiklin
e. Makrolid
Azithromycin, Clarithromycin)
f. Quinolone
Moxifloxacin, Norfloxacin).
5. Akibat penggunaan antibiotika yang tidak sesuai atau tidak rasional, antara
lain:
anafilaktik.
antara lain:
1) Absorpsi
2) Distribusi
3) Metabolisme
4) Eksresi
Penilaian efek terapeutik (dari segi manfaat) dan efek toksik (dari segi
c. Perhitungan dosis
pada buku-buku standar anak dan buk-buku pedoman terapi pada anak
10
Rumus ini digunakan untuk pasien kurang dari atau sama dengan
delapan tahun.
Swandari (2014) adalah jika pasien menerima obat yang sesuai dengan
1. Definisi
samping yang serius dapa terjadi dalam hitungan detik. Bahaya injeksi
darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing”
mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila
(Rendy, 2013).
antara lain:
12
air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
partikel ini tidak dapat segera terlihat. Endapan dalam selang infus
dapat tercampur.
pemberian yang paling cepat dan pasti. Penyuntikan bolus dngan dosis
lainnya.
gagal ginjal, gagal jantung dan syok; pasien preeklamsia berat atau
cara pemberian. Akan tetapi, awitan efek yang merugikan jauh lebih
a. Ekstravasasi
b. Phlebitis
c. Infeksi
menularkan infeksi.
1) Fase orientasi
2) Persiapan alat
3) Prosedur kerja
kapas alkohol.
(k) Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat
yang benar.
(m) Buka sarung tangan dan buang pada tempat sampah medis.
dan bersih.
obat).
4) Fase terminasi
objekstif
17
5) Sikap
(a) Hati-hati
1. Definisi
vena, atau karena obat bersifat korosif dan merusak vena. Larutan
dalam jalur vena tapi masuk kedalam jaringan sekitar vena yang
i. Injeksi bolus
infus atau suntikan (tidak adanya aliran bebas dari infus atau
makin meningkat).
pada bagian tengah luka merusak kulit sekitar dan lama kelamaan
makin melebar).
Temperatur
Normal Hangat Panas
kulit
Edema
Tidak ada Non-pitting Pitting
Gejala Gata-gatal, nyeri, Sakit dan sesak Spasme dinding Rasa nyeri dan
dan rasa terbakar otot pembuluh terbakar yang
(jarang) darah umum terjadi
di area injeksi
(kateter IV),
dan menyengat
yang mungkin
terjadi selama
pemberian
terapi
blood return Baisa, tetapi Biasa, tetapi Sering tidak ada Biasanya tidak
tidak selalu utuh tidak selalu utuh ada
bila IV menginfiltrasi.
berhenti.
sesuai pesanan.
i. Hentikan IV segera.
reaksi sakit dari plebitis dan akan meresap infiltrasi cairan akibat
24-48 jam. BMSO 99% dapat menyebabkan eritema local yang dapat
1. Definisi
sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan
berkembang. Anak usia sekolah, umur 6-12 tahun adalah suatu usia
kognitif dan social yang cepat (Supartini, 2004 dalam Rasyid, 2010).
a. Perkembangan fisik
berat badan dan tinggi badan anak laki-laki. Perbahan ini terjadi
pada anak laki-laki sebelum 12 tahun (Perry & Potter, 2005 dalam
Adriana. D, 2013).
dua kali lipat membuat anak lebih lentur. Banyak anak berlatih
1) Perkembangan kognitif
26
masalah.
2) Perkembangan psikososial
luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari
diri yang positif. Perasaan tidak adekuat dan rasa rendah diri
itu, harga diri yang kurang akan menjadi dasar yang kurang
27
3) Perkembangan psikoseksual
usia 6 sampai 12 tahun berada pada fase laten yaitu fase ketika
4) Perkembangan komunikasi
5) Perkembangan moral
pada masa awal tetapi tampak lebih konsisten pada masa usia
sekolah beikutnya.
(Adriana. D, 2013).
penyebab penyakit.
d. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut
resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki, oleh karena itu
pasien rumah sakit. Efek samping dan komplikasi yang muncul akibat
perantara IVD atau cannula maupun infus. Injeksi bolus dikenal dengan
diberikan melalui alat akses pembuluh darah perifer atau kanula. Injeksi
bolus diberikan selama 3-10 menit tergantung pada jenis obat. Adapun
injeksi bolus dapat meningkatkan potensi efek samping terutama jika obat
vena dengan cairan intravena setiap 2-3 menit antara injeksi bolus obat
BAB III
A. Kerangka konsep
antara variabel (variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
Pemberian antibiotik
ekstravasasi infus
injeksi bolus
Keterangan:
: variebel Independen
: variabel Dependen
: penghubung
B. Hipotesis
hipotesis adalah suatu pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua atau
33
3
34
penelitian.
menyatakan adanya suatu hubungan antara dua atau lebih variabel. Ada
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
terjadinya ekstravasasi infus pada anak 6-12 tahun di RSUD Haji Provinsi
Sulawesi Selatan.
1. Populasi
2. Sampel
35
3
36
N.Z2 (p.q)
n = ———————
d2 (N-1) + Z2(p.q)
Keterangan:
N: Besar populasi
n: Besar sampel
q: 1 – p = 1 – 0,05
= 0,95
kemaknaan 95%
N.Z2 (p.q)
n = ———————
d2 (N-1) + Z2 (p.q)
70 . 3,8416 (0,048)
n = ———————————
0,0025 (69) + 3,8416 (0,048)
37
12,9077
n = ———————
0,1725 + 0,1843
12,9077
n = ————
0,3568
n = 36,17
n = 36 orang
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan diambil dari
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
3. Sampling
beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah
1. Variabel penelitian
a. Variabel independen
bolus.
b. Variabel dependen
2. Definisi Operasional
D. Tempat Penelitian
Sulawesi Selatan
E. Waktun Penelitian
F. Instrument Penelitian
meliputi informasi data anak dan orang tua (Ayah dan Ibu).
dengan pilihan jawaban SESUAI nilainya (2) jika TIDAK SESUAI nilainya
Adapun rumus yang akan digunakan dalam instrumen ini penelitian ini
1. Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya berupa jajak
pendapat dari individu atau kelompok, maupun dari hasil observasi dari
suatu objek.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari arsip catatan medik pasien,
1. Pengolahan Data
a. Editing
ditetapkan
b. Coding
responden
c. skoring
41
telah ditentukan.
d. Tabulating
2. Analisa data
digunakan yaitu:
a. Analisa Univariat
Pada analisa ini dilakukan analisis tabel distribusi frekuensi dari tiap
b. Analisa Bivariat
uji statistik chi square (X2) dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Setelah
yaitu 5% atau 0,05, maka penelitian hipotesa yaitu: apabila p≤α = 0,05,
hubungan antara variabel bebas dan variabel terkait. Sedangkan bila p>
42
I. Etika penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
BAB V
pada tanggal 21 Januari sampai 15 Februari 2019. Jenis penelitian ini adalah
berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data terhadap setiap variabel
43
44
1. Karakteristik Responden
orang anak (58.3%) dan yang paling sedikit yaitu pada umur 10-12
sebanyak 8 orang anak (5.6%). Untuk jenis cairan yang paling banyak
2. Analisa Univariat
univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah
a. Pemberian Antibiotik
Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Pemberian Antibiotik Pada Anak
Di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019
Pemberian Antibiotik N %
Sesuai 22 61.1
Tidak Sesuai 14 38.9
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Tahun 2019
anak (61.1%) dan yang tidak sesuai sebanyak 14 orang anak (38.9%).
3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada
Data pada tabel 5.5 diatas, menunjukkan bahwa dari 22 orang anak
orang anak (61.1%) tidak terjadi ekstravasasi infus dan tidak satupun
anak yang terjadi ekstrvasas infus dan tidak satupun anak (0.0%) yang
dengan tabel 2 x 2 diperoleh nilai cell yang nilai ekspektasi kurang dari 5
tidak ada cells (0%) dan sudah tidak ada cell yang mempunyai nilai
ekspektasi kurang dari 1 (5.44) maka yang digunkan adalah uji Continuity
anak (61.1%) dan yang tidak sesuai sebanyak 14 orang anak (38.9%).
tidak tepat, cara pemberian yang tidak sesuai, lama pemberian yang tidak
konsentrasi obat yang tinggi didalam plasma. Obat dengan cepat akan
akan melampaui kisaran terapeutik dan memasuki kisaran toksik. Jika obat
awitan efek yang merugikan jauh lebih cepat terjadi saat disuntikkan
yang tidak terjadi ekstravasasi infus sebanyak 22 orang anak (61.1%) dan
vena yang kecil, rapuh dan tidak pada daerah pergelangan atau punggung
tangan, menghindari vena sebelah sendi, tendon, saraf dan area dekat siku
dan saraf.
injeksi bolus degan tidak hati-hati dan berulang-ulang tanpa aliran infus
tidak sesuai terdapat 14 orang anak yang terjadi ekstrvasas infus dan tidak
sesuai didapatkan 22 orang anak yang tidak terjadi ekstrvasasi infus. Hal
cepat akan mencapai kisaran terapeutik yang cepat amat berguna dalam
lebih lambat.
obat dalam volume yang sedikit diberikan melalui alat akses pembuluh
darah perifer atau kanula. Injeksi bolus diberikan selama 3-10 menit
terjadi ekstrvasas infus dan tidak satupun anak (0.0%) yang mengalami
kejadian melalui kateter vena sentral 0.3% sampai 4.7%. Jika diberikan
hendaknya menghindari vena yang kecil, rapuh dan tidak pada daerah
tendon, saraf dan area dekat siku serta menghindari penusukan kanul
berulang pada tempat yang sama, tekanan aliran infus yang tinggi
(Mubarakh, 2013).
salah satu diantaranya adalah usia dan ukuran vena yang kecil. Usia adalah
umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai saat berulang
anak, dewasa dan lanjut usia akan berbeda struktur dan isi produk darah itu
sendiri (misalnya pada orang yang masih muda dan produktif dengan
sebaliknya dengan orang sudah lanjut usia akan mengalami kekakuan pada
pembuluh darah pada saat pemsangan infus (Darmawan, 2012). Dari hasil
antibotik harus sesuai dengan SOP, oleh karena itu dalam melakukan
ekstravasasi infus.
54
4. Implikasi keperawatan
anak usia 6-12 tahun di RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan. Sehingga
5. Keterbatasan penelitian
Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang membatasi peneliti antara lain:
antibiotik.
BAB VI
PENUTUP
C. Kesimpulan
terjadinya ekstravasasi infus pada anak usia 6-12 Tahun dimana dalam hal ini:
antibiotik yang sesuai sebanyak 20 orang anak (55.6%) dan yang tidak
Sulawesi Selatan dari 36 orang anak yang diteliti, terjadi ekstravasasi infus
sebanyak 22 orang orang anak (61.1%) dan yang terjadi sebanyak 14 orang
anak (38.9%)
injeksi bolus dengan terjadinya ekstrvasasi infus pada anak usia 6-12 tahun
D. Saran
55
3
56
2. Bagi Rumah Sakit untuk dapat meningkatkan fasilitas ruang anak dan
dengan tema yang sama pemberian antibotik melalui injeksi bolus dengan
ekstravasasi infus.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D, “Tumbuh Kembang dan Terapi Pada Anak”, Edisi Revisi, Salemba
Medika, Jakarta, 2013.
Nama :
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak mengakibatkan efek samping terhadap fisik
dan mental saya dan juga kerahasiaan identitas saya sangat dijaga oleh peneliti.
Karena itu saya tidak akan menuntut peneliti dan hasil penelitiannya di kemudian
hari.
Responden
( )
Lampiran 2
DATA DEMOGRAFI
Tanggal:
A. Informasi Anak
1. Nama :
3. Usia :
4. Agama :
5. Suku :
1. IBU
a. Nama :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Suku :
2. BAPAK
a. Nama :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Pendidikan :
e. Suku :
Lampiran 3
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda (√) pada tindakan yang sesuai atau tidak sesuai.
SKOR
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI TERJADINYA EKSTRAVASASI INFUS
Grade ekstravasasi
Lama
No Jenis
Nama Umur Jk hari Antibiotik War
. cairan Integritas Temperature
injeksi na Edema Nyeri Demam
kulit kulit
kulit
a. Warna kulit : normal (1), merah muda (2), merah (3), pucat dan kemeraha (4)
b. Integritas kulit : tidak ada kerusakan (1), luka lesi (2), kehilangan superfisial kulit (3), terekspos jaringan subkutis (4)
e. Nyeri : nyeri ringan (1), nyeri sedang (2), nyeri berat (3)
Jadwal Penelitian
1 Pengajuan Judul
2 Konsul Proposal
3 Ujian Proposal
Perbaikan Proposal +
4 Persiapan Penelitian
Studi Kasus
Penelitian studi kasus +
5
Konsultasi
Ujian Hasil Penelitian
6
studi Kasus
RIWAYAT HIDUP PENULIS