Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI


DAN BOUNDING ATTACHMENT TERHADAP KESIAPAN
IBU UNTUK PROSES MENYUSUI DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MADISING
KABUPATEN PINRANG

SULFIANI
NIM. 202109073

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023
SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI


DAN BOUNDING ATTACHMENT TERHADAP KESIAPAN
IBU UNTUK PROSES MENYUSUI DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MADISING
KABUPATEN PINRANG

“ Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat dalam Untuk Memperoleh Gelar


Akademik Sarjana Kebidanan”

SULFIANI
NIM. 202109073

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini akan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian Skripsi dan di

setujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKES)

Muhammadiyah Sidrap.

Sidrap, 2023 Masehi


Muharram 1444 Hijriah

Oleh :
SULFIANI

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Rosmawaty, S.ST.,M.Kes.,M.Keb Chandra Ariani Saputri, S.ST.,M.Keb


NBM: 1135520 NBM:

Mengetahui

Dekan, Ketua,
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Prodi S1 Kebidanan

Asnuddin, S.Kep., Ns., M.Kes St. Hasriani, S.Tr.Keb., M.Keb


NBM: 1259292 NBM: 1174422
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sulfiani

NIM : 202109073

Program Studi : S1 Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan karya ilmiah ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sidrap, 1 April 2023

Yang Menyatakan

Sulfiani
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKES)


Muhammadiyah Sidrap, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sulfiani
NIM : 202109073
Program Studi : S1 Kebidanan
Jenis Karya : Karya Ilmiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKES) Muhammadiyah Sidrap Hak
Bebas Royalti Nonekslusif ( Non-exclusive Royalty-Free Right ) ataskarya ilmiah
saya yang berjudul :
Pengaruh Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding Attachment
Terhadap Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Di Rumah Sakit Umum Daerah
Madising.
Beserta perangkat yang diperlukan (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKES) Muhammadiyah
Sidrap berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengolah dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Pinrang
Pada Tanggal :1 April 2023

Yang Menyatakan

Sulfiani
RINGKASAN
Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains (ITKES)
Muhammadiyah Sidrap
Program Studi : S1 Kebidanan
Skripsi : Maret / 2023
Sulfiani
“ Pengaruh Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding
Attachment Terhadap Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Di RSUD
Madising Kab. Pinrang Tahun 2023 “
Dibimbing Oleh : Rosmawaty, S.ST.,M.Kes.,M.Keb dan Chandra Ariani Saputri,
S.ST.,M.Keb
VIII + VI BAB + 57 Halaman + 4 Tabel + 1 Bagan + 10 Lampiran
Manfaat IMD bagi ibu untuk memberikan rasa tenang, memicu produksi
hormon oksitosin, menekan risiko perdarahan, dan sebagai jalinan kasih sayang
dengan sang anak. Sedangkan bagi bayi manfaatnya untuk menekan angka
kematian bayi, sebagai sistem kekebalan tubuh pertama kali, dan sebagai
penghangat di awal kelahiran. Angka persentase IMD di Indonesia masih
tergolong rendah, walaupun angka cenderung meningkat, dan juga angka
kematian bayi masih tinggi akibat infeksi yang mengarah kepada rendahnyaangka
IMD itu sendiri. Maka dari itu, mengedukasi tentang pentingnya IMD dan
bounding attachment harus dilakukan agar ibu memiliki pengetahuan yang baik
dan mempengaruhinya dalam pelaksanaan IMD pada bayinya. Penelitian ini
bermaksud untuk mencari tahu bagaimana kesiapan ibu untuk pemberian Asi
setelah diberikan pengaruh berupa pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini dan
bounding attachment, khususnya di RSUD Madising Kab. Pinrang tahun 2023.
Peneliti mengambil metode pra- eksperiment desainnya adalah one group pre-test
and post-test. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan populasi
sebanyak 15 ibu mengandung di usia trimester 3. Analisisnya memakai uji t
dependent. Hasilnya menyatakan bahwa nilai rata-rata ibu saat belum diedukasi
adalah 57,33, lalu setelah diedukasi mengalami kenaikan menjadi 63,80 dan
didukung dengan nilai pValue = 0,000 (p<0,05), dimana ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh, segingga kesimpulannya adalah edukasi dapat memberikan
peningkatan pengetahuan kepada ibu mengandung mengenai inisiasi menyusu
dini dan bounding attachment. Petugas kesehatan sebaiknya melakukan edukasi
saat ibu hamil usia kandungan trimester 3 berkunjung ke RS.

Kata kunci : Bounding Attachment, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Kesiapan


menyusu

Sunber Literatur : 22 (2017-2022)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah.SWT dan rahmat serta ridho-Nya kepada


penulis sehingga dapat meyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh
Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding Attachment Terhadap
Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Di Rumah Sakit Umum Daerah Madising ”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan
suami untuk dukungan moril dan materil yang diberikan. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah hati
mengharapkan saran dan kritik. Ucapan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Muhammad Tahir, SKM, M.Kes selaku Rektor ITKES
Muhammadiyah Sidrap
2. Bapak Ns, Asnuddin S, Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan dan
Kebidanan ITKES Muhammadiyah Sidrap
3. Ibu St. Hasriani, S.Tr.Keb., M.Keb selaku Ketua Program Studi Diploma S1
Kebidanan ITKES Muhammadiyah Sidrap
4. Ibu Rosmawaty., S.ST., M.Kes.,M.Keb selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Chandra Ariani Saputri, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak Dr. Ibrahim, S.Kom.,MM dan Ibu Wilda Rezki Pratiwi, S.ST.,M.Kes
selaku penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam
menyelesaikan skripsi ini
7. Bapak dan Ibu dosen serta staf ITKES Muhammadiyah Sidrap.
Yang tak lupa pula untuk saudara, teman-teman serta seluruh keluarga
yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata semoga Allah.SWT senantiasa melimpahkan rahmat, berkat
dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal atas
semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
penulis senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadikan
kita sebagai hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Pinrang, 1 April 2023


Penulis

Sulfiani
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................


HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI .............................................. iv
HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v
HALAMAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vi
RINGKASAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah . ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 6
A. Konsep Menyusui ........................................................................ 6
B. Konsep Kesiapan Ibu................................................................... 14
C. Konsep Pendidikan / Edukasi Kesehatan ..................................... 17
D. Konsep Inisiasi Menyusu Dini ..................................................... 23
E. Konsep Bounding Attachment ...................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti....................................... 34
B. Bagan Kerangka Konsep .............................................................. 34
C. Defenisi Operasional .................................................................... 35
D. Hipotesis ....................................................................................... 37
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Desain Penelitian . ........................................................................ 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian. ..................................................... 38
C. Populasi dan Sampel..................................................................... 38
D. Pengumpulan Data........................................................................ 39
E. Alat Pengumpulan Dan Analisis Data ......................................... 42
F. Etika Penelitian ............................................................................ 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 46
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 46
B. Pembahasan.................................................................................. 50
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 57
B. Saran ............................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.2 Defenisi Operasional .................................................. .................35


Tabel 5.1 Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Sebelum Dilakukan
Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding
Attachment di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun 2023 ..........47
Tabel 5.2 Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Setelah Dilakukan
Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding
Attachment di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun
2023..............................................................................................48
Tabel 5.3 Rata-rata Peningkatan Kesiapan Ibu Untuk Proses
Menyusui Setelah Diberikan Edukasi Tentang Inisiasi
Menyusu Dini Dan Bounding Attachment di RSUD
Madising Kab. Pinrang Tahun 2023........ ....................................49
DAFTAR BAGAN

Nomor Gambar Halaman

Tabel 3.1 Karangka Konsep….. .................................................. .........34


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 SAP
Lampiran 5 Surat Tanda Persetujuan Judul
Lampiran 6 Surat Tanda Persetujuan Perbaikan Proposal
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data dan Penenlitian
Lampiran 9 Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsultasi
Lampiran 11 Hasil SPSS
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan pemberian air susu kepada bayi baik secara

langsung pada payudara ibu ataupun melalui proses pemerasan (expressed

breast-feeding). Definisi tersebut hanya berfokus pada dosis atau banyak ASI

yang diberikan tanpa memperhatikan durasi pemberian ataupun makanan lain

yang ikut diberikan pada bayi. Sedangkan menyusui secara eksklusif atau biasa

disebut ASI eksklusif adalah pemberian ASI mulai dari bayi lahir sampai usia 6

bulan tanpa diberikan makanan atau cairan lain baik berupa makanan ataupun

cairan (kecuali obat, vitamin, ORS) yang diberikan baik secara langsung

melalui payudara ibu ataupun dengan diperas (expressed breast-feeding). (

Setiya. 2019 )

WHO melaporkan bahwa dalam kurun waktu 2016-2019, presentasi

pemberian ASI sejak dini di usia 4 bulan awal cukup rendah yakni sebesar 15%.

Sehingga, WHO menyarankan program IMD agar bayi mampu mendapatkan

kolostrum pada ASI pertama keluar. Kolostrum ini penting sebab mampu

menekan resiko kematian bayi baru lahir hingga sebesar 22%.

(Nurmaliza,2019). UNICEF juga memberikan sebuah laporan terkait presentase

IMD yang masih kurang pada tahun 2018 di Indonesia. Prevalensi waktu IMD

di provinsi Sul-Sel sebesar 44,8% sementara di Pinrang sebesar 50%.

IMD atau Inisiasi Menyusu Dini merupakan proses membantu bayi untuk

mencari secara mandiri putting ibunya saat ia baru saja dilahirkan. Proses ini

1
2

amat penting untuk ketenangan bayi, tidak membuatnya mudah stress, baik

untuk kestabilan detak jantung dan bayi menumbuhkan ikatan rasa kasih

sayang antara ibu dan anaknya (Mochtar, 2018).

Terdapat banyak sekali kegunaan dari proses IMD, di antaranya adalah

membantu bayi untuk tidak mengalami bingung puting sebab telah dikenalkan

saat menyusu sebelumnya, dan Ibu pun menjadi mantap dan yakin untuk lanjut

memberikan ASI. Proses IMD pun mampu membentuk ikatan kasih sayang ibu

dan anak dari proses membelai dan menyayangi saat menyusui, atau biasa

dikenal dengan bounding attachment. Ikatan ini, yaitu ikatan saling mencinta

dan memberi, amat penting untuk kebutuhan emosional. Itulah mengapa saat

pekan ASI sedunia tahun 2007 dilaksanakan, tema yang diangkat adalah

Menyusu satu jam pertama kehidupan, dilanjutkan dengan ASI eksklusif

selama 6 bulan merupakan program international yang ditetapkan WHO sejak

tahun 2001. Untuk mensukseskan program menyusui, dikeluarkan kebijakan

yang disebut “sepuluh langkah menyusui”. Pemerintah Indonesia memberikan

dukungan terhadap program tersebut dengan mengeluarkan Kepmenkes No 45

tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

(Setiya , 2019)

Manfaat IMD bagi ibu untuk memberikan rasa tenang, memicu produksi

hormon oksitosin, menekan risiko perdarahan, dan sebagai jalinan kasihsayang

dengan sang anak. Sedangkan bagi bayi manfaatnya untuk menekan angka

kematian bayi, sebagai sistem kekebalan tubuh pertama kali, dan sebagai

penghangat di awal kelahiran. Angka persentase IMD di Indonesia masih


3

tergolong rendah, walaupun angka cenderung meningkat, dan juga angka

kematian bayi masih tinggi akibat infeksi yang mengarah kepada rendahnya

angka IMD itu sendiri. Maka dari itu, mengedukasi tentang pentingnya IMD

dan bounding attachment harus dilakukan agar ibu memiliki pengetahuan yang

baik dan mempengaruhinya dalam pelaksanaan IMD pada bayinya (

Muhammad Jundi Nasrullah, 2021 ).

RSUD Madising Pinrang adalah salah satu unit kesehatan di Kabupaten

Pinrang. Berdasarkan laporan RSUD Madising, edukasi terkait IMD dan

bounding attachment belum maksimal diberikan. Data ibu hamil per bulan

kurang lebih 90 orang, dan ibu hamil trimester 3 15 orang. Berdasarkan

wawancara dengan ibu hamil, 3 dari mereka tidak tahu perihal keuntungan

IMD, 1 dari mereka tidak tahu dan tidak pernah melakukan IMD. Keempat ibu

hamil tersebut mengaku tidak tahu bahwa bayi dengan sendirinya dapat

mencari putting susu ibu. Mereka pun merasa minder dan malu untuk meminta

tolong pada bidan.

Atas informasi di atas, peneliti pun merasa perlu melaksanakan penelitian

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan bounding attachment kepada kesiapan ibu

untuk menyusui bayinya

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang permasalahan tentang IMD tersebut,

maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan untuk penelitian ini yaitu,

“Apakah terdapat pengaruh dari edukasi tentang IMD dan bounding

attachment terhadap kesiapan ibu untuk menyusui.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mencari tahu pengaruh edukasi inisiasi menyusu dini dan

bounding attachment kepada kesiapan ibu untuk proses memberikan ASI

di RSUD Madising Kabupaten Pinrang Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui bagaimana persiapan ibu untuk proses menyusui saat

belum diedukasi IMD dan bounding attachment di RSUD Madising

Kabupaten Pinrang tahun 2023.

b. Mengetahui persiapan ibu untuk proses menyusui usai diedukasi

tentang IMD dan bounding attachment di RSUD Madising Kabupaten

Pinrang tahun 2023.

c. Menganalisis apakah ada pengaruh pada kesiapan ibu untuk menyusui

usai diedukasi di RSUD Madising Kabupaten Pinrang tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai tempat untuk merealisasikan keilmuan peneliti yang telah

dipelajari. Menambah pengalaman dan wawasan guna mengembangkan

diri di dunia pendidikan.

2. Manfaat Institusi

Peneliti berharap hasilnya mampu menyebarkan manfaat dan

menjadi rujukan ilmiah untuk mengembangkan ilmu di dunia


5

keperawatan maternitas. Hal ini bertujuan untuk membantu kesiapan

ibu untuk menyusui melalui edukasi.

3. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif

mengenai IMD bounding attachment agar kesiapan ibu untuk

proses menyusui terlaksana.

b. Sebagai sarana referensi agar dapat menambah pengetahuan dan

dijadikan saran belajar bagi peneliti selanjutnya serta tambahan

pembendaharaan perpustakaan.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui

1. Pandangan Islam Tentang Konsep Menyusui

Allah berfirman dalam (Surah Al-Baqarah ayat 233) yaitu:

Terjemahan:

”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan. dan kewajiban ayah member Makan dan pakaian

kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani

melainkan menurut kadar kesanggupanya janganlah seorang

ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah

karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.

Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa

atas keduanya. dan jika ingin anakmu disusukan oleh orang

lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

6
7

pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada

Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang

kamu kerjakan.”13

Allah SWT menjelaskan tentang hak menyusu bagi seorang anak

kewajiban seorang ibu untuk menyusuinya setelah terlahir kedunia

serta kewajiban seorang ayah mencukupi kebutuhan mereka baik

dalam kondisi belum bercerai atau telah bercerai (sampai anak berusia

baligh).

2. Pengertian Menyusui

Menyusui adalah suatu proses alamiah, walaupun demikian dalam

lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah

selalu mudah sehingga perlu pengetahuan dan latihan yang tepat. Fakta

menunjukkan terdapat 40% wanita yang tidak menyusui bayinya karena

banyak yang mengalami nyeri dan pembengkakan payudara. ( Keni, N.

W. A., Rompas, S., & Gannika, L. 2020 )

Sehingga kesimpulannya ialah menyusui adalah proses ilmiah serta

tanggung jawab seorang ibu yang mesti dituntaskan kepada bayi demi

mencukupi nutrisi melalui ASI eksklusif, dan makanan pelengkap serta

mampu meningkatkan imunologi dan psikologi bayi dan ibu.


8

3. Manfaat Menyusui

Menurut Astuti, bukan hanya bayi, namun ibu pun mampu merasakan

kegunaan menyusui, di antaranya adalah:

a. Lebih cepat mengembalikan bentuk rahim seperti semula, pendarahan

berkurang usai melahirkan. Sebab ketika bayi mengisap payudara,

akan dilanjutkan ke kelenjer hipofise di otak sehingga hormon

oksitosin keluar dan berkontraksi sehingga proses involusio uteri

semakin cepat bekerja.

b. Keteraturan menyusui akan mengakibatkan turunnya berat badan

sebab mengeluarkan energy untuk menyusui dan membuat hilangnya

lemak yang tertimbun semasa hamil.

c. Mengasihi mudah untuk dilakukan, sebab dalam ketersediannya selalu

siap dengan suhu yang baik dan segar sekalipun dibutuhkan saat

tengah malam.

d. Ekonomis sebab tidak membutuhkan biaya susu.

e. Mempererat hubungan ibu dan bayi, sebab pelukan ibu mampu

memberikan rasa kasih sayang pada bayi. Bayi pun merasakan nyaman

berkat mendengar detak jantung ibu yang pernah ia dengar saat dalam

perut ibunya.

f. Menekan resiko kanker payidara dan ovarium.


9

4. Kontraindikasi Menyusui

Ibu tidak dipebolehkan memberikan asi apabila (Proverawati &

Rahmawati, 2010):

a. Bila ibu dalam penggunaan alcohol berlebihan dan obat terlarang.

b. Bayi galaktosemia

c. Bila ibu mengidap HIV AIDS

d. Ibu mengidap TBC aktif dan tidak berobat. Ibu baru boleh menyusui

bila terapinya menunjukkan kemajuan.

e. Ibu mengidap cacar. Bayi baru boleh disusui ketika sudah menerima

imunoglobulin virus varisela zoster selama puttingnya tidak luka.

Setelah 5 hari, lenting muncul, maka terbentuklah antibodi, sehingga

bila disusui pada kondisi seperti itu dapat menambah kekebalan untuk

bayi.

f. Bila ibu mengidap herpes aktif.

5. Air Susu Ibu

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan cair pertama yang

dihasilkan secara alami oleh payudara Ibu. ASI mengandung berbagai zat

gizi yang dibutuhkan yang terformulasikan secara unik di dalam tubuh

ibu untuk menjamin proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain

menyediakan nutrisi lengkap untuk seorang anak, ASI juga memberikan

perlindungan pada bayi atas infeksi dan sakit penyakit bayi. ASI adalah

suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam – garam

anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
10

makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah yang cukup merupakan

makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai

dengan 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama

dan utama bagi bayi sehingga mencapai tumbuh kembang yang optimal

(Wahyuningsih, 2018).

6. Proses Laktasi

Proses laktasi muncul usai plasenta keluar, sebab di plasenta

terdapat hormon yang menghambat kemunculan ASI. Ketika plasenta

tidak ada, maka sekaligus hormonnya pun hilang, sehingga menghasilkan

ASI. Sejak 3 bulan kehamilan, wanita secara hormonal menghasilkan

hormon yang menstimulus keluarnya ASI. Berikut adalah proses

kerjanya hingga ASI bisa keluar :

a. Ketika payudara diisap oleh bayi, sel-sel saraf di payudara ibu

mentransfer pesan menuju hipotalamus.

b. Setelah itu dilepaslah rem penahan prolaktin.

c. Prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituarity akan merangsang

kelenjar-kelanjar susu di payudara ibu.

Hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI ialah:

1) Progesteron: Kadar hormone ini perlahan rendah ketika

melahirkan. Inilah yang mengakibatkan ASI terproduksi

secara massal. Ia juga memberikan pengaruh terhadap ukuran

alveoli.
11

2) Estrogen: Kadar hormone ini melemah setelah ibu

melahirkan, dan tetap kurang di beberapa bulan selama

menyusu. Hormon ini memberikan stimulus pada saluras ASI

agar membesar.

3) Prolaktin: Memberikan pengaruh pada besarnya ukuran alveoli

semasa hamil.

4) Oksitosin: Saat dan setelah melahirkan, hormon ini

berperan membantu otot halus di rahim menjadi kencang. Persis

saat terjadi orgasme, oksitosin pun membuat otot halus alveoli

kencang sehingga memeras ASI dan membawanya ke saluran

susu. Artinya hormon ini memiliki fungsi membuat susu turun.

5) Human Placental Lactogen: HPL banyak berproduksi untuk

menumbuhkan payudara, putting, areola sebelum melahirkan.

HPL ini banyak terproduksi saat bulan kedua hamil. Saat

bulan kelima dan keenam, ASI pun siap terproduksi. Tetapi,

ASI pun dapat keluar meski tidak sedang hamil ( Astuti,Sri, Dkk.

2018).

7. Manfaat ASI

Menurut Kemenkes (2018) ASI eksklusif memberikan dua manfaat

sekaligus yaitu bagi bayi dan ibu. Manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai

kekebalan alami sehingga mampu mencegah bayi terserang penyakit. ASI

juga mengoptimalkan perkembangan otak dan fisik bayi.


12

a. Manfaat ASI bagi ibu

1) Pendarahan ibu dapat berkurang, serta rahim cepat kembali seperti

sebelumnya.

2) Terhindari dari kanker payudara. Ketika menyusui, terjadi

penununan hormone estrogen, sementara hormone estrogen akan

tinggi bila tidak menyusu. Ini menjadi sebab kanker payudara

sebab hormone estrogen dan progesterone tidak seimbang.

3) Ketika menyusui, hormone oksitosin kadarnya menjadi naik,

sehingga otot polos seluruhya akan berkontraksi. Ini member

dampak pada uterus yang menjadi kecil, dan pendarahan terhenti.

Maka menyusui menekan resiko anemia.

4) Mengatur berat badan

5) ASI pun mampu menjadi kontrasepsi hingga 6 bulan usai

melahirkan, sebab setiap bayi mengisap putting, maka hormon

prolaktin terangsang, sehingga sel telur tidak matang dan

kesuburan tertunda.

b. Tanda bayi cukup ASI

1) Bayi nampak puas

2) Timbangan naik usai 2 minggu pertama, dan bayi nampak sehat.

3) Puting tidak lecet

4) Bayi BAB 2 kali sehari berwarna kuning, dan BAK 6 sampai 8

kali sehari usai minum ASI beberapa hari.


13

5) Ketika bayi malas minum ASI dan sering tertidur, baiknya diberi

rangsangan untuk minum tiap 2 atau 3 jam sekali tiap hari.

8. Komposisi Gizi Dalam ASI

Terdapat 3 macam komposisi yaitu:

a. Kolostrum

ASI yang pertama kali keluar, saat bayi lahir. Kolostrum ini adalah

cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar mamae, memiliki

kandungan tissue debris dan residual material. Tempatnya ada di dalam

alveoli dan duktus kelenjar mamae. Warnanya agak kuning,

memiliki kandungan kekebalan tubuh, dan immunoglobin. Kolostrum

memiliki kegunaan untuk bayi yaitu :

1) Terdapat kandungan immunoglobin A untuk menjaga bayi dari

segala macam infeksi termasuk diare. Karena di dalamnya

terkandung zat kekebalan.

2) Kolostrum yang keluar tergantung bagaimana bayi mengisapnya.

Namun meski berbeda-beda, tetap mampu memberikan asupan

gizi.

3) Terkandung protein dan vitamin A tinggi, namun rendah

kandungan lemak dan karbohidratnya, pas dengan kebutuhan

awal bayi.

4) Bantu bayi keluarkan meconium atau kotoran pertama yang

warnanya hitam kehijauan.


14

b. ASI Transisi

ASI yang terproduksi saat kolostrum sampai sebelum ASI matang.

Kisaran hari ke 4 sampai 10 cc.

c. ASI Matur

ASI yang terproduksi di sekitar hari ke 10 memiliki kadar gizi

berbeda.

B. Konsep Kesiapan Ibu

1. Maksud Kesiapan Ibu

Menurut Yusnawati (2015) kesiapan adalah ketika individu telah

sampai menempati tahapan tertentu. Bisa dimisalkan seperti kematangan

secara psikologi, spiritual, atau fisik. Suksesnya IMD dan bounding

attachment sangat ditentukan oleh bagaimana kesiapan ibu untuk

memberikan ASI.

Menurut Slameto (2014) Aspek yang menjadi standar sesuatu

dikatakan siap adalah dilihat dari kondisi secara mental fisik dan

emosional, kebutuhan atau maksud tujuan, keterampilan, pengetahuan

dan pengertian yang telah dipelajari.

Ketika ibu hamil bersiap-siap dari segi mental, fisik, untuk

menghadapi masa laktasi semasa hamilnya, maka keadaan ini dinamakan

kesiapan menuju proses menyusui. Artinya belajar untuk menyusui

hausnya telah matang dipersiapkan sebelum melahirkan agar ibu siap,


15

fisik dan mental karena hal ini memberikan pengaruh pada kuantitas dan

kualitas Air Susu Ibu (Sriatin, 2017).

Sebagai kesimpulan, kesiapan merupakan kondisi mempersiapkan

baik dari segi merespon ataupun memberikan reaksi tertentu untuk

memberikan pengaruh pada terlaksananya IMD dan bounding attachment

agar ibu mampu bersiap-siap untuk menyusui dengan baik.

2. Prinsip-prinsip Kesiapan

Menurut Soemanto (2019), readiness memiliki berbagai prinsip:

a. Terjadi interaksi antara seluruh aspek pertumbuhan.

b. Pertumbuhan fisiologi individu yang dipengaruhi oleh

pengalaman.

c. Efek dari pengalaman baik jasmani maupun rohani.

d. Ketika readiness telah terbentuk pada seorang individu, maka

pengalaman tertentu menjadi masa formatif untuk perkembangan

pribadinya.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan

Terdapat beberapa penyebab yang memberikan pengaruh pada kesiapan

seseorang untuk menghadapi perubahan yang ada dalam diri.

(Notoatmodjo, 2013).

a. Karakteristik

Di tengah masyarakat, terdapat beragam karakteristik yang berbeda

misalnya dari Pendidikan, Umur, Pekerjaan.

b. Sosial Ekonomi
16

Umumnya, ibu dengan ekonomi rendah akan memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai IMD dan bounding attachment. Kondisi sosial

dan ekonomi memberikan pengaruh pada fisik, kesehatan dan

pendidikan. Ketika pengaruhnya baik, maka beban fisiologi dan

psikologi akan berkurang, dan kesehatan pun meningkat.

c. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh saat indera individu bertemu dengan objek,

sehingga orang menjadi tahu. Notoatmodjo (2003). Panca indera yang

dimiliki manusia untuk menghasilkan rasa tahu adalah penglihatan,

pendengaran, penciuman. Sikap dan tindakan seseorang nantinya akan

amat dipengaruhi oleh pengetahuan. Termasuk sikap ibu untuk mau

melakukan IMD, maka perlu menyediakan edukasi agar ibu memiliki

bekal pengetahuan.

C. Konsep Pendidikan/Edukasi Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2018) pendidikan kesehatan adalah

sebuah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan

meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan kesehatan merupakan

bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik

individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat

sebagai perawat pendidik sesuai dengan tugas seorang perawat.


17

Semenjak zaman Florence Nightingale tahun 1959 pendidikan

kesehatan telah dilaksanakan. Ini menjadi indikasi tentang urgensinya

sebuah peran dari perawat professional untuk mencegah dan

mempromosikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan di mana saja, baik di luar

maupun di dalam rumah sakit. Misalnya tempat ibadah, tempat

layanan publik, organisasi masyarakat sekolah dan unit kesehatan

bergerak.

Pendidikan kesehatan adalah sebuah usaha sadar untuk

memperbaiki kesehatan melalui berbagai promosi yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan professional, dengan tujuan memperbaiki pola

hidup individu, keluarga dan masyarakat. Kegiatannya mampu

dilaksanakan di mana saja, nantinya hasil pendidikan kesehatan ini

membentuk sebuah keahlian atau kompetensi masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan paling dasar dari edukasi kesehatan ialah mengedukasi

hingga mengubah sikap masyarakat, keluarga, individu untuk menjaga

dan mempertahankankan kebiasaan hidup sehat. Perilaku hidup sehat

yang dimaksud adalah dari segi fisik, mental hingga sosial demi

menekan resiko kematian dan riwayat sakit.

Menurut Nursalam & Efendi tujuan pendidikan kesehatan

merupakan suatu harapan agar terjadi perubahan pada pengetahuan,


18

sikap, dan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat dalam

memelihara prilaku hidup sehat ataupun peran aktif sebagai upaya

dalam penanganan derajat kesehatan yang optimal (Deborah, 2020)

3. Hakikat Pendidikan Kesehatan

Hakikat pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan.

b. Sebagai cara penerangan pendidikan melalui pemecahan

masalah kesehatan masyarakat.

c. Sebuah proses untuk membawa perubahan pada sikap sehat

secara maksimal khususnya untuk individu, keluarga hingga

masyarakat.

d. Suatu perjalanan bertumbuh dan berkembang, menuju

perubahan yang baik, matang oleh individu, keluarga hingga

masyarakat.

e. Hal penting yang harus diperhatikan adalah memahamkan

klien mengenai syarat pemeliharaan kesehatan. Usaha ini dapat

dilakukan dengan cara terus meningkatkan memelihara dan

memperbaiki kesehatan.

4. Media Pendidikan Kesehatan

Ketika pendidik belum mampu melakukan tatap muka bersama

klien, maka perlu memanfaatkan sebuah media sebagai perantara.

Media pendidikan merupakan sarana informasi guna menyampaikan

pesan-pesan kesehatan. Biasanya berupa elektronik seperti radio,


19

televise, internet, telepon, handphone, dll. Bisa juga berupa cetak

seperti: majalah, Koran, booklet, flyer, spanduk, poster, bulletinboard,

surat, dll.

5. Teknik dan Media Peraga Dalam Metode Pendidikan Kesehatan

a. Teknik Kasus

Biasanya diawali dengan mendeskripsikan sebuah kasus lalu diulas

oleh sumber utama. Langkahnya adalah:

1) Case Report

Mempresentasikan kasus melalui audio visual. Lalu klien

mengamati dan mempelajari mandiri kasus tersebut. Lalu

instruktur dapat mengcroscheck informasinya dari si klien.

2) Case Analysis

Dapat berlangsung selama beberapa menit. Klien

memaparkan masalah utama pada kasus yang telah ia amati dan

apa solusi untuk menyelesaikannya.

3) Case Discussion

Klien dibagi ke dalam kelompok kecil diskusi, lalu

mempresentasikan pemikirannya setelah beberapa menit

bekerja sama menganalisis sebuah kasus.

b. Kuliah

Kuliah merupakan sebuah teknik penyampaian informasi,

sekaligus menjadi metode untuk mempengaruhi dan memotivasi

pola pikir klien tentang suatu kasus permasalahan. Umumnya


20

diberikan oleh orang yang paham betul tentang topic itu, kemudia

disimak oleh seluruh klien.

c. Konferensi

Konferensi merupakan tempat berbagi pengalaman, ide dan

informasi. Perubahan sikap dan opini dari klien dianalisis oleh

panitia penyelenggara konferensi secara berkala. Itulah mengapa

konferensi umumnya berlangsung hingga tiga hari. Untuk

mempersiapkan konferensi, biasanya persiapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Menentukan keperluan dan biaya

2) Merumuskan tujuan konferensi

3) Menyusun agenda

4) Menyediakan fasilitas

5) Mengundang narasumber

6) Menyebarkan informasi agenda

7) Mempersiapkan akomodasi dan pendaftaran

8) Memanajemen dan memantau agenda.

9) Mengantisipasi hal-hal yang dapat berubah dalam agenda

10) Mengevaluasi agenda

Umumnya terdapat beberapa tahapan dalam konferensi,

yaitu: Pembukaan, berisikan tentang penjelasan maksud

diadakannya program konferensi dan apa orientasinya.


21

Kemudian progamnya dijalankan, lalu penutupan yang berisikan

kesimpulan serta evaluasi.

d. Simulasi

Simulasi merupakan metode meniru suatu kasus demi

menggambarkan dengan jelas bagaimana cara penyelesaiannya

dan cara mengambil keputusan. Sekaligus juga menjadi tempat

untuk mengenalkan dan mengklarifikasi sebuah nilai yang

terkandung dalam konteks individu, organisasi, sosial. Biasanya

simulasi berbentuk bermain peran, atau role play meski memiliki

kelemahan berupa aturan, waktu, sumber daya yang terbatas

namun dapat mencapai tujuan spesifik di akhir permainan.

Prosedur untuk melakukan simulasi adalah sebagai berikut:

Pertama perkenalan, yaitu mengenalkan cara serta tujuan dari

simulasi. Kedua enactment, ketiga memberikan rangkuman

tentang (review pengalaman selama simulasi, kejadian paling

membekas saat simulasi, menceritakan kesan yang dirasakan,

dan memberikan kesimpulan.

D. Konsep Inisiasi Menyusu Dini

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

IMD menurut Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012

mengenai pemberian ASI ekslusif, adalah usaha mendekatkan bayi pada

ibunya saat baru lahir, dengan cara ditempelkan pada dadanya kurang

lebih selama 1 jam atau hingga bayi berhasil meraih putting susu ibu.
22

Menurut Kemenkes, IMD merupakan fase pembelajaran bayi untuk

menemukan putting ibu tanpa dibantu.

Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia telah diketahui

oleh sebagian besar masyarakat. Program Inisiasi Menyusu Dini telah

diatur dalam perundang undangan dan dilaksanakan serta

diimplementasikan di sebagian pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini belum optimal karena faktor

internal ibu dan bayi serta faktor eksternal yaitu dukungan suami dan

keluarga serta peran tenaga kesehatan. (Fitriani, 2021)

Proses ini penting sebab di masa 24 jam awal usai melahirkan akan

menjadi penentu berhasil dan tidaknya proses menyusui setelahnya.

Hormon oksitosin yang membantu memproduksi ASI, akan dikeluarkan

saat awal-awal usai melahirkan. (Kemenkes, 2014).

Menurut peneliti, sebagai kesimpulan adalah IMD diartikan sebagai

proses memperkenalkan bayi pada puting ibu dengan cara membiarkannya

mencari sendiri tanpa dibantu, atau biasa dikenal dengan istilah the best

crawl, setelah sekitar 1 jam ia dilahirkan atau sampai ia sukses

mencapainya.
23

2. Manfaat IMD

Berikut adalah kegunaan IMD bagi bayi dan ibu (Muhammad Jundi

Nasrullah, 2021)

a. Manfaat IMD Untuk Bayi

Manfaat pertama yang dapat dirasakan oleh bayi adalah memperoleh

rasa hangat. Suhu tubuh bayi jauh lebih stabil dan hangat apabila

melakukan sentuhan fisik bersama ibu daripada disimpan di dalam

box. Kedua, bayi mendapat rasa nyaman, sebab ia akan jarang

menangis sebab tidak berpisah dari ibu. Ketiga, kualitas perlekatan.

Apabila bayi melakukan IMD, maka dia mampu memiliki kualitas

perlekatan yang baik di putting ibu saat minum ASI.

b. Manfaat IMD Untuk Ibu

Manfaat yang dirasakan oleh ibu adalah keluarnya hormone oksitosin

dan prolaktin. Oksitosin berfungsi memberi rangsangan untuk

memproduksi kolostrum sehingga ASI terproduksi dengan maksimal.

Juga memberi stimulus kontraksi uterus hingga menurunkan resiko

perdarahan post partum. Sedangkan prolaktin mampu membantu

produksi ASI melimpah, mengurangi stress, rasa relaks, dan

mencegah ovulasi untuk sementara waktu.

3. Langkah-Langkah Proses IMD Agar Berhasil

Berikut adalah langkah-langkah suksesnya IMD

a. Izin untuk pendampingan ibu melahirkan dari pihak rumah sakit atau

bersalin.
24

b. Membersihkan bayi segera dari darah dan ketuban kecuali lapisan

lemak karena dapat memberikan rasa nyaman untuk kulitnya.

c. Menempatkan bayi di atas ibunya agar bersentuhan secara fisik.

d. Memberikan waktu untuk bayi menemukan secara mandiri puting ibu.

Dapat dibantu dengan menempatkannya di posisi paling dekat dengan

puting tapi tidak boleh dipaksa memasukkannya ke dalam mulut bayi.

e. Memberikan kesempatan sentuhan fisik ibu dan bayi hingga proses

menyusui usai.

f. Untuk ibu yang dioperasi, IMD dapat dilaksanakan saat ibu telah

sadar.

g. Usahakan proses IMD didahulukan daripada prosedur lain seperti

menimbang, membersihkan, mengukur, mencap, memberi obat-

obatan.

h. Hanya memberikan ASI selama tidak ada indikasi medis yang jelas

4. Perilaku Bayi Sebelum Berhasil Menyusu

Berikut adalah tahapan sikap sikap dan perilaku bayi saat IMD yaitu :

a. Di saat 30 menit awal adalah rest/quite alert stage. Dimana bayi hanya

membuka mata sesekali menatap ibu dan tidak bergerak. Ini adalah

fase peralihan keadaan saat dalam perut ibu.

b. Setelahnya, sekitar 30 hingga 40 menit, bayi bersuara, mulutnya

terlihat layaknya mencari minuman, mengendus, hingga menjilat

tangannya. Di sini bayi akan terbantu untuk mencari putting susu dari

rasanya dan baunya.


25

c. Ketika bayi sadar terdapat bau makanan di depannya, maka air liurnya

keluar.

d. Bayi mulai mengarah ke puting ibu menuju areola, kakinya akan

berpijak dan menendang perut ibu, kepalanya dihentakkan ke dada,

menengok kiri kanan, hingga meremas areola ibunya.

e. Kemudian saat menemui putting ibu, bayi akan menjilat, mengulum,

lalu memasukkan putting ke mulutnya dengan benar.

5. Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit

Pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan pada laporan Miftahurrahmah (2022) berikut ini

adalah penghambat kontak dini kulit bayi dan ibu hingga IMD gagal.

Pertama ibu kelelahan usai melahirkan, ketersediaan tenaga kesehatan

masih minim, Ibu dijahit, pemberian vitamin K dan tetes mata, bayi

segera dibersihkan, diukur, ditimbang. Kemudian kurang alert, tidak

terproduksinya kolostrum, entah dari segi cukup tidaknya, maupun

kualitasnya untuk bayi yang kurang bagus. Faktor lainnya adalah

karena kedinginan di ruangan berAC, dan tidak adanya kesamaan

persepsi mengenai urgensitas IMD utamanya yang melahirkan dengan

caesar.

6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang Dianjurkan

Saat sudah lahir, letakkan kain pengalas di atas perut ibu,

kemudian letakkan bayi di atasnya. Lalu keringkan tubuhnya utamanya

kepala. Memotong tali pusat dan mengikatnya. Menjaga agar zat lemak
26

putih atau vernix tidak ikut keluar dan dibersihkan sebab inilah yang

memberi rasa nyaman. Tak perlu digendong, langsung tengkurapkan bayi

di atas dada dan melakukan kontak fisik.

7. Proses Untuk Menyusui

a. Pengertian

Menyusui merupakan proses memberikan ASI untuk bayi, dimana

manfaatnya sangat besar untuk kehidupannya. Apalagi khususnya

untuk pemberian ASI pertama yaitu kolostrum sebab khasiatnya

mampu menjaga kekebalan tubuh dan menekan resiko kematian dan

terserang penyakit.

b. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Hamil untuk Proses Menyusui

1) Niat

Menanamkan niat yang kuat sejak awal. Berjanji dan

membulatkan tekad untuk menjaminkan anak makanan terbaik.

Bersikap yakin dan positif agar organ tubuh secara bersamaan

menjadi siap sehingga ASI pun keluar. Berkeyakinan kuat maka

ASI pun akan melimpah.

2) Menghilangkan Stress

Membantu ibu memiliki pikiran positif mengenai kehamilannya.

Bila ada kendala maka berceritalah pada tenaga kesehatan.

Yakinkan bahwa hamil bukan menjadi penghalang. Sarankan ia

untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan yang ia sukai.


27

3) Melakukan Pijat Payudara

Manfaat pijat ini sangat baik untuk persiapan memberikan ASI.

Memakai bra dengan ukuran yang sesuai dan pas. Umumnya

dilakukan di akhir masa kehamilan. Menganjurkan ibu

merangsang dengan lembut payudaranya dengan

gerakan memutar untuk beberapa hari. Jangan lupa

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai aktivitas ini,

sebab tidak dapat dilaksanakan pada bayi prematur

4) Menciptakan Gaya Hidup Sehat

Membangun pola sehat dalam hidup sangat penting untuk

kelancaran kehamilan hingga persalinan. Selain itu juga dapat

berdampak pada keoptimalan perkembangan bayi. Ibu perlu

berolahraga misalnya namun masih banyak yang harus

dilakukan sebagai bentuk menjaga pola hidup sehat, di

antaranya memperhatikan kebersihan pribadi, berolahraga rutin,

makan makanan bergizi, tidak mengonsumsi kafein dan alcohol,

istirahat yang baik, minimal tidur 8 jam sehari. Imunisasi

tetanus toxoid. Merawat payudaranya di usia 7,5 bulan

kehamilan. Rutin memeriksakan kandungannya.

8. Upaya dalam Meningkatkan Produksi ASI

a. Pada Masa Hamil

Saat hamil, tenaga kesehatan baiknya memberikan arahan pada ibu agar

aktif mencari tau manajemen laktasi, bahaya tentang sufor, dan rawat
28

gabung. Anjurkan pula sang ibu untuk bertekad menyusui bayi dengan

ASI eksklusif hingga 6 bulan. Meminta ibu mempelajari cara menyusui,

peningkatan gizi dan kesehatan dirinya, serta memeriksakan putting

payudaranya.

b. Pada Masa Sesudah Melahirkan

Saat ibu telah melahirkan, tenaga kesehatan baiknya memberikan

arahan untuk: Segera menyusui anaknya saat 1 jam pertama setelah

lahir, berpikiran positif dan senantiasa mencurahkan kasih sayang pada

bayi, memberikan kolostrumnya, hanya memberi ASI tanpa cairan

lain, menyusui dengan teknik yang tepat, mencegah terjadinya

pembengkakan payudaranya. (Fitriani, 2021).

E. Konsep Bounding Attachment

1. Pengertian Bounding Attachment

Terdapat beberapa pengertian mengenai bounding attachment.

Menurut Klause dan Kennel, bounding attachment adalah komunikasi

fisik, emosi dan sensori antara bayi dan orangtua selama beberapa

waktu saat bayi baru lahir. Menurut Perry Bounding itu sendiri

merupakan arti dari membangun sebuah ikatan, sedangkan attachment

adalah hubungan antara bayi dan orang tua yang memiliki kualitas

tertentu. (Juliana, 2017).

Bounding attachment juga dapat diartikan sebagai proses

berkesinambungan yang berisikan rasa cinta dan kepedulian ingin

memberi antara orang tua dan bayi. Perasaan ini merupakan kebutuhan
29

emosi yang penting dimana akan sangat mempengaruhi pertumbuhan

bayi dari segi kesehatan, dan psikologinya. (Bahiyatun, 2009)

Dari beragam makna mengenai bounding attachment, peneliti

memaknainya sebagai proses komunikasi yang terbangun antara bayi

baru lahir dan orang tuanya, dengan ikatan khusus yang memiliki

kualitas tertentu. Dalam proses ini, orang tua mencurahkan

perhatiannya baik secara fisik dan emosi yang sifatnya mencintai

sehingga menjadi pemenuhan kebutuhan emosional antara keduanya.

2. Tahap Bounding Attachment

Pertama adalah acquaintance atau pengenalan yaitu melalui

sentuhan, ucapan, kontak mata dan eksplorasi segera. Kemudian

bounding atau keterikatan, lalu attachment atau sebuah perasaan dalam

diri yang kuat pada individu lain.

3. Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

Berikut adalah upaya untuk meningkatkan bounding attachment

yaitu: pada menit dan jam pertama, sentuhan pertama dari ibu dan ayah,

ikatan baik dan sistematis, terlibat dalam proses melahirkan, kontak

sesegara mungkin agar bayi tidak kedinginan, dan memberikan ibu efek

nyaman dan rasa sakitnya bisa hilang. Melakukan kontak yang tidak

singkat, perawat maternitas khusus, melibatkan anggota keluarganya,

menginformasikan tentang bounding attachment secara berkala.


30

4. Dampak Positif Bounding Attachment

Bayi merasakan cinta, perhatian, rasa percaya, sehingga membantu

komunikasinya secara sosial. Merasakan aman sehingga bebas

mengeksplor sebab berada di sekitar ibu, dapat berdampak besar pada

kepribadian yang positif.

5. Hambatan Bounding Attachment

Kadang kala terdapat kendala dan hambatan dalam melaksanakan

bounding attachment seperti tidak mendapat dukungan dari elemen

keluarga, utamanya orang tua dan perawat atau nakes. Kemudian, ibunya

sedang tidak sehat. Bayi dalam ancaman premature, sakit, atau cacat fisik.

Terakhir bayinya lahir secara tidak diinginkan.

6. Elemen-elemen Bounding Attachment

a. Sentuhan

Cara mengenal dan bereksplor pada bayi adalah melalui rabaan atau

sentuhan fisik, biasanya dilakukan dengan ujung jari yang dipakai

menyentuh bayi baru lahir.

b. Kontak Mata

Bila orang tua dan bayi dapat membangun kontak mata, maka mereka

dapat menggunakan waktu untuk saling memandang secara maksimal.

c. Suara

Suara tangisan pertama bayi sangat dinantikan oleh sang ibu.


31

d. Aroma

Bayi baru lahir segera akan mampu mengenali aroma susu yang ada

pada tubuh ibunya.

e. Entrainment

Biasanya bayi akan melakukan berbagai gerakan sesuai dengan

tuntunan suara orang dewasa. Menggerakkan tangan, menangkat

kepala, menghentak kaki, atau bergoyang sesuai dengan nada suara

orang tua. Entrainment umumnya terlihat ketika anak sudah

berbicara. Irama ini berfungsi merespon tuntunan orang tuanya.

f. Bioritme

Ibu perlu membantuk bayinya untuk menemukan ritme personalnya

atu bioritme melalui pemberian perhatian dan kasih sayang secara

berkelanjutan. Baiknya dilakukan saat bayi sedang menunjukkan

sikap responsive. Sebab ini mampu membantu bayi belajar dan

membangun kecerdasan sosialnya.

g. Kontak Dini

Meski tak ada penelitian tentang pentingnya elemen ini, akan tetapi

banyak manfaat fisiologis yang dapat diambil dari sini yaitu. Kadar

oksitosin dan prolaktin naik, reflek menghisap dilakukan sesegara

mungkin, dimulainya pembentukan kekebalan aktif, membantu orang

tua dan bayi membangun ikatan batin sekaligus stimulasi hormonal

(Julina, 2017 )
32

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Merujuk pada penjelasan di bab-bab sebelumnya, maka terlihat

bahwa terdapat variable yang saling bergantung dan ini dianggap perlu

sebab menjadi pelengkap dinamika situasi yang akan diteliti. Terdapat

variable independan dan dependen sebagai berikut. Variabel

independennya adalah mengenai IMD dan bounding attachment, dan

variable dependennya merupakan variable yang terpengaruh dari variable

independen yaitu dalam penelitian ini adalah kesiapan ibu untuk proses

memberikan ASI.

B. Kerangka Konsep

Membangun kerangka konsep, bertujuan untuk mempermudah

untuk merumuskan hipotesis. Sekaligus juga mampu menguji hubungan

antar variable, serta menuntun peneliti untuk mengaitkan temuannya

dengan teori yang hanya mampu diteliti melalui variable. (Nursalam,

2017).

Berikut adalah variable independen dan dependennya dalam

bangunan kerangka konsep:

Edukasi
Inisiasi Menyusu Dini
Kesiapan Ibu Untuk
Proses Menyusui
Edukasi
Bounding Attachment

32
33

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

Gambar 3.1
Bagan Karangka Konsep

C. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel Edukasi IMD SAP, Memberikan 1.Pre Ordinal
Independen adalah salah satu Lembar pendidikan Edukasi
Edukasi peran perawat Balik, kesehatan - Tidak siap
Inisiasi dalam Leaflet, menyusui
Menyusu memberikan Daftar Mean ≤40
pengetahuan yang - Siap
Dini Hadir
didapatkan
Menyusui
berdasarkan
pengalaman yang Kuisioner Mean ≥ 40
diberikan 2.Post
melalui Edukasi
pendidikan - Tidak siap
kesehatan menyusui
untuk merubah Mean ≤ 40
perilaku - Siap
masyarakat Menyusui
tentang Mean ≥ 40
pentingnya
IMD yang
bermanfaat untuk
bayi dan ibu serta
bagaimana
memperbaiki
kesehatan ke
yang lebih baik
34

Edukasi Edukasi Bounding SAP, Memberikan 7.Pre Ordinal


Bounding Attachment Lembar pendidikan Edukasi
Attachment adalah salah satu Balik, kesehatan - Tidak siap
peran perawat menyusui
Leaflet,
dalam memberikan Mean ≤ 40
Daftar - Siap
pengetahuan yang
Hadir Menyusui
didapatkan
berdasarkan Mean ≥40
pengalaman yang
Kuisioner 8.Post
diberikan melalui
Edukasi
- Tidak siap
pendidikan
menyusui
kesehatan
Mean ≤ 40
untuk merubah
- Siap
perilaku Menyusui
masyarakat tentang Mean ≥ 40
pentingnya
melakukan
bounding
attachment yang
dapat memberikan
dampak positif
bagi bayi.

Variabel Kesiapan adalah Kuesioner Wawancara 1. Pre Ordinal


Dependen suatu keadaan Edukasi
Kesiapan untuk melakukan - Tidak siap
persiapan baik menyusui
Ibu Untuk Mean ≤ 40
dalam member
Proses - Siap
respon dan
Menyusui Menyusui
bereaksi yang
dapat
Mean ≥ 40
2.Post
mempengaruhi
Edukasi
perilaku ke yang
- Tidak siap
lebih baik,
menyusui
sehingga dalam Mean ≤ 40
melakukan - Siap
kesiapan untuk Menyusui
menyuusi bisa Mean ≥ 40
secara optimal
dilakukan.
35

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang penelitian dimana

kebenarannya haris diuji melalui penelitian (Notoadmojo, 2018).

1. Ho = Tidak terdapat pengaruh edukasi IMD dan Bounding

Attachment kepada kesiapan ibu untuk memberikan ASI di RSUD

Madising Kabupaten Pinrang.

2. Ha = Tidak terdapat pengaruh edukasi IMD dan Bounding

Attachment kepada Kesiapan Ibu untuk memberikan ASI di RSUD

Madising Kabupaten Pinrang.


36

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan prosedur penelitian

(Notoatmodjo, 2018). Peneliti menggunakan penelitian pra-eksperimen,

menggunakan one group pre-post test design. Langkah-langkah

penelitiannya adalah mewawancarai sampel dengan berpedoman pada

kuesioner (pre-test), dan diedukasi mengenai IMD dan bounding

attachment. Setelah itu, sampel kembali diwawancarai menggunakan

kuesioner (posttest) untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap

sampel setelah diedukasi tentang IMD dan bounding attachment.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Poli Obgyn RSUD Madising

Kabupaten Pinrang.

2. Waktu Penelitian

Penelitain dilaksanakan sejak bulan Februari - Maret tahun 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau

obyek dengan ciri dan karakteristik tertentu yang diusulkan peneliti

untuk diteliti dan disimpulkan . Populasi merupakan keseluruhan objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Peneliti mengambil populasi

36
37

sebanyak 15 orang ibu hamil trimester 3 yang berkunjung di poli obgyn

RSUD Madising Kabupaten Pinrang.

2. Sampel

Sampel adalah separuh dari populasi yang memenuhi kriteria dan

masuk dalam kategori yang diteliti. Dalam penelitian ini, sampelnya

adalah seluruh populasi yang terkategori sesuai dengan kriteria

sampel.

3. Teknik Sampling

Sampling adalah metode pemilihan sampel yang akan dipilih

dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik sampling yang dipakai

adalah total sampling yaitu maksudnya adalah sampel dan populasi

jumlahnya sama, yaitu sejumlah 15 ibu hamil.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi untuk diolah menggunakan teknik tertentu.

Instrumen yang dipilih oleh peneliti adalah kuesioner. Selain itu,

instrumennya adalah berupa acara penyuluhan mengenai IMD dan

bounding attachment dan juga pembagian lembar balik dan leafleat.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan data melalui

pendekatan pada obyek penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini,

salah satu metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.

Prosesnya adalah peneliti memperoleh data atau keterangan secara verbal


38

dari responden. Jenis wawancara yang dipilih pada penelitian ini adalah

wawancara terpimpin (structural interview) yaitu jenis wawancara yang

menggunakan kuesioner sebagai panduan untuk melakukan wawancara

(Notoatmodjo, 2018).

Berikut adalah susunan atau tahapan pengumpulan data yang

dilaksanakan pada Januari 2023:

1. Peneliti mengurus surat izin meneliti dan pengambilan data ke kampus

Teknologi Kesehatan Dan Sains (ITKes) Muhammadiyah Sidrap.

2. Lalu surat diajukan ke DPMPTSP Kabupaten Pinrang

3. Peneliti mengirim permintaan izin meneliti ke RSUD Madising

Kabupaten Pinrang, sehingga peneliti bisa mengambil data ke RSUD

Madising Kabupaten Pinrang.

4. Setelah itu data yang diperoleh dijadikan dasar untuk menetapkan

responden berdasarkan ciri yang telah ditetapkan.

5. Peneliti menggunakan purposive sampling untuk mengetahui jumlah

sampelnya.

6. Responden yang sesuai dengan ciri yang telah ditetapkan, yaitu ibu

hamil trimester tiga, dan melakukan pemeriksaan di RSUD Madising

Kabupaten Pinrang diidentifikasi oleh peneliti, untuk ditanyakan lebih

lanjut apakah bersedia dijadikan obyek penelitian atau tidak.

7. Kemudian, pembagian kuesioner untuk seluruh responden yang

berkunjung ke RSUD Madising. Sedangkan untuk responden yang

bersedia bekerja sama, rumahnys pun dikunjungi untuk dijelaskan


39

mengenai aturan seperti kewajiban dan hak saat mereka menjadi

responden. Lalu, penandatanganan lembar informed consent.

8. Responden mengisi kuesioner yang berkaitan dengan IMD dan

bounding attachment.

9. Responden mengisi kuesioner sekitar kurang lebih 15 menit.

10. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang selesai dikerjakan.

11. Peneliti mengedukasi mengenai IMD menggunakan lembar balik.

12. Keesokannya, peneliti melanjutkan penelitian dengan mengedukasi

mengenai bounding attachment untuk yang terkategori sebagai

responden menggunakan lembar balik.

13. Setelah itu dilakukan posttest. Yaitu mengetes kembali responden

dengan kuesioner mengenai materi yang telah diberikan kemarin.

Yaitu IMD dan bounding attachment. Kemudian peneliti

mengumpulkan hasilnya.

14. Kemudian, peneliti membagikan leaflet untuk responden agar

dibagikan pada ibu lain yang tidak sempat diberikan penjelasan dan

informasi mengenai kesiapan menyusui.

15. Terakhir, analisis data dimulai.


40

E. Alat Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Terdapat beberapa prosedur dalam melakukan olah data

a. Editing

Dalam tahap ini, peneliti mengcrosscheck kembali mengenai

lengkap tidaknya data yang diperoleh dari responden. Baik berupa

data pribadi, maupun jawaban dari kuesioner yang diisi.

b. Coding

Saat pengeditan dan penyuntingan selesai. Maka peneliti

melakukan coding atau memberikan kode pada hasil penelitian

agar mudah diinput. Maksud coding adalah mengganti data berupa

kata menjadi angka. Dalam penelitian ini coding yang dipakai

peneliti untuk ibu yang tidak siap menyusui adalah angka 1, dan

yang siap menyusui adalah angka 2.

c. Scoring

Setelah coding dilakukan, maka peneliti mengukur hasil skornya

setelah dijumlah. Kemudian diberikan label tertentu sesuai dengan

kriteria tertentu. Kuesioner mengenai IMD dan bounding

attachment memiliki 12 pertanyaan pilihan ganda dengan tiga

optional jawaban. Sementara untuk kuesioner mengenai kesiapan

proses menyusui memiliki 20 statemen yang diikuti dengan

penilaian sebanyak 4 pilihan. Mulai dari setuju, tidak setuju, dan

sangat tidak setuju. Masing-masing diberikan nilai skor untuk


41

jawaban yang berbeda. Sangat setuju skornya 4, setuju skornya 3,

tidak setuju skornya 2, sangat tidak setuju skornya 1.

d. Entry

Pada proses ini, peneliti menginput data berupa angka ke dalam

SPSS.

e. Cleaning

Peneliti kemudian mengkroscek kembali jawaban dan

mencocokkannya dengan kode dan aturan yang seharusnya.

f. Processing

Data diolah memakai komputerisasi dalam program SPSS.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan salah satu cara dalam

menganalisis data dari hasil penelitian untuk mendeskripsikan

hasilnya (Notoatmodjo, 2018). Peneliti menggunakan analisa ini

untuk menganalisis variable dependen yakni kesiapan ibu

menyusui sebelum dan seusai diedukasi.

Setelah mewawancarai sampel, maka outputnya akan

dilihat perbandingannya memakai tabulasi. Fungsinya adalah

untuk melihat apakah terdapat perubahan mengenai kesiapan ibu

untuk menyusui saat belum diedukasi dan setelah diedukasi.

Apabila terlihat perbedaannya antara pretest dan posttest maka

dikatakan bermakna penelitiannya.


42

Cara yang digunakan untuk menguji data adalah rumus

mean. Caranya seluruh nilai data dibagi dengan banyak data.

Mean dipakai bila kita memiliki data yang normal atau

mendekatinya.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dipakai untuk melihat hubungan antara

dua variable seperti melihat perbandingannya, hubungannya atau

korelasinya. Di analisis ini ada uji parametik dan non parametik

(Saryono, 2011). Rumus yang dipakai untuk menguji hipotesis

adalah uji-t. Rumus ini dipakai untuk melihat perbedaan kesiapan

ibu menyusui saat belum dan saat sudah diedukasi mengenai

Inisiasi Menyusui Dini dan bounding attachment.

Ketika nilai yang diperoleh adalah p value ≥ dari α (0.05)

dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pada kesiapan

menyusui ibu setelah diedukasi, maka Ho ditolak. Namun jika p

value < dari α (0.05) dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh pada kesiapan menyusui ibu setelah diedukasi

mengenai IMD dan bounding attachment maka Ho gagal ditolak.

F. Etika Penelitian

Setelah meminta izin pada pihak RSUD Madising Kabupaten

Pinrang, peneliti berusaha mematuhi beberapa etika penelitian yakni:

Pertama, self determinant yaitu peneliti memberi waktu pada responden

untuk secara bebas mengisi informed consent yang tersedia. Kedua,


43

anonymity yaitu merahasiakan identitas responden dengan tidak

menuliskan jelas dan lengkap nama mereka pada lembar informed

consent. Ketiga, confidentiality yaitu menjaminkan keberhasilan dari hasil

penelitiannya dan hanya sebagian saja data responden yang dijadikan

laporan nantinya. Keempat informed consent yaitu menjelaskan pada

responden mengenai penelitiannya dari segi maksud dan kegunaan, serta

menjaminkan kerahasiaan identitas mereka untuk keperluan penelitian.

Memberikan responden kesempatan untuk mengetahui lebih jauh apa yang

ingin ditanyakan dari penjelasan peneliti, lalu memberikan tanda

kesediaannya untuk menjadi sampel penelitian berupa tanda tangan pada

informed consent.
44

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

kepada kesiapan menyusui ibu setelah diedukasi mengenai Inisiasi

Menyusu Dini dan bounding attachment di Rumah Sakit Umum Daerah

Madising tahun 2023. Waktu pelaksanaannya adalah 27 Februari-10 Maret

tahun 2023. Subjek penelitiannya terdiri dari 15 ibu hamil trimester 3.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah kuesioner yang

dibagikan saat pretest da posttest, atau sebelum dan sesudah diedukasi

mengenai IMD dan bounding attachment. Variable independen yaitu

edukasi IMD dan bounding attachment variable dependen yaitu kesiapan

menyusui ibu.

1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun 2023
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
20-35 Tahun 11 73,3
>35 Tahun 4 26,7
Pendidikan
SD 6 40.0
SMP 3 20.0
SMA 4 26.7
Perguruan Tinggi 2 13.3
Pekerjaan
IRT 11 73.3
PNS 1 6.7
Wiraswasta 2 13.3
Honorer 1 6.7
Jumlah 15 100,0
Sumber : Data Primer 2023

44
45

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 15 orang yang

dijadikan sebagai sampel, responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak

11 orang (73,3%) dan umur >35 tahun sebamyak 4 orang (26,7%).

Sedangkan berpendidikan SD sebanyak 6 orang (40,0%), SMP sebanyak

3 orang (20,0%), SMA sebanyak 4 orang (26,7%) dan perguruan tinggi

sebanyak 2 orang (13,3%). Dan yang bekerja sebagai IRT sebanyak 11

orang (73,3%), PNS sebanyak 1 orang (6,7%), wiraswasta sebanyak 2

orang (13,3%) dan Honorer sebanyak 1 orang (6,7%).

2. Analisa Univariat

a. Kesiapan ibu untuk proses menyusui sebelum dilakukan

edukasi tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Bounding Attachment

Tabel 5.2

Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Sebelum Dilakukan Edukasi

Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding Attachment

Di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun 2023

Variabel Mean SD Minimum Maximum

Kesiapan Ibu Untuk

Proses Menyusui 57,33 2,968 54 62

Sebelum Intervensi

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan ibu untuk

menyusui yaitu 57,33, minimum sebanyak 34 dan maximum sebanyak

62 sebelum dilakukannya edukasi tentang IMD dan bounding

attachment, di RSUD Madising Tahun 2023.


46

b. Kesiapan ibu untuk proses menyusui setelah dilakukan

edukasi tentang inisiasi menyusu dini dan bounding attachment

Tabel 5.3

Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Setelah Dilakukan Edukasi

Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding Attachment

Di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun 2023

Variabel Mean SD Minimum Maximum

Kesiapan Ibu Untuk

Proses Menyusui 63,80 1,656 60 66

Setelah Intervensi

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan ibu untuk

menyusui meningkat menjadi 63,80, minimum sebanyak 60 dan

maximum sebanyak 66 sesudah dilakukan edukasi tentang IMD dan

bounding attachment di RSUD Madising Tahun 2023.


47

3. Analisa Bivariat

Pengaruh edukasi tentang inisiasi menyusu dini dan bounding

attachment terhadap kesiapan ibu untuk proses menyusui

Tabel 5.4

Peningkatan Kesiapan Ibu Untuk Proses Menyusui Setelah

Diberikan Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan

Bounding Attachment Di RSUD Madising

Kab. Pinrang Tahun 2023

95 % CI Sig p
Variabel Mean SD SE Lower Upper Valu
e
Rata-rata
Peningkatan
Kesiapan Ibu 6.467 2.295 0.593 7.738 5.196 0,000
Untuk Proses
Menyusui

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata peningkatan

kesiapan menyusui ibu setelah diedukasi mengenai IMD dan

bounding attachment sebanyak 6.467 ( 11 Orang ) dan yang tidak

siap menyusui setelah diedukasi mengenai IMD dan bounding

attachment sebanyak sebanyak 3.533 ( 4 Orang ). Berdasarkan hasil

uji statistic Uji t, α = 0, 05 menunjukkan bahwa p Value = 0,000

(p<0,05) yang berarti hasil uji paired test < 0,05 maka H0

dinyatakan ditolak sebab terdapat perbedaan pada kesiapan


48

menyusui ibu sebelum dan setelah diedukasi mengenai IMD dan

bounding attachment di RSUD Madising Tahun 2023.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Kesiapan ibu untuk menyusui sebelum dilakukan edukasi

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Bounding Attachement.

Berdasarkan pada tabel 5.2 rata-rata kesiapan menyusui ibu

adalah 57,33 dari 15 Responden dengan nilai minimum 54 dan

maximum 62, saat belum diedukasi mengenai IMD dan bounding

attachment, di RSUD Madising Tahun 2023.

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang

dilakukan oleh Rahmawati dalam Mahmud dimana ada pengaruh

pada pengetahuan ibu hamil trimester 3 di Poli KIA Pertiwi

Makassar setelah diberikan pendidikan kesehatan. Diperoleh

analisis univariat yang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pada responden dimana awalnya 6 orang yang berpengetahuan baik,

44 orang berpengetahuan kurang, lalu presentasinya naik menjadi

50 orang berpengetahuan baik (Mahmud, 2013).

Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Ivana, E.R

(2018) didapatkan Pengetahuan tentang IMD setelah edukasi

sebanyak 80,3%. Hampir semua responden memahami penjelasan

IMD serta berkeinginan untuk IMD yang dibuktikan dengan nilai

signifikasi 0,000.
49

Adapun beberapa dari jumlah sampel yang diteliti tidak

siap melakukan IMD dan Bounding Attachment di sebabkan oleh

riwayat persalinan sebelumnya sehingga tidak dilakukan IMD dan

Bounding Attachment secara langsung, serta kurangnya konsentrasi

pada saat penyuluhan dan pemberian edukasi tentang IMD dan

Bounding Attachment.

Edukasi kesehatan merupakan elemen penting dalam

peningkatan kesehatan masyarakat sebab edukasi mampu

mencerahkan masyarakat hingga mengambil keputusan yang tepat.

Sejalan dengan yang dikatakan Nursalam bahwa edukasi berkaitan

dengan motivasi, keterampilan dan percaya diti untuk bertindak

memperbarui kondisi kesehatan. Dimana proses ini mampu

dilakukan di rumah sakit yang menjadi pusat informasi masyarakat

atau bisa juga di lingkungan masyarakat. Tak terkecuali edukasi

mengenai persiapan menyusui ibu. Sebab mengingat betapa

pentingnya proses menyusui dikarenakan berkaitan dengan usaha

mempertahankan kehidupan manusia. Sehingga seharusnya usaha

untuk mempersiapkan situasi ini harus dilakukan utamanya oleh

tenaga kesehatan yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang

mumpuni mengenai ini.

Kesiapan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mencapai target tertentu atau telah matang secara fisik, psikologis,

spiritual dan skill. Sementara Kesiapan untuk menyusui merupakan


50

keadaan bersiap-siap oleh ibu hamil secara fisik, mental untuk

bertemu dengan masa laktasi sejak hamil. Maka artinya menyusui

memang sudah seharusnya disiapkan jauh sebelum bayi lahir.

Sebab mampu berdampak pada kualitas dan kuantitas ASI jika

memang ibu sudah siap. ( Sriatin 2017),

Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia telah

diketahui oleh sebagian besar masyarakat. Program Inisiasi

Menyusu Dini telah diatur dalam perundang undangan dan

dilaksanakan serta diimplementasikan di sebagian pelayanan

kesehatan di Indonesia. Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu

Dini belum optimal karena faktor internal ibu dan bayi serta faktor

eksternal yaitu dukungan suami dan keluarga serta peran tenaga

kesehatan. (Fitriani, 2020)

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat

disimpulkan masih ada ibu yang tidak siap menyusui sebab

memiliki pengetahuan yang minim mengenai proses menyusui

yang seharusnya telah lama dipersiapkan. Ini menjadi pengingat

bahwa edukasi amat dibutuhkan. Sebab ini adalah persiapan awal

yang sudah seharusnya diketahui oleh ibu hamil.


51

b. Kesiapan ibu untuk menyusui sesudah dilakukan edukasi

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Bounding Attachment

Berdasarkan tabel 5.3 rata-rata kesiapan menyusui ibu

mengalami peningkatan yakni 63,80 dari 15 Responden dengan

nilai minimum 60 dan maximum 66, setelah diedukasi mengenai

IMD dan bounding attachment di RSUD Madising Tahun 2023.

Hasil di atas mengindikasikan bahwa informasi dan edukasi

sangatlah penting terhadap dampak proses menyusui ibu.

Buktinya, pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rinata, Putri

dan Hamdi di RB Eva Candi Sidoarjo. Penelitian itu

menginformasikan bahwa ibu hamil masih banyak yang belum

memperkaya diri dengan informasi seputar ASI. Sekitar 46,7%

dikatakan memiliki kesiapan ASI yang kurang sejak hamil, dan

yang sudah cukup menyiapkan sebesar 36,7%, sementara yang

menyiapkannya dengan baik hanya berkisar 16,7%. Penyebabnya

adalah mereka belum bersiap-siap secara psikologis yakni

sebanyak 50%, kemudian 50% lainnya belum menyiapkan nutrisi

menyusui, 20% belum merawat payudaranya sejak hamil, dan

30% nya masih minim edukasi mengenai ASI (Rahmatul, 2019 ).

Penelitian di atas adalah salah satu bukti bahwa memiliki

pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan sangatlah penting

dan harus direncanakan sematang mungkin. pendidikan kesehatan

merupakan proses yang direncanakan demi membawa individu,


52

keluarga kelompok masyarakat kepada pemahaman dan sikap yang

benar. Maka dibutuhkan pemahaman yang baik, sebab melibatkan

banyak istilah dan konsep.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh

Fitriana Ikhtiarinawati F (2017) menunjukkan bahwa sebelum

intervensi tentang pengetahuan IMD dan Bounding Attachment

30,8% . Setelah intervensi tentang pengetahuan IMD dan Bounding

Attachment 69,2% Hasil uji statistik memiliki tingkat signifikansi

p= 0,000.

Peneliti berpendapat, bahwa edukasi yang diberikan kepada

responden benar mampu mempengaruhi ibu untuk siap

melakukan proses menyusui. Ditambah lagi ibu hamil berada pada

usia produktif dan berlatar belakang pendidikan yang baik, maka

mereka lebih mudah untuk mencerna edukasi yang disampaikan

sehingga berdampak pada kesiapan mereka untuk menyusui.


53

2. Analisa Bivariat

Peningkatan kesiapan ibu untuk proses menyusu setelah diberikan

edukasi tentang inisiasi menyusu dini dan bounding attachment\

Berdasarkan tabel 5.4, rata-rata setelah ibu diedukasi mengenai

IMD dan bounding attachment, terjadi peningkatan sebesar 6.467.

Dari uji statistic Uji t, α = 0, 05 menunjukkan bahwa p Value= 0,000

(p<0,05). Artinya, uji paired test < 0, 05 maka H0 = ditolak. Artinya

ibu yang telah diedukasi mengenai IMD dan bounding attachment

mengalami perubahan atau perbedaan dari segi siapnya menyusui.

Perbedaan sikap ini, menunjukkan bahwa memang pengetahuan dapat

berperan penting dalam mengubah sikap seseorang. Sesuai dengan

teori dari Notoatmodjo tahun 2018, yang mengatakan bahwa

pengetahuan adalah sebab terbentuknya sikap.

Sejalan dengan penelitian dari Ana dan Eti tahun 2018. Dimana

responden dengan pengetahuan baik berjumlah 53 %, pengetahuan

cukup berjumlah 33%, sementara pengetahuan kurang berjumlah 14%.

Sementara itu, sikap positif berjumlah 55%, sikap negatif berjumlah

45%. Maka pada penelitian itu, memyimpulkan bahwa banyak

responden yang berpengetahuan baik dan positif pada bounding

attachment.

Penelitian lain yang juga membuktikan bahwa pengetahuan

mempengaruhi sikap seseorang adalah dari ( Sukmawati,dkk 2018).

Mereka menemukan perubahan sikap antara responden yang diberikan


54

perlakuan berupa edukasi mengenai IMD dan yang hanya sekedar

dikontrol. Dimana responden yaitu ibu hamil yang diintervensi melalui

pemberian edukasi mengenai IMD, memiliki pengetahuan dan sikap

yang meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh ( Citrakesumasari. dkk 2019 ) di RSIA Siti Fatimah

Kota Makassar dimana terjadi perubahan pengetahuan tentang IMD

setelah dilakukan pemberian edukasi.yang mana pada pengetahuan

sebelum diberikan edukasi IMD dengan presentase sebesar 21.74%

pada tingkat pengetahuan kategori baik. Sedangkan setelah diberikan

edukasi IMD pada 10 responden yang pada pengetahuan dengan

kategori baik yaitu sebesar 78.26% dengan uji T-test memiliki

signifikan 0,000.

Berdasarkan uraian dan analisis di atas sehingga peneliti dapat

menyimpulkan bahwa sikap ibu hamil untuk kesiapan menyusuinya

mampu diubah melalui pemberian edukasi mengenai IMD dan

bounding attachment. Sebab melalui edukasi, ibu hamil mampu

melakukan proses berpikir hingga mengubah sikapnya yang tadi tidak

siap berubah menjadi siap menyusui.

Hal ini telah dibuktikan pada 15 ibu hamil yang menjadi

responden di RSUD Madising, dimana mereka yang diedukasi

memiliki peningkatan pengetahuan mengenai IMD dan bounding


55

attachment. Rata-rata nilai kesiapannya saat belum diedukasi adalah

57,33 lalu mengalami peningkatan menjadi 63,80.

C. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian, yaitu:

1. Responden sulit untuk serius dan berkonsentrasi untuk

mendengarkan penjelasan atau edukasi yang diberikan oleh peneliti,

dan kesulitan untuk mengisi kuesioner lantaran keadaannya yang

hamil.

2. Waktu pelaksanaan menjadi lebih lama sebab pengambilan data

tidak dilakukan sekaligus dan serempak. Sebab responden datang di

waktu yang berbeda-beda.

3. Ruang kerja peneliti dengan tempat responden berbeda, sehingga

peneliti mengalami kesulitan dalam pemberian edukasi, dan pengisian

kuesioner.
56

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari seluruh pembahasan di

atas:

1. Rata-rata kesiapan ibu menyusui saat belum diedukasi mengenai IMD

dan bounding attachment di RSUD Madising Tahun 2023 hasilnya

adalah 57,33.

2. Rata-rata kesiapan ibu menyusui saat telah diedukasi mengenai IMD

dan bounding attachment di RSUD Madising Tahun 2023 dengan hasil

63,80.

3. Perubahan nilai rata-rata saat belum dan sudah dilakukan edukasi

tentang IMD dan bounding attachment terdapat selisih sebanyak 6. 467

didukung nilai p Value= 0, 000. Sehingga artinya, hasilnya meningkat

secara signifikan saat sebelum dan saat sudah diedukasi. Ini berarti

terdapat pengaruh dari edukasi kepada kesiapan menyusui ibu di

RSUD Madising Tahun 2023.

B. Saran

Berikut adalah saran yang mampu dikembangkan dari hasil penelitian

yang ada mengenai edukasi IMD dan bounding attachment.

1. Sumber Daya Manusia Di RSUD Madising

Petugas kesehatan di RSUD Madising disarankan untuk terus

mengedukasi mengenai IMD dan bounding attachment.

56
57

2. Institusi Pendidikan

Menjadi referensi untuk mahasiswa ITKES Muhammadiyah Sidrap.

3. Peneliti Berikutnya

4. Mampu menjadi referensi berikutnya untuk penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ana, F., & Eti, S. (2018). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas

Tentang Bounding Attachment di Ruangan Seruni Rumah Sakit PMI

Kota Bogor, 10(2), 23–30.

Astuti,Sri, dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan Buku Ajar Kebidanan

Antenatal Care. Yogyakarta: Erlangga

Deborah Siregar, M. P. (2020). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan

Kita Menulis.

Ermalena. (2017). Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia: Balai

Fitriani Umar ( 2021 ). Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) Dan Kelangsungan ASI

Anak Usia Dibawah 2 Tahun. Pemalang: Nasya Expanding Management

Juliana Sembiring. 2017. Asuhan Neonates, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.

Yogyakarta : Budi Utama.

Kementrian Kesehatan Indonesia.(2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Keni, N. W. A., Rompas, S., & Gannika, L. (2020). Tingkat pengetahuan dan

sikap dengan teknik menyusui pada ibu pasca melahirkan. Jurnal

Keperawatan, 8(1), 33. https://doi.org/10.35790/jkp.v8i1.28409


Mahmud, S. (2013). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Lisu Kec.

Tanete Riaja Kab. Barru, 2, 105–110.

Muhammad Jundi Nasrullah. (2021). Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini Dan


Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Medika Hutama, 02(02), 439
447. Http://Jurnalmedikahutama.Com/Index.Php/JMH/Article/View/144

Miftahurrahma Ihsan. ( 2022 ). Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD di


RS Syakh Yusuf .Gowa

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


(P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Putri,Rahmatul. (2019). Pengaruh Edukasi Tentang Inisiasi Menyusu dini dan

Bonding Attachment Terhadap Kesiapan Ibu untuk Proses Menyusui di

BPS Bunda di Bukit Tinggi. Skripsi . Repositori Universitas Indonesia.

Padang

Rinata, E., Putri, H., & Hamdi, S. (2015). Persiapan ASI Eksklusif Ibu Hamil di RB

Eva Candi Sidoarjo, 1(4), 125–133

Setiya Hartiningtiyaswati, (2019 ).Konsep Dasar Menyusui. stikessurabaya.ac.id

Sriatin. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara

Dengan Kesiapan Menghadapi Masa Laktasi Pada Ibu Hamil Di

Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan.

Soemanto, Wasty, (2019). Psikologis Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Sukmawati, Stang, & Bustan, N. (2018). Pengaruh Edukasi terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Parangloe Kabupaten Gowa,
1(1), 7–13.

Yusnawati, (2015) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Wahyuningsih, H.P. 2018.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:

Kementerian Kesehatan R.I.


FORMAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden penelitian yang

dialakukan mahasiswa ITKes Muhammadiyah Sidrap yang berjudul “Pengaruh Edukasi

Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Bounding Attachment Terhadap Kesiapan Ibu

Untuk Proses Menyusui”

Tanda tangan saya menunjukkan saya sudah diberi informasi dan memutuskan untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pinrang, Maret 2023

Peneliti Responden

( Sulfiani) ( )
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN BOUNDING


ATTACHMENT TERHADAP KESIAPAN IBU UNTUK PROSES MENYUSUI DI
RSUD MADISING

TAHUN 2023
No. Responden

( Diisi oleh peneliti )


Petunjuk Pengisian Kuesioner
Kuesioner dibawah ini memuat sejumlah pernyataan. Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban
yang anda pilih.
A. Data Karakteristik Individu
1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Pendidikan : TS / SD / SMP / SMA / S1 / S2
4. Pekerjaan : IRT / TANI / PNS / WIRASWASTA / Lain-lain
5. Alamat :

B. Kesiapan Proses Menyusui

Tidak Sangat
Sangat Setuju
No. Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
Setuju
4 3 2 1
Kesiapan menghadapai masa
menyusui adalah suatu kondisi
yang dimiliki oleh ibu dalam
1 mempersiapkan diri baik secara
mental, maupun fisik untuk
menghadapai masa menyusui
Proses menyusui sebaiknya
2 sudah dipersiapkan sebelum
bayi lahir
Kesiapan menghadapai masa
3 menyusui akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas ASI
Ibu yang akan menyusui harus
berniat sungguh–sungguh untuk
4
memberikan ASI pada bayi
sekurang–kurangnya 6 bulan

Jika ibu yakin bisa menyusui,


5 ASI yang keluar pasti banyak

6 Memakai bra yang ukurannya


sesuai besar payudara.
Ibu yang akan menyusui harus
7 diet ketat setelah melahirkan
dengan tidak mengurangi
asupan gizinya
Ibu yang berpikiran optimis
untuk menyusui bayinya akan
membentuk energi positif yang
8 dapat mempengaruhi kesiapan
semua organ–organ menyusui
sehingga ASI dapat mengalir
lancar
Kebutuhan gizi seimbang sangat
9 dibutuhkan pada saat hamil dan
menyusui
Pola makan yang sehat pada saat
10 hamil akan mempengaruhi
kualitas ASI ibu
Ibu hamil dan menyusui tidak
11 dianjurkan untuk makan atau
minum yang mengandung
kafein dan alkohol
Agar stamina tubuh terjaga
12 selama kehamilan, ibu
dianjurkan untuk melakukan
olahraga secara teratur

13 Ibu hamil dan menyusui


minimal tidur 8 jam perhari.
Olahraga yang tidak dianjurkan
14 selama kehamilan adalah
olahraga berat seperti berlari,
Selama kehamilan sebaiknya ibu
hamil mempersiapkan payudara
15
dengan cara melakukan
perawatan payudara

Bila puting susu ibu datar atau


16 masuk maka ibu harus
melakukan perawatan puting
Bila payudara mengalami
17 masalah maka perawatan
payudara diperlukan
Ibu hamil dianjurkan untuk
18 selalu mencari informasi tentang
ASI dan perawatan payudara
Dukungan keluarga diperlukan
19
untuk ibu hamil dan menyusui

20 Stres dapat mempengaruhi


produksi ASI

Sumber: Sriatin (2017)


Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Bounding Attachment Dan Kesiapan Untuk
Menyusui Pada Ibu Hamil Trimester III Di RSUD Madising

1. Pokok Bahasan : IMD dan Bounding Attachment

2. Sasaran : Ibu hamil trimester 3

3. Hari/ Tanggal :

4. Waktu :

5. Tempat : RSUD MADISING

6. Penyuluh : Mahasiswa ITKes Muhammadiyah Sidrap

A. Latar Belakang

Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang


pemberian ASI eksklusif IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari
rahim ibu, tanpa dimandikan terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada
ibu dengan kulit bayi melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini
dilakukan sekirangnya selama 1 jam dan/ atau sampai dengan bayi berhasil meraih
puting ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat
IMD ditentukan oleh bayi.

Bounding Attachment merupakan suatu proses antara orang tua dan bayi yang
terus menerus yang bersifat saling mencintai serta memberi keduanya pemenuhan
emosional dan saling membutuhkan yang diawali dengan dengan ikatan batin dan
kasih sayang yang dapat berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan
tumbuh kembang bayi (Bahiyatun, 2009)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
bounding attachment di harapkan responden dapat mengetahui tentang pentingnya
IMD dan bounding attachment untuk kesiapan dalan proses menyusui serta mau
dan mampu melaksanakannya.
2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan responden mampu menjelaskan


kembali tentang:

a. Pengertian IMD
b. Manfaat IMD
c. Pengertian bounding attachment
d. Tahap-tahap bounding attachment
e. Dampak positif bounding attachment
f. Hambatan bounding attachment
g. Proses Untuk Menyusui
C. Strategi Pelaksanaan
1. Metode Pelaksanaan
Ceramah
2. Media dan Alat
a. Lembar balik
b. Leaflet
D. Proses Pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluh Responden Waktu

1 Pendahuluan Pembukaan : 5 menit

-Membuka kegiatan dengan - Menjawab salam


mengucapkan salam.
-Mendengarkan
-Memperkenalkan diri
-Memperhatikan
-Menjelaskan tujuan dari
penkes
-Memperhatikan
-Menyebutkan materi yang
akan diberikan

2 Kerja Pelaksanaan : 10 menit

- Menanyakan pengetahuan
-Memperhatikan
responden tentang pengertian
dan menjawab
IMD dan bounding attachment
pertanyaan.
- Menjelaskan :

a. Pengertian IMD

b. Manfaat IMD -Mendengar dan


memperhatikan
c. Pengertian bounding
attachment
d. Tahap-tahap bounding
attachment

e. Dampak positif bounding


attachment
f.Hambatan bounding
attachment
g. Proses Untuk
Menyusui
3 Penutup -Peneliti menyimpulkan materi -Mendengar dan 5 menit
memperhatikan
tentang IMD dan bounding
-Mendengarkan
attachment
- Mengucapkan terimakasih

-Mengucapkan salam

E. Setting Tempat

Keterangan:

: Peneliti :Responden
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Ibu hamil hadir dalam pemberian pendidikan kesehatan
b. Kesiapan materi penyajian
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses
a. Responden antusias dalam mendengarkan penjelasan materi
b. Responden menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
b. Adanya tambahan pengetahuan tentang IMD dan bounding
attachment yang diterima oleh responden
RIWAYAT HIDUP/BIODATA PENULIS

A. Identitas
1. Nama : Sulfiani
2. NIM : 202109073
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir : Salu Kalobe, 26 November 1987
5. Status Keluarga : Menikah
6. Suku/Bangsa : Bugis/ Indonesia
7. Alamat : Salu Kalobe, Kel. Tadokkong Kab. Pinrang
8. Alamat Instansi : Jl. Poros Pinrang – Polman KM. 33 Desa Bungi
Kec.Duampanua Kab.Pinrang
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD : SD Negeri 170 Lembang Lulus Tahun 1999
b. SMP : SMPN 1 Lembang Lulus Tahun 2002
c. SMA/sederajat : SMK Keperawatan HARBAK Makassar Tahun
Lulus 2005
d. Perguruan Tinggi : D III Kebidanan Sandi Karsa Makassar Tahun
Lulus 2008
2. Riwayat Pekerjaan
a. Tenaga Bidan PTT di Desa Pakeng Kab. Pinrang Tahun 2009 s/d 2017
b. PNS di Puskesmas Tuppu Kab. Pinrang Tahun 2018 s/d 2020
c. PNS di RSUD Madising Kab. Pinrang Tahun 2021 s/d Sekarang
 

Apa yang dimaksud


dengan Inisiasi
Menyusui Dini?
(IMD)
Inisiasi Menyusui Dini
“Manfaat IMD bagi Ibu”
(IMD) adalah bayi diberi
kesempatan mulai (inisiasi) • Sentuhan dan proses menghisap
menyusu sendiri segera bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya oksitosin
setelah bayi lahir (dini)
yang menyebabkan rahim
dengan meletakkan langsung
berkontraksi membantu
 bayi yang baru lahir di dada mengeluarkan plasenta dan
ibunya dan membiarkan mengurangi perdarahan ibu.
 bayi ini merayap untuk • Merangsang hormon lain yang
menemukan puting susu ibu membuat ibu menjadi tenang,
untuk menyusu rileks, dan mencintai bayi, lebih
kuat menahan nyeri (karena
Inisiasi
hormon meningkatkan ambang
nyeri).
Menyusui

DINI
• Memberikan stimulasi dini naluriah
dan memberikan kehangatan,
cinta yang memulai proses ikatan
antara ibu dan bayinya. 

Puskesmas Banyu Urip Dokter Muda Universitas Airlangga –


Departemen IKM-KP
Jalan Banyu Urip Kidul VI no. 8 Surabaya
Dengan
Telp. (031) 5685424 Fax. (031) 5615292 Puskesmas Banyu Urip
 

“Manfaat IMD bagi


Bayi tetap hangat dengan berada di kulit-

ke-kulit dengan ibu. Dada ibu


menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit
Bayi”
ibu akan menyesuaikan suhunya dengan • Risiko bayi dari infeksi berkurang karena
kebutuhan bayi. Menurunkan risiko kuman aman (bakteri) dari ibu mulai
menjajah kulit dan usus, dan mencegah • Bayi memperoleh ASI (makanan
kematian karena hipothermia awal) yang tidak mengganggu
(kedinginan) kuman berbahaya
pertumbuhan, fungsi usus, dan
• Ibu dan bayi merasa lebih tenang, • Memberikan stimulasi dini naluriah dan
alergi. Makanan lain selain ASI
sehingga membantu pernafasan dan memberikan kehangatan, cinta,
mengandung protein yang bukan
detak jantung bayi lebih stabil. Dengan keamanan dan makanan. Hal ini juga
protein manusia (misalnya susu
demikian, bayi akan lebih jarang rewel memulai proses ikatan antara bayi dan
hewan), yang tidak dapat dicerna
sehingga mengurangi pemakaian energi ibu
dengan baik oleh usus bayi dan
• Bayi mendapatkan kolostrum dari ASI • Bau payudara merupakan stimulus kuat
rawan mengakibatkan alergi >>
pertama. Yaitu cairan berharga yang yang mendorong bayi ke arah puting.
Bayi yang menyusu dini akan lebih
kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) Kemampuan bayi dari penciuman
berhasil menyusu ASI eksklusif dan
dan zat penting lainnya yang penting berkembang dengan baik. Bau suatu zat
mempertahankan menyusu setelah
untuk pertumbuhan usus. Usus bayi yang dikeluarkan oleh puting mirip
6 bulan 
ketika dilahirkan masih sangat muda, dengan bau zat dalam cairan ketuban
tidak siap untuk mengolah asupan yang mengelilingi bayi di dalam rahim 
makanan
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 Tahun 11 73.3 73.3 73.3
>35 Tahun 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 6 40.0 40.0 40.0
SMP 3 20.0 20.0 20.0
SMA 4 26.7 26.7 26.7
Perguruan Tinggi 2 13.3 13.3 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 11 73.3 73.3 73.3
PNS 1 6.7 6.7 6.7
Wiraswasta 2 13.3 13.3 13.3
Honorer 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

T-Test

One-Sample Statistics

n Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Pretest 15 57.33 2.968 .54 62
Posttest 15 63.80 1.656 .60 66

Descriptive Statistics
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
Std.
Mean Deviation Std. Error Mean Sig. (2-tailed) Lower Upper
Score
Pretest’Posttest 6.467 2.295 0.593 0.000 7.738 5.196
MASTER TABEL

PENGARUH EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU


DINI DAN BOUNDING ATTACHMENT TERHADAP
KESIAPAN IBU UNTUK PROSES MENYUSUI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MADISING
KABUPATEN PINRANG
EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU
DINI DAN BOUNDING ATTACHMENT TERHADAP
KESIAPAN IBU UNTUK PROSES MENYUSUI DI
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MADISING
KABUPATEN PINRANG
Pretest Kriteria Posttest Kriteria
1 Ny “E” 25 SMA IRT 45 Siap 56 Siap
2 Ny “K” 21 SD IRT 53 Siap 50 Siap
3 Ny “S” 37 S1 PNS 40 Siap 65 Siap
4 Ny “K” 20 SD IRT 32 Tidak Siap 38 Tidak Siap
5 Ny “P” 24 SMP IRT 35 Tidak Siap 55 Siap
6 Ny “M” 29 SD IRT 40 Siap 30 Tidak Siap
7 Ny “M” 36 SMA Wiraswasta 30 Tidak Siap 41 Siap
8 Ny “H” 32 SMA Wiraswasta 41 Siap 69 Siap
9 Ny “A” 36 SD IRT 40 Siap 33 Tidak Siap
10 Ny “S” 22 SD IRT 35 Tidak Siap 55 Siap
11 Ny “R” 27 SMP IRT 33 Tidak Siap 70 Siap
12 Ny “A” 37 SMA IRT 33 Tidak Siap 41 Siap
13 Ny “R” 32 SD IRT 50 Siap 30 Tidak Siap
14 Ny “E” 29 S1 Honorer 35 Tidak Siap 66 Siap
15 Ny “S” 30 SMP IRT 40 Siap 60 Siap
PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
UNIT PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Jl. Jend. Sukawati Nomor 40. Telp/Fax : (0421)921695 Pinrang 91212

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL


DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN PINRANG
Nomor : 503/0006/PENELITIAN/DPMPTSP/01/2023
Tentang
REKOMENDASI PENELITIAN
Menimbang : bahwa berdasarkan penelitian terhadap permohonan yang diterima tanggal 04-01-2023 atas nama SULFIANI,
dianggap telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan sehingga dapat diberikan Rekomendasi Penelitian.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 1959;
2. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2002;
3. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007;
4. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009;
5. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014;
6. Peraturan Presiden RI Nomor 97 Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2014;
8. Peraturan Bupati Pinrang Nomor 48 Tahun 2016; dan
9. Peraturan Bupati Pinrang Nomor 38 Tahun 2019.
Memperhatikan : 1. Rekomendasi Tim Teknis PTSP : 0017/R/T.Teknis/DPMPTSP/01/2023, Tanggal : 04-01-2023
2. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Nomor : 0006/BAP/PENELITIAN/DPMPTSP/01/2023, Tanggal : 04-01-2023
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberikan Rekomendasi Penelitian kepada :
1. Nama Lembaga : ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
2. Alamat Lembaga : JL. SYARIF AL-QADRI NO. 11 PANGKAJENE SIDRAP
3. Nama Peneliti : SULFIANI
4. Judul Penelitian : PENGARUH EDUKASI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN
BOUNDING ATTACHMENT TERHADAP KESIAPAN IBU UNTUK PROSES
MENYUSUI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MADISING
5. Jangka waktu Penelitian : 1 Bulan
6. Sasaran/target Penelitian : IBU NIFAS
7. Lokasi Penelitian : Kecamatan Duampanua
KEDUA : Rekomendasi Penelitian ini berlaku selama 6 (enam) bulan atau paling lambat tanggal 04-07-2023.
KETIGA : Peneliti wajib mentaati dan melakukan ketentuan dalam Rekomendasi Penelitian ini serta wajib memberikan
laporan hasil penelitian kepada Pemerintah Kabupaten Pinrang melalui Unit PTSP selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah penelitian dilaksanakan.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, dan akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Diterbitkan di Pinrang Pada Tanggal 04 Januari 2023

Ditandatangani Secara Elektronik Oleh :


ANDI MIRANI, AP.,M.Si
NIP. 197406031993112001
Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Selaku Kepala Unit PTSP Kabupaten Pinrang

Biaya : Rp 0,-

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan BSrE

Anda mungkin juga menyukai