Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

PENERAPAN TRIAGE DI IGD RSUP Dr. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar

Disusun oleh :

NURHAENI ASRULLAH

15.01.021

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2019
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN
PENERAPAN TRIAGE DI IGD RSUP Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

NUR HAENI ASRULLAH

15.01.021

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nur Haeni Asrullah

Nomor Induk Mahasiswa : 15.01.021

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjasu dan/atau dicabut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.

Makassar, 2019

Yang Membuat Pernyataan

Nur Haeni Asrullah

15.01.021

ii
iii
ABSTRAK

NUR HAENI ASRULLAH : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT


DENGAN PENERAPAN TRIAGE DI IGD RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR 2019.
PEMBIMBING : (1) Makkasau Plasay. (2) Muh. Zukri Malik
Pendahuluan: Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di
unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat
sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
perawat dengan penerapan triage di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Metode: penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 33 responden dengan perawat di igd bedah yang dinilai
berdasarkan tingkat pengetahuan dengan penerapan, kemudian hasilnya diuji dengan chi-square
dengan tingkat kemaknaan α=0,05.
Hasil: Hasil penelitian yang dilakukan di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar bahwa dari 33 responden yang diteliti didapati lebih dominan responden yang memiliki
tingkat pengetahuan yang baik dengan penerapan triage sesuai sebanyak 17 responden (77.3%)
dan tingkat pengetahuan rendah dengan penerapan triage tidak sesuai sebanyak 8 responden
(72.7%). Kesimpulan: penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan perawat dengan penerapan triage di di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. dengan nilai kemaknaan p=0,006 <p=0,05

Kata kunci: pengetahuan, triage,

Referensi: 28 (2008-2019)

iv
v
PERSEMBAHAN

Tiada henti kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dengan

terselesaikannya tugas akhir ini. Skripsi ini ku persembahkan untuk

kedua orang tuaku. Ayahanda tercinta Asrullah dan Ibunda

tercinta Maryam. Terima kasih banyak atas doa, support, cinta

dan kasih sayang nya selama ini. Terima kasih karna ayahanda dan

ibunda tidak pernah lelah dan menyerah untuk menjadikanku

sarjana keperawatan. Semoga bekal kesuksesanku dan usahaku ini

membuat beliau bangga. Teruntuk adik kandungku tersayang. adik

ikhsan dan adik yusran, terima kasih karna telah mendoakan dan

memberi support serta dukungan dalam pembuatan skripsi ini. tak

lupa pula ku ucapankan terima kasih kepada om dan tante tercinta

om arif, dan tante diana terima kasih atas doa dan supportnya

selama pembuatan skripsi ini. Semoga dengan selesainya studi ku ini

saya menjadi orang bermanfaat untuk keluarga dan untuk orang

lain.

TTD

NUR HAENI ASRULLAH

vi
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul:

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Triase IGD

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.”. Penyusunan Skripsi ini

merupakan suatu syarat untuk melakukan penelitian.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini peneliti telah mendapatkan

banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna

dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

pada kesempatan ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya terkhusus untuk kedua orang

tua, yaitu Ayahanda ASRULLAH dan Ibunda MARYAM yang senantiasa

mendoakan, memberikan nasehat dan dorongan serta telah banyak berkorban agar

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik, semoga Allah SWT

membalasnya dengan Rahmat, Rahim, Keberkahan yang melimpah dan juga

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Ibu Sitti Syamsiah, SKp., M.Kes, Selaku Ketua STIKES Panakkukang

Makassar.

vii
3. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.EDM., Selaku Ketua

Program Studi S1 Keperawatan dan sebagai pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Muh. Zukri Malik,S.kep,M.Kep Selaku Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk arahan dan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Hasniaty AG,S.Kp.,M.Kep Selaku penguji 1 yang telah memberikan

arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Bapak H. Ns. Hamzah Tasa, S.Kep.,M.Kes.,M.Kep Selaku penguji II yang

telah berkenan memberikan ilmu dan solusi tambahan dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Dosen di Prodi S1 keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun

material sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

8. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

9. Seluruh teman-teman seangkatan yang telah memberikan motivasi dan

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Pihak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yang telah membantu dalam

kelengkapan data dan telah bersedia meluangkan waktu dalam pengisian

kuesioner.

viii
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan

sangat membantu. Semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan

pihak-pihak yang terkait.

Makassar, 2019

Penyusun

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................................iv
ABSTRACK..............................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................x
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10
A. Tinjauan Tentang Triage ..................................................................... 6
1. Definisi Triage ................................................................... 6
2. Tujuan Triage ..................................................................... 7
3. Prinsip Triage ..................................................................... 7
4. Sistem Triage .................................................................... 8
5. Prinsip Triage ..................................................................... 12
6. Proses Triage ...................................................................... 13
7. Klasifikasi Triage ............................................................... 16
B. Tinjauan Tentang Gawat Darurat ........................................................ 31
1. Definisi Gawat Darurat ...................................................... 31
2. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat ...................................... 32
3. Prinsip Gawat Darurat ........................................................ 32
4. Standar Praktik Gawat Darurat .......................................... 33
C. Tinjauan TentangPengetahuan ............................................................. 35
1. Pengertian Pengetahuan ..................................................... 35
2. Tingkat Pengetahuan .......................................................... 36
3. Cara Memperoleh Pengetahuan ......................................... 38
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............. 39
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan ............................................ 41

x
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan
Triage………………………………………………………….. 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........ 44


A. Kerangka Konsep ................................................................................. 44
B. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 45
BAB IVMETODE PENELITIAN ............................................................... 46
A. Desain Penelitian.................................................................................. 46
B. Populasi Penelitian ............................................................................... 46
C. Sampel Penelitian ................................................................................. 47
D. Sampling Penelitian ............................................................................. 48
E. Variabel Penelitian .............................................................................. 48
F. Definisi Operasional............................................................................. 49
G. Tempat Penelitian................................................................................. 50
H. Waktu Penelitian .................................................................................. 50
I. Instrumen Penelitian............................................................................. 50
J. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 51
K. Pengolahan Data................................................................................... 52
L. Tekhnik Analisa Data ........................................................................... 52
M. Etika Penelitian .................................................................................... 53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 55
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 55
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 60
C. Implikasi Dalam Keperawatan ............................................................ 63
D. Keterbatasan penelitian ....................................................................... 63
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 64
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................xiv
LAMPIRAN ..............................................................................................................xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................xxii

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Triage .......................................................... 13
Tabel 2.2 Kajian Antar Ruang Untuk Meminimalisasi Penyebaran Virus
....................................................................................... 15
Tabel 2.3 Emergency Nursing Pediatric Course Pada Anak................ 16
Tabel 2.4 Tabel Prioritas Triage .......................................................... 22
Tabel 2.5 Skala Triage Australia ......................................................... 26
Tabel 2.6 Skala Triage Kanada ............................................................ 26
Tabel 2.7 Skala Triage Manchester ..................................................... 27
Tabel 2.5 Skala Triage Australia ......................................................... 26
Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................ 44
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .......... 56
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin 56 .......................................................................... 56
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden .......................................................................... 57
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan ........................................................................ 58
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan
Triage .................................................................................. 58
tabel 5.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan
Triage ................................................................................... 59

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.3 bantuan hidup dasar bls ................................................... 11
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 44

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen

risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan

penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia. (Maulana, Marvia, & Pratiwi,

2017).

Penggunaan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh

peningkatan jumlah pasien di unit gawat darurat yang dapat mengarah

pada penanganan kasus-kasus kegawatan, dengan mempertimbangkan

sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita, ruang

triage berada di ruang IGD sehingga ruang IGD tersebut menjadi sangat

penting karena merupakan bagian utama penerimaan pasien di rumah sakit

(Martanti, Noviyanto, & Prosujo, 2015).

Penerapan triage yang kurang dan belum memadai akan

membahayakan kehidupan klien yang tiba di IGD. Tindakan pengobatan

kepada klien dalam urutan kedatangan tanpa penilaian sebelum

menentukan tingkat kegawatan dari penyakitnya atau tanpa melakukan

triage terlebih dahulu dapat mengakibatkan penundaan intervensi klien

dengan kondisi kritis sehingga berpotensi mematikan. Indonesia belum

mempunyai standart nasional tentang system triage sehingga dalam

pelaksanaan penerapan triage setiap rumah sakit bisa berbeda beda.

1
2

Penerapan triage di Indonesia dengan presentase 68% sampai dengan 72%

dari 1.722 rumah sakit (Taufani rizki, 2018).

Dalam upaya menyelamatkan pasien sebanyak-banyaknya dan

dalam waktu yang singkat di UGD sangat diperlukan pengetahuan, sikap

dan keterampilan petugas kesehatan. Hal ini dikaitkan dengan

pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan. Pengetahuan

perawat terkait ilmu yang mandasari tindakan dalam menangani pasien

gawat darurat sangat penting, karena tindakan yang cepat dan akurat

tergantung dari ilmu yang dikuasi oleh petugas kesehatan di UGD

(Natarianto, Reditya, Agustina, Nursery, & Machelia, 2018).

Pada tahun 2014, data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat

di seluruh Indonesia mencapai 4.402.205 atau13,3% dari seluruh total

kunjungan di rumah sakit umum, dengan jumlah kunjungan 12% dari

kunjungan Instalasi Gawat Darurat berasal dari rujukan dengan jumlah

Rumah Sakit Umum 1.033 Rumah Sakit Umum dari 1.319 Rumah Sakit

yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian

yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan

Menteri Kesehatan, 2015).

Penelitian di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Puri Indah

Jakarta menemukan bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat

mempunyai pengaruh terhadap penerapan triage bila faktor-faktor tersebut

tidak dilaksanakan secara optimal dapat menyebabkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan dan menyebabkan kecacatan pada klien (Firdaus,


3

Soeharto, & Ningsih, 2018). Emergency Nursing Association (2014)

menyatakan bahwa keterampilan dan latar belakang pendidikan yang

dimiliki perawat akan mempengaruhi penerapan triage.

Berdasarkan survey awal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar bahwa perawat yang melakukan triage adalah perawat di IGD

bedah dan non bedah yang di lakukan dengan sistem rolling, dengan

jumlah perawat 33 orang di IGD Bedah dan 27 orang di IGD Non Bedah.

Dalam ruangan Bedah dan ruangan Non Bedah perawat pelaksana

memiliki pendidikan yang berbeda namun perawat tersebut tetap

ditugaskan dalam melakukan triage. Standart skala triage yang digunakan

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar adalah CATS yaitu skala

triage yang berasal dari Kanada dengan menggunakan lima tingkatan

yaitu resusitasi dengan kode warna biru, gawat dengan kode warna merah,

darurat dengan kode warna kuning, darurat tapi tidak gawat dengan kode

warna hijau, meninggal dengan kode warna hitam.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait ”hubungan tingkat pengetahuan perawat

dengan penerapan triage di IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat


4

dengan penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo Makassar”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketauhinya hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan

penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang

penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

b. Diketauhinya gambaran penerapan triage di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.

c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan

penerapan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yaitu

membuktikan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat

dengan penerapan triage serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan peneliti dalam bidang penelitian.


5

2. Mamfaat praktis

a. Profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya yang

bekerja di instansi pelayanan gawat darurat dalam mengetahui

penerapan triage secara mandiri untuk meningkatkan pengetahuan

perawat dalam penerapan triage.

b. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, bahan

perbandingan dan informasi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan

penerapan triage.

c. Institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah

kepustakaan dan pengetahuan dalam penerapan triage.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Triage

1. Definisi

Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe

dan tingkat kegawatan kondisinya ( Zimmermann dan Herr, 2006).

Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokan penderita

berdasarkan pada beratnya cedera yang di prioritaskan ada tidaknya

gangguan pada airway (A), breathing (B), dan circulation (C) Dengan

mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas

hidup penderita (N, 2011)

Di Indonesia, istilah triage juga di sebut triase. Kedua

istilah tersebut memiliki esensi yang sama, yaitu istilah untuk

menyortir atau menggolongkan pasien berdasarkan berat cedera dan

untuk menentukan jenis perawatan berdasarkan tingkat

kegawatdaruratan trauma, penyakit, dan cedera (Pusponegoro, 2010).

Sementara itu, menurut Wijaya (2010), triage adalah usaha pemilihan

korban sebelum ditangani. Pemilihan tersebut dilandaskan pada proses

khusus pasien berdasarkan berat tidaknya penyakit pasien.

Ziammermann dan Herr dalam bukunya berjudul Triage Nursing

Secret (2006) mendefinisikan bahwa triage digolongkan berdasarkan

tipe dan tingkat kegawatan, khususnya tingkat kegawatdaruratan

cedera pasien.

6
7

2. Tujuan triage

Menurut (Kartikawati, 2011) tujuan triage adalah:

a. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.

b. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya.

c. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada

pengkajian yang tepat dan akurat.

d. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien

3. Prinsip triage

Menurut (Kartikawati, 2011) prinsip triage yaitu:

a. Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.

b. Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat

kemungkinan yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit

atau cedera yang mengancam nyawa dalam departemen gawat

darurat.

c. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.

d. Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses

pengkajian.

e. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.

f. Keselamatan dan kefektifan perawatan pasien dapat direncanakan

jika terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat.

g. Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien

h. Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang

dilakukan perawat adalah keakuratan dalam mengkaji pasien dan


8

memberikan perawatan sesuai dengan prioritas pasien. Hal ini

termasuk intervensi teraupetik dan prosedur diagnostic.

i. Tercapainya kepuasan pasien

1) Perawat triage harus menjalankan triage secara simultan, cepat,

dan langsung sesuai keluhan pasien.

2) Menghindari keterlambatan dalam perawatan pada kondisi

yang kritis.

3) Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.

j. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar dengan

penyedia pelayanan yang benar

4. Sistem triage

(Mardalena, 2019) sistem triage digunakan untuk pasien yang

benar-benar membutuhkan pertolongan pertama, yakni pasien yang

apabila tidak mendapatkan triage segera, dapat menimbulkan trauma.

Berikut empat sistem triage yang sering digunakan.

a. Spot Check

Spot Check adalah sistem yang digunakan untuk

mengklasifikasikan dan mengkaji pasien dalam waktu dua sampai

tiga menit. Hampir 25% UGD menggunakan sistem ini untuk

mengidentifikasi pasien dengan segera.

b. Triage Komprehensif

Sistem triage komprehensif adalah standar dasar yang telah

didukung oleh Emeergency Nurse Association (ENA). Sistem ini


9

menekankan penanganan dengan konsep ABC ketika menghadapi

pasien gawat darurat. Penanganan pertama triage bertujuan untuk

mencegah berhentinya detak jantung dan saluran pernapasan.

Adapun indikasi atau penyebab napas berhenti, bisa dusebabkan

karena stroke, inhalasi asap, tenggelam, syok listrik, trauma,

tercekik, koma, tersambar petir. Keadaan darurat tersebut dapat

ditangani dengan memberikan resusitasi jantung paru.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, triage

komprehensif menekankan pada konsep ABC, A (airway control:

jalan napas), B (breating support: pernapasan), dan C (circulation

support: sirkulasi). Sebenarnya ada tiga elemen lain selain ABC,

yaitu disability of neurity (D), expose (E), fullset of vital sign (F).

Namun demikian, penanganan yang sering digunakan dilapangan

adalah penanganan ABC.

a. Airway Control

Airway Control atau penanganan melalui jalan napas.

Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memposisikan

pasien telentang dan mengangkat dagu pasien. Perawat bisa

membuka jalan napas dengan ekstensi kepala dalam posisi

dagu terangkat. Jika psien muntah, perawat bisa

membersihkannya dengan cara manual.


10

b. Breathing Support

Breathing support atau memberi bantuan napas.

Mengetahui pasien masih bernapas atau tidak dapat dilakukan

dengan melihat, merasakan, dan mendengar bunyi napas. Jika

dalam kondisi pingsan, pasien diposisikan secara stabil lateral

untuk membebaskan jalan napas. Kemudian, perawat bisa

memberi napas buatan dengan cara meniup melalui mulut

sebanyak dua kali sembari menutup hidung pasien (posisi

kepala ekstensi). Jika muncul reaksi denyut nadi, perawat bisa

melanjutkan pemberian napas buatan 10 sampai 12 kali per

menit tanpa kompresi dada.

c. Circulation Support

Bantuan sirkulasi ini dapat dilakukan apabila denyut nadi

besar teraba. Perawat bisa memberikan napas buatan 10 sampai

12 kali per menit. Bagaimana jika nadi tidak teraba? Tindakan

yang harus dilakukan adala kompresi jantung luar. Jika bantuan

sirkulasi diperuntukkan untuk bayi dan anak-anak, berikan

kmpresi sebanyak 100 kali per menit. Lakukan kompresi di

sternum, berada di bawah garis anatara kedua putting susu 1/3

bawah. Tindakan ini dilakukan dengan perbandingan 5:1.

Untuk neonatus, perawat bisa melakukan kompresi dengan

menggunakan 2 jari. Tindakan dilakukan dengan perbandingan


11

3:1 atau 5:1 menggunakan kedua jempol atau jari telunjuk dan

jari tengah.

Menentukan kesadaran

Buka jalan napas

Periksa pernapasan
jika ada pernapasan
lakukan recovery position
Napas bantuan

Cek sirkulasi

( 10 detik )

Jika tidak ada sirkulasi , lakukan


Jika di temukan sirkulasi ,
pijat jantung. Lakukan 100 kali
lanjutkan napas buatan. Cek
permenit. Dengan perbandingan
setiap menitnya
rasio 30:2. Segera panggil bantuan .

Gambar 1.3 bantuan hidup dasar bls

(Mardalena, Asuhan Keperawatan gawat darurat, 2019)

c. Triage Two-tier

Triage two-tier merupakan tindakan pertolongan pasien

yang melibatkan dua orang petugas, untuk dilakukan pengkajian

lebih rinci. Selain triage two-tier, ada juga triage bedside. Pasien

yang datang langsung ditangani oleh perawat tanpa menunggu

petugas perawat lainnya.


12

d. Triage Expanded

Perawat melakukan pertolongan pertama dengan bidai,

kompres, atau rawat luka. Penanganan ini disertai dengan

pemeriksaan dignostik dan pemberian obat, jika penyakit atau luka

parah, penanganan bisa dilakukan dengan tes laboratorium.

5. Prinsip triage

Dalam penanganan pasien, perawat harus memperhatikan kondisi

pasien. Perawat harus memperhatikan beberapa komponen penting,

diantaranya memperhatikan warna kulit pasien, suhu, kelembaban,

nadi, respirasi, luka dalam, tingkat kesadaran, inspeksi visual, memar,

dan deformitas kotor.

Prinsip triage adalah melakukan yang terbaik untuk

menyelamatkan banayak orang, meskipun SDM dan alat terbatas.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, perawat melakukan

seleksi korban yang akan ditindaklanjuti berdasrkan ancaman: jika

mematikan dalam hitungan menit, tingkat kematian dalam hitungan

jam trauma ringan, dan pasien yang sudah meninggal.

Kartikawati (2014) menuliskan setidaknya ada beberapa prinsip

triage, prinsip-prinsip tersebut dapat dilhat pada table berikut:

No. Prinsip Triage


1. Dilakukan cepat, singkat dan akurat.
2. Memliki kemampuan merespons, menilai kondisi pasien yang
sakit, cidera atau yang sekarat
3. Pengkajian dilakukan secara adekuat dan akurat.
13

4. Membuat keputusan berdasarkan dengan kajian.


5. Memberikan kepuasan kepada pasien, bisa berupa perawatan
secara simultan, cepat, dan pasien tidak ada yang dikeluhkan
6. Perawatan memberikan dukungan emosional, baik kepada
warga maupun kepada pasien.
7. Menempatkan psien berdasarkan tempat, waktu, dan pelayanan
yang tepat.
Tabel 2.1 Prinsip-prinsip triage

(Sumber: Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat, 2014)

Hal terpenting bagi perawat ketika melakukan triage adalah

melakukan response time. Penelitian dilakukan oleh nurhasim (2015)

menyimpulkan bahwa meskipun banyak perawat yang mengerti

tentang prinsip triage hanya sedikit perawat yang tahu istilah response

time.response time merupakan waktu tanggap terhadap pasien. Waktu

tanggap yang dilakukan seorang perawat terbatas, hanya 10 menit.

Response time juga dapat diartikan sebagai kecepatan melayani atau

melakukan tindakan cepat kepada pasien gawat darurat. Response time

menuntut perawat mampu melayani pasien sesuai dengan urutan yang

terjadi dalam interaksi langsung antara pasien ataupun dengan

peralatan yang akan digunakan. Dengan kata lain, perawat selalu

dihadapkan pada ketidakmungkinan dan banyak kondisi yang tidak

terduga sebelumnya.

6. Proses triage

Ada dua hal penting untuk memahami proses triage, yaitu

undertriage dan uptriage.


14

a. Undertriage

Undertriage merupakan proses meremehkan

(underestimating) tingkat keparahan penyakit atau cedera. Pasien

yang diprioritaskan berdasarkan tingkatan. Misalnya, pasien yang

harus segera ditangani dan diobati masuk prioritas pertama.

Sementara itu, pasien proritas kedua dikategorikan sebagai pasien

yang masih mampu bertahan, sehingga perawat boleh menunda dan

mengutamakan yang paling parah.

b. Uptriage

Menurut kartikawati (2014), uptriage merupakan proses

overestimating tingkat individu yang mengalami sakit dan cedera.

Uptriage dilakukan perawat yang mengalami keraguan ketika

melakukan triage. Misalnya, perawat merasa ragu menentukan

pasien masuk di prioritas 3 atau 2. Selain itu,uptriage juga

dilakukan perawat yang ragu menentukan pasien masuk ke

prioritas 1 atau 2. Oleh sebab itu, perawat bisa saja mengganti

prioritas yang awalnya ditetapkan prioritas 2 menjadi prioritas 3,

atau sebaliknya. Uptriage digunakan untuk menghindari penurunan

kondisi penderita.

Dua hal diatas penting dipahami oleh perawat gawat darurat. Dari

dua hal tersebut, perawat mampu memutuskan tindakan untuk pasien

dengan cepat. Misalnya, apakah segera di bawa keruang perawatan


15

atau menunggu. Apabila pasien stabil, proses triage dapat dilanjutkan

dengan melakukan pengkajian antar ruang (pandangan sekilas) pada

pasien yang datang. Hal yang sering diperhatikan dalam proses triage

antar ruang adalah menjaga kebersihan. Ketika perawat menangani

pasien gawat darurat, perawat harus memperhatikan dan mengontrol

pasien melalui pemeriksaan fisik yang disebut dengan istilah head to

toe. Berikut table pengkajian antar ruang yang diperuntukkan bagi

orang dewasa.

Cara Hasil Temuan


Melihat 1) Kepatenan jalan napas
2) Status pernapasan, penggunaan oksigen
3) Tanda-tanda perdarahan eksternal
4) Tingkat kesadaran: interaksi dengan perawat,
tidak sadar, menangis
5) Keluhan nyeri: wajah tamak gerimis, tangan
tampak menggenggam
6) Warna dan keadaan kulit
7) Penyakit kronis: kanker, penyakit paru
kronis, dan lain-lain
8) Keadaan tubuh: bengkak
9) Perilaku umum takut, sedih, marah, biasa
10) Adanya alat bantu medis, balutan, dan lain-
laim
11) Pakaian kotor atau bersih
Mendengar 1) Suara napas abnormal
2) Cara berbicara, bahasa intonasi
3) Interaksi dengan orang lain
Mencium 1) Bau keton, alcohol, urine, sisa muntahan
2) Rokok, infeksi, kondisi kurang higenis, obat-
obatan
Tabel 2.2 Kajian antar ruang untuk meminimalisasi penyebaran virus

(Sumber: Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat, 2014)


16

Pengakajian antarruang yang diperhatikan untuk umum (dewasa)

berbeda dengan perlakuan untuk pasien anak-anak. Berikut panduan

emergency nursing pediatric course, perawat gawat darurat, khusus

untuk anak-anak.

Penampilan 1) Keadaan otot


2) Pandangan mata
3) Tangisan, ucapan
Status pernapasan 1) Gangguan pada hidung
2) Retraksi intercostae
3) Suara napas abnormal
4) Posisi kenyamanan
5) Perubahan status pernapasan
Sirkulasi kulit 1) Pucat
2) Sianosis
3) Mottling

Tabel 2.3 Emergency nursing pediatric course pada anak

(Sumber: Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat, 2014)

7. Klasifikasi triage

Penggolongan atau sistem klasifikasi triage dibagi menjadi

beberapa level perawatan. Level keperawatan didasarkan pada tingkat

prioritas, tingkat ketakutan, dan klasifikasi triage.

a. Klasifikasi keperawatan triage

Klasifikasi triage dibagi menjadi tiga prioritas. Ketiga

prioritas tersebut adalah emergency, urgent, dan nonurgent.

Menurut Comprehensive Speciality Standart, ENA (1999) ada

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat melakukan

triage. Pertimbangan tersebur didasarkan pada keadaan fisik,

psikososial, dan tumbuh kembang. Termasuk, mencakup segala


17

bentuk gejala ringan, gejala berulang, atau gejala peningkatan.

Berikut klasifikasi pasien dalam sistem triage.

1) Gawat darurat (Prioritas 1:P1)

Menurut Wijaya (2010), di dalam bukunya berjudul Konsep

Dasar Keperawatan Gawat Darurat, gawat darurat merupakan

keadaan yang mengancam nyawa, dimana psien membutuhkan

tindakan segera. Jika tidak segera diberi tindakan, pasien akan

mengalami kecacatan.kemungkinan paling fatal, dapat

meneyebabkan kematian.

Kondisi gawat darurat dapat disebabkan adanya gangguan

ABC dan/atau mengalami beberapa gangguan lainnya.

Gangguan ABC meliputi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.

Adapun kondisi gawat darurat yang tidak dapat berdampak

fatal, seperti gangguan cardiacarrest, trauma mayor dengan

pendarahan, dan mengalami penurunan kesadaran.

2) Gawat tidak darurat (Prioritas 2:P2)

Klasifikasi yang kedua, kondisi gawat tidak gawat. Pasien

yang memiliki penyakit mengancam nyawa, namun

keadaannya tidak memerlukan tindakan gawat darurat

dikategorikan di prioritas 2. Penanganan bisa dilakukan dengan

tindakan resusitasi. Selanjutnya, tindakan dapat diteruskan

dengan memberikan rekomendasi ke dokter spesialis sesuai

penyakitnya.
18

Pasien yang termasuk kelompok P2 antara lain penderita

kanker tahap lanjut. Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan

banyak penyakit yang sifatnya mengancam nyawa namun

masih ada waktu untuk penanganan.

3) Darurat tidak gawat (Prioritas 3:P3)

Ada sitasi dimana pasien mengalami kondisi seperti P1 dn

P2. Namun, ada juga kondisi pasien darurat tidak gawat. Pasien

P3 memiliki penyakit yang tidak mengancam nyawa, namun

memerlukan tindakan darurat. Jika pasien P3 dalam kondisi

sadar dan tidak mengalami gangguan ABC, maka psien dapat

ditindaklanjuti ke poliklinik. Pasien dapat diberi terapi definitif,

laserasi, otitis media, fraktur minor, atau tertutup, dan

sejenisnya.

4) Tidak gawat tidak darurat (Prioritas 3: P3)

Klasifikasi triage ini adalah yang paling ringan diantara

triage lainnya. Pasien yang masuk kekategori P4 tidak

memerlukan tindakan gawat darurat. Penyakit P4 adalah

penyakit ringan. Misalnya, penyakit panu, flu, batuk-pilek,dan

gangguan seperti demam ringan.

b. Klasifikasi tingkat prioritas

Klasifikasi triage dari tingkat keutamaan atau prioritas,

dibagi menjadi 4 kategori warna. Dalam dunia keperawatan

klasifikasi prioritas ditandai dengan beberapa tanda warna. Tanda


19

warna tersebut mayoritas digunakan untuk menentukan

pengambilan keputusan dn tindakan.

Prioritas pemberian warna juga dilakukan untuk

memberikan penilaian dan intervensi penyelamatan nyawa.

Intervensi biasa digunakan untuk mengidentifikasi injury.

Mengetahui tindakan yang dilakukan dengan cepat dan tetap

memberikan dampak signifikan keselamatan pasien. Hal ini disebut

dengan intervensi live saving, Intervensi live saving biasanya

dilakukan sebelum menetapkan kategori triage. Intervensi live

saving umunya digunakan dalam praktik lingkup responden dan

harus disertai persiapan alat-alat yang dibutuhkan. Sebelum ke

tahap intervensi, berikut ada beberapa warna yang sering

digunakan untuk triage.

1) Merah

Warna merah digunakan untuk menendai pasien yang harus

segera ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah

menandakan bahwa pasien dalam keadaan mengancam jiwa

yang menyerang bagian vital. Pasien dengan triage merah

memerlukan tindakan bedah dan resusitasi sebagai langkah

awal sebelum dilakukan tindakan lanjut, seperti operasi atau

pembedahan.
20

2) Kuning

Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus

segera ditangani. Hanya saja tanda kuning menjadi tingkat

prioritas kedua setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera

ditangani akan mengancam fungsi vital organ tubuh bahkan

mengancam nyawa. Misalnya, pasien yang mengalami luka

bakar tingkat 11 dan 111 kurang dari 25% mengalami trauma

thorak, trauma bola mata, dan laserasi luas.

Adapun yang termasuk prioritas kedua, diantaranya

terjadinya luka bakar pada daerah vital, seperti kemaluan dan

airway. Selain itu, terjadinya luka dikepala atau subdural

hematom yang ditandai dengan muntah. Pendarahan bisa juga

terjadi dibagian tertentu, seperti ditelinga, mulut, dan

hidung.penderita subdural hematom memiliki kecepatan nadi

kurang 60 kali per menit, napas tidak teratur, lemah, refleks,dan

kurang menerima rangsangan.

3) Hijau

Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna

hijau mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan

dan pelayanan biasa. Dalam artian, pasien tidak dalam kondisi

gawat darurat dan tidak dalam kondisi terancam nyawanya.

Pasien yang diberi prioritas warna hijau menandakan bahwa

pasien hanya mengalami luka ringan atau sakit ringan,


21

misalnya luka superfisial. Penyakit atau luka yang masuk ke

prioritas hijau adalah fraktur ringan disertai perdarahan. Pasien

yang mengalami benturan ringan atau laserasi, histeris, dan

mengalami luka bakar ringan juga termasuk ke prioritas ini.

4) Hitam

Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki

kemungkinan hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang

mengalami luka atau penyakit parah akan diberikan tanda

hitam. Tanda hitam juga digunakan untuk pasien yang belum

ditemukan cara menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat

dilakukan untuk memperpanjang nyawa pasien adalah dengan

terapi suportif.

Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak

bernapas setelah dilakukan intervensi live saving. Adapun yang

termasuk kategori prioritas warna hitam antara lainpasien yang

mengalami trauma kepala dengan otak keluar, spinal injury,dan

pasien multiple injury.

Dari keempat klasifikasi berdasarkan prioritas di atas,

berikut adalah kriteria pemberian warna berdasarkan tingkat

kegawatdaruratan pasien.
22

Hitam Merah Kuning Hiaju


(Prioritas 0) (Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3)
a) Korb a) Respirasi a) Respir a) Tida
an > 30 kali asi > k
meni per menit 30 kali mem
nggal b) Tidak ada per iliki
nadi menit kega
radialis b) Nadi tan
c) Tidak teraba yang
sadar/ c) Status seriu
penurunan mental s
kesadaran normal
Tabel 2.4 Tabel prioritas triage

c. Klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan triage

Klasifikasi berdasarkan tingkat kedaruratan triage memiliki

arti penting sebagai proses mengkomunikasikan kegawatdaruratan

di UGD. Perawat melakukan kajian dan mengumpulkan data secara

akurat dan konsisten, ada dua cara yang biasa dilakukan. Pertama,

secara validitas. Validitas merupakan tingkat akurasi sistem

kedaruratan. Validitas diakukan untuk mengetahui tingkatan triage

dan membedakan tingkat kedaruratan sesuai standar. Kedua,

reabilitas, perawat yang menangani pasien sama dan menentukan

tingkat kedaruratan yang sama pula. Kedua cara tersebut sering

digunakan untuk menganalisis dan menentukan kebijakan untuk

pasien yang dirawat di UGD.

d. Klasifikasi berdasarkan tingkat keakutan

Menurut (Mardalena, 2019) klasifikasi triage berdasarkan

tingkat keakutan dibagi kedalam lima tingkatan,sebagai berikut:


23

1) Kelas I

Kelas satu meliputi pasien yang masih mampu menunggu

lama tanpa menyebabkan bahaya dan tidak mengancam nyawa.

Misalnya, pasien mengalami memar minor.

2) Kelas II

Pasien termasuk kelas dua adalah penyakit ringan, yang

tidak membahayakan diri pasien. Misalnya flu, demam biasa,

atau sakit gigi.

3) Kelas III

Pasien yang berada di kelas tiga, pasien berada dalam

kondisi semi mendesak. Pasien tidak mampu menunggu lebih

lama. Pasien hanya mampu menunggu kurang lebih selama dua

jamsebelum pengobatan. Misalnya pasien yang mengalami

otitis media.

4) Kelas IV

Adapun pasien yang tidak mampu menahan kurang dari dua

jam dikategorikan pasien kelas 1V. pasien hanya mampu

bertahan selama pengobatan, sebelum ditindak lanjuti. Pasien

kelas 1V ini termasuk urgent dan mendasar. Misalnya, pasien

penderita asma, fraktur panggul, laserasi berat.

5) Kelas V

Pasien yang berada di kelas gawat darurat adalah pasien

gawat darurat. Apabila pasien diobati terlambat, dapat


24

menyebabkan kematian.yang termasuk kelas lima adalah syok,

henti jantung, dan gagal jantung.

Kartikawati (2014) membagi triage menjadi beberapa

bentuk, sebagai berikut.

1) Triage dua tingkat

Pasien yang masuk kategori triage dua tingkat adalah

pasien yang sakit dan membutuhkan perawatan darurat. Selain

itu, pasien yang termasuk kategori ini juga dalam kondisi

nyawa dan organ tubuhnya dalam bahaya. Pasien tidak mampu

lagi menunda rasa sakit yang dirasakan.

2) Triage tiga tingkat

Triage tiga tingkat adalah aktegorisasi yang menggunakan

sistem pemberian warna. Triage tiga tingkat paling sering

diunakan di Amerika Serikat yang merujuk pada tiga kondisi.

Ketiga kondisi tersebut antara lain kondisi gawat

darurat,kondisi darurat, dan kondisi biasa. Pasien yang berada

dalam kondisi gawat darurat merupakan pasien yang segera

memperoleh penanganan segera, pasien tidak mampu

menunggu lama, dan nyawa pasien dalam keadaan terancam.

Pasien dalam kondisi darurat maka pasien segera

memperoleh tindakan. Meskipun demikan, pasien masih

mampu bertahan selama beberapa jam. Kategori biasa, pasien

dalam kondisi tidak mengalami kritis dan membahayakan.


25

3) Triage empat tingkat

Pada kategori triage empat tingkat selain menambahkan

tiga status biasa, darurat, dan gawat darurat, perawat bisa

menambahkan status life threatening.

4) Triage lima tingkat

Amerika Serikat menerapkan triage lima tingkat di rumah

sakit. Amerika Serikat menggunakan triage ini karena meyakini

bahwa dengan triage ini kualitas pelayanan pasien akan

bertambah, karena menerapkan skala triage terstandar dan

proses kategori akuitas.

Penggunaan triage lima tingkat di Amerika dikarenakan

kesepakatan yang telah dibuat sejak tahun 2003 lalu. Isi

kesepakatan tersebut melibatkan American College of

Emergency Physicians (ACEP) dan ENA.

5) Skala triage Australia

Jika di Amerika menggunakan triage lima tingkat, maka di

Australia memiliki triage yang berbeda. Triage di Australia

dimulai sejak pasien datang pertama kali di UGD. Perawat

akanmelakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ketika akan

mengambil keputusan tingkat kedaruratan. Berikut adalah skala

triage Australia dan skala akuitasnya, yang dipaparkan oleh

Kartikawati (2014).
26

Waktu Persentase
Tingkat perawatan tindakan
Sangat mengancam hidup Langsung 100
Sedikit mengancam hidup 10 menit 80
Beresiko mengancam hidup 30 menit 75
Darurat 60 menit 70
Biasa 120 menit 70
Tabel 2.5 Skala triage Australia

6) Skala triage Kanada

Kanada mengembangkan triage lima tingkat. Setiap tingkat

mewakili beberapa keluhan dari pasien. Perawat melakukan

triage didasarkan pada ilmu dan pengalaman berdasarkan

tingkat kedaruratan. Misalnya, perawat bisa mengajukan

beberapa pertanyaan untuk melakukan pengkajian. Dari

pertanyaan tersebut perawat dapat menentukan tingkat

kedaruratan pasien. Berikut tabel triage skala akuitas di Kanada

menurut Kartikawati (2014).

Tingkat Waktu Waktu Respons


perawat dokter langsung
Resusitasi Langsung Langsung 98%
Gawat darurat Langsung <15 menit 95%
Darurat <30 menit <30 menit 90%
Biasa <60 menit <60 menit 85%
Tidak gawat <120 menit <120 menit 80%
Tabel 2.6 Skala triage Kanada

7) Skala triage Manchester

Skala triage Manchester sedikit berbeda dari triage lainnya.

Setiap tingkatan triage diberi nomor, nama,dan warna.

Tujuannya untuk catatan perawat saat memberikan perawatan


27

kepada pasien. Hasil catatan tersebut diperoleh dengan

mengajukan pertanyaan perihal tanda dan gejala yang dirasakan

pasien. Skala ini sebenarnya dikembangkan di Inggris oleh

kelompok perawat dan dokter gawat darurat. Berikut adalah

skala akuitas triage Manchester yang disampaikan oleh

Kartikawati (2014).

No Nama Warna Waktu


1 Langsung Merah 0 menit
2 Gawat darurat Orange 10 menit
3 Darurat Kuning 60 menit
4 Standard Hijau 120 menit
5 Biasa Biru 240 menit
Tabel 2.7 Skala triage Manchester

8) Skala triage yang digunakan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar

Standar skala triage yang di gunakan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar adalah CATS yaitu skala triage yang

berasal dari Kanada. Berikut tabel triage skala akuitas di

Kanada menurut Kartikawati (2014).

Tingkat Waktu Waktu Respons


perawat dokter langsung
Resusitasi Langsung Langsung 98%
Gawat darurat Langsung <15 menit 95%
Darurat <30 menit <30 menit 90%
Biasa <60 menit <60 menit 85%
Tidak gawat <120 menit <120 menit 80%
Tabel 2.6 Skala triage Kanada
28

e. Klasifikasi berdasarkan lokasi kejadian

Selain berbicara tingkat kegawatdaruratan pasien, triage

yang digunakan dalam rumah sakit adalah triage in-hospital.

Menurut Thomson dan Dians (2010) perawat bertanggung

jawab menentukan prioritas perawatan pasien. Ada tiga tipe umum

dalam sistem triage in-hospital, sebagai berikut.

1) Traffic director

Traffic director disebut juga dengan triage non-nurse.

Perawat bukanlah bagian staff berlisensi. Selama dilapangan

perawat bertugas melakukan kajian visual secara cepat dan

tepat. Hal tersebut dilakukan dengan menanyakan keluhan

utama pasien. Tipe ini dilakukan tidak berdasarkan standard an

tidak memakai dokumentasi.

2) Spot check triage

Spot check triage atau disebut dengan advanced triage

merupakan kebalikan dari tipe pertama. Perawat dan dokter

harus sudah memiliki lisensi untuk melakukan pengkajian.

Pengkajian dilakukan dengan cepat, meliputi pengkajian latar

belakang dan evaluasi, baik evaluasi yang bersifat subjektif

ataupun objektif.

3) Comprehensive triage

Comprehensive triage merupakan tipe yang menggunakan

sistem advanced namun diterapkan bagi perawat yang tidak


29

memiiki lisensi. Perawat nantinya akan diberikan pelatihan dan

pengalaman triage. Dalam pelatihan tersebut,perawat juga

diberi bekal tentang tes diagnostik, dokumentasi, evaluasi

ulang dari pasien, dan penatalaksanaan spesifik.

Tidak semua perawat memiliki kualifikasi, kapasitas, dan

kewenangan untuk melakukan triage. ENA mencatat ada beberapa

kualifikasi, antara lain mengikuti pendidikan formal triage dengan

supervisi, mengikuti kursus advance cardiac life support, registered

nurse (RN). Menurut Emergency Nurses Association (ENA),

tenaga keperawatan dalam pelaksanaan triage dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Tenaga non-perawat

Tenaga non-perawat memiliki tugas sebagai penyedia

layanan kesehatan, menyambut pasien, melakukan pencatatan

keluhan yang dirasakan pasien dan membuat keputusan

berdasarkan anamnesis. Dari hasil anamnesis, pasien akan

memperoleh jawaban pakah ia sakit atau tidak. Pasien yang

sakit akan dirawat dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter.

Tenaga non-perawat berjaga di pintu depan atau

penerimaan pasien. Tugasnya mencatat status pasien secara

terbatas. Data yang diperoleh data yang sifatnya umum.

Menanyai nama dan keluhan rasa sakitnya. Tenaga non-

perawat memiliki keterbatasan dalam pelayanan karena


30

dianggap kurang professional dan tidak memenuhi standar

praktik keperawatan gawat darurat dari ENA.

2) Perawat berpengalaman

Perawat berpengalaman atau yang disebut dengan

registered nurse (RN) merupakan perawat yang memiliki

keterampilan menangani pasien. Perawat langsung memberikan

pertolongan pada pasien di ruang triage. Sekalipun, data yang

diperoleh pada keluhan utama diperoleh secara terbatas, baik

itu data subjektif dan data objektif. Tindakan yang dilakukan

oleh perawat professional inilah yang nantinya akan

menentukan pasien masuk ketingkat gawat darurat, darurat,

atau biasa.

3) Triage komprehensif

Triage komprehensif merupakan sistem yang sesuai

standar ENA, khusus untuk praktik keperawatan darurat.

Perawat yang bertugas di UGD melakukan penggolongan

pasien berdasarkan tingkat kegawatan. Perawat yang

melakukan triage komprehensif hanyalah perawat yang

berlisensi, oleh sebab itu perawat di tipe ini harus memahami

dan mengikuti kebijakan, prosedur, serta standart pedoman

tindakan keperawatan darurat.

Triage komprehensif bertujuan mengumpulkan keterangan

penting, yang nantinya akan digunakan untuk mendukung


31

menentukan prioritas. Perawat akan mencatat ulang hasil

pengkajian awal dalam rekam medis sesuai kondisinya.

B. Tinjauan Tentang Gawat Darurat

1. Definisi Gawat Darurat

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan Darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk

menghilangkan ancaman nyawa korban. Di dalam tubuh manusia

terdapat berbagai organ dan semua berbentuk dari sel-sel, sel tersebut

akan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian

tubuh itu akan timbul jika sel tidak biasa mendapatkan pasokan

oksigen. Kematian ada dua macam yaitu mati klinis dan mati

biologis,mati klinis adalah apabila seseorang henti nafas dan henti

jantung, waktunya 6-8 menit setelah terhentinya pernafasan dan sistem

sirkulasi tubuh sedangakan mati biologis adalah mulai terjadinya

kerusakan sel sel otak waktunya di mulai 6-8 menit setelah terhentinya

sistem pernafasan dan sitem sirkulasi.

Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam

kehidupan atau berisiko terjadi kerusakan organ bila tidak di intervensi

segera. Sedangkan keperawatan kritis adalah suatu keadaan PCO2> 50

mmHg dan atau PO2< 60 mmHg serta hemodinamik tidak stabil.

Kondisi kritis bila tidak dapat tertanggulangi dapat menyebabkan

kondisi gawat darurat (Hutabarat & Putra, 2016)


32

2. Tujuan pelayanan gawat darurat

a. Memberikan pertolongan professional kepada korban sesuai dengan

kondisinya.

b. Memberikan bantuan hidup dasar dan hidup lanjut.

c. Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamik yang

akurat.

d. Melakukan rehabilisasi agar produktifitas korban setelah kembali ke

masyarakat setidaknya setara bila di bandingkan sebelumnya.

e. Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban untuk

mengenali kondisinya dengan segala kelebihan yang di miliki.

3. Prinsip gawat Darurat

a. Prinsip Evakuasi

Korban di angkat oleh 3 orang atau tree men lift, hal ini

hanya boleh di lakukan oleh orang yang terlatih. Artinya jika

memungkinkan, lakukan pengangkatan korban denga tiga orang

yang terlatih untuk melakukan pengangkatan pada bagian kepala

dan bahu, pinggang, dan ekstremitas bawah.

Selama evakuasi,maka perlu di perhatikan imlementasi

prinsip prinsip di bawah ini yaitu :

1) Monitoring ABC

2) Monitoring tanda tanda vital

3) Monitor kesadaran

4) Monitor sekitar luka


33

5) Harus di sertai personal dan peralatan yang memadai

6) Pencetatan selama transfortasi

7) Pemberian oksigen dan cairan tetap berlangsung

b. Prinsip transportasi

Pada umumnya, dalam evakuasi korban gawat darurat

transfortasi dapat di laksanakan melalui darat dengan ambulance,

udara dengan helicopter atau pesawat terbang, dan laut dengan

kapal laut untuk mengangkat korban gawat darurat denga prinsip

tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut.

4. Standar Praktik Gawat Darurat

Mengacu kepada standar praktik registered nurse (RN) WP-SEAR,

maka yang menjadi standar dalan keperawatan gawat darurat adalah:

a. Assessment, melakukan penilaian awal kondisi korban gawat

darurat berupa primary survey dan secondary survey.

b. Diognisis, melakukan disgnosos terhadap kondisi korban.

c. Intervention,melakukan perencenaan akurat sesuai kondisi korban

(tindakan langsung kepada korban).

d. Implementation, melakukan implementasi lanjutan bagi korban

guna stabilitas korban. Prinsipnya bila pelayanan kesehatan

melakukan semua yang tercatat dan mencatat semua yang telah di

temukan.

e. Evaluation, melakukan evaluasi serta tindakan lanjutan bagi

korban.
34

f. Documentation, mendokumentasikan semua yang akan di lakukan

dan yang telah di lakukan.

Hal hal yang harus di lakukan sebelum melakukan secondary

survey :

a. Telah melengkapi primary survey melakukan survey yang

lengkap mengenai kondisi korban.

b. Initiate rescucitation, pada kondisi gawat darurat, korban

dalam kondisi kritis dalam hal ini membutuhkan tindakan

resusitasi yang cepat untuk dapat menyelamatkan hidup

korban.

c. Re-aces ABC. Sumbatan jalan nafas, dan tidak stabilnya

denyut jantung k orban membutuhkan tindakan secepatnya

untuk menstabilkan korban.

d. Head to to evaluation. Pengecekan fisik di perlukan guna

melihat apakah ada trauma atau tidak.

e. Complete neurological check, sesampainya di RS sebaiknya di

lakukan pengecekan neurological (CT scan) untuk memastika

kondisi korban.

f. Rontgen di lakukan apabila ada indikasi trauma.


35

C. Tinjauan Tentang pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).)

Pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu

sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Sebagai contoh,

pengetahuan seorang ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan mata

anak diperoleh dari suatu pola kemampuan prediktif dari pengalaman

dan informasi yang diterima. Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu

kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun

lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang

terus-menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi

karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman dan Riyanto,

2013)

Pengetahuan sangat diperlukan untuk membentuk suatu sikap

dan tindakan meskipun tindakan tidak selalu didasari oleh

pengetahuan. Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan

lama dibandingkan yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).
36

Pengetahuan seseorang juga dapat diperoleh dari mengisi

angket yang berisikan tentang materi yang akan diukur dari subyek

penelitian. Kedalaman pengetahuan seseorang dapat disesuaikan

dengan tingkat pengetahuan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, sintesis

dan evaluasi (Hutauruk, 2009).

Menurut teori Word Health Organization (WHO) yang di kutip

oleh (Wawan & Dewi, 2011) salah satu bentuk objek kesehatan dapat

di jabarkan oleh pengetahuan yang di peroleh dari pengalaman

sendiri.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior)”. Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak di sadari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan yang cukup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adakah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Pengukuran yang menjabarkan bahwa seseorang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, mengurikan, dan

sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan pengertian triase.


37

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan secara materi tersebut secara benar. Orang

yang paham tentang obyek atau materi harus dapat menjelaskan

dan menyebutkan contoh terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum dan rumus,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata

lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.


38

Penilaian tersebut berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo 44 (2012) yaitu:

a. Cara Tradisional

1) Cara coba dan salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan.

Apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba.

2) Cara kekerasan atau otoriter

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

tradisi, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pimpinan

agama maupun ahli pengetahuan. Pengetahuan tersebut

diperoleh tanpa mengetahui terlebih dahulu, menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris

ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu.

b. Cara modern

Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan,


39

kemudian hasil tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang berikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

Pendidikan di perlukan untuk mendapat informasi misalanya:

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang di kutip (Wawan & Dewi, 2011),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembangunan.

Menurut Wawan & Dewi (2010) “Pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi”.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang di kutip oleh (Wawan & Dewi,

2011), pekerjaan adalah keburukan yang harus di lakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan


40

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabelth BH yang di kutip Nursalam (2003)

dalam Wawan A dan Dewi M, (2011), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) dalam Wawan A &

Dewi M, (2011), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa di percaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaanya. Hal ini akan sebagian dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam dalam

Wawan A dan Dewi M, (2011;18) lingkungan merupakan

seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.
41

2) Sosial budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan A dan Dewi M,

(2011) pengetahuan seseorang dapat di ketahui dan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a. Baik : Hasil presentase 76-100%

b. Cukup : Hasil presentase 56-75%

c. Kurang : Hasil presentase <56%

D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Triage

Pengetahuan dalam melakukan triage berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan yang tepat apakah pasien tersebut perlu

pertolongan segera atau tidak, dengan tetap memperhatikan kemungkinan

komplikasi yang muncul setelah dilakukan triage.Pengetahuan dan

keterampilan petugas sangat dibutuhkan, terutama dalam pengambilan

keputusan klinis di IGD. Keterampilan petugas penting dalam penilaian

awal untuk memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan

keputusan yang tepat, untuk mendukung hal tersebut diperlukan

pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan jenis dan

kegawatan pasien dalam triage, sehingga dalam penanganan pasien bisa

lebih optimal dan terarah (Martanti, Noviyanto, & Prosujo, 2015)


42

Penelitian yang dilakukan Trisniati et al, (2012) di salah satu

rumah sakit di Tangerang menjelaskan bahwa adanya peran perawat yang

bermutu akan meningkatkan pelayanan pasien di instalasi gawat daruat.

Selanjutnya ditambahkan juga, bahwa kemampuan dan ketrampilan kerja

seseorang bisa diperoleh dengan pelatihan, pendidikan dan lamanya masa

kerja. Makin lama waktu digunakan seseorang mendapatkan pelatihan dan

pendidikan makin tinggi kompetensi dan kemampuan dalam bekerja,

sehingga tingkat kinerja makin tinggi.

Dalam penelitian Nurhanifah (2015) menyebutkan bahwa

motivasi yang mempengaruhi perawat khususnya pelaksanakan triase di

instalasi gawat darurat antara lain adalah pendidikan , beban kerja, masa

kerja, umur, jenis kelamin, dan pelatihan. Ketrampilan dan kompetensi

kerja perawat melalui pendidikan, pelatihan dan masa kerja yang lama

ternyata menurut Pitang et al, (2015) dapat meningkatkan tingginya

kinerja perawat. Hal ini didukung oleh penelitian Fathoni (2013) yang

menyatakan terdapat korelasi positif antara keterampilan dengan

pengetahuan, pelatihan dan pengalaman kerja.

Seorang petugas kesehatan IGD harus mampu bekerja di IGD

dalam menanggulangi semua kasus gawat darurat, maka dari itu dengan

adanya pelatihan kegawatdaruratan diharapkan setiap petugas kesehatan

IGD selalu mengupayakan efisiensi dan efektifitas dalam memberikan

pelayanan.Petugas kesehatan IGD sedapat mungkin berupaya

menyelamatkan pasien sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-


43

singkatnya bila ada kondisi pasien gawat darurat yang datang berobat ke

IGD.Pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesehatan IGD sangat

dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi

kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triage sehingga dalam

penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah (Oman, 2008).


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah hubungan atau keterkaitan antara variabel yang

satu dengan variabel yang lainnya dalam penelitian. Variabel

independen/tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

perawat sedangkan variabel dependen/terikat adalah penerapan triage.

Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat di lihat pada kerangka

konsep sebagai berikut:

Variabel independen: Variabel Dependen:

Tingkat pengetahuan

Pendidikan

Pekerjaan
Penerapan triage

Umur

Sosial Budaya

Keterangan:

: Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak di teliti

: Variabel yang di teliti

: Garis penghubung antara variabel.

44
45

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan triage di

IGD Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study

yaitu untuk mengukur hubungan antara tingkat pengetahuan perawat

dengan penerapan triage yang hanya satu kali saja dalam sewaktu (Donsu,

2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan perawat dan gambaran penerapan triase di Instalasi Gawat

Darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

B. Populasi, Sample dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki

kualitas dan, karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti

sebelumnya. Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang menjadi kuantitas dan

karakter tertentu yang telah ditentukan peneliti untuk ditarik

kesimpulan. Populasi dapat disimpulkan sebagai objek atau subjek

yang berada pada suatu wilayah yang telah memenuhi syarat

penelitian. (Donsu, 2016).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perawat di IGD bedah

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan jumlah populasi sebanyak

33 orang orang perawat.

44
47

2. Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi yang dipilih

dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya.

(Donsu, 2016).

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah perawat di IGD bedah

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan jumlah sampel

pada penelitian ini sebanyak 33 perawat.

Dengan kriteria inklusi dan ekslusi :

a. Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi merupakan kriteria menentukan subjek

penelitian mewakili sample penelitian yang memenuhi kriteria

sample (Dr.Jenita Doli Tine Donsu, 2016). Adapun kriteria inklusi

sampel penelitian ini adalah:

1) Perawat yang melakukan triase

2) Perawat di igd bedah

b. Kriteria ekslusi:

Kriteria esklusi merupakan kriteria yang menentukan subjek

penelitian yang tidak dapat mewakili sebagai sampel, karena tidak

memenuhi syarat sebagai sampel, kriteria ekslusi disebabkan oleh

banyak faktor, salah satunya tidak tersedia, karena sikap yang tidak

sesuai. (Dr.Jenita Doli Tine Donsu, 2016). Adapun kriteria ekslusi

pada penelitian ini adalah:

1) Tidak bersedia menjadi responden


48

2) Tidak hadir pada saat pengambilan data

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah dengan

cara total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi yaitu dengan jumlah sampel pada

penelitian ini sebanyak 33 perawat.

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang apabila

berubah akan mengakibatkan variabel lain dan variabel bebas adalah

variabel yang menentukan variabel lainnya. Variabel independen pada

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat.

Variabel terikat (dependet variabel) adalah variabel yang berubah

akibat perubahan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen pada

penelitian ini adalah penerapan triase.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional, merupakan variabel operasional yang

dilakukan penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian.

Definisi operasional mengungkapkan variabel dari skala pengukuran

masing-masing variabel tersebut. (Dr.Jenita Doli Tine Donsu, 2016).


49

No Variabel Defenisi Kriteria Alat ukur Skala

operasional objektif

1 Independen: Pengetahuan Baik: Kuesioner Ordinal


perawat adalah Dikatakan
Tingkat
segala sesuatu tingkat
pengetahuan
yang diketahui pengetahuan
perawat melalui proses apabila skor
pembelajaran responden ≥ 10
mengenai Rendah:
penerapan triage. dikatakan
apabila skor
<10
2 Penerapan Penerapan triase Sesuai : Observasi Nominal
adalah tindakan dikatakan
triase
yang dilakukan diterapkan
oleh perawat apabila skor
berdasarkan responden ≥7
Standar Tidak sesuai :
Operasional dikatakan
Prosedur triase. apabila skor
responden <7

D. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Makassar

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2019 di IGD RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo Makassar


50

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar kuesioner dengan menggunakan pertanyaaan dan pernyataan

terkait dengan penelitian. Kuesioner yang digunakan merupakan gabungan

atau pengembangan dari kuesioner-kuesioner penelitian dari tingkat

pengetahuan perawat dengan penerapan triase.

Adapun kuesioner yang dibuat terbagi atas dua bagian yaitu bagian

pertama terdiri atas data karakteristik responden meliputi nama (inisial),

umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Bagian kedua terdiri dari

lembar observasi tentang penerapan triase ada dua pilihan yaitu “sesuai”

dan “tidak sesuai”., kuesioner ini menggunakan Skala guttman.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Peneliti membagikan kuesioner penelitian kepada responden. Sebelum

pengisian kuesioner, peneliti memberikan informasi singkat tentang

tujuan dan manfaat penelitian kepada responden serta sifat

keikutsertaan dalam peneliti. Bagi responden yang menyatakan

bersedia diperbolehkan mengisi lembar kuesioner dengan terlebih

dahulu menandatangani surat kesedian (informed consent) menjadi

responden dalam penelitian ini.

2. Responden diminta untuk mengisi semua pertanyaan yang tersedia


51

3. Setelah responden selesai melakukan pengisian, kuesioner

dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti kemudian

dilakukan langkah pengolahan dan analisa data.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis sumber data

yaitu:

1. Data primer

Data yang diperoleh yaitu dengan mengunjungi lokasi penelitian

dan meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah disusun

oleh peneliti yaitu perawat di IGD bedah dan non bedah RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Data sekunder

Data yang digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang didapatkan dari

instansi yang terkait yaitu di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

H. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data sebagai

berikut:

1. Editing

Editing adalah cara peneliti untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul


52

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer.

3. Entri Data

Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau database computer, kemudian

peneliti membuat distribusi frekuensi sederhana.

I. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat dan analisa brivariat

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan mendekripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya baik

dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik mengenai hubungan

tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan triage perawat

tersebut.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antar

variabel satu dengan variabel lainnya. Analisa jenis ini menggunakan


53

uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan (a) 0,05 dengan

menggunakan program SPSS.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atau pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini Di RSUP

Dr. WahidinSudirohusodo Makassar.

Menurut Nursalam (2014) setelah mendapatkan persetujuan baru

dilakukan penelitian yang menekankan masalah etika meliputi:

1. Informed consent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini ditujukan kepada responden yang akan

diteliti. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity (Kerahasiaan responden)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dilakukan dengan cara tidak

memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan inisial pada lembaran pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian

(Nursalam, 2014).
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasional analitik dengan pendekatan “Cross Sectional”. Jumlah populasi

sebanyak 33 orang perawat di IGD Bedah. Pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan tehnik total sampling sehingga didapatkan sampel

sebanyak 33 orang perawat. Instrumen pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan lembar observasi untuk mengetahui “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Triage di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar”. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 09

Agustus-20 Agustus 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang yang

diperoleh dari bagian kepala instalsi gawat darurat di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar. Data yang terkumpul selanjutnya di editing, koding,

tabulasi dan dianalisis. Kemudian ditentutan frekuensi dan presentasenya

dalam bentuk tabel kemudian dianalisis sesuai variabel yang telah ditentukan.

Hasil pengolahan data dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki

responden yang terdiri dari Umur, jenis kelamin, pendidikan

54
55

a. Berdasarkan Umur.

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur perawat di

IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Umur Responden n %
28-35 tahun 19 57.6
36-46 tahun 14 42.4

Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan perawat yang berumur

28-35 tahun berjumlah 19 responden (57.6%). Dan perawat yang

berumur 36-46 tahun berjumlah 14 responden (42.4%).

b. Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

perawat di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

Jenis Kelamin N %
Laki-laki 16 48.5

Perempuan 17 51.5
Total 33 100
Sumber: data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan perawat yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 16 responden (48.5%). Dan perawat

yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 responden (51.5%)


56

c. Berdasarkan Pendidikan.

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan

perawat di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar..

Pendidikan N %
Ners 18 54.5

D3 Kep 15 45.5

Total 33 100

Sumber: data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan perawat yang

berpendidikan ners berjumlah 18 responden (54.5%), Dan perawat

yang berpendidikan D3 Kep berjumlah 15 responden (45.5 %)

2. Analisis Univariat

Analisis univariat, dilakukan untuk melihat distribus

i dan presentase dari tiap variabel, yaitu tingkat pengetahuan

perawat dengan penerapan triage di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.
57

d. Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat

pengetahuan perawat di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

Tingkat N %
pengetahuan
Baik 22 66.7
Rendah 11 33.3
Total 33 100

Sumber: data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan perawat yang memiliki

pengetahuan yang baik sebanyak 22 responden (66.7%), dan

perawat yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 11 responden

(33.3%).

e. Berdasarkan penerapan triage

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan penerapan triage

perawat di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

penerapan triage N %

Sesuai 20 60.6
Tidak sesuai 13 39.4

Total 33 100

Sumber: dara primer 2019


58

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa perawat dengan

penerapan triage sesuai sebanyak 20 responden (60.6%), dan

perawat dengan penerapan triage tidak sesuai sebanyak 13

responden (39.4%).

3. Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan dari tiap variabel independen dan variabel

dependen yang diuji dengan uji Chi-Square test dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05.

Tabel 5.6

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan

Triage di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar tahun 2019.

Penerapan Triage
Tingkat Tidak sesuai Sesuai Total p-value
pengeta
huan
n % n % n %
Rendah 8 72.7 3 27.3 11 100.0 0,006
Baik 5 22.7 17 77.3 22 100.0
Total 13 95.4 20 96,6 33 100.0
Sumber: data primer 2019

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 33

responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan

penerapan triage tidak sesuai sebanyak 8 responden (72.7%)

sedangkan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan rendah

dengan penerapan triage sesuai sebanyak 3 responden (27.3%).

Sementara perawat yang memiliki tingkat pengetahuan baik


59

dengan penerapan triage tidak sesuai sebanyak 5 responden

(22.7%), sedangkan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan

baik dengan penerapan triage sesuai sebanyak 17 responden

(77.3%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan

uji alternatif fisher’s exact test dengan nilai p= 0,014 < α=0,05.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

terdapat hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan

triage di IGD BEDAH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan dengan penerapan triage (p=0,006 < α=0,05) yang

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mempengaruhi penerapan triage

.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Puri Indah Jakarta menemukan bahwa pengetahuan,

keterampilan dan sikap perawat mempunyai pengaruh terhadap penerapan

triage bila faktor-faktor tersebut tidak dilaksanakan secara optimal dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan menyebabkan

kecacatan pada klien (Firdaus, Soeharto, & Ningsih, 2018). Emergency

Nursing Association (2014) menyatakan bahwa keterampilan,


60

pengetahuan, dan latar belakang pendidikan yang dimiliki perawat akan

mempengaruhi penerapan triage. .

Hasil penelitian yang dilakukan di IGD RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar bahwa dari 33 responden yang diteliti didapati

lebih dominan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik

dengan penerapan triage sesuai sebanyak 17 responden (77.3%) dan

tingkat pengetahuan rendah dengan penerapan triage tidak sesuai

sebanyak 8 responden (72.7%). Dan didapatkan responden yang

mempersepsikan tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 responden

dengan penerapan triage yang sesuai, sedangkan ada responden yang

mempersepsikan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 5 responden,

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti Penerapan triage pada

perawat di igd bedah dengan tingkat pengetahuan baik berjumlah 17

responden (77.3%) dan penerapan triage pada perawat di IGD Bedah

dengan tingkat pengetahuan rendah berjumlah 3 responden (27.3%).

Tingkat pengetahuan perawat di IGD Bedah RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar didapatkan yang memiliki tingkat pengetahuan

baik lebih dominan jadi semakin baik pula penerapan triage nya.

Menurut (Martanti, Noviyanto, & Prosujo, 2015) Pengetahuan dalam

melakukan triage berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang

tepat apakah pasien tersebut perlu pertolongan segera atau tidak, dengan

tetap memperhatikan kemungkinan komplikasi yang muncul setelah


61

dilakukan triage.P engetahuan dan keterampilan petugas sangat

dibutuhkan, terutama dalam pengambilan keputusan klinis di IGD.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, analisis

statistik dengan uji fisher exact test menunjukkan bahwa nilai p=0,006 dan

nilai α=0,05 yang berarti p=α berarti dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan triage di

IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat maka

semakin baik pula penerapannya.

C. Implikasi dalam Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

perkembangan ilmu keperawatan dalam peningkatan tingkat pengetahuan

perawat. metode yang digunakan tidak hanya kuesioner dan lembar

observasi, tetapi sebaiknya dipadukan dengan metode lainnya, sehingga

data yang didapatkan lebih akurat dan dapat di jadikan sebagai

pembanding untuk peneliti selanjutnya.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menemukan kesulitan dan hambatan

dimana responden sibuk dalam tugas sehingga terlambat dalam

pengumpulan data, namun peneliti berupaya mengambil data baik di

dalam ruangan triage maupun diluar ruangan triage sehingga jumlah

sampel tercukupi sampai batas waktu penelitian.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan perawat IGD

Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan jumlah

responden sebanyak 33 responden maka dominan perawat memiliki

tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 22 responden (66.7%)

2. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan Triage perawat di IGD

Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan jumlah

responden sebanyak 33 responden maka dominan perawat memiliki

Penerapan Triage yang sesuai sebanyak 20 responden (60.6%)

3. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan Tingkat

Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Triage di IGD BEDAH RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan nilai p=0,006 < α=0,05.

62
63

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini maka peneliti dapat sarankan;

1. Bagi institusi Keperawatan

Diharapkan kepada institusi keperawatan khususnya dan institusi

kesehatan umumnya mampu mengembangkan metode asuhan

keperawatan terkait dengan penerapan triage pada mahasiswa

kesehatan.

2. Bagi peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini dan

lebih dikembangkan lagi.


DAFTAR PUSTAKA

A, W., & M, D. (2011). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogtakarta: Nuha Medika.
Ahmil. (2018). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat
Dalam Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Triage di Ruang IGD
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal KESMAS Vol.7, No.6, 1-
12.
Astuti, Z., Nurjannah, M., & Dwidyastuti, D. (2018). Studi Fenomenologi : Peran
Perawat Dalam Penetapan Level Triase. Jurnal Care Vol.6, No.2, 131-137.
Budiman, & Riyanto. (2013). Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Donsu, & Tine, J. D. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Habib, H., Sulistio, S., & Mulyana, R. M. (2018). Triase Modern Rumah Sakit
dan Aplikasinya di Indonesia. e-Journal Keperawatan, 1-9.
Harianto, P. S., Susmarini, D., & Widjajanto, E. (2016). Hubungan Pengetahuan
Dengan Akurasi Pengambilan Keputusan Perawat Dalam
PelaksanaanTriage. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 1-7.
Hutabarat, R. Y., & Putra, C. S. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Bogor: Penerbit IN MEDIA.
Kartikawati, D. (2014). Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta: Salemba Medika .
Mardalena, I. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Martanti, R., Novyanto, M., & Prasojo, R. A. (2015 Vol.4, No.2). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dengan Keterampilan Petugas Dalam Pelaksanaan
Triage di Instalasi Gawat Darurat RSUD Wates . Media Ilmu Kesehatan,
69-76.
Maulana, A. E., Marvia, E., & Pratiwi, Y. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Perawat tentang Triage Dengan Penerapan Triage di IGD Rumah Sakit
Umum Daerah Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat . ISSN Vol 3,
No.1, 99-104.
N, D. K. (2011). Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Salemba Medika.

xiv
xv

Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Reditya, N., Martha, A. D., & Machelia, N. S. (2017). Pengetahuan Dan Persepsi
Perawat Tentang Triage di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah. Jurnal Keperawatan, 1-6.
Sari, D. R., & Sutanta. (2017). Hubungan Sikap Dan Pengetahuan Perawat
Dengan Pelaksanaan Triage. Jurnal Keperawatan Vol.IX, No.2, 154-164.
Tuwo, P. G., Rumampuk, J. F., & Katuuk, M. E. (2019). Hubungan Ketepatan
Triase Dengan Response Time di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Tipe C. e-Journal Keperawatan Vol.7, No.1, 1-9.
Wahyuni, E. D., Bakar, A., & Santosa, W. (2019). Hubungan Pengetahuan
Perawat Tentang Pemberian Label Triase Dengan Tindakan Perawat
Berdasarkan Label Triase di IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresik . e-
Journal Keperawatan, 1-5.
Wireklint, S. C., Elmqvist, C., Parenti, N., & E.Goransson, K. (2018). A
descriptive study of registered nurses application of the triage scale .
International Emergency Nursing, 21-28.
L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Triage di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Demikian persetujuan ini, dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak
manapun dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, Juni 2019

(Responden)
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

PENERAPAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP Dr.

WAHIDIN SUDIROHUSODO

A. Identitas Responden

1. Nama responden :……………………

2. Jenis kelamin :……………………

3. Umur :……………………

4. Pendidikan terakhir :……………………

B. Pengetahuan Perawat Tentang Penerapan Triage

1. Usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat

kegawardaruratan trauma atau penyakit disebut …

a. Pengkategorian korban

b. Triage

c. Prioritas utama penanganan

2. Usaha pemilahan korban mempertimbangkan prioritas penanganan dan

sumber daya yang ada disebut …

a. Penyortiran pasien

b. Triage

c. Pemilahan korban.
3. Triage pada umumnya dilakukan pada pasien dengan …

a. Semua pasien

b. Pasien korban kecelakaan

c. Pasien dalam kondisi kritis

4. Waktu untuk triage perorang adalah …

a. Lebih dari 30 detik

b. Kurang dari 30 detik

c. 15 detik

5. Prinsip utama triage adalah melaksanakan prioritas dengan urutan

nyawa, fungsi dan …

a. Penampilan

b. Penampakan

c. Postur tubuh

6. Untuk mamastikan urutan prioritas, pada korban akan dipasangkan …

a. Kartu triage

b. Kartu pengenal

c. Kartu antrian

7. Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas

utama dalam pengobatan medis diberi kartu warna …

a. Merah

b. Hijau

c. Kuning
8. Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam diberi kartu dengan

warna …

a. Merah

b. Hijau

c. Kuning

9. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil

kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu

...

a. Merah

b. Hijau

c. Hitam

10. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage

adalah kondisi klien salah satunya …

a. Gawat

b. Perlu perawatan

c. Perlu penanganan segera


C. Penerapan Triage Oleh Perawat

Apabila perawat melakukan kegiatan sesuai dengan aspek yang di amati,

maka peneliti melingkari jawaban “ya”, apabila tidak di lakukan maka

peneliti melingkai jawaban “tidak” .

No. Kegiatan sesuai Tidak

sesuai

1. Pasien datang dan dilakukan skrining non medis

oleh petugas RS ( satpam / security, bagian

admission / informasi, dll )

2. Di ruang triage IGD dilakukan anamnesis dan

pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk

menentukan derjat kegawatannya oleh petugas

triage di IGD

3. Bila jumlah penderita / korban tidak

memungkinkan ditangani diruang triage, maka

triage dapat dilakukan di luar ruang triage atau di

luar IGD

4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya

dengan memberi kode warna

5. Pasien dilakukan penanganan berdasarkan

prioritas sesuai dengan tingkat kegawatannya

yaitu dengan ururtan level I, II, III, IV, dan V

6. Dalam keadaan bencana, pasien diseleksi dengan


memberikan lebel berwarna

merah/kuning/hijau/hitam

7. Bila petugas triage mendapat tanda-tanda

pbyektif bahwa pasien mengalami gangguan

circulation, airway, dan breathing maka pasien

dalam keadaan kritis dan mengancam jiwa (

kategori triage level I atau lebel merah dalam

disaster / bencana ), pasien segera diarahkan ke

ruang resusitasi di IGD untuk langsung

mendapatkan penanganan sesuai kebutuhannya

oleh dokter

8. Pasien berada dalam keadaan gawat, akan

menjadi kritis dan mengancam nyawa / fungsi

anggota badan bila tidak segera mendapat

pertolongan atau tindakan darurat ( kategori

triage level II atau lebel merah dalam disaster

/ bencana ) ≤ 15 menit

9. Pasien berada dalam keadaan tidak stabil, dapat

berpotensi menimbulkan masalah serius, tetapi

belum memerlukan tindakan darurat dan tidak

mengancam nyawa, ( kategori triage level III

atau lebel kuning dalam disaster / bencana ),

pasien diarahkan ke runang tindakan untuk


mendapatkan penanganan oleh dokter dan

berikan penjelasan kepada pasien / keluarganya

bahwa pasien akan ditangani oleh dokter dalam

waktu ≤ 30 menit

10. Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak

mengancam nyawa, tidak memerlukan tindakan

segera, dan tidak berpotensi menyebabkan

perburukan atau komplikasi, ( kategori triage

level V ), pasien arahkan ke ruang tunggu,

diberikan penjelasan kepada pasien / keluarga

pasien bahwa pasien dapat menunggu di ruang

tunggu dan akan diperiksa / ditangani oleh dokter

dalam waktu ≤ 120 menit.

:
RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama Lengkap : Nur Haeni Asrullah

Tempat dan Tanggal Lahir : Tombolo, 28 November 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pampang 4 No.14 A

No. Hp : 082348511839

Pendidikan

 SD : SDN 1 TOMBOLO PAO, Kec. Tombolo Pao, Kab.Gowa, Prov.

Sulawesi Selatan

Tahun 2003 - 2008

 SMP : SMPN 1 TOMBOLO PAO, Kec. Tombolo Pao, Kab.Gowa, Prov.

Sulawesi Selatan
Tahun 2009 - 2011

 SMA : MA MUHAMMADIYAH DATARANG, Kec. Tombolo Pao,

Kab.Gowa, Prov. Sulawesi Selatan

Tahun 2012 – 2014

Prestasi

 Juara 1 remaja lomba tilawah tingkat kecamatan tombolo pao dan

mewakili kecamatan tombolo pao ke tingkat kabupaten Tahun 2013-2014

Anda mungkin juga menyukai