Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN PEMBERIAN


OBAT MELALUI INTRAVENA DENGAN
PEMANJANGAN INTERVAL QT DI RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

NUR WAHYUNI ARIF


22006038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN PEMBERIAN


OBAT MELALUI INTRAVENA DENGAN
PEMANJANGAN INTERVAL QT DI RSUP
Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKAKASSAR

NUR WAHYUNI ARIF


22006038

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSSAR
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: “Hubungan Jenis Kelamin dan Pemberian Obat


Melalui Intravena Dengan Pemanjangan Interval QT Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar”, telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan
disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ilmu Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Makassar”.

Makassar, 14 Oktober 2022

Tim Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Suradi Efendi, S.Kep., Ns., M.Kes Dewi Purnama Windasari, SKM., M.Kes

Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Muh. Sahlan Zamaa, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. KMB


PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi dengan judul “Hubungan Jenis Kelamin dan Pemberian Obat


Melalui Intravena Dengan Pemanjangan Interval QT Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassarpada
tanggal 14 Oktober 2022.

Ketua : Dr. Suradi Efendi, S.Kep., Ns., M.Kes (…………………….)

Sekretaris : Dewi Purnama Windasari, SKM., M.Kes (…………………….)

Anggota : Irwan, SKM., M.Kes (…………………….)

Nour Sriyanah, S.Kep., Ns., M.Kep (…………………….)


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Wahyuni Arif

Nim : 22006038

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul “Hubungan

Jenis Kelamin dan Pemberian Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan

Interval QT di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar” yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan Sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 14 Oktober
2022
Yang menyatakan,

Nur Wahyuni Arif


ABSTRAK

Hubungan Jenis Kelamin dan Pemberian Obat melalui Intravena dengan


Pemanjangan Interval QT Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makakassar
NUR WAHYUNI ARIF
(dibimbing oleh SURADI EFENDI dan DEWI PURNAMA WINDASARI)

Interval QT adalah gambaran aktivitas ventrikel jantung, dimulai dari depolarisasi


hingga repolarisasi ventrikel yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu obat-
obatan, jenis kelamin, kondisi inflamasi, obesitas, gagal jantung, dan lainnya. Data Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018, menyatakan di Indonesia terdapat sekitar 2.784.064
individu yang menderita penyakit jantung dan setiap tahunnya angka tersebut akan terus
meningkat. Tujuan penelitian ini mencari tahu adakah hubungan jenis kelamin dan
pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian analisis
deskriptif. Dengan jumlah sampel sebanyak 118 responden yang dilakukan dengan cara
observasi rekam medik.
Hasil uji statistik pada variabel jenis kelamin dengan pemanjangan interval QT
menunjukkan nilai ρ=0,007, dan variabel pemberian obat melalui intravena dengan
pemanjangan interval QT menunjukkan nilai ρ=0,002.
Simpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara jenis kelamin dan
pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT. Perlu diberikan
perhatian terhadap efek samping dari pemberian obat yang diberikan kepada pasien. Dan
untuk peneliti berikutnya diharapkan studi ini dapat menjadi acuan dengan menggunakan
variabel lain terkait pemanjangan interval QT seperti efek samping obat dan kondisi
gangguan keseimbangan elektrolit.
Kata Kunci : Jenis Kelamin, Pemberian Obat, Pemanjangan Interval QT
Daftar Pustaka : 29 (1985-2022)

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subḥānahu

wataʿālā, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Jenis Kelamin dan Pemberian

Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan Interval QT Di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan.

Terkhusus saya ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk Ayah saya

Muh. Arif Dg. Tiro, Ibu saya Rabasia Dg. Bau dan adik saya Muh. Wafiuddin

Arif yang telah mendoakan, memberikan wejangan, serta pengorbanan yang telah

dilakukan agar saya bisa menyelesaikan pendidikan. Juga semoga Allah

Subḥānahu wataʿālā memberikan kita Rahmat dan Rahim, keberkahan hidup

dunia akhirat.

Tak lupa tuturan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing I

saya bapak Dr. Suradi Efendi, S.Kep., Ns., M.Kes dan pembimbing II saya ibu

Dewi Purnama Windasari, SKM., M.Kes yang telah memberikan banyak arahan

kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Juga tuturan banyak terima

kasih kepada Tim penguji saya bapak Irwan, SKM., M.Kes dan ibu Nour

Sriyanah, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah memberikan arahan dan masukan.

Saya juga menyadari bahwa penelitian ini pastinya tidak bisa terselesaikan

dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala

kerendahan hati, saya menyampaikan tuturan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada:

vii
1. Ketua Yayasan Pendidikan Makassar Andi Indri Damayanti Cecep Lantara,

SH, M. Adm, SDA.

2. Ketua STIK Makassar Ibu Hj. Esse Puji Pawenrusi, SKM., M.Kes.

3. Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Bapak Prof. Dr.

dr. Syafri Kamsul Arif, Sp.An-KIC, KAKV yang telah memberikan izin

penelitian.

4. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Makassar Bapak Muhammad

Sahlan Zamaa, S.Kep., Ns., Sp.Kep. M.B.

5. Penasehat Akademik Ibu Andi Sani Silwana, SKM., M.Kes

6. Seluruh keluarga besar Civitas Akademika STIK Makassar yang telah

memberikan bimbingan kepada saya selama Pendidikan.

7. Sampel penelitian ini yang telah berpasrtisipasi, sehingga saya diberi

kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku yang selama ini membantu dan memberikan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Serta rekan mahasiswa Non Reguler Angkatan 2020 Program Studi Ilmu

Keperawatan, utamanya Kelas C Non Reguler STIK Makassar yang selalu

saling memberikan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih semoga kebaikan dan bantuan yang

diberikan kepada saya dapat memperoleh balasan yang lebih besar dari Allah

Subḥānahu wataʿālā. Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata

smpurna dan tentu saja masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamya. Oleh

karena itu, saya sangat mengharapkan masukan, saran serta kritikan yang sifatnya

viii
membangun agar bisa lebih baik kedepannya. Saya juga berharap semoga skripsi

ini bisa membuat wawasan ilmu pengetahuan kepada pembacanya meningkat.

Makassar, 14 Oktober 2022

Nur Wahyuni Arif

DAFTAR ISI

ix
Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN......................................................................iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI.........................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

ARTI NOTASI/SIMBOL DAN SINGKATAN.................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pemanjangan Interval QT................................................5


B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Berhubungan dengan Pemanjangan Interval
QT.................................................................................................................9
C. Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya..........................................................13

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian..........................................................15


B. Pola Pikir Penelitian....................................................................................16
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................................16

x
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................18

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................................19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................19
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................19
D. Pengumpulan Data Penelitian.....................................................................20
E. Pengolahan Data Penelitian........................................................................21
F. Analisis Data Penelitian..............................................................................22
G. Penyajian Data Penelitian...........................................................................22
H. Etika Penelitian...........................................................................................23

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian...........................................................................................24
B. Pembahasan.................................................................................................29

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan.....................................................................................................36
B. Saran............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

xi
1. Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya..............................................................13

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden..........................25

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Variabel..............................26

4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanjangan Interval QT.........................27

5. Hubungan Pemberian Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan Interval

QT...................................................................................................................28

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Komponen Gelombang.....................................................................................5

xii
2. Hubungan Potensial Aksi sel Ventrikel dengan EKG permukaan....................6

3. Pola Pikir Penelitian........................................................................................16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Lembar Data Sampel Penelitian

2. Master Tabel Penelitian

xiii
3. Hasil Pengolahan Data Penelitian

4. Surat Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan

5. Etik Penelitian dari Komite Etik Penelitian Universitas Muslim Indonesia

6. Surat Izin Melakukan penelitian dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar

7. Dokumentasi Penelitian

8. Daftar Riwayat Hidup

ARTI NOTASI/SIMBOL DAN SINGKATAN

ACC : American College of Caediology

AHA : American Heart Association

CVCU : Cardiovascular Care Unit

xiv
CVD : Cardiovascular Disease

EKG : Elektrokardiogram

FDH : Food and Drug Administration

FSH : Follicle Stimulating Hormone

HA : Hipotesis Alternatif

HDL : High Desity Lipoprotein

IMT : Indeks Massa Tubuh

IV : Intravena

LQTS : Long QT Syndrom

PJK : Penyakit Jantung Koroner

QTc : QT correct

WHO : World Health Organization

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interval QT adalah gambaran pengukuran aktivitas pada kedua ventrikel

jantung, yang dimulai dari depolarisasi hingga repolarisasi ventrikel.

Depolarisasi adalah gambaran dari QRS kompleks pada elektrokardigram

(EKG) yaitu pergerakan dari ion natrium, kalium, dan kalsium yang melintasi

membran sel, kemudian menciptakan implus berupa arus listrik yang

menimbulkan adanya kontraksi ventrikel (Novita dan Destian, 2019).

Sedangkan Repolarisasi adalah gambaran kondisi dimana sel-sel memulihkan

elektronegativitasnya agar dapat dirangsang kembali atau yang biasanya disebut

juga masa pemulihan otot jantung.

Interval QT diukur mulai dari awal QRS kompleks sampai akhir dari

gelombang T. Durasi interval QT normal itu berdasar pada laju jantung,

sehingga nilai interval QT akan mengalami penurunan jika terjadi peningkatan

laju jantung dan begitu pula sebaliknya (Yofrido, Christine dan Harjana. 2018).

Pemanjangan interval QT bisa menjadi suatu faktor penting risiko pada kejadian

aritmia ventrikel dan kejadian henti mendadak (Mansur, dkk., 2021). Interval

QT dikatatakan memanjang jika mencapai angka lebih dari 460 ms pada

perempuan dan lebih dari 450 ms pada laki-laki, sesuai dengan rekomendasi dari

American College of Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA),

dan organisasi profesional lain (Mirvis and Goldberger, 2015).


2

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanjangan interval QT yaitu

obat-obatan, jenis kelamin perempuan, kondisi inflamasi, gagal jantung,

obesitas, kondisi gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalemia,

hipokalsemia, hipomagnesemia, hipotiroidisme, dan kondisi lainnya (Mirvis and

Goldberger, 2015; Antoniou et al., 2017). Menurut pendapat (Gowd and

Thompson, 2012) jenis kelamin mempengaruhi sifat elektrofisiologis dan

aritmia jantung. Perempuan memiliki detak jantung istirahat lebih tinggi, PR

yang lebih pendek dan interval QT yang lebih lama dalam penelitian yang

dilakukan oleh Mayuga et al., (2001). Menurut Peter dan Woosley, (2016) salah

satu penyebab paling umum dari pemanjangan interval QT adalah penggunaan

obat-obatan tertentu. Hal ini juga dibuktikan dalam penelitian Novita dan

Destiani, (2019) yang mengatakan berbagai jenis obat memiliki interaksi

terhadap perpanjangan interval QT.

Pemanjangan interval QT juga dianggap sebagai penanda potensi

aritmogenik dari obat tertentu terkait dengan meningkatnya risiko ventrikel

takiaritmia "Torsade de Pointes" (TdP) yang menuju ke arah henti jantung

mendadak. Di Amerika Serikat tercatat 90% kematian disebabkan oleh kasus

henti jantung (AHA, 2020). Sedangkan di Indonesia untuk data statistik yang

spesifik terkait kasus henti jantung hingga saat ini belum ada.

Pada tahun 2016 menurut data WHO terdapat sebanyak 17,9 juta orang

yang setiap tahunnya merenggang nyawa disebabkan karena penyakit

kardiovaskular. Kemudian pada tahun 2018 menurut data Riskesdas, prevalensi

penderita penyakit jantung koroner di Indonesia menginjak angka 1,5% atau


3

bisa dikatakan jika 15 dari 1000 penduduk Indonesia itu menderita penyakit

jantung koroner. Untuk rumah sakit pusat rujukan penyakit jantung di wilayah

Indonesia Timur yaitu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo penyakit jantung

koroner termasuk 20 besar penyakit terbanyak di rawat jalan maupun rawat

inap. Untuk kasus henti jantung juga termasuk kasus penyakit terbanyak rawat

darurat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melihat apakah

ada perbedaan pemanjangan interval QT antara laki-laki dan perempuan serta

terhadap pemberian obat-obatan utamanya obat-obat penyakit jantung di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka di rumuskan masalah sebagai berikut:

“Adakah hubungan jenis kelamin dan pemberian obat melalui intravena dengan

pemanjangan interval QT di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan jenis kelamin

dan pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan pemanjangan interval QT.

b. Diketahuinya hubungan pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan

interval QT.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini bisa sebagai referensi bacaan untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan terkhusus dibidang keperawatan, juga dapat sebagai bahan

perbandingan atau referensi untuk peneliti lainnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini bisa sebagai sumber pustaka untuk pembaca di

perpustakaan dan dapat menambah wawasan serta menjadi referensi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan kedepannya.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bisa sebagai tambahan ilmu dalam pelaksanaan sebuah

proses penelitian ilmiah untuk diterapkan dan pastinya juga untuk

dikembangkan nantinya.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini bisa sebagai sumber informasi untuk masyarakat

mengenai hubungan jenis kelamin dan pemberian obat melalui intravena (IV)

dengan pemanjangan interval QT.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pemanjangan Interval QT

Elektrokardiogram (EKG) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

melihat aktivitas elektrik jantung yang berupa gambaran kompleks dan

gelombang yang spesifik. Dengan menggunakan elektroda yang terhubung

dengan kabel pada mesin EKG, aktivitas elektrik tersebut terekam dan

dihantarkan melalui elektroda yang ditempelkan pada kulit manusia. Jadi

elektrokardiogram adalah voltmeter yang mengukur tegangan listrik sel otot

jantung (Dharma, 2010).

Aktivitas pada jantung digambarkan berupa gelombang oleh

elektrokardiogram (EKG). Gelombang dari elektrokardiogram (EKG) terdiri

dari 4 kompenen gelombang yaitu gelombang P, QRS kompleks, gelombang T

dan gelombang U. Gelombang P dan QRS kompleks mengambarkan

depolarisasi gabungan, gelompang T menggambarkan repolarisasi.


6

Gambar 1
Komponen Gelombang EKG (Dharma, 2010)

Terdapat segmen dalam elektrokardiogram (EKG) yang dianggap dapat

menggambarkan siklus penuh depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yaitu

interval QT (Antoniou et al., 2017). Interval QT merupakan durasi dalam

perekaman elektrokardiogram (EKG) yang dilakukan pengukuran mulai dari

awal QRS kompleks sampai dengan akhir dari gelombang T. Pada tiap sadapan

elektrokardiogram (EKG) itu sendiri memiliki durasi Interval QT yang berbeda-

beda yaitu sebesar 50-60 milisekon. Pada penggambaran elektrokardiogram

(EKG) QRS kompleks menggambarkan proses depolarisasi total yaitu fase 0,

kemudian segmen ST gambaran keseimbangan arus sementara dengan durasi

yang singkat yaitu fase 2, dan gelombang T yang menggambarkan proses

repolarisasi total yaitu fase 3 dari potensial aksi. Interval QT sama dengan fase 4

dari potensial aksi.


7

Gambar 2
Hubungan Potensial Aksi Sel Ventrikel dengan EKG Permukaan
(Mirvis and Goldberger, 2015)

Interval QT yang normal itu berdasar pada laju jantung, sehingga nilai

interval QT akan mengalami penurunan jika terjadi peningkatan laju jantung dan

begitu pula sebaliknya. Interval QT dikatakan terjadi pemanjangan jika

angkanya melebihi 460 ms pada perempuan dan 450 ms pada laki-laki, sesuai

dengan rekomendasi dari American College of Cardiology (ACC), American

Heart Association (AHA), dan organisasi profesional lain (Mirvis and

Goldberger, 2015).

Interval QT diketahui diukur berdasarkan laju nadi maka dikatakan

corrected QT (QTc). Untuk mengukur interval QTc berdasarkan laju nadi

terdapat beberapa perumusan yang sebelumnya telah digunakan dan

dikembangkan (Ahnve, 1985). Pada masing-masing sadapan, gambaran interval

QT dapat berbeda-beda dikarenakan terdapat banyak variasi proyeksi pada aksis

jantung. Pertama kali dilakukan pengukuran pada interval P-QRS-T tahun 1912
8

oleh Lewis yang saat itu melakukan pengukuran interval PR pada sadapan II,

selanjutnya pada tahun 1920 dilakukan pengukuran interval QT oleh Bazett.

Pengukuran interval QT di sadapan II dangat direkomendasikan karena axis

vektor gelombang P, QRS, dan T didominasi secara inferolateral dan hal

tersebut searah dengan sadapan II, serta terdapat juga alternatif lain yang bisa

digunakan yaitu pada lead V5, V6 atau I (Moss, 1993). Menurut Basamad Z

(2010) dalam Sriwijaya Jason et al (2015), pengukuran interval QT dilakukan

pada sadapan II lebih direkomendasikan.

Panduan American Heart Association pada tahun 2009 untuk mengukur

interval QT mulai dari awal QRS kompleks sampai dengan akhir dari

gelombang T. Apabila terdapat gelombang U dengan ukuran lebih dari 1 mm

dan menyatu dengan gelombang T maka dapat dimasukkan dalam pengukuran.

Sedangkan apabila terdapat gelombang U dengan ukuran lebih kecil atai sama

dengan 1 mm dan terpisah dengan gelombang T maka tidak dapat dimasukkan

dalam pengukuran (Rautaharju, Surawicz and Gettes, 2009).

Dalam Vandenberk et al., 2016, koreksi QT untuk detak jantung dapat

dilakukan menggunakan 5 formula yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu:

1. Bazett: QTcB = QT / RR½ atau QTcB = √HR / 60 x QT

2. Fridericia: QTcFri = QT / RR⅓

3. Framingham: QTcFra = QT + 0.154 (1-RR)

4. Hodge: QTcH = QT + 0,00175 ([60 / RR] – 60)

5. Rautaharju: QTcR = QT - 0,185 (RR-1) + k (k = +0,006 detik untuk pria dan +0

detik untuk wanita)


9

Semua rumus di atas ditampilkan untuk perhitungan berdasarkan interval

QT dan RR yang diukur dalam detik. Namun, nilai yang disajikan dalam tabel

dan gambar dinyatakan dalam miliseconds (ms) atau milidetik (mdet) sesuai

dengan penggunaan klinis.

Pemanjangan potensial aksi atau Interval QT ini dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Hal tersebut dapat terjadi karena kelainan genetik yaitu Long QT

Syndrome (LQTS) (Mirvis and Goldberger, 2015). Ataupun pemanjangan

interval QT disebabkan oleh obat-obatan, jenis kelamin perempuan, kondisi

inflamasi, obesitas, gagal jantung, hipokalemia, hipokalsemia,

hypomagnesemia, hipotiroidisme, dan lainnya (Mirvis and Goldberger, 2015;

Antoniou et al., 2017). Menurut (Peter, and Woosley, 2016) salah satu penyebab

paling umum dari pemanjangan interval QT adalah penggunaan obat-obatan

tertentu. Dan menurut pendapat (Gowd and Thompson, 2012) jenis kelamin

mempengaruhi sifat elektrofisiologis dan aritmia jantung. Wanita memiliki

detak jantung istirahat lebih tinggi, PR yang lebih pendek dan memiliki interval

QT yang lebih lama.

B. Tinjauan Tentang Faktor Yang Berhubungan dengan Pemanjangan Interval

QT

1. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan interval QT pada perempuan dan laki-laki. Seperti

yang dijelaskan oleh (Kaufman, 2018) bahwa Bazzet mencatat pada tahun 1920

bahwa wanita memiliki interval QT yang lebih lama dibandingkan dengan laki-

laki dan hal tersebut terkonfirmasi oleh beberapa penelitian berikutnya. Hal
10

tersebut dikarenakan wanita memiliki detak jantung istirahat yang lebih cepat

namun interval QTc lebih lama. Wanita juga memiliki interval PR dan QRS

yang lebih pendek, hal itu diduga karena ukuran jantung wanita yang lebih kecil

dan juga pengaruh efek hormonal (Gowd and Thompson, 2012).

Namun perbedaan jenis kelamin dalam interval QT tidak terlihat sejak

lahir, tetapi perbedaannya akan terlihat setelah memasuki masa pubertas.

Perubahan interval QT terlihat setelah pubertas mungkin dikarenakan perubahan

hormon seks. Testosteron dan progesterone pada laki-laki cenderung

memperpendek interval QT sementara estrogen pada perempuan cenderung

memperpanjang interval QT. Rumitnya interpretasi efek hormonal ini sepanjang

hidup adalah variasi rasio estrogen/progesteron dan tambahan efek perpanjangan

interval QT dari FSH (Abehsira et al., 2016).

Maka dari itu, perbedaan terkait jenis kelamin dalam interval QT

kemungkinan besar merupakan hasil dari perubahan hormon spesifik seks.

Meskipun mekanisme yang tepat dan patofisiologi hormon seks pada interval

QT tidak diketahui, testosteron tampaknya memperpendek interval QT pada

laki-laki. Dan pada wanita terdapat interaksi yang lebih kompleks antara

progesteron dan estrogen karena pengaruh siklus menstruasi, kehamilan maupun

menopause (Vink et al., 2018).

2. Pemberian Obat

Inc, AZCERT (2017) dalam Novita dan Destiani, (2019) mengatakan

telah dilaporkan beberapa obat yang memiliki pengaruh terhadap pemanjangan

interval QT diantaranya yaitu obat antidepresan, antibiotik tertentu, antipsikotik


11

dan antiaritmia. Dan sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang telah

dilakukan oleh para peneliti dengan hasil bahwa obat berpotensi berinteraksi

sehingga dapat menyebabkan pemanjangan interval QT ialah obat-obat yang di

kombinasi. Sama dengan yang dijabarkan oleh Novita dan Destiani, (2019) pada

penelitiannya dengan menelaah jurnal bahwa terdapat jenis obat yang dapat

menyebabkan pemanjangan interval QT jika diberikan secara kombinasi di

antaranya yaitu Terfenadine & Ketoconazole, Cefuroxime terhadap Propofol

dan sevoflurane, Droperidol & Ondansetron, Umeclidinium & Vilanterol,

Fluoroquinolone & Azole, Itrakonazoe & Astemizole, Domperidone &

Ketoconazole, Loratadine, Terfenadine & Nefazodone, Methadone &

Buprenorphine, Cisapride & Diltiazem, Sparfloxacin & Terfenadine.

Inhibisi komponen cepat atau rapid dari delayed rectifier potassium

current (I Kr) yang dicurigai sebagai penyebab pemanjangan interval QT yang

dikaitkan dengan obat (Roden, 2008). Hambatan pada I Kr tersebut yang

mengakibatkan penurunan efluks kalium atau berlebihnya influx natrium

sehingga menyebabkan terjadinya pamanjangan dari durasi potensial aksi

ventrikel (Yofrido, Christine and Harjana, 2018). Karena hal tersebut dapat

menjadi penyebab berlebihnya muatan positif dalam sel yang dapat

menyebabkan fase repolarisasi jadi memanjang dan menghasilkan gambaran

interval QT pada gambaran EKG juga mengalami pemanjangan (Roden, 2008).

Secara umum, risiko perpanjangan interval QT yang diinduksi obat secara

langsung berhubungan dengan dosis dan konsentrasi obat dalam plasma obat.

Dan Interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik juga dapat menyebabkan


12

pemanjangan interval QT (Moss et al., 1991). Interaksi obat kombinasi yang

menghambat metabolisme obat dapat meningkatkan konsentrasi plasma obat

yang terkena dan memicu pemanjangan interval QT. Demikian pula,

perpanjangan interval QT dapat terjadi ketika dua obat memiliki efek adiktif.

Tetapi perbedaan kerentanan masing-masing individu terhadap perpanjangan

interval QT mungkin berhubungan dengan faktor genetik tertentu (Paulussen et

al., 2004).

Maka itu dalam melakukan pemberian obat pada pasien utamanya yang

berisiko dalam terjadinya pemanjangan interval QT ada beberapa hal

sebelumnya harus dipastiak terlebih dahulu. Jika seorang pasien memiliki risiko

yang tinggi secara signifikan terhadap pemanjangan interval QT yang diinduksi

obat atau sudah menggunakan obat dan dapat meningkatkan pemanjangan

interval QT, sebaiknya diberikan obat alternatif yang tidak diketahui dapat

memperpanjang interval QT harus diresepkan sebagai gantinya.

3. Faktor Pemanjangan Interval QT lainnya

Hipotiroidisme merupakan suatu kondisi dari kelenjar tiroid yang

mengalami penurunan fungsi, dan hal tersebut dapat menyebabkan pemanjangan

interval QT pada elektrokardiogram. Hormon tiroid secara positif mengontrol

kalsium ATPase dan phospholamban. Protein ini terlibat dalam intraseluler

homeostatis tingkat kalsium dengan mengatur penyerapan ke dalam retikulum

sarkoplasma. Hipotiroidisme ini dapat menyebabkan penurunan aktivitas

protein, meningkatkan konsentrasi kalsium selama fase repolarisasi siklus

jantung (Antoniou et al., 2017).


13

Hipokalsemia akut dapat menyebabkan disritmia ventrikel sehingga

menjadi penyebab dari pemanjangan interval QT. Inflamasi arthritis yang paling

umum yaitu rheumatoid arthritis. Penelitian yang menghubungkan kejadian

rheumatoid arthritis dengan peningkatan kematian akibat penyakit

kardiovaskular yaitu penelitian yang dilakukan oleh Panoulas et al., pada tahun

2014 yang menyatakan bahwa kemungkinan penyebab kematian pada pasien

dengan rheumatoid arthritis yaitu terjadinya peningkatan 50 ms dalam interval

QT. Para peneliti menyimpulkan bahwa peradangan dapat menyebabkan

pemanjangan interval QTc dengan tingkat kematian yang lebih tinggi. Namun

belum diketahui secara rinci terkait mekanisme yang protein C-reaktif dikaitkan

dengan interval QTc (Seth et al., 2007).

Hipokalemia berpengaruh terhadap perpanjangan interval QT karena

kalium ekstraseluler yang rendah dapat meningkatkan penurunan dan inaktivasi

IKr atau meningkatkan pemblokiran oleh natrium. Perpanjangan interval QT

dapat terjadi bila ada keterlambatan dalam repolarisasi miokard akibat arus ionik

dari kelainan elektrolit. Interval QTc dapat mengkonfirmasi hipotesis bahwa

kalium rendah menyebabkan terjadinya henti jantung mendadak dan

insiden cardiovascular diseases (CVD). Berdasarkan hasil tersebut, kami

menyarankan untuk melakukan dietary counseling, terutama berfokus pada

asupan kalium, bergantung pada massa tubuh pasien.

C. Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 1
Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya
No Judul Penelitian Jenis Sample dan Hasil Penelitian
dan Jurnal Penelitian Teknik
14

Pengambilan
Penelitian
Sampel
1 Effects of Age and Case control Probability 1. Wanita
Gender on the QT Sampling memiliki QT
Response to lebih lama
Exercise (The dibandingkan
American Journal dengan pria
of Cardiology, (dengan
Volume 87) perbedaan
(Mayuga et al., signifikan 70-
2001) 90 denyut/
menit) dengan
nilai P < 0,05.
2. Orang tua
memiliki
interval QT
yang lebih lama
dibandingkan
usia muda,
tetapi
perbedaannya
kecil (P <
0,05).
2 Effect of Female Tinjauan Wanita
Sex on Cardiac Literatur memiliki detak
Arrhythmias jantung
(Cardiology in istirahat lebih
Review, Volume cepat namun
20, Nomer 6) interval QT
(Gowd and lebih lama.
Thompson, 2012) Wanita juga
memiliki
interval PR dan
QRS yang lebih
pendek.
3 A Comparison of Eksperimenta Acak, Peningkatan QT
the Effect of l kelompok pada Sevofluran
Sevoflurane and tatist (P < 0,05) dan
Propofol on tidak terjadi
Ventricular peningkatan
Repolarisation apapun pada
after Preoperative Propofol
Cefuroxime
Infusion, (BioMed
Research
International,
15

Volume 2019),
(Liu et al., 2019)
4 Evaluasi before-after kelompok Didapatkan
Elektrokardiogram study kontrol hubungan yang
Interval QTc dan kuat antara
JTc pada Penderita pemanjangan
Malaria Vivaks interval QTc dan
yang Diberikan JTc pada subyek
Dihidroartemisinin- yang diberikan
Piperakuindan DHA-PPQ dan
Primakuin PQ (P < 0,05).
(eJournal
Kedokteran
Indonesia, Volume
3, Nomor 3)
(Sriwijaya Jason et
al., 2015)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Berlandaskan dari tinjauan pustaka yang sebelumnya telah dijelaskan,

dikatakan terdapat perbedaan interval QT pada perempuan dan laki-laki yang

dimana perempuan mempunyai interval QT lebih lama dibanding laki-laki dan

hal tersebut terkonfirmasi oleh beberapa penelitian. Dan obat pada umumnya

mempengaruhi EKG karena telah dilaporkan bahwa terdapat beberapa obat yang

dapat mempengaruhi pemanjangan interval QT. Tetapi seperti yang diketahui

obat sangat diperlukan dalam mendukung proses penyembuhan. Pada penelitian

ini variabel dependen adalah pemanjangan interval QT dan variabel independent

adalah jenis kelamin dan pemberian obat melalui intravena.

1. Pemanjangan Interval QT
16

Pemanjangan interval QT yang dimaksud adalah responden yang

mengalami pemanjangan interval QT.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud adalah perbedaan secara biologis antara

perempuan dan laki-laki.

3. Pemberian Obat

Pemberian obat yang dimaksud adalah obat yang diberikan kepada

responden selama perawatan. Yang diberikan kurang atau lebih dari 2 jenis obat

melalui intravena.

B. Pola Pikir Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Jenis Kelamin

Pemberian Obat melalui


Intravena
Pemanjangan
Usia Interval QT

Jenis Kelamin
Obesitas

Gagal Jantung

Keterangan:

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Independen yang tidak diteliti


17

: Variabel Dependen

: Penyambung Variabel

Gambar 3
Pola Pikir Penelitian

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Interval QT

a. Definisi Operasional

Interval QT adalah pengukuran waktu dalam siklus listrik jantung yang diukur

dari awal dari gelombang Q sampai akhir dari gelombang T (dalam hitungan

millidetik). Interval QTc disebut terjadi pemanjangan jika nilainya > 450 ms

untuk laki-laki dan nilainya > 460 ms untuk perempuan.

b. Kriteria Objektif

1) Pada Laki-laki

Terjadi pemanjangan interval QT : Jika > 450 ms

Tidak terjadi pemanjangan interval QT : Jika ≤ 450 ms

2) Pada Perempuan

Terjadi pemanjangan interval QT : Jika > 460 ms

Tidak terjadi pemanjangan interval QT : Jika ≤ 460 ms

2. Jenis Kelamin

a. Definisi Operasional

Jenis kelamin adalah perbedaan secara biologis antara perempuan dan dan laki-

laki yang dilihat dari alat kelamin serta perbedaan fisik lainnya.

b. Kriteria Objektif
18

Laki-laki : Jika berjenis kelamin laki-laki

Perempuan : Jika berjenis kelamin perempuan

3. Pemberian Obat Melalui Intravena

a. Definisi Operasional

Jumlah obat intravena yang diberikan kepada pasien selama perawatan.

b. Kriteria Objektif

1 Jenis obat : Jika diberikan terapi 1 jenis obat intravena

≥ 2 Jenis obat : Jika diberikan terapi ≥ 2 jenis obat melalui intravena

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (HA)

a. Terdapat hubungan jenis kelamin dengan pemanjangan interval QT.

b. Terdapat hubungan pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan

interval QT.

2. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan pemanjangan interval QT.

b. Tidak terdapat hubungan pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan

interval QT.
19

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui hubungan antara pemanjangan interval QT pada sampel yang

jenis kelamin perempuan dan laki-laki serta pemberian obat melalui intravena.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan CVCU Pusat Jantung Terpadu RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Waktu Penelitian
20

Pengambilan data dilakukan pada 31 Agustus 2022, penelitian

dilaksanakan pada tanggal 1-7 September 2022 serta pengumpulan serta analisa

data dilakukan pada September 2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu pasien yang telah dirawat di ruangan CVCU

Instalasi Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

yang diberikan terapi pengobatan melalui injeksi atau pemberian melalui

intravena. Jumlah data sampel yang didapatkan sejak Januari 2021 hingga

Agustus 2022 sebanyak 133 sampel.

2. Sampel Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel dengan non

probability sampling jenis purposive sampling. Dengan jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian yaitu 118 sampel. Teknik purposive sampling

adalah penentuan sampel sesuai dengan kriteria atau karakteristik yang

ditentukan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut kriteria yang

diinginkan peneliti:

1) Kriteria inklusi meliputi:

a) Pasien yang telah dirawat di ruangan CVCU Instalasi Pusat Jantung Terpadu

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

b) Data Rekam Medik (RM) lengkap (jenis kelamin, dan hasil EKG).
21

2) Kriteria eksklusi meliputi: Data Rekam Medik (RM) tidak tersedia dan tidak

lengkap (jenis kelamin, dan hasil EKG).

D. Pengumpulan Data Penelitian

1. Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini yaitu bersumber dari data sekunder yang merupakan

data penelitian diterima atau didapatkan secara tidak langsung atau melalui

pihak lain. Seperti penyalinan rekam medik melingkupi nomor rekam medik,

data demografi, jenis dan nama obat yang diberikan serta hasil EKG.

2. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian

a. Observasi

Dilakukan identifikasi pada semua data pasien yang dirawat di ruangan

CVCU Instalasi Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

b. Dokumentasi

Dilakukan pencatatan data dalam lembar pengumpulan data dan dilakukan

rekapitulasi pada tabel induk yang memuat nomor rekam medik, data demografi

pasien, nama dan jenis obat yang diberikan dan hasil EKG pasien.

3. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan lembar pengumpulan data, tabel induk,

lembar data EKG.

E. Pengolahan Data Penelitian

1. Penyuntingan (Editing)
22

Tahap ini dilakukan dengan mengecek dan memeriksa kebenaran.

Pengecekan dan perbaikan kuesioner meliputi kelengkapan lembar

pengumpulan data. Editing dilakukan langsung di lapangan sehingga apabila

terdapat kesalahan ataupun kekurangan dapat diperbaiki sesegara mungkin.

2. Pengkodean (Coding)

Setelah semua data telah melalui proses penyuntingan, kemudian

dilakukan pengkodean yaitu dengan merubah data yang berupa kalimat atau

huruf menjadi data berupa angka atau bilangan.

3. Pemasukan Data (Entry Data)

Setelah proses pengkodean data kemudian dilakukan pemasukan data

dengan cara komputerisasi ke dalam software atau program pengolahan data.

4. Pembersihan (Cleaning)

Apabila seluruh data telah selesai dimasukkan, selanjutnya dilakukan

pemeriksaan ulang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

ketidaklengkapan data ataupun kesalahan kode dan kemungkinan lainnya,

setelah itu segera lakukan verifikasi.

F. Analisis Data Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis ini memiliki tujuan yaitu karakteristik setiap variabel pada

penelitian akan dideskripsikan. Analisis univariat adalah analisis data yang

dilakukan untuk mencari tahu gambaran dari setiap variabel yaitu pemanjangan

interval QT, jenis kelamin dan pemberian obat.

2. Analisis Bivariat
23

Analisis ini memiliki tujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang

dicurigai memiliki hubungan atau kolerasi. Analisis persentasi yang dilakukan

dalam analisis bivariat ini dengan melakukan pembandingan distribusi silang

antara dua variabel yang bersangkutan kemudian dilanjutkan dengan

melakukan uji statistik.

Berdasarkan uji statistik ini dapat hasil dengan kesimpulan adakah

hubungan antara 2 variabel tersebut. Analisis data bivariat dilakukan untuk

mengetahui adakah hubungan antara jenis kelamin dengan pemanjangan interval

QT dan hubungan antara pemberian obat melalui intravena (IV) dengan

pemanjangan interval QT.

G. Penyajian Data Penelitian

Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk bentuk tabel (tabel frekuensi

dan tabel analisa) kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

H. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan maksud dan tujuan riset yang

dilakukan serta penjelasan kemungkinan adanya dampak dari dilakukannya

penelitian kepada petugas ruangan tempat dilakukannya penelitian.

2. Tanpa Nama (Anominity)

Dalam penelitian ini, peneliti harus menjaga informasi terkait kerahasiaan

identitas subjek dengan penggunaan koding pada lembar pengumpulan data

sebagai pengganti identitas dari sampel penelitian.


24

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Dalam penelitian ini, peneliti bertanggung jawab terhadap kerahasiaan

informasi sampel penelitian. Hanya data tertentu yang akan di publikasikan

sebagai hasil riset.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan CVCU Instalasi Pusat Jantung Terpadu

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tanggal 24 Agustus 2022

hingga 7 September 2022 dengan jumlah sampel yaitu 118 orang yang

memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditentukan.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanjangan


25

interval QT pada sampel dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki serta

pemberian obat melalui intravena.

Data diperoleh dari hasil observasi peneliti terhadap responden

berdasarkan penyalinan data rekam medik yang melingkupi nomor rekam

medik, data demografi, jenis dan nama obat yang diberikan serta hasil EKG.

Adapun hasil penelitian yang telah didapatkan akan dijabarkan secara lengkap

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan dalam bentuk narasi.

1. Karakteristik Responden

Data yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan data menghasilkan

distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik sampel.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Sampel


di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2021 - Agustus 2022

Variabel n %
Umur
15 - ≤24 Tahun 1 0,8
25 - ≤44 Tahun 11 9.3
45 - ≤64 Tahun 60 50,8
>64 Tahun 46 39,0
Pekerjaan
Karyawan BUMN 3 2,5
Wiraswasta 28 23,7
POLRI/TNI 2 1,7
PNS 22 18,6
Swasta 7 5,9
26

Pensiunan 24 20,3
Petani 5 4,2
Nelayan 1 0,8
Ibu Rumah Tangga 22 18,6
Mahasiswa 1 0,8
Tidak Bekerja 3 2,5
Pendidikan
SD 18 15,3
SMP 13 11,0
SMA 45 38,1
Diploma 1 0,8
S1 33 28,0
S2 5 4,2
S3 3 2,5
Jumlah 118 100,0
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 118 sampel (100,0%) pada

variabel umur paling banyak yaitu rentang umur 45 - ≤64 tahun sebanyak 60

sampel (50,8%), sedangkan yang paling sedikit yaitu rentang umur 15 - ≤24

tahun sebanyak 1 sampel (0,8%). Pada variabel pekerjaan paling banyak yaitu

wiraswasta sebanyak 28 sampel (23,7%), sedangkan yang paling sedikit yaitu

nelayan dan mahasiswa masing-masing hanya 1 sampel (0,8%). Dan pada

variabel pendidikan paling banyak yaitu SMA sebanyak 45 sampel (38,2%)

sedangkan yang paling sedikit yaitu diploma sebanyak 1 sampel (0,8%).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat diperoleh distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel penelitian. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, pemberian obat

melalui intravena dan pemanjangan interval QT.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Variabel
di RSUP Dr. Wahidiin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2021 - Agustus 2022
27

Variabel n %
Jenis Kelamin
Perempuan 35 29,7
Laki-laki 83 70,3
Pemberian Obat
≥ 2 Jenis Obat 94 79,7
1 Jenis Obat 24 20,3
Nilai Interval QT
Terjadi Pemanjangan Interval QT 60 50,8
Tidak Terjadi Pemanjangan Interval QT 58 49,2
Jumlah 118 100,0
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 118 sampel (100,0%) pada

variabel jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 35 sampel (29,7) dan laki-laki

sebanyak 83 sampel (70,3%). Pada variabel pemberian obat melalui intravena

yaitu pemberian ≥ 2 jenis obat sebanyak 94 sampel (79,7%) dan pemberian 1

jenis obat sebanyak 24 sampel (20,3%). Dan pada variabel nilai interval QT

yaitu terjadi pemenjangan interval QT sebanyak 60 sampel (50,8%) dan tidak

terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 58 sampel (49,2%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk manganalisis hubungan antara variabel

independent (jenis kelamin dan pemberian obat melalui intravena) dan variabel

dependen (pemanjangan interval QT). Untuk uji statistik yang digunakan pada

penelitian ini yaitu uji Chi-Square Test.

a. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanjangan Interval QT

Tabel 4

Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanjangan Interval QT


di RSUP Dr. Wahidiin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2021 - Agustus 2022
28

Pemanjangan Interval QT
Terjadi Tidak Terjadi Uji Chi
Jenis Jumlah
Pemanjangan Pemanjangan Square
Kelamin
Interval QT Interval QT
n % n % n %
Perempuan 25 71,4 10 28,6 35 100,0
ρ = 0,007
Laki-laki 35 42,2 48 57,8 83 100,0
Jumlah 60 50,8 58 49,2 118 100,0
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil bahwa dari 35 sampel (100,0%)

berjenis kelamin perempuan yang terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 25

sampel (71,4%) dan yang tidak terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 10

sampel (28,6%). Sedangkan dari 83 sampel (100,0%) berjenis kelamin laki-laki

yang terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 35 sampel (42,2%), dan yang

tidak terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 48 sampel (57,8%).

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel dengan uji statistik Chi-

Square Test pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis

kelamin dengan pemanjangan interval QT di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dengan nilai kemaknaan/signifikan dari kedua variabel yaitu ρ = 0,007

yang berarti hipotesis alternatif (HA) diterima.

b. Hubungan Pemberian Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan Interval QT.

Tabel 5

Hubungan Pemberian Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan


Interval QT di RSUP Dr. Wahidiin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2021 - Agustus 2022

Pemberian Pemanjangan Interval QT


Obat melalui Terjadi Tidak Terjadi Uji Chi
Intravena Jumlah
Pemanjangan Pemanjangan Square
Interval QT Interval QT
n % n % n % ρ = 0,002
29

≥ 2 Jenis Obat 55 58,5 39 41,5 94 100,0


1 Jenis Obat 5 20,8 19 79,2 24 100,0
Jumlah 60 50,8 58 49,2 118 100,0
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5 diperoleh hasil bahwa dari 94 sampel (100,0%) pada

kategori pemberian ≥2 jenis obat yang terjadi pemanjangan interval QT

sebanyak 55 sampel (58,5%) dan yang tidak terjadi pemanjangan interval QT

sebanyak 39 sampel (41,5%). Sedangkan dari 24 sampel (100,0%) pada kategori

pemberian 1 jenis obat yang terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 5

sampel (20,8%), dan yang tidak terjadi pemanjangan interval QT sebanyak 19

sampel (79,2%).

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel dengan uji statistik Chi-

Square Test pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

Pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan nilai kemaknaan/signifikan dari

kedua variabel yaitu ρ = 0,002 yang berarti hipotesis alternatif (HA) diterima.

B. Pembahasan

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 118 sampel terdapat 35

sampel (29,7%) yang berjenis kelamin perempuan dan 83 sampel (70,3%) yang

berjenis kelamin laki-laki. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki

cenderung lebih sering terkena penyakit jantung koroner (PJK). Karena

perempuan memiliki pelindung dari pemicu terjadinya aterosklerosis yaitu

hormon esterogen yang memiliki peran penting dalam menjaga jika terjadinya
30

kerusakan pada pembuluh darah. Tetapi perempuan juga dapat berisiko terkena

penyakit jantung koroner (PJK) jika sudah memasuki masa menopause karena

penurunan produksi hormon esterogen. Hal tersebut juga sejalan dengan

pendapat Maulana, (2016) bahwa bagi laki-laki jika menginjak usia 45 tahun

sangat beresiko dapat terkena penyakit jantung koroner. Sedangkan pada

perempuan menginjak usia 55 tahun atau pada saat memasuki masa menopause

akan mengalami peningkatan risiko terkena penyakit jantung.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan teori yang ada, peneliti

berpendapat bahwa yang memiliki risiko lebih besar mengalami penyakit

jantung koroner yaitu laki-laki dibanding perempuan. Karena sebelum

memasuki masa menopause setiap perempuan memiliki hormon eterogen yang

dikatakan sebagai pelindung alami bagi perempuan terhadap penyakit jantung.

Dimana hormon esterogen dapat mengontrol kolesterol dalam darah utamanya

HDL (high density lipoprotein) yang berfungsi untuk membersihkan plak lemak

yang menempel pada dinding arteri koroner sehingga jantung dapat terhindar

dari penyakit jantung koroner. Namun baik laki-laki dan perempuan akan

berisiko terkena penyakit jantung koroner jika tidak menjalani gaya hidup yang

sehat.

Serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadlilah, Sucipto dan

Amestiasih, (2019) tentang jenis kelamin, usia, IMT dan kebiasaan merokok

berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang menyatakan bahwa

kelompok yang cenderung memiliki risiko lebih besar mengalami penyakit

kardiovaskular yaitu laki-laki karena dihubungkan dengan gaya hidup yang


31

tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol

dibandingkan dengan perempuan.

2. Pemberian Obat melalui Intravena

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 118 responden terdapat

94 responden (79,7%) yang diberikan ≥ 2 jenis obat dan 24 responden (20,3%)

yang diberikan 1 jenis obat. Pemberian obat melalui intravena dengan ≥ 2 jenis

obat lebih banyak dibandingkan dengan pemberian obat melalui intravena

secara tunggal atau hanya diberikan 1 jenis obat. Hal tersebut serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Novita and Destiani, (2019) yaitu beberapa

penelitian mengenai pemberian obat yang berkaitan dengan pemanjangan

interval rata-rata diberikan obat kombinasi atau ≥ 2 jenis obat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan teori yang ada, peneliti

berpendapat bahwa pemberian obat kombinasi ≥ 2 jenis obat melalui intravena

lebih berpotensi dapat terjadinya pemanjangan interval QT. Sebab, risiko

perpanjangan interval QT yang diinduksi obat secara langsung berhubungan

dengan dosis dan konsentrasi obat dalam plasma obat. Interaksi farmakokinetik

dan farmakodinamik juga dapat menyebabkan pemanjangan interval QT (Moss

et al., 1991). Dan menurut pendapat Paulussen et al., (2004) interaksi obat

kombinasi yang menghambat metabolisme obat dapat meningkatkan konsentrasi

plasma obat yang terkena dan memicu pemanjangan interval QT. Demikian

pula, perpanjangan interval QT dapat terjadi ketika dua obat memiliki efek

adiktif. Tetapi kerentanan individu terhadap perpanjangan interval QT berbeda-

beda.
32

3. Pemanjangan Interval QT

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari 118 responden terdapat

60 responden (50,8%) yang terjadi pemanjangan interval QT sedangkan 58

responden (49,2%) yang tidak terjadi pemanjangan interval QT. Pemanjangan

interval QT dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebabkan oleh obat-

obatan, jenis kelamin perempuan, kondisi inflamasi, obesitas, gagal jantung,

hipokalemia, hipokalsemia, hypomagnesemia, hipotiroidisme, dan lainnya

(Mirvis and Goldberger, 2015; Antoniou et al., 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan teori yang ada, peneliti

berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian pemanjangan interval

QT pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, pemberian obat-obatan, gangguan

keseimbangan elektrolit dan komplikasi penyakit yang diderita oleh responden.

Penelitian yang dilakukan oleh Mayuga et al., (2001) juga sejalan dengan hasil

penelitian ini yaitu jenis kelamin dan usia berpengaruh terhadap peningkatan

pemanjangan interval QT yaitu wanita memiliki QT lebih lama dibanding pria

dan orang tua lebih memiliki interval QT yang lebih panjang dibandingkan usia

muda.

Adapun penyebab pemanjangan interval QT lainnya terkait dengan

gangguan keseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipokalsemia dan

hipomagnesemia) yang terjadi pada beberapa responden pada penelitian ini.

Gangguan keseimbangan elektrolit tersebut dapat menyebabkan terjadinya

pemanjangan interval QT sesuai dengan pendapat Castiglione dan Odening,

(2020), bahwa beberapa keadaan gangguan elektrolit seperti hipokalemia,


33

hipokalsemia dan hipomagnesemia dapat sangat mempengaruhi repolarisasi dan

pada saat yang sama meningkatkan risiko awal depolarisasi dan dengan

demikian dapat menyebabkab terjadinya Torsade De Pointes (TdP) atau

kematian jantung mendadak.

4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pemanjangan Interval QT

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel dengan uji statistik Chi-

Square Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan pemanjangan interval QT dengan nilai kemaknaan/signifikan dari kedua

variabel yaitu ρ = 0,007 yang berarti hipotesis alternatif (HA) diterima.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, peneliti berpendapat

bahwa perbedaan terkait jenis kelamin dalam gambaran interval QT

kemungkinan besar dipengaruhi oleh perubahan hormon spesifik seks.

Meskipun belum diketahui secara pasti terkait dengan mekanisme yang tepat

dan patofisiologi hormon seks pada interval QT. Pada laki-laki testosteron

tampaknya memperpendek interval QT dan pada perempuan terdapat interaksi

yang lebih kompleks antara progesteron dan estrogen karena pengaruh siklus

menstruasi, kehamilan maupun menopause (Vink et al., 2018). Serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gowd and Thompson, (2012) bahwa wanita

memiliki detak jantung istirahat lebih cepat namun interval QTc lebih lama. Dan

wanita juga memiliki interval PR dan QRS yang lebih pendek, hal ini diduga

karena ukuran jantung wanita yang lebih kecil dan efek hormonal. Dan serupa

juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayuga et al., (2001) dengan hasil

penelitian yaitu wanita memiliki QT lebih lama dibandingkan dengan pria


34

(dengan perbandingan signifikan 70-90 denyut/menit) dengan nilai signifikan

yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu ρ < 0,05.

Hasil yang serupa dengan penelitian yang dilakukan Castiglione dan

Odening, (2020) yang mengatakan bahwa hormon seks juga memainkan peran

penting dalam risiko aritmia terkait dengan pemanjangan interval QT yaitu

hormon esterogen pada perempuan menjadi penghambat berbagai arus kalium (I

Kr, I Ks, dan I K1) pada proses repolarisasi sehingga terjadi pemanjangan

interval QT. Dan sebaliknya pada laki-laki yaitu hormon testosteron

meningkatkan aktivitas berbagai arus kalium pada proses repolarisasi sehingga

terjadi pemendekan repolarisasi jantung atau dalam artian tidak terjadi

pemanjangan interval QT.

5. Hubungan Pemberian Obat melalui Intravena dengan Pemanjangan Interval QT

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel dengan uji statistik Chi-

Square Test pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT dengan nilai

kemaknaan/signifikan dari kedua variabel yaitu ρ = 0,002 yang berarti hipotesis

alternatif (HA) diterima.

Pemanjangan interval QT yang diinduksikan obat dapat dihubungkan

dengan kejadian polymorphic ventricular tachycardia yang dikenal sebagai

Torsade De Pointes (TdP). Dan disebutkan bahwa pasien dengan nilai interval

QT 500 ms memiliki risiko 1,66 kali lebih besar dapat terjadinya kejadian

jantung terkait interval QT dibandingkan dengan pasien dengan nilai interval


35

QT 400 ms, sedangkan pasien dengan nilai interval QT 550 ms memiliki risiko

2,14 kali lipat lebih besar (Mansur et al., 2021).

Pada penelitian ini beberapa responden diberikan jenis obat yang memiliki

risiko terjadinya pemanjangan interval QT baik diberikan secara tunggal apalagi

diberikan secara kombinasi dengan jenis obat yang menyebabkan pemanjangan

interval QT lainnya. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa interaksi

farmakodinamik dan farmakokinetik dari berbagai obat harus diperiksa dengan

cermat. Akan lebih baik untuk menghindari meresepkan 1 obat pemanjangan

interval QT kecuali dianggap perlu tetapi dilakukan pemantauan interval QT

secara berkala.

Berikut adalah beberapa jenis obat yang diberikan pada beberapa

responden dengan risiko pemanjangan interval QT dan takikardia menurut data

CredibleMeds yaitu kelas obat antibiotik: Levofloxacin dan Maxifloxacin, kelas

obat antiaritmia: Amiodaron, kelas obat inoprotik: Dobutamin dan Dopamin,

dan kelas obat penghambat pompa proton: Lansoprazole, Omeprazole dan

Pantoprazole.

Menurut penelitian yang dilakukan Peter J. Schwartz and Raymond L.

Woosley, (2016) mengatakan bahwa banyak obat yang memperpanjang interval

QT salah satunya yaitu antibiotik yang paling sering di resepkan di dunia yaitu

Levofloxacin dan Azitromisin yang memiliki risiko perpanjangan interval QT

sehingga inisiatif dari FDA (Food and Drugs Administaration) telah berfokus

pada penggunaan antibiotik yang aman untuk mengurasi risiko pemanjangan

interval QT dan TdP.


36

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Novita dan Destiani, (2019) dengan

menelaah beberapa jurnal bahwa terdapat beberapa obat yang diberikan secara

kombinasi berpengaruh terhadap pemanjangan interval QT. Dan penelitian yang

dilakukan oleh Liu et al., (2019) juga mendapatkan hasil yang sama bahwa

terjadi peningkatan QT dengan nilai signifikan ρ<0,05 pada pemberian beberapa

jenis obat tententu.

Kertebatasan pada pelaksaan penelitian ini yaitu saat pengumpulan data

rekam medik sedikit terhambat dikarenakan berkas rekam medik responden

tidak berada di ruang rekam medik (tempat dilakukannya penelitian) atau

sedang digunakan oleh tenaga medis lain.

BAB VI

PENUTUP

A.Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh terdapat hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin dengan pemanjangan interval QT.


37

2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh terdapat hubungan yang signifikan antara

pemberian obat melalui intravena dengan pemanjangan interval QT.

B. Saran

1. Disarankan kepada tenaga medis memperhatikan perbedaan hormonal antara

perempuan dan laki-laki yang dapat berpengaruh terhadap konduksi jantung

karena pengobatan penyakit jantung memiliki implikasi berbeda pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki.

2. Disarankan kepada tenaga medis memperhatikan efek samping dari penggunaan

obat-obatan yang diberikan kepada pasien utamanya obat-obat yang memiliki

risiko dapat terjadinya pemanjangan interval QT dan takikardi.

3. Disarankan bagi peneliti berikutnya agar dapat mencoba menggunakan variabel

lain dengan beberapa faktor yang berhubungan dengan pemanjangan interval

QT seperti efek samping obat dan kondisi gangguan keseimbangan elektrolit

(hipokalemia, hipokalsemia dan hipomagnesemia).


DAFTAR PUSTAKA

Abehsira, G. et al. (2016) ‘Complex influence of gonadotropins and sex steroid


hormones on QT interval duration’, Journal of Clinical Endocrinology
and Metabolism, 101(7), pp. 2776–2784. Available at:
https://doi.org/10.1210/jc.2016-1877.
Ahnve, S. (1985) Correction of the QT interval for heart rate: Review of different
formulas and the use of Bazett’s formula in myocardial infarction.
American Heart Journal.
American Heart Association, (2020, 21 Oktober), Updated CPR guidelines tackle
health disparities, management of opioid-related emergencies and
physical, emotional recovery diakses dari
https://newsroom.heart.org/news/updated cprguidelines-tackle-health-
disparities-management-of-opioid-related-emergenciesand-physical-
emotional-recovery-6817716
Antoniou, C.K. et al. (2017b) ‘QT prolongation and malignant arrhythmia: How
serious a problem?’, European Cardiology Review, 12(2), pp. 112–120.
Available at: https://doi.org/10.15420/ecr.2017:16:1.
Castiglione, A. and Odening, K. (2020) QT-Zeit-Was fange ich eigentlich damit
an? Available at: www.crediblemeds.org.
CredibleMeds (2022), Risk Categories for Drugs that Prolong QT & induce
Torsade de Pointes (TdP),
https://crediblemeds.org/index.php/tools/pdfdownload?f=dta_en, 24
September 2022
Dharma, S. (2010) Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta: ECG:
PENERBIT BUKU KEDOKTERAN.
Fadlilah, S., Sucipto, A. and Amestiasih, T. (2019) ‘USIA, JENIS KELAMIN,
PERILAKU MEROKOK, DAN IMT BERHUBUNGAN DENGAN
RESIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER’, Jurnal Keperawatan
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, 11, pp. 261–268.
Gowd, B.M.P. and Thompson, P.D. (2012) ‘Effect of female sex on cardiac
arrhythmias’, Cardiology in Review, pp. 297–303. Available at:
https://doi.org/10.1097/CRD.0b013e318259294b.
Kaufman, E.S. (2018) ‘Editorial commentary: Modulation of the QT interval by
gender and age’, Trends in Cardiovascular Medicine. Elsevier Inc., pp.
76–77. Available at: https://doi.org/10.1016/j.tcm.2017.08.006.
Liu, Y. et al. (2019) ‘A Comparison of the Effect of Sevoflurane and Propofol on
Ventricular Repolarisation after Preoperative Cefuroxime Infusion’,
BioMed Research International, 2019. Available at:
https://doi.org/10.1155/2019/8978906.
Mansur, M. et al. (2021) ‘Gambaran Pemanjangan Interval QTc Pada Terapi
Jangka Pendek Pasien TB MDR’, JURNAL MEDIA KESEHATAN, 14, pp.
08–17.
Maulana, M. (2016) Penyakit Jantung - Pengertian, Penanganan dan
Pengobatan. Edited by A.Q. Shaleh. Yogyakarta: KATAHATI.
Mayuga, K.A. et al. (2001) ‘Effects of Age and Gender on the QT Response to
Exercise’, The American Journal of Cardiology, 87.
Mirvis, D.M. and Goldberger, A.L. (2015) ‘Electrocardiography. In Mann DL,
Zipes DP, Libby P, Bonow RO, editors. Braunwald’s Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine’, Philadelphia: Elsevier, pp. 144–
154.
Moss, A.J. et al. (1991) The Long QT Syndrome Prospective Longitudinal Study
of 328 Families Background. The Long QT Syndrome (LQTS) is an
infrequently occurring familial disorder in which affected individuals have
electrocardiographic QT interval prolongation and a. Circulation.
Available at: http://circ.ahajournals.org/.
Moss, A.J. (1993) Measurement of the QT Interval and the Risk Associated with
QTC Interval Prolongation: A Review. American Journal of Cardiology.
Novita, N.F. and Destiani, D.P. (2019) Interaksi Obat Terhadap Perpanjangan
Interval QT. Farmaka.
Panoulas, V.F. et al. (2014) ‘Prolonged QTc interval predicts all-cause mortality
in patients with rheumatoid arthritis: An association driven by high
inflammatory burden’, Rheumatology (United Kingdom), 53(1), pp. 131–
137. Available at: https://doi.org/10.1093/rheumatology/ket338.
Paulussen, A.D.C. et al. (2004) ‘Genetic variations of HCNQ1, KCNH2, SCN5A,
KCNE1, and KCNE2 in drug-induced long QT syndrome patients’,
Journal of Molecular Medicine, 82(3), pp. 182–188. Available at:
https://doi.org/10.1007/s00109-003-0522-z.
Peter J. Schwartz and Raymond L. Woosley (2016) Predicting the Unpredictable
Drug-Induced QT Prolongation and Torsades de PointesSTUDY.
JOURNAL OF THE AMERICAN COLLEGE OF CARDIOLOGY.
Rautaharju, P.M., Surawicz, B. and Gettes, L.S. (2009) ‘AHA/ACCF/HRS
recommendations for the standardization and interpretation of the
electrocardiogram: Part IV: The ST segment, t and u waves, and the QT
interval: A scientific statement from the American Heart Association
Electrocardiography and Arrhythmias Committee, Council on Clinical
Cardiology; The American College of Cardiology Foundation’,
Circulation. Available at:
https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.108.191096.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_
20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf. 29 September 2022.
Roden, D.M. (2008) ‘Keep the QT interval: It is a reliable predictor of ventricular
arrhythmias’, Heart Rhythm, 5(8), pp. 1213–1215. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.hrthm.2008.05.008.
Seth, R. et al. (2007) ‘Long QT Syndrome and Pregnancy’, Journal of the
American College of Cardiology, 49(10), pp. 1092–1098. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2006.09.054.
Sriwijaya Jason et al. (2015) ‘Evaluasi Elektrokardiogram Interval QTc dan JTc
pada Penderita Malaria Vivaks yang Diberikan Dihidroartemisinin-
Piperakuindan Primakuin’, eJournal Kedokteran Indonesia, 3(3).
Vandenberk, B. et al. (2016) ‘Which QT correction formulae to use for QT
monitoring?’, Journal of the American Heart Association, 5(6). Available
at: https://doi.org/10.1161/JAHA.116.003264.
Vink, A.S. et al. (2018) ‘Effect of age and gender on the QTc-interval in healthy
individuals and patients with long-QT syndrome’, Trends in
Cardiovascular Medicine. Elsevier Inc., pp. 64–75. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.tcm.2017.07.012.
Yofrido, F.M., Christine, I. and Harjana, L.T. (2018) Pemanjangan Interval QT
Terkoreksi (QTc) Pada Pasien Hipokalemia Berat Dengan Penyulit
Aritmia Ventrikel Fatal.
 
LAMPIRAN
Lampiran 1

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor Responden :
Tanggal :
Nomor Medical Record :

IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

Nama : ………………………………………….

Umur : ………………………………………….

Jenis Kelamin : ………………………………………….

Pekerjaan : ………………………………………….

Tingkat Pendidikan : ………………………………………….

Jenis obat yang diberikan : ………………………………………….

Penyakit Komplikasi : ………………………………………….

Nilai interval QTc : ………………………………………….


Lampiran 2
Lampiran 3

FREQUENCIES VARIABLES=Usia Pekerjaan Pendidikan
  /NTILES=4
  /STATISTICS=STDDEV
  /BARCHART FREQ

  /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Statistics

Usia Pekerjaan Pendidikan

N Valid 118 118 118

Missing 0 0 0

Std. Deviation .665 2.163 1.585

Percentiles 25 3.00 3.00 2.00

50 3.00 5.00 3.00

75 4.00 6.00 5.00

Frequency Table
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 - <=24 th 1 .8 .8 .8

25 - <=44 th 11 9.3 9.3 10.2

45 - <=64 th 60 50.8 50.8 61.0

>64 th 46 39.0 39.0 100.0

Total 118 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Karyawan BUMN 3 2.5 2.5 2.5

Ibu Rumah Tangga (IRT) 22 18.6 18.6 21.2


Wiraswasta 28 23.7 23.7 44.9

POLRI/TNI 2 1.7 1.7 46.6

PNS 22 18.6 18.6 65.3

Pensiunan 24 20.3 20.3 85.6

Petani 5 4.2 4.2 89.8

Swasta 7 5.9 5.9 95.8

Tidak bekerja 3 2.5 2.5 98.3

Mahasiswa 1 .8 .8 99.2

Nelayan 1 .8 .8 100.0

Total 118 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 18 15.3 15.3 15.3

SMP 13 11.0 11.0 26.3

SMA 45 38.1 38.1 64.4

DIPLOMA 1 .8 .8 65.3

S1 33 28.0 28.0 93.2

S2 5 4.2 4.2 97.5

S3 3 2.5 2.5 100.0

Total 118 100.0 100.0

Bar Chart
FREQUENCIES VARIABLES=Jeniskelamin Obat IntervalQT
  /NTILES=4
  /STATISTICS=STDDEV
  /BARCHART FREQ

  /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Statistics

Pemanjangan
Jenis Kelamin Pemberian Obat Interval QT

N Valid 118 118 118

Missing 0 0 0

Std. Deviation .459 .404 .502

Percentiles 25 1.00 1.00 1.00

50 2.00 1.00 1.00

75 2.00 1.00 2.00


Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 35 29.7 29.7 29.7

Laki-laki 83 70.3 70.3 100.0

Total 118 100.0 100.0

Pemberian Obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >=2 Jenis Obat 94 79.7 79.7 79.7

1 Jenis Obat 24 20.3 20.3 100.0

Total 118 100.0 100.0

Pemanjangan Interval QT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Terjadi Pemanjangan 60 50.8 50.8 50.8

Tidak Terjadi Pemanjangan 58 49.2 49.2 100.0

Total 118 100.0 100.0


Bar Chart
CROSSTABS
  /TABLES=Jeniskelamin BY IntervalQT
  /FORMAT=AVALUE TABLES
  /STATISTICS=CHISQ RISK
  /CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL
  /COUNT ROUND CELL

  /BARCHART.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin *
Pemanjangan 118 100.0% 0 .0% 118 100.0%
Interval QT

Jenis Kelamin * Pemanjangan Interval QT Crosstabulation

Pemanjangan Interval QT

Terjadi Tidak Terjadi


Pemanjangan Pemanjangan Total

Jenis Kelamin Perempuan Count 25 10 35

% within Jenis Kelamin 71.4% 28.6% 100.0%

% within Pemanjangan
41.7% 17.2% 29.7%
Interval QT

% of Total 21.2% 8.5% 29.7%

Laki-laki Count 35 48 83

% within Jenis Kelamin 42.2% 57.8% 100.0%

% within Pemanjangan
58.3% 82.8% 70.3%
Interval QT

% of Total 29.7% 40.7% 70.3%

Total Count 60 58 118

% within Jenis Kelamin 50.8% 49.2% 100.0%

% within Pemanjangan
100.0% 100.0% 100.0%
Interval QT

% of Total 50.8% 49.2% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.433a 1 .004

Continuity Correctionb 7.303 1 .007

Likelihood Ratio 8.652 1 .003

Fisher's Exact Test .005 .003

Linear-by-Linear Association 8.362 1 .004

N of Valid Casesb 118

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jenis Kelamin


3.429 1.461 8.046
(Perempuan / Laki-laki)

For cohort Pemanjangan


Interval QT = Terjadi 1.694 1.221 2.351
Pemanjangan

For cohort Pemanjangan


Interval QT = Tidak Terjadi .494 .284 .861
Pemanjangan

N of Valid Cases 118


CROSSTABS
  /TABLES=Obat BY IntervalQT
  /FORMAT=AVALUE TABLES
  /STATISTICS=CHISQ RISK
  /CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL
  /COUNT ROUND CELL

  /BARCHART.

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pemberian Obat *
118 100.0% 0 .0% 118 100.0%
Pemanjangan Interval QT

Pemberian Obat * Pemanjangan Interval QT Crosstabulation

Pemanjangan Interval QT

Terjadi Tidak Terjadi


Pemanjangan Pemanjangan Total

Pemberian >=2 Jenis Count 55 39 94


Obat Obat
% within Pemberian Obat 58.5% 41.5% 100.0%

% within Pemanjangan
91.7% 67.2% 79.7%
Interval QT

% of Total 46.6% 33.1% 79.7%

1 Jenis Count 5 19 24
Obat
% within Pemberian Obat 20.8% 79.2% 100.0%

% within Pemanjangan
8.3% 32.8% 20.3%
Interval QT

% of Total 4.2% 16.1% 20.3%

Total Count 60 58 118

% within Pemberian Obat 50.8% 49.2% 100.0%

% within Pemanjangan
100.0% 100.0% 100.0%
Interval QT

% of Total 50.8% 49.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.859a 1 .001

Continuity Correctionb 9.404 1 .002

Likelihood Ratio 11.410 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 10.767 1 .001

N of Valid Casesb 118

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.80.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pemberian


Obat (>=2 Jenis Obat / 1 5.359 1.843 15.579
Jenis Obat)

For cohort Pemanjangan


Interval QT = Terjadi 2.809 1.264 6.240
Pemanjangan

For cohort Pemanjangan


Interval QT = Tidak Terjadi .524 .382 .719
Pemanjangan

N of Valid Cases 118


Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nur Wahyuni Arif lahir di kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan pada tanggal 08 November 1996. Penulis lahir dari

pasangan Muh. Arif Dg. Tiro dan Rabasia Dg. Bau dan

merupakan anak pertama dari 2 bersaudara yakni Muh.

Wafiuddin Arif.

Penulis memulai pendidikan di SD Inpres BTN IKIP II Makassar dan lulus pada

tahun 2008, ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 33

Makassar dan lulus pada tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan pendidikan

di SMA Negeri 9 Makassar dan lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 juga penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan keperawatan

program studi D4 Keperawatan POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR dan

lulus pada tahun 2018. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.

Hingga penulisan skripsi ini, penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa program

pendidkan S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai