Anda di halaman 1dari 3

[12.

56, 29/7/2021] Upieq Salam:

PEMASARAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAN TANTANGANNYA


Oleh: Zulfiana Salam, SS, SKM
Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran Rumah Sakit
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Seiring dengan kemajuan teknologi dan persaingan antar negara dalam skala global,
peningkatan daya saing dan kemampuan berinovasi menjadi sebuah keharusan. Hal ini sangat nyata
terjadi di semua bidang kehidupan, terutama menyangkut pelayanan dasar bidang kesehatan di rumah
sakit pemerintah. Sebagai sebuah industri esensial dengan tingkat transformasi begitu cepat,
pelayanan kesehatan di rumah sakit dituntut untuk beradaptasi baik dari segi kualitas pelayanan,
teknologi yang ditawarkan, kualifikasi tenaga medis serta ketersedian infrastruktur medis dan non-
medis yang representatif.

Rumah sakit pemerintah sebagai garda terdepan penyedia jasa kesehatan masyarakat, mau tidak mau
harus mengubah paradigma lamanya yang berorientasi pelayanan sosial (social services) ke
paradigma baru yang berorientasi profit (profit oriented).

Tantangan yang Dihadapi

Disadari atau tidak, mengubah paradigma rumah sakit dari orientasi pelayanan ke orientasi
profit sama dengan melakukan perubahan visi dan misi yang melibatkan perubahan budaya organisasi
yang sangat berat. Tantangan utama tentunya berasal dari dalam rumah sakit itu sendiri. Pertama,
mentalitas seluruh karyawan yang terbiasa menempatkan rumah sakit sebagai lembaga sosial yang
memiliki kewajiban pelayanan medis ke seluruh lapisan masyarakat. Kebiasaan ini menyebabkan
pelayanan rumah sakit hanya sebatas gugur kewajiban saja tanpa ada upaya untuk peningkatan
pelayanan. Kedua, manajemen rumah sakit sudah terbiasa dengan berbagai paket subsidi yang
diberikan oleh negara. Semangat kemandirian melalui pengelolaan anggaran yang berbasis keuangan
yang profesional tidak dijadikan prioritas. Ketiga, manajemen rumah sakit tidak melakukan investasi
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Pemerintah dengan segala kewenangannya
menjadi pusat rekrutmen pegawai baik tenaga medis maupun non-medis.

Disisi lain perilaku masyarakat modern dengan sikap kritisnya, menuntut pelayanan medis
yang bermutu dan keinginan untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan atas pengelolaan medis
terhadap dirinya juga seharusnya berdampak pada terjadi perubahan sistem nilai pada rumah sakit.
Dan juga berfokus pada Misi, Visi dan Tujuan strategisnya Kementerian Kesehatan yang kemudian
diimplementasikan oleh seluruh unit pelaksana teknis pelayanan kesehatan yang dalam hal ini adalah
rumah sakit pemerintah yang tersebar diseluruh Indonesia, saat ini masing-masing rumah sakit
dituntut untuk bersaing secara global atau mendunia, dengan tagline “go smart hospital”.

Tantangan-tantangan yang akan dihadapai, (1) Peningkatan mutu pelayanan pasien dalam
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), apalagi dengan adanya regulasi sistem kelas dan level
rumah sakit, (2) Rumah sakit dituntut untuk berinovasi dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dari segala aspek, ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan infrastruktur, serta sistem
pelayanan yang dituntut untuk bertranformasi menggunakan sistem digitalisasi. Kita sedang berada
pada Revolusi Industri 4.0 dan sedang mewacanakan untuk masuk pada era society 5.0. Kita harus
sadar saat ini mau tak mau, suka tak suka kita telah tergiring masuk pada pelayanan kesehatan yang
berbasis digital secara utuh dan menyuruh dan bahkan kedepannya secara massif akan menggunakan
artificial intelegent dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Sistem Informasi Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia yang dimiliki serta hadirnya alat-alat
kesehatan berteknologi mukhtahir sebenarnya dapat menjadi salah satu unggulan rumah sakit
pemerintah untuk eksis. Dan untuk bersaing di era globalisasi, partisipasi dan keterlibatan setiap orang
dan satuan kerja di rumah sakit sangat dibutuhkan, tak ketinggalan keterlibatan sub bagian pemasaran
sebagai aktifitas organisasi secara modern untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan pemasaran
rumah sakit itu sendiri agar meningkatnya pemanfaatan layanan kesehatan yang sebesar-besarnya.
Namun masalah yang dihadapi pemasaran saat ini; (1) Masih minimnya penyebaran /penyampaian
informasi, (2) Lambatnya penyesuaian sistem dan legalitas pembuatan SOP, Alur dan Tarif, dan juga
(3) Adanya musibah covid- 19.

Tidak bisa dipungkiri, dampak pandemi covid-19 ini yang sangat menghantam, operasional
rumah sakit mengalami penurunan yang drastis. Masyarakat takut mengunjungi rumah sakit. inilah
sebuah tantangan bagaimana untuk tetap meningkatkan kembali brand dan mendapatkan kembali
kepercayaan dari masyarakat. Disisi lain, Bagaimana dengan kehadiran pemasaran rumah sakit? apa
strateginya? Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) memberikan catatan bahwa,
tujuan strategi pemasaran rumah sakit di era pandemi covid 19, adalah;
1. Meindentifikasi pelayanan yang bisa dikembangkan selama pandemi covid 19
2. Membuka wawasan mengenai peluang – peluang potensial yang mampu di kembangkan
3. Memberikan strategi dalam mengembangkan peluang bisnis yang ada di rumah sakit.
4. Melaksanakan pemasaran sesuai dengan pedoman etika rumah sakit
Era globalisasi telah didepan mata, RS harus melakukan manajemen strategi, termasuk menyusun
strategi marketing berbasis teknologi informasi. Dr. dr. FX. Wikan Indrarta, Sp.A, tahun 2016 telah
menulis sebuah editorial; Rumah Sakit harus belajar dari pesaing (benchmarking), artinya Rumah
Sakit perlu mempelajari apa yang dilakukan oleh Rumah Sakit pesaing, karena pada globalisasi
tercipta pasar bebas yang berarti persaingan bebas, termasuk persaingan dalam jasa pelayanan
kesehatan oleh Rumah Sakit (RS). Dalam persaingan antar RS ini juga berlaku ‘3C’ sebagai segitiga
persaingan, yaitu: Customer (Pelanggan), Competitor (Pesaing), and Corporate (RS itu sendiri). Kini
saatnya RS harus menggunakan prinsip marketing dengan konsep dan aplikasi pemasaran berbasiskan
‘human spirit’. Konsep pemasaran yang sukses saat ini harus menekankan pada nilai fungsional,
emosional, dan spiritual, yang memperhatikan nilai kemanusiaan. Indikasi keberhasilan bisnis RS
adalah apakah pasien menjadi puas, merasa nyaman dan senang. Puas, nyaman dan senang berada
dalam ranah emosional dan spiritual. Di samping itu, RS harus memikirkan layanan yang lengkap dan
terpadu, dengan memiliki sarana alat kedokteran dan laboratorium berteknologi digital terkini. Untuk
menjaga ‘brand image’ yang modern, maka RS harus menerapkan ‘Integrated Marketing
Communication’ yang tepat dan efektif, ‘marketing community’, juga ‘digital marketing’ dengan
aktivasi media social.
Saat ini telemedicine juga merupakan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatannya, sekarang bagaimana pemerintah mengatur regulasinya?

DAFTAR PUSTAKA

1. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, Edisi 02; 2016, EDITORIAL: TANTANGAN
RUMAH SAKIT DR. dr. FX. Wikan Indrarta, Sp.A Dokter Spesialis Anak, Alumnus S3
UGM, Sekretaris IDI Wilayah DIY.
2. Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit, PERSI, 12 Oktober 2020 pada Website Dian Prakasa
Kesehatan, dalam kolom Strategi Pemasaran Rumah Sakit di Era Pandemi Covid 19
3. Dr. Sawedi Muhammad, Sosiolog Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai