Disusun Oleh:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari tubuh, jiwa, serta
sosial sangat mungkin setiap individu hidup produktif dengan cara sosial
serta ekonomis. Dengan kesehatan ini setiap individu dapat melaksanakan
aktivitas sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis (Syaputra, 2015).
Pemberian pelayanan, ada banyak faktor yang mendukung
kesembuhan pasien. Misalnya kondisi ketika dia dibawa ke Puskesmas,
penanganan tenaga medis dan kesiapan alat. Tenaga medis bisa
mempengaruhi 80% kesembuhan pasien. Sehingga dari sisi pelayanan
keperawatan dibutuhkan indikator untuk menjamin mutu pelayanan
keperawatan yang dilaksankan di Puskesmas dan Dalam pemberian mutu
pelayanan keperawatan ada 6 (enam) poin yang menjadi indikator standar
pelayanan keperawatan bagi pasien. Yaitu keamanan, kenyamanan, bebas
dari kecemasan, kepuasan, perawatan diri serta pendidikan kesehatan dan
informasi kepada pasien (Surakarta Cybernews, 2012).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan
pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan,
Preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitative
(pemulihan kesehatan. Pelayanan tersebut ditunjukan kepada semua
penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Muninjaya,2010)
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehtan
pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota bersangkutan, yang tercantum dalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana lima
tahunan dinas kesehatankabupaten/ kota. (Kemenkes RI,2016)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu jenis
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting
dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan
(Kemenkes RI, 2014).
Rawat jalan pada dasarnya adalah salah satu gerbang pelayanan
dari puskesmas, karena sebelum masyarakat mendapatkan atau
menggunakan fasilitas pelayanan yang lebih lanjut dari Rumah Sakit atau
puskesmas selain poliklinik, maka rawat jalan merupakan tempat untuk
mendapatkan pelayanan khusus kepada kasus darurat (emergency),
penyaringan rujukan, dan informasi medik darurat, sehingga rawat jalan
merupakan barometer dari mutu pelayanan kesehatan, sehingga mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat jalan perlu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan salah satu jalur penerimaan
pasien rawat inap dan rawat jalan, sehingga mutu pelayanan keperawatan di
setiap unit sangat penting mendapat perhatian serius, sebab puskesmas
selain berfungsi untuk melayani masyarakat umum tanpa membedakan
golongan, ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan status sosial.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017) pada
tahun 2016 jumlah puskesmas di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 875 unit,
yang terdiri dari 320 unit puskesmas rawat inap dan 555 unit puskesmas non
rawat inap. Peningkatan terjadi pada tahun 2014 yaitu dari 873 unit menjadi
875 unit pada tahun 2013. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di
Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 0,77. Dengan demikian rasio
puskesmas per 30.000 penduduk di Jawa Tengah masih belum tercukupi
atau mengalami kekurangan, sehingga jumlah puskesmas di Provinsi Jawa
Tengah tidak bisa secara langsung menggambarkan seberapa baik
keberadaan puskesmas tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan primer masyarakat, dikarenakan masih banyaknya wilayah yang
aksesibilitas masyarakatnya masih kurang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami pelayanan Poli Umum di
Puskesmas Kesugihan 1.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui analisa SWOT ruang Poli Pemeriksaan Umum
Puskesmas Kesugihan 1.
b. Untuk mengetahui hasil dari analisa SWOT ruang Poli Pemeriksaan
Umum Puskesmas Kesugihan 1.
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai pengajuan laporan kasus praktik keperawatan klinis dan untuk
menambah referensi perpustakaan institusi.
2. Untuk Puskesmas
Sebagai bukti hasil praktek keperawatan klinis di Puskesmas dan
membantu kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di
pelayanan khususya di Puskesmas.
3. Untuk Petugas Kesehatan
Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan
program-program di Puskesmas khususnya Program di pelayanan Poli
Umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Opportunity
(-, +) (+, +)
Ubah Strategi Progresif
(-, -) (+, -)
Strategi bertahan Diversifikasi Strategi
Threath
Keterangan:
a. Kuadran I (Positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
progresif artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
b. Kuadran II (Positif, Negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi strategi, artinya organisasi
dalam kondisi mantap namun mengahadpi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelunya. Oleh karenanya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (Negatif, Negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
dilakukan adalah ubah strategi artinya organisasi disarankan
untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV ( Negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
mengahadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi intenal
organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disdarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi
diri.
b. Model Kualitatif
Urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak beda-
beda dengan urutan kuantitatif. Perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-masing
komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap sub komponen S
memiliki pasangan sub komponen W dan sub komponen O memiliki
pasangan sub komponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak
terjadi. Selain itu sub komponen pada masing-masing komponen
SWOT berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuat diagram Cartesian,
karena mungkin su komponen S lebih banyak dari sub komponen W.
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapam kotak yaitu dua
paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan ancaman)
sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan
dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara dfaktor-
faktor intenal dan eksternal.
A. Motto
B. Visi dan Misi
C. Model Kualitatif
1. Internal Faktor (IFAS)
a. Strengt (Kekuatan)
1) Poli umum Puskesmas Kesugihan 1 memiliki program
PROLANIS yaitu program Penyakit Kronis seperti hipertensi,
jantung, stroke dan diabetes mellitus
2) Tenaga kesehatan yang terdapat di poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 memadai terdiri dari 2 dokter umum dan 6 perawat
3) Penampilan tenaga kesehatan rapi dan dimasa pandemi ini
petugas memakai gown
4) Tenaga kesehatan di poli umum Puskesmas Kesugihan 1
menerapkan 3 S (senyum, salam dan sapa)
5) Poli umum Puskesmas Kesugihan 1 terdapat sekat proteksi
pelayanan antara tenaga kesehatan dan pasien
6) Tenaga kesehatan yang bertugas di poli umum cukup cekatan
dan tanggap
7) Pelayanan yang diberikan baik dan ramah terhadap pasien
8) Ruangan poli umum Puskesmas Kesugihan 1 cukup bersih
9) Terdapat pedoman rujukan bagi pasien yang mempunyai
penyakit yang tidak dapat dilayani oleh Puskesmas Kesugihan 1
10) Sudah ada SOP tindakan di Poli Umum dan telah diterapkan oleh
petugas kesehatan
11) Tensi yang digunakan manual dan memiliki nilai yang akurat
yang sudah terkalibrasi
12) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan petugas
di setiap ruangan
13) Tersedianya desinfektan dalam ruang poli umum
b. Weakness (Kelemahan)
1) Alat timbang yang digunakan tidak akurat karena jarum tidak pas
di angka 0
2) Tidak ada petunjuk arah ke poli umum sehingga menyebabkan
kebingungan bagi pengunjung
2. Eksternal Faktor (EFAS)
a. Opportunity (Peluang)
1) Petugas kesehatan yang ramah membuat Puskesmas Kesugihan
1 ramai pengunjung
2) Puskesmas Kesugihan 1 sudah bekerja sama dengan rumah sakit
rujukan seperti RSU Afdila, RSUD Cilacap, RSI Fatimah, RSU
Margono
3) Puskesmas Kesugihan 1 memiliki kunjungan yang cukup
banyak sehingga menambah retribusi puskesmas
b. Threath (Ancaman)
1) Pasien yang berkunjung tidak sabaran sehingga memicu
kerumunan di ruang tunggu pengunjung
2) Letak Puskesmas Kesugihan 1 berada di ujung sehingga
masyarakat wilayah planjan dan sekitarnya harus menempuh
jarak yang cukup jauh sehingga memilih pelayanan kesehatan
yang lebih dekat seperti klinik swasta
D. Pendekatan Kuantitatif
Keterangan Bobot Skor Jumlah (bobot x
skor )
S:
1. Poli umum Puskesmas 0,2 4 0,2 x 4 = 0,8
Kesugihan 1 memiliki program
PROLANIS yaitu program
Penyakit Kronis seperti hipertensi,
jantung, stroke dan diabetes
mellitus 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
2. Tenaga kesehatan yang
terdapat di poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 memadai terdiri dari 2
dokter umum dan 6 perawat 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
3. Penampilan tenaga kesehatan
rapi dan dimasa pandemi ini
petugas memakai gown 0,05 3 0,05 x 3 = 0, 15
4. Tenaga kesehatan di poli
umum Puskesmas Kesugihan 1
menerapkan 3 S (senyum, salam
dan sapa) 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
5. Poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 terdapat sekat proteksi
pelayanan antara tenaga kesehatan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
dan pasien
6. Tenaga kesehatan yang
bertugas di poli umum cukup 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
cekatan dan tanggap
7. Pelayanan yang diberikan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
baik dan ramah terhadap pasien
8. Ruangan poli umum 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
Puskesmas Kesugihan 1 cukup
bersih
9. Terdapat pedoman rujukan
bagi pasien yang mempunyai 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
penyakit yang tidak dapat dilayani 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
oleh Puskesmas Kesugihan 1
10. Sudah ada SOP tindakan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
11. Tensi yang digunakan
manual dan memiliki nilai yang
akurat
12. Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan petugas
di setiap ruangan
Kekuatan
0.9
Ancaman Peluang
1,2
Kelemahan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisa SWOT yang dilakukan terhadap pelaksanaan pelayanan di
Poli Umum yang telah dilakukan mulai tanggal 29 November – 02
Desember 2021 menunjukan bahwa hasil analisa SWOT berada pada
kekuatan (S) dan peluang (O). Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah
mempertahankan beberapa strategi yag sudah kuat dan meningkatkan
strategi yang lain untuk menambah kenyamanan antara pengunjung dan
petugas.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang sudah dilakukan,
didapatkan perencanaan strategi kelemahan (W) dan ancaman (T) yang
disarankan meliputi :
1. Selalu meningkatkan pelayanan Poli Umum dengan baik
2. Dapat mempertahankan program yang sudah berjalan dengan lancar
3. Pertahankan penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
tindakan dan keselamatan kerja
4. Pertahankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penggunaan
alat dan pemeliharaan alat dengan baik agar alat tahan lama
DAFTAR PUSTAKA