Anda di halaman 1dari 30

ANALISA SWOT RUANG POLI PEMERIKSAAN UMUM

DI UPTD PUSKESMAS KESUGIHAN 1


CILACAP

Disusun Oleh:

1. Aprine Shofiati (19.03.00


2. Firizki Revojalu K (19.03.0048)
3. Zhalsafira Gubes W (19.03.0072)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan
makalah“Analisa SWOT Ruang Poli Pemeriksaan Umum Di UPTD
Puskesmas Kesugihan 1” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Melalui kata pengantar ini kami sangat terbuka menerima kritik serta saran
yang membangun sehingga penulis dapat memperbaikinya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai Analisa SWOT Ruang
Poli Pemeriksaan Umum Di UPTD Puskesmas Kesugihan 1. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan serta memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Cilacap, 30 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari tubuh, jiwa, serta
sosial sangat mungkin setiap individu hidup produktif dengan cara sosial
serta ekonomis. Dengan kesehatan ini setiap individu dapat melaksanakan
aktivitas sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis (Syaputra, 2015).
Pemberian pelayanan, ada banyak faktor yang mendukung
kesembuhan pasien. Misalnya kondisi ketika dia dibawa ke Puskesmas,
penanganan tenaga medis dan kesiapan alat. Tenaga medis bisa
mempengaruhi 80% kesembuhan pasien. Sehingga dari sisi pelayanan
keperawatan dibutuhkan indikator untuk menjamin mutu pelayanan
keperawatan yang dilaksankan di Puskesmas dan Dalam pemberian mutu
pelayanan keperawatan ada 6 (enam) poin yang menjadi indikator standar
pelayanan keperawatan bagi pasien. Yaitu keamanan, kenyamanan, bebas
dari kecemasan, kepuasan, perawatan diri serta pendidikan kesehatan dan
informasi kepada pasien (Surakarta Cybernews, 2012).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan
pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan,
Preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitative
(pemulihan kesehatan. Pelayanan tersebut ditunjukan kepada semua
penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,
sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Muninjaya,2010)
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehtan
pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota bersangkutan, yang tercantum dalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana lima
tahunan dinas kesehatankabupaten/ kota. (Kemenkes RI,2016)
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu jenis
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting
dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan
(Kemenkes RI, 2014).
Rawat jalan pada dasarnya adalah salah satu gerbang pelayanan
dari puskesmas, karena sebelum masyarakat mendapatkan atau
menggunakan fasilitas pelayanan yang lebih lanjut dari Rumah Sakit atau
puskesmas selain poliklinik, maka rawat jalan merupakan tempat untuk
mendapatkan pelayanan khusus kepada kasus darurat (emergency),
penyaringan rujukan, dan informasi medik darurat, sehingga rawat jalan
merupakan barometer dari mutu pelayanan kesehatan, sehingga mutu
pelayanan keperawatan di ruang rawat jalan perlu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan salah satu jalur penerimaan
pasien rawat inap dan rawat jalan, sehingga mutu pelayanan keperawatan di
setiap unit sangat penting mendapat perhatian serius, sebab puskesmas
selain berfungsi untuk melayani masyarakat umum tanpa membedakan
golongan, ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan status sosial.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017) pada
tahun 2016 jumlah puskesmas di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 875 unit,
yang terdiri dari 320 unit puskesmas rawat inap dan 555 unit puskesmas non
rawat inap. Peningkatan terjadi pada tahun 2014 yaitu dari 873 unit menjadi
875 unit pada tahun 2013. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di
Jawa Tengah pada tahun 2016 sebesar 0,77. Dengan demikian rasio
puskesmas per 30.000 penduduk di Jawa Tengah masih belum tercukupi
atau mengalami kekurangan, sehingga jumlah puskesmas di Provinsi Jawa
Tengah tidak bisa secara langsung menggambarkan seberapa baik
keberadaan puskesmas tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan primer masyarakat, dikarenakan masih banyaknya wilayah yang
aksesibilitas masyarakatnya masih kurang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami pelayanan Poli Umum di
Puskesmas Kesugihan 1.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui analisa SWOT ruang Poli Pemeriksaan Umum
Puskesmas Kesugihan 1.
b. Untuk mengetahui hasil dari analisa SWOT ruang Poli Pemeriksaan
Umum Puskesmas Kesugihan 1.

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai pengajuan laporan kasus praktik keperawatan klinis dan untuk
menambah referensi perpustakaan institusi.
2. Untuk Puskesmas
Sebagai bukti hasil praktek keperawatan klinis di Puskesmas dan
membantu kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di
pelayanan khususya di Puskesmas.
3. Untuk Petugas Kesehatan
Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan
program-program di Puskesmas khususnya Program di pelayanan Poli
Umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori SWOT


1. Definisi
Analisa SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (Strength) dan ancaman (Threaths) dalam
suatu proyek atau spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronium SWOT (Strength, Weekness, Opportunity dan
Threaths). Proses ini yang melibatkan penentuan tujuan yang spesifik
dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi daktor internal dan
ekstrenal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisa SWOT dapat diterangkan dengan cara menganalisa
berebagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matriks SWOT dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan atau strength mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunity) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (Wekness) yang menceah keuntungan (advantage)
dari peluang (Opportunity) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
mampu menghadapi ancaman yang ada dan yang terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Sebelum dilakukan analisa swot, dilakukan klasifikasi dan analisis
faktor internal. Prosedur analisis faktor-faktor internal adalah sebagai
berikut
a. Disusun faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
b. Dilakukan pemberiaan bobot dari 1,00 hingga 0,00 ( dari sangat
penting hingga tidak penting) tergantung dari besarnya dampak
faktor tersebut
c. Dilakuka pemberian rating skala 4-1 untuk kekuatan (kekuatan yang
besar diberikan nilai 4 dan yang paing kecil di berikan nilai 1)
d. Dilakukan pemberian rating skala 1-4 untuk kelemahan (kelemahan
yang besar di berikan nilai 1 dan yang paling kecil di berikan nilai 4
e. Dilakukan perkalian antar bobot dengan rating sehingga di perole
nilai untuk setiap faktor
f. Nilai setiap faktor dijumlahkan sehingga di peroleh nilai total untuk
nilai strategi internal. Nilai ini menunjukkan bagaimana puskesmas
bereaksi terhadap faktor-faktor internalnya yang dapat digunakan
sebagai pembanding untuk program puskesmas.
Setelah itu dlakukan klasifikasi dan analisis strategi eksternal.
Prosedur analisis faktor-faktor adalah sebagai berikut:
a. Disusun faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman
b. Dilakukan pemberian bobot dari 1,00 hingga 0,00 ( dari sangat
penting hingga tidak penting) tergantung besarnya dampak faktor
tersebut
c. Dilakukan pemberian rating skala 4-1 untuk peluang (peluang yang
besar)
d. Dilakukan pemberian rating skala 1-4 untuk ancaman (ancaman
yang besar)
e. Dilakukan perkalian antar bobot dengan rating sehingga diperoleh
nilai untuk setiap faktor
f. Nilai setiap faktor dijumlahkan sehingga diperolah nilai total untuk
faktor strategi eksternal. Nilai ini menunjukkan bagaimana
puskesmas bereaksi terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat
digunakan sebagai pembanding untuk program puskesmas.
2. Komponen SWOT
Komponen SWOT menurut Setyawan (2019) yaitu:
a. Strenght (S) atau disebut sebagai analisis kekuatan
Strenght adalah situasi ataupun kondisi yang merupakan
gambaran kekuatan dari suatu organisasi pelayanan kesehatan pada
saat ini. Kegiatan yang harus dilakukan dalam menggunakan
analisis ini adalah menilai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
kemudian dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Apabila
kekuatan tersebut unggul didalam kualitasnya, maka keunggulan
itu dapat dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dengan tingkat kualitas yang lebih baik.
Beberapa faktor yang dapat menjadi kekuatan pada pelayanan
kesehatan antara lain:
1) Visi dan misi program pelayanan kesehatan
2) Sistem pelayanan kesehatan
3) Jumlah SDM yang cukup
4) Letak yang strategis
5) Sarana fisik yang baik
6) Prasarana yang baik
7) Pelayanan yang baik
8) Reputasi yang baik
9) Dukungan dana
b. Weakness (W) atau disebut sebagai analisis kelemahan
Weakness merupakan situasi ataupun kondisi yang
merupakan gambaran kelemahan dari organisasi pelayanan
kesehatan pada saat ini. Weakness merupakan cara untuk
menganalisis kelemahan yang ada dalam organisasi pelayanan
kesehatan dimana kelemahan tersebut dapat menjadi kendala yang
serius dalam kemajuan organisasi pelayanan kesehatan.
Misalnya jika organisasi pelayanan oleh masyarakat, maka harus
diteliti kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan sektor
pemasaran sehingga permasalahan tersebut tidak membuat
organisasi pelayanan kesehatan kalah bersaing dan mundur
dibandingkan organisasi pelayanan kesehatan lainnya.
Beberapa faktor yang dapat menjadi kelemahan pada
pelayanan kesehatan antara lain:
1) Kompetensi SDM kurang
2) Leadership lemah
3) Komitmen kurang
4) Kreatifitas kurang
5) Lokasi tidak strategis
6) Tarif relatif mahal
c. Opportunity (O) atau disebut sebagai analisis peluang
Opportunity merupakan situasi atau kondisi yang merupakan
gambaran peluang yang ada dari sisi luar suatu organisasi
pelayanan kesehatan dan gambaran tersebut dapat memberikan
peluang berkembangnya suatu organisasi dimasa depan.
Opportunity merupakan analisis yang digunakan untuk mencari
peluang ataupun terobosan yang memungkinkan organisasi
pelayanan kesehatan bisa berkembang, baik dimasa kini ataupun
masa yang akan datang.
Beberapa faktor yang dapat menjadi peluang pada pelayanan
kesehatan antara lain:
1) Jumlah penduduk banyak
2) Sedikit kompetitor
3) Kebutuhan masyarakat akan mutu layanan
4) Pangsa pasar bagus
5) Perkembangan teknologi
6) Pasar tenaga kesehatan cukup
d. Threats (T) atau disebut sebagai analisis ancaman
Threats merupakan situasi atau kondisi yang merupakan
gambaran ancaman pada organisasi pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Threats
merupakan cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus
dihadapi oleh suatau organisasi pelayanan kesehatan dalam
menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan. Apabila ancaman tersebut tidak segera diatasi,
maka ancaman tersebut akan menajadi penghalang bagi pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan.
Beberapa faktor yang dapat menjadi ancaman pada pelayanan
kesehatan antara lain:
1) Kemunculan kompetitor/ pesaing
2) Keadaan makroekonomi
3) Perubahan teknologi
4) Legislasi
5) Sosilal budaya
6) Pendidikan masyarakan
3. Konsep Analisis SWOT
a. Model Kuantitatif
Model kuantitatif adalah sebuah asumsi dasar dari model ini,
kondisi yang berpasangan antara S dengan W dan O dengan T.
Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan dalam sebuah
kekuatan bahwa selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari
setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus
diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan steghts harus selalu
memeliki pasangan Weekness dan Setiap satu rumusan Opporttunity
harus memiliki pasangan Threats. Kemudian setelah masing-masing
komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara
memberikan score pada masing-masing sub komponen dimana satu
sub komponen yang sama atau mengikuti laju vertikal. Sub
komponen yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi
diberikan score yang lebih besar. Standar penilaian dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian model kualitatif.
Data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan secara
kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan
oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi
organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui
tiga tahap yaitu:
a. Melakukan penghitungan skor (a) ddan bobot (b) point faktor
serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c=a x b) pada
setiap faktor SWOT, menghitung skor (a) masing-masing pont
faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap
sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau
mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya).
Pilihan rentang besarnya skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai
10 dengan asdumsi 1 berarti skor paling rendah dan 10 paling
tinggi.
b. Melakukan pengurangan antara jumlah total S dengan W (d)
dan faktor O dengan T adalah €, perolehan angka (d=x)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X sementara
perolehan angka (e=y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu Y.
c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukan oleh titik (x, y) pada
kuadran SWOT.

Opportunity

(-, +) (+, +)
Ubah Strategi Progresif

Kuadran III Kuadran I


Weekness Srength
Kuadran IV Kuadran II

(-, -) (+, -)
Strategi bertahan Diversifikasi Strategi
Threath

Keterangan:
a. Kuadran I (Positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
progresif artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan
secara maksimal.
b. Kuadran II (Positif, Negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi strategi, artinya organisasi
dalam kondisi mantap namun mengahadpi sejumlah tantangan
berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelunya. Oleh karenanya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (Negatif, Negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah
namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
dilakukan adalah ubah strategi artinya organisasi disarankan
untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab strategi lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV ( Negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
mengahadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi intenal
organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disdarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi
diri.
b. Model Kualitatif
Urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak beda-
beda dengan urutan kuantitatif. Perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-masing
komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap sub komponen S
memiliki pasangan sub komponen W dan sub komponen O memiliki
pasangan sub komponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak
terjadi. Selain itu sub komponen pada masing-masing komponen
SWOT berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuat diagram Cartesian,
karena mungkin su komponen S lebih banyak dari sub komponen W.
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapam kotak yaitu dua
paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan ancaman)
sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan
dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara dfaktor-
faktor intenal dan eksternal.

Tabel Matriks SWOT Kearns


INTERNAL/EKSTERNAL Opportunity (O) Threats (T)
Srengths (S) Comparative Mobilization
Advantage
Weekness (W) Divestment/Investment Damage
Control
Keterangan:
a. Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.
b. Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interkasi antara ancaman dan kekuatan. Disini
harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,
bakhan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
c. Sel C: Divestment/ Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan
peluang dari lain. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada
situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun
tidak dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk
menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas
peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain atau
memaksakan peluang itu.
d. Sel D: Damage Control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemhaan organisasi dengan ancaman
dari luar dank arena keputusan yang salah akan membawa bencana
yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah
Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi
lebih parah dari yang diperkirakan.
4. Matrik SWOT
Mantrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor stategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilki. IFAS (Internal Stategic
Faktors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-faktor
stategis internal dalam kerangtka kekuatan (Strengths) dan kelemahan
(Weekness). EFAS (External Stategic Faktors Analysis Summary) adalah
ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka
kesempatan (Opportunuty) dan ancaman (Threats). Dibawah ini beberapa
strategi SWOT yaitu:
a. Strategi S-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jaln pikiran
organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi W-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada
c. Strategi S-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan
yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman
d. Strategi W-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensive dan berusaha menimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman
B. Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM)
1. Definisi
Pusat pelayanan kesehatan masyarakat disingkat dengan
puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktivitas masyarakat
dan menggunakanhasil perkembangan tepat guna, dengan biaya yang
dapat dipikul oleh masyarakat dan pemerintah. upaya kesehatan
tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal tanpa menggabaikan mutu pelayanan kepada perorangan
(Kemenkes, 2014).
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disatu atau sebagai wilayah kecamatan.
Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
dan kegiatan yang dilakukan puskesmas selain dari dalam itu sendiri
tetapi juga perlu peran serta masyarakat dalam mengembangkan
kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendalam
sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih bekembang (Kemenkes,
2014).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Total jumlah Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember
2018 adalah 9.993 puskesmas, yang terdiri dari 3.623 Puskesmas
rawat inap dan 6.370 Puskesmas non rawat inap. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2017 yaitu sebanyak 9.825, dengan
jumlah Puskesmas rawat inap sebanyak 3.454 puskesmas dan
Puskesmas non rawat inap sebanyak 6.371 puskesmas (Profil
Kesehatan RI, 2018).
2. Tugas dan Fungsi PKM
a. Tugas PKM
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang
meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) (Sanah, 2017).
b. Fungsi PKM
1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan
memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembanguan diwilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Kemenkes
RI, 2014).
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama
pemukan masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyrakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaanya, serta ikut menetapkan,
menyelengarakan dan memantuan pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan
masyarakat diselegarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat
(Kemenkes RI, 2014).
3) Pusat pelayan kesehatan sastra pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelengarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambugan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi
(Kemenkes RI, 2014):
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan peorangan adalah upaya-
upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap,
pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam pelayanan kesehatan
perorangan juga termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta untuk memeliharan dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dimasyarakat
Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mencakup
upaya- upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat penaganan sediaan faramasi dan alat
kesehatan, pengunaan zat adiktif (bahan tambahan
makanan) dalam makan dan minuman, pengunaan
narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya,
serta penanggulangan bencana dan bantuaan
kemanusiaan
3. Struktur Organisasi PKM
a. Kepala Puskesmas
b. Unit tata usaha
c. Data dan informasi
d. Perencanaan dan penilaian
e. Keuangan, umum dan kepegawaian
f. Unit laksana teknis fungsional puskesmas
g. UKM
h. UKP
i. Jaringan pelayanan Puskesmas
j. Unit Puskesmas pembantu
k. Unit Puskesmas Keliling
l. Unit Bidan didesa atau komunitas
4. Kegiatan Pokok PKM
Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru,
terdapat 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh
puskesmas. Namun, pelaksanaannya sangat tergantung pada faktor
tenaga, sarana, dan prasarana, biaya tersedia, serta kemampuan
manajemen dari tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas
antara lain sebagai berikut (Anggraeni, 2019):
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui,
serta bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna
mencegah gizi buruk
3) Imunisasi
4) Pemberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak
dan cara menstimulasinya
b. Upaya Keluarga Berencana (KB)
1) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi KIA
2) Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang
akan bekerja sebagai penggerak calon peserta Keluarga
Berencana
3) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara pemasangan
IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom, dan alat-alat
kontrasepsi lainnya.
c. Upaya perbaikan gizi
1) Mengenali penderita-penderita kekuarangan gizi
2) Mengenalkan program perbaikan gizi
3) Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
d. Upaya kesehatan lingkungan
1) Penyehatan air bersih
2) Penyehatan pembuangan kotoran
3) Penyehatan lingkungan perumahan
4) Penyehatan limbah
5) Pengawasan sanitasi tempat umum
6) Penyehatan makanan dan minuman
7) Pelaksanaan peraturan perundangan
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
1) Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit
2) Melaporkan kasus penyakit menular
3) Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk
4) Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran
penyakit menular
5) Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber
infeksi
6) Memberi imunisasi
7) Pemberantasan vektor
8) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
f. Upaya pengobatan
1) Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui: pengumpulan
informasi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan membuat diagnosis
2) Melaksankan tindakan pengobatan
3) Melakukan upaya rujukan
g. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
1) Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dilakukan oleh
petugas diklinik, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat.
2) Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri,
tetapi ditingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga koordinator
penyuluhan kesehatan.
h. Kesehatan olahraga
i. Kesehatan masyarakat
j. Kesehatan kerja
k. Kesehatan gigi dan mulut
l. Kesehatan mata
m. Kesehatan jiwa
n. Laboratorium sederhana
o. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan
p. Kesehatan usia lanjut
q. Pembinaan pengobatan tradisional
r. Kesehatan remaja
s. Dana sehat
5. Poli Umum
Poli umum merupakan tempat pelayanan yang bertugas melakukan
penanganan dan perawatan medis terhadap pasien. Kegiatan yang
dilakukan oleh poli umum adalah melakukan pemeriksaan pasien secara
umum dengan melihat indikasi atau gejala – gejala yang diderita oleh
pasien. Petugas yang ada di poli umum sejumlah 5 orang perawat yang
secara bergantian melayani pasien yang datang. Adapun tindakan yang
dilakukan di poli umum antara lain :
a. Melaksanakan pemeriksaan fisik
b. Melakukan penatalaksanaan tindakan keperawatan
c. ECG
d. Diagnosa penyakit
e. Pengobatan
f. Penyuluhan
g. Memberikan atau melakukan rujukan untuk perawatan lebih lanjut
h. Melaksanakan dan mengelola administrasi
BAB III
ANALISA SWOT
RUANG POLI PEMERIKSAAN UMUM

A. Motto
B. Visi dan Misi
C. Model Kualitatif
1. Internal Faktor (IFAS)
a. Strengt (Kekuatan)
1) Poli umum Puskesmas Kesugihan 1 memiliki program
PROLANIS yaitu program Penyakit Kronis seperti hipertensi,
jantung, stroke dan diabetes mellitus
2) Tenaga kesehatan yang terdapat di poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 memadai terdiri dari 2 dokter umum dan 6 perawat
3) Penampilan tenaga kesehatan rapi dan dimasa pandemi ini
petugas memakai gown
4) Tenaga kesehatan di poli umum Puskesmas Kesugihan 1
menerapkan 3 S (senyum, salam dan sapa)
5) Poli umum Puskesmas Kesugihan 1 terdapat sekat proteksi
pelayanan antara tenaga kesehatan dan pasien
6) Tenaga kesehatan yang bertugas di poli umum cukup cekatan
dan tanggap
7) Pelayanan yang diberikan baik dan ramah terhadap pasien
8) Ruangan poli umum Puskesmas Kesugihan 1 cukup bersih
9) Terdapat pedoman rujukan bagi pasien yang mempunyai
penyakit yang tidak dapat dilayani oleh Puskesmas Kesugihan 1
10) Sudah ada SOP tindakan di Poli Umum dan telah diterapkan oleh
petugas kesehatan
11) Tensi yang digunakan manual dan memiliki nilai yang akurat
yang sudah terkalibrasi
12) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan petugas
di setiap ruangan
13) Tersedianya desinfektan dalam ruang poli umum

b. Weakness (Kelemahan)
1) Alat timbang yang digunakan tidak akurat karena jarum tidak pas
di angka 0
2) Tidak ada petunjuk arah ke poli umum sehingga menyebabkan
kebingungan bagi pengunjung
2. Eksternal Faktor (EFAS)
a. Opportunity (Peluang)
1) Petugas kesehatan yang ramah membuat Puskesmas Kesugihan
1 ramai pengunjung
2) Puskesmas Kesugihan 1 sudah bekerja sama dengan rumah sakit
rujukan seperti RSU Afdila, RSUD Cilacap, RSI Fatimah, RSU
Margono
3) Puskesmas Kesugihan 1 memiliki kunjungan yang cukup
banyak sehingga menambah retribusi puskesmas
b. Threath (Ancaman)
1) Pasien yang berkunjung tidak sabaran sehingga memicu
kerumunan di ruang tunggu pengunjung
2) Letak Puskesmas Kesugihan 1 berada di ujung sehingga
masyarakat wilayah planjan dan sekitarnya harus menempuh
jarak yang cukup jauh sehingga memilih pelayanan kesehatan
yang lebih dekat seperti klinik swasta
D. Pendekatan Kuantitatif
Keterangan Bobot Skor Jumlah (bobot x
skor )
S:
1. Poli umum Puskesmas 0,2 4 0,2 x 4 = 0,8
Kesugihan 1 memiliki program
PROLANIS yaitu program
Penyakit Kronis seperti hipertensi,
jantung, stroke dan diabetes
mellitus 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
2. Tenaga kesehatan yang
terdapat di poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 memadai terdiri dari 2
dokter umum dan 6 perawat 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
3. Penampilan tenaga kesehatan
rapi dan dimasa pandemi ini
petugas memakai gown 0,05 3 0,05 x 3 = 0, 15
4. Tenaga kesehatan di poli
umum Puskesmas Kesugihan 1
menerapkan 3 S (senyum, salam
dan sapa) 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
5. Poli umum Puskesmas
Kesugihan 1 terdapat sekat proteksi
pelayanan antara tenaga kesehatan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
dan pasien
6. Tenaga kesehatan yang
bertugas di poli umum cukup 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
cekatan dan tanggap
7. Pelayanan yang diberikan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
baik dan ramah terhadap pasien
8. Ruangan poli umum 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
Puskesmas Kesugihan 1 cukup
bersih
9. Terdapat pedoman rujukan
bagi pasien yang mempunyai 0,1 4 0,1 x 4 = 0,4
penyakit yang tidak dapat dilayani 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
oleh Puskesmas Kesugihan 1
10. Sudah ada SOP tindakan 0,05 3 0,05 x 3 = 0,15
11. Tensi yang digunakan
manual dan memiliki nilai yang
akurat
12. Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan petugas
di setiap ruangan

Jumlah 1,00 1-4 3,7


W:
1. Alat timbang yang digunakan 0,3 3 0,3 x 3 = 0,9
tidak akurat
2. Tindakan keperawatan tidak 0,2 3 0,2 x 3 = 0,6
menggunakan handscoon
3. Tidak ada petunjuk arah ke poli 0,2 2 0,2 x 2 = 0,4
umum sehingga menyebabkan
kebingungan bagi pengunjung
4. Ruang poli yang terlalu 0,3 3 0,3 x 3 = 0,9
sederhana tanpa adanya hiasan
sehingga nilai estetika ruangan
kurang
Jumlah 1,00 1-4 2,8

Keterangan Bobot Skor Jumlah (bobot x


skor)
O:
1. Puskesmas menjadi salah satu 0,3 3 0,3 x 3 = 0,9
pelayanan kesehatan terdekat
yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.
2. Puskesmas Kesugihan 1 sudah 0,3 4 0,3 x 4 = 1,2
bekerja sama dengan rumah
sakit rujukan seperti RSU
Afdila, RSUD Cilacap, RSI
Fatimah, RSU Margono
3. Puskesmas Kesugihan 1 0,4 4 0,4 x 4 = 1,6
memiliki kunjungan yang cukup
banyak sehingga menambah
kontribusi puskesmas

Jumlah 1,00 1-4 3,7


T:
1. Pasien yang berkunjung tidak 0,5 2 0,5 x 3 = 1,0
sabaran sehingga memicu
keributan dan kerumunan di
ruang tunggu pengunjung
2. Adanya persaingan antara 0,5 3 0,5 x 3 = 1,5
puskesmas dengan klinik swasta
yang peralatan lebih memadai
Jumlah 1,00 1-4 2,5
S – W = 3,7 – 2,8 = 0,9
O – T = 3,7 – 2,5 = 1,2
E. Diagram SWOT

Kekuatan

0.9

Ancaman Peluang
1,2

Kelemahan

F. Hasil Analisa SWOT


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah selalu tingkatan pelayanan
semaksimal mungkin di Pelayanan Poli Umum Puskesmas Kesugihan 1. Pada
Strategi SO diterapkan berdasarkan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang. Strategi SO bertujuan agar pelayanan di Poli
Umum mempertahankan menjadi pelayanan terbaik di Kabupaten Cilacap.
Beberapa solusi:
1. Selalu meningkatkan pelayanan Poli Umum dengan baik
2. Dapat mempertahankan program yang sudah berjalan dengan lancar
3. Pertahankan penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
tindakan dan keselamatan kerja
4. Pertahankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penggunaan alat
dan pemeliharaan alat dengan baik agar alat tahan lama

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisa SWOT yang dilakukan terhadap pelaksanaan pelayanan di
Poli Umum yang telah dilakukan mulai tanggal 29 November – 02
Desember 2021 menunjukan bahwa hasil analisa SWOT berada pada
kekuatan (S) dan peluang (O). Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang dilakukan adalah
mempertahankan beberapa strategi yag sudah kuat dan meningkatkan
strategi yang lain untuk menambah kenyamanan antara pengunjung dan
petugas.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang sudah dilakukan,
didapatkan perencanaan strategi kelemahan (W) dan ancaman (T) yang
disarankan meliputi :
1. Selalu meningkatkan pelayanan Poli Umum dengan baik
2. Dapat mempertahankan program yang sudah berjalan dengan lancar
3. Pertahankan penggunaan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
tindakan dan keselamatan kerja
4. Pertahankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penggunaan
alat dan pemeliharaan alat dengan baik agar alat tahan lama
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2019). Mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Yogyakarta:


CV Budi Utama.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap. 2015. Profil Kesehatan Kabupetan Cilacap
Tahun 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap: Cilacap
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak. Pedoman pelayanan gizi di puskesmas. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. 2014.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2016. Pusat Keshatan
masyarakat
Muninjaya,Gde. (2010). Buku Pedoman Kerja Puskesmas
Sanah, N. (2017). Pelaksanaan Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Kecamatan Long
Kali Kabupaten Paser. eJournal Ilmu Pemerintahan. Vol 5, No 1: 305-
314.
Setyawan, F.E.B. (2019). Pendekatan Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga
(Pendekatan Holistik Komprehensif). Malang: Zifatama Jawara
Syaputra. (2015). Hubungan Mutu Pelayanan BPJS Kesehatan dengan Kepuasan
Pasien Instalasi rawat Inap Kelas II Rumah Sakit Umum Sekayu.

Anda mungkin juga menyukai