Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Beban Kerja Dengan Tingkat Stress Kerja Petugas Rumah Sakit

Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda Timur Kalimantan Timur


Tahun 2017

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN OLEH
YULITA CITRA
1411308240378

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
TAHUN 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik


yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya
kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan
senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan
fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu
pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI, 2014).

Menurut Hardin (2015), dalam merencanakan kebutuhan tenaga


kesehatan, departemen kesehatan Republik Indonesia telah menyusun modul
Dasar Susunan Personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan
tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap
pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya.
Tenaga kesehatan khususnya petugas menganalisa beban kerjanya dapat
dilihat berdasar aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya.
Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah
jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan
pendidikan yang di peroleh, shift yang di gunakan untuk mengerjakan
tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta
kelengkapan fasilitas yang dapat membantu petugas menyelesaikan kerjanya
dengan baik.

2
Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari pembangkit stres
kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain
bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga
kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya petugas. Keadaan yang tidak
tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan
kecenderungan meninggalkan kerja (Hardin, 2016). Yang mempengaruhi
beban kerja petugas adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-
rata jam petugasan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung
pada pasien serta dokumentasi asuhan kepetugasan (Sarwendah, 2013).

Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi


petugas yang tidak sesuai yang diharapkan sebagai petugas masih ada. Beban
kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga
kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu
sendiri. Kondisi kepetugasan dengan beban kerja yang meningkat
memungkinkan timbulnya stress kerja. Stres kerja adalah situasi faktor yang
terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu
dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya
menyimpang dari normal (Hardin , 2015). Lima sumber stress kerja petugas
secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berhubungan dengan staf
lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan
petugasan pasien dan kegagalan merawat (Satria, 2013).

Menurut Hardin (2015), konsekuensi stress mencangkup empat


macam yaitu: penyakit fisik yang di timbulkan oleh stress, kecelakaan kerja
terutama pada pekerja dengan tuntutan kinerja yang tinggi dan perhatian yang
kurang, Absentateisme sering terjadi pada individu yang sulit menyesuaikan
diri dengan pekerjaanya sebagai akibat stress pekerjaan, lesu kerja (burn-out)
terjadi bila individu kehabisan motivasi dalam upaya meneruskan suatu
kinerja yang tinggi. Menurut Satria (2013), beberapa dampak negatif yang
dapat di timbulkan oleh stres kerja dapat berupa: terjadinya kekacauan
hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu

3
kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan
pemasukan dan keuntungan rumah sakit. Selanjutnya stress kerja pada
perawat berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya tentang hubungan stress dengan kinerja, yaitu
hubungan terbalik, artinya makin tinggi tingkat stress, tantangan kerja juga
bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah. Tetapi
apabila tingkat stress sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan
kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja (Ilmi, 2014 ).
Apabila stress mencapai titik puncak yang kira-kira sesuai dengan
kemampuan maksimum kinerja karyawan maka pada titik ini stress tambahan
cenderung tidak menghasilkan perbaikan kinerja selanjutnya bila stress yang
di alami karyawan terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun, karena
stress tersebut mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan akan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya atau menjadi tidak mampu untuk
mengambil keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat yang
paling ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan mengalami gangguan,
menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar
atau menolak bekerja ( widodo, 2009).

Rumah sakit jiwa daerah atma husada (RSJD) Mahakam provinsi


Kalimantan timur adalah unsur pelaksana pemerintah provinsi dibidang
kesehatan, ditinjau dari lokasi yang cukup strategis memungkinan terjadi
peningkatan jumlah pasien, dengan banyaknya jumlah pasien yang masuk
mengharuskan Rumah Sakit atma husada memiliki petugas yang berkualitas
dan berdedikasi tinggi sehingga diharapkan memiliki kinerja yang baik.
Banyaknya jumlah pasien yang masuk dan pasien mondok dengan
bermacam-macam jenis penyakit, memerlukan tindakan medis yang harus
segera di lakukan menambah beban kerja petugas yang pada akhirnya akan
menurunkan gairah kerja mereka. Pelayanan yang di selenggarakan oleh
rumah sakit jiwa atma husada mahakam dalam memenuhi kebutuhan pasien

4
tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan tenaga petugas yang mencukupi dalam
setiap kali dinas jaga (shift).

Berdasarkan Data laporan kinerja instansi pemerintah pada tahun


2016 di rumah sakit jiwa atma husada adalah S1: . perawat, D3:
perawat, SPK: perawat, D1 kebidanan: orang, D3 umum: orang.
Jumlah ruang rawat inap ada 7 ruangan di tambah dengan ruang kebidanan 2
ruangan dan ruang pelayanan intensif 2 ruangan. Dengan demikian jumlah
tenaga perawat ada . perawat. Hasil pendataan yang di lakukan bagian
catatan medik rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam selama tahun 2016
di dapatkan hasil jumlah pasien masuk . pasien. Hasil tersebut di dapat dari
bulan januari . pasien, pebruari .. pasien, maret . pasien, april .
pasien, mei . pasien, juni . pasien, juli . pasien. Dengan kapasitas
tempat tidur 192 bed, jumlah rata rata nilai BOR yaitu . dan jumlah
perawat rawat inap Rumah Sakit Jiwa Atma Husada terdiri dari . perawat
dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan lamanya masa kerja serta
pengalaman yang di peroleh akan semakin menjadi pemicu terhadap
munculnya stres di mana akhirnya akan menurunkan kinerja dari perawat itu
sendiri.

Menurut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2015,


menunjukan bahwa ada beberapa fenomena yang terjadi berkaitan dengan
stress kerja diantaranya adalah jumlah pasien yang meningkat, ini tidak
sebanding dengan jumlah kamar yang ada, kurangnya fasilitas untuk
kenyamanan pasien dan keluarga dan kekurangan kualitas dan jumlah SDM
baik medis maupun keperawatan medis penunjang hal ini berdampak pada
jenis pelayanan yang sesuai standar, banyaknya pasien yang memerlukan
tindakan perawatan medis, tingkat pendidikan dan lama masa kerja yang
berbeda, hubungan antar karyawan yang kurang harmonis. Berdasarkan
fenomena yang terjadi, petugas memiliki stresor yang tinggi karena petugas
setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan fisik dan lingkungan
psikososial yang tinggi dari pekerjaan. Sehingga kemungkinan besar akan

5
terjadi stress pada petugas karena beban kerja yang berlebih.Hal ini
mendorong peneliti untuk mengetahui sejauh mana hubungan beban kerja
dengan stress pada petugas pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
Mahakam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan adalah apakah ada hubungan antara beban kerja dengan stress
kerja pada petugas di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja
dengan stress kerja pada petugas di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada
Mahakam.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui beban kerja petugas di Rumah Sakit Jiwa Atma
Husada Mahakam Samarinda.
b. Untuk mengetahui stres kerja petugas di Rumah Sakit Jiwa Atma
Husada Mahakam Samarinda.
c. Mengetahui hubungan beban kerja petugas dengan stres kerja petugas
di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda.

D.Manfaat Penelitian

1.1 Bagi petugas RSJD Atma Husada Mahakam


Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja petugas
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan, serta membuat
kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan petugas sehingga
meminimalkan terjadinya stress kerja terhadap petugas.

6
1.2 Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
beban kerja yang berhubungan dengan stress kerja pada petugas bagi
mahasiswa jurusan kesehatan, khususnya mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
1.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam menyusun
karya tulis ilmiah dan mampu mengembangkan penelitian selanjutnya yang
lebih mendalam.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

9
D. Jadwal Penelitian
Tahun 2017
Bulan ke
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5

Persiapan (pengajuan proposal


1
penelitian)

2 Seminar proposal

3 Pengambilan data

4 Pengolahan data

5 Penyusunan hasil dan pembahasan

6 Seminar/ ujian hasil

10

Anda mungkin juga menyukai