Anda di halaman 1dari 109

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STRES KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN


KEPESERTAAN DI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN UNGARAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
dengan Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh :
FEBY ANSARI MAYANG S.
NIM: 25010114120127

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
©2018
Hak Cipta ada pada Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : FEBY ANSARI MAYANG S.


NIM : 25010114120127

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA


KARYAWAN BAGIAN KEPESERTAAN DI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN UNGARAN

Skripsi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat 8 Juli 2018 dan dinyatakan sah karena telah dipertahankan
dihadapan penguji pada 12 Juli 2018

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Bina Kurniawan,SKM, M.Kes Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si


NIP. 197210231998021001 NIP.19711007199931001

Penguji

Ida Wahyuni,SKM, M.Kes


NIP. 197603012000122001

Semarang, 12 Juli 2018


Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hanifa Maher Denny, SKM, MPH, Ph.D


NIP. 196901021994032001

iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : FEBY ANSARI MAYANG S.


NIM : 25010114120127

Judul Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA
KARYAWAN BAGIAN KEPESERTAAN DI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN UNGARAN

Skripsi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat 8 Juli 2018 dan pada tanggal 10 Juli 2018 disetujui
Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping untuk diujikan

Pembimbing Utama
Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si
NIP. 19711007199931001

Pembimbing Pendamping
Bina Kurniawan,SKM, M.Kes
NIP. 197210231998021001

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
(Yesaya 41:10)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara


kamu.”
(1 Petrus 5:7)

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang
dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-Nya.”
(Mazmur 126:6)

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
karunia-Nya yang telah menyertai penulis.

Karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk bapak dan ibu tercinta Musa
Surbakti, S.E dan Yan Sribina Bangun, serta adik tercinta Abed Nego Surbakti
yang telah memberikan dukungan, perhatian dan menjadi tonggak doa penulis.

Karya ilmiah ini juga penulis persembahkan untuk sahabat dan orang terdekat
yang selalu memberikan doa, motivasi dan apresiasi dalam penyusunan skripsi
ini.

v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Feby Ansari Mayang S.


Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 7 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kasuari No. 18 sei sikambing B Medan Sunggal
Riwayat Pendidikan
2000 – 2002 TK Dharma Pancasila Medan
2002 – 2005 SD Methodist 1 Medan
2005 – 2008 SD ST. Petrus Medan
2008 – 2011 SMP Prayatna Medan
2011 – 2014 SMA Methodist 2 Medan
2014 – 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kehendak-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan Ungaran”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang. Penulis juga mengucapkan dan menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada:
1. Hanifa Maher Denny, SKM, MPH, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
2. Bina Kurniawan, SKM, M.Kes selaku Ketua Bagian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Dr. Dra. Sulistiyani, M.Kes sebagai Dosen Wali atas dukungan yang diberikan
kepada penulis sejak awal hingga akhir masa perkuliahan.
4. Dr. dr. Daru Lestantyo, M.Si selaku Pembimbing Utama yang selalu
membimbing dengan sabra dan memberikan arahan selama penyusunan
skripsi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang
telah banyak membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis.
6. Keluarga tercinta (Ayah, Ibu, Abed) yang selalu menopang didalam doa,
memberikan dukungan, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
7. BPJS Kesehatan Ungaran yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian dan segala ilmu yang diberikan sewaktu penelitian.
8. KTB (Kak Jono, Kak Paska, Novita, dan Evi) yang selalu memberi doa,
motivasi serta semangat selama empat tahun perkuliahan hingga skripsi ini
selesai. Terimakasih atas segala doa kalian.
9. KTB Clairine Belle (Lyony, Erentz, dan Deby) yang selalu memberi doa,
motivasi dan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

vii
10. Fani, Ida dan Yohana yang selalau menghadirkan canda tawa kebahagiaan
selama perkuliahan di K3 dam memberikan dukungan serta semangat selama
ini.
11. Teman KKN Desa Pesaren (Yekrita, Shinta, Nita, Anisah, Celica, Irwan, Rizal,
Leo) yang selalu memberi canda tawa, dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
12. Teman PBL Sambiroto (Deti, Fariza, Sikis, Dita, Vita, Jorghy, Kukuh, Mas
Burhan, Wildan, Anisah, Endang, Nelly, Elsye, Wiwid, Westi dan Endah) yang
sudah mendukung dalam mengerjakan skripsi ini.
13. Grup Sayang (Putri, Yohana, Daud) yang sudah banyak memberi semangat
dan canda tawa selama mengerjakan skripsi ini.
14. Namo Depari yang telah banyak membantu penulis dari awal menulis skripsi
ini sampai terselesaikan dengan baik. Terimakasih banyak atas dukungan,
motivasi, waktu, semangat dan kasih yang diberikan selama ini.
15. Keluarga besar OSH Forum 2017, yang selalu saling memberi semangat dan
dukungan sampai skripsi ini terselesaikan.
16. Semua pihak yang telah banyak membantu Penulis dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
seluruh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat serta para pembaca
umumnya.

Semarang, 10 Juli 2018

Penulis

viii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
2018

ABSTRAK

FEBY ANSARI MAYANG S


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA
KARYAWAN BAGIAN KEPESERTAAN DI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN UNGARAN
xvi + 78 halaman + 20 tabel + 3 gambar + 5 lampiran

Stres kerja merupakan kondisi fisik maupun mental yang tertekan akibat tuntutan
tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan. Setiap pekerjaan memiliki potensi
bahaya terjadinya stres kerja termasuk bekerja sebagai karyawan di pelayanan
jaminan sosial. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja. Desain penelitian yang digunakan yaitu explanatory research
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu karyawan
bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran sebanyak 30 orang. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah angket. Pengukuran stres kerja menggunakan
kuesioner GHQ-12. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tuntutan tugas
(p=0,011) dan hubungan antara peran individu dalam organisasi (p=0,010) dengan
stres kerja, sedangkan tidak terdapat hubungan antara umur (p=0,526), masa
kerja (p=0,151), pengembangan karir (p=0,127), struktur dan iklim organisasi
(p=0,825), dan hubungan dalam pekerjaan (p=0,351) dengan stres kerja. Peneliti
menyarankan agar memberikan sosialisasi tentang risiko bahaya dalam pekerjaan
dan mensosialisasikan transparansi pengambilan keputusan dalam pemecahan
masalah.

Kata Kunci : Stres kerja, Karyawan Bagian Kepesertaan, BPJS Kesehatan


Kepustakaan : 55 (1978-2018)

ix
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
DIPONEGORO UNIVERSITY
SEMARANG
MAJORING IN OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
2018

ABSTRACT

FEBY ANSARI MAYANG S


FACTORS RELATED TO OCCUPATIONAL STRESS ON UNIT PARTICIPATION
EMPLOYEES IN NATIONAL HEALTH CARE SECURITY (BPJS) UNGARAN
xvi + 72 pages + 20 tables + 3 figures + 5 attachments

Occupational Stress are the condition of physical or mental that came under
pressure due to task demands that not compatible with worker’s ability. Any work
have occupational stress as hazard including working as employees in health care
security. The purpose of this research was to analyze factors that related to
occupational stress. The design of this study was explanatory research with cross-
sectional approach. Population in this research was 30 employees of National
Health Care Security (BPJS) Ungaran. Questionnare was used as an instrument
in this research. The measurement of occupational stress was assessed by GHQ-
12 questionnnare. Statistical analysis used was chi-square test. The result of the
research showed that there was a relation between task demands (p=0,011) and
individual role in organization (p=0,010) with occupational stress, while there was
no relation between age (p=0,526), work period (p=0,151) career development
(p=0,127), organizational structure and climate (p=0,825), and occupational
relations (p=0,351) with occupational stres. Researchers suggest company to
provide socialization of risk and transparency of decision making in problem
solving to their employees.

Key word : Occupational Stress, Employees Unit Participation, Health BPJS


Bibliography : 55 (1978-2018)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HAK CIPTA ADA PADA PENULIS ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................... 5
D. Manfaat ................................................................................................................. 6
E. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 7
F. Keaslian Penelitian .............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Pengertian Stres Kerja...................................................................................... 10
B. Jenis-Jenis Stres Kerja ..................................................................................... 11
C. Tahapan-Tahapan Stres Kerja ........................................................................ 11
D. Gejala Stres Kerja ............................................................................................. 13
E. Dampak Stres Kerja .......................................................................................... 15
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ........................................... 16
G. Pengukuran Stres Kerja ................................................................................... 25
H. Pengendalian Stres Kerja ................................................................................ 26

xi
I. Badan Pelayanan Jasa Sosial (BPJS) Kesehatan Indonesia .................... 27
J. Kerangka Teori .................................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 30
A. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................... 30
B. Hipotesis Penelitian........................................................................................... 30
C. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 31
D. Populasi Penelitian ............................................................................................ 31
E. Variabel Penelitian ............................................................................................ 32
F. Definisi Operasional .......................................................................................... 33
G. Sumber Data Penelitian.................................................................................... 37
H. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 37
I. Pengumpulan Data Penelitian ......................................................................... 38
J. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 38
K. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 43
A. Gambaran Umum .............................................................................................. 43
B. Analisis Univariat ............................................................................................... 45
C. Analisis Bivariat ................................................................................................. 48
D. Rekapan Hasil Uji Statistik ............................................................................... 53
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 54
A. Analisis Univariat ............................................................................................... 54
B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 59
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 66
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN........................................................................................................ 72

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian ...........................................................................8

Tabel 2. 1 Gejala Stres Kerja.............................................................................13

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Skala Data ................................................33

Tabel 3. 2 Nilai Skala Likert ...............................................................................39

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Stres Kerja Karyawan Bagian Kepesertaan

BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 .............................................................44

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Umur Karyawan Bagian Kepesertaan

BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 .............................................................44

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Karyawan Bagian Kepesertaan

BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 .............................................................45

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Tuntutan Tugas Karyawan Bagian Kepesertaan

BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 .............................................................45

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Bimbingan Karir Karyawan Bagian Kepesertaan

BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 .............................................................45

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Peran Individu dalam Organisasi Karyawan

Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 ............................46

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Struktur dan Iklim Organisasi Karyawan

Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 ............................46

Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Hubungan dalam Pekerjaan Karyawan Bagian

Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 ........................................46

Tabel 4. 9 Hasil Crosstab antara umur dengan stres kerja pada karyawan

bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .................................................47

Tabel 4. 10 Hasil Crosstab antara masa kerja dengan stres kerja pada

karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .................................47

Tabel 4. 11 Hasil Crosstab antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada

karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .................................48

Tabel 4. 12 Hasil Crosstab antara pengembangan karir dengan stres kerja

pada karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran ........................49

xiii
Tabel 4. 13 Hasil Crosstab antara peran individu dalam organisasi dengan

stres kerja pada karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .......49

Tabel 4. 14 Hasil Crosstab antara struktur dan iklim organisasi dengan

stres kerja pada karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .......50

Tabel 4. 15 Hasil Crosstab antara hubungan dalam pekerjaan dengan

stres kerja pada karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran .......51

Tabel 4. 16 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik pada Karyawan Bagian

Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018 ........................................52

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Teori .............................................................................29
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep .........................................................................30
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ..........43

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi ............................................................................. L-1
Lampiran 2 Lembar Hasil Analisis Program SPSS ....................................... L-2
Lampiran 3 Lembar Kesediaan Menjadi Responden ................................... L-3
Lampiran 4 Angket ...................................................................................... L-4
Lampiran 5 Lembar Master Tabel Hasil Entri Data ...................................... L-5

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau sering disebut K3 merupakan
segala bentuk upaya dan pemikiran yang mampu menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik dari segi jasmaniah maupun rohaniah pekerja, hasil karya
maupun budaya untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.1
Keselamatan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang merdeka
atas risiko celaka yang menimbulkan kerugian di tempat kerja.2 Kesehatan
kerja sendiri dapat diartikan sebagai kondisi dimana bebas terhadap
gangguan fisik, mental, emosi maupun rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan
yang memiliki tujuan agar semua pekerja terjamin memperoleh kondisi
kesehatan fisik, mental dan stabilitas emosi yang sempurna.3
Setiap tempat yang merupakan tempat kerja pasti memiliki berbagai
macam risiko atau potensi terhadap bahaya yang nantinya dapat berpengaruh
terhadap kesehatan pekerja dan menyebabkan gangguan berupa
penyakitiakibat keja. Gangguan yang dimaksud dapat berupa gangguanifisik
maupunipsikis. Seringkali gangguanipsikis menjadiipotensi bahayaiyang
diabaikan, padahal potensi bahaya jenis ini merupakanifaktor pentingiyang
berkaitan dengan kesehatan mental pekerja yang apabila tidak diatasi dengan
baik akan mengakibatkan munculnya stres kerja. Reaksi emosional dan fisik
pekerja terhadap tuntutan pekerjaan menjadi sebab utama timbulnya stres
kerja.4
Stres didefinisikan sebagai kondisi ketegangan yang dialami seseorang
dan dapat mempengaruhi emosi serta proses pikirnya, stres yang dialami
merupakan dampak dari tuntutan yang besar, hambatan-hambatan maupun
adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.5 Stres dapat dialami
oleh siapa saja termasuk pekerja. Stres yang diakibatkan oleh pekerjaan
dapat disebut sebagai stres kerja.
Stres kerja merupakan kondisi fisik maupun mental yang tertekan akibat
tuntutan pekerjaan yang kurang sesuai dengan kemampuan,

1
2

sumberidaya,idanikebutuhanipekerja.iPekerja yang mengalami stres menjadi


tidak sehat baik secara fisik maupun mental, kurang motivasi, produktivitas
kerja menurun serta menjadi penyebab tindakan tidak aman dalam bekerja.
Stres kerja seharusnya dapat dikelola dengan baik agar kinerja pekerja tetap
baik dan produktivitas kerja tidak menurun.6
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014, banyak
Negara sebesar 8% penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan adalah depresi.
Penelitian oleh Labour Force Survey tahun 2014 ditemukan adanya 440.000
kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380
kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Sebesar 35%
stres akibat kerja berakibat fatal dan diperkirakan hari kerja yang hilang
sebesar 43%. Penelitian oleh Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) pada tahun 1990-an
menyatakan bahwa stres kerja yang pernah dialami oleh tenaga kerja mulai
dari keluhan ringan hingga keluhan berat sekitar 30%.7 Hasil survei dari
Northwestern National Life menunjukkan persentase dari pekerja yang
melaporkan bahwa pekerjaannya sangat berat sebesar 40%, Hasil survei dari
Families and Work Institute menunjukkan persentase dari pekerja yang
melaporkan bahwa pekerjaannya sering atau sangat sering menimbulkan
stres sebesar 26%, dan hasil survei dari Yale University menunjukkan
persentase dari pekerja yang melaporkan bahwa pekerjaannya sedikit
8
menimbulkan stres sebesar 29%. Menurut laporan pada tahun 2001 oleh
American Institute of Stress (AIS), stres kerja merugikan industri sebesar AS
$30 miliar per tahun, hal ini dinilai dari ketidakhadiran, produktivitas yang
menurun, perputaran karyawan, biaya medis langsung, klaim kompensasi,
dan biaya hukum serta asuransi. AIS memperkirakan bahwa sebanyak satu
juta pekerja tidak hadir di hari kerja rata-rata karena keluhan terkait stres
kerja.9
Setiap perusahaan memiliki tujuan ataupun visi misi yang harus dicapai.
Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan sumber daya.
Salah satu sumber daya yang dibutuhkan adalah manusia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kualitas sumberdaya manusia yang baik akan meningkatkan
produktivitas kerja perusahaan.10 Seringkali sumber daya manusia yang
dimiliki oleh perusahaan mendapat berbagai macam tuntutan untuk lebih
3

meningkatkan kemampuan dan keahliannya dalam menyelesaikan suatu


pekerjaan dan tanpa disadari, hal ini dapat membuat karyawan tidak nyaman
dalam bekerja dan merasa stres. Akibat dari stres akan mempengaruhi kinerja
karyawan tersebut karena pekerja akan merasa frustasi, gelisah, serta timbul
rasa menyalahkan diri sendiri akibat ketidakmampuannya menyelesaikan
pekerjaannya.11
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
karyawan di Indonesia selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang
signifikan. Di tahun 2012 per Agustus terdapat 118,05 juta orang pekerja, lalu
di tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 120,17 juta orang dan di tahun
2014 mengalami kenaikan lagi menjadi 121,87 juta orang pekerja memiliki
potensi merugikan sebagai dampak mengalami stres kerja.12
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan tempat
pelayanan jaminan kesehatan yang setiap harinya selalu ramai dikunjungi
oleh peserta. Peserta program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) per 1 April
2018 sudah mencapai angka 195.170.283 jiwa, hal ini membuktikan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi peserta program JKN
yang dicanangkan oleh pemerintah.13 Peserta program JKN di Kota Semarang
sendiri sampai tanggal 30 Juni 2017 sudah mencapai 2.268.824 jiwa, itu
artinya sudah 86 persen warga Kota Semarang menjadi peserta JKN.14
Kondisi masyarakat Indonesia yang sudah hampir seluruhnya menjadi
peserta BPJS tersebut membuat Kantor BPJS menjadi sebuah tempat kerja
yang akan selalu dikunjungi, hal ini membuat para karyawan yang bekerja di
BPJS akan mendapakan banyak tugas dalam melayani peserta. Beban kerja
yang diterima baik fisik maupun mental akan membuat karyawan merasa
tertekan dan frustasi apabila tidak dilakukan pengendalian yang tepat
terhadap karyawan. Setiap harinya puluhan bahkan ratusan peserta akan
datang untuk mendapatkan pelayanan di kantor BPJS, seluruh karyawan
BPJS harus selalu memberikan pelayanan yang baik sekalipun kondisi
mereka sedang tertekan oleh banyaknya tuntutan-tuntutan pekerjaan. Hal
inilah nantinya yang akan memicu stres kerja yang dialami oleh karyawan
BPJS.15 Hasil penelitian Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja (stressor) pada
karyawan PT BRI (Persero) TbkiCabangiBogoriterdiri dari tuntutan
4

tugas,ituntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi,I struktur organisasi,


dan tahap hidup organisasi.16
Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui bahwa BPJS Kesehatan
Ungaran terletak di area industri yang terdapat banyak perusahan-
perusahaan dengan jumlah 1920 perusahaan dengan banyak jumlah pekerja
yang akan menjadi peserta JKN di BPJS Kesehatan Ungaran. Jumlah peserta
JKN di BPJS Kesehatan Ungaran sampai dengan bulan April 2018 adalah
1.434.538 yaitu terdiri dari Peserta pekerja penerima upah (PPU), Bukan
Pekerja (BP), Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan Pekerja Bukan Penerima
Upah (PBPU). Salah satu bidang dalam kantor BPJS melayani bagian
Kepesertaan dan Pelayanan Peserta. Dari hasil wawancara dengan salah
satu karyawan yang bekerja di Bagian Kepesertaan dan Pelayanan Peserta
BPJS Kesehatan, pelayanan bagian kepesertaan merupakan pekerjaan yang
setiap hari dilakukan untuk melayani puluhan bahkan ratusan peserta yang
akan melakukan pendaftaran, konsultasi atas keluhan, perubahan data
maupun perluasan peserta dimana pekerja yang mengunjungi perusahaan-
perusahaan calon peserta. Pekerjaan yang dilakukan monoton dan terdapat
batasan waktu dalam melayani satu peserta yang datang dan memiliki target
perusahaan yang harus dipenuhi sehingga pekerja kesulitan untuk mengambil
waktu istirahat. Sikap dan reaksi dari peserta yang harus dilayani juga
berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan tekanan pada karyawan.
Jumlah karyawan yang tidak sebanding dengan jumlah peserta yang
harus dilayani yaitu sekitar 3000 orang per bulannya, membuat karyawan
merasa tertekan dan dapat menimbulkan stres kerja. Hal ini terlihat jelas dari
gejala-gejala stres yang dialami oleh 3 dari 7 karyawan atau sekitar 40% dari
karyawan yang diwawancarai seperti detak jantung meningkat, nafas cepat,
gangguan pencernaan, mudah cemas, mudah marah, ketidakpuasan kerja,
dan perilaku makan yang tidak normal (berlebih atau kurang).

B. Rumusan Masalah
Setiap tempat kerja memiliki potensi bahaya baik fisik maupun mental,
stres kerja merupakan bahaya yang dapat mempengaruhi mental tenaga
kerja. Stres kerja mungkin saja terjadi pada Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran dikarenakan jumlah karyawan yang tidak
5

sebanding dengan pekerjaan yaitu melayani puluhan dan ratusan peserta


setiap harinya dengan berbagai keluhan dan masalah.
Berdasarkan masalah tersebut, penelitiitertarikiuntuk meneliti “faktor-
faktor apakah yang berhubungan dengan stres kerja pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja pada karyawan di Bagian Kepesertaan Badan
Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS) Kesehatan Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan umur pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran.
b. Mendeskripsikan masa kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran.
c. Mendeskripsikan tuntutan tugas pada Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran.
d. Mendeskripsikan pengembangan karir pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
e. Mendeskripsikan hubungan dalam pekerjaan pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
f. Mendeskripsikan peran individu dalam organisasi pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
g. Mendeskripsikan struktur dan iklim dalam organisasi pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
h. Mendeskrpsikan stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran.
i. Menganalisis hubungan antara umur dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
j. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
k. Menganalisis hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
6

l. Menganalisis hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja


pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
m. Menganalisis hubungan antara hubungan interpersonal dalam
pekerjaan dengan stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran.
n. Menganalisis hubungan antara peran individu dalam organisasi dengan
stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ungaran.
o. Menganalisis hubunganiantaraistruktur dan iklimiorganisasi dengan
stresikerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ungaran.

D. Manfaat
1. Bagi Instansi BPJS
Memberikan informasi dan saran bagi Instansi BPJS Semarang tentang
gambaran stres kerja yang dialami oleh para Karyawan di Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pengembangan kepustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat mengenai
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya terkait faktor-faktor
yang berhubungan dengan stres kerja pada karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan sebagai sarana belajar dalam
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang sudah didapat selama
menjalankan proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Memberikan refrensi untuk melakukan penelitian yang serupa dengan
pengembangan populasi, sampel, variable, dan metode penelitian.
7

E. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan
memfokuskan pada bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
2. Ruang Lingkup Masalah
Masalah yang diangkat pada penelitianiiniiadalahiFaktor-Faktoriyang
BerhubunganidenganiStresiKerja padaiKaryawan Bagian Kepesertaan di
Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ungaran.
3. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor BPJS Kesehatan Ungaran.
4. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2018.
5. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran pada penelitian ini adalah Karyawan Bagian Kepesertaan di
BPJS Kesehatan Ungaran.
8

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Desain Hasil Penelitian


Penelitian
1. Handy Gupita Faktor-Faktor yang Variabel bebas: Jenis a. Adanya hubungan
Bayuwega17 Berhubungan Umur, Masa kerja, penelitian antara umur
dengan Stres Kerja Tuntutan tugas, kuantitatif dengan stres kerja
pada Anggota Polisi Peranan individu dengan b. Adanya hubungan
Satuan Reserse dalam organisasi, desain cross antara
Kriminal Polres Pengembangan karir, sectional. pengembangan
Blora. Hubungan dalam karir dengan stres
pekerjaan, Struktur kerja.
dan iklim organisasi. c. Adanya hubungan
Variabel Terikat: antara Hubungan
Stres Kerja. dalam pekerjaan
dengan stres kerja.

2. Nurafian Majiid Faktor-Faktor yang Variabel Bebas: Jenis Adanya hubungan


Pranomo Berhubungan Umur, Masa kerja, penelitian antara
dengan Stres Kerja Tuntutan tugas, kuantitatif pengembangan
pada Anggota Polisi Peran individu dalam dengan karir dengan stres
Satuan Lalu Lintas organisasi, desain cross kerja.
Polres Metro Bekasi Pengembangan karir, sectional.
Kota. Hubungan dalam
pekerjaan, Struktur
dan iklim organisasi.
9

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Desain Hasil Penelitian


Penelitian
3. Siti Rahmawati16 Analisis Stres Kerja Variabel Bebas: Jenis a. Rataan tuntutan
Karyawan pada PT Tuntutan tugas, penelitisn tugas berpengaruh
Bank Rakyat tuntutan peran, kuantitatif terhadap tingkat
Indonesia (Persero) tuntutan hubungan dengan stres kerja sedang.
Tbk Cabang Bogor. antar pribadi, struktur pendekatan b. Rataan tahap hidup
organisasi. cross section organisasi
Variabel Terikat: berpengaruh
Stres kerja. terhadap tingkat
stres kerja sedang.
4. Feby Ansari Mayang Faktor-Faktor yang Variabel Bebas: Jenis
S. Berhubungan Umur, Masa kerja, penelitisn
dengan Stres Kerja Tuntutan tugas, kuantitatif
Pada Karyawan Pengembangan karir, dengan
Bagian Kepesertaan Peran individu dalam pendekatan
Badan organisasi, Struktur cross
Penyelenggara dan iklim organisasi, sectional.
Jaminan Sosial Hubungan dalam
(BPJS) Kesehatan pekerjaan
Ungaran Variabel Terikat:
Stres kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stres Kerja


Stres merupakan ketidakmampuan manusia mengatasi setiap ancaman
yang dihadapi baik dari sisi mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang
pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
Persepsi terhadap kondisi dan situasi di dalam lingkungan sendiri adalah
stres. Jika seorang karyawan dalam sebuah perusahaan mengalami stres
yang terlalu besar, maka akan mengganggu kemampuan seseorang tersebut
untuk menghadapi lingkungan dan pekerjaannya.18
Gibson Ivancevich mengatakan bahwa “Stres merupakan tanggapan
adaktif, dimediasi oleh perdebatan individual dan atau proses psikologis, yaitu
sebuah konsekuensi dari semua kegiatan (lingkungan), situasi, maupun
kejadian eksternal yang dapat membebani tuntutan fisik atau psikologis yang
berlebihan terhadap seseorang.” Sedangkan Beehr dan Newman
mengatakan “Stres kerja sebagai sebuah kondisi yang terjadi sebagai hasil
interaksi antara pegawai dengan pekerjaan mereka dan dikarakteristikan atau
ditandai oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang
dari fungsi normal mereka.19
Menurut OSHA (Occupational Safety Health Administration), stres dapat
dialami oleh individu saat ketidakseimbangan terjadi antara sumber daya yang
dimiliki dengan permintaan. Kondisi stres adalah gangguan yang sifatnya
psikologis tetapi dapat berdampak pada fisiologi individu.17
Secara umum, stres kerja merupakan ketidaksesuaian atau kesenjangan
antara permintaan dan tekanan serta dapat diartikan juga sebagai
ketidaksesuaian dengan pengetahuan dan kemampuan.20 Stres kerja
merupakan tanggapan manusia baik secara fisik maupun mental terhadap
suatu perubahan yang terjadi di lingkungan kerja yang dirasakan sehingga
dirinya merasa terancam. Sedangkan European Commission mengatakan
bahwa stres kerja merupakan suatu bentuk emosional, kognitif, reaksi
fisiologis maupun perilaku terhadap aspek-aspek organisasi kerja, pekerjaan,
dan lingkungan kerja yang bersifat merugikan.21

10
11

B. Jenis-Jenis Stres Kerja


Stres kerja dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:22
1. Eustress
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskuler dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

C. Tahapan-Tahapan Stres Kerja


Stresamerupakan respon tubuh baik secara fisiologi maupun perilaku
terhadap keadaan terancam yang dihadapi oleh individu. Menurut Watts
dalam Casper, respon tubuh terhadap stres terdiri dari lima tahapan, yaitu:23
1. Tahap alarm
Merupakan tahap awal yaitu tahap reaksi alarm dalam tubuh berupa
mekanisme pertahanan tubuh. Untuk mengatasi stressor yang dihadapi,
tubuh membutuhkan pengeluaran energi yang cukup tinggi. Hal ini
dilakukan dengan meningkatkan aktivitas kelenjar tiroid dan adrenal.
Saraf simpatik kemudian meresponnya dengan meningkatkan sekresi
hormone kortikoidaldosterone dan antidiuretic hormone (ADH) dalam
tubuh. Sekresi ini menghasilkan retensi natrium dan air didalam tubuh
yang kemudian menjadi indikasi terjadinya inflamasi. Pada tahap yang
lebih lama akan menyebabkan terjadinya gastritis, diverculitis, colitis,
sinusitis artritis, dan lain-lain.
Pada tahapan ini juga terjadi peningkatan hormone stres, denyut
jantung, penyempitan pembuluh darah, kadar gula darah, kadar
kolesterol, pengeroposan tulang, pemecahan protein otot dan jaringan
ikat, resistensi insulin, perasaan stres, takut, cemas, dan depresi. Tahap
alarm ini juga menyebabkan penurunan memori jangka pendek,
12

kemampuan berkonsentrasi, dan imunitas tubuh. Pada tahapan ini


kebutuhan vitamin seperti C, D, E, B1, B6, dan B12 serta kalsium,
tembaga, kobalt, natrium, selenium dan seng mengalami peningkatan.
Sehingga ketika individu kekurangan nutrisi tersebut maka
kemampuannya untuk mengelola respon akan sulit dilakukan. Sisi positif
dari tahapan ini adanya peningkatan refleks dan fokus mental. Hal ini
dapat menjadikan tubuh merespon terhadap stres menuju efek yang baik
atau buruk.
2. Tahap resisten
Tahap ini terdiri dari tahapan lanjutan dari stimulasi saraf simpatik
yang terjadi pada tahap alarm. Pada tahap ini tubuh berusaha
mempertahankan homeostatis akibat adanya stressor dalam tubuh.
Hormone kortisol disekresikan untuk mengendalikan inflamasi yang
terjadi di dalam tubuh. Sekresi hormon kortisol ini menyebabkan
terjadinya katabolisme dan meningkatkan gula darah sehingga disebut
hormone glukokortikoid. Jika individu tidak dapat melewati tahapan ini
maka katabolisme yang terjadi akan menyebabkan penyakit kronis,
seperti syok, disfungsi kekebalan tubuh, fluktuasi tingkat energi, dan lain-
lain.
3. Tahap pemulihan
Pada tahap ini stres mulai dapat dikendalikan, perbaikan jaringan
terjadi dan fungsi tubuh kembali normal. Dalam keadaan ini, sistem
pencernaan, metabolisme dan fungsi sel mengalami perbaikan. Istirahat,
pertumbuhan, dan aktivitas mental yang lebih tenang akan
mengembalikan kesehatan individu pada level yang baik.
4. Tahap adaptasi
Jika tubuh tidak mampu melalui tahap pemulihan, keadaan stres
akan menjadi kronis. Pada tahapan ini, tubuh tidak dapat menyesuaikan
kondisinya terhadap keadaan stres yang dihadapi sehingga berbagai
kondisi kronis mulai muncul, seperti menurunnya tingkat energi,
menurunkan self-esteem, gangguan tidur, perubahan nafsu makan,
gangguan emosional, merasa sedih berkepanjangan, tidak mampu
merasakan sakit, gairah seks menurun, konsentrasi menurun, serta
hilangnya motivasi.
13

5. Tahap kelelahan
Pada tahap ini tubuh semakin kehilangan kemampuannya untuk pulih
dari kondisi kronis yang dihadapi. Sebagai akibat stres yang
berkepanjangan, maka kelenjar tiroid dan adrenal mulai merasa
kehilangan sumber energi dari dalam tubuh. Individu akan berusaha
mencari sumber energi dari luar tubuh dengan mengkonsumsi alkohol,
kopi, nikotin, dan obat-obatan.
Pada tahap ini kadar kolesterol mengalami peningkatan sehingga
berbagai penyakit kronis timbul, seperti diabetes, kanker, penyakit
jantung, sembelit, alergi dan asma, kelelahan, dan hipoglikemia. Keadaan
berkepanjangan yang seperti ini akan membuat tubuh menjadi rentan
terhadap berbagai macam penyakit bahkan dalam kasus yang lebih
berbahaya dapat mengakibatkan kematian.

D. Gejala Stres Kerja


Gejala stres dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu:24
Tabel 2.1 Gejala stres kerja

Gejala Fisik Gejala Mental Gejala Gejala Perilaku


Emosional
1. Kelelahan 1. Menurunnya 1. Gelisah 1. Makan
badan konsentrasi berlebihan
2. Sakit kepala 2. Ingatan 2. Depresi 2. Minum
berkurang berlebihan
3. Sulit tidur 3. kebingungan 3. Tegang 3. Merokok
berlebihan
4. Hilangnya 4. Frustasi 4. Menangis
rasa humor

5. Bimbang 5. Ketakutan 5. Menyalahkan


orang lain
14

Beberapa gejala stres yaitu:24


1. Fisik, seperti nafas yang memburu, mulut kering, kerongkongan kering,
tangan basah, kepanasan, otot kaku, pencernaan tidak lancar, sembelit,
letih, kepala yang sakit, salah urat, dan merasa gelisah.
2. Perilaku, seperti merasa kebingungan, merasa cemas, sedih tidak
beralasan, jengkel, tidak berdaya, salah paham, merasa gelisah, tidak
dapat berubuat apa-apa, kehilangan semangat, merasa gagal, sulit
berpikir positif, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan,
kehilangan gairah, kehilangan kreativitas, dan kehilangan minat terhadap
orang lain.
3. Kepribadian dan watak, seperti sikap yang seharusnya berhati-hati
menjadi berlebihan, cemas menjadi mudah panik, tidak percaya diri, dan
emosi yang mudah meledak.

Seseorang yang mengalami stres kerja menunjukkan gejala-gejala


seperti tiga area dibawah ini, yaitu:24
1. Gejala Fisik
Gejala fisik dapat berupa detak jantung yang meningkat, tekanan
darah meningkat, peningkatan sekresi adrenalin dan nonadrenalin,
merasakan bodily injuries, lelah secara fisik, gangguan maag, masalah
pernafasan, gangguan pembuluh jantung, gangguan kulit, pusing,
produksi keringat meningkat, kanker, sulit tidur, dan lain-lain.
2. Gejala Psikologis
Gejala Psikologis dapat berupa merasa tertekan, rasa cemas
berlebihan, mudah peka terhadap rangsangan, kebingungan, mudah
marah, mudah frustasi, peka secara emosional, merasa diasingkan, sulit
berkomunikasi, depresi, bosan dan mengalami ketidakpuasan terhadap
hasil pekerjaan, kelelahan secara mental, penurunan harga diri, dan
ketika seseorang merasa gagal dalam mengatasi stres, ia dapat
mengalami kondisi yang disebut learned helplessness (perasaan tidak
berdaya sama sekali), kondisi ini adalah sumber stres baru yang
membuat ia semakin terpuruk.
15

3. Gejala Tingkah Laku


Gejala tingkah laku dapat berupa kebiasan menunda pekerjaan,
menghindari pekerjaan, penurunan performa produktivitas, semakin
sering menggunakan alkohol dan obat terlarang, dan lain sebagainya.
Dari seluruh uraian diatas, disimpulkan bahwa gejala stres secara
umum ditandai dengan adanya tiga perubahan, yaitu: perubahan secara
fisik, psikologis dan perilaku.

E. Dampak Stres Kerja


Dampak stres bermacam-macam. Ada dampak positif maupun dampak
negative. Dampak dari stres yaitu:25
1. Dampak Subjektif (subjective effect)
Kegelisahan dan kekhawatiran, rasa bosan, kelesuan, letih, frustasi,
hilang kesabaran, perasaan terkucilkan dan rasa kesepian.
2. Dampak Perilaku (behavioral effect)
Stres dapat memberi dampak pada perilaku pekerja seperti, mudah emosi
dan perilaku implusif.
3. Dampak Kognitif (cognitive effect)
Sulit mengambil keputusan, konsentrasi menurun, kurang perhatian, dan
sangat peka terhadap kritik yang diberikan padanya merupakan dampak
kognitif secara umum.
4. Dampak Fisiologis (physiological effect)
Denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, mulut terasa
kering, mengeluarkan banyak keringat, tubuh panas dingin dan bola mata
makin melebar.
5. Dampak Kesehatan (health effect)
Sering mengalami mimpi buruk, pusing, kesulitan tidur, gangguan
psikosomatis.
6. Dampak Organisasi (organizational effect)
Produktivitas rendah dan menurun, terasingkan oleh rekan kerja,
ketidakpuasan kerja, dan sebagainya.
16

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja


Timbulnya stres di pengaruhi oleh faktor-faktor, seperti faktor organisasi,
faktor individu dan faktor lingkungan.26
1. Faktor Organisasi
Faktor yang berpengaruh terhadap stres kerja yang dialami karyawan
dimana seluruh aktivitas dalam pekerjaan berhubungan dengan
karyawan. Misalnya tuntutan pekerjaan, beban kerja yang berat,
pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawab tinggi, shift kerja akan
cenderung memicu stres kerja.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap stres kerja yang dialami
karyawan. dukungan sosial yang mungkin berperan akan mendorong
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, apabila salah satu faktor
lingkungan ini tidak mendukung maka tingkat stres karyawan akan
semakin tinggi.
3. Faktor Individu
Faktor Pribadi maupun sering disebut faktor individu juga berperan dalam
mempengaruhi tingkat stres karyawan. Dalam faktor ini kepribadian
seseorang akan mempengaruhi tingkat stresnya. Dimana faktor ini dapat
menentukan cara seseorang melihat stres yang dialaminya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja lainnya antara lain:


1. Faktor Individu
a. Kepribadian
Ketika berbicara tentang stres pada pekerja, maka kita akan melihat
bagaimana seseorang memandang stres sebagai suatu gangguan,
sehingga stres sangat bergantung kepada kepribadian individu yang
terkena stres tersebut. Seseorang yang berkepribadian introvert bereaksi
lebih negatif dan memiliki ketegangan lebih besar daripada individu yang
berkepribadian ekstrovert.
b. Kecakapan
Kecakapan merupakan variable yang ikut menentukan stres tidaknya
sesuatu yang ia hadapi. Jika seseorang menghadapi masalah yang ia
rasakan tidak mampu ia pecahkan sedangkan situasi tersebut penting,
17

maka hal tersebut akan dirasakan sebagai sesuatu yang mengancam


sehingga dapat memicu terjadinya stres. Ketidakmampuan individu dalam
menyelesaikan masalah sehingga menyebabkan stres berkaitan dengan
kecakapan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi stres.
c. Nilai dan kebutuhan
Setiap organisasi dan perusahaan memiliki budaya dan nilai masing-
masing. Para tenaga kerja diharapkan dapat mengikuti nilai dan budaya
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Proses sosialisasi pekerja dalam
mengikuti nilai dan budaya tidak sepenuhnya berhasil. Bagi pekerja yang
gagal biasanya akan mengundurkan diri. Dan bila ada yang tidak
mengundurkan diri karena tidak adanya pekerjaan lain atau karena sebab
tertentu makan tenaga kerja tersebut akan berpotensi mengalami stres.
d. Umur
Umur dapat mempengaruhi tingkat stres yang dialami seseorang. Pekerja
pada usia yang lebih tua cenderung mengalami stres lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja berumur muda. Tetapi pengalaman stres
pada pekerja yang berumur tua lebih banyak dibandingkan dengan
pekerja muda. Pengaruh umur terhadap stres yang dialami pekerja
biasanya hanya terjadi pada pekerjaan tertentu terutama yang
berhubungan dengan kekuatan fisik dan penggunaan indera. Individu
yang berumur lebih tua cenderung mengalami stres lebih rendah. Individu
yang berumur tua mengalami stres yang lebih rendah dikarenakan
pengalamannya dalam menghadapi stres sudah lebih baik dibandingkan
individu yang berumur lebih muda.
e. Masa kerja
Masa jabatan yang berhubungan dengan stres kerja sangat berkaitan
dengan kejenuhan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja diastase 5
tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dari pada
pekerja yang baru bekerja. Sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan
tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Budiono mengatakan bahwa masa kerja dapat mempengaruhi
pekerja baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positif dimana
semakin lama seseorang bekerja makan akan semakin berpengalaman
dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh
18

negatif apabila semakin lama bekerja maka akan menimbulkan kelelahan


dan kebosanan. Semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin
banyak seseorang terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan
kerja tersebut.
f. Status menikah
Pekerja yang telah menikah terutama bagi wanita akan mempunyai peran
ganda yaitu dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Sedangkan bagi pria
akan mempunyai beban yang lebih berat dan kewajiban yang lebih besar
jika sudah memiliki keluarga atau sudah menikah sehingga pria dituntut
agar bekerja lebih giat sehingga itu dapat menimbulkan kecenderungan
terjadi stres yang semakin besar.27
2. Faktor Lingkungan Pekerjaan 28
a. Tuntutan lingkungan fisik
1) Kebisingan
Kebisingan biasa didefinisikan sebagai suara yang tidak
diinginkan yang dapat memicu timbulnya stres. Kebisingan
merupakan salah satu sumber stres yang terdapat di tempat kerja.
Tingkat kebisingan yang tinggi diklaim sebagai penyebab stres
paling tinggi dibandingkan faktor lingkungan lainnya. Berdasarkan
hasil survey didapatkan urutan faktor lingkungan fisik yang paling
berpengaruh adalah kebisingan, sanitasi lingkungan, substansi
berbahaya, pencahayaan dan suhu.
Bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau
tetap pada alat pendengaran kita, juga dapat merupakan sumbe
stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan
ketidakseimbangan psikologis kita. Kondisi demikian memudahkan
timbulnya kecelakaan. Misalnya tidak mendengar suara-suara
peringatan muncul kecelakaan. I vancevich dan Matteson
berpendapat bahwa bising yang berlebihan (sekitar 80 desibel)
yang berulangkali didengar, untuk jangka waktu lama, dapat
menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising yang berlebihan
ialah mengurangi toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit
stres yang lain, menurunkan motivasi kerja.
19

Paparan (exposure) terhadap bising berkaitan dengan rasa


lelah, sakit kepala, mudah tersinggung, dan ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Akibat paparan terhadap bising dalam bentuk
perilaku, misalnya penurunan unjuk-kerja/produktivitas, terjadinya
kecelakaan, penurunan perilaku membantu, bersikap lebih negatif
terhadap orang lain, rasa bermusuhan yang lebih terbuka dan
agresi terbuka.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan sumber stres yang kuat yang
mengakibatkan peningkatan taraf catecholamine dan perubahan
dari berfungsinya seseorang secara psikologikal dan neurological.
Dalam penelitian Sutherland dan Cooper ditemukan bahwa
kondisi kerja yang tidak menyenangkan karena adanya getaran
dinilai sebagai pembangkit stres oleh 37% dari pekerja.
3) Hygiene
Lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan pembangkit
stres. Para pekerja dari industry baja menggambarkan kondisi
berdebu dan kotor, akomodasi pada waktu istirahat yang kurang
baik, juga toilet yang kurang memadai. Hal ini dinilai oleh para
pekerja sebagai faktor tinggi pembangkit stres.
4) Ventilasi
Kualitaskudaraayang buruk di lingkungan kerja dapat memicu
terjadinya sakit kepala dan kelelahan sehingga menyebabkan
pekerja sulit berkonsentrasi. Rendahnya kualitas udara ini dapat
disebabkan beberapa hal, seperti tingginya konsentrasi polutan di
udara, buruknya sirkulasi udara, atau kurangnya ventilasi. Selain
itu, faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas udara yaitu asap
rokok, sistem pendingin ruangan, ionisasi akibat peralatan
elektronik, terlalu banyak orang di ruangan kecil, dan adanya bahan
kimia.
5) Suhu
Respon individu terhadap kondisi suhu di lingkungan kerja
berbeda-beda. Meskipun pada saat ini suhu di tempat kerja
cenderung bias dikendalikan tetapi suhu di lingkungan kerja tetap
20

dapat dikategorikan menjadi terlalu panas, terlalu dingin, dan


sebagainya. Stres yang diakibatkan suhu dapat menurunkan
kemampuan dalam pengambilan keputusan dan performa kerja.
Selain itu, lingkungan kerja yang terlalu dingin juga dapat
menurunkan tingkat ketangkasan dan motivasi dalam bekerja dan
dapat meningkatkan kejadian kecelakaan kerja.
b. Tuntutan tugas 29
1) Kerja shift
Monk dan Tepas dalam Munandar menyatakan bahwa kerja
shift merupakan sumber utama dari stres bagi pekerja pabrik. Para
pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan
gangguan perut daripada para pekerja pagi/siang dan dampak dari
kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan
gangguan-gangguan perut. Pengaruhnya adalah emosional dan
biological, karena gangguan ritme sirkadian dari tidur/ daur keadaan
bangun (work cycle), pola suhu dan ritme pengeluaran adrenalin.
Pekerjaan shift terutama saat malam hari akan memberikan
tekanan yang besar bagi tubuh. Tubuh akan merasa lebih sehingga
risiko terjadinya kecelakaan akan meningkat. Jam kerja yang terlalu
lama sebaiknya juga dihindari.nurutan shift kerja yang baik yaitu
shift pagi-siang-malam dan setiap shift tersebut diselesaikan tubuh
akan membutuhkan waktu sekitar 11 jam untuk beristirahat.
Kurangnya istirahat akan memberikan efek negatif dari stres
dengan munculnya gangguan kesehatan.
2) Beban kerja
Schultz menyebutkan bahwa beban kerja terbagi atas dua
macam, dimana beban kerja berlebih atau over load dan beban
kerja yang kurang atau under load. Pada beban kerja yang berlebih
dapat dilihat dari banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan
dengan waktu yang terbatas/ditentukan atau suatu pekerjaan yang
sangat sulit untuk dikerjakan karena kurangnya kemampuan.
Sedangkan beban kerja kurang (under load) diakibatkan oleh
adanya pekerjaan yang dilakukan secara rutinitas/monoton yang
pada akhirnya mengakibatkan kebosanan pada pekerja. Walaupun
21

pekerjaan yang dilakukan mempunyai risiko tinggi untuk terjadi


kecelakaan.
Lalu beban kerja yang terlalu banyak maupun sedikit
timbulaselain sebagai akibat dari tugas-tugas yang diberi kepada
karyawan kemudian dirasakan karyawan sebagai beban kerja yang
harus terselesaikan dalam waktu tertentu, juga merupakan suatu
manifestasi dari ketidakmampuan karyawan dalam melakukan
tugas-tugas yang diberi padanya.
3) JamaKerja
Jam kerja rata-rata yaitu 8 jam per hari. Penambahanajam kerja
diatas standar mampu meningkatkan usaha pekerja dalam
beradaptasi dengan pekerjaannya, kemudian meningkatkan
ekskresi katokholamin yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin.
Breslowadan Buell mengatakan dalam kutipan Suprapto bahwa
penemuannya mendukung adanya hubungan jam kerja dengan
stres yang dapat menyebabkan sakit jantung.
c. Pengembangan Karir 30
1) Job Insecurity
Rasa takut kehilangan sebuah pekerjaan, adanya
ancamanabahwaapekerjaannya seperti tidak dibutuhkan lagi
merupakan hal biasa yang mungkin saja terjadi dalam dunia
pekerjaan. Lingkungan yang tidak lagi sama ataupun mengalami
perubahan menyebabkan masalah baru yang berdampak bagi
perusahaan. Hal yang perlu dilakukan adalah reorganisasi demi
mengahdapi bentuk-bentuk perubahan lingkungan tersebut.
Akibatnyaaadalah hilangnya pekerjaan lama dan munculnya
pekerjaan baru. Lalu pekerjaan yang baru mungkin memerlukan
keterampilanayang baru. Reorganisasi inilah yang nantinya
menimbulkan ketidakpastian dalam pekerjaan,ayang merupakan
stressor atau sumber stres yangapotensial.
2) Promosi
Sumber stres lainnya adalah promosi, yang jika keadaan
tersebut dianggap sebagai perubahan yang mendadak bagi pekerja
sehingga pekerja belum mampu dan kurang dipersiapkan untuk
22

promosi maka dapat mengakibatkan stres. Menurut


EverlyadanaGirdano, ada tiga faktor yang menyebabkan promosi
sebagai sumber stres yaitu:
a. Perubahan-perubahan nyata dari fungsi pekerjaan, contonhnya
menjadi fungsi penyelia, pemantau.
b. Penambahanatanggung jawab terhadap uang, manusia, dan
produksi.
c. Perubahan peran sosial yang mengikuti promosinya,
contohnya saat menjadi ketua bagi berbagai kepanitiaan,
mewakili atau sekedar menjadi anggota dari delegasi
organisasi dalam negoisasi dengan pihak lain.

Peluang yang ada walaupun kecil dalam hal promosi ini,


mungkin karena keadaan yang tidak mengizinkan, maupun karena
perasaan terlupakan, dapat menjadi pembangkit stres bagi pekerja
yang merasa bekerja sudah lama dan sudah waktunya
mendapatkan promosi tersebut. Over-promotion dapat memberikan
kondisi seperti beban kerja yang dirasa berlebihan yang dapat
menimbulkan stres.
3) Kepuasan Gaji
Gaji yang tidak sesuai dengan harapan yang diterima pekerja
merupakan salah satu penyebab tinginya turn over. Namun selain
itu gaji juga dapat menjadi sumber motivasi dalam bekerja. Menurut
teoriaHeizberg, kepuasan dalam bekerja menentukan motivasi
seseorang dalam bekerja, yang salah satuakomponennya
adalahaupah.
d. Peran individu dalam organisasi 30
1) Konflik peran
Konflik peran dapat timbul jika seorang pekerja mengalami:
a. Pertentanganaantara tugas yang harus diselesaikan dengan
tanggung jawab yang dimiliki
b. Tugas yang harus diselesaikan yang menurutnya bukanlah
bagian dari tanggung jawabnya
23

c. Tuntutan dari atasan, rekan dan bawahan ataupun orang lain


yang penting menurutnya
d. Pertentangan dengan nilai keyakinan pribadi sewaktu
mengerjakan pekerjaannya.

Pekerja yang mengalami konflik peran lebih banyak memiliki


kepuasan kerja yang lebih rendah dan ketegangan pekerjaan
yang lebih tinggi. Konflik peran ini berkaitan dengan stres.
2) Ketaksaan Peran
Ketika seorang pekerja tidak mempunyai cukup informasi
dalam menyelesaikan tugasnya atapun tidak mengerti dalam
merealisasikan haapan yang ada kaitannya dengan perannya maka
ia dapat merasakan ketaksaan peran.
Faktor-faktor yang menimbulkan ketaksaan peran adalah:
a. Ketidakjelasan sasaran ataupun tujuan kerja
b. Kesamaran tanggungjawab
c. Ketifakjelasan prosedur dalam bekerja
d. Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh oramg lain
e. Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang unjuk
kerja pekerjaan
Stres yang ditimbulkan karena ketidakjelasan tujuan akan
mengarah pada ketidakpuasan kerja, kurang percaya diri, merasa
dirinya tidak berguna, rasa harga diri yang dinilai rendah, depresi,
motivasi menurun dalam bekerja, tekanan darah dan detak nadi
meningkat, dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan yang
sudah dimiliki.
e. Struktur dan iklim organisasi 26
Faktorastres yang diperhatikan dalam kategori ini terpusat pada
sejauh apa pekerja dapat dilihat berperan pada support sosial. Tidak
adanya peran serta atau partisipasi yang kurang dalam mengambil
keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang
negatif. Peningkatanapeluang untuk berperan serta dapat
meningkatkan produktivitas, meningkatkan taraf ksesehatan baik
mental maupun fisik.
24

f. Hubungan dalam pekerjaan 26


Hubungan kerja yang kurang baik memiliki hubungan dengan
stres. Hal ini dibuktikan dengan gejala-gejala adanya tingkat
kepercayaan yang rendah, dan minat rendah dalam pemecahan
masalah di organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan
dengan ketatalaksanaan peran yang tinggi, yang mengarah pada
komunikasi antar pribadi tidak sesuai antara pekerjaan dengan
ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan kerja yang rendah,
menurunkan kondisi kesehatan, dan rasa terancam oleh rekan dan
teman sekerja.
Hubungan sosial yang baik ataupun menunjang (supportive)
dengan rekan sekerja, atasan, maupun bawahan dalam pekerjaan, tak
akan menimbulkan tekanan antarpribadi yang berhubungan dengan
persaingan. Kedekatan dengan kelompok, rasa percaya terhadap
antar individu dan rasa senang dengan pimpinan, behubungan dengan
penurunan dari stres pekerjaan dan meningkatkan kesehatan. Perilaku
yang kurang tenggang rasa dari atasan dapat menimbulkan rasa
tekanan dalam pekerjaan dan penyeliaan yang ketat dan pemantauan
unjuk-kerja yang kaku dirasakan sebagai penuh stres.
Hubungan yang tidak baik antar pekerja di tempat kerja berpotensi
menjadi penyebab terjadinya stres kerja, hal ini mungkin karena ada
kecurigaan antar pekerja, kurang komunikasi dan ketidaknyamanan
dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat memicu terjadi stres
kerja. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan stres kerja muncul pada
hubungan interpersonal yang baik dapat saja terjadi, walau masih
perlu adanya pengkajian lebih lanjut terkait faktor ini.
3. Faktor Luar Pekerjaan 26
Kategori ini merupakan pembangkit stres potensial, yang dimana
mencakup banyak unsur kehidupan seseorang dalam berinteraksi
dengan peristiwa kehidupan dan pekerjaan didalam suatu organisasi,
serta dapat memberikan tekanan bagi individu itu sendiri. Isu-isu
mengenai keluarga, krisis kehidupan, kesulitan ekonomi, konflik antara
tuntutan keluarga dengan perusahaan, semua itu dapat menyebabkan
25

tekanan pada individu sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan


memiliki dampak negatif bagi kehidupan pribadi maupun keluarga.
Sejumlah peristiwa dalam kehidupan pribadi pekerja dapat
meningkatkan stres kerja, yaitu:31
1) Peristiwa penting yang dapat menekan hidup dapat menjadi
penyebab stres.
Berikut ini dipaparkan skala penilaian penyesuaian sosial yang
dibuat oleh Holmes dan Masuda dan dapat digunakan dalam
mengidentifikasi situasi dan kondisi kehidupan sebagai penyebab stres
bagi pekerja. Angka stres yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat stres
juga serius, misalnya meninggalnya pasangan hidup, perceraian,
pisah ranjang dan lain sebagainya. Sedangkan untuk angka yang
rendah digunakan untuk peristiwa pindah rumah, liburan, atapun
pelanggaran hukum yang ringan.31
2) Kejadian sehari-hari
Hidup yang dijalani sehari-hari banyak diisi dengan sumber stres
minor dengan intensitas yang rendah namun frekuensinya besar
dikarenakan setiap hari bias saja terjadi. Kejadian sehari-hari tersebut
merupakan sumber stres pekerja. Semakin banyak permasalahan
sehari-hari yang dihadapi seorang pekerja maka stres yang dialami
juga semakin besar.

G. Pengukuran Stres Kerja


Teknik pengukuran stres yang biasa digunakan dalam studi Amerika
Serikat (AS) menurut Karoley pada tahun 1985 digolongkan menjadi 4 cara,
yaitu:32
1. Self Report Measure
Menggunakan kuesioner dalam pengukuran stres yaitu dengan
menyatakan intensitas pengalaman psikologis, fisiologis, serta
perubahan fisik yang dapat dialami dalam peristiwa kehidupan. Cara
seperti ini merupakan ”Life Event Scale” berisi beberapaapertanyaan
yang merupakan indikator dalam penentuan stres kerja. Teknik mengukur
stres ini melihat dan mengobservasi perubahan perilaku yang dialami
seseoang, misalnya kurangnya konsentrasi.
26

2. Performance Measure
Mengukur stres dengan cara ini melihat dan mengobservasi
perubahan yang dialami individu. Misalnya adanya penurunan prestasi
kerja terlihat dari gejala sperti kecenderungan melakukan kesalahan,
cepat melupakan dan menjadi lambat dalam bereaksi. Cara ini tergolong
bagus, tapi dalam pelaksanaannya, orang yang melakukan pengukuran
harus melakukan pengamatan langsung dan tidak cukup hanya dengan
teknik wawancara.
3. Physiological Measure
Teknik pengukuran ini berusaha melihat perubahan apa yang terjadi
pada fisik misalnya perubahan ketegangan otot, tekanan darah, dan lain
sebagainya. Cara ini sering dilihat paling tinggi realibitasnya, tapi sangat
tergantung pada alat yang dipergunakan dan siapa yang melakukan
pengukuran tersebut.
4. Biochemical Measure
Teknik pengukuran ini melihat stres melalui respon biokimia tiap
individu berupa perubahan kadar hormone katekolamin dan kortikosteroid
setelah pemberian stimulus. Realibitas cara ini termasuk tinggi tapi hasil
pengukuran yang didapat mungkin berubah apabila subjek peelitian
adalah perokok, pengonsumsi alkohol, dan kopi. Hal ini dikarenakan
rokok kopi maupun alkoholadapat meningkatkan kadar kedua hormone
tersebut dalam tubuh.

H. Pengendalian Stres Kerja


Ada 2 pendekatan yang paling tepat dan dapat mengendalikan stres,
yaitu:33
1. PendekatanaIndividu
Level stres dapat dikendalikan oleh seseorang secara pribadi. Ada
strategi yang sifatnya dapat dilakukan sendiri oleh individu tersebut dan
sangat efektif untuk mengurangi level stres, yaitu: pengelolaan waktu,
latihanrrelaksasi, latihanrfisik, danrdukungan dari sosial. Pengelolaan
waktu dengan baik membuat karyawan dapat mengerjakan dan
menyelesaikan setiap tugasnya dengan baik, dan tidak ada tuntutan yang
membuat harus mengerjakan dengan tergesa-gesa. Latihan fisik juga
27

merupakan sesuatu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi


fisik karyawan agar tetap sehat dan prima sehingga mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik tanpa merasa terbeban. Selain dua hal tersebut,
untuk mengurangi level stres yang dihadapi karyawan maka perlu
diadakan kegiatan santai. Sebagai strategi terakhir adalah berkumpul,
berkomunikasi, dan bertukar pendapat dengan rekan kerja maupun
sahabat, keluarga yang akan memberi dukungan serta saranrbaginya.
2. Pendekatan Organisasi
Beberapa penyebab stres yang lain adalah tuntutan tugas maupun peran
sertarstruktur organisasi yang seluruhnya dikelola oleh manajemen,
sehingga faktor-faktor iturdapat diubah. Strategi-strategi yang dapat
dipakai oleh pihak manajemen untuk mengurangi level stres karyawannya
yaitu melalui penetapan tujuan, seleksi penempatan, pengambilan
keputusan, redesain pekerjaan, komunikasi, organisasional, dan program
kesejahteraan secara transparan. Semua strategi diatas diharapkan
dapat membuat karyawan mendapatkan tugas dan pekerjaan yang
sesuai dengan kompetensinya sehingga mereka bekerja dengan tujuan
yang sama dengan yang diinginkan dan terjalin hubungan interpersonal
yang baik serta perawatann terhadap kondisi mental maupun fisik.

I. Badan Pelayanan Jasa Sosial (BPJS) Kesehatan Indonesia


1. Definisi Badan Pelayanan Jasa Sosial (BPJS)
Badan Pelayanan Jasa Sosial atau sering disebut BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk oleh pemerintah melalui Undang-Undang untuk
melaksanakan program jaminan sosial bagi seluruh masyarakat.15
2. Struktur Organisasi Badan Pelayanan Jasa Sosial (BPJS)
Organisasi BPJS disusun secara berjenjang dari BPJS Pusat hingga
wilayah. Organisasi BPJS tingkat pusat membawahi setiap kantor
perwilayahan namun setiap wilayah memiliki otoritas dan kebijakan
masing-masing yang tidak dapat diintervensi.
Terdapat bagian-bagian atau struktur dalam organisasi BPJS sebagai
berikut: Bagian Kepesertaan dan Pemasaran, Bagian Pelatihan, Bagian
Keuangan dan Investasi, Bagian Perencanaan, Pengembangan dan
Manajemen Risiko, Bagian SDM dan Umum, Bagian Hukum komunikasi
28

dan Hubungan Antarlembaga, serta Bagian Teknologi dan Informasi yang


tiap-tiap bagiannya memiliki pemimpin atau Direktur tiap bagian. Setiap
bagian memiliki grup atau kelompok lagi yang dibawahi oleh Direktur
Bagian.
3. Bagian Kepesertaan Kantor BPJS Kesehatan Ungaran
Bagian Kepesertaan merupakan bagian paling utama di Kantor BPJS,
karena melayani banyak peserta setiap harinya. Hasil rekapitulasi peserta
per bulan menyatakan bahwa peserta yang datang ke kantor BPJS tiap
bulannya tidak sedikit. Sekitar 3000 peserta bahkan lebih yang selalu
datang setiap hari untuk mendaftarkan diri, melakukan perubahan data,
dan menginginkan informasi dari Kantor BPJS. Peserta yang dilayani dari
berbagai kategori, diantaranya adalah PBI (Penerima Bantuan Iuran)
APBN, PBI APBD, PPU (Pekerja Penerima Upah) PNS, PPU-TNI, PPU-
POLRI, PPU-BUMN, PPU-BUMD, PPU-Swasta, PPBU (Pekerja Bukan
Penerima Upah) Pekerja Mandiri, dan Bukan pekerja.
29

J. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori23,26,27,28,29,30,31


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Individu:
1. Umur
2. Masa Kerja

Faktor Lingkungan
Pekerjaan: Stres Kerja
1. Tuntutan Tugas
2. Pengembangan
Karir
3. Peran Individu
dalam Organisasi
4. Struktur dan Iklim
Organisasi
5. Hubungan dalam
Pekerjaan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Keterangan:
Variabel tuntutan lingkungan fisik dan tuntutan luar pekerjaan yang
terdapat dalam kerangka teori tidak diambil oleh peneliti karena hasil studi
pendahuluan menunjukkan keterbatasan dalam mengambil informasi
secara mandalam terkait variabel tersebut dari karyawan bagian
kepesertaan di BPJS Kesehatan Ungaran.

B. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara umur dengan stres kerja pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.

30
31

b. Ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
c. Ada hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
d. Ada hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
e. Ada hubungan antara peran individu dalam organisasi dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
f. Ada hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
g. Ada hubungan antara hubungan dalam pekerjaan dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenisrpenelitian ini adalah explanatory research dimana memiliki tujuan
untuk menguji hipotesis terkait dengan menjelaskan setiap hubungan antar
variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam pelaksanaan
penelitian ini digunakan pendekatan cross sectional, dimana dilakukan
pengamatan sesaat atau dalam periode tertentu dan tiap subjek studi hanya
boleh dilakukan satu kali pengamatan selama berlangsungnya penelitian.

D. Populasi Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti.
Populasi dan sampel prinsipnya sama. Namun pada umumnya dari sisi
aspek kuantitatif berbeda, tetapi secara kualitatif harus sama dalam artian
bahwa sampel harus representatif. Peneliti ini akan meneliti populasi
dikarenakan jumlah populasi sudah mewakili untuk dilakukan uji statistik
yaitu seluruh karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran
berjumlah 30 orang.34
32

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang
menjadi penyebab timbulnya suatu variabel terikat. Dalam konsep
variabel bebas ditemukan bahwa variabel ini menjadi sebab hadirnya atau
timbulnya variabel lain. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas
adalah umur, masa kerja, tuntutan tugas, pengembangan karir, peran
individu dalam organisasi, struktur dan iklim organisasi, dan hubungan
dalam pekerjaan.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang
dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah stres
kerja.
33

F. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Data
No Variabel Definisi Hasil Skala Cara
Operasional Ukur Data Ukur
1. Stres Kerja Hasil pengukuran tingkat stres kerja yang dialami Kategori: Nominal General Health
oleh karyawan bagian kepesertaan BPJS 1. Tidak stres (skor 0- Questionnare
Kesehatan Ungaran berdasarkan angket General 12) (GHQ)
Health Questionnare (GHQ).35 2. Stres (skor 13-
36)36

2. Umur Usia responden terhitung mulai dari saat lahir Kategori: Nominal Angket
sampai saat penelitian.37 1. Muda (≤ 30 tahun)
2. Tua (> 30 tahun)37

3. Masa Kerja Waktu kerja responden mulai dari saat pertama Kategori: Nominal Angket
kali bekerja di Bagian Kepesertaan Kantor BPJS 1. Baru (≤ 5 tahun)
Kesehatan Ungaran hingga pada saat 2. Lama (> 5 tahun)38
penelitian.38
34

No. Variabel Definisi Hasil Skala Cara


Operasional Ukur Data Ukur
4. Tuntutan Tugas Persepsi responden tentang tuntutan tugas Data berdistribusi Nominal Angket
terkait beban kerja dan shift kerja yang berlaku tidak normal dengan
dalam pekerjaan.29 nilai signifikansi
0,035 (p < 0,05)
Sehingga digunakan
nilai median
1. Kurang baik (total
skor < 20)
2. Baik (total skor ≥
20)
5. Pengembangan Persepsi responden tentang promosi yang Data berdistribusi Nominal Angket
Karir diterima terkait tugas dan kewenangan dan hasil normal dengan nilai
yang diterima oleh responden berupa uang atau signifikansi 0,197 (p
fasilitas yang diberikan oleh kantor sebagai ≥ 0,05)
kompensasi terhadap pekerjaan yang telah Sehingga digunakan
dilakukan.30 nilai mean
1. Kurang baik (total
skor < 16,70)
35

No. Variabel Definisi Hasil Skala Cara


Operasional Ukur Data Ukur

2. Baik (total skor ≥


16,70)
6. Peran Individu Persepsi responden tentang kemampuannya Data berdistribusi Nominal Angket
Dalam Organisasi dalam menjalankan tugas.30 normal dengan nilai
signifikansi 0,343 (p
≥ 0,05)
Sehingga digunakan
nilai mean
1. Kurang baik (total
skor < 17,03)
2. Baik (total skor ≥
17,03)

7. Struktur dan Iklim Persepsi responden tentang kesempatannya Data berdistribusi Nominal Angket
Organisasi untuk berpartisipasi dalam pengambilan tidak normal dengan
keputusan yang dapat menunjang nilai signifikansi
pekerjaannya.26 0,009 (p < 0,05)
Sehingga digunakan
nilai median
36

Hasil Skala Cara


No. Variabel Definisi Operasional
Ukur Data Ukur
8. Hubungan dalam Persepsi responden tentang kondisi hubungan 1. Kurang baik (total Nominal Angket
Pekerjaan sosial dalam pekerjaan antara responden skor < 14)
dengan rekan kerja, atasan, maupun 2. Baik (total skor ≥
bawahannya.26 14)
Data berdistribusi
tidak normal dengan
nilai signifikansi
0,000 (p < 0,05)
Sehingga digunakan
nilai median
1. Kurang baik (total
skor < 14)
2. Baik (total skor ≥
14)
37

G. Sumber Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli (langsung dan
informan). Dalam penelitian ini didapatkan dari hasil pengisian angket stres
kerja dan GHQ 12 (General Health Questionnare).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan
orang pertama, bukan asli). Dalam penelitian ini didapatkan dari
pengumpulan data-data terkait Badan Penyelenggara Jasa Sosial (BPJS)
Kesehatan Ungaran, serta dari studi literatur dari jurnal maupun referensi
lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

H. Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket merupakan instrument atau alat yang berisi daftar pertanyaan yang
diberi pada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi angket
bersedia memberi respon sesuai dengan permintaan. Dalam penelitian ini
angket yang digunakan adalah angket General Health Questionnare
(GHQ-12) untuk mengukur tingkat stres kerja yang dialami responden.
Angket GHQ-12 adalah versi yang paling banyak dipakai untuk mengukur
stres kerja, dengan pertimbangan memiliki validitas yang mapan, bahasa
yang sederhana, ringkas dan waktu pengerjaan relatif cepat. Serta
menggunakan angket untuk mengukur variabel umur, masa kerja, tuntutan
tugas, pengembangan karir, perang individu dalam organisasi, struktur dan
iklim organisasi dan hubungan dalam pekerjaan.39 Angket stres kerja yang
digunakan adalah kutipan dari instrumen penelitian stres kerja yang pernah
dilakukan oleh penelitian sebelumnya, maka tidak dilakukan lagi uji
validitas dan realibilitas karena instrumen sudah dianggap valid dan
reliabel.
2. Kamera
Digunakan sebagai alat dokumentasi selama kegiatan penelitian.
3. Laptop
Digunakan sebagai alat dalam mengolah dan menganalisis data serta
untuk pembuatan dan penyelesaian laporan.
38

4. Alat tulis
Digunakan sebagai alat untuk mencatat hasil penelitian yang diteliti dan
untuk mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian.

I. Pengumpulan Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung saat
penelitian berlangsung. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan
angket sebagai instrumen penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari data-data terkait
BPJS Kesehatan Ungaran, serta studi literatur dari jurnal ilmiah maupun
refrensi lain pendukung pelaksanaan penelitian ini.

J. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini data kuantitatif yang diperoleh selanjutnya diolah
menggunakan SPSS 19 dengan tahapan pengolahan sebagai berikut:
a. Editing
Editing merupakan kegiatan memeriksa kembali kebenaran data
yang dikumpulkan dengan angket. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Editing
dilakukan setelah mendapatkan data hasil wawancara yang
dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali hasil data pada hari
tersebut untuk melihat lengkap atau tidaknya pengisian angket,
melihat logis atau tidaknya jawaban dan melihat konsisten antar
pertanyaan dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
b. Skoring
Skoring merupakan pemberian nilai atau skor untuk setiap jawaban
dari pertanyaan untuk selanjutnya dilakukan scoring total. Sistem
skoring atau penilaian ini dibedakan menjadi:
39

1) Skoring untuk stres kerja


Dalam penelitian digunakan skala likert, dengan skala penilaian
0 sampai 3.
2) Skoring untuk faktor-faktor penyebab stres kerja (tuntutan tugas,
peran individu dalam organisasi, pengembangan karir,
hubungan dalam pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi)
dilakukan dengan menggunakan angket. Penelitian ini
menggunakan instrumen berupa angket yang terstruktur dengan
bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pertanyaan positif
(favorable) dan pertanyaan negatif (unfavorable). Cara
pengukuran juga menggunakan skala likert.
Jawaban ragu-ragu ditiadakan agar mendapatkan kepastian dari
tiap jawaban responden antara setuju ataupun tidak setuju
sehingga harapannya ada penguatan dan tidak ada jawaban
yang diragukan.

Tabel 3.2 Nilai Skala Likert

No. Skala Skor Skor


Favorable Unfavorable
1 Sangat setuju/Selalu 4 1
2 Setuju/Sering 3 2
3 Tidak Setuju/Kadang- 2 3
Kadang
4 Sangat Tidak Setuju/ 1 4
Tidak Pernah

c. Coding
Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting apabila pengolahan dan analisis data menggunakan
bantuan laptop.
d. Entry Data
Merupakan suatu kegiatan memasukkan data jawaban tiap
responden yang telah diberikan kode ke dalam SPSS 19, serta
dikumpulkan ke dalam maste table atau database computer.
40

Kegiatan memasukkan data ini kedalam SPSS 19 dari tiap jawaban


responden dilakukan setelah variabel-variabel dibuat. Kemudian
data kembali diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak atau
disebut cleaning.
e. Tabulating
Merupakan kegiatan mengelompokkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisi data yang sesuai dengan
kebutuhan analisis. Tabel yang dibuatpun sebaiknya mampu
meringkas semua data yang nantinya akan dianalisis. Tabel yang
dibuat yaitu tabel untuk uji univariat dan tabel uji bivariat.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif yang
bertujuan mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel
yang diteliti baik itu variabel bebas maupun terikat sehingga dapat
diperoleh gambaran umum data keseluruhan. Dalam penelitian ini
seluruh variabel meliputi umur, masa kerja, tuntutan tugas, peran
individu dalam organisasi, pengembangan karir, struktur dan iklim
organisasi serta hubungan dalam pekerjaan.
b. Analisis Bivariat
Digunakan terhadap variabel bebas (hubungan antara umur,
masa kerja, tuntutan tugas, peran individu dalam organisasi,
pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta struktur
dan iklim organisasi) dengan variabel terikat (stres kerja).
Untuk menguji hubungan dalam penelitian ini, uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi-Square, yaitu uji yang digunakan untuk
menguji signifikansi hubungan antara dua kelompok yang
independen atau lebih. Dikarenakan skala data dalam bentuk
nominal dan ordinal maka rumus yang digunakan adalah Chi-
Square dan diolah menggunakan program computer.
Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan
nilai kemaknaan (α) sebesar 0,05. Kriteria hubungan berdasarkan
nilai p-value yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai
kemaknaan yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut:
41

Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima atau tidak ada hubungan
Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak atau ada hubungan.

K. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Menentukan tempat dan mengirimkan surat izin terkait survei
pendahuluan ke Kantor BPJS Kesehatan Ungaran.
b. Melakukan survei pendahuluan dengan mewawancarai HRD Kantor
BPJS Keseharan Ungaran, serta pengambilan data sekunder seperti
jumlah karyawan bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran serta
struktur organisasi maupun data lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
c. Melakukan studi pustaka terkait permasalahan yang diangkat dalam
peneliti dalam penelitian ini.
d. Membuat proposal penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Mencetak instrument penelitian sesuai dengan jumlah sasaran
responden.
b. Menentukan hari dan membuat janji untuk bertemu responden.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta tata cara pengisian
angket kepada responden.
d. Pengambilan data dilakukan selama seminggu sampai semua
responden mengisi lembar angket dalam pendampingan peneliti.
e. Responden mengisi angket dengan didampingi oleh peneliti dan
peneliti mengambil hasil angket dengan ketentuan apabila ada
pertanyaan dari angket yang belum diisi dan tidak dimengerti oleh
responden, maka dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
f. Mengumpulkan dan mencetak hasil angket yang sudah diisi
3. Tahap Penyelesaian Penelitian
a. Data diolah dengan bantuan laptop menggunakan software statistic
SPSS versi 19 dan data yang telah terkumpul dalam penelitian ini
dianalisis secara univariat dan bivariat.
b. Menganalisis dan penyimpulan data.
42

c. Penyusunan laporan dan konsultasi dengan dosen pembimbing.


d. Penyebarluasan laporan penelitian dengan memberikan kepada pihak
yang berkepentingan atas penelitian ini
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum
Kabupaten Semarang memiliki satu kantor Badan Penyelenggara Jasa
Sosial (BPJS) Kesehatan yaitu BPJS Kesehatan Ungaran yang terletak di
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. BPJS Kesehatan Ungaran memiliki lima
bidang secara keseluruhan yang meliputi Bidang Perluasan dan Kepesertaan,
Bidang Penjaminan Manfaat Primer, Bidang Penjaminan Manfaat Rujukan,
Bidang Penagihan dan Keuangan, dan Bidang SDM, Umum serta Komunikasi
Publik. Jumlah karyawan secara keseluruhan meliputi lima bidang tersebut
adalah 110 orang karyawan. Wilayah kerja BPJS Kesehatan Ungaran meliputi
daerah Kecamatan Ambarawa, Banyubiru, Bancak, Bawen, Bandungan,
Bergas, Bringin, Getasan, Jambu, Kaliwungu, Pabelan, Pringapus, Susukan,
Suruh, Sumowono, Tengaran, Tuntang, Ungaran Barat, dan Ungaran Timur.
Wilayah kerja yang luas membuat risiko stres semakin tinggi karena semakin
banyak tuntutan tugas yang akan dikerjakan.
Bagian Kepesertaan merupakan salah satu bidang di BPJS Kesehatan
yang khusus melayani peserta. Jumlah karyawan bagian kepesertaan adalah
30 orang karyawan. Tugas yang dijalankan yaitu menangani bagian peserta
dan calon peserta yang akan mendaftar di BPJS Kesehatan Ungaran.
Karyawan bagian kepesertaan dituntut tetap ramah dan tepat waktu yaitu
maksimal tiga menit per peserta dalam memberikan pelayanan, konsultasi
maupun keluhan. Karyawan juga memiliki tuntutan tugas yaitu target
perusahaan yang harus dipenuhi. Hari kerja dimulai dari Senin hingga Jumat
pada pukul 07.00-16.00 dan jika tugas tiap karyawan belum terselesaikan,
tidak jarang karyawan mengambil waktu lembur setelah jam kerja. Namun,
dengan tuntutan tugas yang banyak, BPJS belum memiliki program
pengendalian stres kerja yang dapat berupa rekreasi bersama untuk
meningkatkan kenyamanan dan rasa bahagia karyawan agar dapat
mengerjakan tugas-tugasnya. Namun untuk menghindari bahaya ergonomi,
BPJS sudah memiliki program peregangan selama 10 menit di sela-sela
pekerjaan agar tubuh tidak terlalu kaku karena harus bekerja monoton selama

43
44

berjam-jam. Kondisi lain yang ada di BPJS adalah ketidakjelasan peran atau
jobdesk yang ada di BPJS juga salah satu potensi pemicu terjadinya stres.
Karyawan kerap kali mengerjakan pekerjaan yang seharusnya bukan menjadi
tanggung jawabnya dikarenakan target perusahaan yang besar setiap
bulannya. Meskipun perusahaan memiliki program evaluasi setiap minggu
untuk melihat pencapaian target setiap karyawan, namun sosialisasi tentang
kejelasan peran atau jobdesk karyawan belum dilakukan dalam kegiatan
evaluasi. Sehingga karyawan yang berstatus tidak tetap seringkali mendapat
tugas tambahan di luar tanggung jawabnya. Hal tersebut membuat karyawan
tidak begitu menikmati pekerjaannya dan sering membuat tubuh tidak relaks
dalam bekerja sehingga dapat menimbulkan stres kerja.
Gambaran penelitian ini yaitu dilakukan dengan menggunakan angket
stres kerja yang diberikan pada karyawan bagian kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran untuk diketahui faktor-faktor penyebab stres kerja yang
ada disana. Angket yang diberikan diisi oleh karyawan dengan pengawasan
dan bimbingan dari peneliti. Penelitian ini dilakukan selama seminggu pada
jam istirahat karyawan BPJS Kesehatan Ungaran.
Dalam bagan struktur organisasi BPJS Kesehatan Ungaran yang terdapat
dalam Gambar 4.1 dibawah menjelaskan bahwa bagian kepesertaan dibawahi
oleh Kepala Cabang. Bidang Kepesertaan membawahi relationship officer,
Staf administrasi kepesertaan, dan staf administrasi pemeriksaan.

Kepala Cabang

Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang PLH Kepala Bidang


Kepala Bidang Penjaminan Penjaminan Penagihan dan SDM, Umum dan
Kepesertaan Manfaat Primer Manfaat Rujukan Keuangan Kounikasi Publik

Verifikator Staf SDM dan


Relationship Penjaminan Case Manager Staf Penagihan Komunikasi
Officer Manfaat Primer Internal

Verifikator
Staf Administrasi Staf Pengelolaan Penjaminan Staf Perencanaan Staf Umum dan
Kepesertaan Faskes Primer Manfaat Rujukan dan Pembukuan Kesekretariatan

Staf Utilisasi Staf Pengelolaan Staf Hukum dan


Staf Administrasi Pelayanan Kasir
Pemeriksaan Faskes Rujukan Komunikasi Publik
Kesehan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Penyelenggara Jasa Sosial (BPJS)


Kesehatan Ungaran
45

B. Analisis Univariat
1. Stres Kerja
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Stres Kerja Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Stres Kerja Frekuensi Persentase (%)


Stres 14 46,7
Tidak Stres 16 53,3
Total 30 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan bagian


kepesertaan tergolong tidak stres yaitu 16 orang (53,3%).

2. Umur
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Umur Frekuensi Persentase (%)


Tua (> 30 Tahun) 7 23,3
Muda (≤ 30 Tahun) 23 76,7
Total 30 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertan terbanyak


adalah karyawan yang muda (≤ 30 tahun) sebanyak 23 orang (76,7%).
46

3. Masa Kerja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)


Lama (> 5 Tahun) 9 30,0
Baru (≤ 5 Tahun) 21 70,0
Total 30 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa masa kerja karyawan bagian kepesertaan


terbanyak adalah karyawan dengan masa kerja baru (≤ 5 tahun) sebanyak 21
orang (70%).

4. Tuntutan Tugas
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tuntutan Tugas Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Tuntutan Tugas Frekuensi Persentase (%)


Kurang Baik 14 46,7

Baik 16 53,3
Total 30 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertaan memiliki


tuntutan tugas yang baik sebanyak 16 orang (53,3%).

5. Pengembangan Karir
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengembangan Karir Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Pengembangan Karir Frekuensi Persentase (%)


Kurang Baik 17 56,7
Baik 13 43,3
Total 30 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertaan memiliki


pengembangan karir yang kurang baik sebanyak 17 orang (56,7%).
47

6. Peran Individu dalam Organisasi


Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Peran Individu dalam Organisasi Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Peran Individu dalam Organisasi Frekuensi Persentase (%)


Kurang Baik 16 53,3
Baik 14 46,7
Total 30 100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertaan memiliki


peran individu dalam organisasi yang kurang baik sebanyak 16 orang (53,3%).

7. Struktur dan Iklim Organisasi


Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Struktur dan Iklim Organisasi Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Struktur dan Iklim Organisasi Frekuensi Persentase (%)


Kurang Baik 8 26,7

Baik 22 73,3
Total 30 100,0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertaan memiliki


struktur dan iklim organisasi yang baik sebanyak 22 orang (73,3%).

8. Hubungan dalam Pekerjaan


Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hubungan dalam Pekerjaan Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Hubungan dalam Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Kurang Baik 4 13,3
Baik 26 86,7
Total 30 100,0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa karyawan bagian kepesertaan memiliki


hubungan dalam pekerjaan yang baik sebanyak 26 orang (86,7%).
48

C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara umur dengan stres kerja
Tabel 4.9 Hasil Crosstab antara umur dengan stres kerja pada karyawan
bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran

Stres Kerja
Stres Tidak Total p-value
Umur Kerja Stres
f % f % f % 0,526
Tua 4 57,1 3 42,9 7 100,0

Muda 10 43,5 13 56,5 23 100,0

Tabel 4.9 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel umur dengan
stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square. Diketahui karyawan bagian
kepesertaan dengan umur tua (> 30 tahun) sebanyak 4 orang atau 57,1%
mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian kepesertaan dengan
umur tua (> 30 tahun) sebanyak 3 orang atau 42,9% tidak mengalami stres
kerja. Karyawan bagian kepesertaan dengan umur muda (≤ 30 tahun)
sebanyak 10 orang atau 43,5% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan
bagian kepesertaan dengan umur muda (≤ 30 tahun) sebanyak 13 orang atau
56,5% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-square memperoleh nilai
signifikansi 0,526 (> 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara umur dengan stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran.

2. Hubungan antara masa kerja dengan stres kerja


Tabel 4.10 Hasil crosstab antara masa kerja dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran

Stres Kerja
Stres Tidak Total p-value
Masa Kerja Kerja Stres
f % f % f % 0,151
Lama 6 66,7 3 33,3 9 100,0

Baru 8 38,1 13 61,9 21 100,0

Tabel 4.10 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel masa kerja
dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square. Diketahui karyawan
49

bagian kepesertaan dengan masa kerja lama (> 5 tahun) sebanyak 6 orang
atau 66,7% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian kepesertaan
dengan masa kerja lama (> 5 tahun) sebanyak 3 orang atau 33,3% tidak
mengalami stres kerja. Karyawan bagian kepesertaan dengan masa kerja
baru (≤ 5 tahun) sebanyak 8 orang atau 38,1% mengalami stres kerja,
sedangkan karyawan bagian kepesertaan dengan masa kerja baru (≤ 5 tahun)
sebanyak 13 orang atau 61,9% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-
square memperoleh nilai signifikansi 0,151 (> 0,05) yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.

3. Hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja


Tabel 4.11 Hasil crosstab antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran

Stres Kerja
Stres Tidak Total p-value
Tuntutan Tugas
Kerja Stres
f % f % f % 0,011
Kurang Baik 10 71,4 4 28,6 14 100,0
Baik 4 25,0 12 75,0 16 100,0

Tabel 4.11 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel tuntutan
tugas dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square. Diketahui
karyawan bagian kepesertaan dengan tuntutan tugas kurang baik sebanyak
10 orang atau 71,4% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian
kepesertaan dengan tuntutan tugas kurang baik sebanyak 4 orang atau 28,6%
tidak mengalami stres kerja. Karyawan bagian kepesertaan dengan tuntutan
tugas yang baik sebanyak 4 orang atau 25,0% mengalami stres kerja,
sedangkan karyawan bagian kepesertaan dengan tuntutan tugas yang baik
sebanyak 12 orang atau 75,0% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-
square memperoleh nilai signifikansi 0,011 (< 0,05) yang menunjukkan bahwa
ada hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
50

4. Hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja


Tabel 4.12 Hasil crosstab antara pengembangan karir dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran

Stres Kerja
Pengembangan Stres Tidak Total p-value
Karir Kerja Stres
f % f % f % 0,127
Kurang Baik 10 58,8 7 41,2 17 100,0
Baik 4 30,8 9 69,2 13 100,0

Tabel 4.12 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel


pengembangan karir dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square.
Diketahui karyawan bagian kepesertaan dengan pengembangan karir kurang
baik sebanyak 10 orang atau 58,8% mengalami stres kerja, sedangkan
karyawan bagian kepesertaan dengan pengembangan karir kurang baik
sebanyak 7 orang atau 41,2% tidak mengalami stres kerja. Karyawan bagian
kepesertaan dengan pengembangan karir yang baik sebanyak 4 orang atau
30,8% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian kepesertaan
dengan pengembangan karir yang baik sebanyak 9 orang atau 69,2% tidak
mengalami stres kerja. Hasil uji chi-square memperoleh nilai signifikansi 0,127
(> 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengembangan karir dengan stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran.

5. Hubungan antara peran individu dalam organisasi dengan stres kerja


Tabel 4.13 Hasil crosstab antara peran individu dalam organisasi dengan
stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran

Stres Kerja
Peran Individu
Stres Tidak Total p-value
dalam
Kerja Stres
Organisasi
f % f % f % 0,010
Kurang Baik 11 68,8 5 31,3 16 100,0
Baik 3 21,4 11 78,6 14 100,0

Tabel 4.13 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel peran
individu dalam organisasi dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-
51

square. Diketahui karyawan bagian kepesertaan dengan peran individu dalam


organisasi kurang baik sebanyak 11 orang atau 68,8% mengalami stres kerja,
sedangkan karyawan bagian kepesertaan dengan peran individu dalam
organisasi kurang baik sebanyak 5 orang atau 31,3% tidak mengalami stres
kerja. Karyawan bagian kepesertaan dengan peran individu dalam organisasi
yang baik sebanyak 3 orang atau 21,4% mengalami stres kerja, sedangkan
karyawan bagian kepesertaan dengan peran individu dalam organisasi yang
baik sebanyak 11 orang atau 78,6% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-
square memperoleh nilai signifikansi 0, 010 (< 0,05) yang menunjukkan bahwa
ada hubungan antara peran individu dalam organisasi dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.

6. Hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja


Tabel 4.14 Hasil crosstab antara struktur dan iklim organisasi dengan stres
kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ungaran

Stres Kerja
Struktur dan
Stres Tidak Total p-value
Iklim
Kerja Stres
Organisasi
f % f % f % 0,825
Kurang Baik 4 50,0 4 50,0 8 100,0
Baik 10 45,5 12 54,5 22 100,0

Tabel 4.14 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel struktur dan
iklim organisasi dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square.
Diketahui karyawan bagian kepesertaan dengan struktur dan iklim organisasi
kurang baik sebanyak 4 orang atau 50% mengalami stres kerja, sedangkan
karyawan bagian kepesertaan dengan struktur dan iklim organisasi kurang
baik sebanyak 4 orang atau 50% tidak mengalami stres kerja. Karyawan
bagian kepesertaan dengan struktur dan iklim organisasi yang baik sebanyak
10 orang atau 45,5% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian
kepesertaan dengan struktur dan iklim organisasi yang baik sebanyak 12
orang atau 54,5% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-square
memperoleh nilai signifikansi 0,825 (> 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
52

7. Hubungan antara hubungan dalam pekerjaan dengan stres kerja


Tabel 4.15 Hasil crosstab antara hubungan dalam pekerjaan dengan stres
kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ungaran

Stres Kerja
Hubungan
Stres Tidak Total p-value
dalam
Kerja Stres
Pekerjaan
f % f % f % 0,351
Kurang Baik 1 25,0 3 75,0 4 100,0
Baik 13 50,0 13 50,0 26 100,0

Tabel 4.15 menyatakan tabel hasil uji statistik antara variabel hubungan
dalam pekerjaan dengan stres kerja menggunakan uji korelasi chi-square.
Diketahui karyawan bagian kepesertaan dengan hubungan dalam pekerjaan
kurang baik sebanyak 1 orang atau 25% mengalami stres kerja, sedangkan
karyawan bagian kepesertaan dengan hubungan dalam pekerjaan kurang
baik sebanyak 3 orang atau 75% tidak mengalami stres kerja. Karyawan
bagian kepesertaan dengan hubungan dalam pekerjaan yang baik sebanyak
13 orang atau 50% mengalami stres kerja, sedangkan karyawan bagian
kepesertaan dengan hubungan dalam pekerjaan yang baik sebanyak 13
orang atau 50% tidak mengalami stres kerja. Hasil uji chi-square memperoleh
nilai signifikansi 0,351 (> 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara hubungan dalam pekerjaan dengan stres kerja pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.
53

D. Rekapan Hasil Uji Statistik


Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran Tahun 2018

Variabel Bebas Variabel Terikat p Keterangan

Umur Stres Kerja 0,526 Tidak Ada Hubungan

Masa Kerja Stres Kerja 0,151 Tidak Ada Hubungan

Tuntutan Tugas Stres Kerja 0,011 Ada Hubungan

Pengembangan Stres Kerja 0,127 Tidak Ada Hubungan


Karir
Peran Individu Stres Kerja 0,010 Ada Hubungan
dalam Organisasi
Struktur dan Iklim Stres Kerja 0,825 Tidak Ada Hubungan
Organisasi
Hubungan dalam Stres Kerja 0,351 Tidak Ada Hubungan
Pekerjaan

Dari hasil uji statistik pada karyawan bagian kepesertaan BPJS


Kesehatan Ungaran, diperoleh variabel yang berhubungan dengan stres kerja
adalah variabel tuntutan tugas dan peran individu dalam organisasi.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat
1. Stres kerja
Secara umum, stres kerja merupakan ketidaksesuaian atau kesenjangan
antara permintaan dan tekanan serta dapat diartikan juga sebagai
ketidaksesuaian dengan pengetahuan dan kemampuan.20 Stres kerja
merupakan tanggapan manusia baik secara fisik maupun mental terhadap
suatu perubahan yang terjadi di lingkungan kerja yang dirasakan sehingga
dirinya merasa terancam. Sedangkan European Commission mengatakan
bahwa stres kerja merupakan suatu bentuk emosional, kognitif, reaksi
fisiologis maupun perilaku terhadap aspek-aspek organisasi kerja, pekerjaan,
dan lingkungan kerja yang bersifat merugikan.21
Untuk mengukur stres kerja, instrumen yang digunakan adalah General
Health Questionnare-12 (GHQ-12), dimana terdiri dari dua belas pertanyaan
sebagai penilai keadaan stres psikologis sendiri (self assessment) oleh
responden. GHQ-12 merupakan versi yang paling banyak dipakai untuk
mengukur stres kerja, dengan pertimbangan memiliki validitas yang mapan,
bahasa yang sederhana, ringkas dan waktu pengerjaan relatif cepat.39
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak mengalami
stres kerja yaitu sebesar 53,3%, sedangkan responden yang mengalami stres
kerja yaitu sebesar 46,7%. Persentase responden yang mengalami stres kerja
cukup besar hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Kurangnya pengendalian
atau manajemen stres yang diakui sangat efektif untuk mengurangi level stres
yaitu dengan pengelolaan waktu, latihan relaksasi, rekreasi, olahraga seperti
senam juga belum dilakukan di kantor. Pendekatan organisasi seperti
sosialisasi kepada responden terkait kejelasan jobdesk responden terhadap
tugasnya juga sangat berpengaruh dalam menurunkan level stres.33 Namun
BPJS belum menerapkan program sosialisasi yang seharusnya dapat
dilakukan saat evaluasi per minggu. Perbedaan kemampuan mengelola stres
tiap individu membuat tingkat stres tiap individu berbeda-beda. Perbedaan
tingkat stres tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor

54
55

seperti umur, masa kerja, tuntutan tugas, pengembangan karir, peran individu
dalam organisasi, struktur dan iklim organisasi serta hubungan dalam
pekerjaan yang ada pada bagian kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran.

2. Umur
Salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir dan cara melakukan
pekerjaan seseorang adalah umur. Umur adalah lama hidup responden
dihitung berdasarkan tahun lahir hingga tahun dilakukannya penelitian.
Departemen Kesehatan menyatakan bahwa umur produktif adalah antara 15-
64 tahun.40 Umur responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
yaitu muda (≤ 30 tahun) dan tua (> 30 tahun). Individu berumur tua cenderung
mengalami penurunan kekuatan otot, namun keadaan ini juga didukung
dengan stabilitas emosi yang lebih baik daripada individu dengan umur yang
lebih muda.41 selain itu individu yang berumur tua berpotensi mengalami
penurunan fungsi fisiologis, fisik maupun mental sehingga kemampuan
menyerap ilmu juga menurun jika dibandingkan dengan individu usia muda.42
Apabila pemenuhan kebutuhan individu berumur tua tidak sesuai dengan
harapan maka akan menimbulkan perasaan tidak puas dan cenderung akan
mengalami stres kerja.43
Pada penelitian ini, kisaran umur responden adalah 21-38 tahun. Dari
hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan
kelompok umur muda (≤ 30 tahun) yaitu 76,7%. Perbedaan umur dapat
menjadi faktor yang membedakan cara menanggapi tekanan saat bekerja.

3. Masa Kerja
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi pola pikir dan cara bekerja
seseorang merupakan pengalaman dalam bekerja dan masa kerja. Masa
kerja adalah lama kerja seseorang dalam suatu bagian pekerjaannya.
Karyawan yang telah bekerja diatas 5 tahun biasanya memiliki tingkat
kejenuhan yang lebih tinggi dari pada karyawan yang baru bekerja. Sehingga
dengan adanya kejenuhan tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja.
Namun apabila ditanggapi dengan positif, masa kerja yang lama dapat
56

memberikan pengaruh yang baik yaitu meningkatkan pengalaman dalam


bekerja sehingga mudah dalam penyelesaian setiap masalah.26
Pada penelitian ini, masa kerja responden dibagi menjadi masa kerja baru
(≤ 5 tahun) dan masa kerja lama (> 5 tahun). Dari hasil penelitian, dapat
diketahui bahwa masa kerja responden berkisar 1-11 tahun dan sebagian
besar responden memiliki masa kerja baru yaitu 70%. Masa kerja memiliki
pengaruh yang besar karena tanggung jawab responden saat mengambil
keputusan, menyelesaikan masalah, pengetahuan dan kemampuan
responden dipengaruhi oleh masa kerja.

4. Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan
pekerjaan seorang karyawan dan akibatnya dapat memberikan tekanan pada
seseorang jika tuntutan tugas yang didapat dirasa berlebihan.29 Dalam
penelitian ini tuntutan tugas merupakan faktor yang diukur berdasarkan
persepsi responden terkait beban kerja dan waktu kerja yang dirasakan oleh
responden. Tanggung jawab untuk menyelesaikan target perusahaan sesuai
dengan waktu kerja normal dapat mengakibatkan terjadinya stres kerja. Waktu
kerja yang dirasa kurang, dapat membuat responden harus menyelesaikan
pekerjaannya dengan menambah waktu kerja. Hal itu mengakibatkan
kurangnya waktu istirahat bagi responden yang nantinya akan memicu
terjadinya stres kerja.
Pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki tuntutan tugas yang baik, yaitu 53,3%. Persepsi responden tentang
beban kerjanya yang dirasa biasa saja dikarenakan responden sudah terbiasa
dengan pekerjaannya yang banyak sehingga dianggap sudah menjadi hal
biasa dalam pekerjaan. Namun upaya pengendalian stres kerja seharusnya
juga dapat dilakukan oleh BPJS untuk mengurangi tingkat stres kerja
responden dengan tuntutan tugasnya yang sangat banyak.

5. Pengembangan Karir
Dalam menjalankan suatu pekerjaan, stres dapat mencerminkan naik
turunnya karir seseorang. Seseorang yang bekerja pasti memiliki harapan
terkait pekerjaannya, misalnya karir yang selalu mengalami peningkatan.
57

Namun nyatanya kenyataan tidak selalu sesuia dengan harapan dikarenakan


ketidakjelasan sistem pengembangan karir dalam sebuah perusahaan dan
tidak adanya penilaian prestasi kerja sehingga karyawan tidak memiliki
kesempatan untuk meningkatkan karirnya di perusahaan.44
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
bagian kepesertaan memiliki pengembangan karir yang kurang baik yaitu
56,7%. Hampir setengah dari total jumlah responden berpersepsi bahwa
pengembangan karir mereka kurang baik dikarenakan tidak adanya kejelasan
tentang sistem kenaikan jabatan. Namun disamping itu, gaji yang mereka
peroleh dirasa sudah memuaskan dan sesuai dengan pekerjaan yang mereka
peroleh.

6. Peran Individu dalam Organisasi


Karyawan selalu bekerja sesuai dengan peran yang diberikan dalam
sebuah organisasi, dimana artinya tiap karyawan memiliki kelompok tugas
yang harus dikerjakan sesuai aturan yang ada dan sesuai tujuan organisasi
tersebut.4 Peran individu dalam organisasi merupakan persepsi responden
tentang kemampuannya saat menjalankan tugas. Hal ini sangat berhubungan
dengann sikap seorang karyawan bekerja sesuai dengan perannya dalam
mengerjakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada.30
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki peran individu dalam organisasi yang kurang baik yaitu 53,5%. Dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden kurang baik dalam memahami
perannya dalam bekerja serta tidak mengetahui dengan jelas fungsi masing-
masing dalam bagian organisasi. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan jobdesk
tiap responden terutama bagi karyawan tidak tetap yang seringkali
mengerjakan pekerjaan diluar tanggung jawabnya apabila perusahaan
sedang mendapatkan banyak tugas dan target. Pendekatan organisasi
misalnya sosialisasi tentang penetapan kejelasan peran dan jobdesk
responden belum pernah diterapkan oleh BPJS meskipun telah ada evaluasi
tiap minggu terkait target pencapaian responden.
58

7. Struktur dan Iklim Organisasi


Struktur dan iklim organisasi merupakan faktor khusus yang menilai
sejauh mana karyawan dapat dilihat berperan serta dalam support sosial.
Tingkat diferensiasi dalam sebuah organisasi, peraturan maupun tingkat
aturan, dan setiap keputusan yang ambil dipengaruhi oleh struktur dan iklim
organisasi. Adanya aturan dan pengawasan yang terkesan berlebihan,
mengakibatkan kurang nyamannya karyawan dalam bekerja, serta kurang
adanya partisipasi dalam mengambil keputusan oleh karyawan dapat
berdampak dan menjadi potensi terjadinya stres kerja.26
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki struktur dan iklim organisasi yang baik yaitu 73,3%. Artinya hal ini
menjelaskan bahwa aturan yang ada di BPJS Kesehatan Ungaran
memberikan kesempatan serta dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.

8. Hubungan dalam Pekerjaan


Hubungan sosial yang terjalin antara responden dengan rekan kerja,
atasan maupun bawahannya disebut hubungan dalam pekerjaan.4 Jika
kepercayaan yang diberikan rendah dalam memecahkan sebuah masalah,
maka dapat dikatakan kondisi hubungan kerja kurang baik. Rasa tidak
percaya berhubungan dengan ketatalaksanaan peran yang tinggi, yang
nantinya akan mengarah pada komunikasi antar pribadi yang tidak baik
sehingga mengakibatkan ketidakpuasan dalam bekerja dan rasa terancam
oleh atasan maupun rekan kerja.26
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki hubungan dalam pekerjaan yang baik yaitu 86,7%. Hal ini dapat
dilihat dari seringnya interaksi yang baik (sharing), ada waktu bercanda saat
kegiatan peregangan selama 10 menit yang terjalin antar responden maupun
atasan, serta dukungan yang diterima dari atasan membuat responden
menjalin komunikasi yang akrab dan baik.
59

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara umur dengan stres kerja
Secara umum, karyawan berumur tua biasanya akan merasa lebih cepat
lelah dan tidak dapat bergerak secara gesit saat bekerja, sementara karyawan
berumur muda masih sanggup melakukan pekerjaan yang berat sehingga
secara fisik masih dapat bergerak gesit saat bekerja.45 Karyawan berumur tua
lebih mudah mengalami stres akibat tanggung jawab dan beban kerja yang
besar. Perbedaan tingkat stres berdasarkan umur ini dipengaruhi oleh
kemampuan manajemen stres sehingga menghasilkan tingkat stres yang
berbeda.42
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara umur dengan stres kerja
pada responden dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa
responden berumur tua (> 30 tahun) sebesar 57,1% mengalami stres kerja,
sedangkan responden berumur muda (≤ 30 tahun) sebesar 56,5% tidak
mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada karyawan bagian
produksi di PT X menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dengan
stres kerja. Hal ini disebabkan karena karyawan berumur muda memiliki
kondisi fisik yang lebih kuat, gerakan yang lebih gesit serta penglihatan dan
pendengaran yang lebih tajam. Sedangkan karyawan yang berumur tua
memiliki potensi penurunan kondisi fisik yang lebih tinggi sehingga
kemampuan menerima ilmu juga menurun. Namun untuk beberapa pekerjaan
lain, faktor umur yang semakin tua semakin menambah pengalaman bekerja
sehingga kemampuan manajemen stres juga semakin baik. Hal ini membuat
faktor umur dapat memicu terjadinya stres.46
Berdasarkan hasil wawancara, responden yang berumur tua merasa
kondisi fisik sudah mulai menurun dan kesulitan dalam mengerjakan target
perusahaan sehingga membebani secara mental, sedangkan responden yang
berumur muda merasa masih sanggup mengerjakan target perusahaan
meskipun terkadang merasa lelah dan bosan dengan pekerjaan yang
monoton.
60

2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Stres Kerja


Masa kerja dapat memberi pengaruh positf maupun negatif terhadap
pekerjanya. Pengaruh positif dapat berupa semakin lama seseorang bekerja
maka pengalaman kerja semakin bertambah, namun pengaruh negatifnya
adalah semakin lama seseorang bekerja maka karyawan semakin bosan dan
lelah karena pekerjaannya yang monoton.42
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara masa kerja dengan stres
kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran dapat
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja
dengan stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden
yang memiliki masa kerja lama (> 5 tahun) sebesar 66,7% mengalami stres
kerja, sedangkan responden yang memiliki masa kerja baru (≤ 5 tahun)
sebesar 61,9% tidak mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Nanne Esterlita tentang hubungan antara umur, masa kerja dan
beban kerja dengan kejadian stres kerja pada petugas pemadam kebakaran
di dinas pemadam kebakaran kota Manado menunjukkan tidak adanya
hubungan antara masa kerja dengan stres kerja. Hal ini disebabkan karena
petugas pemadam kebakaran tersebut adalah sebagian masa kerjanya 1-2
tahun dan itu masih tergolong masa kerja baru, sehingga beban tugas yang
diterima belum dapat memicu terjadinya stres. Sebaliknya masa kerja lama
dapat memicu stres dikarenakan pekerjaan monoton yang dilakukan
bertahun-tahun.47
Berdasarkan hasil wawancara, responden dengan masa kerja yang lebih
lama membuat stres kerja yang dialami semakin meningkat karena
pekerjaannya yang monoton dan beban kerja yang diterima setiap hari selama
bertahun-tahun untuk memenuhi target perusahaan semakin meningkatkan
kelelahan dan rasa bosan yang dapat memicu terjadinya stres kerja.
Sedangkan responden dengan masa kerja baru merasa masih bisa
mengendalikan stres karena waktu kerja yang masih belum terlalu lama serta
kepercayaan diri dan rasa ingin tahu akan pekerjaannya masih sangat besar
dan fresh.
61

3. Hubungan Antara Tuntutan Tugas dengan Stres Kerja


Tuntutan adalah faktor yang sangat berkaitan dengan pekerjaan
seseorang dan dapat memberi tekanan apabila tuntutan tugas yang diterima
dirasakan berlebihan.4 Indikator tuntutan tugas adalah ketepatan waktu,
kecepatan dalam bekerja dan disiplin.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara tuntutan tugas dengan
stres kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran
dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara tuntutan tugas
dengan stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden
yang memiliki tuntutan tugas kurang baik sebesar 71,4% mengalami stres
kerja, sedangkan responden yang memiliki tuntutan tugas yang baik sebesar
75% tidak mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Dwi Putri yaitu hubungan tuntutan tugas, tuntutan peran, dan tuntutan
antarpribadi dengan stres kerja pada perawat di bagian IGD Rumah Sakit X
menunjukkan adanya hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja. Hal
ini disebabkan oleh lamanya waktu kerja serta tingginya tuntutan tugas yang
menyebabkan perawat sulit untuk memiliki waktu istirahat. Tuntutan tugas
yang tinggi dari perawat dikarenakan belum memiliki tenaga khusus yang
dapat melakukan tugas non-keperawatan seperti membersihkan ruangan,
sampah, dan lain sebagainya.48
Berdasarkan hasil wawancara, responden dengan tuntutan tugas seperti
beban kerja yang berlebihan dan target perusahaan yang harus selalu
dipenuhi mengakibatkan responden merasa tertekan dalam mengerjakan
pekerjaannya dan tidak memiliki waktu istirahat yang cukup karena jam
istirahat juga tidak jarang dipakai sebagai jam kerja lembur. Tuntutan tugas
yang banyak dan monoton harus dikerjakan selama lima hari dalam
seminggu, membuat karyawan jenuh dan membutuhkan liburan di hari off,
yaitu Sabtu dan Minggu. Liburan yang diharapkan dapat merelaksasikan
pikiran dan melepas sesaat rasa penat dan jenuh sehingga dapat mengurangi
tingkat stres responden.

4. Hubungan Antara Pengembangan Karir dengan Stres Kerja


Faktor lain yang mempengaruhi stres kerja adalah pengembangan karir
dimana gaji, promosi dan rasa takut kehilangan pekerjaan menjadi faktor
62

penting didalamnya. Promosi diperoleh berdasarkan prestasi kerja karyawan


dalam melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pengembangan karir
merupakan salah satu hal yang ingin dicapai karyawan untuk menambah
motivasinya dalam bekerja sehingga mengurangi tingkat stres kerja.49
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara pengembangan karir
dengan stres kerja pada responden dapat diketahui bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengembangan karir dengan stres kerja.
Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengembangan karir yang kurang baik sebesar 58,8% mengalami stres kerja,
sedangkan responden yang memiliki bimbingan karir yang baik sebesar
69,2% tidak mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Azizah Musliha Fitri tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja pada karyawan bank di Bank BMT menunjukkan tidak
adanya hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja. Hal ini
disebabkan oleh harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan. Seseorang
karyawan yang memiliki harapan untuk pekerjaannya, terutama terkait
peningkatan. Namun kenyataan tidak sejalan dengan harapannya karena
ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja,
kebiasaan nepotisme dan karena tidak memiliki kesempatan lagi untuk naik
jabatan. Namun, terkait gaji dan jaminan yang diberikan perusahaan,
karyawan merasa gaji yang diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan,
sehingga hal itu tidak membuat karyawan merasa khawatir apabila jabatan
dirasa tidak mungkin untuk naik lagi.4
Berdasarkan hasil wawancara, pengembangan karir terkait gaji dan
promosi yang ada di perusahaan, responden sudah merasa puas dengan gaji
yang diberikan oleh perusahaan dan responden merasa bahwa gaji yang
diterima sudah sesuai dengan beban kerja yang diterimanya. Namun promosi
seperti penilaian prestasi belum terlalu jelas dan transparan sehingga
kenaikan jabatan juga tidak jelas. Hal ini tidak terlalu membebani responden
karena responden sudah menyadari bahwa sangat kecil kemungkinan
menerima promosi jabatan sehingga responden tidak terlalu kecewa dengan
keadaan yang ada di BPJS.
63

5. Hubungan Antara Peran Individu dalam Organisasi dengan Stres Kerja


Peran individu dalam organisasi merupakan peran tenaga kerja dalam
sebuah organisasi perusahaan yang menjadi salah satu sumber stres kerja.
Konflik peran dan ketaksaan peran merupakan bagian dari peran individu
dalam organisasi yang dapat memicu terjadinya stres kerja.50
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara peran individu dalam
organisasi dengan stres kerja pada responden dapat diketahui bahwa ada
hubungan yang signifikan antara peran individu dalam organisasi dengan
stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang
memiliki peran individu dalam organisasi kurang baik sebesar 68,8%
mengalami stres kerja, sedangkan responden yang memiliki peran individu
dalam organisasi yang baik sebesar 78,6% tidak mengalami stres kerja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Sutarto Wijono tentang pengaruh
kepribadian type A dan peran terhadap stres kerja manajer madya tahun 2006
menunjukkan adanya hubungan antara peran inidvidu dalam organisasi
dengan stres kerja. Hal ini disebabkan oleh ketidakjelasan peran dan sasaran
yang pada akhirnya mengarahkan pada ketidakpuasan kerja. Karyawan yang
memiliki kepuasan kerja yang rendah akan mengakibatkan ketegangan saat
bekerja dan kebosanan sehingga terbentuk sumber stres yang nyata.50
Berdasarkan hasil wawancara, responden merasa konflik peran yang
timbul apabila mereka harus keluar dari perannya dan mengerjakan tugas
yang bukan merupakan pekerjaannya ataupun keluar dari bidangnya.
Sehingga hal ini membuat responden bingung dalam menjalankan tugas dan
perannya.

6. Hubungan Antara Struktur dan Iklim Organisasi dengan Stres Kerja


Struktur dan iklim organisasi menentukan tingkat aturan dan peraturan
dimana keputusan akan diambil. Peraturan yang dibuat berlebihan namun
kurangnya partisipasi karyawan saat mengambil keputusan akan membuat
karyawan berpotensi mengalami stres kerja.51
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara struktur dan iklim
organisasi dengan stres kerja pada responden dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara struktur dan iklim organisasi dengan
stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang
64

memiliki struktur dan iklim organisasi yang kurang baik sebesar 50%
mengalami stres kerja dan 50% tidak mengalami stres kerja, sedangkan
responden yang memiliki struktur dan iklim organisasi yang baik sebesar
54,5% tidak mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Azizah Musliha Fitri tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja pada karyawan bank di Bank BMT menunjukkan tidak
adanya hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja.
Peneliti menulis peran serta karyawan dalam pengambilan keputusan di Bank
BMT sudah cukup baik. Karyawan selalu dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dan selalu dapat memberikan usulan pada atasan. 4
Berdasarkan hasil wawwancara, responden merasa struktur dan iklim
organisasi yang ada di kantor tidak mengeluarkan peraturan yang membatasi
responden dalam berpartisipasi untuk pengambilan keputusan serta
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam bekerja. Sehingga hal ini
menunjukkan perusahaan memberikan kesempatan pada responden untuk
berpartisipasi aktif.

7. Hubungan Antara Hubungan dalam Pekerjaan dengan Stres Kerja


Kerja tim memiliki pengaruh terhadap perilaku karyawan. Hubungan
ataupun interaksi yang baik antar rekan kerja, atasan, maupun bawahan
merupakan aspek yang penting bagi kehidupan berorganisasi yang dapat
membantu dalam mencapai tujuan organisasi. Jika hubungan dalam
pekerjaan memburuk, maka dapat memicu terjadinya stres bagi karyawan.52
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara hubungan dalam
pekerjaan dengan stres kerja pada responden dapat diketahui bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara hubungan dalam pekerjaan dengan
stres kerja. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang
memiliki hubungan dalam pekerjaan yang kurang baik sebesar 75% tidak
mengalami stres kerja, sedangkan responden yang memiliki hubungan dalam
pekerjaan yang baik sebesar 50% mengalami stres kerja dan sebesar 50%
tidak mengalami stres kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Nadia Yolanda tentang analisis hubungan faktor pekerjaan dengan stres kerja
bidan di rumah sakit X menunjukkan tidak adanya hubungan antara hubungan
dalam pekerjaan dengan stres kerja. Terjalinnya hubungan dalam pekerjaan
65

yang baik, menyebabkan karyawan mendapat dukungan sosial dari pihak


terlibat yang nantinya akan mengurangi terjadinya stres. Ini dianggap sebagai
salah satu faktor utama dalam pemicu terjadinya stres kerja.53
Berdasarkan hasil wawancara, hubungan dalam pekerjaan yang terjalin
di kantor sudah baik. Adanya refreshing yaitu peregangan selama 10 menit
yang dilakukan setiap hari di sela-sela waktu bekerja membuat setiap
responden dapat bercanda dan saling menjalin hubungan yang baik. Atasan
yang terbuka dalam menerima masukan juga membuat responden dapat
sharing langsung dengan atasan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai stres
kerja pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar kelompok umur Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran adalah kelompok umur muda (≤ 30 Tahun) (76,7%).
2. Sebagian besar masa kerja Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ungaran adalah masa kerja baru (≤ 5 Tahun) (70%).
3. Tuntutan tugas yang dialami oleh Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran baik (53,3%).
4. Pengembangan karir yang dialami oleh Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS
Kesehatan Ungaran kurang baik (56,7%).
5. Peran individu dalam organisasi yang dialami oleh Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran kurang baik (53,3%).
6. Struktur dan iklim organisasi yang dialami oleh Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran baik (73,3%).
7. Hubungan dalam pekerjaan yang dialami oleh Karyawan Bagian Kepesertaan
BPJS Kesehatan Ungaran baik (86,7%).
8. Sebagian besar Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran
tidak mengalami stres kerja (53,3%).
9. Tidak ada hubungan antara umur dengan stres kerja pada Karyawan Bagian
Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,526).
10. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,151).
11. Ada hubungan antara tuntutan tugas dengan stres kerja pada Karyawan
Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,010).
12. Tidak ada hubungan antara pengembangan karir dengan stres kerja pada
Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,127).
13. Ada hubungan antara peran individu dalam organisasi dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,010).

66
67

14. Tidak ada hubungan antara struktur dan iklim organisasi dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,825).
15. Tidak ada hubungan antara hubungan dalam pekerjaan dengan stres kerja
pada Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran (p=0,351).

B. Saran
1. Bagi BPJS Kesehatan Ungaran
a. Melakukan kegiatan rekreasi bersama seperti outbond di hari off yaitu
Sabtu Minggu sebagai bentuk pemulihan untuk mengurangi tingkat stres
karyawan.
b. Memberikan kejelasan peran/jobdesk pada saat kegiatan evaluasi tiap
minggu agar karyawan memahsami dengan jelas peran dan tugasnya.
2. Bagi Karyawan Bagian Kepesertaan BPJS Kesehatan Ungaran
Melakukan olahraga teratur seperti senam di rumah agar kondisi tubuh
karyawan selalu relax saat bekerja dan dapat mengurangi tingkat stres di
tempat kerja.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti selanjutnya dapat menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif
pada penelitian untuk mengetahui lebih mendalam tentang stres kerja yang
dialami oleh karyawan bagian kepesertaan.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti di bagian/unit lain di BPJS
Kesehatan Ungaran.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain yang dapat
mempengaruhi stres kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djatmiko RD. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Deepublish. Yogyakarta;


2016.

2. Tarwaka. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan


di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2012.

3. Rachmania Putri A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja


Pada Karyawan Kantor Unit Bank X di Wilayah Kecamatan Pati. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro; 2014.

4. Musliha Fitri A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Stres Kerja pada Karyawan Bank (Studi pada Karyawan Bank BMT).
Kesehat Masy. 2013;2:1–10.

5. Adelia A. SRC, Mujiati NW. Pengaruh Kompensasi , Gaya Kepemimpinan


Dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di RS Dharma Kerti.
Manaj Unud. 2016;4(4):3335–63.

6. Park J. Work stress and job performance. Perspect Labour Income.


2007;8(12):5–17.

7. Karima A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada


Pekerja Di PT X Tahun 2014. Universitas UIN Syaritullah; 2014.

8. Niosh. Stress At Work. Natl Inst Occup Saf Heal. 1999;(99–101):10.

9. E Jerome. a Causal Factor To Poor Health and Organizational Failures.


Spear Consult. 2013;1–4.

10. Beardwell, J; Claydon T. Human Resource Management: A Contemporary


Approach, F.T Vol5 July-August. London; 2007.

11. Noor NN, Rahardjo K, Ruhana I. Pengaruh Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT Jasa Raharja
(Persero) Cabang JawaTimur di Surabaya). J Adm Bisnis. 2016;31(1):9–15.

12. Ritonga R. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan Untuk Pembagunan


Berkelanjutan. Badan Pus Stat. 2012;1–20.

13. Agustiyanti. Peserta BPJS Kesehatan Baru Tembus 181 Juta. CNN
Indonesia. 2017.

14. Dinkes Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang 2016. Dinas
Kesehatan Kota Semarang. 2016.

15. Rinda Mustika Ningrum, Nuh Huda, M.Kep. SK, Wiwiek


LiestyaningruChristina Yuliastuti, M.Kep., Ns.m MK. Hubungan Mutu
Pelayanan Kesehatan BPJS terhadap Kepuasan Pasien di Poli Klinik THT

68
69

Rumkital Dr. Ramelan, Surabaya. STIKES Hang Tuah Surabaya.


2014;21:1–20.

16. Rahmawati S. Analisis Stres Kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat


Indonesia ( Persero ) Tbk Cabang Bogor Siti Rahmawati. Manaj IPB.
2011;1–2.

17. Gupita Bayuwega H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja


pada Anggota Polisi Satuan Reserse Kriminal Polres Blora. Kesehat Masy.
2016;4:673–81.

18. Hariyono W, Suryani D, Wulandari Y. Hubungan Antara Beban Kerja, Stres


Kerja Dan Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Rumah Sakit
Islam Yogyakarta Pdhi Kota Yogyakarta. Kesmas. 1978;3(3):186–97.

19. Lindawati R. Work Stress ( Stres Kerja ). Widyaiswara Pusdiklat Bea dan
Cukai. 2008;20:1–8.

20. World Health Organization. Work organisation and Stress. Prot Work Heal.
2003;(3):1–27.

21. Fuada N. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada


Perawat Kamar Bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. Kesehat Masy. 2017;5:255–63.

22. Quick J, Quick J. Organizational Stress and Preventive Management. New


York: McGraw-Hill; 1984.

23. Lumban Gaol NT. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Bul
Psikol [Internet]. 2016;24(1):1. Tersedia pada:
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/11224

24. Dr. Hj. Siti Patimah MP. Manajemen Stres Perspektif Pendidikan Islam.
Bandung: Alfabeta Bandung; 2016. 1-22 hal.

25. Gaffar H. Stres Kerja, Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan dengan


Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi. Fak Ekon UIN. 2012;3.

26. Arviano Tejasurya M. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Stres


Kerja Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan Pra Purna Karya Di
Damatex Salatiga. FEB UKSW. 2000;(2000).

27. Russeng S, Usman M, Saleh L. Stres Kerja pada Perawat di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Vol. 3 No. 1 Juli 2007 Universitas Hasanudin.; 2007.

28. Kusumajati DA. Stres Kerja Karyawan. Oktober [Internet]. 2010;1(2):792–


800. Tersedia pada:
http://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/view/2920/2314

29. Ud K, Khan D, Gulzar S, Yahya F. Crucial Factors Affecting Stress: a Study


70

Among Undergraduates in Pakistan. Int J Asian Soc Sci. 2013;3(2):428–42.

30. Aman Z, Shukor K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja dalam


Kalangan Staf Sokongan Kolej Universitas Islam Bangsa Selangor. In: 2nd
International Conference on Management and Muamalah 2015. 2015. hal.
978–967.

31. Greenberg JS. Comprehensive Stress Management 8th ed. New York:
McGrawHill; 2004.

32. Lestari P. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada


Wanita Bekerja Sektor Formal di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur Tahun
2013. FKM UIN. 2015;

33. Arlina G. manajemen stres. Jakarta: Media Karya; 2008.

34. Radjab E, Jam’an A. Metodologi Penelitian Bisnis. Lembaga Perpustakaan


UMM. 2017. 106-109 hal.

35. Sri I, Suhardi. Validitas dan Reliabilitas General Health Questionnaire untuk
Skrining Distres Psikologik dan Disfungsi Sosial di Masyarakat. Penelit
Kesehat. 2006;34(4):161–73.

36. Goldberg DP, Gater R, Sartorius N, Ustun TB, Piccinelli M, Gureje O, et al.
The validity of two versions of the GHQ in the WHO study of mental illness
in general health care. Psychol Med. 1997;27(1):191–7.

37. Andrian Ramadhan. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009). Dep


Kesehat RI. 2014;1.

38. Departemen Kesehatan R. Kategori Umur. Depkes RI. 2009;(4):2009.

39. Primasari I, Hidayat R. General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) sebagai


Instrumen Skrining Gangguan Penyesuaian. J Psikol. 2016;43(2):121–34.

40. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. profil Kesehatan Indonesia.


Vol. 70, Kementerian Kesehatan. 2016. 1780-1790 hal.

41. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta. 2012. 20-40 hal.

42. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Erlangga. 2002. 447 hal.

43. Saina N. Konfilik, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Universitas Khairun Ternate. J Stres Kerja.
2013;1(3):739–49.

44. Rosmadi M. Pengaruh Pelatihan, Displin, dan Pengembangan Karir


terhadap Kinerja Karyawan Outsorcing PT. Gardautama. Bisnis Manaj dan
Inform. 2018;14(3):205–16.
71

45. Tri W. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada
Karyawan Majalah Mother and Baby). Ilm Prodi Manaj Univ Pamulang.
2017;4(2):41–55.

46. Prabowo YF. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja pada
Bagian Produksi Industri Mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture di
Wedelan Jepara Tahun 2009. Kesehat Masy. 2010;70.

47. Nikita NE, Joseph WBS, Boky H, Kesehatan F, Universitas M, Ratulangi S.


Kerja pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kota
Manado Tahun 2017. Kesehat Masy. 2017;15:1–6.

48. Putri D. Hubungan Tuntutan Tugas, Tuntutan Peran, dan Tuntutan


Antarpribadi dengan Stres Kerja pada Perawat di Bagian IGD Rumah Sakit
Haji Kota Makassar. Kesehat Masy. 2015;40(2).

49. Putri GR, Martono S. Pengaruh Karakteristik Pekerjaan, Pengembangan


Karir, Dan Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasional. Vol. 4,
Management Analysis Journal. 2015. 301-309 hal.

50. Wijono S. Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran Terhadap Stres Kerja
Manajer Madya. Psikologi. 2006;8(3):188–97.

51. Runtu DYN, Widyarini MMN. Iklim organisasi, stres kerja, dan kepuasan
kerja pada perawat. Univ Gunadarma. 2010;2(2):150.

52. Handoyo S. Stres pada Masyarakat Surabaya. Vol. 3. Insan Media


Psikologi; 2001. 61-74 hal.

53. Yolanda N, Tualeka R. Analisis Hubungan Faktor Pekerja dengan Stres


Kerja Bidan Di Rumah Sakit Syamrabu Bangkalan. Kesehat Masy.
2014;3(2):138–47.

54. Indonesia U. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada


Pekerja Bagian Operasional PT Gunze Indonesia. Kesehat Masy.
2008;3(1):1–5.

55. Lutfiyah. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja pada polisi
lalu lintas. Psikologi. 2011;15(3):117–9.
72

LAMPIRAN
L-1

Lampiran 1 Lembar Dokumentasi Penelitian


DOKUMENTASI PENELITIAN

Penjelasan cara pengisian angket pada responden

Pembagian angket pada responden

Pengisian angket oleh responden


L-2

Lampiran 2 Lembar Hasil Analisis Program SPSS


HASIL ANALISIS PROGRAM SPSS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TS_TT .169 30 .029 .925 30 .035


TS_PK .204 30 .002 .952 30 .197
TS_PIO .147 30 .095 .962 30 .343
TS_SIO .223 30 .001 .902 30 .009
TS_HDP .322 30 .000 .791 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Kat_TT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 14 41.2 46.7 46.7

Baik 16 47.1 53.3 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0

Kat_PK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 17 50.0 56.7 56.7

Baik 13 38.2 43.3 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0
Kat_PIO

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 16 47.1 53.3 53.3

Baik 14 41.2 46.7 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0

Kat_SIO

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 8 23.5 26.7 26.7

Baik 22 64.7 73.3 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0

Kat_HDP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 4 11.8 13.3 13.3

Baik 26 76.5 86.7 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0
Kat_StresKerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Stres 14 41.2 46.7 46.7

Tidak stres 16 47.1 53.3 100.0

Total 30 88.2 100.0


Missing System 4 11.8
Total 34 100.0

Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_Umur Muda Count 10 13 23

% within Kat_Umur 43.5% 56.5% 100.0%

% of Total 33.3% 43.3% 76.7%

Tua Count 4 3 7

% within Kat_Umur 57.1% 42.9% 100.0%

% of Total 13.3% 10.0% 23.3%


Total Count 14 16 30

% within Kat_Umur 46.7% 53.3% 100.0%

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_MasaKerja Baru Count 8 13 21

% within Kat_MasaKerja 38.1% 61.9% 100.0%

% of Total 26.7% 43.3% 70.0%

Lama Count 6 3 9

% within Kat_MasaKerja 66.7% 33.3% 100.0%

% of Total 20.0% 10.0% 30.0%


Total Count 14 16 30

% within Kat_MasaKerja 46.7% 53.3% 100.0%

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%


Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_TuntutanTugas Baik Count 9 3 12

% within 75.0% 25.0% 100.0%


Kat_TuntutanTugas

% of Total 30.0% 10.0% 40.0%

Kurang Baik Count 5 13 18

% within 27.8% 72.2% 100.0%


Kat_TuntutanTugas

% of Total 16.7% 43.3% 60.0%

Total Count 14 16 30

% within 46.7% 53.3% 100.0%


Kat_TuntutanTugas

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_PengembanganKar Baik Count 10 7 17


ir % within 58.8% 41.2% 100.0%
Kat_PengembanganKari
r

% of Total 33.3% 23.3% 56.7%

Kurang Baik Count 4 9 13


% within 30.8% 69.2% 100.0%
Kat_PengembanganKari
r

% of Total 13.3% 30.0% 43.3%


Total Count 14 16 30

% within 46.7% 53.3% 100.0%


Kat_PengembanganKari
r

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%


Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_PeranIndividu Baik Count 11 5 16

% within 68.8% 31.3% 100.0%


Kat_PeranIndividu

% of Total 36.7% 16.7% 53.3%

Kurang Baik Count 3 11 14

% within 21.4% 78.6% 100.0%


Kat_PeranIndividu

% of Total 10.0% 36.7% 46.7%

Total Count 14 16 30

% within 46.7% 53.3% 100.0%


Kat_PeranIndividu

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%

Crosstab

Kat_StresKerja

Stres Tidak Stres Total

Kat_StrukturIklim Baik Count 10 4 14

% within 71.4% 28.6% 100.0%


Kat_StrukturIklim

% of Total 33.3% 13.3% 46.7%

Kurang Baik Count 4 12 16

% within 25.0% 75.0% 100.0%


Kat_StrukturIklim

% of Total 13.3% 40.0% 53.3%

Total Count 14 16 30

% within 46.7% 53.3% 100.0%


Kat_StrukturIklim

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%


Crosstab

Kat_StresKerja

Tidak
Stres Stres Total

Kat_HubunganPekerja Baik Count 11 9 20


an % within 55.0% 45.0% 100.0%
Kat_HubunganPekerja
an

% of Total 36.7% 30.0% 66.7%

Kurang Count 3 7 10
Baik % within 30.0% 70.0% 100.0%
Kat_HubunganPekerja
an

% of Total 10.0% 23.3% 33.3%


Total Count 14 16 30

% within 46.7% 53.3% 100.0%


Kat_HubunganPekerja
an

% of Total 46.7% 53.3% 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

TS_TT Mean 19.20 .422

95% Confidence Interval for Lower Bound 18.34


Mean Upper Bound 20.06

5% Trimmed Mean 19.11

Median 20.00

Variance 5.338

Std. Deviation 2.310

Minimum 16

Maximum 24

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness .314 .427

Kurtosis -.606 .833


TS_PK Mean 16.70 .362
95% Confidence Interval for Lower Bound 15.96
Mean Upper Bound 17.44
5% Trimmed Mean 16.69
Median 16.00
Variance 3.941
Std. Deviation 1.985
Minimum 13
Maximum 21
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness .135 .427
Kurtosis -.439 .833
TS_PIO Mean 17.03 .376
95% Confidence Interval for Lower Bound 16.26
Mean Upper Bound 17.80
5% Trimmed Mean 17.06
Median 17.00
Variance 4.240
Std. Deviation 2.059
Minimum 13
Maximum 21
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -.200 .427
Kurtosis -.373 .833
TS_SIO Mean 14.03 .237
95% Confidence Interval for Lower Bound 13.55
Mean Upper Bound 14.52
5% Trimmed Mean 14.00
Median 14.00
Variance 1.689
Std. Deviation 1.299
Minimum 11
Maximum 18
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness .440 .427
Kurtosis 2.513 .833
TS_HDP Mean 14.10 .162

95% Confidence Interval for Lower Bound 13.77


Mean Upper Bound 14.43

5% Trimmed Mean 14.15

Median 14.00

Variance .783

Std. Deviation .885

Minimum 11

Maximum 16

Range 5

Interquartile Range 1

Skewness -1.165 .427

Kurtosis 4.581 .833


L-3

Lampiran 3 Lembar Kesediaan Menjadi Responden


INFORM CONSENT
(KESEDIAAN SEBAGAI RESPONDEN)

Saya yang bertabdatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

No. HP :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian


yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada
Karyawan Bagian Kepesertaan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan Ungaran”, yang dilakukan oleh Feby Ansari Mayang S, Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Semarang.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan agar digunakan


sebagaimana mestinya.

Semarang, 2018
Peneliti Responden

(Feby Ansari Mayang S.) (……………………………….)


L-4

Lampiran 4 Angket
Petunjuk Pengisian Angket :

(Untuk angket variable stres kerja, antara lain: tuntutan tugas,


pengembangan karir, peran individu dalam organisasi, struktur dan iklim
organisasi, dan hubungan dalam pekerjaan)

1. Isilah identitas saudara dengan lengkap


2. Silahkan saudara membaca dan memahami setiap pertanyaan dalam angket
ini. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri
saudara dengan memberikan tanda centang (√) pada:
SS : Sangat Setuju (Paling sering dialami)
S : Setuju (Pernah dialami walaupun tidak sering)
TS : Tidak Setuju (Jarang dialami)
STS : Sangat Tidak Setuju (Tidak pernah dialami)
3. Dalam saudara memberikan jawaban, tidak ada jawaban yang salah, semua
jawaban benar dan dapat diterima sepanjang sesuai dengan keadaan diri
saudara sebenarnya.
4. Saudara diharapkan menjawab semua pertanyaan yang ada, jangan sampai
ada yang terlewati. Apabila saudara mengalami kesulitan dalam pengisian
angket ini, dapat menghubungi saya di WA (082225039128) atau boleh
ditanyakan saat hari pengambilan hasil angket.
5. Sebelum angket ini dikembalikan, periksalah kembali sampai saudara yakin
bahwa angket saudara sudah saudara jawab seluruhnya.
6. Saya menjamin kerahasiaan jawaban saudara. Hasil angket hanya untuk
kepentingan penelitian saja.
Nomor Respnden :
Tanggal :

A. Karakteristik Responden
1. Nama responden :
2. Umur : tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
4. Status Pernikahan : Menkah / Belum Menikah
5. Pendidikan : SD / SMP / SMA / PT / … …
6. Masa Kerja : tahun

B. Tuntutan Tugas16,17

No. Pernyataan Sangat Tidak setuju Sangat


Tidak Setuju setuju
Setuju
1. Tugas yang diberikan perusahaan
berlebihan
2. Tanggung jawab yang diberikan
perusahaan sangat ringan
3. Dikejar waktu dalam
menyelesaikan pekerjaan
4. Mampu menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu
5. Mengalami kesulitan memenuhi
target perusahaan
6. Saya memiliki waktu istirahat yang
cukup dalam bekerja
7. Pekerjaan yang saya lakukan
setiap hari terasa mudah untuk
dikerjakan
8. Dalam menyelesaikan pekerjaan
saya dituntut untuk bekerja
dengan cepat dan tepat
C. Pengembangan Karir17,54
No. Pernyataan Sangat Tidak setuju Sangat
Tidak Setuju setuju
Setuju
1. Saya merasa kecewa dengan
karir dan jabatan saya saat ini
2. Saya merasa puas tentang
system promosi / kenaikan
jabatan di kantor saya saat ini
3. Saya mendapatkan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan
atau pelatihan tambahan oleh
kantor
4. Saya puas dengan gaji yang saya
terima saat ini
5. Gaji yang saya terima sesuai
dengan beban kerja yang saya
lakukan
6. Gaji yang saya terima kurang
untuk mencukupi kebutuhan saya
sehari-hari

D. Peran Individu dalam Organisasi30,15

No. Pernyataan Sangat Tidak setuju Sangat


Tidak Setuju setuju
Setuju
1. Saya mempunyai pilihan untuk
memutuskan apa yang harus
saya kerjakan
2. Saya mempunyai pilihan untuk
memutuskan bagaimana saya
harus bekerja
3. Saya memahami bagaimana
menyesuaikan pekerjaan ke
dalam tujuan organisasi kerja
secara keseluruhan
4. Saya bingung dengan tugas dan
tanggung jawab pekerjaan saya
5. Saya mengabaikan beberapa
tugas karena terlalu banyak
pekerjaan yang harus saya
kerjakan
6. Saya dapat mengetahui dengan
jelas tentang apa yang menjadi
sasaran dan tujuan pekerjaan
E. Struktur dan Iklim Organisasi55
No. Pernyataan Sangat Tidak setuju Sangat
Tidak Setuju setuju
Setuju
1. Kebijakan yang diambil kantor
sesuai dengan yang saya inginkan
2. Atasan saya menggunakan
wewenangnya hanya fokus untuk
kepentingan kantor (tidak ada
penerapan politik kerja)
3. Saya ikut berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan kantor
4. Saya merasa terhambat dengan
penerapan peraturan di kantor
5. Saya sulit memperoleh informasi
yang dibutuhkan untuk
menjalankan pekerjaan

F. Hubungan dalam Pekerjaan17

No. Pernyataan Sangat Tidak setuju Sangat


Tidak Setuju setuju
Setuju
1. Saya memiliki hubungan
harmonis dengan atasan
2. Saya sering berselisih dengan
rekan kerja
3. Atasan memberikan porsi
pembagian tanggung jawab yang
sama antara saya dengan rekan
kerja saya
4. Saya mendapat dukungan
sepenuhnya dari atasan dalam
bekerja
5. Saya mendapat kepercayaan
yang rendah dari atasan dalam
bekerja
G. General Health Questionnare39
Silahkan pilih salah satu jawaban dari pilihan a, b, c, dan d berdasarkan
apapun yng Anda rasakan pada saat ini atau akhir-akhir ini. Terima kasih.

1. Apakah Anda berkonsentrasi dengan pekerjaan Anda?


a. Sangat berkonsentrasi
b. Biasa saja
c. Kurang bias berkonsentrasi
d. Tidak bisa berkonsentrasi

2. Apakah Anda sulit tidur nyenyak karena banyak masalah?


a. Tidak sama sekali
b. Biasa saja
c. Kadang-kadang
d. Sering sekali

3. Apakah Anda melakukan hal yang bermanfat sebagai seorang karyawan?


a. Sangat memainkan peranan
b. Biasa saja
c. Kurang memainkan peranan
d. Tidak bias memainkan peranan

4. Apakah Anda dapat menyelesaikan/membuat keputusan atas masalah


Anda?
a. Bisa sekali
b. Biasa saja
c. Kurang bisa menyelesaikan masalah
d. Tidak bisa menyelesaikan masalah

5. Apakah Anda merasa terus menerus di bawah tekanan?


a. Tidak sama sekali
b. Biasa saja
c. Kadang-kadang
d. Sering merasa tegang
6. Apakah Anda dapat mengatasi kesulitan yang dialami sendiri?
a. Bisa sekali
b. Kadang-kadang
c. Kurang bisa mengatasi
d. Tidak bisa mengatasi

7. Apakah Anda dapat menikmati semua aktivitas Anda sehari-hari sebagai


seorang karyawan?
a. Sangat menikmati
b. Biasa saja
c. Kurang menikmati
d. Tidak menikmati

8. Apakah Anda sanggup menghadapi dan menanggung masalah Anda?


a. Sangat sanggup
b. Sanggup
c. Kurang sanggup
d. Tidak sanggup

9. Apakah Anda merasa tidak bahagia dan tertekan?


a. Tidak sama sekali
b. Biasa saja
c. Sedikit tertekan
d. Sangat tertekan

10. Apakah Anda merasa tidak percaya diri?


a. Tidak sama sekali
b. Biasa saja
c. Sedikit tidak percaya diri
d. Sangat tidak percaya diri

11. Apakah Anda sering diremehkan akhir-akhir ini?


a. Tidak sama sekali
b. Biasa saja
c. Sedikit emosi
d. Sering emosi

12. Apakah Anda mudah dalam mempertimbangkan suatu hal kaitannya


dengan tugas Anda sebagai seorang karyawan?
a. Mudah sekali
b. Kadang-kadang
c. Kurang mudah
d. Sulit sekali
L-5

Lampiran 5 Lembar Master Tabel Hasil Entri Data


MASTER TABEL HASIL ENTRI DATA

Nama Jenis Total Total Total Total Total Total


Umur Masa Stres TT PK PIO SIO HDP
Kerja
Responden Kelamin TT PK PIO SIO HDP GHQ Kerja
NN1 Perempuan 21 15 12 11 7 8 21 1 Tidak Kurang Baik Kurang Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik
NN2 Perempuan 25 14 13 12 10 16 24 3 Stres Baik Baik Baik Baik Baik
NN3 Perempuan 23 14 14 12 10 6 24 1 Tidak Kurang Baik Baik Baik Baik
Stres Baik
NN4 Perempuan 24 11 13 11 11 8 32 6 Tidak Baik Kurang Baik Kurang Baik
Stres Baik Baik
NN5 Perempuan 23 11 11 12 8 11 26 2 Tidak Kurang Kurang Kurang Baik Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik
NN6 Laki-Laki 19 12 10 10 10 7 25 2 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Baik
Stres Baik Baik Baik Baik
NN7 Laki-Laki 22 9 11 10 7 4 26 2 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik Baik
1NN8 Perempuan 22 12 12 10 9 4 38 11 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik Baik
NN9 Laki-Laki 21 12 12 11 10 6 27 4 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Baik
Stres Baik Baik Baik Baik
NN10 Perempuan 21 13 16 12 11 9 22 1 Tidak Kurang Kurang Baik Baik Baik
Stres Baik Baik
NN11 Perempuan 27 14 16 11 10 11 25 1 Tidak Baik Baik Baik Kurang Baik
Stres Baik
NN12 Perempuan 26 16 12 11 10 10 26 2 Tidak Baik Baik Kurang Kurang Baik
Stres Baik Baik
NN13 Perempuan 22 11 9 10 8 8 26 3 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik Baik
NN14 Perempuan 21 14 12 11 10 3 24 1 Tidak Kurang Baik Kurang Kurang Baik
Stres Baik Baik Baik
NN15 Perempuan 19 10 10 11 9 3 33 10 Tidak Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik Baik Baik
NN16 Perempuan 19 12 12 15 10 15 27 6 Stres Kurang Kurang Kurang Baik Baik
Baik Baik Baik
NN17 Laki-Laki 20 17 10 12 10 12 23 1 Tidak Kurang Baik Kurang Baik Baik
Stres Baik Baik
NN18 Laki-Laki 26 12 17 14 12 23 30 6 Stres Baik Kurang Baik Baik Baik
Baik
NN19 Perempuan 26 15 14 12 9 15 25 2 Stres Baik Baik Baik Baik Kurang
Baik
NN20 Perempuan 26 15 15 12 9 20 31 6 Stres Baik Baik Baik Baik Kurang
Baik
NN21 Perempuan 26 15 12 13 10 15 23 2 Stres Baik Baik Kurang Baik Baik
Baik
NN22 Perempuan 25 14 12 14 9 16 25 2 Stres Baik Baik Kurang Baik Kurang
Baik Baik
NN23 Perempuan 27 15 14 10 10 19 33 8 Stres Baik Baik Baik Kurang Baik
Baik
NN24 Perempuan 23 14 15 11 10 16 25 2 Stres Kurang Baik Baik Kurang Baik
Baik Baik
NN25 Perempuan 24 12 13 12 12 18 34 10 Stres Baik Kurang Baik Baik Baik
Baik
NN26 Laki-Laki 25 17 14 14 10 14 24 1 Stres Baik Baik Baik Baik Baik
NN27 Perempuan 23 14 14 10 10 13 24 2 Stres Kurang Baik Baik Kurang Baik
Baik Baik
NN28 Perempuan 21 11 13 11 10 14 35 7 Stres Kurang Kurang Baik Kurang Baik
Baik Baik Baik
NN29 Perempuan 23 14 14 11 9 11 30 5 Tidak Kurang Baik Baik Kurang Kurang
Stres Baik Baik Baik
NN30 Perempuan 23 14 17 13 11 17 23 1 Stres Kurang Baik Baik Baik Baik
Baik

Anda mungkin juga menyukai