Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI INSTALASI X RSUD ULIN


BANJARMASIN

Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh
Erna Sari Noorjannah
1610912120009

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARBARU

Maret, 2018

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelelahan merupakan suatu mekanisme alamiah tubuh yang menunjukkan

bahwa tubuh membutuhkan waktu istirahat untuk pemulihan kembali stamina dan

tenaga yang telah terpakai selama. Kelelahan yang timbul pada pekerja dapat

menyebabkan menurunnya efisiensi dan performa kerja, serta pelemahan kekuatan

dan ketahanan fisik sehingga tubuh tidak sanggup untuk melanjutkan

pekerjaannya. Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam

melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.

Kelelahan kerja yang tidak dapat diatasi akan menimbulkan berbagai

permasalahan kerja yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan kerja sehingga

rumah sakit wajib mengetahui tingkat kinerja dan hal yang dapat menimbulkan

permasalahan dalam bekerja, salah satunya kelelahan kerja pada perawat (1,2,3).

Perawat merupakan pekerja pemberi jasa layanan kesehatan yang bertugas

untuk membantu pelayanan gawat darurat dan menyediakan pelayanan

keperawatan untuk orang sakit, terluka, dan ketidakmampuan fisik dan mental

secara terus-menerus selama 24 jam. Dalam menjalankan tugasnya, perawat

sangat rentan menderita kelelahan akibat beban kerja, shift kerja, keseluruhan

tanggung jawab, faktor psikologi dan organisasi yang harus dijalaninya.

Berdasarkan laporan penelitian Canadian Nurse Association (2010) bahwa hampir


3

80% perawat di Kanada mengalami kelelahan. Menurut Lippincott Williams &

Wilkins (2007), data dari studi nasional tentang hubungan antara kesehatan dan

produktivitas di tempat kerja, diketahui bahwa hampir 29.000 orang dewasa

bekerja yang diwawancarai, 38% mengatakan mereka telah mengalami fungsi

kognitif menurun, kurang tidur, atau perasaan kelelahan. Selain itu, Salah satu

faktor penyebab utama kecelakan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah

kelelahan kerja (fatique). Data dari ILO yang menunjukkan bahwa hampir setiap

tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang

disebabkan oleh faktor kelelahan. Peneliti tersebut menyatakan dari 58.155

sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu sekitar 32,8 % dari

keseluruhan sampel peneliti (3,4).

Di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan RI didapat 30-40% masyarakat pekerja pemberi jasa layanan kesehatan

yang bersifat teknis dan beroperasi selama 8–24 jam sehari mengalami kelelahan.

Hal ini dikarenakan adanya pola kerja bergilir. Dilihat dari jumlah perawat yang

bekerja di RSU GMIM Kalooran Amurang dengan pasien tidak seimbang,

dikarenakan jumlah pasien yang berada di rumah sakit terlalu banyak. Sehingga

perawat mengalami kelelahan dalam bekerja. Pada tanggal 13 Desember 2016

didapati jumlah perawat di ruang rawat inap RSU GMIM Kalooran Amurang

sebanyak 82 orang. Sebagian besar perawat berpendidikan diploma III sebanyak

73 perawat, Sarjana Keperawatan sebanyak 4 orang perawat, Ners sebanyak 5

orang perawat. Berdasarkan hasil penelitian dengan 5 orang perawat di RSU

GMIM Kalooran Amurang menunjukkan bahwa 3 orang perawat mengalami


4

kelelahan kerja yang disebabkan oleh stres, komunikasi yang kurang baik antara

sesama perawat, kebosanan dan beban kerja. Kemuadian pada tahun 2017

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 9 April 2017

melalui wawancara terhadap 14 perawat di 14 bangsal (13 bangsal rawat inap, 1

bangsal IGD) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapatkan informasi

bahwa 14 perawat mengalami gejala kelelahan kerja seperti capek, pegal-pegal,

pusing, keringat berlebih dan gangguan tidur. Hal ini disebabkan oleh terdapat

sistem shift kerja yang tidak sama antara bangsal yang satu dengan yang lainnya

(4,5).

Salah satu penelitian terkait kelelahan kerja pada perawat di Kalimantan

Selatan dilakukan Ellyada pada tahun 2015. Berdasarkan peneltian tersebut,

diketahui bahwa terdapat 26 orang perawat IGD di salah satu RS di Kota

Martapura diketahui telah menunjukkan bahwa mengalami kelelahan kerja di

Instalasi IGD yang disebabkan oleh beban kerja dan status gizi kurus (6).

Berdasarkan data di RSUD Ulin Banjarmasin, jumlah tenaga keperawatan

pada pelayanan rawat inap sebanyak 123 orang dengan jumlah kunjungan pada

periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 sebanyak 212.823

klien. Jumlah kunjungan yang tinggi ini tentu akan meningkatkan beban kerja

yang dialami perawat. Kondisi ini terlihat dari jumlah kunjungan pasien setiap

harinya relatif besar yaitu berkisar 591 pasien, sedangkan perawat yang bekerja

dalam satu shift, hanya 13 sampai 14 orang saja. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2005) dalam Supratman (2009) menyebutkan bahwa seharusnya rasio


5

perawat pasien adalah 1:5-7. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kerja pada

perawat (6).

Grandjean menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kelelahan kerja, faktor tersebut diantaranya adalah faktor beban kerja, jam kerja,

shift kerja dan status gizi. Beban kerja dapat berhubungan dengan kelelahan kerja

karena beban kerjanya yang berat dan menyita waktu, serta gaji rendah tanpa

insentif memadai. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawati pada perawat bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan

kerja sebesar 0,001 di RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo (7).

Jam kerja dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja, hal ini karena

perawat merupakan tenaga yang paling lama berinteraksi dengan pasien yaitu

selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Helma Hayu

Juniar pada perawat di RSUD Karanganyar yang menyatakan bahwa jam kerja

berhubungan dengan kelelahan kerja. Jika suatu pekerjaan tidak diimbangi dengan

waktu istirahat yang cukup maka akan mempengaruhi fisik dan metal perawat

sehingga menimbulkan kelelahan kerja. (8).

Shift kerja dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja, hal ini karena

disebabkan oleh terdapat sistem shift kerja yang tidak sama antara bangsal yang

satu dengan yang lainnya. Sistem shift kerja yang masih menggunakan 3 kali shift

malam berturut-turut dan 4 kali shift malam berturut-turut, beberapa perawat juga

masih sering terlambat saat pergantian shift. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fitri Wiji Astuti pada perawat di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang yg menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji kolerasi Chi


6

Square antara variabel shift kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai sebesar

0,036, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara shift kerja

dengan kelelahan kerja pada perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang (4).

Status gizi berhubungan dengan kelelahan kerja, hal ini disebabkan orang

yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan

dalam tubuh kurang dari normal maka akan lebih mudah mengalami kelelahan

dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dita Perwitasari pada perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie.

Hubungan antara status gizi responden dengan kejadian kelelahan dianalisis

menggunakan uji korelasi spearman diperoleh nilai p = 0,000 α = 0,05 (p < α)

maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status

gizi dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat di RSUD dr. Mohamad

Soewandhie (9).

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian terkait faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja, khususnya adalah faktor beban

kerja, jam kerja, shift kerja, dan status gizi pada perawat di Intalasi X RSUD Ulin

Banjarmasin.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja pada perawat di Intalasi X

RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkaat kelelahan kerja, pada perawat di Intalasi X RSUD

Ulin Banjarmasin tahun 2018.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Menganalisis hubungan beban kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada

perawat di Intalasi X RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018.

b. Menganalisis hubungan jam kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada

perawat di Intalasi X RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018.

c. Menganalisis hubungan shift kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada

perawat di Intalasi X RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018.

d. Menganalisis hubungan status gizi terhadap tingkat kelelahan kerja pada

perawat di Intalasi X RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018.


8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan mengenai masalah

praktis yang dihadapi dalam mengurangi angka tingkat kelelahan kerja pada

perawat di Rumah Sakit, sehingga Dinas Kesehatan mendapat gambaran nyata

yang ada di masyarakat dalam upaya menurunkan angka kelelahan kerja.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin

Dengan dilakukannya penelitian ini maka Rumah Sakit mendapatkan

gambaran mengenai tingkat kelelahan kerja perawat sehingga dapat dijadikan

acuan dalam menentukan kebijakan terkait perencanaan kebutuhan jumlah tenaga

perawat maupun pendistribusian tenaga keperawatan.

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM)

Meningkatkan kerjasama antara PSKM Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat dengan RSUD Ulin Banjarmasin sebagai tempat penilitian.

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat dan dapat

menambah sumber kepustakaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

mengenai faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja pada perawat

rumah sakit, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan serta

sebagai rekomendasi kurikulum terkait dengan kompetensi sarjana kesehatan

masyarakat.
9

4. Perawat di RSUD Ulin Banjarmasin

Dengan dilakukannya penelitian ini maka profesi perawat dapat memahami

kelelahan kerja perawat pelaksana, sehingga dapat dijadikan acuan untuk

melakukan evaluasi kembali sebaran tenaga perawat yang sudah ada di Intalasi X

RSUD Ulin Banjarmasin.

5. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman yang berharga dan

mendapatkan informasi atau gambaran mengenai tingkat kelelahan kerja perawat

yang terjadi mengenai faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

perawat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan

kerja pada perawat di Instalasi X RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018 masih

belum pernah dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian yang

memiliki beberapa kesamaan dan digunakan sebagai acuan atau perbandingan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Senik Ellyada (2015) yang berjudul Pengaruh Beban Kerja

dan Status Gizi Terhadap Tingkat Kelelahan pada Perawat IGD di RSUD

Ratu Zalecha Martapura Tahun 2015. Persamaan penelitian tersebut dengan

yang akan calon peneliti lakukan adalah terletak pada variabel terikat, yaitu

sama-sama meneliti tentang kelelahan kerja. Persamaan lainnya adalah pada

variabel bebas yaitu sama meneliti beban kerja dan status gizi. Kemudian

terletak persamaan pula pada metode penelitian dan desain penelitian, yaitu
10

observasional analitik dengan desain cross sectional. Kemuadian persamaan

uji statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah Chi Square.

Terdapat persamaan pula pada metode pengambilan data dimana untuk

pengambilan data tentang kelelahan, calon peneliti menggunakan kuesioner

terstandar dari Tarwaka (2015). Adapun perbedaan penelitian adalah

terletak pada variabel bebas dimana pada penelitian Ellyada (2015) tidak

meneliti variabel bebas jam kerja dan shift kerja, kemudian pada sampel

penelitian yaitu perawat di RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah simple random sampling sedangkan yang

dilakukan Ellyada (2015) adalah totally sampling. Perbedaan lainnya

terletak pada tempat penelitian sebelumnya yang dilakukan Ellyada (2015)

di RSUD Ratu Zalecha Martapura, sedangkan tempat penelitian calon

peneliti dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Perwitasari dan Abdul Rohim Tualeka

yang berjudul Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Subyektif

Pada Perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya. Persamaan

penelitian tersebut dengan yang akan calon peneliti lakukan adalah terletak

pada variabel terikat, yaitu sama-sama meneliti tentang kelelahan kerja.

Persamaan lainnya adalah pada variabel bebas yaitu sama meneliti beban

kerja dan status gizi. Kemudian terletak persamaan pula pada metode

penelitian dan desain penelitian, yaitu observasional analitik dengan desain

cross sectional. Terdapat persamaan pula pada metode pengambilan data

dimana untuk pengambilan data tentang kelelahan, calon peneliti


11

menggunakan kuesioner terstandar dari Tarwaka (2015). Adapun perbedaan

penelitian adalah terletak pada variabel bebas dimana pada penelitian

Ellyada (2015) tidak meneliti variabel bebas jam kerja dan shift kerja,

kemudian pada sampel penelitian yaitu perawat di RSUD Ulin Banjarmasin.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling sedangkan yang dilakukan Perwitasari D dan Abdul R T (2014)

adalah dengan mengunakan teknik stratified random sampling. Kemudian

uji statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah Chi Square

sedangkan yang dilakukan Perwitasari D dan Abdul R T (2014) dengan

menggunakan uji Korelasi Spearman dan Mann-Whitney. Perbedaan

lainnya terletak pada tempat penelitian sebelumnya yang dilakukan

Perwitasari D dan Abdul R T (2014) di RSUD dr.Mohamad Soewandhie,

sedangkan tempat penelitian calon peneliti dilakukan di RSUD Ulin

Banjarmasin.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Wiji Astuti, dkk (2017) yang berjudul

Hubungan antara Faktor Individu, Beban Kerja dan Shift Kerja dengan

Kelelahan Kerja Pada Perawat di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Persamaan penelitian tersebut dengan yang akan calon peneliti lakukan

adalah terletak pada variabel terikat, yaitu sama-sama meneliti tentang

kelelahan kerja. Persamaan lainnya adalah pada variabel bebas yaitu sama

meneliti beban kerja, status gizi, dan shift kerja. Kemudian terletak

persamaan pula pada metode penelitian dan desain penelitian, yaitu

observasional analitik dengan desain cross sectional. Kemuadian persamaan


12

uji statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah Chi Square.

Adapun perbedaan penelitian adalah terletak pada variabel bebas dimana

pada penelitian Astuti F W, dkk (2017) tidak meneliti variabel bebas jam

kerja, kemudian pada sampel penelitian yaitu perawat di RSUD Ulin

Banjarmasin Kemudian perbedaan lainnya pada metode pengambilan data

dimana untuk pengambilan data tentang kelelahan, calon peneliti

menggunakan kuesioner terstandar dari Tarwaka (2015) sedangkan yang

dilakukan Astuti F W, dkk (2017) dengan pengukuran kelelahan kerja

menggunakan Aplikasi Deary-Liewald Reaction Time Task, denyut nadi

menggunakan pulsemeter dan beban kerja mental menggunakan angket

NASA-TLX. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple

random sampling sedangkan yang dilakukan Astuti F W, dkk (2017)

menggunakan tehnik Proportionate stratified random sampling. Perbedaan

lainnya terletak pada tempat penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSJD

dr. Amino Gondohutomo Semarang sedangkan tempat penelitian calon

peneliti dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin.


13

DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi R. Gambaran kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada


pengemudi bus malam jarak jauh PO. Restu Mulya. Jurnal The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health 2015; 4(1):167–176.
2. Ramayanti R. Analisis hubungan status gizi dan iklim kerja dengan
kelelahan kerja di Catering Hikmah Food Surabaya. Jurnal The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health 2015; 4(2):177–186.
3. Fatona L. Perbeedaan tingkat kelelahan antara shift pagi, sore dan malam
pada perawat rawat inap di RS PKU Aisyiyah Boyolali. Artikel Penelitian.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
4. Astuti F W, Ekawati, dan Ida W. Hubungan antara faktor individu, beban
kerja dan shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di RSJD dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2017;
5(5):163-172.
5. Lendombela D P J. Hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja perawat
di ruang rawat inap RSU Gmim Kalooran Amurang. Jurnal e-journal
2017; 5(1):1-6.
6. Ellyada D. Pengaruh beban kerja dan status gizi terhadap tingkat
kelelahan pada perawat IGD di RSUD Ratu Zalecha Martapura. Sripsi.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat, 2015.
7. Retnosari D F dan Endang D. Hubungan antara beban kerja dan status gizi
dengan keluhan kelelahan kerja pada perawat instalasi rawat jalan di RSI
Jemursari. Jurnal Perawat 2017; 3(1):1-10.
8. Juniar H H, Rahmaniyah D A, dan Irwan. Analisis sistem kerja shift
terhadap tingkat kelelahan dan pengukuran beban kerja fisik perawat
RSUD Karanganyar. Jurnal Performa 2017; 16(1):44-53.
9. Perwitasari D dan Abdul R T. Faktor yang berhubungan dengan kelelahan
kerja subyektif pada perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya. Jurnal The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health
and Environment 2014; 1(1): 15-23.

Anda mungkin juga menyukai