SKRIPSI
Disusun oleh:
Laili Meiranda Mahlithosikha
NIM 6411416142
2021
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Agustus 2021
ABSTRAK
ii
Public Helath Science Department
Faculty of Sports Science
Universitas Negeri Semarang
Agustus 2021
ABSTRAC
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
iv
PERSETUJUAN
Kerja pada Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah” yang disusun oleh Laili Meiranda Mahlithosikha, NIM
6411416142 telah disetujui untuk diujikan di hadapan penguji pada Ujian Skripsi
Negeri Semarang.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. "Sukses tidak datang dari kapasitas fisik. Tapi datang dari kemauan yang
kesanggupannya” (QS:Al-Baqarah:286).
PERSEMBAHAN
dipersembahkan untuk:
dukungannya.
Semarang.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat, berkah dan
Berhubungan dengan Stress Kerja pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril, maupun materil,
Izin Penelitian.
4. Direktur RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Bapak dr.
5. Ayahanda Tugiran dan Ibunda Alfiah, atas doa yang selalu dipanjatkan,
terselesaikan.
Diani, Rosita Kusuma W, Dwi Kartika Sari, Ervina Fauziyah, dan teman-
vii
teman lainnya yang telah memberikan motivasi dan membantu
motivasinya.
2016.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya
dari Allah SWT. Disadari bahwa penyusunan Skripsi ini memiliki kekurangan
karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan guna kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
PERSETUJUAN .................................................................................................... v
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 9
ix
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 11
x
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 51
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 67
4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo .............. 67
xii
5.1.6 Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja ......................................... 103
5.1.10 Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja ....................... 109
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 5 Rekapitulasi Data NON PNS (BLUD & HARLEP) Berdasarkan JFU 75
xiv
Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Konflik Peran Ganda ........................................ 84
Tabel 4. 21 Tabulasi Silang Usia dengan Stres Kerja Perawat di Unit Perawatan
Tabel 4. 22 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Tengah ................................................................................................ 87
Tabel 4. 26 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Tabel 4. 27 Tabulasi Silang Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Tabel 4. 28 Tabulasi Silang Shift Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Tabel 4. 30 Tabulasi Silang Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja Perawat di
xv
Tabel 4. 31 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Unnes ...... 126
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesei Melakukan Penelitian dari RSJD dr. Amino
xviii
DAFTAR ISTILAH
xix
RSJD : Rumah Sakit Jiwa Daerah
xx
BAB I
PENDAHULUAN
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
(ILO) (2016), stres kerja menjadi perhatian paling penting salah satunya pada
memiliki resiko stress, namun perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.
Diperkirakan pembiayaan perusahaan karena stres kerja lebih dari 200 juta dolar
per tahun. Biaya disebabkan karena membayar gaji selama sakit, rawat inap dan
dengan angka prevalensi sebesar 2500, 2190, dan 3000 kasus per 100.000 orang
440.000 kasus stres kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380 kasus
per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Menurut studi yang
tingkat stres tinggi (Lwin, 2015). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada
1
2
mengalami stres ringan dan (56,7%) perawat mengalami stres berat (Siringoringo
et al., 2016). Hasil penelitian pada perawat di ruang rawat inap perawatan jiwa
penduduk pada tahun 2019 adalah 180 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio
perawat di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar 101,85 per 100.000 penduduk
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018). Pada tahun 2018, Provinsi Jawa
Indonesia dengan total 45.765 (Badan PPSDM Kesehatan, 2019). Rasio perawat
di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 127,90 per 100.000 penduduk (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Tengah (2019), jumlah tenaga keperawatan di kota Semarang pada
tahun 2016, 2017 dan 2018 berturut-turut sebanyak 362, 1.145 dan 1.151 perawat.
Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang memberikan pelayanan bagi
jiwa. Rumah Sakit Jiwa merupakan salah satu sarana yang sangat penting guna
menunjang kesehatan jiwa masyarakat untuk semua lapisan. Rumah Sakit Jiwa
adalah salah satu rumah sakit yang siap melayani masyarakat selama 24 jam, oleh
3
karena itu rumah sakit harus mempersiapkan perawat yang profesional. Dalam
menjalankan rutinitas kerja, perawat Rumah Sakit Jiwa tidak terlepas dari kondisi-
kondisi yang sulit, aturan kerja yang ketat, karena seorang perawat dalam
pekerjaannya selalu bertemu dengan sosok pribadi yang beraneka ragam dan
situasi kerja yang rumit. Tugas tambahan perawat Rumah Sakit Jiwa adalah
dalam menjalankan tugasnya harus mengetahui kode etik keperawatan. Kode etik
keperawatan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap
perawat.
Menurut Ansori dan Martiana (2017), ada hubungan antara jenis kelamin,
usia dan masa kerja dengan stres kerja pada perawat gigi. Sedangkan menurut
dengan stres kerja perawat. Penelitian Samino et al. (2018) menunjukkan adanya
hubungan antara kepribadian dengan stres kerja terutama pada kepribadian tipe A
pada perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
4
diantaranya shift kerja malam, beban kerja, konflik peran ganda, kurangnya
dukungan sosial, tuntutan yang beragam dan tidak sesuai dengan kompetensi.
Beban kerja berlebih, kondisi kerja yang tidak nyaman, ketidakpastian pekerjaan,
dan tidak seimbangnya jumlah rasio tenaga perawat dengan jumlah pasien. Selain
beberapa faktor tersebut, perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia, dipacu untuk selalu maksimal dalam
rutin dan kontinyu, mempertahankan kondisi pasien agar tidak semakin buruk
serta menyampaikan segala kondisi pasien dengan jujur kepada pihak keluarga
(Hendrawati, 2015).
untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber
tambahan dari stres (Munandar, 2001). Kinerja yang jelek akan berdampak
terhadap rendahnya pelayanan, pasien merasa kurang nyaman dan tidak puas.
Kinerja dalam hal ini erat kaitannya dengan seberapa besar beban kerja, stres kerja
rendah beban kerja dan stres kerja perawat semakin baik kinerjanya. Semakin
perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan
kesehatan yang berakibat susahnya istirahat pada malam hari sehingga pada waktu
bekerja sering mengantuk dan kurang bisa konsentrasi, mudah lelah dan mudah
Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa kerja
tersebut berkurang pada tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun,
keluhan akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja lebih
dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja yang masih sedikit. Masa kerja
dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja lebih dari lima tahun biasanya memiliki
tingkat kejenuhan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja baru.
Kejenuhan ini yang kemudian dapat berdampak pada timbulnya stres di tempat
Mada didapatkan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja.
Pada pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 18 tahun memiliki tingkat stres
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja
lebih sedikit. Dari penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2012) pada perawat
antara beban kerja mental terhadap stres kerja. Hasil penelitian membuktikan
6
bahwa salah satu penyebab stres kerja perawat adalah beban kerja mental yang
tinggi.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di unit rawat inap perawatan
jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah bahwa asuhan
keperawatan yang mereka lakukan cukup berat sebab pasien yang ditangani bukan
pasien yang mengalami gangguan kesehatan secara fisik melainkan secara psikis.
berkomunikasi dengan pasien. Selain itu, shift kerja yang diterapkan ialah tiga
rotasi yaitu shift pagi pukul 07.00-14.00 WIB, shift sore pukul 14.00-21.00 WIB,
dan shift malam 21.00-07.00 WIB dengan pola rotasi 3-3-3. Tentang beban kerja
yang cukup berat dimana setiap shift kerja hanya dibebankan 3-4 perawat setiap
ruangan yang memiliki rata-rata pasien 11-20, ini dapat disimpulkan bahwa
terjadi rasio yang tidak seimbang antara jumlah perawat, sedangkan untuk
pasien. Beban kerja yang tinggi seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Unit rawat inap perawatan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah terbagi menjadi 18 unit yang di setiap unitnya dengan bervariasi dalam
beban kerja dan pembagian tugas perawat dalam penanganan pasien. Jumlah
Perawat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sampai tahun
2020 berjumlah 135 perawat, dengan jumlah perawat laki-laki 37 perawat dan 98
perawat perempuan. Dengan demikian rasio jumlah perawat dengan jumlah pasien
Desember 2019 di unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan NIOSH Generic Job
(13%) tidak stres, 4 orang perawat (27%) mengalami stres ringan, dan 9 orang
(60%) perawat mengalami stres sedang.. Pada tanggal 27-30 Januari 2020, studi
pendahuluan dilakukan di unit kerja pelayanan perawatan umum RSJD Dr. Amino
15 orang perawat dan didapatkan hasil bahwa 3 perawat (20%) tidak mengalami
stres. Sedangkan perawat 4 lainnya (27%) mengalami stres ringan, dan 8 perawat
(53%) mengalami stres sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang
dialami perawat di unit rawat inap perawatan jiwa lebih bervariasi dan lebih tinggi
daripada tingkat stres yang dialami perawat di pelayanan perawatan umum. Dari
seorang perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
pekerjaannya. Atas dasar berbagai permasalahan dan uraian yang ada di atas,
dengan Stress Kerja pada Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino
yaitu “Faktor-faktor apa saja yang Berhubungan dengan Stress Kerja pada
Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah?”
1. Apakah ada hubungan antara faktor usia dengan stres kerja pada perawat di
unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?
2. Apakah ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan stres kerja pada
Jawa Tengah?
3. Apakah ada hubungan antara faktor status perkawinan dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah?
4. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah?
5. Apakah ada hubungan antara faktor status kepegawaian dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah?
9
6. Apakah ada hubungan antara faktor masa kerja dengan stres kerja pada
Jawa Tengah?
7. Apakah ada hubungan antara faktor beban kerja dengan stres kerja pada
Jawa Tengah?
8. Apakah ada hubungan antara faktor shift kerja dengan stres kerja pada
Jawa Tengah?
9. Apakah ada hubungan antara faktor konflik interpersonal dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah?
10. Apakah ada hubungan antara faktor konflik peran ganda dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD
1. Diketahuinya hubungan antara faktor usia dengan stres kerja pada perawat di
unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
10
2. Diketahuinya hubungan antara faktor jenis kelamin dengan stres kerja pada
perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
6. Diketahuinya hubungan antara faktor masa kerja dengan stres kerja pada
perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
7. Diketahuinya hubungan antara faktor beban kerja dengan stres kerja pada
perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
8. Diketahuinya hubungan antara faktor shift kerja dengan stres kerja pada
perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
11
10. Diketahuinya hubungan antara faktor konflik peran ganda dengan stres kerja
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
mengenai stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada
perawat sehingga dapat mengantisipasi kondisi stres kerja yang mungkin terjadi
selama bekerja.
kajian dan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai acuan
Rancanga
Variabe
No Peneliti Judul n Hasil Penelitian
l
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Ratna Perbedaan Tingkat Rancangan Perbeda Hasil analisis stres
Multisari, Stres Kerja Peraat penelitian an kerja perawat di
2018 di Ruang Rawat analitik tingkat Ruang Rawat Jiwa
Jiwa Intensif dan komparatif. stres Intensif dan Ruang
Ruang Rawat Inap kerja Rawat Inap Tenang
Tenang Rumah perawat sama-sama
Sakit Jiwa di cenderung rendah
Provinsi Jawa Ruang dengan nilai
Barat Rawat median di Ruang
Jiwa Rawat Jiwa Intensif
Intensif yaitu 42
dan (SD=7,706) dan
Ruang Ruang Rawat Inap
Rawat Tenang yaitu 38
Inap (SD=6,167). Hasil
Tenang uji mann-whitney
Rumah menunjukan p
Sakit value (0,047) <
Jiwa 0,05.
2. Anis Hubungan antara Dengan Kecerda Hasil analisis
Muatsiroh Kecerdasan metode san menunjukkan
, Siswati Interpersonal kuantitatif. interpers bahwa ada
(Muatsiro dengan stres kerja Populasi di onal, hubungan negatif
h, 2017) pada perawat RSJD stress dan signifikan
instalasi rawat Surakarta kerja antara kecerdasan
inap di Rumah berjumlah perawat interpersonal
13
berhubungan
(p>0.05) dengan
variabel tingkat
burnout perawat.
4. Samino, Analisis Faktor Cross Variabel .Hasil penelitian
Nurhalina Stres Kerja pada sectional bebas: menunjukkan bahwa
Sari, Kiki Perawat Rawat Inap tuntutan terdapat hubungan
Karlina RSUD Dr. H. tugas, yang bermakna
(2018) Abdul Moeloek tuntutan antara tuntutan
Bandar Lampung peran, peran terhadap stres
tuntutan kerja pada perawat
antar (p=0,047), dan
personal kepribadian
dan (p=0,040) dengan
kepribadi stres kerja pada
an perawat.Sedangkan
Variabel tidak ada hubungan
terikat: tuntutan
Stres tugas(0,241) dan
kerja tuntutan
antarpersonal
(p=0,927) dengan
stres kerja.
5. Indah Hubungan antara penelitian Shift Terdapat hubungan
Rhamdani shift kerja, observasio kerja, antara shift kerja
, kelelahan kerja nal kelelaha (p=0.035),
Magdalen dengan stres kerja analitik n kerja, kelelahan kerja
a pada perawat dengan usia, (p=0.022), jenis
Wartono, desain jenis kelamin (0.037)
2019 cross kelamin, dan status
sectional status pernikahan
pernikah (p=0.041) dengan
an, dan stres kerja dan
stress tidak ada hubungan
kerja antara usia dengan
stres kerja
(p=0.071).
15
sebagai berikut:
Ruang lingkup materi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tentang
stres kerja yang dapat dialami oleh perawat di rumah sakit jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagi sebagian orang, stres menggambarkan suatu keadaan fisik yang telah
gejala yang menghasilkan tekanan itu (T.M Fraser, 1992). Tetapi, lepas dari
apakah seseorang menyebut kondisi tertentu „stres‟ dan ketegangan, banyak orang
sekitarnya.
atau mengancam kesehatan seseorang (Sopiah, 2008). Orang- orang merasa stres
penyimpangan psikis,fisik dan perilaku dari fungsi yang sehat. Namun distres juga
memiliki sisi positif yang disebut dengan eustres. Eustres merupakan pengalaman
stres yang tidak berlebihan, cukup untuk menggerakkan dan memotivasi orang
dialami oleh setiap orang yang tertekan. Derajat stres berkorelasi dengan
16
17
pada diri seseorang dan kepercayaan diri. Stres juga berkorelasi dengan ketakutan
Stres sebagai suatu reaksi merupakan salah satu bagian dari tiga
pembagian model stres. Secara tiga pembagian model stres terdiri dari model stres
konsep bahwa stres merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut. Sedangkan
individu yang tidak digunakan dengan baik sehingga memicu timbulnya masalah
bagi mereka. Pekerjaan yang sehat seharusnya dapat menyesuaikan antara tekanan
dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki individu, kemampuan yang
dimiliki untuk mengontrol pekerjaan, dan dukungan yang diterima dari orang-
pekerjaan ini adalah definisi dari stres kerja. Stres kerja ini tampak dari sikap
18
antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,
merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah
(Mangkunegara, 2013).
baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungan yang
tanggapan tersebut dengan istilah „fight or flight response’. Jadi sebenarnya stres
adalah suatu yang alamiah. Ada dua faktor utama yang berkaitan langsung dengan
Stres kerja akut merupakan bentuk yang paling umum dari stres. Berasal
dari tuntutan dan tekanan dalam jangka pendek. Sumber tersebut biasanya sering
menghilang. Stres akut dapat menjadi hal menarik dan menantang apabila terjadi
dalam dosis yang kecil, namun bila terjadi dalam dosis yang besar maka dapat
Hal yang terjadi pada stres akut biasanya berupa reaksi singkat tubuh
terhadap sumber stres yang datang. Terjadi dalam waktu jangka pendek sehingga
dengan baik. Diantaranya mengalami dari sakit kepala,sakit punggung, nyeri otot,
rahang kaku, maag, perut kembung diare, sembelit peningkatan tekanan darh,
terasa dingin, sesak napas,nyeri dada, tidak sabar, terjadi kecelakaan kerja,
Stres kronis terjadi dalam waktu lama yang disebabkan oleh tuntutan dan
tekanan yang terus menerus dan sulit untuk diatasi. Stres kronis dapat
penyakit yang berkaitan antara lain diabetes, hernia, tuberkulosis, asma, darah
kelenjar tiroid, insomnia, gastritis kolitis, ulkus lambung, sakit punggung dan
alergi.
20
konsekuensi potensi yang timbul dari adanya kontak dengan stresor. Dampak stres
buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, dan rintangan
mental.
terutama karena topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini
terhadap organisasi.
Kelima jenis tersebut tidak mencakup seluruhnya, juga tidak terbatas pada
dampak-dampak dimana ada kesepakatan universal dan untuk hal itu terdapat
bukti ilmiah yang jelas. Dampak yang telah disebutkan hanya mewakili beberapa
dampak potensial yang sering dikaitkan dengan stres. Akan tetapi tidak semua
dapat diartikan bahwa stres selalu menyebabkan dampak seperti yang disebutkan
diatas.
Ada berbagai cara untuk pengukuran stres yang telah digunakan ahli
seseorang seperti perubahan tekanan darah, ketegangan otot-otot, bahu, leher dan
pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap memiliki reliabilitas paling
tinggi, namun sangat tergantung pada alat yang digunakan dan pengukur itu
sendiri.
22
stimulus. Cara Ini dianggap memiliki reliabilitas yang tinggi, namun terdapat
peneliti untuk menilai stres kerja akut maupun kronis. Pengukuran dilakukan
Berdasarkan APA (2016) dan HSE (2001), berupa instrumen pengukuran stres
disusun oleh Osipow dan Spokane. Kuesioner ini terdiri dari 147 item dalam tiga
kuesioner yang dapat mengukur stres kerja, ketegangan dan sumber coping.
Menilai stres dalam tiga sub skala yaitu beban peran, kekurangan peran, ketaksaan
peran, batasan peran, tanggung jawab dan lingkungan fisik. Semua item dalam
kuesioner ini didesain untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Skala dalam
23
kuesioner ini merupakan skala likert mulai dari jarang sering. Hasil pengukuran
stres kerja, ketegangan dan coping diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skala
yang ada.
Kuesioner ini terdiri dari 30 item yang dapat mengukur insiden, keparahan, dan
frekuensi stres kerja. Kelebihan dari kuesioner ini yaitu dapat digunakan untuk
menilai tingkat keparahan dan frekuensi faktor lingkungan kerja yang berdampak
pada keadaan psikologis pekerja. Sedangkan kekurangan dari kuesioner ini yaitu
faktor penilaian hanya pada lingkungan kerja dan dampaknya terhadap perubahan
pekerjaan.
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan terdapat 13 ukuran
stressor pekerjaan yang berbeda serta sejumlah ukuran tekanan individu dan
pengubah respon stres. Instrumen ini dirancang sebagai alat ukur baru untuk
menilai faktor organisasi kerja, stres kerja dan kesehatan dan keselamatan kerja.
24
Instrumen ini dirancang berbentuk modular sehingga diagnosis atau peneliti stres
dapat memilih skala individu tertentu atau seluruh instrumen dapat digunakan.
NIOSH Generic Job Stress Questionnaire ini dianggap sebagai kuesioner yang
valid dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi pekerjaan (Elshaer, Moustafa,
Stres kerja dapat dinilai menggunakan The Workplace Stress Scale (WSS)
yang dikembangkan oleh Marlin Company, North Haven, Connecticut, USA dan
American Institute of Stress, Yonkers, New York, USA. WSS terdiri dari delapan
diberi nilai terbalik. Skala penilaian pada instrumen ini menggunakan format
likert lima poin, mulai dari tidak pernah (skor 1) hingga sangat sering (skor 5).
Skor yang lebih tinggi mengindikasikan stres kerja yang lebih tinggi. Skor total
1. Apabila skor ≤15 maka responden cenderung relatif tenang dan tidak
2. Apabila skor 16-20 maka responden mengalami stres kerja yang cukup
rendah.
3. Apabila skor 21-26 maka responden mengalami stres kerja tingkat sedang.
4. Apabila skor 26-30 maka responden mengalami stres kerja tingkat tinggi atau
parah.
25
5. Apabila skor 31-40 maka responden mengalami tingkat stres kerja yang
berpotensi bahaya.
2.1.5 Perawat
kelompok baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Sedangkan definisi perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok, atau
masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit (Pusdatin Kemenkes RI, 2017).
keperawatan.
4. Peneliti keperawatan.
6. Melakukan rujukan.
3. Mengelola kasus.
pimpinan.
dilaksanakan berdasarkan:
1. Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga
medis.
tenaga kefarmasian.
Peran perawat secara umum antara lain (Pusdatin Kemenkes RI, 2017):
2.1.6.3.3 Educator
2.1.6.3.4 Advocate
2.1.6.3.5 Researcher
sederhana di bidang keperawatan dengan cara menumbuhkan ide dan rasa ingin
tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada klien di
komunitas maupun klinis. Dengan harapan dapat menerapkan hasil kajian dalam
kata lain, stressor adalah prasyarat untuk mengalami respons stres. Stressor
individu meliputi konflik peran, beban kerja kuantitatif dan kualitatif, ambiguitas
peran dan tanggung jawab kepada orang lain. Stressor kelompok dan organisasi
yang tidak memadai dan perampingan tenaga kerja. Stressor kelompok dan
menjadi tiga, yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor di luar organisasi.
terhadap ketidakjelasan dan pola tingkah laku tipe A. Faktor pekerjaan terdiri atas
hubungan relasi, dan struktur organisasi serta iklim kerja. Sedangkan faktor di
kesulitan finansial. Hal ini selaras dengan model Cooper, C. L. dalam (Munandar,
2012) yang menyatakan bahwa stres di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja,
lingkungan di luar kerja dan individu. Faktor lingkungan kerja meliputi faktor
pekerjaan serta struktur dan iklim organisasi. Faktor lingkungan di luar pekerjaan
dapat berasal dari keluarga dan masyarakat. Serta faktor individu yang berasal
karakteristik demografi dengan stres kerja perawat di rumah sakit dan fasilitas
2.1.6.1.1 Usia
Menurut Huclok dalam (Wawan & M., 2010), semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
psikis dan kesehatan seperti kekuatan tenaga fisik yang mencapai puncaknya,
Usia adalah jumlah tahun yang dihitung mulai dari lahir hingga saat
terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu. Usia dewasa biasanya
lebih dapat mengontrol stres atau memiliki toleransi terhadap stres yang lebih baik
dibandingkan dengan usia kanak-kanak dan usia lanjut (Ansori & Martiana,
2017).
33
atau kategori manusia sepanjang hidupnya yang menyangkut sifat kejantanan atau
betina nya (masculinity and femininity). Adapun seks atau jenis kelamin
menyatakan manifestasi fisiknya dengan implikasi pada peran dan perilaku sesuai
laki yang dikonstruksi secara sosial. Sedangkan seks mengacu pada karakteristik
jabatan. Bahkan di negara maju sekalipun, promosi dan kenaikan pangkat masih
dipengaruhi aspek gender. Diskriminasi dalam hal promosi jabatan hanya salah
satu dari tiga diskriminasi gender yang dihadapi tenaga kerja wanita. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan para peneliti yang mengidentifikasi
sumber-sumber stres pada pekerja perempuan, yaitu blok karir, pelecehan seksual,
struktur dan iklim organisasi yang didominasi oleh laki-laki, stereotip gender,
baru, perjalanan bisnis dan akumulasi tugas-tugas kecil. Satu studi menemukan
kepada orang-orang baik di dalam maupun di luar rumah. Selain itu, perempuan
berisiko lebih besar terkena penyakit Alzheimer daripada laki-laki dan 1,5 kali
lebih mungkin terkena depresi (Greenberg J. S., 2013). Hasil penelitian Ansori &
34
istri untuk tetap bekerja atau tidak, karena seorang istri akan memerlukan
dukungan suami untuk bekerja di luar rumah (Rachman, 2007). Pekerjaan dan
rumah tangga merupakan dua hal yang berbeda dari kehidupan orang dewasa. Jika
dan kesuksesan hidup individu tersebut (Wongpy & Setiawan, 2019). Sedangkan
Rachman (2007) menyatakan bahwa, dalam urusan mengasuh anak, para istri
menginginkan suami turut serta berperan aktif, begitu pula dengan pekerjaan
perkawinan menjadi empat, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati.
Seseorang dikatakan berstatus kawin apabila mempunyai istri (bagi laki-laki) atau
suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun
terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara
hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup
hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai
35
dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai
bidang seksual, baik bagi pasangan itu sendiri hingga orang lain. Gangguan
Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun
pada situasi atau konflik yang terjadi akibat pekerjaan sehingga dapat memicu
stres kerja. Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam
baik dalam merawat dan menghadapi pasien serta keluarganya dan para dokter
yang bertugas.
perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja atau buruh. Perjanjian kerja
dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk
waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan percobaan kerja. Perjanjian kerja untuk
waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis
dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.
Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa
percobaan kerja paling lama tiga bulan. Dengan demikian, dalam perjanjian kerja
untuk waktu tidak terbatas, masa kerja pekerja dihitung setelah pengangkatan dan
(2012), pekerja yang memiliki masa kerja lebih lama biasanya memiliki
37
permasalahan kerja yang lebih sedikit. Masa kerja sangat menentukan pengalaman
bekerja seseorang. Semakin lama bekerja maka akan semakin banyak pengalaman
Menurut Tarwaka (2004:95) beban kerja yang diterima oleh seseorang harus
tersebut dapat berupa beban kerja fisik maupun beban kerja mental.
Menurut Astrand & Rodahl (1997) dalam Tarwaka (2004:97) Beban kerja
fisik adalah beban Pekerjaan yang diterima oleh fisik pekerja yang dilakukan
fungsi alat-alat tubuh. Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua
metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak
Beban kerja mental tidak semudah penilaian beban kerja fisik.Beban kerja
mental aktivitas mental yang berkaitan dengan pekerjaan seperti tanggung jawab
dan moral serta melibatkan kerja otak (white-collar) lebih berat dari kerja otot
mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari
suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan
Menurut Budiyanto et al. (2019) terdapat hubungan antara beban kerja dan
stres kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bethesda
GMIM Tomohon dibuktikan dengan adanya stres kerja paling banyak dijumpai
pada kelompok responden dengan persepsi beban kerja berat. Beban kerja
berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja
dapat dibedakan menjadi beban kerja berlebih atau terlalu sedikit kuantitatif dan
kualitatif (Munandar, 2012). Perawat dengan persepsi beban kerja berat berisiko
delapan kali lebih besar mengalami stres kerja berat dibandingkan dengan perawat
dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Beban
Konopaske, 2012). Misalkan empat staf berbagi tanggung jawab untuk 20 pasien,
mereka dapat berbagi tanggung jawab untuk semua pasien atau masing-masing
bertanggung jawab terhadap lima pasien. Selain itu juga menemukan bahwa bila
kelebihan beban dibagi sehingga setiap anggota staf bertanggung jawab untuk
sekelompok kecil pasien, maka stres akan berkurang dan lebih sedikit perasaan
39
mempunyai beban yang terlalu berat. Tidak semua pasien membutuhkan jumlah
perawatan yang sama. Ada beberapa pasien yang sulit untuk diajak bekerja sama
dan membutuhkan lebih banyak energi baik fisik maupun mental dibandingkan
dengan pasien lain. Maka dari itu, masuk akal untuk membagi beban kerja antar
anggota staf meskipun ada beberapa orang yang secara terbuka mengungkapkan
paling sering dijumpai pada kelompok responden dengan persepsi beban kerja
berat (32,4%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara beban kerja dengan
stres kerja.
pengulangan gerak akan timbul rasa bosan. Kebosanan dalam kerja merupakan
hasil dari terlalu sedikitnya tugas yang harus dilakukan. Pada saat pekerja tidak
ada aktivitas atau pekerjaan yang harus dilakukan dalam waktu tertentu akan
(Munandar, 2012).
digantikan dengan mesin atau robot. Pekerjaan pada manusia beralih titik beratnya
kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi dari yang dimiliki. Beban
kualitatif terjadi ketika tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan
menyebabkan rendahnya semangat dan motivasi kerja. Pekerja akan merasa tidak
ada kemajuan pada dirinya dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat
jumlah waktu yang diberikan untuk proses pengambilan keputusan dan harapan
Tempat kerja dalam hal ini terdiri dari unit kerja yang ada pada rumah
sakit jiwa. Diantaranya adalah unit kerja bagian perawatan rawat jalan, rawat inap,
untuk rehabilitasi dan kesehatan jiwa masyarakat. Tugas dan fungsi unit kerja
Unit rawat inap pada rumah sakit jiwa daerah dr. Amino Gondohutomo
Semarang terdapat 21 unit rawat inap dan 3 unit rawat jalan. Dalam setiap unit
kerja tersebut terbagi perawat yang bertugas dalam setiap shift kerja pagi,siang
dan malam. Kapasitas pasien dan perawat yang bertugas menjadi masalah ketika
perbandingan tenaga medis dengan pasien tidak seimbang. Beban kerja dan
menimbulkan stres kerja pada perawat. Beban kerja adalah banyaknya jenis
42
1(satu) tahun di fasilitas pelayanan kesehatan. Semua kegiatan menjadi beban unit
kerja dalam periode tertentu. Beban kerja meliputi kegiatan pokok yang
kegiatan pokok dan standar beban kerja per tahun. Standar beban kerja adalah
waktu kerja tersedia dibagi dengan rata-rata waktu per kegiatan pokok. Kegiatan
pokok merupakan kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan
pemerintah daerah ditetapkan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang
harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerja dan norma waktu. Volume kerja adalah sekumpulan tugas atau
pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Standar waktu adalah
suatu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan pokok oleh
prasarana yang tersedia dan kompetensi serta keterampilan sumber daya manusia
yang tersedia. Untuk menentukan standar waktu tiap kegiatan dapat dilakukan
Shift kerja menjadi salah satu tuntutan tugas yang memenuhi konsekuensi
terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, karena dapat mengubah ritme dan
pola istirahat tubuh. Menurut ILO (2016), shift kerja merupakan salah satu kondisi
bahaya yang timbul akibat penjadwalan kerja. Shift kerja merupakan pilihan
pemenuhan tuntutan pasien. Menurut Stranks (2005), shift kerja adalah pola
pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari
sebagaimana yang biasanya dilakukan, shift kerja biasanya dibagi atas pagi, sore
dan malam. Pekerja harus dilatih untuk menghadapi efek stres yang ditimbulkan
akibat kerja shift dengan merencanakan waktu tidur, kontak sosial dan kontak
Ketenagakerjaan adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu
untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau 8 jam dalam satu hari dan 40 jam
dalam satu minggu untuk lima hari kerja dalam satu minggu. Sedangkan untuk
tenaga kerja perempuan yang berusia kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan
antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Jika tenaga kerja perempuan
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00, maka wajib diberikan
makanan dan minuman yang bergizi serta menjaga kesusilaan dan keamanan
(82%) dari perawat yang bekerja shift mengalami stres kerja dan 26 (63,4%)
44
perawat yang tidak shift mengalami stres kerja. Hal ini menunjukkan shift kerja
yang dimulai jika salah satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah
konflik dari Robbins sangat luas, dua orang yang berbeda pandangan sudah dapat
dianggap konflik.
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,
masing-masing tenaga kerja memerlukan tenaga kerja lain dalam derajat yang
sama serta ketergantungan tidak seimbang dimana tenaga kerja yang satu lebih
antar tenaga kerja dapat ditentukan oleh corak pekerjaan masing-masing dan
hubungan antar tenaga kerja tidak menetap melainkan dapat berubah-ubah sesuai
45
dengan tuntutan keadaan sesaat. Perubahan corak hubungan antar tenaga kerja
orang lain.
kelompok lain.
Stres yang dialami individu salah satunya dapat disebabkan oleh hubungan
perawat dengan pasien maupun perawat dengan tenaga kesehatan lain. Hal ini
terjadi karena individu secara konstan berinteraksi dengan individu lain, sehingga
(Muatsiroh & Siswati, 2017). Greenberg (2013) menyatakan, jika konflik dapat
yang dialami oleh tenaga kerja. Berdasarkan penelitian Muatsiroh & Siswati
terdapat tiga hal yang menjadi faktor penting dalam hubungan antarpribadi.
(2018), yaitu pengaruh persepsi antar pribadi, konsep diri, serta atribusi dan
atraksi.
Menurut Frone, dalam Triyati, (2002), konflik peran ganda (work family
conflict) adalah bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari keluarga dan
pekerjaan secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Hal ini
terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan
usaha tersebut dan dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi
ganda perawat dapat menyebabkan stres kerja. Jadi semakin rendah konflik peran
ganda maka semakin rendah pula stres kerja pada perawat. Penelitian ini selaras
47
yang kuat antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada perawat wanita yang
sudah menikah di RSUD Banyumas. Hal ini berarti apabila konflik peran ganda
semakin tinggi maka stres kerja pada perawat juga akan semakin tinggi, begitu
pula sebaliknya jika konflik peran ganda semakin rendah maka stres kerja yang
Faktor Individual
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status perkawinan
4. Tingkat
pendidikan
5. Masa kerja
6. Status
kepegawaian
Stres Kerja
Faktor Pekerjaan Perawat
1. Beban Kerja
2. Shift kerja
3. Konflik interpersonal
METODOLOGI PENELITIAN
VARIABEL BEBAS
Usia
Jenis kelamin
Status perkawinan
Beban Kerja
Shift kerja
Konflik interpersonal
49
50
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain
dari variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
kesimpulannya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2015). Variabel bebas
pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, beban kerja, shift kerja, konflik
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah stres kerja perawat di unit kerja rawat inap kesehatan jiwa.
51
1. Ada hubungan antara usia dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja perawat di unit
3. Ada hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja perawat di unit
4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat d di unit
5. Ada hubungan antara status kepegawaian dengan stres kerja perawat di unit
6. Ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan
7. Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan
8. Ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan
9. Ada hubungan antara konflik interpersonal dengan stres kerja perawat di unit
10. Ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit
meneliti hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada suatu saat
(point time approach), bukan berarti semua subjek penelitian diteliti pada saat
yang sama, tetapi baik variabel bebas maupun variabel terikat diukur satu kali
pada waktu yang sama, yaitu ketika dilakukan observasi (Notoatmodjo, 2018).
tempat dan
lingkungan
kerjanya
(Tarwaka, 2013)
2. Usia Umur responden Kuesioner 1. <35 tahun Nominal
terhitung saat 2. ≥35 tahun
dilahirkan
sampai berulang
tahun terakhir.
(Wawan & M.,
2010)
3. Jenis Karakteristik Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin biologis 2. Perempuan
responden yang
membedakan (WHO, 2020)
seseorang laki-
laki dan
perempuan.
(WHO, 2020)
4. Status Keterangan yang Kuesioner 1. Tidak Nominal
perkawinan menunjukkan kawin
riwayat (belum
pernikahan kawin,
responden sesuai cerai hidup
yang tercantum ataupun
di dalam kartu cerai mati)
identitas 2. Kawin
pekerja/KTP
(Asri
Karima,2014)
5. Tingkat Jenjang Kuesioner 1. DIII Ordinal
pendidikan pendidikan 2. ≥S1
responden,
Pendidikan (Undang-
tinggi undang RI
keperawatan, Nomor 38
baik di dalam Tahun 2014)
maupun di luar
negeri yang
diakui
pemerintah
sesuai dengan
ketentuan
Peraturan
Perundang-
undangan.
54
(Pusdatin
Kemenkes RI,
2017)
3.6.1 Populasi
3.6.2 Populasi
(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang
bekerja di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah yaitu sebanyak 135 perawat unit perawatan jiwa, dengan studi
pendahuluan dilakukan pada 30 perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino
3.6.2 Sampel
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini populasi adalah
seluruh perawat unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah yang sebanyak 105 perawat unit perawatan jiwa karena
bahwa ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah
perhitungan dari rumus Slovin dengan tingkat kesalahan ditoleransi sebesar 10%
N = Ukuran Populasi
n = jumlah sampel
58
n = 51,2 = 52
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban responden maka
jumlah sampel akan dilebihkan sebesar 10% sehingga jumlah sampel keseluruhan
menjadi 58 responden.
dengan error tolerance sebesar 10%. Tujuannya agar dapat mewakili semua unit
perawatan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Maka
pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa
digulung dan dimasukan dalam tabung dan dikocok, lalu dikeluarkan satu
persatu.
berikutnya.
5) Jika yang keluar nama yang sudah menjadi sampel, maka dikembali lagi
dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain sebanyak jumlah perawat
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015). Diperoleh dari hasil pengamatan
selama penelitian di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah. Data primer tersebut meliputi data hasil pengukuran stres kerja,
perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian dan shift kerja,
serta data hasil pengukuran variabel beban kerja, konflik peran ganda dan konflik
interpersonal.
informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data ini dapat berupa
hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain
Data sekunder diperoleh peneliti dari bagian kepegwaian RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah
tahun 2015-2018, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 dan 2018,
2018 dan 2019, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016-2018 dan literatur-literatur
3.8.1.1 Kuesioner
responden dan faktor yang berhubungan dengan stres kerja responden dengan
berikut :
62
3.8.2.1 Observasi
namun juga objek yang lainnya. Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain.
3.8.2.2 Wawancara
1. Menetapkan lokasi atau tempat penelitian, yaitu di unit perawatan jiwa RSJD
dengan stres kerja perawat di unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr.
3. Analisis data hasil penelitian dan menyusun laporan hasil analisis data
penelitian.
(2018), yaitu:
perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Proses pemeriksaan data ini meliputi
data.
64
Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data hasil
penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar pada saat pengolahan
dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara untuk menyederhanakan data
hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan simbol atau kode tertentu
untuk diolah. Dalam proses memasukkan data ini diperlukan ketelitian dari orang
yang melakukan data entry, jika tidak maka akan terjadi bias.
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Dalam pelaksanaan tabulasi
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis
bivariat.
65
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
2018).
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan terhadap dua variabel
Syarat Uji Chi-Square adalah tidak ada sel dengan nilai observed bernilai nol
dan sel yang lainnya expeted (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.
Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi, maka dapat menggunakan uji Fisher
sebagai alternatif.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Gondohutomo cukup panjang. Rumah sakit jiwa ini pertama kali berdiri pada
tahun 1814 di Jl. Sompok Semarang, sebagai tempat penampungan bagi pasien
(Kranzinnigenggestichten).
1928. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang. Pada tanggal 4 Oktober 1986 seluruh kegiatan Rumah Sakit Jiwa
Pusat Semarang dipindahkan ke gedung baru di Jl. Brigjen Sudiarto No. 347
Semarang. Tanggal 9 Oktober 2001 Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang berubah
nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Amino Gondohutomo Semarang. dr.
Surakarta, Jawa Tengah. Tanggal 1 Januari 2002 Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr.
Amino Gondohutomo Semarang berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
67
68
pada ruas jalan utama merupakan rangkaian jalur tengah yang meghubungkan
kota Semarang dengan kota Purwodadi, atau tepatnya pada Jalan Brigjen Sudiarto
No. 347 Semarang. Pada pusat kota Semarang dan Pusat Pemerintahan Provinsi
Jawa Tengah sangat menguntungkan dan strategis karena peran RSJD dr. Amino
Gondohutomo sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A yang merupakan pusat
rujukan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat Jawa Tengah. Posisi tersebut
memiliki aksesibilitas yang sangat strategis dan mudah dijangkau dari seluruh
tersedia. Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah yang mencapai + 33 juta jiwa,
maka keberadaan RSJD dr. Amino Godohutomo beserta 3 rumah sakit jiwa
lainnya yang berada di Jawa Tengah di antaranya Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Soeroyo Magelang, Rumah Sakit Jiwa Klaten dan Rumah Sakit Jiwa Surakarta
4.1.3.1 Falsafah
4.1.3.2 Visi
4.1.3.3 Misi
pegawai.
4.1.3.4 Motto
1. Professional.
8. Ikhlas.
9. Komunikatif.
Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 96 Tahun
masyarakat.
71
4.1.4.4 Fungsi
6. Pelayanan keperawatan;
7. Pelayanan rujukan;
Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah
1. Direktur, membawahkan:
Masyarakat.
Masyarakat.
membawahkan :
1. Subbagian Akuntansi;
Adapun bagan struktur organisasi RSJD dr. Amino Gondohutomo sebagai berikut:
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah dan penjabaran tugas pokok, fungsi dan
susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jawa Tengah. RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah di
pimpin oleh seorang Direktur yang memimpin dan melaksanakan tugas pokok dan
Wakil Direktur, kepala bagian, kepala bidang, kepala subbagian dan kepala seksi
JUMLAH 25
2 BAGIAN KEUANGAN
SUBBAGPERBENDAHARAAN & VERIFIKASI
PENGELOLA KEUANGAN 6
PENGADMINISTRASI PENERIMAAN 3
PENGADMINISTRASIAN PAJAK 0
PENGADMINISTRASI KEUANGAN 1
SUBBAG AKUNTANSI
PENGELOLA AKUNTANSI 2
JUMLAH 12
3 BAGIAN RENDIKLITBANG
KASUBBAG RENMONEV
PENGOLAH DATA PERENCANAAN PENGANGGARAN 0
ANALIS PERENCANAAN EVALUASI DAN PELAPORAN 1
KASUBBAG DIKLITBANG
PENGADMINISTRASI AKADEMIK 1
ANALIS KERJASAMA DIKLAT 1
PENGELOLA SISTEM INFORMASI 4
JUMLAH 7
4 KABID PENUNJANG MEDIS
KASIE PENUNJANG NON DIAGNOSTIK
PRAMU SAJI 19
PENGELOLA INSTALASI 3
BINATU RUMAH SAKIT 5
PENGADMINISTRASI UMUM 1
KASIE PENUNJANG DIAGNOSTIK
PENGADMINISTRASI UMUM 3
JUMLAH 31
5 KABID PELAYANAN MEDIS
KASIE PELYN RAWAT JLN, REHAB. DAN
KESWAMAS
PENGELOLA PELAYANAN KESEHATAN 3
PENGADMINISTRASI REKAM MEDIS DAN INFORMASI 8
PRAMU BAKTI REKAM MEDIS 0
KASI PELAYANAN RAWAT INAP & RUJUKAN
PENGELOLA PELAYANAN KESEHATAN 0
JUMLAH 11
6 KABID KEPERAWATAN
KASIE KEP. RAWAT JALAN, REHAB. & KESWAMAS
PENGADMINISTRASI UMUM 6
JUMLAH 6
JUMLAH TOTAL 92
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
77
NO NAMA JUMLAH
1 DOKTER 0
2 GIZI 1
3 APOTEKER 2
4 ASISTEN APOTEKER 4
5 PRANATA LAB. KESEHATAN 5
6 PEREKAM MEDIK 8
7 TERAPI WICARA 0
8 OKUPASI TERAPI 0
9 PERAWAT 51
10 BIDAN 13
JUMLAH 84
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
PANGKAT DAN
NO JUMLAH
GOLONGAN
1 Golongan IV/e 1
2 Golongan IV/d 3
3 Golongan IV/c 11
4 Golongan IV/b 31
5 Golongan IV/a 37
JUMLAH 83
6 Golongan III/d 77
7 Golongan III/c 37
8 Golongan III/b 67
9 Golongan III/a 84
JUMLAH 265
10 Golongan II/d 10
11 Golongan II/c 70
12 Golongan II/b 0
13 Golongan II/a 0
JUMLAH 80
14 Golongan I/d 1
15 Golongan I/c 1
16 Golongan I/b 0
17 Golongan I/a 0
JUMLAH 2
78
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 S II 49
2 S I 163
3 D IV 12
4 D III 171
5 DI 1
6 SMA 30
7 SMP 3
8 SD 1
JUMLAH 430
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 S II 1
2 S I 47
3 D IV 0
4 D III 78
5 DI 0
6 SMA 47
7 SMP 2
8 SD 2
JUMLAH 177
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
merupakan seluruh perawat yang bertugas di unit perawatan jiwa RSJD dr.
kerja, status kepegawaian, beban kerja, shift kerja, konflik interpersonal dan
akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang
diteliti.
4.2.2.1 Usia
Distribusi frekuensi perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Usia Total
N %
<35 tahun 20 34,5
≥35 tahun 38 65,5
Total 58 100
perawat unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
80
Tengah yang berusia <35 tahun dan sebanyak 38 responden (64,5%) yang berusia
≥35 tahun.
Distribusi frekuensi jenis kelamin perawat unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut:
(20,7%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
perempuan.
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dari tabel berikut:
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
81
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel
berikut:
jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel
berikut:
(69%) perawat unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Distribusi frekuensi masa kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut:
kerja baru (<10 tahun) sebanyak 24 responden (41,4%) dan responden yang
Distribusi frekuensi beban kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:
perawat yang bekerja memiliki beban kerja ringan dan responden dengan beban
Distribusi frekuensi shift kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:
(15,5%) yang bekerja tidak shift di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel
berikut:
(53,4%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel
berikut:
(55,2%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah mengalami konflik peran ganda rendah dan sebanyak 26 reponden
dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, hasil analisis bivariat diperoleh
Berdasarkan data hasil penelitian, hubungan usia dengan stres kerja pada
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
berusia <35 tahun terdapat 6 responden (30%) yang tidak mengalami stres kerja
dan 14 responden (70%) yang mengalami stres kerja. Pada 38 perawat yang
berusia ≥35 tahun, terdapat 22 diantaranya (57,9%) tidak mengalami stres kerja
bahwa terdapat hubungan antara usia dengan stres kerja pada perawat di unit
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
stres kerja dan 2 responden (16,7%) mengalami stres kerja. Pada 46 perawat
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan stres
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
87
kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
berstatus tidak menikah, 7 responden (63,6%) tidak mengalami stres kerja dan 4
didapatkan p-value 0,257 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
88
kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
mengalami stres kerja dan 20 responden (63,2%) mengalami stres kerja. Pada 26
Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square, didapatkan
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
berstatus PNS, terdapat 21 responden (19,3%) yang tidak mengalami stres kerja
berstatus non PNS, 7 diantaranya (38,9%) tidak mengalami stres kerja dan 11
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kepegawaian
dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan masa kerja dengan stres kerja pada
perawat di unit unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Tabel 4 26 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
f % F % Σ %
Baru 10 41,7 14 58,3 24 100
0,397
Lama 18 52,9 16 47,1 34 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
dengan masa kerja baru (<10 tahun), terdapat 10 responden (41,7%) yang tidak
mengalami stres kerja dan 14 responden (58,3%) mengalami stres kerja. Pada 34
responden dengan masa kerja lama (≥10 tahun), terdapat 18 responden (52,9%)
yang tidak mengalami stres kerja dan 16 responden (47,1%) mengalami stres
kerja.
didapatkan p-value 0,397 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan stres kerja
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Tabel 4 27 Tabulasi Silang Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
dengan beban kerja ringan, terdapat 19 responden (73,1%) yang tidak mengalami
stres kerja dan 7 responden (26,9%) mengalami stres kerja. Pada 32 responden
dengan beban kerja tinggi, terdapat 9 responden (28,1%) yang tidak mengalami
Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja
dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tabel 4 28 Tabulasi Silang Shift Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino GOndohutomo
Hasil penelitian pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa dari 9 perawat di unit
perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
bekerja tidak shift, terdapat 5 responden (55,6%) yang tidak mengalami stres kerja
dan 4 responden (44,4%) mengalami stres kerja. Pada 49 perawat yang bekerja
shift, terdapat 23 responden (46,9%) yang tidak mengalami stres kerja dan 26
Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Fisher, didapatkan nilai
p-value sebesar 0,726 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan stres kerja
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah.
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
tidak mengalami stres kerja dan 11 responden (35,5%) yang mengalami stres
Dari hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai
p-value sebesar 0,008 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang
mengalami konflik peran ganda rendah, terdapat 12 responden (37,5%) yang tidak
mengalami stres kerja dan 20 responden (62,5%) yang mengalami stres kerja.
94
Dari hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai
p-value sebesar 0,016 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan stres
kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
value<0,05 yang artinya terdapat hubungan dengan stres kerja perawat di unit
kepegawaian, masa kerja, shift kerja) memiliki nilai p value>0,05 yang artinya
95
tidak terdapat hubungan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
value (0,043) < 0,05 sehingga terdapat hubungan antara usia dengan stres kerja
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Adanya hubungan antara usia dengan stres kerja pada perawat di unit
menunjukkan bahwa perbedaan kelompok usia <35 tahun maupun kelompok usia
hubungan yang kuat antara usia dengan stres kerja perawat. Jenis stres yang
berisiko dan berpotensial di bagi menjadi tiga tahap dalam kehidupan yakni pada
masa kanak-kanak, masa remaja hingga masa dewasa (Smet, 1994). Dari hasil
Provinsi Jawa Tengah yang berusia ≥35 tahun lebih banyak mengalami stres kerja
dibandingkan dengan perawat kelompok usia <35 tahun. Hal ini menunjukkan
hubungan dan berpola positif artinya umur yang semakin bertambah atau tua akan
mempengaruhi fisik, psikis dan kesehatan seperti kekuatan tenaga fisik yang
96
97
2016).
Adanya hubungan usia dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan
jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dikarenakan dengan
usia yang lebih tua cenderung memiliki faktor pendukung dan masalah yang lebih
kompleks dan tidak tahan terhadap tekanan pekerjaan sebagai pemicu stres stres.
Perawat dengan usia ≥35 tahun rata-rata sudah menikah sehingga mereka
mempunyai tanggung jawab kehidupan rumah tangga selain tanggung jawab pada
jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memicu terjadiya
stres kerja. Usia perawat didominasi perawat dengan kelompok usia ≥35 tahun
sebanyak (64,5%), hal ini menyebabkan adanya diskriminasi usia yang dapat
menghancurkan orang-orang yang ingin diperlakukan sama dan adil serta diberi
value (0,006) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
signifikan antara stress kerja dengan jenis kelamin. Terkait dengan stres,
perempuan cenderung mengalami stres lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal ini
suatu masalah.
stres kerja lebih banyak dialami oleh yang berjenis kelamin perempuan (60,9%).
Tingginya presentase stres kerja pada perawat perempuan dapat dilihat dari hasil
telah menikah dan memiliki anak. Status perawat perempuan ini menjelaskan
bahwa mereka memiliki tanggung jawab lain diluar pekerjaan. Rutinitas pekerja
sebelum berangkat ke tempat kerja. Selain itu, jenis kelamin mempengaruhi stres
kerja pada penelitian ini karena bagi perawat berjenis kelamin perempuan
memiliki kemampuan fisik lebih lemah daripada laki-laki, serta tuntutan bekerja
yang lebih tinggi dari laki-laki. Perawat perempuan juga memiiki emosi yang
cenderung kurang stabil sehingga dapat memicu terjadinya stres pada perawat di
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah . Hal
ini sesuai dengan teori Suma’mur (2009), yang mengemukakan bahwa antara
laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan fisik (otot), psiskis yang berbeda.
Dari hasil penelitian dengan uji statistik chi-square didapatkan bahwa nilai
p value (0,257) > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara
99
status perkawinan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
berpengaruh terhadap stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
bahwa tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja
perawat di ruang rawat inap RS X Jakarta. Peneliti lain Herqutanto et al. (2017)
perkawinan dengan nilai stres kerja. Penelitian perawat rumah sakit di Palestina
dan Taiwan menunjukkan hasil tidak adanya hubungan status perkawinan dengan
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
karena dalam hal ini status perkawinan dapat mempengaruhi perilaku baik secara
Perawat denga status perkawinan yang harmonis dapat saling memberi dukungan
lingkungan kerja. Namun tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
stres kerja hal ini dapat disebabkan oleh perawat yang sudah menikah dimana
terhadap stres kerja yang dialami oleh pekerjaannya. Sehingga tingkat stres kerja
100
baik pada perawat dengan status menikah maupun tidak menikah tidak di
pengaruhi oleh keberadaan pasangan. Selain itu perawat unit perawatan jiwa
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tidak merasa tuntutan
Dari hasil uji statistik dengan uji Chi-Square didapatkan hasil p value
0,068 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
tidak berpengaruh terhadap stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
perawat dengan tingkat pendidikan rendah tidak selalu mengalami stres dan
perawat dengan tingkat pendidikan tinggi pun juga tidak bisa dipastikan bahwa
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres
kerja perawat di ruang Rumah Sakit “S” di Kota Bali. Penelitian lain yang sejalan
penting dalam perkembangan individu bukan dengan stres kerja. Hal yang sama
hubungan yang bermakna antara pendidikan dan stres kerja yang dialami oleh
perawat.
Pada penelitian ini di temukan bahwa stres kerja yang di alami oleh
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo dengan tingkat
pendidikan DIII (62,5%) lebih tinggi daripada perawat dengan tingkat pendidikan
≥S1 (38,5%). Hal tersebut dapat terjadi pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD
dr. Amino Gondohutomo karena seseorang dengan tingkat pendididkan yang lebih
tinggi tingkat pendidikan maka memilki keterampilan dan pengetahuan yang lebih
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo karena dalam menghadapi
pekerjaan serta memecahkan masalah yang memicu stres tidak hanya didapatkan
dari tingkat pendidikan yang ditempuh tetapi juga berasal dari pengalaman kerja
pasien yang mengalami gawat darurat. Dengan demikian pengalaman menjadi hal
yang penting tidak hanya dengan pengetahuan saja. Semakin lama masa kerja
yang dimilki perawat, maka pengalama yang dimilki dalam menangani perawat
102
akan semakin baik dan sesuai dengan prosedur tetap. Perawat dengan masa kerja
lama di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo sebanyak 34 (58,6%)
keluarga pasien. Oleh karena itu, tingkat pendidikan bukan faktor penyebab stres
kerj apada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
0,337 > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara status
kepegawaian dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
tidak ada hubungan yang bermakna antara status kepegawaian dengan stres kerja
perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016. Hasil
pegawai negeri sipil maupun kontrak mempunyai tingkat stress kerja yang tinggi.
Kondisi kerja, beban kerja yang tinggi, jenjang karir, konflik personal
Dalam penelitian ini stres kerja yang dialami perawat di unit perawatan
jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan pegawai PNS
maupun non PNS tidak menunjukkan perbedaan presantase yang signifikan. Hal
ini terjadi karena tidak ada perbedaan pandangan terhadap status perawat PNS dan
non PNS dalam menjalankan dan menyelesaikan tugasnya. Selain itu, status
kepegawaian PNS dan non PNS tidak menjadi tolak ukur karier yang dicapai
itu, status kepegawaian tidak mempengaruhi stres kerja perawat di unit perawatan
p value 0,397 > 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara masa
kerja dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maydinar et al. (2020) bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada perawat di
kamar bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian Fuada et al. (2017) juga
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja
dengan stres kerja perawat kamar bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD
pekerjaan mereka dengan baik. Memiliki masa kerja yang lama akan cenderung
memiliki tingkat kejenuhan kerja yang lebih tinggi dibanding dengan pekerja
masa kerja baru. Hal ini tentunya dapat menjadi pemicu di tempat kerja
(Munandar, 2010). Namun dengan masa kerja baru juga dapat menjadi pemicu
stres kerja karena faktor yang mempengaruhi sres kerja selain kejenuhan dalam
Tidak adanya hubungan masa kerja dengan stres kerja dalam penelitian ini
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah dengan kategori masa kerja lama dan masa kerja baru tidak menunjukkan
perawat dengan masa kerja yang lebih lama dapat membantu menyelesaikan
masalah pekerjaan yang dihadapi oleh perawat lain dengan masa kerja yang masih
baru. Sehingga masa kerja bukan menjadi faktor pemicu terhadap terjadinya stres
kerja. Secara teori semakin lama seseorang bekerja maka keterampilan yang
tekanan dalam bekerja (Sugeng et al., 2015). Selain itu, besar tanggung jawab
yang diberikan pada perawat tidak tergantung pada masa kerja. Perawat dengan
kategori masa kerja lama maupun baru tidak memiliki perbedaan beban kerja yang
105
signifikan. Sehingga masa kerja tidak menjadi pemicu stres kerja pada perwat di
unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
p value (0,001) < 0,05 sehingga dapat diartikan terdapat hubungan antara beban
kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit
bethesda GMIM Tomohon. Penelitian lain yang sejalan Johan et al. (2017),
65,2% perawat setuju bahwa beban kerja berlebih sebagai penyebab stres kerja.
Menurut Manaba (2000) akibat beban kerja yang berlebih dapat mengakibatkan
Beban kerja yang berlebih adalah pemicu stres kerja (Munandar, 2000).
Dimana pelayanan pasien di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah membutuhkan lebih banyak waktu dan energi untuk
menangani pasien dibanding dengan rumah sakit umun yang juga berpengaruh
terhadap beban kerja yang ditanggung perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Hal ini juga akan mempengaruhi
106
pelayan pada pasien jika beban yang harus ditanggung tidak seimbang dengan
jumlah perawat. Menurut Haryanti et al. (2013) bahwa jumlah tenaga perawat
harus diupayakan selalu sesuai dengan beban kerja untuk menghasilkan pelayanan
yang efektif dan efisien. Dalam setiap unit perawatan jiwa terbagi perawat yang
bertugas dalam setiap shift kerja pagi, siang dan malam. Kapasitas pasien dan
perawat yang bertugas menjadi masalah ketika perbandingan tenaga medis dengan
pasien tidak seimbang. Beban kerja dan pembagian tugas yang tidak merata
menjadi permasalahan yang dapat menimbulkan stres kerja pada perawat. Pada
rasio perawat dan pasien (Sugeng et al., 2015). Menurut Permenkes Nomor 56
Tahun 2014, jumlah kebutuhan keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur
pada instalasi rawat inap (rasio 1:1). Di RSJD dr. Amino Gondohutomo sendiri
dengan tempat tidur yang ada pada ruang endro tenoyo, gatot kaca, irawan,
arimbi, dan brotojoyo. Sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya
beban kerja yang ditanggung oleh perawat. Dengan demikian, beban kerja
mempengaruhi stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Fisher mendapatkan nilai p value
(0,726) > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak ada hubungan antara shift kerja
dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara shift kerja dengan stres
107
kerja perawat menunjukkan bahwa perawat yang bekerja secara shift maupun
tidak shift tidak berpengaruh terhadap kejadian stres kerja perawat di unit
Sejalan dengan peneltian Penelitian lain oleh Maydinar et al. (2020), juga
menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara shift
kerja dengan stres kerja perawat kamar bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2019. Penelitian lain oleh Fuada et al. (2017), penelitian yang dilakukan di
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan
Tidak adanya hubungan antara shift kerja dengan stres kerja karena
perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah karena para perawat sudah terbiasa dengan adanya shift baik shift pagi,
siang, maupun shift malam dengan jadwal shift yang bergilir. Pengaturan waktu
kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Shift
pagi dimulai pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB, shift siang dimulai pukul
14.00 hingga 21.00 WIB dan shift malam dimulai pukul 21.00 hingga pukul 07.00
WIB. Semua perawat bekerja secara shift kecuali kepala ruang. Dengan demikian
perawat yang bekerja secara shift mampu mengatur jadwal istirahat sesuai dengan
jadwal shift kerja yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat mampu
bersosialisasi. Selain itu, dampak pekerjaan keperawatan pada shift yang berbeda
108
tetap sama, sehingga stres yang dialami bukanlah dari faktor shift kerja melainkan
faktor pekerjaan lainnya, seperti beban kerja. Sehingga shift kerja tidak menjadi
nilai p value (0,008) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pemicu terjadinya stres kerja pada perawat perawat di unit perawatan jiwa RSJD
antara konflik interpersonal dan pola komunikasi terhadap stres kerja perawat ICU
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan mempengaruhi stres kerja,
kepuasan kerja, dan kualitas perawatan pasien. Penelitian lain oleh Laelasari &
jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah melibatkan rekan
kerja ataupun atasan dikarenakan perbedaan pendapat antar rekan kerja dalam satu
unit ruang atapun berbeda unit ruang, selain itu kesulitan dalam menyampaikan
109
pendapat pada atasan juga dapat pemicu terjadinya konflik. Pemicu konflik yang
terjadi di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo juga dipengaruhi
oleh kurang biaknya komunikasi yang dijalin antar rekan kerja. Hal-hal tersebut
jika tidak dikelola dengan baik akan menurunkan produktivitas dan kualitas kerja
itu juga dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat dimana tingginya
tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja,
hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran. Yang
nilai p value (0,016) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa
menyatakan ada hubungan konflik peran ganda perawat sebagai care giver dengan
110
stres kerja di ruangan rawat inap jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara. Penelitian lain Tjokro & Asthenu (2015), penelitian ini
menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari konflik peran ganda
terhadap stress kerja perawat Rumah Sakit Umum Dr. M. Haulussy Ambon.
Almasitoh (2011) juga menyatakan hasil penelitian di sebuah rumah sakit swasta
Adanya hubungan konflik peran ganda dengan stres kerja yang terjadi
pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah tingginya rasa tanggung jawab dan komitmen dalam menyelesaikan
seluruh tugas dan pekerjaan yang dibebankan sedangkan beban kerja yang terlalu
tinggi dengan tugas dan tanggung jawab yang seharusnya dibebankan serta
Konflik peran ganda yang terjadi pada perawat di unit perawatan jiwa
RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah terjadi ketika terbenturnya
masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja lembur. Perawat
memiliki peran dan beban tanggung jawab pada kehidupan pribadinya seperti
tanggung jawab pengasuhan anak, perawatan orang tua ataupu orang cacat.
Dimana kedua hal tersebut tidak dapat teratasi dengan seimbang sehingga memicu
terjadinya stres kerja akibat peran ganda yang dimilikinya. Selain itu, bahwa
semakin tinggi tingkat konflik peran ganda yang dialami oleh perawat unit
111
perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah akan
pendemi Covid19, dimana kegiatan diluar pelayanan pasien RSJD dr. Amino
mengisi kuesioner.
BAB VI
6.1 Simpulan
1. Ada hubungan antara usia dengan stres kerja perawat di unit perawatan
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja perawat di unit
3. Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja perawat di
unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
4. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di
unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
5. Tidak ada hubungan antara status kepegawaian dengan stres kerja perawat di
unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
6. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit
7. Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di unit
8. Tidak ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja perawat di unit
9. Ada hubungan antara konflik interpersonal dengan stres kerja perawat di unit
112
113
10. Ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit
6.2 Saran
1. Bagi perawat yang mengalami sres kerja dapat mengatasi dengan melakukan
aktivitas yang dapat megurangi stres seperti relaksasi dengan meditasi selama
mengurangi rasa stres serta dapat menjadi salah satu upaya preventif bagi
perawat yang tidak mengalami stres karena aktivitas fisik yang dilakukan
2. Bagi perawat dapat melakukan kegiatan breafing singkat setiap hari yaitu 15
menit sebelum dan setelah atau saat berganti shift bekerja dengan tujuan
mencari solusi atas permasalahan yang terjadi didalam pekerjaan agar dapat
kerja.
perawat hampir selalu melibatkan emosional, agar hal ini tidak memicu
ketika marah, takut, gembira, muak, tersinggung, dan berduka. Jadi, pada
4. Bagi perawat dapat meningkatkan kerja sama antar tim kerja. Dengan kerja
sama tim kerja yang efektif dalam mendistribusikan beban kerja maka akan
setiap perawat dapat lebih membuka diri terhadap kritik dan saran yang
keperawatan.
6. Bagi perawat disarankan agar dapat mengatur waktu dengan baik antara
permasalahan dengan teman kerja atau atasan sehingga masalah bisa segera
terselesaikan.
dengan sharing virtual yang dapat mengurangi stres. Kegiatan ini dapat
115
2. Bagi direktur RSJD dapat mendesain ulang pola shift kerja dimana
perawat dengan usia ≥35 tahun tidak bekerja shift lagi karena lebih
4. Bagi direktur RSJD dapat menjadi wadah dan memberikan sesi mediasi
bagi pihak atau perawat yang terlibat konflik untuk mencari dan
penambahan jumlah perawat dengan cara memutasi perawat dari unit lain
memicu terjadinya stres kerja pada perawat agar lebih berkembang dan bervariasi.
Serta, diharapkan agar penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk
DAFTAR PUSTAKA
Elshaer, N. S., Moustafa, M. S., Aiad, M. W., & Ramadan, M. I. (2018). Job
Stress and Burnout Syndrome among Critical Care Healthcare Workers.
Alexandria Journal of Medicine, 273-277.
Eysenck, M.W., & Eysenck, M.W. (2002). Simply Psychology (2nd ed.).
Psychology Press. https://doi.org/10.4324/9780203720448
Fata, U. H. (2016). Stress Kerja Perawat di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo
Kab. Blitar. ejurnal umm, 7(1), 48–54.
Febriani, S. (2017). Gambaran Stres Kerja pada Peraat di Ruang Rawat Inap
Bagian Perawatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2017. Skripsi. Makassar:UIN Alauddin Makassar.
Fitriana, Asfian, P., & Farzan, A. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Jimkesmas Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–10.
Fuada, N., Wahyuni, I., & Kurniawan, B. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Kamar Bedah Di Instalasi
Bedah Sentral Rsud K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5), 255–263.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H., & Konopaske, R. (2012).
Organizations: Behavior, Structure, Processes (14th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Gibson, James. (1997). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, jilid 1. Jakarta:
Binaruppa Aksara.
Golubic, R., Milosevic, M., Knezevic, B., & Mustajbegovic, J. (2009). Work-
Related Stress, Education and Work Ability among Hospital Nurses.
Journal of Advanced Nursing, 2056-2066.
Greenberg, J. S. (2013). Comprehensive Stress Management (13th ed.). New
York: McGraw-Hill.
Greenberg, J. S. (2013). Comprehensive Stress Management (13th ed.). New
York: McGraw-Hill.
Herqutanto, Harsono, H., Damayanti, M., & Setiawati, E. P. (2017). Stres Kerja
pada Perawat di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Job
Stress in Nurses in Hospitals and Primary Health Care Facilities. eJournal
Kedokteran Indonesia, 5(1), 12–17.
ILO. (2016). Workplace Stress: a collective challenge. In WORKPLACE STRESS:
A collective challenge WORLD (Nomor April 2016).
ILO. (2016). Workplace Stress: A Collective Challenge. Geneva, Switzerland:
ILO Publication.
Ismafiaty. (2010). Hubungan Antara Strategi Koping dan Karakteristik Perawat
dengan Stres Kerja di Ruang Perawatan insentif Rumah Sakit Dustira
Cimahi. jurnal kesehatan kartika, 37–52.
Johan, S., Sarwar, H., & Majeed, I. (2017). To Identify the Causes of Stress
among Nurses Working in Intensive Care Unit of Ittefaq Hospital Lahore.
International Journal of Social Sciences and Management, 4(2), 96–109.
Kalendesang, M. P., Bidjuni, H., & Malara, reginus T. (2017). Hubungan Konflik
Peran Ganda Perawat wanita Sebagai Care Giver dengan Stres Kerja di
Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.V. L. Ratumbasyang
Provinsi Sulawesi Utara. jurnal keperawatan, 5(1).
Karima A. (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Di PT X Tahun 2014. Jakarta:Universitas UIN Syaritullah.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kuo, F. L., Yang, P. H., Hsu, H. T., Su, C. Y., Chen, C. H., Yeh, I. J., Wu, Y. H.,
& Chen, L. C. (2020). Survey on perceived work stress and its influencing
factors among hospital staff during the COVID-19 pandemic in Taiwan.
Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 36(11), 944–952.
Laelasari, E., & Kurniawidjaja, L. M. (2016). Faktor Kondisi Pekerjaan yang
Mempengaruhi Stress Kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Badan Litbang
Kesehatan, Kementrian Kesehatan. Jurnal Ekologi Kesehatan, 15(2), 127–
139.
Lawal, A. M., & Idemudia, E. S. (2017). The role of emotional intelligence and
organisational support on work stress of nurses in Ibadan, Nigeria.
Curationis, 40(1), 1–8.
120
Lee, J., & Cho, Y. H. (2016). Gender Differences in Job Stress and Stress
Coping Strategies. International Journal of Bio-Science and Bio-
Technology, 8(3), 143-148.
Lwin, P. M. (2015). Job Stress And Burnout Among Hospital Nurses In A City Of
Myanmar. Proceedings of 34th The IIER International Conference,
Singapore, 19th August 2015, August, 92–95.
Maydinar, dian dwiana, Fernalia, & Robiansyah, vellyzacollin anggi. (2020).
Hubungan Shift Kerja dan Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat Kamar
Bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2019. CHMK nursing scientific
journal, 4(2), 237–245.
Mahastuti, P. D., Muliarta, I. M., & Adiputra, L. M. (2019). Perbedaan Stres
Kerja pada Perawat di Ruang Unit Gawat Darurat dengan Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit "S" di Kota Denpasar tahun 2017. Intisari
Sains Medis, 10(2), 284-289.
Marliani, R. (2015). Psikologi Industri dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Malik, dkk. (2017). Factors Associated with Occupational Stress among
University Teachers in Pakistan and Finland. Journal of Educational,
Health and Community Psychology, 6(2).
Jakarta.
Rhamdani, I., & Wartono, M. (2019). Hubungan Antara Shift Kerja, Kelelahan
Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat. Jurnal Biomedika dan Kesehatan,
2(3), 104–110.
Samino, Sari, N., & Karlina, K. (2018). Analisis Faktor Stres Kerja pada Perawat
Rawat Inap di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 4(3), 244–
253.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (Edisi 5 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Prabawati, R. (2012). Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada
perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Pusdatin Kemenkes RI. (2017). Infodatin Situasi Tenaga Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Roan, M. W., & Roan, W. (2017). Psikopatologi & Fenomenologi. Jakarta: EGC.
Rachman, E. (2007). Sukses dalam Karier dan Rumah Tangga. Jakarta: Buku
Kompas.
Siringoringo, E., Nontji, W., & Hadju, V. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja perawat di ruang ICU RS Stella Maris Makassar. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada, 80–90.
Sugeng, S. U., Hadi, H. T., & Nataprawira, R. K. (2015). Gambaran Tingkat Stres
dan Daya Tahan terhadap Stres Perawat Instalasi Perawatan Intensif Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha.1-10.
Survey, L. F. (2016). Annual Report. Labour Force Survey.
Stranks, J. (2005). Stress at Work: Management and Prevention. Oxford:
Elsevier Butterworth-Heinemann.
Suma‟mur, P.K. 2008. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Haji Masagung,
Jakarta.
Smet, B. 1994. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Taufiqurrohman. (2015). Berdamai Dengan Stress. Yogyakarta: Pusat Ilmu.
Tarwaka. (2013). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka, dkk. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
The Work Place Stress Scale. (2001). Attitude in the American Workplace VII.
The Marlin Company, North Haven, Connecticut and The American
Institute of Stress, Yonkers, New York. Retrieved from
https://www.stress.org/wp-content/uploads/2011/08/2001Attitude-in-the-
Workplace-Harris.pdf
Tjokro, Cythia Imelda, & Asthenu, Jean Rosa. (2015). Pengaruh Konflik Peran
Ganda dan Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Dr. M.
Halussy Ambon. Jurnal Arthavidya, 17(1), 1–11.
Triyati, N. (2002). Pengaruh Adaptasi Kebijakan Work Family Issue Terhadap
Absence dan Trunover. Jurnal Widya Manajemen & akuntansi, 2(3), 241–
254.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. (2003). Undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Retrieved from
https://kelembagaab.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970. (1970). Undang-undang RI Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003. (2003). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 2014. (2014). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014. (2014). Undang-undang RI Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta.
Vega, Nika Al. (2016). Pengaruh Konflik Interpersonal dan Pola Komunikasi
Terhadap Stres Kerja Perawat ICU di RST dr. Soepraoen Malang. Skripsi.
Malang:Universitas Muhammadiyah Malang.
123
Vivian, E., Oduor, H., Arceneaux, S. R., Floren, J. A., Vo, A., & Madden, B. M.
(2019). A Cross-Sectional Study of Perceived Stress, Mindfulness,
Emotional Self-Regulation, and Self-Care Habits in Registered Nurses at a
Tertiary Care Medical Center. SAGE Open Nursing, 5, 1-15.
Wahyudi. (2017). Manajemen Konflik dan Stres dalam Organisasi Pedoman
Praktis bagi Pemimpin Visioner). Bandung: Alfabeta.
Wawan, A., & M., D. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO, R. O. (2020). Health Topics. Retrieved from Gender:
http://www.euro.who.int/en/health-topics/health-
determinants/gender/gender-definitions
WHO. (2003). Work Organitation & Stress.
http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehstress.pdf
Wollah, M. O., Rompas, S., & Kallo, V. (2017). Hubungan Antara Stres Kerja
Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Dan Intensive
Care Unit Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan, 5(2), 1–
7.
Wongpy, N., & Setiawan, J. L. (2019). Konflik Pekerjaan dan Keluarga Pada
Pasangan dengan Peran Ganda. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 10(1),
Wulandari, R., Lusiana, D., & Anwar, A. (2017). Hubungan Job Insecurity dan
Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja Perawat Honorer di RSJD Atma
Husada Makaham Samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 60–66.
124
LAMPIRAN
125
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Perawat
Di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
Assalamualaikum wr.wb
Salam Hormat.
Saya Laili Meiranda Mahlithosikha mahasiswi program studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan
mengadakan penelitian yang berjudul “Faktor-Farktor yang Berhubungan dengan
Stress Kerja pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo
Semarang” dengan tujuan untuk mengetahui berhubungan dengan stres kerja pada
perawat di rumah sakit jiwa daerah Semarang. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan hal merugikan bagi bapak/ibu/saudara/i sebagai responden.
Informasi yang didapatkan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan dalam kepentingan penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon agar
bapak/ibu/saudara/i untuk menjawab pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya
sesuai dengan kondisi bapa/ibu/saudara/i. Atas bantuan dan kerja sama yang anda
berikan, saya ucapkan terima kasih.
Semarang,...............2020
Responden
( )
Petunjuk Pengisian :
Petunjuk pengisian:
AB = Agak Banyak
Petunjuk pengisian:
Petunjuk pengisian:
No Pertanyaan Diiisi
Ya Tidak
E1 Apakah anda saat ini memiliki pekerjaan di 1 2 [ ]
tempat kerja lain?
E2 Apakah anda memiliki anak dirumah? 1 2 [ ]
E3 Apakah tanggung jawab utama perawatan 1 2 [ ]
anak sehari-hari ada pada anda?
E4 Apakah tanggung jawab tugas pembersihan 1 2 [ ]
rumah sehari-hari ada pada anda?
E5 Apakah anda memilki tanggung jawab 1 2 [ ]
utama untuk perawatan orang tua atau orang
cacat secara teratur?
E6 Apakah anda saat ini sedang menempuh 1 2 [ ]
pendidikan lanjutan atau mengambil kursus
untuk penyesuaian ijazah?
E7 Apakah anda mengikuti organisasi sukarela 1 2 [ ]
atau agama dimana anda menghabiskan
setidaknya 5 sampai 10 jam per hari
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Beban Kerja
35 R35 4 2 3 3 2 3 3 20 ringan
36 R36 4 4 2 5 4 2 4 25 berat
37 R37 4 4 4 2 2 4 4 24 berat
38 R38 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
39 R39 5 4 3 3 4 4 4 27 berat
40 R40 3 4 3 3 2 4 4 23 ringan
41 R41 2 2 4 5 5 5 4 27 berat
42 R42 3 4 3 4 2 3 4 23 ringan
43 R43 4 3 3 3 4 3 4 24 berat
44 R44 4 4 2 3 5 3 3 24 berat
45 R45 5 4 3 3 4 3 3 25 berat
46 R46 4 4 2 3 5 2 4 24 berat
47 R47 5 4 2 2 3 4 4 24 berat
48 R48 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
49 R49 5 4 3 3 2 4 4 25 berat
50 R50 3 4 3 3 5 4 4 26 berat
51 R51 2 2 4 5 2 2 4 21 ringan
52 R52 5 2 4 3 4 3 3 24 berat
53 R53 2 2 1 2 2 2 4 15 ringan
54 R54 4 4 2 5 3 3 4 25 berat
55 R55 4 4 2 5 2 4 3 24 berat
56 R56 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
57 R57 5 4 3 3 4 4 4 27 berat
58 R58 3 4 3 3 5 3 4 25 berat
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Interpersonal
No NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 SKOR KATEGORI
1 R1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 5 2 2 2 2 39 tinggi
2 R2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 5 2 1 1 1 27 rendah
3 R3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 23 rendah
4 R4 2 2 3 2 4 2 2 2 2 4 4 2 2 2 3 2 40 tinggi
5 R5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 26 rendah
6 R6 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 37 tinggi
7 R7 1 2 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 29 rendah
8 R8 1 2 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 29 rendah
9 R9 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 rendah
10 R10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 22 rendah
11 R11 1 1 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 21 rendah
12 R12 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 38 tinggi
13 R13 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 39 tinggi
14 R14 2 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 26 rendah
15 R15 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 44 tinggi
16 R16 2 2 4 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 31 rendah
17 R17 2 2 2 1 4 1 1 2 4 1 1 2 2 1 1 1 28 rendah
18 R18 2 2 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 28 rendah
19 R19 2 2 3 3 2 1 4 2 3 2 4 2 2 1 3 1 37 tinggi
20 R20 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 44 tinggi
21 R21 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 rendah
141
22 R22 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 40 tinggi
23 R23 2 1 4 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 26 rendah
24 R24 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 30 rendah
25 R25 1 1 1 1 1 2 1 5 5 1 1 2 1 1 1 1 26 rendah
26 R26 2 2 4 3 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 30 rendah
27 R27 1 1 2 1 1 1 1 3 4 2 3 2 1 5 1 1 30 tinggi
28 R28 1 1 3 1 1 4 3 1 4 2 3 3 3 5 1 1 37 tinggi
29 R29 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 27 rendah
30 R30 3 3 3 3 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 31 rendah
31 R31 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 30 rendah
32 R32 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 35 tinggi
33 R33 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 22 rendah
34 R34 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 rendah
35 R35 1 2 3 3 1 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 2 35 tinggi
36 R36 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 38 tinggi
37 R37 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32 rendah
38 R38 1 2 2 2 5 2 1 1 5 1 1 1 5 1 5 5 40 tinggi
39 R39 2 2 4 2 2 2 2 2 4 4 2 1 3 3 2 1 38 tinggi
40 R40 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 2 2 2 1 2 3 45 tinggi
41 R41 1 2 3 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 25 rendah
42 R42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 35 tinggi
43 R43 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 37 tinggi
44 R44 1 1 4 1 1 2 3 1 4 4 2 1 2 2 1 3 33 tinggi
142
45 R45 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 rendah
46 R46 2 2 4 2 2 2 2 2 4 3 2 1 1 1 2 1 33 tinggi
47 R47 3 4 3 3 4 1 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 42 tinggi
48 R48 1 2 3 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 25 rendah
49 R49 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 21 rendah
50 R50 1 2 1 1 1 4 2 4 3 3 1 1 3 3 3 3 36 tinggi
51 R51 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 2 1 32 rendah
52 R52 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 34 tinggi
53 R53 3 3 3 3 1 3 1 1 2 2 3 1 1 1 1 3 32 rendah
54 R54 2 2 3 1 2 2 4 1 2 3 2 1 3 4 1 1 34 tinggi
55 R55 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 40 tinggi
56 R56 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 33 tinggi
57 R57 2 2 2 5 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 32 rendah
58 R58 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 29 rendah
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Peran Ganda
36 R36 2 2 1 1 3 2 2 13 tinggi
37 R37 2 1 1 1 1 2 2 10 rendah
38 R38 1 1 1 2 1 2 2 10 rendah
39 R39 2 1 1 1 2 1 2 10 rendah
40 R40 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
41 R41 2 2 2 1 1 2 3 13 tinggi
42 R42 2 2 2 1 2 2 1 12 rendah
43 R43 2 2 2 1 1 1 1 10 rendah
44 R44 2 3 1 1 3 1 2 13 tinggi
45 R45 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
46 R46 2 2 2 2 1 2 1 12 rendah
47 R47 3 1 1 2 2 2 2 13 tinggi
48 R48 2 1 1 1 1 2 2 10 rendah
49 R49 1 1 1 2 1 2 2 10 rendah
50 R50 2 1 1 3 2 2 2 13 tinggi
51 R51 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
52 R52 2 2 2 1 1 2 3 13 tinggi
53 R53 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
54 R54 2 2 2 1 1 1 1 10 rendah
55 R55 2 1 2 1 3 2 2 13 tinggi
56 R56 2 1 1 2 2 2 3 13 tinggi
57 R57 2 1 1 1 3 2 2 12 tinggi
58 R58 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
145
1 R1 <35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi
Tidak
2 R2 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
3 R3 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
4 R4 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi
Tidak
5 R5 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
6 R6 >=35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Tinggi Stres
Tidak
7 R7 <35 P S1 Baru Shift PNS Ringan Tinggi Stres
Menikah Rendah
8 R8 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah Tinggi Stres
Tidak Tidak
9 R9 >=35 P DIII Baru PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Rendah Stres
10 R10 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Rendah Rendah Stres
Tidak
11 R11 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
Tidak
12 R12 <35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Tinggi Stres
148
Tidak
13 R13 <35 P DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Tinggi
14 R14 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah Rendah Stres
15 R15 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres
16 R16 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah Tinggi Stres
17 R17 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Rendah Tinggi Stres
18 R18 <35 P S1 Baru Shift PNS Menikah Ringan Rendah Tinggi Stres
19 R19 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak
20 R20 <35 P DIII Baru PNS Menikah Berat Rendah Stres
Shift Tinggi
Tidak
21 R21 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
22 R22 <35 P S1 Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres
Tidak
23 R23 >=35 L S1 Baru Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
24 R24 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
25 R25 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak
26 R26 <35 L DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Rendah
27 R27 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Berat Tinggi Tinggi Stres
149
Tidak
28 R28 >=35 P DIII Baru PNS Menikah Berat Rendah Stres
Shift Tinggi
Tidak
29 R29 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak Tidak
30 R30 <35 P DIII Baru NON PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Rendah Stres
Tidak
31 R31 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak Tidak
32 R32 <35 P DIII Baru Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Tinggi Stres
Tidak
33 R33 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak Tidak
34 R34 >=35 P S1 Lama Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Rendah Stres
Tidak Tidak
35 R35 >=35 L DIII Baru Shift NON PNS Ringan Tinggi
Menikah Tinggi Stres
Tidak
36 R36 >=35 P S1 Lama Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Tinggi
Tidak
37 R37 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
Tidak
38 R38 >=35 L DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Tinggi Stres
39 R39 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah Stres
Tinggi
150
40 R40 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi
41 R41 <35 P DIII Baru Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah
Tidak Tidak
42 R42 >=35 L DIII Baru PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Tinggi Stres
43 R43 >=35 P S1 Baru Shift NON PNS Menikah Berat Rendah Stres
Tinggi
Tidak
44 R44 <35 P S1 Baru PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Shift Tinggi
Tidak Tidak Tidak
45 R45 <35 L S1 Baru NON PNS Berat Tinggi
Shift Menikah Rendah Stres
46 R46 <35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres
47 R47 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak Tidak
48 R48 <35 P DIII Lama Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Rendah Stres
Tidak Tidak
49 R49 >=35 P S1 Lama Shift PNS Berat Rendah
Menikah Rendah Stres
50 R50 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak
51 R51 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
151
Tidak
52 R52 <35 P DIII Lama PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Shift Tinggi
Tidak Tidak
53 R53 >=35 L DIII Baru PNS Menikah Ringan Tinggi
Shift Rendah Stres
Tidak
54 R54 >=35 P S1 Baru Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Tinggi Stres
Tidak Tidak
55 R55 <35 L DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi
Menikah Tinggi Stres
Tidak
56 R56 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Tinggi Stres
57 R57 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah
58 R58 >=35 L DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Statistik
Statistics
tingkat_ st_kepe
jeniskel st_perka pendidik gawaia masa_k beban_ shift_ konflik_inte konflik_peran
usia amin winan an n erja kerja kerja rpersonal _ganda
N Valid 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.6552 1.207 1.190 1.448 1.310 1.586 1.552 1.155 1.466 1.448
Median 2.0000 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000 2.000 1.000 1.000 1.000
Std. Deviation .47946 .4086 .3955 .5017 .4667 .4968 .5017 .3652 .5032 .5017
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
st_perkawinan
153
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tingkat_pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
st_kepegawaian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
masa_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
beban_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
shift_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
konflik_interpersonal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
konflik_peran_ganda
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
Cases
tingkat_pendidikan *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja
st_kepegawaian *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja
konflik_interpersonal *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja
konflik_peran_ganda *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja
Usia*Stres Kerja
Crosstab
stres_kerja
>=35 Count 16 22 38
Total Count 30 28 58
Crosstab
stres_kerja
>=35 Count 16 22 38
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,66.
jeniskelamin * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
jeniskelamin P Count 28 18 46
L Count 2 10 12
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,79.
st_perkawinan * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
st_kepegawaian * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,69.
tingkat_pendidikan * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
S1 Count 10 16 26
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.
beban_kerja * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
berat Count 23 9 32
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.
masa_kerja * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
lama Count 16 18 34
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,59.
konflik_peran_ganda * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
% within
37.5% 62.5% 100.0%
konflik_peran_ganda
tinggi Count 18 8 26
% within
69.2% 30.8% 100.0%
konflik_peran_ganda
Total Count 30 28 58
% within
51.7% 48.3% 100.0%
konflik_peran_ganda
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.
konflik_interpersonal * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
% within
35.5% 64.5% 100.0%
konflik_interpersonal
tinggi Count 19 8 27
% within
70.4% 29.6% 100.0%
konflik_interpersonal
Total Count 30 28 58
% within
51.7% 48.3% 100.0%
konflik_interpersonal
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,03.
shift_kerja * stres_kerja
Crosstab
stres_kerja
Total Count 30 28 58
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,34.
Unit Ruang Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutpmo Provinsi Jawa
Tengah