Anda di halaman 1dari 188

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STRES KERJA PADA PERAWAT DI UNIT PERAWATAN


JIWA RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:
Laili Meiranda Mahlithosikha
NIM 6411416142

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Agustus 2021

ABSTRAK

Laili Meiranda Mahlithosikha


Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja pada Perawat di Unit
Perawatan Jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
XIX + 187 halaman + 31 tabel + 3 gambar + 13 lampiran

Latar Belakang: Stres kerja merupakan ketidakseimbangan tuntutan dengan


pengetahuan dan kemampuan. Seluruh tenaga profesional di rumah sakit memilki
risiko stres tetapi perawat memilki tingkat stres lebih tinggi . Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui fakto-faktor yang berhubungan dengan stres kerja
perawat. Metode: Jenis penelitian menggunakan metode analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah perawat di unit
perawatan jiwa RSJD Dr. Amino GondohutomoProvinsi Jawa Tengah. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner NIOSH Generic Job Stress Questionnaire dan
The Workplace Stress Scale. Pengambilan sampel menggunakan teknik
propotional random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square.
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2021. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
variabel yang berhubungan dengan stres kerja yaitu usia (p= 0,043), jenis kelamin
(p=0,006), beban kerja (p=0,001), konflik interpersonal (p=0,008), konflik peran
ganda (p=0,016). Tidak berhubungan dengan ststus perkawinan (p=257), tingkat
pendidikan (p=0,068), status kepegawaian (p=0,337), masa kerja (p=0,397), shift
kerja (p=0,726). Kesimpulan: kesimpulan pada penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin, beban kerja, konflik interpersonal, dan konflik peran ganda merupakan
faktor yang berhubungan dengan stres kerja perawat.

Kata kunci: Stres Kerja, Perawat, Unit Perawatan Jiwa

ii
Public Helath Science Department
Faculty of Sports Science
Universitas Negeri Semarang
Agustus 2021

ABSTRAC

Laili Meiranda Mahlithosikha


Factors Related with Work Stress on Nurses in the Mental Care Unit RSJD Dr.
Amino Gondohutomo, Central Java Province
XIX + 187 pages + 31 tables + 3 images + 13 appendices

Background: Job stress is an imbalance of demands with knowledge and abilities.


All professionals in the hospital have the risk of stress but nurses have a higher
stress level. The purpose of this study was to determine the factors related to the
work stress of nurses. Methods: This type of research uses an observational
analytic method with a cross sectional approach. The subject of the study was a
mental care unit nurse at RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Central Java Province.
The research instrument used the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and
The Workplace Stress Scale. Sampling using proportional random sampling
technique. Data were analyzed using chi-square test. The study was conducted in
June 2021. Results:The results showed that the variables related to work stress
were age (p= 0.043), gender (p=0.006), workload (p=0.001), interpersonal
conflict (p=0.008), conflict multiple roles (p=0.016). Not related to marital status
(p=257), education level (p=0.068), employment status (p=0.337), years of
service (p=0.397), shift work (p=0.726). Conclusion: the conclusion in this study
is that age, gender, workload, interpersonal conflict, and multiple role conflict
are factors related to nurse work stress.
Keywords: Work Stress, Nurse, Mental Care Unit

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam pustaka.

Semarang, 13 Agustus 2021


Penulis,

Laili Meiranda Mahlithosikha


NIM 6411416142

iv
PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul ” Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres

Kerja pada Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah” yang disusun oleh Laili Meiranda Mahlithosikha, NIM

6411416142 telah disetujui untuk diujikan di hadapan penguji pada Ujian Skripsi

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang.

Semarang, 13 Agustus 2021


Pembimbing,

dr. Anik Setyo Wahyuningsih, M.Kes


NIP 197409032006042001

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. "Sukses tidak datang dari kapasitas fisik. Tapi datang dari kemauan yang

gigih" (Mahatma Gandhi)

2. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya” (QS:Al-Baqarah:286).

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa bersyukur

kepada Allah SWT, skripsi ini

dipersembahkan untuk:

1. Bapak (Tugiran) dan Ibu (Alfiah)

yang selalu tanpa henti

memberikan semangat, motivasi

dan doa yang tulus.

2. Seluruh keluarga atas doa dan

dukungannya.

3. Almamaterku Universitas Negeri

Semarang.

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat, berkah dan

karunia-Nya, sehingga Proposal Skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Stress Kerja pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa

Tengah” dapat terselesaikan. Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril, maupun materil,

dengan rasa rendah hati, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof.Dr.

Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas Izin Penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Dr. Irwan Budiono., M..Kes (Epid), atas

Izin Penelitian.

3. Pembimbing, dr. Anik Setyo Wahyuningsih, M.Kes., atas bimbingan,

arahan, serta masukan dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Direktur RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Bapak dr.

Alex Jusran, M. Kes., atas Izin Penelitian.

5. Ayahanda Tugiran dan Ibunda Alfiah, atas doa yang selalu dipanjatkan,

motivasi, dukungan dan kasih sayangnya sehingga Skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Teman-temanku, Pinky Monalisa, Binta Yustika Inadiafa, Indah Anung

Diani, Rosita Kusuma W, Dwi Kartika Sari, Ervina Fauziyah, dan teman-

vii
teman lainnya yang telah memberikan motivasi dan membantu

terselesaikannya Skripsi ini.

7. Teman Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atas dukungan dan

motivasinya.

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan

2016.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya

dalam penyelesaian Skripsi ini.

Semoga kebaikan semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Disadari bahwa penyusunan Skripsi ini memiliki kekurangan

karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu, kritik dan saran

sangat diharapkan guna kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat.

Semarang, Agustus 2021

Penyusun

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

ABSTRAC .............................................................................................................. iii

PERNYATAAN .................................................................................................... iv

PERSETUJUAN .................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

PRAKATA ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 8

1.2.1 Rumusan Masalah Umum .................................................................... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ...................................................................... 8

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 9

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................... 9

ix
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 11

1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................... 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 15

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ...................................................................... 15

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu ....................................................................... 15

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan .................................................................. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 16

2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 16

2.1.1 Definisi Stres ......................................................................................... 16

2.1.2 Stres Kerja ............................................................................................. 17

2.1.3 Dampak Stres Kerja .............................................................................. 20

2.1.4 Cara Pengukuran Stres Kerja ................................................................ 21

2.1.5 Perawat ............................................................................................... 25

2.1.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja ....................... 30

2.2 Kerangka Teori .......................................................................................... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 49

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 49

3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 50

3.2.1 Variabel Bebas ................................................................................... 50

3.2.2 Variabel Terikat.................................................................................. 50

x
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 51

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................. 52

3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 52

3.6 Populasi dan Sampel ................................................................................. 57

3.6.1 Populasi .............................................................................................. 57

3.6.2 Populasi .............................................................................................. 57

3.6.2 Sampel ................................................................................................ 57

3.7 Sumber Data .............................................................................................. 60

3.7.1 Sumber Data Primer ........................................................................... 60

3.7.2 Sumber Data Sekunder ....................................................................... 60

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ................................ 61

3.8.1 Instrumen Penelitian ........................................................................... 61

3.8.2 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 61

3.9 Prosedur Penelitian .................................................................................... 62

3.9.1 Tahap Pra Penelitian........................................................................... 62

3.9.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................. 63

3.9.3 Tahap Akhir........................................................................................ 63

3.10 Teknik Analisis Data ................................................................................. 63

3.10.1 Teknik Pengolahan Data ................................................................... 63

3.10.2 Analisis Data ...................................................................................... 64

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 67

4.1 Gambaran Umum ........................................................................................ 67

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo .............. 67

4.1.2 Letak Geografis ..................................................................................... 68

4.1.3 Falsafah, Visi, Misi, Motto dan Budaya Kerja ..................................... 68

4.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok .................................................................... 70

4.1.5 Struktur Organisasi ............................................................................... 71

4.1.6 Sumber Daya Manusia ....................................................................... 74

4.2 Hasil Penelitian ......................................................................................... 79

4.2.1 Karakteristik Responden ....................................................................... 79

4.2.2 Analisis Univariat ................................................................................. 79

4.2.3 Analisis Bivariat ................................................................................. 84

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ..................................................... 94

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 96

5.1 Pembahasan ................................................................................................. 96

5.1.1 Hubungan Usia dengan Stres Kerja Perawat ........................................ 96

5.1.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat ......................... 97

5.1.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat .................. 98

5.1.4 Hubungan Tingkat Pendididkan dengan Stres Kerja .......................... 100

5.1.5 Hubungan Status Kepegawaiaan dengan Stres Kerja ......................... 102

xii
5.1.6 Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja ......................................... 103

5.1.7 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja ....................................... 105

5.1.8 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja .......................................... 106

5.1.9 Hubungan Konflik Interpersonal dengan Stres Kerja ......................... 108

5.1.10 Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja ....................... 109

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ....................................................... 111

5.2.1 Hambatan Penelitian ........................................................................... 111

5.2.2 Kelemahan Penelitian ......................................................................... 111

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 112

6.1 Simpulan.................................................................................................. 112

6.2 Saran .......................................................................................................... 113

6.2.1 Bagi Perawat ....................................................................................... 113

6.2.2 Bagi Rumah Sakit dan Instansi Terkait ............................................ 114

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 117

LAMPIRAN ....................................................................................................... 124

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian............................................................................... 12

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ......................... 52

Tabel 3. 2 Perhitungan Jumlah Sampel ................................................................. 59

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 74

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Jabatan ....................................... 74

Tabel 4. 3 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasarkan Jabatan ............................... 74

Tabel 4. 4 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan JFT ............................................ 74

Tabel 4. 5 Rekapitulasi Data NON PNS (BLUD & HARLEP) Berdasarkan JFU 75

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasarkan JFT ..................................... 77

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Golongan ................................... 77

Tabel 4. 8 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Pendidikan ................................. 78

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasar Pendidikan ............................... 78

Tabel 4. 10 Rekapitulasi Data Berdasarkan Status Kepegawaian......................... 78

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Usia ................................................................... 79

Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ................................................... 80

Tabel 4. 13 Distribusi Frekuensi Status Perkawinan ............................................ 80

Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan ........................................... 81

Tabel 4. 15 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian.......................................... 81

Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Masa Kerja........................................................ 82

Tabel 4. 17 Distribusi Frekuensi Beban Kerja ...................................................... 82

Tabel 4. 18 Distribusi Frekuensi Shift Kerja ........................................................ 83

Tabel 4. 19 Distribusi Frekuensi Konflik Interpersonal........................................ 83

xiv
Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Konflik Peran Ganda ........................................ 84

Tabel 4. 21 Tabulasi Silang Usia dengan Stres Kerja Perawat di Unit Perawatan

Jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah ........... 85

Tabel 4. 22 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat di Unit

Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo .............................. 86

Tabel 4. 23 Tabulasi Silang Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat di

Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah ................................................................................................ 87

Tabel 4. 24 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Stres Kerja Perawat di

Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo ....................... 88

Tabel 4. 25 Tabulasi Silang Status Kepegawaian dengan Stres Kerja Perawat di

Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo ....................... 89

Tabel 4. 26 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit

Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo ............................... 89

Tabel 4. 27 Tabulasi Silang Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit

Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo ......................................... 90

Tabel 4. 28 Tabulasi Silang Shift Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit

Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino GOndohutomo ............................ 91

Tabel 4. 29 Tabulasi Silang Konflik Interpersonal dengan Stres Kerja Perawat di

Unit Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo ................................. 92

Tabel 4. 30 Tabulasi Silang Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja Perawat di

Unit Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo ................................. 93

xv
Tabel 4. 31 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan

Variabel Terikat (Stres Kerja) ............................................................ 94

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ................................................................................. 48

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ............................................................................. 49

Gambar 4. 1 Bagan struktur Organisasi RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah .................................................................................... 73

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ............................................. 125

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Unnes ...... 126

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah .................................................................................. 127

Lampiran 4. Ethical Clearance ............................................................................ 128

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesei Melakukan Penelitian dari RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah ............................................ 129

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian ....................................................................... 130

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Beban Kerja ..................................... 138

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Interpersonal ...................... 140

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Peran Ganda ....................... 143

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Stres Kerja ..................................... 145

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Penelitian ........................................................ 147

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Statistik ........................................................... 152

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 166

xviii
DAFTAR ISTILAH

APA : American Psychological Association

ASN : Aparatur Sipil Negara

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

BPPSDM : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia


Kesehatan

BPS : Badan Pusat Statistik

ENSS : Expended Nursing Stress Scale

GMIM : Gereja Masehi Injili di Minahasa

HSE : Health Safety and Executive

ICU : Intensive Care Unit

ILO : Internationa Labour Organization

JFT : Jabatan Fungsional Tertentu

JFU : Jabatan Fungsional Umun

NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health

NSS : The Nursing Stress Scale

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

PTSD : Post-Traumatic Stress Disorder

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

xix
RSJD : Rumah Sakit Jiwa Daerah

RSKD : Rumah Sakit Khusu Daerah

SPO : Standar Prosedur Operasional

UGD : Unit Gawat Darurat

UMK : Upah Minimum Kabupaten

WHO : World Health Organization

WSS : The Workplace Stress Scale

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah pemikiran dan upaya menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat makmur dan sejahtera. Menurut International Labor Organization

(ILO) (2016), stres kerja menjadi perhatian paling penting salah satunya pada

pekerja sektor pelayanan kesehatan. Seluruh tenaga profesional di rumah sakit

memiliki resiko stress, namun perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.

Diperkirakan pembiayaan perusahaan karena stres kerja lebih dari 200 juta dolar

per tahun. Biaya disebabkan karena membayar gaji selama sakit, rawat inap dan

rawat jalan di rumah sakit, biaya karena penurunan produktivitas pekerja.

Hasil penelitian Health & Safety Executive (2018) menunjukkan bahwa

tenaga profesional kesehatan,guru dan perawat memiliki tingkat stres tertinggi

dengan angka prevalensi sebesar 2500, 2190, dan 3000 kasus per 100.000 orang

pekerja pada periode 2011/12,2013/14,2014/15. Menurut data World Health

Organitation (2019), sebesar 8% penyakit akibat pekerjaan adalah depresi. Hasil

penelitian yang dilakukan Labour Force Survey (2016) menemukan adanya

440.000 kasus stres kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380 kasus

per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Menurut studi yang

dilakukan pada rumah sakit di Myanmar, menunjukkan 50,2% perawat dengan

tingkat stres tinggi (Lwin, 2015). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada

1
2

perawat di RS Stella Maris Makassar menyatakan bahwa (43,3%) perawat

mengalami stres ringan dan (56,7%) perawat mengalami stres berat (Siringoringo

et al., 2016). Hasil penelitian pada perawat di ruang rawat inap perawatan jiwa

RSKD Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan perawat mengalami stres kerja

sedang 86,2% dan stres kerja ringan 13,8% (Febriani, 2017).

Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga

Kesehatan Tahun 2011-2025, target rasio tenaga keperawatan terhadap jumlah

penduduk pada tahun 2019 adalah 180 per 100.000 penduduk, sedangkan rasio

perawat di Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar 101,85 per 100.000 penduduk

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018). Pada tahun 2018, Provinsi Jawa

Tengah kembali menduduki peringkat kedua jumlah perawat terbanyak di

Indonesia dengan total 45.765 (Badan PPSDM Kesehatan, 2019). Rasio perawat

di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 127,90 per 100.000 penduduk (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Provinsi Jawa Tengah (2019), jumlah tenaga keperawatan di kota Semarang pada

tahun 2016, 2017 dan 2018 berturut-turut sebanyak 362, 1.145 dan 1.151 perawat.

Di provinsi Jawa Tengah tepatanya di Kota Semarang terdapat Rumah

Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang memberikan pelayanan bagi

masyarakat pelayanan pperawatan umum dan pelayanan perawatan kesehatan

jiwa. Rumah Sakit Jiwa merupakan salah satu sarana yang sangat penting guna

menunjang kesehatan jiwa masyarakat untuk semua lapisan. Rumah Sakit Jiwa

adalah salah satu rumah sakit yang siap melayani masyarakat selama 24 jam, oleh
3

karena itu rumah sakit harus mempersiapkan perawat yang profesional. Dalam

menjalankan rutinitas kerja, perawat Rumah Sakit Jiwa tidak terlepas dari kondisi-

kondisi yang sulit, aturan kerja yang ketat, karena seorang perawat dalam

pekerjaannya selalu bertemu dengan sosok pribadi yang beraneka ragam dan

situasi kerja yang rumit. Tugas tambahan perawat Rumah Sakit Jiwa adalah

membantu mengevaluasi kebersihan ruangan, membantu kepala ruangan dalam

penyimpanan inventaris ruangan, membantu membimbing dan mengawasi

mahasiswa praktek di ruang rawat.

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan

keperawatan. Profesi seorang perawat adalah seorang yang bertanggung jawab

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat jiwa

dalam menjalankan tugasnya harus mengetahui kode etik keperawatan. Kode etik

keperawatan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap

bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik

keperawatan Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan

Perawat Nasional (PPNI) di Jakarta yang menjelaskan tentang tanggung jawab

perawat.

Menurut Ansori dan Martiana (2017), ada hubungan antara jenis kelamin,

usia dan masa kerja dengan stres kerja pada perawat gigi. Sedangkan menurut

Herqutanto et al. (2017) tidak didapatkan hubungan antara karakteristik demografi

dengan stres kerja perawat. Penelitian Samino et al. (2018) menunjukkan adanya

hubungan antara kepribadian dengan stres kerja terutama pada kepribadian tipe A

pada perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
4

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stres kerja pada perawat

diantaranya shift kerja malam, beban kerja, konflik peran ganda, kurangnya

dukungan sosial, tuntutan yang beragam dan tidak sesuai dengan kompetensi.

Beban kerja berlebih, kondisi kerja yang tidak nyaman, ketidakpastian pekerjaan,

dan tidak seimbangnya jumlah rasio tenaga perawat dengan jumlah pasien. Selain

beberapa faktor tersebut, perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat

tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia, dipacu untuk selalu maksimal dalam

melayani pasien, melakukan pencatatan terhadap perkembangan pasien dengan

rutin dan kontinyu, mempertahankan kondisi pasien agar tidak semakin buruk

serta menyampaikan segala kondisi pasien dengan jujur kepada pihak keluarga

(Hendrawati, 2015).

Beban Kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan

pembangkit stres. Beban Kerja berlebih kuantitatif dapat menimbulkan kebutuhan

untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber

tambahan dari stres (Munandar, 2001). Kinerja yang jelek akan berdampak

terhadap rendahnya pelayanan, pasien merasa kurang nyaman dan tidak puas.

Kinerja dalam hal ini erat kaitannya dengan seberapa besar beban kerja, stres kerja

dan motivasi kerja perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Semakin

rendah beban kerja dan stres kerja perawat semakin baik kinerjanya. Semakin

besar motivasi kerja perawat semakin baik kinerjanya (Wahyudi, 2017).

Permasalahan beban kerja lainnya juga dihadapi oleh perawat dimana

perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding dengan

jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga harus menyelesaikan


5

pekerjaan di luar waktu jam kerja. Sehingga seringkali mengalami gangguan

kesehatan yang berakibat susahnya istirahat pada malam hari sehingga pada waktu

bekerja sering mengantuk dan kurang bisa konsentrasi, mudah lelah dan mudah

tersinggung tanpa sebab yang jelas.

Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa kerja

6 bulan sampai 1 tahun paling banyak mengalami keluhan. Kemudian keluhan

tersebut berkurang pada tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun,

keluhan akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja lebih

dari 5 tahun. Masa kerja berhubungan dengan pengalaman pekerja dalam

menghadapi permasalahan di tempat kerja. Pekerja yang memiliki masa kerja

lebih lama biasanya memiliki permasalahan kerja yang lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja yang masih sedikit. Masa kerja

yang berhubungan dengan stres kerja berkaitan dalam menimbulkan kejenuhan

dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja lebih dari lima tahun biasanya memiliki

tingkat kejenuhan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja baru.

Kejenuhan ini yang kemudian dapat berdampak pada timbulnya stres di tempat

kerja. Hasil penelitian yang dilakukan pada pustakawan di Universitas Gadjah

Mada didapatkan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja.

Pada pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 18 tahun memiliki tingkat stres

kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja

lebih sedikit. Dari penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2012) pada perawat

RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten menunjukan bahwa ada hubungan positif

antara beban kerja mental terhadap stres kerja. Hasil penelitian membuktikan
6

bahwa salah satu penyebab stres kerja perawat adalah beban kerja mental yang

tinggi.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di unit rawat inap perawatan

jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah bahwa asuhan

keperawatan yang mereka lakukan cukup berat sebab pasien yang ditangani bukan

pasien yang mengalami gangguan kesehatan secara fisik melainkan secara psikis.

Kesulitan yang dialami dalam pemenuhan kebutuhan pasien adalah hambatan

berkomunikasi dengan pasien. Selain itu, shift kerja yang diterapkan ialah tiga

rotasi yaitu shift pagi pukul 07.00-14.00 WIB, shift sore pukul 14.00-21.00 WIB,

dan shift malam 21.00-07.00 WIB dengan pola rotasi 3-3-3. Tentang beban kerja

yang cukup berat dimana setiap shift kerja hanya dibebankan 3-4 perawat setiap

ruangan yang memiliki rata-rata pasien 11-20, ini dapat disimpulkan bahwa

terjadi rasio yang tidak seimbang antara jumlah perawat, sedangkan untuk

mendapatkan kualitas pelayanan yang baik perbandingan antara jumlah perawat

dan pasien sebaiknya 1 banding 2 hingga 3, artinya untuk 1 perawat menangani 2

pasien. Beban kerja yang tinggi seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya stres.

Unit rawat inap perawatan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah terbagi menjadi 18 unit yang di setiap unitnya dengan bervariasi dalam

beban kerja dan pembagian tugas perawat dalam penanganan pasien. Jumlah

Perawat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sampai tahun

2020 berjumlah 135 perawat, dengan jumlah perawat laki-laki 37 perawat dan 98

perawat perempuan. Dengan demikian rasio jumlah perawat dengan jumlah pasien

adalah 1:2 dengan dibandingkan terhadap standar manajemen keperawatan sesuai


7

dengan Kep. Menkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 bahwa rasio perawat terhadap

pasien adalah 1:1.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30

Desember 2019 di unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan NIOSH Generic Job

Stress Questionnaire kepada 15 perawat, diketahui hasil bahwa 2 orang perawat

(13%) tidak stres, 4 orang perawat (27%) mengalami stres ringan, dan 9 orang

(60%) perawat mengalami stres sedang.. Pada tanggal 27-30 Januari 2020, studi

pendahuluan dilakukan di unit kerja pelayanan perawatan umum RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah menggunakan instrumen yang sama kepada

15 orang perawat dan didapatkan hasil bahwa 3 perawat (20%) tidak mengalami

stres. Sedangkan perawat 4 lainnya (27%) mengalami stres ringan, dan 8 perawat

(53%) mengalami stres sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang

dialami perawat di unit rawat inap perawatan jiwa lebih bervariasi dan lebih tinggi

daripada tingkat stres yang dialami perawat di pelayanan perawatan umum. Dari

gambaran di atas mengindikasikan adanya beban kerja yang sedang sebagai

seorang perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

bisa memicu timbulnya stres kerja dan ketidakpuasan perawat terhadap

pekerjaannya. Atas dasar berbagai permasalahan dan uraian yang ada di atas,

maka dilakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Stress Kerja pada Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah”.


8

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian merumuskan masalah

yaitu “Faktor-faktor apa saja yang Berhubungan dengan Stress Kerja pada

Perawat di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah?”

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Apakah ada hubungan antara faktor usia dengan stres kerja pada perawat di

unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?

2. Apakah ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

3. Apakah ada hubungan antara faktor status perkawinan dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

4. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

5. Apakah ada hubungan antara faktor status kepegawaian dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?
9

6. Apakah ada hubungan antara faktor masa kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

7. Apakah ada hubungan antara faktor beban kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

8. Apakah ada hubungan antara faktor shift kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

9. Apakah ada hubungan antara faktor konflik interpersonal dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

10. Apakah ada hubungan antara faktor konflik peran ganda dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD

Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya hubungan antara faktor usia dengan stres kerja pada perawat di

unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
10

2. Diketahuinya hubungan antara faktor jenis kelamin dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

3. Diketahuinya hubungan antara faktor status perkawinan dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

4. Diketahuinya hubungan antara faktor tingkat pendidikan pada perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor status kepegawaian dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

6. Diketahuinya hubungan antara faktor masa kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

7. Diketahuinya hubungan antara faktor beban kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

8. Diketahuinya hubungan antara faktor shift kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

9. Diketahuinya hubungan antara faktor konflik interpersonal dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.
11

10. Diketahuinya hubungan antara faktor konflik peran ganda dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan dalam menentukan keputusan terkait pengelolaan tenaga kerja

untuk mengurangi stres kerja pada perawat.

1.4.2 Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

mengenai stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada

perawat sehingga dapat mengantisipasi kondisi stres kerja yang mungkin terjadi

selama bekerja.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan

kajian dan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya dengan tema yang sama.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian kesehatan

masyarakat dan dapat dijadikan tambahan kepustakaan dan sebagai sumber

informasi dan wacana bacaan yang dapat digunakan peneliti selanjutnya.


12

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dapat digunakan untuk membedakan penelitian yang

dilakukan sekarang dengan penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut

tabel keaslian penelitian:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Rancanga
Variabe
No Peneliti Judul n Hasil Penelitian
l
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Ratna Perbedaan Tingkat Rancangan Perbeda Hasil analisis stres
Multisari, Stres Kerja Peraat penelitian an kerja perawat di
2018 di Ruang Rawat analitik tingkat Ruang Rawat Jiwa
Jiwa Intensif dan komparatif. stres Intensif dan Ruang
Ruang Rawat Inap kerja Rawat Inap Tenang
Tenang Rumah perawat sama-sama
Sakit Jiwa di cenderung rendah
Provinsi Jawa Ruang dengan nilai
Barat Rawat median di Ruang
Jiwa Rawat Jiwa Intensif
Intensif yaitu 42
dan (SD=7,706) dan
Ruang Ruang Rawat Inap
Rawat Tenang yaitu 38
Inap (SD=6,167). Hasil
Tenang uji mann-whitney
Rumah menunjukan p
Sakit value (0,047) <
Jiwa 0,05.
2. Anis Hubungan antara Dengan Kecerda Hasil analisis
Muatsiroh Kecerdasan metode san menunjukkan
, Siswati Interpersonal kuantitatif. interpers bahwa ada
(Muatsiro dengan stres kerja Populasi di onal, hubungan negatif
h, 2017) pada perawat RSJD stress dan signifikan
instalasi rawat Surakarta kerja antara kecerdasan
inap di Rumah berjumlah perawat interpersonal
13

Sakit Jiwa Daerah 120 orang, dengan stres kerja.


Surakarta sampel 65 Semakin tinggi
orang. kecerdasan
Teknik interpersonal maka
pengambila semakin rendah
n sampel tingkat stres kerja.
dengan Sebaliknya,
teknik semakin rendah
cluster kecerdasan
random interpersonal maka
sampling. akan semakin
Teknik tinggi tingkat stres
analisis kerja. Sumbangan
menggunak efektif kecerdasan
an analisis interpersonal
regresi terhadap stres kerja
sederhana sebesar 48% dan
51,2% di pengaruhi
oleh faktor lain
yang tidak
diungkap dalam
penelitian.
3. Erianto Hubungan Stres Penelitian Stres Hasil menunjukkan
Fanani,Tr Kerja dengan kuantitatif kerja, 82,52% responden
i Burnout Perawat dengan burnout, memiliki tingkat
Martiana, Rumah Sakit rancang perawat stres kerja sedang
Bagus Islam Malang bangun dan 17,48%
Qomarudi cross- responden
n, 2020 sectional memiliki tingkat
dan stres kerja rendah.
bersifat 30,1% responden
deskriptif memiliki tingkat
analitik. burnout tinggi dan
69,9% responden
memiliki tingkat
burnout sedang.
Analisis data
menunjukkan
variabel tingkat
stres kerja tidak
14

berhubungan
(p>0.05) dengan
variabel tingkat
burnout perawat.
4. Samino, Analisis Faktor Cross Variabel .Hasil penelitian
Nurhalina Stres Kerja pada sectional bebas: menunjukkan bahwa
Sari, Kiki Perawat Rawat Inap tuntutan terdapat hubungan
Karlina RSUD Dr. H. tugas, yang bermakna
(2018) Abdul Moeloek tuntutan antara tuntutan
Bandar Lampung peran, peran terhadap stres
tuntutan kerja pada perawat
antar (p=0,047), dan
personal kepribadian
dan (p=0,040) dengan
kepribadi stres kerja pada
an perawat.Sedangkan
Variabel tidak ada hubungan
terikat: tuntutan
Stres tugas(0,241) dan
kerja tuntutan
antarpersonal
(p=0,927) dengan
stres kerja.
5. Indah Hubungan antara penelitian Shift Terdapat hubungan
Rhamdani shift kerja, observasio kerja, antara shift kerja
, kelelahan kerja nal kelelaha (p=0.035),
Magdalen dengan stres kerja analitik n kerja, kelelahan kerja
a pada perawat dengan usia, (p=0.022), jenis
Wartono, desain jenis kelamin (0.037)
2019 cross kelamin, dan status
sectional status pernikahan
pernikah (p=0.041) dengan
an, dan stres kerja dan
stress tidak ada hubungan
kerja antara usia dengan
stres kerja
(p=0.071).
15

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1. Waktu penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya.

2. Subjek pada penelitian ini berbeda dengan subyek penelitian sebelumnya.

3. Adanya variabel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup penelitian ini dilaksanakan di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup materi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja mengenai Penyakit akibat kerja yaitu

stres kerja yang dapat dialami oleh perawat di rumah sakit jiwa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Stres

Bagi sebagian orang, stres menggambarkan suatu keadaan fisik yang telah

mengalami berbagai tekanan yang melampaui batas ketahanan, menggambarkan

gejala yang menghasilkan tekanan itu (T.M Fraser, 1992). Tetapi, lepas dari

apakah seseorang menyebut kondisi tertentu „stres‟ dan ketegangan, banyak orang

menganggap sebagai tanggapan patologis manusia terhadap tekanan-tekanan

psikologis dan sosial dalam hubungan pekerjaan maupun dengan lingkungan

sekitarnya.

Stres sebagai respons adaptif terhadap situasi yang dianggap menantang

atau mengancam kesehatan seseorang (Sopiah, 2008). Orang- orang merasa stres

akibat terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman pekerjaan, beban informasi

terlalu tinggi dalam kehidupan modern ini menimbulkan distres, yakni

penyimpangan psikis,fisik dan perilaku dari fungsi yang sehat. Namun distres juga

memiliki sisi positif yang disebut dengan eustres. Eustres merupakan pengalaman

stres yang tidak berlebihan, cukup untuk menggerakkan dan memotivasi orang

agar mencapai tujuan dan berhasil dalam menghadapi tantangan hidup.

Stres biasanya didefinisikan dengan kondisi-kondisi internal dan eksternal

yang menciptakan situasi-situasi yang penuh tekanan, dan gejala-gejalanya

dialami oleh setiap orang yang tertekan. Derajat stres berkorelasi dengan

ketidakmampuan yang dirasakan oleh seseorang terhadap permintaan lingkungan.

16
17

Tingkat stres seseorang bergantung pada kemampuan-kemampuan yang dirasakan

pada diri seseorang dan kepercayaan diri. Stres juga berkorelasi dengan ketakutan

dan kegagalan seseorang.

Stres sebagai suatu reaksi merupakan salah satu bagian dari tiga

pembagian model stres. Secara tiga pembagian model stres terdiri dari model stres

yang mempunyai konsep fenomena stres berdasarkan stimulus, model yang

mempunyai konsep stres berdasarkan respons, dan model yang mempunyai

konsep bahwa stres merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut. Sedangkan

pembagian berdasarkan pendekatan teoritis, stres didefinisikan ke dalam disiplin

ilmu fisiologi, psikologi dan sosiologi (Barnfather,1993).

2.1.2 Stres Kerja

Stres kerja dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tuntutan serta

ketidakseimbangan dengan pengetahuan dan kemampuan. Situasi seperti ini tidak

hanya berkaitan dengan tekanan pekerjaan yang melebihi kemampuan pekerja

untuk mengendalikannya tapi juga terkait dengan pengetahuan dan kemampuan

individu yang tidak digunakan dengan baik sehingga memicu timbulnya masalah

bagi mereka. Pekerjaan yang sehat seharusnya dapat menyesuaikan antara tekanan

dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki individu, kemampuan yang

dimiliki untuk mengontrol pekerjaan, dan dukungan yang diterima dari orang-

orang disekitarnya (WHO,2003).

Sebuah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

pekerjaan ini adalah definisi dari stres kerja. Stres kerja ini tampak dari sikap
18

antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,

merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup tekanan darah

meningkat dan mengalami gangguan pencernaan definisi stres kerja menurut

(Mangkunegara, 2013).

Segala macam bentuk “stres” pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan

pengertian manusia terhadap keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Ketidakmampuan melawan keterbatasan inilah yang menyebabkan

frustasi,konflik,gelisah.dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres.

Secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang,

baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungan yang

dirasa mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Seorang ahli menyebut

tanggapan tersebut dengan istilah „fight or flight response’. Jadi sebenarnya stres

adalah suatu yang alamiah. Ada dua faktor utama yang berkaitan langsung dengan

„stres‟, yaitu perubahan dalam lingkungan dan diri manusia sendiri.

2.1.2.1 Stres Kerja Akut

Stres kerja akut merupakan bentuk yang paling umum dari stres. Berasal

dari tuntutan dan tekanan dalam jangka pendek. Sumber tersebut biasanya sering

terdapat pada aktivitas yang dilakukan individu kemudian dengan cepat

menghilang. Stres akut dapat menjadi hal menarik dan menantang apabila terjadi

dalam dosis yang kecil, namun bila terjadi dalam dosis yang besar maka dapat

menyebabkan kelelahan pada seseorang (Nurazizah, 2017).


19

Hal yang terjadi pada stres akut biasanya berupa reaksi singkat tubuh

terhadap sumber stres yang datang. Terjadi dalam waktu jangka pendek sehingga

tidak memiliki efek kesehatan berlanjut pada individu yang mengalaminya

(Taufiqurrahman, 2015). Disertai dengan menunjukkan beberapa gejala saat

seseorang mengalami stres akut. Gejala tersebut berupa gangguan

fisiologis,emosional dan psikologis yang masih dapat diatasi apabila dikontrol

dengan baik. Diantaranya mengalami dari sakit kepala,sakit punggung, nyeri otot,

rahang kaku, maag, perut kembung diare, sembelit peningkatan tekanan darh,

peningkatan denyut jantung, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar, tangan

terasa dingin, sesak napas,nyeri dada, tidak sabar, terjadi kecelakaan kerja,

penggunaan alkohol, merokok dan lain-lain (Nurazizah,2017).

2.1.2.2 Stres Kerja Kronis

Stres kronis terjadi dalam waktu lama yang disebabkan oleh tuntutan dan

tekanan yang terus menerus dan sulit untuk diatasi. Stres kronis dapat

menyebabkan kerusakan pada tubuh, pikiran dan jiwa seseorang yang

mengalaminya (APA, 2016).

Stres kronis dapat menimbulkan beberapa penyakit menurut NIOSH,

penyakit yang berkaitan antara lain diabetes, hernia, tuberkulosis, asma, darah

tinggi, penyakit jantung, rematik, epilepsi, glaukoma, paralysis, gangguan ginjal,

gangguan pernapasan, stoke, anemia gangguan hati dan pankreas, gangguan

kelenjar tiroid, insomnia, gastritis kolitis, ulkus lambung, sakit punggung dan

alergi.
20

2.1.3 Dampak Stres Kerja

Pengarahan mekanisme pertahanan tubuh merupakan salah-satu

konsekuensi potensi yang timbul dari adanya kontak dengan stresor. Dampak stres

menurut Cox yang mengidentifikasi 5 jenis konsekuensi dampak stres yang

potensial. Kategori yang disusun Cox meliputi (Gibson,1997):

2.1.3.1 Dampak Subyektif

Kecemasan agresi, angkuh, kebosanan, kelelahan, frustasi, kehilangan

kesabaran, rendah dari gugup dan merasa kesepian.

2.1.3.2 Dampak Perilaku (behavior affects)

Kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik, penyalahgunaan obat-

obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan,

perilaku yang mengikuti kata hati dan ketawa gugup.

2.1.3.3 Dampak Kognitif

Ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas konsentrasi yang

buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, dan rintangan

mental.

2.1.3.4 Dampak Fisiologis

Kebanyakan perhatian dini atas stres diarahkan pada gejala fisiologis

terutama karena topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini

memandu pada kesimpulan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam

metabolisme, peningkatan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan

tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.


21

2.1.3.5 Dampak Organisasi

Keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktivitas, keterasingan

dari rekan kerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya kekuatan dan kesetiaan

terhadap organisasi.

Kelima jenis tersebut tidak mencakup seluruhnya, juga tidak terbatas pada

dampak-dampak dimana ada kesepakatan universal dan untuk hal itu terdapat

bukti ilmiah yang jelas. Dampak yang telah disebutkan hanya mewakili beberapa

dampak potensial yang sering dikaitkan dengan stres. Akan tetapi tidak semua

dapat diartikan bahwa stres selalu menyebabkan dampak seperti yang disebutkan

diatas.

2.1.4 Cara Pengukuran Stres Kerja

Ada berbagai cara untuk pengukuran stres yang telah digunakan ahli

psikologi. Sebagian besar pengukuran digolongkan menjadi : self-report,

physiological, dan biochemical. Berikut penjelasan dari masing-masing cara

pengukuran tersebut Eysenck (2002) :

2.1.4.1 Physiological Measure

Cara pengukuran dilakukan untuk melihat yang terjadi pada fisik

seseorang seperti perubahan tekanan darah, ketegangan otot-otot, bahu, leher dan

pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap memiliki reliabilitas paling

tinggi, namun sangat tergantung pada alat yang digunakan dan pengukur itu

sendiri.
22

2.1.4.2 Biochemical Measure

Cara pengukuran yang dilakukan untuk melihat respons kimia melalui

perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid setelah pemberian suatu

stimulus. Cara Ini dianggap memiliki reliabilitas yang tinggi, namun terdapat

kelemahan apabila subjek penelitian adalah seorang perokok, peminum alkohol,

dan sering mengonsumsi kopi karena pemberian stimulus tersebut dapat

meningkatkan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid.

2.1.4.3 Self-report Measure

Cara pengukuran ini merupakan yang paling sering digunakan oleh

peneliti untuk menilai stres kerja akut maupun kronis. Pengukuran dilakukan

dengan menanyakan intensitas pengalaman baik psikologi, fisiologis dan

perubahan fisik yang dialami seseorang menggunakan kuesioner. Cara

pengukuran berupa self-report measure atau kuisioner dan wawancara

memberikan informasi yang lebih spesifik tentang sumber stres kerja.

Berdasarkan APA (2016) dan HSE (2001), berupa instrumen pengukuran stres

yang umum digunakan terdiri dari :

2.1.4.3.1 Occupational Stress Inventory-Revised Edition (OSI-R)

Occupational Stress Inventory-Revised Edition merupakan kuesioner yang

disusun oleh Osipow dan Spokane. Kuesioner ini terdiri dari 147 item dalam tiga

kuesioner yang dapat mengukur stres kerja, ketegangan dan sumber coping.

Menilai stres dalam tiga sub skala yaitu beban peran, kekurangan peran, ketaksaan

peran, batasan peran, tanggung jawab dan lingkungan fisik. Semua item dalam

kuesioner ini didesain untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Skala dalam
23

kuesioner ini merupakan skala likert mulai dari jarang sering. Hasil pengukuran

stres kerja, ketegangan dan coping diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skala

yang ada.

2.1.4.3.2 Job Stres Survey (JSS)

Job Stres Survey merupakan kuesioner disusun oleh Spielberger.

Kuesioner ini terdiri dari 30 item yang dapat mengukur insiden, keparahan, dan

frekuensi stres kerja. Kelebihan dari kuesioner ini yaitu dapat digunakan untuk

menilai tingkat keparahan dan frekuensi faktor lingkungan kerja yang berdampak

pada keadaan psikologis pekerja. Sedangkan kekurangan dari kuesioner ini yaitu

faktor penilaian hanya pada lingkungan kerja dan dampaknya terhadap perubahan

psikologis pekerja dan validitas serta reliabilitas kuesioner diragukan.

2.1.4.3.3 Job Content Questionnaire

Job Content Questionnaire merupakan kuesioner yang disusun oleh

Karasek. Terdiri dari 49 pertanyaan. Lima dimensi terdiri dari kontrol

kerja,tuntutan psikologi,dukungan sosial,tuntutan fisik, dan ketidakpastian

pekerjaan.

2.1.4.3.4 NIOSH Generic Job Stress Questionnaire

The Generic Job Stress Questionnaire dikembangkan oleh National

Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan terdapat 13 ukuran

stressor pekerjaan yang berbeda serta sejumlah ukuran tekanan individu dan

pengubah respon stres. Instrumen ini dirancang sebagai alat ukur baru untuk

menilai faktor organisasi kerja, stres kerja dan kesehatan dan keselamatan kerja.
24

Instrumen ini dirancang berbentuk modular sehingga diagnosis atau peneliti stres

dapat memilih skala individu tertentu atau seluruh instrumen dapat digunakan.

NIOSH Generic Job Stress Questionnaire ini dianggap sebagai kuesioner yang

valid dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi pekerjaan (Elshaer, Moustafa,

Aiad, & Ramadan, 2018).

2.1.4.3.5 The Workplace Stress Scale

Stres kerja dapat dinilai menggunakan The Workplace Stress Scale (WSS)

yang dikembangkan oleh Marlin Company, North Haven, Connecticut, USA dan

American Institute of Stress, Yonkers, New York, USA. WSS terdiri dari delapan

item pernyataan yang menggambarkan seberapa sering responden merasakan

suatu aspek dari pekerjaannya. Dalam penilaian, pernyataan nomor 6, 7 dan 8

diberi nilai terbalik. Skala penilaian pada instrumen ini menggunakan format

likert lima poin, mulai dari tidak pernah (skor 1) hingga sangat sering (skor 5).

Skor yang lebih tinggi mengindikasikan stres kerja yang lebih tinggi. Skor total

responden dapat diartikan sebagai berikut (Lawal & Idemudia, 2017):

1. Apabila skor ≤15 maka responden cenderung relatif tenang dan tidak

mengalami stres kerja.

2. Apabila skor 16-20 maka responden mengalami stres kerja yang cukup

rendah.

3. Apabila skor 21-26 maka responden mengalami stres kerja tingkat sedang.

4. Apabila skor 26-30 maka responden mengalami stres kerja tingkat tinggi atau

parah.
25

5. Apabila skor 31-40 maka responden mengalami tingkat stres kerja yang

berpotensi bahaya.

2.1.5 Perawat

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,

kelompok baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Sedangkan definisi perawat

adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam

maupun di luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan dijelaskan definisi perawat dalam Undang-undang Nomor

38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok, atau

masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit (Pusdatin Kemenkes RI, 2017).

2.1.5.1 Jenis Perawat

Jenis perawat berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan terdiri dari:

2.1.5.1.1 Perawat Vokasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan, perawat vokasi adalah perawat lulusan pendidikan

vokasi keperawatan paling rendah program diploma tiga keperawatan. Perawat

vokasi merupakan perawat yang melaksanakan praktik keperawatan yang


26

mempunyai kemampuan teknis keperawatan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

2.1.5.1.2 Perawat Profesi

Perawat profesi adalah perawat lulusan pendidikan profesi keperawatan

yang merupakan program profesi keperawatan dan program spesialis

keperawatan. Perawat profesi terdiri atas:

1. Ners, yaitu perawat lulusan program profesi keperawatan yang mempunyai

keahlian khusus dalam asuhan keperawatan.

2. Ners spesialis, yaitu perawat lulusan program spesialis keperawatan yang

mempunyai keahlian khusus dalam asuhan keperawatan.

2.1.5.2 Tugas dan Wewenang Perawat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun

2014 tentang Keperawatan, tugas perawat dalam melakukan praktik keperawatan

adalah sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 2019):

1. Pemberi asuhan keperawatan.

2. Penyuluh dan konselor bagi klien.

3. Pengelola pelayanan keperawatan.

4. Peneliti keperawatan.

5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.

6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang

upaya kesehatan perorangan, perawat memiliki wewenang sebagai berikut:


27

1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik.

2. Menetapkan diagnosis keperawatan.

3. Merencanakan tindakan keperawatan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan.

5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

6. Melakukan rujukan.

7. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi.

8. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.

9. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep

tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang

upaya kesehatan masyarakat, perawat memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga

dan kelompok masyarakat.

2. Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat.

3. Membantu penemuan kasus penyakit.

4. Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.

5. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.

6. Melakukan rujukan kasus.

7. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat.

8. Melakukan pemberdayaan masyarakat.

9. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat.

10. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.


28

11. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

12. Mengelola kasus.

13. Melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif.

Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien,

perawat berwenang untuk:

1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu,

keluarga serta kelompok masyarakat.

2. Melakukan pemberdayaan masyarakat.

3. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat.

4. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat.

5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

Dalam menjalankan tugas sebagai pengelola pelayanan keperawatan,

perawat berwenang untuk:

1. Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan.

2. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan keperawatan.

3. Mengelola kasus.

Dalam menjalankan tugas sebagai peneliti keperawatan, perawat memiliki

wewenang sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika.

2. Menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin

pimpinan.

3. Menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.


29

Tugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

dilaksanakan berdasarkan:

1. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari dokter dan

evaluasi pelaksanaannya, atau

2. Dalam rangka pelaksanaan program pemerintah.

Dalam menjalankan tugas sebagai pelaksana tugas dalam keadaan

keterbatasan tertentu perawat memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga

medis.

2. Merujuk klien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan.

3. Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat

tenaga kefarmasian.

2.1.6.3 Peran Perawat

Peran perawat secara umum antara lain (Pusdatin Kemenkes RI, 2017):

2.1.6.3.1 Care Provider

Care provider (pemberi asuhan) yaitu dalam memberi pelayanan berupa

asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk menerapkan keterampilan berpikir

kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan

keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan

komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.

2.1.6.3.2 Manager and Community Leader

Manager and community leader (pemimpin komunitas) yaitu dalam

menjalankan peran sebagai perawat dalam suatu komunitas atau kelompok


30

masyarakat, perawat kadang dapat menjalankan peran kepemimpinan, baik

komunitas profesi maupun komunitas sosial dan juga dapat menerapkan

kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam asuhan klien.

2.1.6.3.3 Educator

Educator (pendidik) yaitu dalam menjalankan peran sebagai perawat

klinis, perawat komunitas, maupun individu, perawat harus mampu berperan

sebagai pendidik klien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.

2.1.6.3.4 Advocate

Advocate (pembela) yaitu dalam menjalankan perannya, perawat

diharapkan dapat mengadvokasi atau memberikan pembelaan dan perlindungan

kepada pasien atau komunitas sesuai dengan pengetahuan dan kewenangannya.

2.1.6.3.5 Researcher

Researcher (peneliti) yaitu dengan berbagai kompetensi dan kemampuan

intelektual yang dimiliki perawat, diharapkan juga mampu melakukan penelitian

sederhana di bidang keperawatan dengan cara menumbuhkan ide dan rasa ingin

tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada klien di

komunitas maupun klinis. Dengan harapan dapat menerapkan hasil kajian dalam

rangka membantu mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP).

2.1.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja

Menurut Gibson (2012) faktor-faktor yang menyebabkan stres yaitu stres

individu, stres kelompok dan organisasi, stresor non-kerja serta karakteristik

individu (individual differences). Marliani (2015) menyatakan bahwa sumber stres

atau stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stres. Dengan


31

kata lain, stressor adalah prasyarat untuk mengalami respons stres. Stressor

individu meliputi konflik peran, beban kerja kuantitatif dan kualitatif, ambiguitas

peran dan tanggung jawab kepada orang lain. Stressor kelompok dan organisasi

meliputi partisipasi, hubungan intra dan antar kelompok, politik organisasi,

budaya organisasi, kurangnya umpan balik kinerja, peluang pengembangan karir

yang tidak memadai dan perampingan tenaga kerja. Stressor kelompok dan

organisasi meliputi partisipasi, hubungan intra dan antar kelompok, politik

organisasi, budaya organisasi, kurangnya umpan balik kinerja, peluang

pengembangan karir yang tidak memadai dan perampingan tenaga kerja.

Greenberg (2013) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan stres dibagi

menjadi tiga, yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor di luar organisasi.

Faktor individu meliputi tingkat kecemasan, tingkat neurotisme individu, toleransi

terhadap ketidakjelasan dan pola tingkah laku tipe A. Faktor pekerjaan terdiri atas

intrinsik pada pekerjaan, peran di dalam organisasi, perkembangan karier,

hubungan relasi, dan struktur organisasi serta iklim kerja. Sedangkan faktor di

luar organisasi meliputi masalah keluarga, peristiwa krisis kehidupan dan

kesulitan finansial. Hal ini selaras dengan model Cooper, C. L. dalam (Munandar,

2012) yang menyatakan bahwa stres di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja,

lingkungan di luar kerja dan individu. Faktor lingkungan kerja meliputi faktor

intrinsic dalam pekerjaan, peran organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam

pekerjaan serta struktur dan iklim organisasi. Faktor lingkungan di luar pekerjaan

dapat berasal dari keluarga dan masyarakat. Serta faktor individu yang berasal

dari tipe kepribadian, kondisi badan dan karakteristik demografi individu.


32

2.1.6.1 Karakteristik Demografi

Menurut Herqutanto et al. (2017) tidak menemukan hubungan antara

karakteristik demografi dengan stres kerja perawat di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan primer. Karakteristik demografi tersebut meliputi usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, penghasilan, lama kerja dan

tempat kerja. Notoatmodjo (2014), adanya asumsi bahwa perbedaan derajat

kesehatan, derajat kesakitan dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak

berhubungan dengan variabel-variabel karakteristik demografi.

2.1.6.1.1 Usia

Menurut Huclok dalam (Wawan & M., 2010), semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Sedangkan menurut Hardani (2016), perubahan usia mempengaruhi fisik,

psikis dan kesehatan seperti kekuatan tenaga fisik yang mencapai puncaknya,

muncul keinginan dan usaha pemantapan dan kemampuan mental (penalaran,

ingatan dan kreatifitas) yang mencapai puncaknya.

Usia adalah jumlah tahun yang dihitung mulai dari lahir hingga saat

penelitian berlangsung. Usia berhubungan dengan bagaimana toleransi individu

terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu. Usia dewasa biasanya

lebih dapat mengontrol stres atau memiliki toleransi terhadap stres yang lebih baik

dibandingkan dengan usia kanak-kanak dan usia lanjut (Ansori & Martiana,

2017).
33

2.1.6.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin, identitas jenis, seks (gender identity) menyatakan kondisi

atau kategori manusia sepanjang hidupnya yang menyangkut sifat kejantanan atau

betina nya (masculinity and femininity). Adapun seks atau jenis kelamin

menyatakan manifestasi fisiknya dengan implikasi pada peran dan perilaku sesuai

jenis kelaminnya. Gender digunakan untuk menggambarkan perempuan dan laki-

laki yang dikonstruksi secara sosial. Sedangkan seks mengacu pada karakteristik

secara biologis (WHO, 2020).

Di berbagai negara perempuan mengalami diskriminasi dalam hal promosi

jabatan. Bahkan di negara maju sekalipun, promosi dan kenaikan pangkat masih

dipengaruhi aspek gender. Diskriminasi dalam hal promosi jabatan hanya salah

satu dari tiga diskriminasi gender yang dihadapi tenaga kerja wanita. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan para peneliti yang mengidentifikasi

sumber-sumber stres pada pekerja perempuan, yaitu blok karir, pelecehan seksual,

struktur dan iklim organisasi yang didominasi oleh laki-laki, stereotip gender,

isolasi dan kurangnya panutan. Ditemukan wanita melaporkan stres berkaitan

dengan peluang untuk pengembangan pribadi, tingkat upah, mengikuti ide-ide

baru, perjalanan bisnis dan akumulasi tugas-tugas kecil. Satu studi menemukan

bahwa wanita cenderung mengalami stres secara emosional. Tekanan mereka

disebabkan oleh tekanan untuk memenuhi harapan terhadap tanggung jawab

kepada orang-orang baik di dalam maupun di luar rumah. Selain itu, perempuan

berisiko lebih besar terkena penyakit Alzheimer daripada laki-laki dan 1,5 kali

lebih mungkin terkena depresi (Greenberg J. S., 2013). Hasil penelitian Ansori &
34

Martiana (2017) menunjukkan bahwa perempuan merupakan responden yang

lebih banyak mengalami stres kerja yaitu sebanyak 73,3%.

2.1.6.1.3 Status Perkawinan

Status menikah merupakan salah satu kebutuhan individu, sehingga akan

menjadi prediktor baik bagi individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

(Hardani, 2016). Status perkawinan mempengaruhi penentuan keputusan seorang

istri untuk tetap bekerja atau tidak, karena seorang istri akan memerlukan

dukungan suami untuk bekerja di luar rumah (Rachman, 2007). Pekerjaan dan

rumah tangga merupakan dua hal yang berbeda dari kehidupan orang dewasa. Jika

individu mampu menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan kehidupan rumah

tangga, maka keseimbangan tersebut dapat meningkatkan kesehatan, kebahagiaan

dan kesuksesan hidup individu tersebut (Wongpy & Setiawan, 2019). Sedangkan

Rachman (2007) menyatakan bahwa, dalam urusan mengasuh anak, para istri

menginginkan suami turut serta berperan aktif, begitu pula dengan pekerjaan

rumah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) mengkategorikan status

perkawinan menjadi empat, yaitu belum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati.

Seseorang dikatakan berstatus kawin apabila mempunyai istri (bagi laki-laki) atau

suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun

terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara

hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup

bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Cerai

hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai
35

dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai

walaupun belum resmi secara hukum.

Masalah perkawinan dapat memberikan dampak di luar dan di dalam

bidang seksual, baik bagi pasangan itu sendiri hingga orang lain. Gangguan

hubungan dalam keluarga dipandang sebagai faktor peningkatan kesulitan

emosional (Roan & Roan, 2017).

2.1.6.1.4 Tingkat Pendidikan

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkat potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi (Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003). Perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun

di luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan (Pusdatin Kemenkes RI, 2017). Pendidikan tinggi

merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup

program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003).

Menurut Wollah et al. (2017) Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah yang dihadapi


36

pada situasi atau konflik yang terjadi akibat pekerjaan sehingga dapat memicu

stres kerja. Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam

menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya (Sucipto, 2014). Penelitian

Herqutanto et al. (2017) menunjukkan bahwa perawat dengan latar belakang

pendidikan tinggi umumnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih

baik dalam merawat dan menghadapi pasien serta keluarganya dan para dokter

yang bertugas.

2.1.6.1.5 Masa Kerja

Dalam Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa, hubungan kerja terjadi karena adanya

perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja atau buruh. Perjanjian kerja

dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk

waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan percobaan kerja. Perjanjian kerja untuk

waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis

dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.

Sedangkan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa

percobaan kerja paling lama tiga bulan. Dengan demikian, dalam perjanjian kerja

untuk waktu tidak terbatas, masa kerja pekerja dihitung setelah pengangkatan dan

masa percobaan kerja tidak diperhitungkan sebagai masa kerja (Undang-undang

RI Nomor 13 Tahun 2003).

Menurut Sucipto (2014) tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui

secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya. Sedangkan menurut Munandar

(2012), pekerja yang memiliki masa kerja lebih lama biasanya memiliki
37

permasalahan kerja yang lebih sedikit. Masa kerja sangat menentukan pengalaman

bekerja seseorang. Semakin lama bekerja maka akan semakin banyak pengalaman

bekerja yang diperoleh.

2.1.6.2 Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2004:95) beban kerja yang diterima oleh seseorang harus

sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif

maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut, beban kerja

tersebut dapat berupa beban kerja fisik maupun beban kerja mental.

2.1.6.2.1 Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand & Rodahl (1997) dalam Tarwaka (2004:97) Beban kerja

fisik adalah beban Pekerjaan yang diterima oleh fisik pekerja yang dilakukan

dengan mengandalkan kegiatan fisik semata akan mengakibatkan perubahan pada

fungsi alat-alat tubuh. Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua

metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak

langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang

dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja, metode pengukuran tidak

langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

2.1.7.4.2 Beban Kerja Mental

Beban kerja mental tidak semudah penilaian beban kerja fisik.Beban kerja

mental aktivitas mental yang berkaitan dengan pekerjaan seperti tanggung jawab

dan moral serta melibatkan kerja otak (white-collar) lebih berat dari kerja otot

(blue-collar) (Tarwaka, 2004:102).


38

Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004:102), setiap aktivitas

mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari

suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan

atau proses mengingat informasi yang lampau.

Menurut Budiyanto et al. (2019) terdapat hubungan antara beban kerja dan

stres kerja pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bethesda

GMIM Tomohon dibuktikan dengan adanya stres kerja paling banyak dijumpai

pada kelompok responden dengan persepsi beban kerja berat. Beban kerja

berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja

dapat dibedakan menjadi beban kerja berlebih atau terlalu sedikit kuantitatif dan

kualitatif (Munandar, 2012). Perawat dengan persepsi beban kerja berat berisiko

delapan kali lebih besar mengalami stres kerja berat dibandingkan dengan perawat

yang memiliki persepsi beban kerja ringan.

2.1.6.2.1 Beban Berlebih Kuantitatif

Beban berlebih kuantitatif disebabkan oleh terlalu banyak hal untuk

dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Beban

berlebih kuantitatif mungkin menyebabkan perubahan biokimia berupa

peningkatan kandungan kolesterol dalam darah (Gibson, Ivancevich, Donnelly, &

Konopaske, 2012). Misalkan empat staf berbagi tanggung jawab untuk 20 pasien,

mereka dapat berbagi tanggung jawab untuk semua pasien atau masing-masing

bertanggung jawab terhadap lima pasien. Selain itu juga menemukan bahwa bila

kelebihan beban dibagi sehingga setiap anggota staf bertanggung jawab untuk

sekelompok kecil pasien, maka stres akan berkurang dan lebih sedikit perasaan
39

mempunyai beban yang terlalu berat. Tidak semua pasien membutuhkan jumlah

perawatan yang sama. Ada beberapa pasien yang sulit untuk diajak bekerja sama

dan membutuhkan lebih banyak energi baik fisik maupun mental dibandingkan

dengan pasien lain. Maka dari itu, masuk akal untuk membagi beban kerja antar

anggota staf meskipun ada beberapa orang yang secara terbuka mengungkapkan

ingin bekerja dengan “pasien bermasalah”, seringkali individu ini justru

mengalami tingkat kejenuhan yang paling tinggi.

Menurut Budiyanto et al. (2019)menunjukkan bahwa Stres kerja berat

paling sering dijumpai pada kelompok responden dengan persepsi beban kerja

berat (32,4%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara beban kerja dengan

stres kerja.

2.1.6.2.2 Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif

Beban kerja terlalu sedikit dapat mempengaruhi psikologis seseorang.

Kemajuan teknologi dalam industri dapat menjadikan pekerjaan semakin

majemuk. Di sisi lain, pada tingkat teknologi menengah, menyebabkan

penyederhanaan pekerjaan. Pada pekerjaan yang sederhana, ketika banyak terjadi

pengulangan gerak akan timbul rasa bosan. Kebosanan dalam kerja merupakan

hasil dari terlalu sedikitnya tugas yang harus dilakukan. Pada saat pekerja tidak

ada aktivitas atau pekerjaan yang harus dilakukan dalam waktu tertentu akan

menyebabkan peningkatan kecemasan, depresi dan ketidakpuasan kerja

(Munandar, 2012).

2.1.7.4.5 Beban Berlebih Kualitatif


40

Beban berlebih kualitatif terjadi ketika individu merasa tidak memiliki

kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar

penampilan yang dituntut terlalu tinggi (Gibson, Ivancevich, Donnelly, &

Konopaske, 2012). Dengan kemajuan teknologi, pekerjaan manusia banyak yang

digantikan dengan mesin atau robot. Pekerjaan pada manusia beralih titik beratnya

pada pekerjaan otak dan pekerjaan menjadi semakin majemuk. Kemajemukan

pekerjaan ini yang mengakibatkan adanya beban kerja berlebih kualitatif.

Kemajemukan pekerjaan seorang tenaga kerja dapat dikatakan sebagai beban

berlebih kualitatif apabila kemajemukan pekerjaan tersebut memerlukan

kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi dari yang dimiliki. Beban

berlebih kualitatif berhubungan dengan ketidakpuasan, ketegangan dan harga diri

rendah (Munandar, 2012).

2.1.6.2.3 Beban Terlalu Sedikit Kualitatif

Menurut Munandar (2012) menyatakan bahwa beban terlalu sedikit

kualitatif terjadi ketika tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan

keterampilan yang diperolehnya atau tidak diberi kesempatan mengembangkan

kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit kualitatif dapat

menyebabkan rendahnya semangat dan motivasi kerja. Pekerja akan merasa tidak

ada kemajuan pada dirinya dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat

dan keterampilannya. Beban terlalu sedikit kualitatif berkaitan dengan

ketidakpuasan, depresi, cepat tersinggung dan keluhan psikosomatik.


41

2.1.6.2.4 Beban Berlebih Kuantitatif dan Kualitatif

Proses pengambilan keputusan merupakan suatu kombinasi yang unik

yang mengarah pada berkembangnya beban berlebih kuantitatif dan kualitatif

pada waktu yang sama karena proses pengambilan keputusan mencakup

penentuan pilihan antara beberapa kemungkinan atau alternatif. Setiap

kemungkinan harus dipertimbangkan kebaikan dan keburukannya dan saling

dibandingkan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya stres dalam

proses pengambilan keputusan adalah pentingnya akibat-akibat dari keputusan,

derajat kemajemukan keputusan, kelengkapan informasi yang dimiliki, yang

bertanggung jawab terhadap keputusan, kelengkapan informasi yang dimiliki,

jumlah waktu yang diberikan untuk proses pengambilan keputusan dan harapan

dari keberhasilan (Munandar, 2012).

Tempat kerja dalam hal ini terdiri dari unit kerja yang ada pada rumah

sakit jiwa. Diantaranya adalah unit kerja bagian perawatan rawat jalan, rawat inap,

untuk rehabilitasi dan kesehatan jiwa masyarakat. Tugas dan fungsi unit kerja

sudah di tetapkan dalam manajemen unit kerja (BPPSDMK,2018).

Unit rawat inap pada rumah sakit jiwa daerah dr. Amino Gondohutomo

Semarang terdapat 21 unit rawat inap dan 3 unit rawat jalan. Dalam setiap unit

kerja tersebut terbagi perawat yang bertugas dalam setiap shift kerja pagi,siang

dan malam. Kapasitas pasien dan perawat yang bertugas menjadi masalah ketika

perbandingan tenaga medis dengan pasien tidak seimbang. Beban kerja dan

pembagian tugas yang tidak merata menjadi permasalahan yang dapat

menimbulkan stres kerja pada perawat. Beban kerja adalah banyaknya jenis
42

pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam

1(satu) tahun di fasilitas pelayanan kesehatan. Semua kegiatan menjadi beban unit

kerja dalam periode tertentu. Beban kerja meliputi kegiatan pokok yang

dilaksanakan yaitu, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap

kegiatan pokok dan standar beban kerja per tahun. Standar beban kerja adalah

waktu kerja tersedia dibagi dengan rata-rata waktu per kegiatan pokok. Kegiatan

pokok merupakan kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan

standar prosedur operasional untuk menghasilkan pelayanan yang dilaksanakan

oleh Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan kompetensi tertentu.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 12 tahun 2008 tentang

pedoman analisis beban kerja di lingkungan departemen dalam negeri dan

pemerintah daerah ditetapkan bahwa beban kerja adalah besaran pekerjaan yang

harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara

volume kerja dan norma waktu. Volume kerja adalah sekumpulan tugas atau

pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu 1 tahun. Standar waktu adalah

suatu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan pokok oleh

masing-masing tenaga. Kebutuhan waktu sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh

standar pelayanan, standar prosedur operasional (SPO), kelengkapan sarana dan

prasarana yang tersedia dan kompetensi serta keterampilan sumber daya manusia

yang tersedia. Untuk menentukan standar waktu tiap kegiatan dapat dilakukan

dengan pengamatan, pengalaman dan kesepakatan bersama. Sebaiknya ditetapkan

berdasarkan tenaga yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan, standar

pelayanan, SPO dan memiliki etos kerja yang baik.


43

2.1.6.3 Shift Kerja

Shift kerja menjadi salah satu tuntutan tugas yang memenuhi konsekuensi

terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, karena dapat mengubah ritme dan

pola istirahat tubuh. Menurut ILO (2016), shift kerja merupakan salah satu kondisi

bahaya yang timbul akibat penjadwalan kerja. Shift kerja merupakan pilihan

dalam pengorganisasian kerja untuk memaksimalkan produktivitas kerja sebagai

pemenuhan tuntutan pasien. Menurut Stranks (2005), shift kerja adalah pola

pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari

sebagaimana yang biasanya dilakukan, shift kerja biasanya dibagi atas pagi, sore

dan malam. Pekerja harus dilatih untuk menghadapi efek stres yang ditimbulkan

akibat kerja shift dengan merencanakan waktu tidur, kontak sosial dan kontak

dengan keluarga, sehingga efek stres dapat diminimalkan.

Waktu kerja menurut Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu

untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau 8 jam dalam satu hari dan 40 jam

dalam satu minggu untuk lima hari kerja dalam satu minggu. Sedangkan untuk

tenaga kerja perempuan yang berusia kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan

antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Jika tenaga kerja perempuan

dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00, maka wajib diberikan

makanan dan minuman yang bergizi serta menjaga kesusilaan dan keamanan

selama di tempat kerja (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003).

Penelitian Rhamdani & Wartono (2019), menyatakan bahwa sebanyak 50

(82%) dari perawat yang bekerja shift mengalami stres kerja dan 26 (63,4%)
44

perawat yang tidak shift mengalami stres kerja. Hal ini menunjukkan shift kerja

berhubungan dengan stres kerja pada perawat.

2.1.6.4 Konflik Interpersonal

2.1.6.4.1 Pengertian Konflik Interpersonal

Menurut Robbins dalam (Munandar, 2012), konflik adalah satu proses

yang dimulai jika salah satu pihak beranggapan bahwa pihak lain telah

mempengaruhi secara negatif atau akan mempengaruhi secara negatif. Batasan

konflik dari Robbins sangat luas, dua orang yang berbeda pandangan sudah dapat

dianggap konflik.

Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih dimana nilai,

tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik interpersonal sering terjadi karena

seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga muncul

perbedaan-perbedaan. Konflik interpersonal dapat terjadi pada manajer dengan

sesama manajer, atasan dan bawahannya (Nursalam, 2015).

Pola hubungan antar tenaga kerja bersifat hubungan ketergantungan.

Ketergantungan tersebut dapat berupa ketergantungan yang seimbang, yaitu

masing-masing tenaga kerja memerlukan tenaga kerja lain dalam derajat yang

sama serta ketergantungan tidak seimbang dimana tenaga kerja yang satu lebih

memerlukan tenaga kerja lain daripada sebaliknya, hubungan antara atasan-

bawahan merupakan contoh dari ketergantungan tidak seimbang. Corak hubungan

antar tenaga kerja dapat ditentukan oleh corak pekerjaan masing-masing dan

bagaimana masing-masing tenaga kerja memperspektifkan keadaannya. Corak

hubungan antar tenaga kerja tidak menetap melainkan dapat berubah-ubah sesuai
45

dengan tuntutan keadaan sesaat. Perubahan corak hubungan antar tenaga kerja

dapat terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja (Munandar, 2012).

Interpersonal adalah kemampuan-kemampuan dalam berhubungan dengan orang

lain. Kemampuan tersebut meliputi (Notoatmodjo, 2014):

1. Empathy, yaitu kemampuan memahami, mengerti dan menghargai perasaan

orang lain.

2. Social responsibility, yaitu kontribusi atau peran sebagai anggota kelompok

atau masyarakat terhadap kelompok atau masyarakatnya.

3. Interpersonal relationship, yaitu kemampuan membangun dan

mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan dengan orang lain atau

kelompok lain.

Stres yang dialami individu salah satunya dapat disebabkan oleh hubungan

interpersonal yang kurang harmonis dengan individu lain. Perbedaan persepsi,

nilai-nilai, individualitas dan latar belakang budaya dapat dapat memicu

timbulnya konflik interpersonal. Konflik dalam keperawatan dapat terjadi antara

perawat dengan pasien maupun perawat dengan tenaga kesehatan lain. Hal ini

terjadi karena individu secara konstan berinteraksi dengan individu lain, sehingga

akan muncul perbedaan-perbedaan yang tanpa disadari dapat memicu adanya

masalah. Konflik interpersonal perlu diselesaikan untuk mencegah munculnya

perasaan kurang nyaman yang dapat mempengaruhi komunikasi selanjutnya

(Muatsiroh & Siswati, 2017). Greenberg (2013) menyatakan, jika konflik dapat

diselesaikan dengan efektif, maka akan meningkatkan hubungan interpersonal.

Hasil peningkatan hubungan interpersonal ini akan mengurangi jumlah stressor


46

yang dialami oleh tenaga kerja. Berdasarkan penelitian Muatsiroh & Siswati

(2017), terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan interpersonal

dengan stres kerja. Kecerdasan interpersonal yang dimiliki masing-masing

individu mampu mencegah munculnya konflik interpersonal antar individu.

2.1.6.4.2 Faktor Hubungan Antar-pribadi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antar-pribadi. Namun,

terdapat tiga hal yang menjadi faktor penting dalam hubungan antarpribadi.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi menurut Tagala

(2018), yaitu pengaruh persepsi antar pribadi, konsep diri, serta atribusi dan

atraksi.

2.1.6.5 Konflik Peran Ganda

Menurut Frone, dalam Triyati, (2002), konflik peran ganda (work family

conflict) adalah bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari keluarga dan

pekerjaan secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Hal ini

terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan

usaha tersebut dan dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi

tuntutan keluarganya atau pekerjaannya.

Berdasarkan penelitian Kalendesang et al. (2017), terdapat 35 (100%)

responden yang tidak mengalami konflik peran ganda mengalami stress,

sedangkan 4 (44%) dari responden yang mengalami konflik peran ganda

mengalami distress. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor konflik peran

ganda perawat dapat menyebabkan stres kerja. Jadi semakin rendah konflik peran

ganda maka semakin rendah pula stres kerja pada perawat. Penelitian ini selaras
47

dengan penelitian Wulandari et al. (2017), yang menunjukkan adanya hubungan

yang kuat antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada perawat wanita yang

sudah menikah di RSUD Banyumas. Hal ini berarti apabila konflik peran ganda

semakin tinggi maka stres kerja pada perawat juga akan semakin tinggi, begitu

pula sebaliknya jika konflik peran ganda semakin rendah maka stres kerja yang

dialami oleh perawat juga akan semakin rendah.


48

2.2 Kerangka Teori

Faktor Individual

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status perkawinan
4. Tingkat
pendidikan
5. Masa kerja
6. Status
kepegawaian

Stres Kerja
Faktor Pekerjaan Perawat
1. Beban Kerja
2. Shift kerja
3. Konflik interpersonal

Faktor di Luar Pekerjaan

1. Konflik peran ganda

Gambar 2 1Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Munandar (2012); Gibson, dkk (2012);


Greenberg (2013); Marliani (2015); Niven (2000); Tagala (2018);
Stranks (2005); Nursalam (2015) dan ILO (2016).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS

Usia

Jenis kelamin

Status perkawinan

Tingkat pendidikan VARIABEL


TERIKAT
Status kepegawaian
STRES KERJA
Masa kerja PERAWAT RSJD

Beban Kerja

Shift kerja

Konflik interpersonal

Konflik peran ganda

Gambar 3 1 Kerangka Konsep

49
50

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain

dari variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmodjo, 2018). Menurut Sugiyono (2015), variabel penelitian

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut yaitu:

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2015). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan,tingkat

pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, beban kerja, shift kerja, konflik

interpersonal dan konflik peran ganda.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah stres kerja perawat di unit kerja rawat inap kesehatan jiwa.
51

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, maka dapat merumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara usia dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

3. Ada hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat d di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5. Ada hubungan antara status kepegawaian dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

6. Ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan

jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

7. Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan

jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

8. Ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan

jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

9. Ada hubungan antara konflik interpersonal dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

10. Ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.


52

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan

metode rancangan cross sectional. Cross sectional merupakan studi untuk

meneliti hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada suatu saat

(point time approach), bukan berarti semua subjek penelitian diteliti pada saat

yang sama, tetapi baik variabel bebas maupun variabel terikat diukur satu kali

pada waktu yang sama, yaitu ketika dilakukan observasi (Notoatmodjo, 2018).

Penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan stres kerja perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala


Data
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Stres kerja Stres pada akibat Kuesioner 1. Tidak stres Ordinal
pekerjaan mengadapt (jika total
responden asi dari The skor ≤15)
perawat RSJD. Workplace 2. Stres (jika
Stres kerja yang Stress total skor
dapat Scale >15)
memberikan
tekanan yang (The Work
berlebihan atau Place Stress
tuntutan di Scale, 2001)
tempat kerja dan
respons
psikologis
individu
terhadap
tuntutan di
53

tempat dan
lingkungan
kerjanya
(Tarwaka, 2013)
2. Usia Umur responden Kuesioner 1. <35 tahun Nominal
terhitung saat 2. ≥35 tahun
dilahirkan
sampai berulang
tahun terakhir.
(Wawan & M.,
2010)
3. Jenis Karakteristik Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin biologis 2. Perempuan
responden yang
membedakan (WHO, 2020)
seseorang laki-
laki dan
perempuan.
(WHO, 2020)
4. Status Keterangan yang Kuesioner 1. Tidak Nominal
perkawinan menunjukkan kawin
riwayat (belum
pernikahan kawin,
responden sesuai cerai hidup
yang tercantum ataupun
di dalam kartu cerai mati)
identitas 2. Kawin
pekerja/KTP
(Asri
Karima,2014)
5. Tingkat Jenjang Kuesioner 1. DIII Ordinal
pendidikan pendidikan 2. ≥S1
responden,
Pendidikan (Undang-
tinggi undang RI
keperawatan, Nomor 38
baik di dalam Tahun 2014)
maupun di luar
negeri yang
diakui
pemerintah
sesuai dengan
ketentuan
Peraturan
Perundang-
undangan.
54

(Pusdatin
Kemenkes RI,
2017)

6. Masa kerja Jumlah tahun Kuesioner 1. Baru (<10 Nominal


kerja responden tahun)
terhitung sejak 2. Lama (≥10
adanya tahun)
perjanjian kerja,
baik untuk (Munanadar,
waktu tertentu 2008)
maupun untuk
waktu tidak
tertentu
(masa percobaan
kerja dalam
perjanjian kerja
untuk waktu
tidak tertentu
tidak terhitung
masa kerja).
(Undang-undang
RI Nomor 13
Tahun 2003)
55

7. Status Dikatakan PNS Kuesioner 1. PNS Nominal


kepegawaian apabila 2. Non PNS
responden
adalah pegawai (Undang-
ASN yang undang RI
diangkat sebagai Nomor 5
pegawai tetap Tahun 2014)
oleh
Pejabat Pembina
Kepegawaian
dan memiliki
nomor induk
pegawai secara
nasional.
Apabila tidak
memenuhi syarat
tersebut,
responden
dianggap
berstatus non
PNS.
(Undang-undang
RI Nomor 5
Tahun 2014)
8. Beban kerja Beban kerja Kuesioner 1. Beban Ordinal
yang diterima mengadapt kerja
responden harus asi dari ringan (jika
seimbang NIOSH jumlah
terhadap Generic skor
kemampuan Job Stress ≤mean)
fisiknya, Questionna 2. Beban
kemampuan ire kerja berat
kognitif maupun (jika
keterbatasan jumlah skor
dalam menerima >mean)
beban tersebut, (Budiyanto et
dapat berupa al., 2019)
beban kerja fisik
dan beban kerja
mental.
(Tarwaka,
2004:95)
9. Shift kerja Pola pengaturan Kuesioner 1. Tidak shift Nominal
jam kerja 2. Shift
sebagai
pergantian kerja (Rhamdani &
56

yang dijalani Wartono,


responden. 2019)
(Stranks, 2005)
10. Konflik Terjadi Kuesioner 1. Rendah Ordinal
interpersonal perbedaan nilai, mengadapt (jika
tujuan dan asi dari jumlah
kepercayaan NIOSH skor
antara dua orang Generic ≤mean)
atau lebih. Job Stress 2. Tinggi (jika
(Nursalam, Questionna jumlah
2015) Perbedaan ire skor
pendapat dan >mean)
perselisihan (Muatsiroh &
dengan sesama Siswati,
perawat di satu 2017)
ruang maupun
dengan perawat
di ruang lain,
adanya kesulitan
mengungkapkan
pendapat,perasaa
n tentang
pekerjaan
kepada atasan.
11. Konflik Terjadi bentuk Kuesioner 1. Rendah Ordinal
Peran Ganda konflik sebagai mengadapt (jika
akibat urusan asi dari jumlah
keluarga NIOSH skor
mencampuri Generic ≤mean)
pekerjaan dan Job Stress 2. Tinggi (jika
dapat Questionna jumlah
mengganggu ire skor
kinerja fungsi >mean)
pekerjaan
sebagai perawat
(Indriyani,2009)
57

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

3.6.2 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang

bekerja di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah yaitu sebanyak 135 perawat unit perawatan jiwa, dengan studi

pendahuluan dilakukan pada 30 perawat di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

3.6.2 Sampel

Menurut Notoatmodjo (2014), sampel penelitian adalah objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini populasi adalah

seluruh perawat unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah yang sebanyak 105 perawat unit perawatan jiwa karena

telah dilakukan studi pendahuluan pada 30 perawat. Menurut Roscoe, menyatakan

bahwa ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah

memadai bagi keseluruhan penelitian. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan

perhitungan dari rumus Slovin dengan tingkat kesalahan ditoleransi sebesar 10%

dengan formula sebagai berikut:

N = Ukuran Populasi

n = jumlah sampel
58

d2 = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan sebesar 10%

n = 51,2 = 52

Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban responden maka

jumlah sampel akan dilebihkan sebesar 10% sehingga jumlah sampel keseluruhan

menjadi 58 responden.

Berdasarkan hasil penghitungan sampel dengan menggunakan rumus slovin

dengan error tolerance sebesar 10%. Tujuannya agar dapat mewakili semua unit

perawatan jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Maka

sampel yang diambil sebanyak 58 orang. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini dengan menggunakan teknik sampling Proposional Random

Sampling. Menurut Sugiyono, Proporsional Random Sampling yaitu cara

pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan cara acak tanpa

memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Cara yang ditempuh dengan

mengundi sampel penelitian. Langkah-langkah yang diambil sebagai berikut:

1) Masing-masing unit perawatan akan dipilih sejumlah perawat sesuai

dengan jumlah yang ditentukan sebelumnya.

2) Membuat potongan kertas kecil sejumlah perawat tersebut dan ditulis

nama-nama perawat yang ada tersebut.


59

3) Nama-nama perawat yang ditulis pada potongan kertas, kemudian

digulung dan dimasukan dalam tabung dan dikocok, lalu dikeluarkan satu

persatu.

4) Gulungan kertas yang keluar, dicatat sebagai sampel kemudian

dikembalikan dalam tabung, lalu dikocok untuk mendapatkan sampel

berikutnya.

5) Jika yang keluar nama yang sudah menjadi sampel, maka dikembali lagi

dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain sebanyak jumlah perawat

yang dibutuhkan. Begitu dilakukan seterusnya pada unit perwatan lain

hingga terpenuhi sejumlah perawat yang akan dijadikan sampel penelitian.

Menurut Sugiyono (2014), untuk menentukan besarnya sampel pada setiap

unit dilakukan dengan alokasi proporsional dengan cara:

Tabel 3. 2 Perhitungan Jumlah Sampel

No. Unit Perawatan Jumlah Perawat Jumlah Sampel


(orang)
1. Arimbi 10 6
2. Brotojoyo 11 7
3. Citro Anggodo 13 8
4. Dewi Arimbi 11 7
5. Endro Tenoyo 11 7
6. Gatot Kaca 10 6
7. Hudowo 11 7
8. Irawan 10 6
9. Janoko 5 3
10. Kresna 16 9
11. Madrim 18 8
13. RIPD 14 8
Responden penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu:
60

1) perawat unit rawat inap perawatan jiwa,

2) bersedia menjadi responden,

kriteria eksklusi yaitu:

1) tidak masuk kerja ketika penelitian dilakukan,

2) tidak bersedia menjadi responden.

3.7 Sumber Data

3.7.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015). Diperoleh dari hasil pengamatan

selama penelitian di unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah. Data primer tersebut meliputi data hasil pengukuran stres kerja,

data karakteristik demografi responden berupa usia, jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian dan shift kerja,

serta data hasil pengukuran variabel beban kerja, konflik peran ganda dan konflik

interpersonal.

3.7.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan

informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data ini dapat berupa

hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain

atau dari orang lain (Sugiyono, 2015).


61

Data sekunder diperoleh peneliti dari bagian kepegwaian RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

tahun 2015-2018, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 dan 2018,

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan tahun

2018 dan 2019, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016-2018 dan literatur-literatur

yang menunjang penelitian ini.

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

3.8.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2010:87).

3.8.1.1 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2015), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Pengisian kuesioner untuk mengetahui identitas

responden dan faktor yang berhubungan dengan stres kerja responden dengan

pendampingan peneliti agar persepsi responden dalam mengisi kuesioner sama

serta membantu responden jika mengalami kesulitan memahami kuesioner.

3.8.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :
62

3.8.2.1 Observasi

Menurut Sugiyono (2012) observasi tidak mempunyai batasan pada orang,

namun juga objek yang lainnya. Observasi sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang lebih spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain.

Observasi dilakukan pengamatan secara langsung pada perawat keperawatan jiwa

di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

3.8.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan

alat kuesioner. Menuru Notoatmodjo (2010) wawancara merupakan metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan

secara lisan dari seorang sasaran penelitian atau bercakap-cakap dengan

berhadapan muka dengan orang tersebut.

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian merupakan tahap mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan selama proses penelitian. Tahap pra penelitian meliputi:

1. Menetapkan lokasi atau tempat penelitian, yaitu di unit perawatan jiwa RSJD

Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

2. Mengurus terkait perizinan dengan pihak RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah dan koordinasi prosedur penelitian.

3. Melakukan studi pendahuluan di lokasi penelitian.

4. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.


63

5. Menyusun proposal penelitian.

6. Penyusunan instrumen penelitian, yaitu kuesioner.

3.9.2 Tahap Pelaksanaan

1. Meminta kesedian responden untuk mengisi instrumen penelitian.

2. Pengisian kuesioner oleh responden mengenai faktor yang berhubungan

dengan stres kerja perawat di unit rawat inap perawatan jiwa RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

3.9.3 Tahap Akhir

1. Pencatatan data hasil penelitian

2. Pengolahan data hasil penelitian

3. Analisis data hasil penelitian dan menyusun laporan hasil analisis data

penelitian.

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Teknik Pengolahan Data

Terdapat empat tahapan dalam pengolahan data menurut Notoatmodjo

(2018), yaitu:

3.10.1.1 Memeriksa Data (Editing)

Hasil wawancara yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner

perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Proses pemeriksaan data ini meliputi

perhitungan dan penjumlahan serta koreksi kesinambungan dan keseragaman

data.
64

3.10.1.2 Memberi Kode (Coding)

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data hasil

penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar pada saat pengolahan

dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara untuk menyederhanakan data

hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan simbol atau kode tertentu

untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan. Setelah dilakukan

pemberian kode pada jawaban responden, kemudian data tersebut dapat

dipindahkan ke media yang mudah ditangani untuk pengolahan data selanjutnya.

3.10.1.3 Memasukkan Data (Entry)

Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer

untuk diolah. Dalam proses memasukkan data ini diperlukan ketelitian dari orang

yang melakukan data entry, jika tidak maka akan terjadi bias.

3.10.1.4 Tabulasi Data (Tabulating)

Proses tabulasi data (tabulating) adalah menyusun data sedemikian rupa,

sehingga dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan. Data tersebut

disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Dalam pelaksanaan tabulasi

data ini dapat dilakukan dengan manual dan elektronik (komputer).

3.10.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis

bivariat.
65

3.10.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2018).

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Analisis ini

digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel

terikat secara sendiri-sendiri. Analisis ini menggunakan uji Chi-square dengan

menggunakan α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) sebesar 95%. Dasar

pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% adalah:

1. Jika nilai sig p>0,05, maka hipotesis penelitian ditolak.

2. Jika nilai sig<0,05, maka hipotesis penelitian diterima.

Syarat Uji Chi-Square adalah tidak ada sel dengan nilai observed bernilai nol

dan sel yang lainnya expeted (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.

Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi, maka dapat menggunakan uji Fisher

sebagai alternatif.
66
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo

Sejarah perkembangan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino

Gondohutomo cukup panjang. Rumah sakit jiwa ini pertama kali berdiri pada

tahun 1814 di Jl. Sompok Semarang, sebagai tempat penampungan bagi pasien

psikotik akut (Doorgangshuizen). Tahun 1912 Doorgangshuizen Sompok

dipindah ke gedung Kleedingmagazjin, sebuah gedung tua yang dibangun kurang

lebih pada tahun1878 di Jl. Cendrawasih, Tawang dengan nama Doorgangshuizen

Tawang. Kemudian pada tanggal 21 Januari 1928 Doorgangshuizen Tawang

berubah status menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang

(Kranzinnigenggestichten).

Menerima perawatan pasien-pasien psikotik mulai tanggal 2 Februari

1928. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Jiwa

Pusat Semarang. Pada tanggal 4 Oktober 1986 seluruh kegiatan Rumah Sakit Jiwa

Pusat Semarang dipindahkan ke gedung baru di Jl. Brigjen Sudiarto No. 347

Semarang. Tanggal 9 Oktober 2001 Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang berubah

nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr. Amino Gondohutomo Semarang. dr.

Amino Gondohutomo adalah nama psikiater pertama di Indonesia kelahiran

Surakarta, Jawa Tengah. Tanggal 1 Januari 2002 Rumah Sakit Jiwa Pusat Dr.

Amino Gondohutomo Semarang berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.

67
68

Amino Gondohutomo Semarang Provinsi Jawa Tengah, sesuai dengan SK

Gubernur No 440/09/2002, Februari 2002.

4.1.2 Letak Geografis

Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang terletak

pada ruas jalan utama merupakan rangkaian jalur tengah yang meghubungkan

kota Semarang dengan kota Purwodadi, atau tepatnya pada Jalan Brigjen Sudiarto

No. 347 Semarang. Pada pusat kota Semarang dan Pusat Pemerintahan Provinsi

Jawa Tengah sangat menguntungkan dan strategis karena peran RSJD dr. Amino

Gondohutomo sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A yang merupakan pusat

rujukan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat Jawa Tengah. Posisi tersebut

memiliki aksesibilitas yang sangat strategis dan mudah dijangkau dari seluruh

wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan berbagai transportasi yang

tersedia. Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah yang mencapai + 33 juta jiwa,

maka keberadaan RSJD dr. Amino Godohutomo beserta 3 rumah sakit jiwa

lainnya yang berada di Jawa Tengah di antaranya Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Soeroyo Magelang, Rumah Sakit Jiwa Klaten dan Rumah Sakit Jiwa Surakarta

mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya pemberian pelayanan

kesehatan jiwa secara terpadu dan menyeluruh.

4.1.3 Falsafah, Visi, Misi, Motto dan Budaya Kerja

Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki

falsafah, visi dan misi, motto sebagai berikut:


69

4.1.3.1 Falsafah

1. Pelayanan terbaik adalah budaya kami.

2. Kepuasan pelanggan adalah tujuan utama.

3. Bekerja adalah ibadah dan menjaga amanah.

4.1.3.2 Visi

Menjadi Rumah Sakit Jiwa pusat pelayanan dan pendidikan kesehatan

jiwa kebanggaan Jawa Tengah.

4.1.3.3 Misi

1. Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa secara menyeluruh unuk

mewujudkan pelayanan prima yang didukung oleh sumber daya manusia

yang professional dan handal.

2. Meningkatkan sarana, prasarana dan teknologi untuk mendukung pelayanan

prima di seluruh jajaran rumah sakit.

3. Mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang medik

psikiatrik, keperawatan, penunjang dan administrasi rumah sakit untuk

perbaikan mutu pelayanan yang berkelanjutan.

4. Mengembangkan kapasitas dan profesionalisme sumber daya manusia untuk

mendukung pelayanan prima.

5. Mengembangkan Learning Organization dan meningkatkan kesejahteraan

pegawai.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan jiwa melalui

penyuluhan dan pendidikan utuk memperbaiki kualitas hidup.


70

4.1.3.4 Motto

Aman, Professional, Inovatif, dan Kebersamaan.

4.1.3.5 Budaya Kerja

1. Professional.

2. Akurat, sesuai standar pelayanan.

3. Tepat dan cepat dalam memberikan pelayanan.

4. Ramah terhadap pelanggan.

5. Indah dan rapi baik pribadi maupun lingkungan kerja.

6. Obyektif dalam memberikan pelayanan.

7. Tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.

8. Ikhlas.

9. Komunikatif.

4.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok

Tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Tengah

Nomor 8 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 96 Tahun

2008 sebagai berikut :

4.1.4.3 Tugas Pokok

RSJD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

khususnya usaha Pelayanan Kesehatan Jiwa dengan upaya penyembuhan,

pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian

masyarakat.
71

4.1.4.4 Fungsi

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa;

2. Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

Pelayanan Kesehatan Jiwa;

3. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan di

bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa;

4. Pelayanan medis Kesehatan Jiwa;

5. Pelayanan penunjang medis dan non medis;

6. Pelayanan keperawatan;

7. Pelayanan rujukan;

8. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan khususnya Kesehatan Jiwa;

9. Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat;

10. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, hukum, hubungan masyarakat,

organisasi dan tatalaksana, serta rumah tangga,

11. Perlengkapan dan umum.

4.1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Semarang

disusun berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008,

tentang Pembentukan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah

adalah sebagai berikut:

1. Direktur, membawahkan:

2. Wakil Direktur Pelayanan Medis, membawahkan:


72

1. Bidang Pelayanan Medis, membawahkan:

1.Seksi Pelayanan Rawat Inap Dan Rujukan;

2.Seksi Pelayanan Rawat Jalan, Rehabilitasi Dan Kesehatan Jiwa

Masyarakat.

2. Bidang Keperawatan, membawahkan:

1.Seksi Keperawatan Rawat Inap Dan Rujukan;

2.Seksi Keperawatan Rawat Jalan, Rehabilitasi Dan Kesehatan Jiwa

Masyarakat.

3. Bidang Penunjang Medis, membawahkan:

1.Seksi Penunjang Diagnostik;

2.Seksi Penunjang Non Diagnostik.

3. Wakil Direktur Administrasi, membawahkan:

1. Bagian Perencanaan, Pendidikan, Penelitian Dan Pengembangan

membawahkan :

1. Subbagian Perencanaan, Monitoring Dan Evaluasi;

2. Subbagian Pendidikan, Penelitian Dan Pengembangan.

2. Bagian Keuangan, membawahkan:

1. Subbagian Akuntansi;

2. Subbagian Perbendaharaan Dan Verifikasi.

3. Bagian Umum, membawahkan:

1. Subbagian Kepegawaian, Tata Usaha Dan Hukum;

2. Subbagian Rumah Tangga Dan Umum.

4. Kelompok Jabatan Fungsional.


73

Adapun bagan struktur organisasi RSJD dr. Amino Gondohutomo sebagai berikut:

Gambar 4 1 Bagan struktur Organisasi RSJD dr. Amino Gondohutomo


Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Perda No 8 Tahun 2008 dan Pergub No 96 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah dan penjabaran tugas pokok, fungsi dan

susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jawa Tengah. RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah di

pimpin oleh seorang Direktur yang memimpin dan melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya dan dalam menjalankan tugasnya sebagaimanana mestinya. Direktur,

Wakil Direktur, kepala bagian, kepala bidang, kepala subbagian dan kepala seksi

dalam menjalankan tugasnya berdasar undang-undang yang berlaku dan kebijakan

Gubernur yang telah di tetapkan, memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan sesuai dengan bidangnya.


74

4.1.6 Sumber Daya Manusia

Berikut adalah sumber daya manusia di RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah per 1 Mei 2021.

Tabel 4 1 Rekapitulasi Data Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama JFT Jumlah


1 Laki – laki 227
2 Perempuan 380
Umlah 607
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 2 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Jabatan

No Nama JFT Jumlah


1 Struktural 20
Jabatan Fungsional Umum
2
(JFU) 61
Jabatan Fungsional Khusus
3
(JFT) 350
Jumlah 431
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 3 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasarkan Jabatan

No Nama JFT Jumlah


Jabatan Fungsional Umum
1
(JFU) 92
Jabatan Fungsional Khusus
2 84
(JFT)
Jumlah 176
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 4 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan JFT

NO NAMA JFT JUMLAH


1 DOKTER Sp JIWA 10
2 DOKTER Sp SARAF 1
3 DOKTER GIGI 3
4 DOKTER ANESTESI 2
5 DOKTER UMUM 15
6 DOKTER Sp. PATOLOGI KLINIS 1
7 DOKTER Sp. PENYAKIT DALAM 1
75

8 DOKTER Sp. ANAK 1


DOKTER Sp. KEBIDANAN DAN
1
9 KANDUNGAN
10 DOKTER Sp. RADIOLOGI 1
11 PSIKOLOG 5
12 APOTEKER 6
13 ASISTEN APOTEKER 20
14 PERAWAT 203
15 TERAPIS GIGI DAN MULUT 3
16 BIDAN 13
17 FISIOTERAPI 4
18 PEREKAM MEDIS 17
19 PRANATA LABORATORIUM 10
20 RADIOGRAFER 7
21 SANITARIAN 4
22 TEKNISI ELEKTROMEDIK 10
23 NUTRISIONIS 8
24 TERAPI WICARA 2
25 OKUPASI TERAPI 2
JUMLAH 350
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 5 Rekapitulasi Data NON PNS (BLUD & HARLEP)


Berdasarkan JFU
NO NAMA JFU JUMLAH
1 BAGIAN UMUM
SUBBAG KEPEGAWAIAN, TU & HUKUM
PENGELOLA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1
KEPEGAWAIAN
PENGADMINISTRASI UMUM 1
SEKRETARIS DIREKTUR 2
PENGELOLA KEPEGWAIAN 1
SUBBAG RT DAN UMUM
TEKNISI GEDUNG / BANGUNAN 2
TEKNISI MESIN 1
KOORDINATOR PERGUDANGAN 2
PENGELOLA SARANA DAN PRASARANA KANTOR 1
PENGELOLA LAYANAN KEHUMASAN 2
PENGELOLA PENGADUAN PUBLIK 2
PENGOLAH DATA PENYULUHAN DAN LAYANAN
1
INFORMASI
TEKNISI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA 1
PENGEMUDI 8
76

JUMLAH 25
2 BAGIAN KEUANGAN
SUBBAGPERBENDAHARAAN & VERIFIKASI
PENGELOLA KEUANGAN 6
PENGADMINISTRASI PENERIMAAN 3
PENGADMINISTRASIAN PAJAK 0
PENGADMINISTRASI KEUANGAN 1
SUBBAG AKUNTANSI
PENGELOLA AKUNTANSI 2
JUMLAH 12
3 BAGIAN RENDIKLITBANG
KASUBBAG RENMONEV
PENGOLAH DATA PERENCANAAN PENGANGGARAN 0
ANALIS PERENCANAAN EVALUASI DAN PELAPORAN 1
KASUBBAG DIKLITBANG
PENGADMINISTRASI AKADEMIK 1
ANALIS KERJASAMA DIKLAT 1
PENGELOLA SISTEM INFORMASI 4
JUMLAH 7
4 KABID PENUNJANG MEDIS
KASIE PENUNJANG NON DIAGNOSTIK
PRAMU SAJI 19
PENGELOLA INSTALASI 3
BINATU RUMAH SAKIT 5
PENGADMINISTRASI UMUM 1
KASIE PENUNJANG DIAGNOSTIK
PENGADMINISTRASI UMUM 3
JUMLAH 31
5 KABID PELAYANAN MEDIS
KASIE PELYN RAWAT JLN, REHAB. DAN
KESWAMAS
PENGELOLA PELAYANAN KESEHATAN 3
PENGADMINISTRASI REKAM MEDIS DAN INFORMASI 8
PRAMU BAKTI REKAM MEDIS 0
KASI PELAYANAN RAWAT INAP & RUJUKAN
PENGELOLA PELAYANAN KESEHATAN 0
JUMLAH 11
6 KABID KEPERAWATAN
KASIE KEP. RAWAT JALAN, REHAB. & KESWAMAS
PENGADMINISTRASI UMUM 6
JUMLAH 6
JUMLAH TOTAL 92
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
77

Tabel 4 6 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasarkan JFT

NO NAMA JUMLAH
1 DOKTER 0
2 GIZI 1
3 APOTEKER 2
4 ASISTEN APOTEKER 4
5 PRANATA LAB. KESEHATAN 5
6 PEREKAM MEDIK 8
7 TERAPI WICARA 0
8 OKUPASI TERAPI 0
9 PERAWAT 51
10 BIDAN 13
JUMLAH 84
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 7 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Golongan

PANGKAT DAN
NO JUMLAH
GOLONGAN
1 Golongan IV/e 1
2 Golongan IV/d 3
3 Golongan IV/c 11
4 Golongan IV/b 31
5 Golongan IV/a 37
JUMLAH 83
6 Golongan III/d 77
7 Golongan III/c 37
8 Golongan III/b 67
9 Golongan III/a 84
JUMLAH 265
10 Golongan II/d 10
11 Golongan II/c 70
12 Golongan II/b 0
13 Golongan II/a 0
JUMLAH 80
14 Golongan I/d 1
15 Golongan I/c 1
16 Golongan I/b 0
17 Golongan I/a 0
JUMLAH 2
78

JUMLAH TOTAL 430


Sumber : (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 8 Rekapitulasi Data PNS Berdasarkan Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 S II 49
2 S I 163
3 D IV 12
4 D III 171
5 DI 1
6 SMA 30
7 SMP 3
8 SD 1
JUMLAH 430
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 9 Rekapitulasi Data Non PNS Berdasar Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 S II 1
2 S I 47
3 D IV 0
4 D III 78
5 DI 0
6 SMA 47
7 SMP 2
8 SD 2
JUMLAH 177
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)

Tabel 4 10 Rekapitulasi Data Berdasarkan Status Kepegawaian

JUMLAH BLUD 125


JUMLAH UPAH HARIAN 43
JUMLAH HARLEP APBD 9
JUMLAH MITRA 23
JUMLAH PNS 430
TOTAL 630
Sumber: (RSJD dr. Amino Gondohutomo, 2021)
79

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 58 orang. Responden

merupakan seluruh perawat yang bertugas di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa

kerja, status kepegawaian, beban kerja, shift kerja, konflik interpersonal dan

konflik peran ganda adalah sebagai berikut:

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel penelitian. Analisis ini

akan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang

diteliti.

4.2.2.1 Usia
Distribusi frekuensi perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4 11Distribusi Frekuensi Usia

Usia Total
N %
<35 tahun 20 34,5
≥35 tahun 38 65,5
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa sebanyak 20 (34,5%)

perawat unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
80

Tengah yang berusia <35 tahun dan sebanyak 38 responden (64,5%) yang berusia

≥35 tahun.

4.2.2.2 Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin perawat unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4 12Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Total


N %
Laki-laki 12 20,7
Perempuan 46 79,3
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa sebanyak 12 responden

(20,7%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah adalah laki-laki dan sebanyak 46 responden (79,3%) adalah

perempuan.

4.2.2.3 Status Perkawinan

Distribusi frekuensi status perkawinan perawat di unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dari tabel berikut:

Tabel 4 13Distribusi Frekuensi Status Perkawinan

Status Perkawinan Total


N %
Tidak menikah 11 19
Menikah 47 81
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa sebanyak 11 (19%)

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
81

Tengah berstatus tidak menikah (belum menikah) dan sebanyak 47 responden

(81%) berstatus menikah.

4.2.2.4 Tingkat Pendidikan

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan perawat di unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4 14Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Total


N %
DIII 22 55,2
≥S1 26 44,8
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.14, dapat diketahui bahwa perawat di unit perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat

pendidikan DIII sebanyak 22 orang (55,2%) dan responden dengan tingkat

pendidikan ≥S1 sebanyak 26 orang (44,8%).

4.2.2.5 Status Kepegawaian

Distribusi frekuensi status kepegawaian perawat di unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 4 15 Distribusi Frekuensi Status Kepegawaian

Status Kepegawaian Total


N %
PNS 40 69
Non PNS 18 31
Total 58 100
82

Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden

(69%) perawat unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah berstatus kepegawaian PNS dan responden yang berstatus

kepegawaian non PNS (BLUD) sebanyak 18 responden (31%).

4.2.2.6 Masa Kerja

Distribusi frekuensi masa kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4 16 Distribusi Frekuensi Masa Kerja

Masa Kerja Total


N %
Baru 24 41,4
Lama 34 58,6
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui bahwa responden dengan masa

kerja baru (<10 tahun) sebanyak 24 responden (41,4%) dan responden yang

memiliki masa kerja lama (≥10 tahun) sebanyak 34 responden (58,6%).

4.2.2.7 Beban Kerja

Distribusi frekuensi beban kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 17 Distribusi Frekuensi Beban Kerja

Beban Kerja Total


N %
Ringan 26 44,8
Berat 32 55,2
Total 58 100
83

Berdasarkan tabel 4.17, dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (44,8%)

perawat yang bekerja memiliki beban kerja ringan dan responden dengan beban

kerja berat sebanyak 32 orang (55,2%).

4.2.2.8 Shift Kerja

Distribusi frekuensi shift kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 18 Distribusi Frekuensi Shift Kerja

Shift Kerja Total


N %
Tidak Shift 9 15,5
Shift 49 84,5
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.18, dapat diketahui bahwa terdapat 9 responden

(15,5%) yang bekerja tidak shift di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dan terdapat 49 responden (84,5%) perawat

yang bekerja shift.

4.2.2.9 Konflik Interpersonal

Distribusi frekuensi konflik interpersonal perawat unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel

berikut:

Tabel 4 19 Distribusi Frekuensi Konflik Interpersonal

Konflik Interpersonal Total


N %
Rendah 31 53,4
Tinggi 27 46,6
Total 58 100
84

Berdasarkan tabel 4.19, dapat diketahui bahwa sebanyak 31 responden

(53,4%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah mengalami konflik interpersonal rendah dan sebanyak 27 responden

(46,6%) yang mengalami konflik interpersonal tinggi.

4.2.2.10 Konflik Peran Ganda

Distribusi frekuensi konflik peran ganda perawat unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel

berikut:

Tabel 4 20 Distribusi Frekuensi Konflik Peran Ganda

Konflik Peran Ganda Total


N %
Rendah 32 55,2
Tinggi 26 44,8
Total 58 100

Berdasarkan tabel 4.20, dapat diketahui bahwa sebanyak 32 responden

(55,2%) perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah mengalami konflik peran ganda rendah dan sebanyak 26 reponden

(44,8%) yang mengalami konflik peran ganda tinggi.

4.2.3 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD

dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, hasil analisis bivariat diperoleh

dengan menghubungkan masing-masing faktor dengan stres kerja pada responden.

Berikut hasil analisis bivariat:


85

4.2.3.1 Hubungan Usia dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan data hasil penelitian, hubungan usia dengan stres kerja pada

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 21 Tabulasi Silang Usia dengan Stres Kerja Perawat di Unit


Perawatan Jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Usia Stres Kerja


Tidak Stres Stres Total p value
F % F % Σ %
<35 tahun 6 30 14 70 20 100
0,043
≥35 tahun 22 57,9 16 42,1 38 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil peneitian pada tabel 4.21, menunjukkan bahwa dari 20 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

berusia <35 tahun terdapat 6 responden (30%) yang tidak mengalami stres kerja

dan 14 responden (70%) yang mengalami stres kerja. Pada 38 perawat yang

berusia ≥35 tahun, terdapat 22 diantaranya (57,9%) tidak mengalami stres kerja

dan terdapat 16 responden lainnya (42,1%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square, didapatkan p-value

0,043 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara usia dengan stres kerja pada perawat di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.


86

4.2.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan jenis kelamin dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 22 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat di


Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Jenis Kelamin Stres Kerja


Tidak Stres Stres Total p value
F % F % Σ %
Laki-laki 10 83,3 2 16,7 12 100
0,006
Perempuan 18 39,1 28 60,9 46 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.22 menunjukkan dari 12 perawat unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

berjenis kelamin laki-laki, terdapat 10 responden (83,3%) yang tidak mengalami

stres kerja dan 2 responden (16,7%) mengalami stres kerja. Pada 46 perawat

perempuan, 18 reponden (39,1%) tidak mengalami stres kerja dan 28 responden

(60,9%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-Square,

didapatkan p-value 0,006 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.
87

4.2.3.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan status perkawinan dengan stres

kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 23 Tabulasi Silang Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat di


Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Status Stres Kerja


Perkawinan Tidak Stres Stres Total p value
F % F % Σ %
Tidak Menikah 7 63,6 4 36,4 11 100
0,257
Menikah 21 44,7 26 55,3 47 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa dari 11 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

berstatus tidak menikah, 7 responden (63,6%) tidak mengalami stres kerja dan 4

responden lainnya (36,4%) mengalami stres kerja. Pada 47 responden yang

berstatus menikah, terdapat 21 responden (44,7%) yang tidak mengalami stres

kerja dan 26 responden (55,3%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-Square,

didapatkan p-value 0,257 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.
88

4.2.3.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan tingkat pendidikan dengan stres

kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 24 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Stres Kerja Perawat


di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Tingkat Stres Kerja


Pendidikan Tidak Stres Stres Total p value
F % F % Σ %
DIII 12 37,5 20 62,5 32 100
0,068
≥S1 16 61,5 10 38,5 26 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.24 menunjukkan bahwa dari 32 responden

dengan tingkat pendidikan DIII, terdapat 12 responden (37,5%) yang tidak

mengalami stres kerja dan 20 responden (63,2%) mengalami stres kerja. Pada 26

responden dengan tingkat pendidikan ≥S1, diantaranya 16 (61,5%) tidak

mengalami stres kerja dan 10 lainnya (38,5%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi-Square, didapatkan

p-value 0,068 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

4.2.3.5 Hubungan Status Kepegawaian dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan status kepegawaian dengan stres

kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tabel berikut:


89

Tabel 4 25 Tabulasi Silang Status Kepegawaian dengan Stres Kerja Perawat


di Unit Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Status Stres Kerja


Kepegawaian Tidak Stres Stres Total p value
f % F % Σ %
PNS 21 19,3 19 47,5 40 100
0,337
Non PNS 7 38,9 11 61,1 18 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.25 menunjukkan bahwa dari 40 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

berstatus PNS, terdapat 21 responden (19,3%) yang tidak mengalami stres kerja

dan 19 responden (47,5%) mengalami stres kerja. Pada 18 responden yang

berstatus non PNS, 7 diantaranya (38,9%) tidak mengalami stres kerja dan 11

lainnya (61,1%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-Square

didapatka p-value sebesar 0,337 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kepegawaian

dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah.

4.2.3.6 Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan masa kerja dengan stres kerja pada

perawat di unit unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 26 Tabulasi Silang Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Masa Kerja Stres Kerja


Tidak Stres Stres Total p value
90

f % F % Σ %
Baru 10 41,7 14 58,3 24 100
0,397
Lama 18 52,9 16 47,1 34 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.26 menunjukkan bahwa dari 24 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

dengan masa kerja baru (<10 tahun), terdapat 10 responden (41,7%) yang tidak

mengalami stres kerja dan 14 responden (58,3%) mengalami stres kerja. Pada 34

responden dengan masa kerja lama (≥10 tahun), terdapat 18 responden (52,9%)

yang tidak mengalami stres kerja dan 16 responden (47,1%) mengalami stres

kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-Square

didapatkan p-value 0,397 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan stres kerja

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

4.2.3.7 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan beban kerja dengan stres kerja

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 27 Tabulasi Silang Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo

Beban Kerja Stres Kerja


Tidak Stres Stres Total p value
F % F % Σ %
91

Ringan 19 73,1 7 26,9 26 100


0,001
Tinggi 9 28,1 23 71,9 32 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa dari 26 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

dengan beban kerja ringan, terdapat 19 responden (73,1%) yang tidak mengalami

stres kerja dan 7 responden (26,9%) mengalami stres kerja. Pada 32 responden

dengan beban kerja tinggi, terdapat 9 responden (28,1%) yang tidak mengalami

stres kerja dan 23 responden (71,9%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-

Square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,001. Sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja

dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah.

4.2.3.8 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan shift kerja dengan stres kerja

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 28 Tabulasi Silang Shift Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Unit
Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino GOndohutomo

Shift Kerja Stres Kerja


Tidak Stres Stres Total p value
f % F % Σ %
Tidak Shift 5 55,6 4 44,4 9 100
0,726
Shift 23 46,9 26 53,1 49 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100
92

Hasil penelitian pada tabel 4.28 menunjukkan bahwa dari 9 perawat di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

bekerja tidak shift, terdapat 5 responden (55,6%) yang tidak mengalami stres kerja

dan 4 responden (44,4%) mengalami stres kerja. Pada 49 perawat yang bekerja

shift, terdapat 23 responden (46,9%) yang tidak mengalami stres kerja dan 26

responden (53,1%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan dengan uji Fisher, didapatkan nilai

p-value sebesar 0,726 (p>0,05). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan stres kerja

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah.

4.2.3.9 Hubungan Konflik Interpersonal dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan konflik interpersonal dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 29 Tabulasi Silang Konflik Interpersonal dengan Stres Kerja


Perawat di Unit Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo

Konflik Stres Kerja


Interpersonal Tidak Stres Stres Total p value
f % F % Σ %
Rendah 20 64,5 11 35,5 31 100
0,008
Tinggi 8 29,6 19 70,4 27 100
Jumlah 15 34,9 28 65,1 43 100

Hasil penelitian pada tabel 4.29 menunjukkan bahwa dari 31 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

mengalami konflik interpersonal rendah, terdapat 20 responden (64,5%) yang


93

tidak mengalami stres kerja dan 11 responden (35,5%) yang mengalami stres

kerja. Pada 27 perawat yang mengalami konflik interpersonal tinggi, 8

diantaranya (29,6%) tidak mengalami stres kerja dan 19 lainnya (70,4%)

mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai

p-value sebesar 0,008 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konflik interpersonal dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

4.2.3.10 Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian, hubungan konflik peran ganda dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah dapat diketahui dari tabel berikut:

Tabel 4 30 Tabulasi Silang Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja


Perawat di Unit Perawatan Jiwa dr. Amino Gondohutomo

Konflik Peran Stres Kerja


Ganda Tidak Stres Stres Total p value
f % F % Σ %
Rendah 20 62,5 12 37,5 32 100
0,016
Tinggi 8 30,8 18 69,2 26 100
Jumlah 28 48,3 30 51,7 58 100

Hasil penelitian pada tabel 4.30 menunjukkan bahwa dari 32 perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang

mengalami konflik peran ganda rendah, terdapat 12 responden (37,5%) yang tidak

mengalami stres kerja dan 20 responden (62,5%) yang mengalami stres kerja.
94

Pada 26 perawat yang mengalami konflik tinggi, 8 diantaranya (30,8%) tidak

mengalami stres kerja dan 18 lainnya (69,2%) mengalami stres kerja.

Dari hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi-Square, didapatkan nilai

p-value sebesar 0,016 (p<0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan stres

kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4 31Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Bebas dengan


Variabel Terikat (Stres Kerja)

No. Variabel Bebas p value Kesimpulan


1. Usia 0,043 Berhubungan
2. Jenis Kelamin 0,006 Berhubungan
3. Status Perkawinan 0,257 Tidak Berhubungan
4. Tingkat Pendidikan 0,068 Tidak Berhubungan
5. Status Kepegawaian 0,337 Tidak Berhubungan
6. Masa Kerja 0,397 Tidak Berhubungan
7. Beban Kerja 0,001 Berhubungan
8. Shift Kerja 0,726 Tidak Berhubungan
9. Konflik Interpersonal 0,008 Berhubungan
10 Konflik Peran Ganda 0,016 Berhubungan

Berdasarkan tabel 4.31, terdapat 5 variabel (usia, jenis kelamin, beban

kerja, konflik interpersonal, konflik peran ganda) yang memiliki nilai p

value<0,05 yang artinya terdapat hubungan dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Sedangkan 5 variabel lainnya (status perkawinan, tingkat pendidikan, status

kepegawaian, masa kerja, shift kerja) memiliki nilai p value>0,05 yang artinya
95

tidak terdapat hubungan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD

dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

5.1.1 Hubungan Usia dengan Stres Kerja Perawat

Hasil Penelitian dengan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,043) < 0,05 sehingga terdapat hubungan antara usia dengan stres kerja

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah. Adanya hubungan antara usia dengan stres kerja pada perawat di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

menunjukkan bahwa perbedaan kelompok usia <35 tahun maupun kelompok usia

≥35 tahun berpengaruh terhadap stres kerja pada perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ansori & Martiana, (2017)terdapat

hubungan yang kuat antara usia dengan stres kerja perawat. Jenis stres yang

berisiko dan berpotensial di bagi menjadi tiga tahap dalam kehidupan yakni pada

masa kanak-kanak, masa remaja hingga masa dewasa (Smet, 1994). Dari hasil

penelitian perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah yang berusia ≥35 tahun lebih banyak mengalami stres kerja

dibandingkan dengan perawat kelompok usia <35 tahun. Hal ini menunjukkan

hubungan dan berpola positif artinya umur yang semakin bertambah atau tua akan

semakin meningkat tingkat stres kerja yang dialami. Perubahan usia

mempengaruhi fisik, psikis dan kesehatan seperti kekuatan tenaga fisik yang

mencapai puncaknya, muncul keinginan dan usaha pemantapan dan kemampuan

96
97

mental (penalaran, ingatan dan kreatifitas) yang mencapai puncaknya (Hardani,

2016).

Adanya hubungan usia dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dikarenakan dengan

usia yang lebih tua cenderung memiliki faktor pendukung dan masalah yang lebih

kompleks dan tidak tahan terhadap tekanan pekerjaan sebagai pemicu stres stres.

Perawat dengan usia ≥35 tahun rata-rata sudah menikah sehingga mereka

mempunyai tanggung jawab kehidupan rumah tangga selain tanggung jawab pada

pekerjaannya. Selain itu, perbedaan kelompok usia pada perawat di perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memicu terjadiya

stres kerja. Usia perawat didominasi perawat dengan kelompok usia ≥35 tahun

sebanyak (64,5%), hal ini menyebabkan adanya diskriminasi usia yang dapat

menghancurkan orang-orang yang ingin diperlakukan sama dan adil serta diberi

kesempatan yang sama untuk mewujudkan mimpi.

5.1.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Stres Kerja Perawat

Hasil penelitian dengan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa nilai p

value (0,006) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara jenis

kelamin dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah perbedaan jenis kelamin berpengaruh

terhadap stres kerja pada perawat.


98

Sejalan dengan penelitian Fata (2016) bahwa terdapat korelasi yang

signifikan antara stress kerja dengan jenis kelamin. Terkait dengan stres,

perempuan cenderung mengalami stres lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal ini

disebabkan karena perempuan lebih mengedepankan perasaan dalam menghadapi

suatu masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah perawat yang mengalami

stres kerja lebih banyak dialami oleh yang berjenis kelamin perempuan (60,9%).

Tingginya presentase stres kerja pada perawat perempuan dapat dilihat dari hasil

observasi diketahui bahwa sebagian besar perawat perempuan di lokasi penelitian

telah menikah dan memiliki anak. Status perawat perempuan ini menjelaskan

bahwa mereka memiliki tanggung jawab lain diluar pekerjaan. Rutinitas pekerja

perempuan yang telah menikah biasanya dimulai dengan pekerjaan rumah

sebelum berangkat ke tempat kerja. Selain itu, jenis kelamin mempengaruhi stres

kerja pada penelitian ini karena bagi perawat berjenis kelamin perempuan

memiliki kemampuan fisik lebih lemah daripada laki-laki, serta tuntutan bekerja

yang lebih tinggi dari laki-laki. Perawat perempuan juga memiiki emosi yang

cenderung kurang stabil sehingga dapat memicu terjadinya stres pada perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah . Hal

ini sesuai dengan teori Suma’mur (2009), yang mengemukakan bahwa antara

laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan fisik (otot), psiskis yang berbeda.

5.1.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Stres Kerja Perawat

Dari hasil penelitian dengan uji statistik chi-square didapatkan bahwa nilai

p value (0,257) > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara
99

status perkawinan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara

status perkawinan dengan stres kerja pada perawat menunjukkan bahwa

perbedaan status perkawinan, baik menikah maupun tidak menikah tidak

berpengaruh terhadap stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurazizah (2017) menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja

perawat di ruang rawat inap RS X Jakarta. Peneliti lain Herqutanto et al. (2017)

menyatakan tidak didapatkan hubungan antara karakteristik demografi status

perkawinan dengan nilai stres kerja. Penelitian perawat rumah sakit di Palestina

dan Taiwan menunjukkan hasil tidak adanya hubungan status perkawinan dengan

stres kerja (Kuo et al., 2020).

Tidak adanya hubungan status perkawinan dengan stres kerja perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

karena dalam hal ini status perkawinan dapat mempengaruhi perilaku baik secara

positif maupun negatif tergantung bagaimana seseorang menyikapi suatu masalah.

Perawat denga status perkawinan yang harmonis dapat saling memberi dukungan

emosional dari pasangannya sehingga meringankan tekanan yang ada di

lingkungan kerja. Namun tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan

stres kerja hal ini dapat disebabkan oleh perawat yang sudah menikah dimana

terdapat dukungan yang diberikan dari pasangannya tidak terlalu berpengaruh

terhadap stres kerja yang dialami oleh pekerjaannya. Sehingga tingkat stres kerja
100

baik pada perawat dengan status menikah maupun tidak menikah tidak di

pengaruhi oleh keberadaan pasangan. Selain itu perawat unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tidak merasa tuntutan

dalam pekerjaannya sering mengganggu keluarga atau kehidupan pribadi. Dengan

demikian perawat mampu menyeimbangkan kehidupan rumah tangga dan

kehidupan pekerjaan, maka keseimbangan hal inilah dapat meningkatkan

kebahagiaan dan kesuksesan karir para perawat.

5.1.4 Hubungan Tingkat Pendididkan dengan Stres Kerja

Dari hasil uji statistik dengan uji Chi-Square didapatkan hasil p value

0,068 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa

perbedaan tingkat pendidikan baik perawat dengan pendidikan DIII maupun S1

tidak berpengaruh terhadap stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Sehingga dapat diartikan bahwa

perawat dengan tingkat pendidikan rendah tidak selalu mengalami stres dan

perawat dengan tingkat pendidikan tinggi pun juga tidak bisa dipastikan bahwa

mereka akan terbebas dari kemungkinan mengalami stres kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mahastuti (2019), yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres

kerja perawat di ruang Rumah Sakit “S” di Kota Bali. Penelitian lain yang sejalan

oleh Aiska (2014), menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh

terhadap tingkat stres kerja. Tingkat pendidikan berhubungan dengan peran


101

penting dalam perkembangan individu bukan dengan stres kerja. Hal yang sama

ditunjukkan oleh penelitian Ismafiaty (2010), menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan dan stres kerja yang dialami oleh

perawat.

Pada penelitian ini di temukan bahwa stres kerja yang di alami oleh

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo dengan tingkat

pendidikan DIII (62,5%) lebih tinggi daripada perawat dengan tingkat pendidikan

≥S1 (38,5%). Hal tersebut dapat terjadi pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD

dr. Amino Gondohutomo karena seseorang dengan tingkat pendididkan yang lebih

tinggi mempunyai kemampuan intelektual sehingga dituntut untuk memproses

informasi dalam pekerjaan yang rumit. Menurut Candrawinata (2012) semakin

tinggi tingkat pendidikan maka memilki keterampilan dan pengetahuan yang lebih

baik dalam mengendalikan stres kerja.

Tidak adanya hubungan tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo karena dalam menghadapi

pekerjaan serta memecahkan masalah yang memicu stres tidak hanya didapatkan

dari tingkat pendidikan yang ditempuh tetapi juga berasal dari pengalaman kerja

yang dimilki perawat. Sejalan dengan penelitian Sudrajat et al. (2014)

menunjukkan adanya hubungan antara pengalaman lamanya melakukan triase

sangat berhubungan secara signifikan dengan keterampilan melakukan triase pada

pasien yang mengalami gawat darurat. Dengan demikian pengalaman menjadi hal

yang penting tidak hanya dengan pengetahuan saja. Semakin lama masa kerja

yang dimilki perawat, maka pengalama yang dimilki dalam menangani perawat
102

akan semakin baik dan sesuai dengan prosedur tetap. Perawat dengan masa kerja

lama di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo sebanyak 34 (58,6%)

sehingga memilki pengalaman yang baik dalam menangani pasien maupun

keluarga pasien. Oleh karena itu, tingkat pendidikan bukan faktor penyebab stres

kerj apada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah.

5.1.5 Hubungan Status Kepegawaiaan dengan Stres Kerja

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p value

0,337 > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak terdapat hubungan antara status

kepegawaian dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara

status kepegawaian dengan stres kerja perawat menunjukkan bahwa perbedaan

status kepegawaian tidak mempengaruhi terhadap stres kerja perawat di di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Sejalan dengan penelitian Fitriana et al. (2017) mengungkapkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara status kepegawaian dengan stres kerja

perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa, tidak semua perawat dengan status kepegawaian

pegawai negeri sipil maupun kontrak mempunyai tingkat stress kerja yang tinggi.

Kondisi kerja, beban kerja yang tinggi, jenjang karir, konflik personal

kemungkinan besar menjadi penyebab tingginya stress kerja perawat dengan

status pegawai negeri sipil ataupun kontrak.


103

Dalam penelitian ini stres kerja yang dialami perawat di unit perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan pegawai PNS

maupun non PNS tidak menunjukkan perbedaan presantase yang signifikan. Hal

ini terjadi karena tidak ada perbedaan pandangan terhadap status perawat PNS dan

non PNS dalam menjalankan dan menyelesaikan tugasnya. Selain itu, status

kepegawaian PNS dan non PNS tidak menjadi tolak ukur karier yang dicapai

yang menjadi diskriminasi terhadap perbedaan status kepegawaian. Oleh karena

itu, status kepegawaian tidak mempengaruhi stres kerja perawat di unit perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5.1.6 Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai

p value 0,397 > 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara masa

kerja dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh

masa kerja terhadap stres kerja pada perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maydinar et al. (2020) bahwa tidak

ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada perawat di

kamar bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian Fuada et al. (2017) juga

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja

dengan stres kerja perawat kamar bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD

K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang.


104

Menurut Yunus (2011), masa kerja adalah lama seseorang karyawan

menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana mereka dapat

melakukan pekerjaan dengan memuaskan tergantung pada keterampilan,

kemampuan, dan kecakapan khusus yang memungkikan mereka melakukan

pekerjaan mereka dengan baik. Memiliki masa kerja yang lama akan cenderung

memiliki tingkat kejenuhan kerja yang lebih tinggi dibanding dengan pekerja

masa kerja baru. Hal ini tentunya dapat menjadi pemicu di tempat kerja

(Munandar, 2010). Namun dengan masa kerja baru juga dapat menjadi pemicu

stres kerja karena faktor yang mempengaruhi sres kerja selain kejenuhan dalam

bekerja juga pengalam seseorang dalam menghadapi pekerjaan (Ismafiaty, 2010).

Tidak adanya hubungan masa kerja dengan stres kerja dalam penelitian ini

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah dengan kategori masa kerja lama dan masa kerja baru tidak menunjukkan

perbedaan presantase yang signifikan. Adanya pengalaman yang dimiliki oleh

perawat dengan masa kerja yang lebih lama dapat membantu menyelesaikan

masalah pekerjaan yang dihadapi oleh perawat lain dengan masa kerja yang masih

baru. Sehingga masa kerja bukan menjadi faktor pemicu terhadap terjadinya stres

kerja. Secara teori semakin lama seseorang bekerja maka keterampilan yang

dimiliki juga akan meningkat, mudah dalam menyesuaikan pekerjaan, meghadapi

tekanan dalam bekerja (Sugeng et al., 2015). Selain itu, besar tanggung jawab

yang diberikan pada perawat tidak tergantung pada masa kerja. Perawat dengan

kategori masa kerja lama maupun baru tidak memiliki perbedaan beban kerja yang
105

signifikan. Sehingga masa kerja tidak menjadi pemicu stres kerja pada perwat di

unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5.1.7 Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai

p value (0,001) < 0,05 sehingga dapat diartikan terdapat hubungan antara beban

kerja dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Adanya hubungan antara beban kerja

dengan stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa adanya pengaruh

beban kerja terhadap stres kerja pada perawat.

Sejalan dengan penelitian Budiyanto et al. (2019) terdapat hubungan

beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit

bethesda GMIM Tomohon. Penelitian lain yang sejalan Johan et al. (2017),

65,2% perawat setuju bahwa beban kerja berlebih sebagai penyebab stres kerja.

Menurut Manaba (2000) akibat beban kerja yang berlebih dapat mengakibatkan

seseorang menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Beban kerja yang berlebih adalah pemicu stres kerja (Munandar, 2000).

Dimana pelayanan pasien di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah membutuhkan lebih banyak waktu dan energi untuk

menangani pasien dibanding dengan rumah sakit umun yang juga berpengaruh

terhadap beban kerja yang ditanggung perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Hal ini juga akan mempengaruhi
106

pelayan pada pasien jika beban yang harus ditanggung tidak seimbang dengan

jumlah perawat. Menurut Haryanti et al. (2013) bahwa jumlah tenaga perawat

harus diupayakan selalu sesuai dengan beban kerja untuk menghasilkan pelayanan

yang efektif dan efisien. Dalam setiap unit perawatan jiwa terbagi perawat yang

bertugas dalam setiap shift kerja pagi, siang dan malam. Kapasitas pasien dan

perawat yang bertugas menjadi masalah ketika perbandingan tenaga medis dengan

pasien tidak seimbang. Beban kerja dan pembagian tugas yang tidak merata

menjadi permasalahan yang dapat menimbulkan stres kerja pada perawat. Pada

dasarnya stres kerja dipengaruhi oleh beban kerja, ketidakseimbangan jumlah

rasio perawat dan pasien (Sugeng et al., 2015). Menurut Permenkes Nomor 56

Tahun 2014, jumlah kebutuhan keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur

pada instalasi rawat inap (rasio 1:1). Di RSJD dr. Amino Gondohutomo sendiri

ada beberapa ruang perawatan dengan ketidakseimbangan anatara jumlah perawat

dengan tempat tidur yang ada pada ruang endro tenoyo, gatot kaca, irawan,

arimbi, dan brotojoyo. Sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya

beban kerja yang ditanggung oleh perawat. Dengan demikian, beban kerja

mempengaruhi stres kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5.1.8 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja

Dari hasil uji statistik menggunakan uji Fisher mendapatkan nilai p value

(0,726) > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak ada hubungan antara shift kerja

dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah. Tidak adanya hubungan antara shift kerja dengan stres
107

kerja perawat menunjukkan bahwa perawat yang bekerja secara shift maupun

tidak shift tidak berpengaruh terhadap kejadian stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Sejalan dengan peneltian Penelitian lain oleh Maydinar et al. (2020), juga

menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara shift

kerja dengan stres kerja perawat kamar bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Tahun 2019. Penelitian lain oleh Fuada et al. (2017), penelitian yang dilakukan di

Instalasi Bedah Sentral RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan

stres kerja perawat kamar bedah.

Tidak adanya hubungan antara shift kerja dengan stres kerja karena

perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah karena para perawat sudah terbiasa dengan adanya shift baik shift pagi,

siang, maupun shift malam dengan jadwal shift yang bergilir. Pengaturan waktu

kerja pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, siang dan malam. Shift

pagi dimulai pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB, shift siang dimulai pukul

14.00 hingga 21.00 WIB dan shift malam dimulai pukul 21.00 hingga pukul 07.00

WIB. Semua perawat bekerja secara shift kecuali kepala ruang. Dengan demikian

perawat yang bekerja secara shift mampu mengatur jadwal istirahat sesuai dengan

jadwal shift kerja yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat mampu

mengimbangi antara waktu istirahat dengan waktu bekerjanya serta kegiatan

bersosialisasi. Selain itu, dampak pekerjaan keperawatan pada shift yang berbeda
108

tetap sama, sehingga stres yang dialami bukanlah dari faktor shift kerja melainkan

faktor pekerjaan lainnya, seperti beban kerja. Sehingga shift kerja tidak menjadi

pemicu terjadinya stres kerja pada perawat.

5.1.9 Hubungan Konflik Interpersonal dengan Stres Kerja

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkkan bahwa

nilai p value (0,008) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara konflik interpersonal dengan stres kerja. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa perbedaan konflik interpersonal dapat menjadi salah satu

pemicu terjadinya stres kerja pada perawat perawat di unit perawatan jiwa RSJD

dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Sejalan dengan penelitian Vega (2016) menyatakan bahwa ada hubungan

antara konflik interpersonal dan pola komunikasi terhadap stres kerja perawat ICU

di RST dr. Soepraoen Malang. Konflik interpersonal yang muncul dapat

menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan dan menjadi penghambat terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan mempengaruhi stres kerja,

kepuasan kerja, dan kualitas perawatan pasien. Penelitian lain oleh Laelasari &

Kurniawidjaja, (2016) menunjukkan bahwa kurang baiknya hubungan

interpersonal cenderung mngalami stres kerja sebanyak 9,4 kali dibanding

memliki hubungan interpersonal yang baik.

Adanya konflik interpersonal yang terjadi pada perawat unit perawatan

jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah melibatkan rekan

kerja ataupun atasan dikarenakan perbedaan pendapat antar rekan kerja dalam satu

unit ruang atapun berbeda unit ruang, selain itu kesulitan dalam menyampaikan
109

pendapat pada atasan juga dapat pemicu terjadinya konflik. Pemicu konflik yang

terjadi di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo juga dipengaruhi

oleh kurang biaknya komunikasi yang dijalin antar rekan kerja. Hal-hal tersebut

dapat memicu perselisihan hubungan kerja pada perawat. Konflik interpersonal

jika tidak dikelola dengan baik akan menurunkan produktivitas dan kualitas kerja

perawat yang akan mempengaruhi pelayanan keperawatan di rumah sakit, selain

itu juga dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat dimana tingginya

konflik interpersonal yang dialami dapat menyebabkan ketidaknyamanan di

tempat kerja sehingga memicu timbulnya stres kerja.

Stres kerja dipengaruhi oleh kondisi organisasi, seperti penetapan arah

dan kebijaksanaan organisasi, perubahan strategi organisasi, dan keuangan,

tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja,

hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran. Yang

mengakibatkan konsentrasi kerja terganggu, kinerja kurang memuaskan dan

tuntutan pekerjaan tidak terpenuhi.

5.1.10 Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja

Hasil uji statistik penelitian menggunakan uji Chi-Square menunjukkan

nilai p value (0,016) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kalendesang et al. (2017), yang

menyatakan ada hubungan konflik peran ganda perawat sebagai care giver dengan
110

stres kerja di ruangan rawat inap jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi

Sulawesi Utara. Penelitian lain Tjokro & Asthenu (2015), penelitian ini

menunjukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari konflik peran ganda

terhadap stress kerja perawat Rumah Sakit Umum Dr. M. Haulussy Ambon.

Almasitoh (2011) juga menyatakan hasil penelitian di sebuah rumah sakit swasta

di Yogyakarta menemukan hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan

sosial dengan stres kerja.

Adanya hubungan konflik peran ganda dengan stres kerja yang terjadi

pada perawat di unit perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah tingginya rasa tanggung jawab dan komitmen dalam menyelesaikan

seluruh tugas dan pekerjaan yang dibebankan sedangkan beban kerja yang terlalu

tinggi dengan tugas dan tanggung jawab yang seharusnya dibebankan serta

ketidakmampuan dalam mengelola dirinya terkait dengan pekerjaan di tempat

kerja dan keluarga.

Konflik peran ganda yang terjadi pada perawat di unit perawatan jiwa

RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah terjadi ketika terbenturnya

kehidupan rumah tangga dengan tanggung jawabnya di tempat kerja, seperti

masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja lembur. Perawat

memiliki peran dan beban tanggung jawab pada kehidupan pribadinya seperti

tanggung jawab pengasuhan anak, perawatan orang tua ataupu orang cacat.

Dimana kedua hal tersebut tidak dapat teratasi dengan seimbang sehingga memicu

terjadinya stres kerja akibat peran ganda yang dimilikinya. Selain itu, bahwa

semakin tinggi tingkat konflik peran ganda yang dialami oleh perawat unit
111

perawatan jiwa RSJD dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah akan

menyebabkan semakin rendahnya kinerja bekerja.

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Pada penelitian yang telah dilakukan, terdapat hambatan yang

mempengaruhi kelancaran peneliti dalam pengambilan data. Hambatan-hambatan

tersebut antara lain:

5.2.1 Hambatan Penelitian

1. Pelaksanaan penelitian ini tertunda karena penelitian dilakukan pada saat

pendemi Covid19, dimana kegiatan diluar pelayanan pasien RSJD dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dihentikan sementara, sehingga

perizinan penelitian terhambat.

2. Terdapat keterbatasan berinteraksi dengan responden sehingga peneliti harus

menunggu responden untuk mengumpulkan data.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat kelemahan, yaitu pengumpulan

data penelitian menggunakan kuesioner yang sangat membutuhkan kejujuran dari

responden sehingga keakuratan dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam

mengisi kuesioner.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan yang dapat diambil adalah:

1. Ada hubungan antara usia dengan stres kerja perawat di unit perawatan

jiwaRSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

3. Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja perawat di

unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

4. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja perawat di

unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5. Tidak ada hubungan antara status kepegawaian dengan stres kerja perawat di

unit perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

6. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

7. Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

8. Tidak ada hubungan antara shift kerja dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

9. Ada hubungan antara konflik interpersonal dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

112
113

10. Ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja perawat di unit

perawatan jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Perawat

1. Bagi perawat yang mengalami sres kerja dapat mengatasi dengan melakukan

aktivitas yang dapat megurangi stres seperti relaksasi dengan meditasi selama

10 menit dengan mengatur pernafasan dan relaksasi tubuh. Selain itu

refresing pribadi ataupun berolahraga dengan teratur sebanyak 2-3 kali

seminggu setidaknya dengan 30 menit tiap latihan. Dengan melakukan hal-

hal tersebut dapat memicu pengeluaran hormon endorfin yang dapat

mengurangi rasa stres serta dapat menjadi salah satu upaya preventif bagi

perawat yang tidak mengalami stres karena aktivitas fisik yang dilakukan

secara teratur dapat membantu individu lebih tahan terhadap stres.

2. Bagi perawat dapat melakukan kegiatan breafing singkat setiap hari yaitu 15

menit sebelum dan setelah atau saat berganti shift bekerja dengan tujuan

untuk melatih komunikasi antar perawat maupun dengan atasan, serta

mencari solusi atas permasalahan yang terjadi didalam pekerjaan agar dapat

meminamilisirkan konflik interpersonal yang dapat memicu terjadinya stres

kerja.

3. Bagi perawat disarankan mengatur pengendalian emosional terutama pada

perawat perempuan yang lebih berisiko mengalaminya. Dalam pekerjaan

perawat hampir selalu melibatkan emosional, agar hal ini tidak memicu

terjadinya stres maka perlu penanganan yang baik. Untuk meningkatkan


114

kecerdasan emosi mengacu pada kemampuan perawat mengendalikan diri

ketika marah, takut, gembira, muak, tersinggung, dan berduka. Jadi, pada

dasarnya perawat harus meredam gejolak emosinya.

4. Bagi perawat dapat meningkatkan kerja sama antar tim kerja. Dengan kerja

sama tim kerja yang efektif dalam mendistribusikan beban kerja maka akan

lebih udah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan kerja.

5. Bagi perawat untuk menjaga hubungan interpersonal yang baik, disarankan

setiap perawat dapat lebih membuka diri terhadap kritik dan saran yang

diterima, dapat memperbanyak bekomunikasi sehingga tercipta suatu

atmosfer lingkungan kerja yang lebih kondusif, nyaman, serta menunjang

tercapainya prestasi kerja yang tinggi dan menigkatkan kualitas asuhan

keperawatan.

6. Bagi perawat disarankan agar dapat mengatur waktu dengan baik antara

menyelesaikan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Hal ini dapat dilakukan

dengan menyewa pembantu untuk mengurus anak/orang tua selagi bekerja,

lalu memanfaatkan waktu luang sebelum dan sesudah bekerja untuk

mengurus rumah dan berkomunikasi dengan keluarga khususnya suami,

kemudian yang terakhir adalah dengan cara asertif ketika menghadapi

permasalahan dengan teman kerja atau atasan sehingga masalah bisa segera

terselesaikan.

6.2.2 Bagi Rumah Sakit dan Instansi Terkait

1. Bagi direktur RSJD dapat mengadakan kegiatan dimasa pandemi ini

dengan sharing virtual yang dapat mengurangi stres. Kegiatan ini dapat
115

berupa sesi sharing sesama rekan sejawat yang dapat memberikan

kesegaran, mengembalikan kekuatan atau kesegaran rohani setelah tubuh

lelah bekerja atau mengalami keresahan batin. Karena dengan berbagi

cerita dapat menghilangkan sedikit beban yang ada.

2. Bagi direktur RSJD dapat mendesain ulang pola shift kerja dimana

perawat dengan usia ≥35 tahun tidak bekerja shift lagi karena lebih

beresiko mengalami gangguan srikadian dibandingkan dengan usia muda.

3. Bagi direktur RSJD dapat membuat suatu sistem penghargaan dengan

imbalan. Kemudian perawat akan memperoleh penghargaan berupa

insentif yaitu tambahan penghasilan di luar gaji pokok terhadap kinerja

perawat berprestasi. Sehingga mendapatkan atas kinerja yang baik serta

meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan bagi pasien.

4. Bagi direktur RSJD dapat menjadi wadah dan memberikan sesi mediasi

bagi pihak atau perawat yang terlibat konflik untuk mencari dan

memikirkan penyelesaian konflik tersebut dengan melibatkan kedua belah

pihak untuk mengambil jalan tengah dalam menciptakan hubungan antar

interpersonal yang baik.

5. Bagi direktur RSJD disarankan untuk menciptakan pola pekerjaan baru

bagi perawat yang dirasakan memiliki beban kerja berlebihan. Secara

kuantitatif, banyaknya pekerjaan dapat dikurangi misalnya dengan

penambahan jumlah perawat dengan cara memutasi perawat dari unit lain

ke unit perawatan jiwa.


116

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat

menambahkan dan menganalsisis variabel-variabel yang berbeda, yang dapat

memicu terjadinya stres kerja pada perawat agar lebih berkembang dan bervariasi.

Serta, diharapkan agar penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk

melakukan penelitian tentang stres kerja.


117

DAFTAR PUSTAKA

Aiska, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tingkat Stres


Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta:Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Almasitoh, U. H. (2011). Stres Kerja Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Perawat.
Jurnal Psikologi Islam (JPI), 8(168), 63–82.
Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan Faktor Karakteristik Individu dan
Kondisi Pekerjaan terhadap Stres Kerja Perawat Gigi. The Indonesian
Journal of Public Health, 12(1), 75–84.
APA. (2016). Stress: The Different Kind of Stress.
http://www.apa.org/helpcenter/stressors.pdf
Badan PPSDM Kesehatan. (2018). Info Pemetaan SDMK. Retrieved January 4,
2020, from Keadaan SDMK Per Tahun (2015-2019) Per Provinsi:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/history/#
Badan PPSDM Kesehatan. (2019). Info Pemetaan SDMK. Retrieved January 4,
2020, from Keadaan SDMK Per Tahun (2015-2019) Per Provinsi:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/history/#
Badan Pusat Statistik. (2012). Metadata Variabel. Retrieved from
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/variabel/35
BPS Provinsi Jawa Tengah. (2019). Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2015-2018. Retrieved Januari 4,
2020, from https://jateng.bps.go.id/dynamictable/2019/02/20/409/jumlah-
tenaga-kesehatan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2015-
2017.html
Branfather. (1993). Stress and Coping : State of The Science and Implications for
Nursing Theory. Michigan: Center Nursing Press of Sigma Theta Tau
Internatonal.
Budiyanto, Ratu, A. J. ., & Umboh, J. M. . (2019). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. jurnal KESMAS, 8(3), 1–
18.
Depkes RI. (2009). Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2017. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2018. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
118

Elshaer, N. S., Moustafa, M. S., Aiad, M. W., & Ramadan, M. I. (2018). Job
Stress and Burnout Syndrome among Critical Care Healthcare Workers.
Alexandria Journal of Medicine, 273-277.
Eysenck, M.W., & Eysenck, M.W. (2002). Simply Psychology (2nd ed.).
Psychology Press. https://doi.org/10.4324/9780203720448
Fata, U. H. (2016). Stress Kerja Perawat di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo
Kab. Blitar. ejurnal umm, 7(1), 48–54.
Febriani, S. (2017). Gambaran Stres Kerja pada Peraat di Ruang Rawat Inap
Bagian Perawatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2017. Skripsi. Makassar:UIN Alauddin Makassar.
Fitriana, Asfian, P., & Farzan, A. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Jimkesmas Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–10.
Fuada, N., Wahyuni, I., & Kurniawan, B. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Kamar Bedah Di Instalasi
Bedah Sentral Rsud K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5), 255–263.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H., & Konopaske, R. (2012).
Organizations: Behavior, Structure, Processes (14th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Gibson, James. (1997). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, jilid 1. Jakarta:
Binaruppa Aksara.
Golubic, R., Milosevic, M., Knezevic, B., & Mustajbegovic, J. (2009). Work-
Related Stress, Education and Work Ability among Hospital Nurses.
Journal of Advanced Nursing, 2056-2066.
Greenberg, J. S. (2013). Comprehensive Stress Management (13th ed.). New
York: McGraw-Hill.
Greenberg, J. S. (2013). Comprehensive Stress Management (13th ed.). New
York: McGraw-Hill.

Hardani, H. H. (2016). Stres Kerja, Kepuasan Kerja Dengan Kualitas Hidup


Perawat Icu Di Rs Tipe B. Jurnal Endurance, 1(3), 113–120.
Haryanti, Aini, F., & Purwaningsih, P. (2013). Hubungan antara beban kerja
dengan stres kerja perawat di instalasi gawat darurat rsud kabupaten
semarang. Jurnal Managemen Keperawatan, 1(1), 48–56.
Health & Safety Executive. (2018). Work related stress, depression or anxiety in
Great Britain. Annual Statistics, October, 1–10.
119

Herqutanto, Harsono, H., Damayanti, M., & Setiawati, E. P. (2017). Stres Kerja
pada Perawat di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Job
Stress in Nurses in Hospitals and Primary Health Care Facilities. eJournal
Kedokteran Indonesia, 5(1), 12–17.
ILO. (2016). Workplace Stress: a collective challenge. In WORKPLACE STRESS:
A collective challenge WORLD (Nomor April 2016).
ILO. (2016). Workplace Stress: A Collective Challenge. Geneva, Switzerland:
ILO Publication.
Ismafiaty. (2010). Hubungan Antara Strategi Koping dan Karakteristik Perawat
dengan Stres Kerja di Ruang Perawatan insentif Rumah Sakit Dustira
Cimahi. jurnal kesehatan kartika, 37–52.
Johan, S., Sarwar, H., & Majeed, I. (2017). To Identify the Causes of Stress
among Nurses Working in Intensive Care Unit of Ittefaq Hospital Lahore.
International Journal of Social Sciences and Management, 4(2), 96–109.
Kalendesang, M. P., Bidjuni, H., & Malara, reginus T. (2017). Hubungan Konflik
Peran Ganda Perawat wanita Sebagai Care Giver dengan Stres Kerja di
Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.V. L. Ratumbasyang
Provinsi Sulawesi Utara. jurnal keperawatan, 5(1).
Karima A. (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Di PT X Tahun 2014. Jakarta:Universitas UIN Syaritullah.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kuo, F. L., Yang, P. H., Hsu, H. T., Su, C. Y., Chen, C. H., Yeh, I. J., Wu, Y. H.,
& Chen, L. C. (2020). Survey on perceived work stress and its influencing
factors among hospital staff during the COVID-19 pandemic in Taiwan.
Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 36(11), 944–952.
Laelasari, E., & Kurniawidjaja, L. M. (2016). Faktor Kondisi Pekerjaan yang
Mempengaruhi Stress Kerja pada Pegawai Negeri Sipil di Badan Litbang
Kesehatan, Kementrian Kesehatan. Jurnal Ekologi Kesehatan, 15(2), 127–
139.
Lawal, A. M., & Idemudia, E. S. (2017). The role of emotional intelligence and
organisational support on work stress of nurses in Ibadan, Nigeria.
Curationis, 40(1), 1–8.
120

Lee, J., & Cho, Y. H. (2016). Gender Differences in Job Stress and Stress
Coping Strategies. International Journal of Bio-Science and Bio-
Technology, 8(3), 143-148.

Lwin, P. M. (2015). Job Stress And Burnout Among Hospital Nurses In A City Of
Myanmar. Proceedings of 34th The IIER International Conference,
Singapore, 19th August 2015, August, 92–95.
Maydinar, dian dwiana, Fernalia, & Robiansyah, vellyzacollin anggi. (2020).
Hubungan Shift Kerja dan Masa Kerja dengan Stres Kerja Perawat Kamar
Bedah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2019. CHMK nursing scientific
journal, 4(2), 237–245.
Mahastuti, P. D., Muliarta, I. M., & Adiputra, L. M. (2019). Perbedaan Stres
Kerja pada Perawat di Ruang Unit Gawat Darurat dengan Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit "S" di Kota Denpasar tahun 2017. Intisari
Sains Medis, 10(2), 284-289.
Marliani, R. (2015). Psikologi Industri dan Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Malik, dkk. (2017). Factors Associated with Occupational Stress among
University Teachers in Pakistan and Finland. Journal of Educational,
Health and Community Psychology, 6(2).

Mangkunegara, Anwar, Prabu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Maunaba. (2000). Ergonomi, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja. Surabaya :


Guna Widya.

Muatsiroh, A., & Siswati. (2017). Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal


Dengan Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta. Jurnal Empati, 6(1), 34–39.
Munandar, A. S. (2012). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.
Munandar, A. S. (2012). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
NIOSH, 2012. (n.d.). Centers forDisease Control and Prevention4676
ColumbiaParkway Cincinnati,OH 45226-1998 Tel: 1-800-35-NIOSH.
Retrieved from http://www.cdc.gov/niosh.

Nurazizah. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada


Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RS X Jakarta. In UIN syarif
hidayatullah jakarta (Vol. 549). Skripsi. Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah
121

Jakarta.
Rhamdani, I., & Wartono, M. (2019). Hubungan Antara Shift Kerja, Kelelahan
Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat. Jurnal Biomedika dan Kesehatan,
2(3), 104–110.
Samino, Sari, N., & Karlina, K. (2018). Analisis Faktor Stres Kerja pada Perawat
Rawat Inap di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 4(3), 244–
253.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (Edisi 5 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Prabawati, R. (2012). Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada
perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Pusdatin Kemenkes RI. (2017). Infodatin Situasi Tenaga Keperawatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Roan, M. W., & Roan, W. (2017). Psikopatologi & Fenomenologi. Jakarta: EGC.
Rachman, E. (2007). Sukses dalam Karier dan Rumah Tangga. Jakarta: Buku
Kompas.
Siringoringo, E., Nontji, W., & Hadju, V. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan stres kerja perawat di ruang ICU RS Stella Maris Makassar. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada, 80–90.
Sugeng, S. U., Hadi, H. T., & Nataprawira, R. K. (2015). Gambaran Tingkat Stres
dan Daya Tahan terhadap Stres Perawat Instalasi Perawatan Intensif Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha.1-10.
Survey, L. F. (2016). Annual Report. Labour Force Survey.
Stranks, J. (2005). Stress at Work: Management and Prevention. Oxford:
Elsevier Butterworth-Heinemann.

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.


Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
122

Suma‟mur, P.K. 2008. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Haji Masagung,
Jakarta.
Smet, B. 1994. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Taufiqurrohman. (2015). Berdamai Dengan Stress. Yogyakarta: Pusat Ilmu.
Tarwaka. (2013). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka, dkk. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
The Work Place Stress Scale. (2001). Attitude in the American Workplace VII.
The Marlin Company, North Haven, Connecticut and The American
Institute of Stress, Yonkers, New York. Retrieved from
https://www.stress.org/wp-content/uploads/2011/08/2001Attitude-in-the-
Workplace-Harris.pdf
Tjokro, Cythia Imelda, & Asthenu, Jean Rosa. (2015). Pengaruh Konflik Peran
Ganda dan Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Dr. M.
Halussy Ambon. Jurnal Arthavidya, 17(1), 1–11.
Triyati, N. (2002). Pengaruh Adaptasi Kebijakan Work Family Issue Terhadap
Absence dan Trunover. Jurnal Widya Manajemen & akuntansi, 2(3), 241–
254.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. (2003). Undang-undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Retrieved from
https://kelembagaab.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970. (1970). Undang-undang RI Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003. (2003). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 2014. (2014). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Jakarta.
Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014. (2014). Undang-undang RI Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta.
Vega, Nika Al. (2016). Pengaruh Konflik Interpersonal dan Pola Komunikasi
Terhadap Stres Kerja Perawat ICU di RST dr. Soepraoen Malang. Skripsi.
Malang:Universitas Muhammadiyah Malang.
123

Vivian, E., Oduor, H., Arceneaux, S. R., Floren, J. A., Vo, A., & Madden, B. M.
(2019). A Cross-Sectional Study of Perceived Stress, Mindfulness,
Emotional Self-Regulation, and Self-Care Habits in Registered Nurses at a
Tertiary Care Medical Center. SAGE Open Nursing, 5, 1-15.
Wahyudi. (2017). Manajemen Konflik dan Stres dalam Organisasi Pedoman
Praktis bagi Pemimpin Visioner). Bandung: Alfabeta.

Wawan, A., & M., D. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO, R. O. (2020). Health Topics. Retrieved from Gender:
http://www.euro.who.int/en/health-topics/health-
determinants/gender/gender-definitions
WHO. (2003). Work Organitation & Stress.
http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehstress.pdf

WHO. (2019). Gender, Women and Health.


http://apps.who.int/gender/whatisgender/en/.

Wollah, M. O., Rompas, S., & Kallo, V. (2017). Hubungan Antara Stres Kerja
Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Dan Intensive
Care Unit Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan, 5(2), 1–
7.
Wongpy, N., & Setiawan, J. L. (2019). Konflik Pekerjaan dan Keluarga Pada
Pasangan dengan Peran Ganda. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 10(1),
Wulandari, R., Lusiana, D., & Anwar, A. (2017). Hubungan Job Insecurity dan
Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja Perawat Honorer di RSJD Atma
Husada Makaham Samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 60–66.
124

LAMPIRAN
125

Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing


126

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Unnes


127

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari RSJD dr. Amino Gondohutomo


Provinsi Jawa Tengah
128

Lampiran 4. Ethical Clearance


129

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesei Melakukan Penelitian dari RSJD dr.


Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
130

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian


KUISIONER PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Perawat
Di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang

Assalamualaikum wr.wb
Salam Hormat.
Saya Laili Meiranda Mahlithosikha mahasiswi program studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan
mengadakan penelitian yang berjudul “Faktor-Farktor yang Berhubungan dengan
Stress Kerja pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo
Semarang” dengan tujuan untuk mengetahui berhubungan dengan stres kerja pada
perawat di rumah sakit jiwa daerah Semarang. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan hal merugikan bagi bapak/ibu/saudara/i sebagai responden.
Informasi yang didapatkan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan dalam kepentingan penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon agar
bapak/ibu/saudara/i untuk menjawab pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya
sesuai dengan kondisi bapa/ibu/saudara/i. Atas bantuan dan kerja sama yang anda
berikan, saya ucapkan terima kasih.

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk


menjadi responden penelitian ini dan saya memahami bahwa penelitian ini
bersifat rahasia dan tidak akan mempengaruhi atau mengakibatkan hal yang
merugikan saya. Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Semarang,...............2020

Responden

( )

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan dan pilihan jawaban dengan seksama


2. Silahkan mengisi pada tempat yang tersedia.
3. Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih.
131

A. Kuesioner Karakteristik Responden


Nama Responden :
Unit ruang :

A1. Usia : ……. Tahun


A2. Jenis kelamin : □ Laki-laki
□ Perempuan
A3. Status perkawinan : □ Menikah
□ Belum menikah
□ Cerai hidup
□ Cerai mati
A4. Tingkat pendidikan : □ DIII
□ S1
□ S2
A5. Masa kerja : ….... Tahun
A6. Shift kerja : □ Shift
□ Non shift
A7. Status kepegawaian : □ PNS
□ Non PNS

B. Kuesioner Stres Kerja


The Workplace Stress Scale
Petunjuk pengisian:
Beri tanda (√) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan perasaan Anda
saat ini.
TP = Tidak Pernah S = Sering
J = Jarang SS = Sangat Sering
KK = Kadang-kadang
132

No. Pernyataan TP J KK S SS Skor

Kondisi di tempat kerja tidak


B1. menyenangkan atau bahkan 1 2 3 4 5
kadang-kadang tidak aman.

Saya merasa pekerjaan


B2. berpengaruh negatif terhadap 1 2 3 4 5
kesehatan fisik dan emosi saya.

Pekerjaan yang saya miliki


terlalu banyak yang dilakukan
B3. dan/ atau terlalu banyak tenggat 1 2 3 4 5
waktu (deadline) yang tidak
masuk akal.

Merasa sulit untuk


mengungkapkan pendapat atau
B4. 1 2 3 4 5
perasaan saya tentang pekerjaan
saya kepada atasan saya.

Tekanan pekerjaan membuat


B5. mengganggu keluarga atau 1 2 3 4 5
kehidupan pribadi saya.

Kontrol atau input yang saya


B6. miliki memadai di luar tugas 5 4 3 2 1
pekerjaan saya.

Saya menerima pengakuan atau


B7. penghargaan yang tepat terhadap 5 4 3 2 1
kinerja yang baik.

B8. Saya dapat memanfaatkan 5 4 3 2 1


133

ketrampilan dan substansi saya


sepenuhnya di tempat kerja.

C.Kuisioner Beban Kerja

NIOSH Generic Job Stress Questionnaire

Petunjuk pengisian:

Kuesioner ini mempertanyakan aktivitas pekerjaan anda. Tunjukkan seberapa


banyak masing-masing aspek yang Anda dapatkan dalam pekerjaan Anda dengan
memberi tanda checklist (√) pada nomor sesuai jawaban Anda.

TA = Tidak Ada B = Banyak

TTB = Tidak Terlalu Banyak SB = Sangat Banyak

AB = Agak Banyak

No. Pertanyaan TA TTB AB B SB Skor

C1. Berapa banyak perlambatan


dalam beban kerja yang anda 5 4 3 2 1
alami?

C2. Berapa banyak waktu yang


anda gunakan untuk berpikir 5 4 3 2 1
dan merenung selama bekerja?

C3. Berapa banyak beban kerja


1 2 3 4 5
anda?

C4. Berapa banyak pekerjaan yang 1 2 3 4 5


134

harus anda selesaikan?

C5. Berapa banyak waktu yang


anda butuhkan untuk
1 2 3 4 5
menyelesaikan seluruh
pekerjaan anda?

C6. Berapa banyak tugas yang anda


1 2 3 4 5
memiliki?

C7. Berapa banyak jeda antara


periode beban kerja berat yang 5 4 3 2 1
anda miliki?
135

D. Kuisioner Konflik Interpersonal

NIOSH Generic Job Stress Questionnaire

Petunjuk pengisian:

Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai dengan situasi di tempat


kerja Anda dengan memberi tanda checklist (√) pada nomor yang sesuai dengan
jawaban Anda.

STS : sangat tidak N : Netral SS : sangat setuju


setuju
TS : tidak setuju S : Setuju
No. Pernyataan STS TS N S SS Kode

D1. Ada kerukunan antar anggota


5 4 3 2 1
di unit saya.

D2. Dalam unit ini, saya sering


1 2 3 4 5
berselisih mengenai pekerjaan.

D3. Adanya perbedaan pendapat di


1 2 3 4 5
antara unit saya.

D4. Adanya perselisihan di unit


1 2 3 4 5
saya.

D5. Setiap anggota unit saya saling


5 4 3 2 1
mendukung satu sama lain.

D6. Adanya perselisihan antar tim


1 2 3 4 5
kerja di unit saya.
136

D7. Adanya keramahan di antara


5 4 3 2 1
anggota unit saya.

D8. Adanya rasa kebersamaan di


5 4 3 2 1
dalam unit saya.

D9. Adanya perselisihan antara unit


1 2 3 4 5
saya dengan unit lain.

D10. Adanya kesepakatan kerja


antara unit saya dengan unit 5 4 3 2 1
lain.

D11. Unit lain menyembunyikan


informasi penting yang 1 2 3 4 5
dibutuhkan unit saya.

D12. Hubungan unit saya dengan


unit lain berjalan rukun dalam 5 4 3 2 1
mencapai tujuan organisasi.

D13. Kurangnya rasa tolong


menolong antara unit saya 1 2 3 4 5
dengan unit lain.

D14. Adanya kerja sama antara unit


5 4 3 2 1
saya dengan unit lain.

D15. Adanya perselisihan antara unit


1 2 3 4 5
saya dengan unit lain.

D16. Unit lain membuat masalah


1 2 3 4 5
dengan unit saya.
137

E. Kuisioner Konflik Peran Ganda

NIOSH Generic Job Stress Quesstinnaire

Petunjuk pengisian:

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan situasi di tempat


kerja Anda dengan memberi tanda checklist (√) pada nomor yang sesuai dengan
jawaban Anda.

No Pertanyaan Diiisi
Ya Tidak
E1 Apakah anda saat ini memiliki pekerjaan di 1 2 [ ]
tempat kerja lain?
E2 Apakah anda memiliki anak dirumah? 1 2 [ ]
E3 Apakah tanggung jawab utama perawatan 1 2 [ ]
anak sehari-hari ada pada anda?
E4 Apakah tanggung jawab tugas pembersihan 1 2 [ ]
rumah sehari-hari ada pada anda?
E5 Apakah anda memilki tanggung jawab 1 2 [ ]
utama untuk perawatan orang tua atau orang
cacat secara teratur?
E6 Apakah anda saat ini sedang menempuh 1 2 [ ]
pendidikan lanjutan atau mengambil kursus
untuk penyesuaian ijazah?
E7 Apakah anda mengikuti organisasi sukarela 1 2 [ ]
atau agama dimana anda menghabiskan
setidaknya 5 sampai 10 jam per hari
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Beban Kerja

No NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 SKOR KATEGORI


1 R1 5 4 2 2 2 2 4 21 ringan
2 R2 4 4 2 2 2 2 4 20 ringan
3 R3 4 3 4 4 4 4 3 26 berat
4 R4 4 4 2 3 2 2 4 21 ringan
5 R5 4 3 4 4 4 4 3 26 berat
6 R6 4 4 2 3 3 4 4 24 berat
7 R7 4 4 2 2 2 2 4 20 ringan
8 R8 4 4 2 2 2 2 4 20 ringan
9 R9 5 4 2 2 2 2 4 21 ringan
10 R10 5 4 3 3 4 3 3 25 berat
11 R11 5 4 4 4 4 4 5 30 berat
12 R12 4 4 3 3 3 3 4 24 berat
13 R13 4 4 2 3 4 3 4 24 berat
14 R14 5 4 2 2 2 2 4 21 ringan
15 R15 4 5 3 4 2 4 4 26 berat
16 R16 4 3 4 4 3 4 3 25 berat
17 R17 4 4 2 3 4 4 4 25 berat
18 R18 4 4 2 2 2 2 3 19 ringan
19 R19 5 5 2 3 4 3 3 25 berat
20 R20 3 4 3 3 4 4 3 24 berat
21 R21 3 1 3 3 3 5 4 22 ringan
22 R22 3 3 3 5 4 3 3 24 berat
23 R23 2 3 4 4 4 3 3 23 ringan
24 R24 4 2 2 4 3 4 3 22 ringan
25 R25 5 1 1 2 4 4 5 22 ringan
26 R26 4 4 4 5 2 2 4 25 berat
27 R27 4 5 4 2 5 3 4 27 berat
28 R28 4 4 3 5 3 2 4 25 berat
29 R29 2 2 4 3 4 3 3 21 ringan
30 R30 5 5 1 2 2 2 4 21 ringan
31 R31 4 4 2 3 3 3 4 23 ringan
32 R32 4 4 2 2 2 2 3 19 ringan
33 R33 3 4 2 2 2 2 4 19 ringan
34 R34 2 3 3 4 4 2 3 21 ringan
139

35 R35 4 2 3 3 2 3 3 20 ringan
36 R36 4 4 2 5 4 2 4 25 berat
37 R37 4 4 4 2 2 4 4 24 berat
38 R38 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
39 R39 5 4 3 3 4 4 4 27 berat
40 R40 3 4 3 3 2 4 4 23 ringan
41 R41 2 2 4 5 5 5 4 27 berat
42 R42 3 4 3 4 2 3 4 23 ringan
43 R43 4 3 3 3 4 3 4 24 berat
44 R44 4 4 2 3 5 3 3 24 berat
45 R45 5 4 3 3 4 3 3 25 berat
46 R46 4 4 2 3 5 2 4 24 berat
47 R47 5 4 2 2 3 4 4 24 berat
48 R48 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
49 R49 5 4 3 3 2 4 4 25 berat
50 R50 3 4 3 3 5 4 4 26 berat
51 R51 2 2 4 5 2 2 4 21 ringan
52 R52 5 2 4 3 4 3 3 24 berat
53 R53 2 2 1 2 2 2 4 15 ringan
54 R54 4 4 2 5 3 3 4 25 berat
55 R55 4 4 2 5 2 4 3 24 berat
56 R56 2 1 2 2 2 2 4 15 ringan
57 R57 5 4 3 3 4 4 4 27 berat
58 R58 3 4 3 3 5 3 4 25 berat
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Interpersonal

No NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 SKOR KATEGORI
1 R1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 5 2 2 2 2 39 tinggi
2 R2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 5 2 1 1 1 27 rendah
3 R3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 23 rendah
4 R4 2 2 3 2 4 2 2 2 2 4 4 2 2 2 3 2 40 tinggi
5 R5 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 26 rendah
6 R6 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 37 tinggi
7 R7 1 2 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 29 rendah
8 R8 1 2 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 29 rendah
9 R9 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 rendah
10 R10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 22 rendah
11 R11 1 1 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 21 rendah
12 R12 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 38 tinggi
13 R13 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 3 1 3 2 3 3 39 tinggi
14 R14 2 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 26 rendah
15 R15 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 44 tinggi
16 R16 2 2 4 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 31 rendah
17 R17 2 2 2 1 4 1 1 2 4 1 1 2 2 1 1 1 28 rendah
18 R18 2 2 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 28 rendah
19 R19 2 2 3 3 2 1 4 2 3 2 4 2 2 1 3 1 37 tinggi
20 R20 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 44 tinggi
21 R21 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 rendah
141

22 R22 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 40 tinggi
23 R23 2 1 4 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 26 rendah
24 R24 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 30 rendah
25 R25 1 1 1 1 1 2 1 5 5 1 1 2 1 1 1 1 26 rendah
26 R26 2 2 4 3 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 30 rendah
27 R27 1 1 2 1 1 1 1 3 4 2 3 2 1 5 1 1 30 tinggi
28 R28 1 1 3 1 1 4 3 1 4 2 3 3 3 5 1 1 37 tinggi
29 R29 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 27 rendah
30 R30 3 3 3 3 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 31 rendah
31 R31 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 30 rendah
32 R32 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 35 tinggi
33 R33 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 22 rendah
34 R34 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 rendah
35 R35 1 2 3 3 1 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 2 35 tinggi
36 R36 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 38 tinggi
37 R37 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32 rendah
38 R38 1 2 2 2 5 2 1 1 5 1 1 1 5 1 5 5 40 tinggi
39 R39 2 2 4 2 2 2 2 2 4 4 2 1 3 3 2 1 38 tinggi
40 R40 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 2 2 2 1 2 3 45 tinggi
41 R41 1 2 3 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 25 rendah
42 R42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 35 tinggi
43 R43 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 37 tinggi
44 R44 1 1 4 1 1 2 3 1 4 4 2 1 2 2 1 3 33 tinggi
142

45 R45 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 rendah
46 R46 2 2 4 2 2 2 2 2 4 3 2 1 1 1 2 1 33 tinggi
47 R47 3 4 3 3 4 1 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 42 tinggi
48 R48 1 2 3 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 25 rendah
49 R49 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 21 rendah
50 R50 1 2 1 1 1 4 2 4 3 3 1 1 3 3 3 3 36 tinggi
51 R51 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 2 1 32 rendah
52 R52 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 34 tinggi
53 R53 3 3 3 3 1 3 1 1 2 2 3 1 1 1 1 3 32 rendah
54 R54 2 2 3 1 2 2 4 1 2 3 2 1 3 4 1 1 34 tinggi
55 R55 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 40 tinggi
56 R56 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 33 tinggi
57 R57 2 2 2 5 4 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 32 rendah
58 R58 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 29 rendah
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Konflik Peran Ganda

No NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 SKOR KATEGORI


1 R1 2 1 2 1 2 2 2 12 rendah
2 R2 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
3 R3 2 1 2 1 2 2 2 12 rendah
4 R4 2 1 1 2 2 2 2 12 rendah
5 R5 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
6 R6 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
7 R7 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
8 R8 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
9 R9 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
10 R10 2 1 1 1 1 2 2 10 rendah
11 R11 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
12 R12 2 1 2 1 2 2 2 12 rendah
13 R13 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
14 R14 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
15 R15 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
16 R16 2 1 1 2 2 2 2 12 tinggi
17 R17 2 1 2 3 1 2 2 13 tinggi
18 R18 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
19 R19 2 1 2 1 3 2 2 13 tinggi
20 R20 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
21 R21 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
22 R22 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
23 R23 2 1 2 1 2 2 2 12 rendah
24 R24 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
25 R25 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
26 R26 2 1 2 2 1 3 2 13 tinggi
27 R27 2 1 1 2 3 2 2 13 tinggi
28 R28 2 1 1 1 2 2 2 11 rendah
29 R29 2 1 2 1 1 2 2 11 rendah
30 R30 2 1 1 2 2 2 2 12 rendah
31 R31 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
32 R32 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
33 R33 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
34 R34 2 1 2 1 2 2 2 12 rendah
35 R35 2 1 2 2 2 2 2 13 tinggi
144

36 R36 2 2 1 1 3 2 2 13 tinggi
37 R37 2 1 1 1 1 2 2 10 rendah
38 R38 1 1 1 2 1 2 2 10 rendah
39 R39 2 1 1 1 2 1 2 10 rendah
40 R40 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
41 R41 2 2 2 1 1 2 3 13 tinggi
42 R42 2 2 2 1 2 2 1 12 rendah
43 R43 2 2 2 1 1 1 1 10 rendah
44 R44 2 3 1 1 3 1 2 13 tinggi
45 R45 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
46 R46 2 2 2 2 1 2 1 12 rendah
47 R47 3 1 1 2 2 2 2 13 tinggi
48 R48 2 1 1 1 1 2 2 10 rendah
49 R49 1 1 1 2 1 2 2 10 rendah
50 R50 2 1 1 3 2 2 2 13 tinggi
51 R51 2 2 2 1 1 2 2 12 rendah
52 R52 2 2 2 1 1 2 3 13 tinggi
53 R53 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
54 R54 2 2 2 1 1 1 1 10 rendah
55 R55 2 1 2 1 3 2 2 13 tinggi
56 R56 2 1 1 2 2 2 3 13 tinggi
57 R57 2 1 1 1 3 2 2 12 tinggi
58 R58 2 2 2 1 2 2 2 13 tinggi
145

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Stres Kerja

No NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 SKOR KATEGORI


1 R1 3 3 1 1 1 5 5 2 21 stres
2 R2 2 2 2 1 1 2 3 1 14 tidak stres
3 R3 1 3 1 1 1 3 2 2 14 tidak stres
4 R4 3 2 2 2 2 4 3 2 20 stres
5 R5 1 1 1 1 1 3 3 2 13 tidak stres
6 R6 2 3 1 2 2 3 3 3 19 stres
7 R7 2 3 2 3 1 5 3 2 21 stres
8 R8 2 3 2 3 1 5 3 2 21 stres
9 R9 1 1 1 1 1 5 3 2 15 tidak stres
10 R10 1 5 1 2 1 1 5 5 21 stres
11 R11 2 2 1 1 1 5 1 1 14 tidak stres
12 R12 1 1 2 2 1 3 3 2 15 tidak stres
13 R13 3 3 2 3 3 3 3 2 22 stres
14 R14 3 3 1 1 1 3 3 3 18 stres
15 R15 3 2 2 2 2 4 4 3 22 stres
16 R16 4 3 2 2 2 2 2 2 19 stres
17 R17 3 2 1 1 1 5 3 2 18 stres
18 R18 3 1 1 1 1 3 4 3 17 stres
19 R19 2 2 2 1 2 3 3 2 17 stres
20 R20 3 3 3 2 2 3 3 3 22 stres
21 R21 1 1 1 1 1 5 1 1 12 tidak stres
22 R22 3 3 3 3 2 3 3 3 23 stres
23 R23 3 1 1 2 1 3 2 2 15 tidak stres
24 R24 1 1 1 1 1 5 1 1 12 tidak stres
25 R25 2 1 1 2 1 5 1 1 14 tidak stres
26 R26 1 1 1 3 1 3 4 3 17 stres
27 R27 1 1 1 1 1 5 3 3 16 stres
28 R28 2 2 1 2 2 5 3 3 20 stres
29 R29 3 1 3 1 1 5 5 2 15 tidak stres
30 R30 1 1 2 2 1 3 3 2 15 tidak stres
31 R31 3 1 1 1 1 2 2 2 13 tidak stres
32 R32 2 1 1 2 1 5 1 1 14 tidak stres
33 R33 3 1 1 2 1 3 2 2 15 tidak stres
34 R34 1 1 1 1 1 5 1 1 12 tidak stres
146

35 R35 3 1 1 1 1 2 2 2 13 tidak stres


36 R36 2 2 1 2 2 5 3 3 20 stres
37 R37 1 1 1 1 1 2 2 2 11 tidak stres
38 R38 5 5 1 1 1 1 5 3 22 tidak stres
39 R39 3 1 3 1 1 5 2 2 18 stres
40 R40 3 2 3 3 2 5 3 4 25 stres
41 R41 3 3 3 2 3 2 3 4 23 stres
42 R42 1 1 1 1 1 2 2 2 11 tidak stres
43 R43 2 2 2 1 3 5 4 3 22 stres
44 R44 2 1 1 3 2 2 2 2 15 stres
45 R45 3 1 1 1 1 2 2 2 13 tidak stres
46 R46 4 3 3 2 3 3 3 4 25 stres
47 R47 3 3 3 2 3 2 3 4 23 stres
48 R48 2 1 2 2 1 2 2 2 14 tidak stres
49 R49 1 1 2 1 1 1 5 3 15 tidak stres
50 R50 1 3 3 1 1 2 2 3 16 stres
51 R51 3 2 1 1 2 1 2 3 15 tidak stres
52 R52 3 3 3 2 3 2 3 4 23 stres
53 R53 1 1 1 1 3 2 2 3 14 tidak stres
54 R54 2 3 2 1 1 1 1 2 13 tidak stres
55 R55 2 3 1 1 2 1 2 2 14 tidak stres
56 R56 2 1 1 2 2 2 3 2 15 tidak stres
57 R57 3 5 3 3 2 2 2 2 22 stres
58 R58 3 1 1 3 3 2 5 2 20 stres
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Masa St. Beban Konflik Konflik Stres


No Responden Usia JK Tk.Pend Shift St.Kpegwai
Kerja Pkawinan Kerja Interper Perganda Kerja

1 R1 <35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi
Tidak
2 R2 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
3 R3 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres

4 R4 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi
Tidak
5 R5 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
6 R6 >=35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Tinggi Stres
Tidak
7 R7 <35 P S1 Baru Shift PNS Ringan Tinggi Stres
Menikah Rendah
8 R8 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah Tinggi Stres
Tidak Tidak
9 R9 >=35 P DIII Baru PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Rendah Stres
10 R10 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Rendah Rendah Stres
Tidak
11 R11 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
Tidak
12 R12 <35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Tinggi Stres
148

Tidak
13 R13 <35 P DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Tinggi
14 R14 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah Rendah Stres
15 R15 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres
16 R16 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah Tinggi Stres
17 R17 <35 P DIII Baru Shift PNS Menikah Berat Rendah Tinggi Stres
18 R18 <35 P S1 Baru Shift PNS Menikah Ringan Rendah Tinggi Stres

19 R19 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak
20 R20 <35 P DIII Baru PNS Menikah Berat Rendah Stres
Shift Tinggi
Tidak
21 R21 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
22 R22 <35 P S1 Baru Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres
Tidak
23 R23 >=35 L S1 Baru Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
24 R24 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak
25 R25 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak
26 R26 <35 L DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Rendah
27 R27 >=35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Berat Tinggi Tinggi Stres
149

Tidak
28 R28 >=35 P DIII Baru PNS Menikah Berat Rendah Stres
Shift Tinggi
Tidak
29 R29 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
Tidak Tidak
30 R30 <35 P DIII Baru NON PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Rendah Stres
Tidak
31 R31 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak Tidak
32 R32 <35 P DIII Baru Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Tinggi Stres
Tidak
33 R33 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Rendah Stres
Tidak Tidak
34 R34 >=35 P S1 Lama Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Rendah Stres
Tidak Tidak
35 R35 >=35 L DIII Baru Shift NON PNS Ringan Tinggi
Menikah Tinggi Stres
Tidak
36 R36 >=35 P S1 Lama Shift PNS Berat Tinggi Stres
Menikah Tinggi
Tidak
37 R37 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Berat Rendah
Rendah Stres
Tidak
38 R38 >=35 L DIII Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Tinggi Stres

39 R39 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Rendah Stres
Tinggi
150

40 R40 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Ringan Rendah Stres
Tinggi

41 R41 <35 P DIII Baru Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah
Tidak Tidak
42 R42 >=35 L DIII Baru PNS Menikah Ringan Rendah
Shift Tinggi Stres

43 R43 >=35 P S1 Baru Shift NON PNS Menikah Berat Rendah Stres
Tinggi
Tidak
44 R44 <35 P S1 Baru PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Shift Tinggi
Tidak Tidak Tidak
45 R45 <35 L S1 Baru NON PNS Berat Tinggi
Shift Menikah Rendah Stres
46 R46 <35 P DIII Lama Shift PNS Menikah Berat Tinggi Rendah Stres

47 R47 >=35 P DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak Tidak
48 R48 <35 P DIII Lama Shift PNS Ringan Rendah
Menikah Rendah Stres
Tidak Tidak
49 R49 >=35 P S1 Lama Shift PNS Berat Rendah
Menikah Rendah Stres

50 R50 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Tinggi
Tidak
51 R51 >=35 L S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Rendah
Rendah Stres
151

Tidak
52 R52 <35 P DIII Lama PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Shift Tinggi
Tidak Tidak
53 R53 >=35 L DIII Baru PNS Menikah Ringan Tinggi
Shift Rendah Stres
Tidak
54 R54 >=35 P S1 Baru Shift NON PNS Menikah Berat Rendah
Tinggi Stres
Tidak Tidak
55 R55 <35 L DIII Baru Shift PNS Berat Tinggi
Menikah Tinggi Stres
Tidak
56 R56 >=35 P S1 Lama Shift PNS Menikah Ringan Tinggi
Tinggi Stres

57 R57 >=35 P S1 Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah

58 R58 >=35 L DIII Lama Shift NON PNS Menikah Berat Tinggi Stres
Rendah
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Statistik

Statistics

tingkat_ st_kepe
jeniskel st_perka pendidik gawaia masa_k beban_ shift_ konflik_inte konflik_peran
usia amin winan an n erja kerja kerja rpersonal _ganda

N Valid 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.6552 1.207 1.190 1.448 1.310 1.586 1.552 1.155 1.466 1.448

Median 2.0000 1.000 1.000 1.000 1.000 2.000 2.000 1.000 1.000 1.000

Std. Deviation .47946 .4086 .3955 .5017 .4667 .4968 .5017 .3652 .5032 .5017

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <35 20 34.5 34.5 34.5

>=35 38 65.5 65.5 100.0

Total 58 100.0 100.0

jeniskelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid P 46 79.3 79.3 79.3

L 12 20.7 20.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

st_perkawinan
153

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid menikah 47 81.0 81.0 81.0

tidak menikah 11 19.0 19.0 100.0

Total 58 100.0 100.0

tingkat_pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid DIII 32 55.2 55.2 55.2

S1 26 44.8 44.8 100.0

Total 58 100.0 100.0

st_kepegawaian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 40 69.0 69.0 69.0

NON PNS 18 31.0 31.0 100.0

Total 58 100.0 100.0

masa_kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baru 24 41.4 41.4 41.4

lama 34 58.6 58.6 100.0

Total 58 100.0 100.0


154

beban_kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ringan 26 44.8 44.8 44.8

berat 32 55.2 55.2 100.0

Total 58 100.0 100.0

shift_kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid shift 49 84.5 84.5 84.5

tidak shift 9 15.5 15.5 100.0

Total 58 100.0 100.0

konflik_interpersonal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 31 53.4 53.4 53.4

tinggi 27 46.6 46.6 100.0

Total 58 100.0 100.0

konflik_peran_ganda

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 32 55.2 55.2 55.2

tinggi 26 44.8 44.8 100.0

Total 58 100.0 100.0


155

Crosstab

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

jeniskelamin * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

st_perkawinan * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

tingkat_pendidikan *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja

st_kepegawaian *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja

masa_kerja * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

beban_kerja * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

shift_kerja * stres_kerja 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%

konflik_interpersonal *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja

konflik_peran_ganda *
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
stres_kerja

Usia*Stres Kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

usia <35 Count 14 6 20

Expected Count 10.3 9.7 20.0

% within usia 70.0% 30.0% 100.0%

>=35 Count 16 22 38

Expected Count 19.7 18.3 38.0

% within usia 42.1% 57.9% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0


156

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

usia <35 Count 14 6 20

Expected Count 10.3 9.7 20.0

% within usia 70.0% 30.0% 100.0%

>=35 Count 16 22 38

Expected Count 19.7 18.3 38.0

% within usia 42.1% 57.9% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within usia 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.083 1 .043
b
Continuity Correction 3.043 1 .081

Likelihood Ratio 4.174 1 .041

Fisher's Exact Test .056 .040

Linear-by-Linear Association 4.013 1 .045


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,66.

b. Computed only for a 2x2 table


157

jeniskelamin * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

jeniskelamin P Count 28 18 46

Expected Count 23.8 22.2 46.0

% within jeniskelamin 60.9% 39.1% 100.0%

L Count 2 10 12

Expected Count 6.2 5.8 12.0

% within jeniskelamin 16.7% 83.3% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within jeniskelamin 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.447 1 .006
b
Continuity Correction 5.782 1 .016

Likelihood Ratio 7.944 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .007

Linear-by-Linear Association 7.319 1 .007


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,79.

b. Computed only for a 2x2 table


158

st_perkawinan * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

st_perkawinan menikah Count 26 21 47

Expected Count 24.3 22.7 47.0

% within st_perkawinan 55.3% 44.7% 100.0%

tidak menikah Count 4 7 11

Expected Count 5.7 5.3 11.0

% within st_perkawinan 36.4% 63.6% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within st_perkawinan 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.283 1 .257
b
Continuity Correction .636 1 .425

Likelihood Ratio 1.293 1 .256

Fisher's Exact Test .325 .213

Linear-by-Linear Association 1.261 1 .262


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.

b. Computed only for a 2x2 table


159

st_kepegawaian * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

st_kepegawaian PNS Count 19 21 40

Expected Count 20.7 19.3 40.0

% within st_kepegawaian 47.5% 52.5% 100.0%

NON PNS Count 11 7 18

Expected Count 9.3 8.7 18.0

% within st_kepegawaian 61.1% 38.9% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within st_kepegawaian 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .921 1 .337
b
Continuity Correction .457 1 .499

Likelihood Ratio .927 1 .336

Fisher's Exact Test .402 .250

Linear-by-Linear Association .905 1 .341


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,69.

b. Computed only for a 2x2 table


160

tingkat_pendidikan * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

tingkat_pendidikan DIII Count 20 12 32

Expected Count 16.6 15.4 32.0

% within tingkat_pendidikan 62.5% 37.5% 100.0%

S1 Count 10 16 26

Expected Count 13.4 12.6 26.0

% within tingkat_pendidikan 38.5% 61.5% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within tingkat_pendidikan 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.320 1 .068
b
Continuity Correction 2.427 1 .119

Likelihood Ratio 3.350 1 .067

Fisher's Exact Test .112 .059

Linear-by-Linear Association 3.262 1 .071


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.

b. Computed only for a 2x2 table


161

beban_kerja * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

beban_kerja ringan Count 7 19 26

Expected Count 13.4 12.6 26.0

% within beban_kerja 26.9% 73.1% 100.0%

berat Count 23 9 32

Expected Count 16.6 15.4 32.0

% within beban_kerja 71.9% 28.1% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within beban_kerja 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.608 1 .001
b
Continuity Correction 9.878 1 .002

Likelihood Ratio 12.022 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.408 1 .001


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.

b. Computed only for a 2x2 table


162

masa_kerja * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

masa_kerja baru Count 14 10 24

Expected Count 12.4 11.6 24.0

% within masa_kerja 58.3% 41.7% 100.0%

lama Count 16 18 34

Expected Count 17.6 16.4 34.0

% within masa_kerja 47.1% 52.9% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within masa_kerja 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .716 1 .397
b
Continuity Correction .336 1 .562

Likelihood Ratio .719 1 .397

Fisher's Exact Test .435 .281

Linear-by-Linear Association .704 1 .401


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,59.

b. Computed only for a 2x2 table


163

konflik_peran_ganda * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

konflik_peran_ganda rendah Count 12 20 32

Expected Count 16.6 15.4 32.0

% within
37.5% 62.5% 100.0%
konflik_peran_ganda

tinggi Count 18 8 26

Expected Count 13.4 12.6 26.0

% within
69.2% 30.8% 100.0%
konflik_peran_ganda

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within
51.7% 48.3% 100.0%
konflik_peran_ganda

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.784 1 .016
b
Continuity Correction 4.583 1 .032

Likelihood Ratio 5.899 1 .015

Fisher's Exact Test .020 .016

Linear-by-Linear Association 5.684 1 .017


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,55.

b. Computed only for a 2x2 table


164

konflik_interpersonal * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

konflik_interpersonal rendah Count 11 20 31

Expected Count 16.0 15.0 31.0

% within
35.5% 64.5% 100.0%
konflik_interpersonal

tinggi Count 19 8 27

Expected Count 14.0 13.0 27.0

% within
70.4% 29.6% 100.0%
konflik_interpersonal

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within
51.7% 48.3% 100.0%
konflik_interpersonal

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.034 1 .008
b
Continuity Correction 5.706 1 .017

Likelihood Ratio 7.196 1 .007

Fisher's Exact Test .010 .008

Linear-by-Linear Association 6.913 1 .009


b
N of Valid Cases 58

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,03.

b. Computed only for a 2x2 table


165

shift_kerja * stres_kerja

Crosstab

stres_kerja

stres tidak stres Total

shift_kerja Shift Count 26 23 49

Expected Count 25.3 23.7 49.0

% within shift_kerja 53.1% 46.9% 100.0%

tidak shift Count 4 5 9

Expected Count 4.7 4.3 9.0

% within shift_kerja 44.4% 55.6% 100.0%

Total Count 30 28 58

Expected Count 30.0 28.0 58.0

% within shift_kerja 51.7% 48.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .226 1 .634
b
Continuity Correction .013 1 .910

Likelihood Ratio .226 1 .634

Fisher's Exact Test .726 .454

Linear-by-Linear Association .222 1 .637


b
N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,34.

b. Computed only for a 2x2 table


166

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian

RSJD dr. Amino Gondohutpmo Provinsi Jawa Tengah

RSJD dr. Amino Gondohutpmo Provinsi Jawa Tengah


167

Unit Ruang Perawatan Jiwa RSJD dr. Amino Gondohutpmo Provinsi Jawa
Tengah

Pengisian kuisioner oleh respomden


168

Pengisian kuisioner oleh responden

Pengisian kuisione roleh responden

Anda mungkin juga menyukai