Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

KESEHATAN KERJA
PT. JAKARTA CAKRATUNGGAL STEEL MILLS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :

Agustinawati
Fajri Rozi Kamaris
Fitriana Dyah Lestari
Nur Adilah Yasmin
Qeis Ramadhan
Renata Setyariantika
Septia Putri Nidyatama
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
JAKARTA
NOVEMBER 2017
DAFTAR ISI

Daftar isi …………………………………………………………….. 1


Bab I PENDAHULUAN …………..………………………………….…... 2
A. Latar belakang ……………………………………………...….. 2
B. Ruang lingkup ………………………………………………….. 3
C. Tujuan ………………………………………………………….. 3
D. Manfaat …………………………………………………….… 4
E. Dasar Hukum ………..…………………………………….…… 4
Bab II TINJAUAN TEORI ………………..……………………………. 9
A. Kesehatan Kerja………………………………………………… 9
B. Program Kesehatan.…………………………………………….. 9
Bab III PEMBAHASAN …………………... ………………………………. 12
Bab IV PENUTUP …………………………………………………………... 16
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 16
B. Saran …………………………………………………………... 17
Daftar Pustaka …………………………………………………………………... 19
Lampiran Dokumentasi …………………………………………………………. 20

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap karyawan yang bekerja sangat membutuhkan perhatian, salah satu contohnya
adalah perhatian tentang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan dalam bekerja
agar karyawan dapat terjamin kesehatan dan keselamatannya pada saat bekerja,
karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan dapat bekerja lebih
baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan
menentukan baik tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut.
Kemampuan seseorang sangat bergantung pada gabungan dari karakteristik pribadi,
kapasitas fisiologis, psikologis serta biomekanika yang dimilikinya. Sedangkan
aktivitas yang dilakukan tergantung kepada tugas, organisasi dan lingkungan yang
harus dihadapi.
Potensi bahaya yang muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja,
peralatan kerja yang canggih, beban kerja yang berat yang akan mengakibatkan
penyakit akibat kerja, sehingga kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap
potensi bahaya tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin.
Sebagai salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang sarat dengan
muatan Hak Azasi Manusia (HAM) termasuk salah satu syarat dalam memenuhi
tuntutan globalisasi dunia sehingga K3 perlu mendapat perhatian kita untuk lebih
dimasyarakatkan kepada seluruh dunia usaha dan unsur terkait
lainnya. Pengembangan dan peningkatan K3 di sektor kesehatan perlu dilakukan
dalam rangka menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Hal
tersebut perlu didukung dengan tenaga kerja yang kompeten.Oleh karena
itu, disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan
peraturan atau aturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya
harus bersifat manusiawi atau bermartabat.

2
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kunjungan perusahaan ini adalah:
1. Penerapan aspek kesehatan kerja

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui kondisi kerja yang tidak membahayakan akan
kehidupan dan kesehatan kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
- Untuk mengetahui aspek kesehatan kerja pada pekerja di PT. Jakarta
Cakratunggal Steel Mills
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana P3K di PT.
Jakarta Cakratunggal Steel Mills
b. Untuk mengetahui program kesehatan kerja diPT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills.
c. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus) di
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
d. Untuk mengetahui kesesuaian pekerjaan dengan alat di PT. Jakarta
Cakratunggal Steel Mills
e. Untuk mengetahui program pemenuhan gizi kerja diPT. Jakarta
Cakratunggal Steel Mills.
f. Untuk mengetahui penyakit terbanyak pada pelayanan kesehatan di PT.
Jakarta Cakratunggal Steel Mills
g. Untuk mengetahui penyakit akibat kerja di PT. Jakarta Cakratunggal
Steel Mills
h. Untuk mengetahui Tenaga Kesehatan di PT. Jakarta Cakratunggal Steel
Mills

D. Manfaat
Dari kunjungan ini diharapkan ada 2 manfaat yang dapat diambil yaitu

3
1. Bagi PT. Jakarta Cakratunggal Steel MillsSebagai sarana informasi bagi
perusahaan khususnya seluruh pekeriaan mengenai gambaran kesehatan
kerja di PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills
2. Bagi Medis dan Paramedis Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran mengenai kesehatan kerja di perusahaan.
E. Dasar Hukum
Peraturan Perundang-undangan yang mendasari pelayanan kesehatan kerja
antara lain:

a. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 8


menyebutkan kewajiban perusahaan untuk:
1) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik dari tenaga kera yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan
kepadanya.
2) Memeriksakan kesahatan semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
b. Undang-Undang No 3. Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
Pasal 6 ayat 1 menyatakan ruang lingkup program yang meliputi:
1. Jaminan kecelakaan kerja
2. Jaminan kematian
3. Jaminan hari tua
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
c. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1993 tentang Jamsostek
Peraturan pemerintah ini diatur mengenai ketentuan
penyelanggaraan program jaminan sosial tenaga kerja.
d. Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
karena hubungan kerja
Dalam keputusan presiden ini diatur mengenai penyakit-penyakit
yang timbul karena hubungan kerja dan mendapat kompensasi dari
jamsostek.

4
e. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 tahun.1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, transmigrasi dan koperasi Nomor per
01/Men/1976 tentang kewajiban latihan hiperkes bagi dokter perusahaan
Kewajiban dari perusahaan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaan untuk mendapatkan pelatihan dalam bidang hiperkes.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor per-
01/Men/1976 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan kesehatan
dan keselamatn kerja bagi tenaga para medis di perusahaan. Setiap
perusahaan yang memperkerjakan tenaga para medis diwajibkan untuk
mengirimkan tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan pelatihan
hiperkes.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 2/Men/1980 tentang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dan penyelanggaraan tenaga kerja. Memuat
ketentuan dan tujuan mengenai pemeriksaan kesehatan tenaga kerja awal
(sebelum bekerja), berkala (periodik) dan khusus.
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, transmigrasi dan koperasi Nomor per
01/Men/1976 tentang kewajiban penyakit akibat kerja.
j. Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja. Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga ketiga yang
ada di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga kerja terhadap
setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan
kerja. Pelayanan kesehatan kerja merupakan lembaga K3 yang sangat
strategis untuk dikembangkan, dala rangka meningkatkan derajat
kesehatan dan kesetaraan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas
nasional pelayanan kesehatan kerja (PKK).
Pelayanan Kesehatan Kerja adalah sarana penerapan sebagai upaya
kesehatan kerja yang bersifat komprehensif, meliputi upaya
promotif,preventif kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kaidah
perlindungan yang universal. PKK lebih mengutamakan upaya-upaya

5
promotif dan preventif, namun tetap melaksanakan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Dalam peraturan menteri disebutkan bahwa tujuan PKK
adalah:
l. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam menyesuaikan
diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian
pekerjaan dengan tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan
yang timbu dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik tenaga kerja.
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang
penyelanggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja lebih baik
dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga
kerja.
l. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja. Diagnosa penyakit
akibat kerja yang ditemukan saat melaksanakan pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Diagnosa
dari penyakit akibat kerja harus dilaporkan dalam 2x24 jam.
m. Surat edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE. 01/1979 tentang pengadaan
kantin dan ruang makan Surat edaran ini berisi anjuran kepada semua
perusahaan untuk:
1. Menyediakan ruang makan untuk perusahaan yang memperkerjakan
buruh antara 50 hingga 200 orang.
2. Menyediakan kantin untuk perusahaan yang memperkerjakan lebih
dari 200 orang
3. Mengacu pelaksanaan dengan PMP No. 7 tahun 1964 khususnya yang
termasuk dalam pasal 8.
n. Surat edaran Direktorat Jenderal No. SE. 07/B WI996 tentang pengujian
Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. Pengujian
Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tidak boleh

6
digunakan untuk menentukan vitamin atau bukan vitamin yang diberikan
terhadap tenaga kerja.
o. Surat edaran Pembinaan dan Pengawasan No: SE. 86/BW/1989 tentang
perusahaan catering yang mengelola makanan kerja untuk mendapatkan
rekomendasi dari Kandepnaker setempat dan rekomendasi yang
diberikan berdasarkan persyaratan kesehatan hygiene dan sanitasi.

PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : JAKARTA CAKRATUNGGAL STEEL MILLS,
PT
N.P.W.P : 01.569.079.5-004.000
Status Usaha : PMDN
Alamat : Jl. Raya Bekasi Km. 21-22
Desa/Kelurahan : Rawa Terate
Kecamatan : Cakung
Kota/Kabupaten : Kota Adm. Jakarta Timur
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 13920
Negara : Indonesia

PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills adalah salah satu perusahaan pengolahan baja
nasional yang memproduksi baja tulangan beton atau yang lebih dikenal
masyarakat dengan istilah Besi Beton. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989 di
atas lahan seluas 14.8 ha , berlokasi di Jl. Raya Bekasi Km. 21-22 Pulogadung
Jakarta, dan mulai beroperasi pada Juni 1992.
Sejak memulai kegiatan operasi sampai sekarang, PT. JCSM telah berhasil
menembus pasar domestic dan internasional. PT. JCSM memiliki komitmen untuk
menciptakan produk besi beton berkualitas tinggi ber inisial “CS” sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Indonesia dan juga standar
internasional seperti ASTM, JIS dan BS.

7
Dalam mendukung komitmen tersebut, PT. JCSM telah menerapkan Sistim
Manajemen Mutu ISO 9001 yang disertifikasi sejak 1995, dan dalam kontribusinya
terhadap penyusunan Standar SNI untuk produk Besi Beton dan keikut sertaan
secara konsisten melakukan edukasi bagi masyarakat konsumen untuk ikut peduli
terhadap pemilihan bahan-bahan berkualitas dan memenuhi standar, PT. JCSM
mendapatkan penghargaan “SNI Award” pada tahun 2008. Menyusul pada saat ini
PT. JCSM sedang menggarap untuk pencapaian “Green Steel Manufacturer”
dengan menerapkan Sistim Quality, Health, Safety and Environment secara ter
integrasi. Melalui pengembangan-pengembangan terakhir yang dilakukan oleh PT.
JCSM, inovasi-inovasi terkait perkembangan tehnologi terus diaplikasikan guna
mendukung kebutuhan serta kepuasan pelanggan.

VISI dan MISI PERUSAHAAN


Visi:
Menjadikan PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills sebagai salah satu produsen baja
yang terkemuka di Indonesia.

Misi:
Menjadikan CS sebagai Quality Leader untuk produk Besi Beton.
Menjadikan CS sebagai Price Leader untuk produk Besi Beton di Indonesia.
Menjadikan CS sebagai Supplier Besi Beton yang terlengkap dalam memenuhi
kebutuhan pasar.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit dan gangguan kesehatan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun
penyakit umum. Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23)
Kesehatan dalam ruang lingkup, keselamatan dan keamanan kerja tidak hanya
diartikan sebagai sesuatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut undang-undang
pokok kesehatan RI no 9 tahun 1960 BAB 1 pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai
kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan. Aplikasi kesehatan
kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

B. Program Kesehatan
a. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
teriadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi ditempat keria adalah terciptanya prilaku dan lingkungan keria sehat juga
produktifitas yang tinggi:
a. Tujuan dan promosi kesehatan adalah:
l. Mengembangkan perilaku kerja sehat
2. Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
3. Menurunkan angka absensi sakit
4. Meingkatkan produktifitas kerja
5. Menurunnya biaya kesehatan

9
6. Meningkatnya semangat kerja

b. Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mecegah


terjadinya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh alat-alat mesin yang berada
disekitar lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang biasa
terjangkit pada saat melakukan pekeriaan yang diakibatkan pekerja. Upaya
preventif diperlukan untuk menentukan kesehatan optimal pekerja agar didapat
kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan
bagi kedua belah pihak. Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindung diri dan pemberian gizi makanan yang baik pada pekeria.

Gizi kerja adalah gizi atau nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja yang
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal, yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya makanan serta jumlah, kapan dan apa yang dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah:

1) Pekerja tidak bekerja dengan maksimal

2) Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang

3) Kemampuan fisik perkerja berkurang

4) Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebih

5) Reaksi pekerja yang lambat dan apatis

6) Pekerja yang tidak teliti

7) Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degeneratif, arteriosklerosis, hipertensi, kurang gizi, dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran napas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian

10
gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktifitas yang
setinggi-tingginya.

C. Upaya Kuratif

Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


bagi pekerjaan. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja,
sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memilih kesehatan yang optimal.
Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan yang mendapat menjadi
tolak ukur dalam menjadi langkah promosi dan pencegahan sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

d. Upaya Rehabilitasi

Konvensi ILO no 159/1983 menetapkan rehabilitasi kerja (ocupational


rehabilitatior) yang menekankan proses pemulihan dari aspek pekerjaan, yaitu
proses pemulihan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit untuk dapat bekerja
kembali baik ditempat kerja semula atau di tempat kerja baru yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuannya.

11
BAB III

PEMBAHASAN

Kunjungan Perusahaan Bidang Ergonomi dan Kesehatan Kerja

1. Dilakukan pada hari Jum’at, 03 November 2017


2. Lokasi di PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills

Temuan Kunjungan

Beberapa temuan yang didapatkan dari hasil kunjungan perusahaan ke PT. Jakarta
Cakra Tunggal Steel Mills, antara lain :

Kesehatan Kerja

Perusahaan memiliki karyawan dengan pola kerja 3 shift dan dengan


memiliki 1 hari libur setiap minggunya. Karyawan memiliki pola kerja shift bekerja
dari pukul 07:00 pagi sampai dengan 15:00 sore, kemudian dari pukul 15:00 sore
sampai dengan 23:00 malam, kemudian dari pukul 23:00 malam sampai dengan
07:00 pagi. Karyawan di perusahaan tersebut jarang dilakukan rotasi tempat kerja
antara karyawan satu dengan tempat kerja yang lain.

Jumlah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel
Mills 800 karyawan dengan angka penyakit akibat kerja dinyatakan minimal oleh
pihak fasilitas kesehatan pekerja di perusahaan tersebut.

Fasilitas kesehatan antara lain:

- Tidak tersedia Klinik Pelayanan kesehatan di PT. Jakarta Cakra Tunggal


Steel Mills
- Tersedia fasilitas kesehatan pekerja dengan terdapatnya 1 dokter jaga setiap
hari senin, selasa dan rabu selama 5 jam/hari dan 3 perawat dengan 3 shift.
Terdiri dari satu ruang pemeriksaan dan satu ruang obat-obatan. Fasilitas

12
tersebut dibuka setiap hari 24 jam. Dokter di Poliklinik tersebut sudah
bersertifikasi HIPERKES.
- Di fasilitas kesehatan tersebut hanya menangani untuk luka-luka kecil
seperti lecet, untuk luka-luka besar biasanya dirujuk ke Rumah Sakit yang
terdekat dari perusahaan.
- Di fasilitas kesehatan dapat dilakukan pemeriksaan gula darah, asam urat
dan kolesterol, tetapi tidak tersedia untuk pemeriksaan spirometri dan
audiometri.
- Tersedia mobil ambulance, kotak P3K, obat- obatan ringan tetapi tidak
tersedia untuk obat gawat darurat
- Adanya kerjasama antara perusahaan dengan RS Pondok kopi dan RS
Islam Cempaka Putih 24 jam

Program kesehatan

a. Promotif

i. Adanya beberapa poster tentang pencegahan untuk penularan TB di


bagian fasilitas kesehatan dan spanduk di hampir semua wilayah kerja
untuk selalu mengenakan APD sesuai dengan tempat di mana karyawan
bekerja
ii. Adanya penyuluhan dan training mengenai P3K yang telah diikuti oleh
beberapa pegawai serta dilakukan pelatihan lainnya seperti pelatihan
penggunaan APD, Bantuan Hidup Dasar dan lain-lain yang
dilaksanakan setiap 2 minggu serta diikuti oleh beberapa tenaga kerja
setiap divisi.
iii. Adanya pemeriksaan MCU setiap tahun untuk pekerja yang dibagi oleh
perusahaan. Pemeriksaan MCU dilakukan di fasilitas kesehatan atau di
RS Pondok Kopi.

b. Preventif

13
Setiap karyawan yang akan memulai shift di PT. Jakarta Cakra Tunggal
Steel Mills dilakukan briefing dan strecthing untuk pemanasan anggota
gerak.

c. Kuratif
- Karyawan PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills yang sudah mengikuti
training P3K melayani penanganan emergensi awal dan pengobatan
penyakit- penyakit sederhana seperti gastritis, diare, kelelahan dan lain-
lain
- Untuk beberapa jenis penyakit yang bersifat akut, fasilitas kesehatan
perusahaan tersebut melakukan rujukan langsung ke RS Pondok Kopi atau
RS Islam Cempaka Putih.

d. Rehabilitatif
Apabila terjadi kecelekaan kerja atau penyakit akibat kerja maka karyawan
tersebut akan diberikan kompensasi atau kebijakan oleh perusahaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Pencegahan HIV/AIDS

Tidak tampak adanya poster disetiap lingkungan pabrik mengenai HIV/AIDS dan
Narkoba.

Pemeriksaan Kesehatan

a. Pemeriksaan kesehatan PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills bekerjasama


dengan RS Pondok Kopi untuk melakukan pemeriksaan pada setiap tenaga
kerja yang akan bekerja di PT tersebut. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills baru
dilakukan sekali yaitu pada Juni 2017.

14
Program Gizi

Program gizi tidak terlaksana, PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills bekerjasama
dengan penyedia jasa katering dari luar perusahaan dalam penyediaan makanan
untuk karyawan. Penyedia jasa katering memiliki sertifikat lengkap yang selalu
dipantau oleh dokter di perusahaan tersebut.

Lima besar penyakit di PT. PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills

6%
6%
8% ISPA
Fatigue
Gastritis
21% 59% Alergi
Gigi

Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja sejauh ini tidak ditemukan data mengenai penyakit
akibat kerja di PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills karena kurangnya kesadaran
para pekerja mengenai kesehatan kerja dirinya masing-masing. Paparan bising di
perusahaan ini lebih dari 85dB, nilai tersebut jauh lebih tinggi dari nilai NAB yang
dianjurkan (85dB). Pihak perusahaan pun sudah memberikan APD pada pekerja
berupa earmuff.

Dari temuan lima besar penyakit yang terdapat di Klinik Pelayanan


Kesehatan PT. PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills, mayoritas adalah ISPA 59%.
Hal ini mungkin disebabkan oleh paparan debu yang banyak di semua tempat kerja.
Perusahaan sudah memberikan masker untuk para karyawan tetapi masih banyak
karyawan yang tidak memakai masker tersebut.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep kesehatan kerja merupakan konsep penting untuk diterapkan dalam
suatu industri, khususnya dalam perancangan stasiun kerja. Kecenderungan yang
ada saat ini adalah pada industri skala kecil menengah. Konsep tersebut kurang
begitu diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari segi bahaya
kondisi lingkungan fisik, sikap dan cara kerja.

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: Per.02/Men/


1980 dan Per.01/Men/1976 dimana pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus
dilakukan pada awal penerimaan dan secara berkala oleh dokter perusahaan yang
telah memenuhi persayaratan sehingga seharusnya terdapat tenaga kerja kesehatan
terutama dokter untuk perusahaan ini. Selain itu, dokter perusahaan juga
berkontribusi terhadap pembuatan dan pelaksanaan program kesehatan dan
keselamatan kerja. Dengan adanya dokter perusahaan faktor-faktor resiko yang
berpotensi mengurangi produktifitas perusahaan dapat diatasi dengan lebih baik.
Selain itu, pemakaian fasilitas BPJS menjadi lebih efektif dan mengontrol faktor
finansial perusahaan dalam masalah pembayaran kesehatan tenaga kerja.

Pengadaan fasilitas kesehatan seperti kotak P3K dapat lebih diawasi meliputi
kelengkapan isinya, pendapatan, pemakaian, dan perawatannya. Penempatan kotak
P3K harus disosialisasikan kepada tenaga kerja supaya dapat dimanfaatkan dengan
baik. Dengan didukung oleh adanya tenaga kerja kesehatan pula fasilitas kesehatan
seperti klinik dapat dimaksimalkan kembali sesuai dengan fungsinya.

Pengadaan makanan dengan sistem kerja shift 3 kali dalam sehari juga
merupakan suatu masalah yang terjadi di perusahaan ini karena pihak perusahaan
memfasilitasi pekerja dengan makanan tanpa ada pengontrolan gizi bagi pekerja.
Perusahaan harus menanggulangi masalah gizi ini sesuai jam shift pekerja agar
kesehatan para pekerja tidak terganggu dan tidak menyebabkan menurunnya
produktivitas perusahaan.

16
Aspek kesehatan kerja pada perusahaan ini cukup berjalan dengan baik. Namun,
aspek tersebut harus dilakukan promosi dan preventif yang berkala tentang
penggunaan APD bagi karyawan untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada
karyawan di perusahaan tersebut.

B. Saran

Untuk menanggulangi masalah aspek kesehatan kerja di perusahaan ini,

dapat dilakukan beberapa cara seperti:

- Merekrut lebih banyak tenaga kerja kesehatan meliputi dokter perusahaan dan

paramedis yang sudah mempunyai sertifikat hiperkes agar aspek kesehatan

kerja maupun program-program yang berkaitan dengan kesehatan para pekerja

seperti usaha pencegahan, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitatif di

perusahaan dapat lebih diperhatikan sehingga tidak mengurangi produktivitas

dari perusahaan.

- Melakukan pemeriksaan kesehatan awal sebelum penempatan dan secara

berkala setiap minimal satu tahun sekali dan pemeriksaan khusus sesuai

dengan potensi bahaya di tempat kerjanya yang dilakukan oleh dokter

perusahaan.

- Menghidupkan kembali kepengurusan P2K3 di perusahaan sehingga program

kesehatan kerja dari pekerja dapat disesuaikan dengan standar.

- Pihak perusahaan dapat membuat program pencegahan penyakit akibat kerja

yang dapat dimulai dengan mengidentifikasi potensi bahaya bagi pekerja

meliputi faktor biologi, kimia, fisika, psikologi, dan ergonomi.

- Pengadaan dan sosialisasi P3K harus lebih diperhatikan.

17
- Sosialisasi fungsi dan batasan program BPJS Ketenagakerjaan maupun BPJS

Kesehatan kepada perusahaan sehingga pemahaman pihak perusahaan lebih

mendalam tentang alur perawatan kesehetan pekerja dan penyakit seperti apa

yang dapat ditanggung oleh masing-masing program BPJS tersebut.

- Pihak perusahaan juga dapat membuat program rotasi pekerja atau waktu

istirahat dimana pekerja dapat keluar dari ruangan produksi agar dapat

mengembalikan dan meningkatkan konsentrasi pekerja serta mengurangi

kelelahan dan kebosanan dari pekerja tersebut.

- Pihak perusahaan dapat membuat program yang dapat meningkatkan

kesegaran jasmani dan rohani pekerja misalnya senam satu minggu sekali

secara rutin yang diikuti oleh seluruh pekerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur PK. PK. 2000. Ergonomi dan Kesehatan Kerja Untuk

Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung

2. Permenakertrans. Per. 13/Men/X/2011.

3. Profil Perusahaan PT. Jakarta Cakra Tunggal Steel Mills : 2013

19
Lampiran Dokumentasi Perusahaan

20

Anda mungkin juga menyukai