Anda di halaman 1dari 9

PRATIKUM

UJI FUNGSI PARU - SPIROMETRI

TUJUAN
• Mahasiswa mampu memahami fungsi pemeriksaan spirometri serta memahami nilai-nilai
volume (TV, IRV, ERV, RV) dan kapasitas paru (VC, TLC, FVC).
• Mahasiswa mengetahui gambaran spirogram normal dari hasil pemeriksaan spirometry
• Mahasiswa mengetahui gambaran spirogram abnormal pada penyakit paru obstruktif

PENDAHULUAN
Tujuan utama proses respirasi adalah tersedia oksigen yang cukup ke jaringan dan
pengeluaran karbondioksida ke luar tubuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, system respirasi
dibagi menjadi empat fungsi utama, yaitu ventilasi, difusi, transport O2 & CO2, dan perfusi.
Ventilasi adalah peristiwa masuk dan keluarnya udara ke dalam paru, (inspirasi dan ekspirasi).
Penilaian fungsi ventilasi paru dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
adalah spirometri. Dengan menggunakan spirometer, dapat dilakukan penilaian fungsi ventilasi
dengan cara mengukur volume statik dan volume dinamik paru. Komponen volume statis paru
terdiri dari volume dan kapasitas paru :
• Volume paru terbagi atas 4 (empat)
• Volume Tidal (TV) : Jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas
pada saat istirahat (normalnya ±500 ml).
• Volume Residu (RV) : Jumlah udara yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan
nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah ±1200 ml.
• Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume / IRV) : Jumlah udara yang
dapat diinspirasi secara paksa setelah inspirasi biasa (± 3000 ml).
• Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume (ERV) : Jumlah udara yang
dapat diekspirasi secara paksa setelah ekspirasi biasa (± 1100 ml)
• Kapasitas paru terbagi atas 4 (empat)
• Kapasitas Vital (Vital Capacity / VC) : Jumlah udara yg dapat diekspirasi dari paru
setelah inspirasi maksimal (± 4800 ml)
VC = IRV + TV + ERV = IC + ERV
• Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity / IC) : Jumlah udara maksimal yang dapat
diinspirasi setelah ekspirasi normal (± 3600 ml)
IC = IRV + TV
• Kapasitas Residu Fungsional (FRC) : Jumlah udara yg tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal (± 2400 ml)
FRC = ERV + RV
• Kapasitas Paru Total (TLC) : Jumlah total udara yang dapat dimasukkan kedalam
paru setelah inspirasi maksimal (± 5800 ml)
TLC = VC + RV = IC + FRC
Kapasitas vital paksa merupakan jumlah udara yang diekspirasikan maksimal secara
paksa setelah inspirasi maksimal, dalam satu milliliter (ml). Kemampuan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya umur, berat badan, kekuatan otot pernapasan, dan jenis kelamin.
Penilaian kapasitas vital prediksi dapat ditentukan dengan rumus Baldwin berikut ini :

Laki-laki : [27,63 – (0,112 x umur)] x TB (cm) = ….ml


Perempuan : [21,78 – (0,101 x umur)] x TB (cm) = ….ml

Volume dinamik paru terdiri atas beberapa komponen yaitu volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1) dan maximal voluntary ventilation (MVV). Volume ekspirasi paksa
detik pertama adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama dengan
sekuat tenaga, yang dimulai dari paru pada posisi inspirasi maksimal, dalam satuan mililiter per
detik (ml/dtk). Peak Expiraory Flow Rate (PEFR) merupakan pengukuran jumlah aliran udara
maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang dilakukan dengan
menggunakan peakflow atau spirometer. Tujuan pemeriksaan spirometri antara lain untuk menilai
status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran); menilai manfaat pengobatan;
memantau perjalanan penyakit; menentukan prognosis; dan untuk menentukan toleransi tindakan
bedah.
Terdapat dua kategori umum disfungsi respirasi yang menyebabkan kelainan hasil
spirometri, yaitu penyakit paru obstruktif (kesulitan dalam mengosongkan paru) dan penyakit
paru restriktif (kesulitan dalam mengisi paru). Namun, keduanya bukan satu satunya kategori
difungsi pernapasan, dan spirometri juga bukan satu-satunya uji fungsi paru.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif lebih mengalami kesulitan dalam mengosongkan
paru daripada mengisinya, sehingga kapasitas paru total (TLC) pada hakikatnya normal, tetapi
kapasitas residual fungsional (FRC) dan volume residual (RV) meningkat akibat tambahan udara
yang terperangkap di paru setelah ekspirasi. Karena RV meningkat, kapasitas vital (VC)
berkurang. Dengan lebih banyaknya udara yang tersisa di paru, TLC yang tersedia untuk
digunakan dalam pertukaran udara dengan atmosfer menjadi berkurang. Temuan umum lain
adalah berkurangnya secara mencolok volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1) karena
laju aliran udara berkurang akibat obstruksi saluran napas. Meskipun baik VC dan FEV1 sama-
sama berkurang, FEV1 berkurang jauh lebih besar daripada VC. Akibatnya. FEV1 /VC% jauh
lebih kecil daripada normal yaitu <80%.
Contoh penyakit paru obstruktif adalah asma dan emfisema. Asma merupakan suatu
kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokonstriksi) biasanya disertai produksi mucus sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam atau dini
hari. Asma biasanya dipicu oleh respon alergi terhadap alergen. Emfisema adalah suatu penyakit
obstruktif paru yang bersifat kronis dan progresif. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya emfisema adalah kebiasaan merokok, riwayat terpapar dengan polusi udara secara
kronis, dan kelainan genetik berupa defisiensi antitripsin alfa-1. Dalam keadaan normal alveolus
bersifat elastis. Namun pada emfisema, dinding alveoli yang mengalami kerusakan akan
kehilangan elastisitasnya sehingga udara terperangkap di dalam alveoli dan penderita akan
mengalami kesulitan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru.
Pada penyakit paru restriktif, daya regang paru lebih rendah daripada normal. Kapasitas
paru total, kapasitas inspirasi, dan VC berkurang karena paru tidak dapat mengembang seperti
normal. Persentase VC yang dapat dihembuskan dalam satu detik adalah normal 80% atau bahkan
lebih tinggi karena udara dapat mudah mengalir bebas di saluran napas. Karena itu, FEV1/VC%
sangat bermanfaat dalam membedakan antara penyakit paru obstruktif dan restriktif. Selain itu,
berbeda dari penyakit paru obstruktif, RV biasanya normal pada penyakit paru restriktif. Beberapa
contoh penyakit paru restriktif adalah asbestosis, sarkoidosis, dan fibrosis paru.
ALAT DAN BAHAN
• spirometer
• Mouth piece
• Nose clips
• Kertas thermal spirometri
• Mouth filter
• Peakflow meter
• Microtoise
• Timbangan
• Disinfektan (alkohol dan kapas)

Spirometer Timbangan

Microtoise

Nose clips Mouth filter Mouth piece Kertas thermal


spirometri

CARA KERJA
A. Cara Pemeriksaan menggunakan spirometer:
• Persiapan alat
- Siapkan alat spirometer
- Pastikan mouthpiece yang ada sudah tersambung dengan alat spirometer
- Siapkan penjepit cuping hidung (nose clips)
- Lakukan kalibrasi
• Lakukan pengukuran tinggi dan berat badan probandus
• Probandus dalam posisi berdiri / duduk
• Melakukan manuver setelah keadaan steady state
• Pemeriksaan dilakukan sampai didapat 3 hasil yang dapat diterima dan diambil nilai
yang tertinggi (selisih nilai tertinggi dan terendah kurang dari 10%)

• Bersihkan alat setelah digunakan

Manuver Kapasitas Vital :


• Probandus diminta untuk bernapas biasa beberapa kali sampai alat menunjukkan
bunyi “beep”.
• Intruksikan kepada probandus untuk buang napas maksimal
• Probandus diintruksikan lagi untuk menarik napas maksimal
• Memberi intruksi lagi ke probandus untuk membuang napas maksimal sehabis-
habisnya.
• Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali

Manuver Kapasitas Vital Paksa :


• Probandus diintruksikan untuk membuang napas maksimal
• Instruksikan untuk menarik napas cepat dan kuat
• Instruksikan untuk membuang napas dengan cepat dan kuat seperti meniup lilin
• Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali

B. Cara Pemeriksaan menggunakan peak flow meter:


• Sebelum digunakan, pastikan jarum pengukur menunjuk angka nol.
• Probandus berdiri tegap, lalu probandus diminta untuk bernapas biasa beberapa kali.
• Intruksikan kepada probandus untuk mengambil napas sedalam mungkin
• Dalam keadaan masih menahan napas, tempatkan corong di antara kedua bibir.
Tempelkan bibir serapat mungkin pada corong.
• Dalam satu embusan napas, keluarkanlah udara sebanyak dan secepat mungkin. Pastikan
probandus mengeluarkan seluruh udara yang tersimpan di paru-paru.
• Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali

Mekanisme Kerja :
1. Mahasiswa melakukan pemeriksaan menggunakan spirometer dipandu oleh asisten.
2. Asisten menjelaskan interpretasi hasil spirometry, serta menjelaskan hasil spirometry pada
pasien Normal, Emphysema, dan Asma Bronkhial.
PERTANYAAN PRAKTIKUM
1. Berapakah nilai volume tidal normal?
2. Proses respirasi manakah yang paling terganggu pada pasien emphysema?
3. Apakah yang terjadi saat serangan asma?
4. Nilai fungsi respirasi yang manakah yang menggambarkan menurunnya aliran udara
pada penyakit paru obstruktif?
5. Hitunglah nilai ERV (Expiratory reserve volume) pada pasien yang memiliki nilai TLC
= 6000 ml, FVC = 4800 ml, RV = 1200 ml, IRV = 2900 ml dan TV = 500 ml.
6. Hitunglah nilai FVC pada pasien yang memiliki nilai RV = 1000 ml, IRV = 3000 ml, TV
= 500 ml dan ERV = 1500 ml.
7. Nilai volume paru apakah yang terbesar yang dimiliki oleh orang normal?
8. Apakah yang terjadi dengan nilai Residual Volume pada pasien emphysema dan asma
bronchial?

KEPUSTAKAAN
Guyton A.C., Hall J.E. Pulmonary ventilation. In: Textbook of
Medical Physiology; 11th edition. Pennsylvania: W.B. Saunder. 2006. p.471-78.

Tortora GJ & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. USA:
John Wiley and Sons. p.874-90.

Guyton A.C., Hall J.E. Regulation of respiration. In: Textbook of Medical


Physiology; 11th edition. Pennsylvania: W.B. Saunder. 2006. p.514-2.

Sherwood, L. Human Physiology; from Cells to Systems; 9th edition. Boston: Cengage
learning. 2016.
LEMBAR LAPORAN
UJI FUNGSI PARU - SPIROMETRI

Kelompok Praktikum : ………………………………………………………..


Nama Praktikan : ………………………………………………………..
No.Mahasiswa : ………………………………………………………..
Tanggal Praktikum : ………………………………………………………..

Data Praktikum
Tipe Pasien TV ERV IRV RV FVC TLC FEV1 FEV1 (%)

Normal
Emphysema

Asma Bronkhial

Interpretasi Hasil Spirometri


1. Gambar hasil spirometri pada orang normal
2. Gambar hasil spirometri pada pasien asma bronchial
3. Gambar hasil spirometri pada pasien emphysema

Jawaban Pertanyaan Praktikum

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Analisis dan Kesimpulan hasil praktikum
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Banda Aceh,
………………………….

Tanda tangan Asisten Tanda tangan praktikan

(…………………….) (…………………….)

Anda mungkin juga menyukai