Oleh :
Preseptor :
2018
1
DAFTAR ISI
2.7 Diagnosis........................................................................................................ 10
2
BAB 1
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
MCI pertama kali diperkenalkan oleh petersen pada tahun 1999. Istilah ini digunakan
untuk menggambarkan suatu keadaan transisi antara stadium normal dan stadium ringan
demensia Alzheimer, yaitu adanya gangguan kogitif awal berupa gangguan fungsi memori,
namun aktivitas sehari-hari masih dalam batas normal. MCI biasanya dipisahkan menjadi dua
kategori. Yang pertama adalah MCI amnestik dimana gangguan memori dominan. Yang
kedua adalah MCI Non amnestik dimana defisit bahasa, perhatian atau fungsi visuospasial.1
Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun dan 25%
pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan berlanjut menjadi
demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan bahwa prevalensi amnestic MCI
usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan non-amnestic MCI sebesar 4,9%. Banyak
penelitian mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pria, demikian juga MCI.2
3
1.2 Rumusan Masalah
klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, dan tatalaksana dari mild cognitive
impairment.
Makalah ini ditulis dengan metode studi kepustakaan yang merujuk ke berbagai
literatur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
MCI merupakan sebagai penurunan fungsi dari satu atau lebih ranah (domain) kognitif
sebanyak 1-1,5 standar deviasi dibawah usianya tanpa adanya gangguan pada aktivitas sehari-
hari. Kondisi ini merupakan transisi antara kondisi normal dengan patologis (stadium
simptomatik predemensia).1
Mild Cognitive Impairment suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah dengan
memori, bahasa, atau fungsi lain mental yang cukup parah untuk menjadi terlihat untuk orang
lain dan muncul pada tes, tetapi tidak cukup serius untuk mengganggu kehidupan sehari-hari.
Karena masalah tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, orang tersebut tidak memenuhi
kriteria untuk didiagnosa dengan demensia (Alzheimer).3
5
Gambar 2. Grafik diatas menunjukkan penurunan memori yang normal, dan
perbandingannya pada MCI dan Alzheimer disease.
2.2. Epidemiologi
Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun dan 25%
pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan berlanjut menjadi
demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan bahwa prevalensi amnestic MCI
usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan non-amnestic MCI sebesar 4,9%. Banyak
penelitian mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer lebih tinggi pada wanita dibandingkan
6
Gambar 3. prevalensi MCI berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Prevalensi MCI berdasarkan usia adalah semakin tua maka semakin tinggi persentase terkena
MCI, terlihat pada grafik di atas yaitu dari usia 70-74 tahun (10 %) menjadi (40 %) 85-89
tahun.
2.3. Etiopatofisiologi
Kelainan patologis pada MCI menyerupai perubahan yang didapat pada demensia dan
lansia dengan kognitif yang msih baik. Penelitian oleh Sidhi menemukan 89,6% kasus MCI
pada lansia ≥60 tahun di dua puskesmas Jakarta yang memiliki faktor risiko terbanyak berupa
diabetes melitus dan tingkat pendidikan rendah.1
Secara garis besar faktor risiko pada MCI terbagi menjadi faktor risiko demografis dan
biologis, yaitu:1
7
2. faktor risiko biologis
a. penyakit dan faktor risiko kardiovaskular
b. cedera kepala
c. penyakit endokrin dan metabolik
d. faktor genetik
e. faktor neuropsikiatrik
f. proses autoimun dan inflamasi
g. radikal bebas
Kata kognitif berasal dari bahasa latin cognition, yang berarti pengetahuan. Para
teoritikus mengaplikasikan proses kognisi manusia dalam istilah-istilah seperti input
(berdasarkan persepsi), manipulasi (interpretasi atau transformasi informasi), penyimpanan
(menempatkan informasi dalam ingatan), retrieval (pengaksesan informasi dari memori), dan
output (menjalankan informasi).9 Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental secara sadar
seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga
merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi.
Normal terkait usia diharapkan fungsi memori:7
Fakta dan pengetahuan umum tentang dunia, tetap stabil dengan usia, terutama
jika informasi tersebut sering digunakan (Namun, pengambilan informasi yang
sangat spesifik, seperti nama, biasanya menurun.)
o Prosedural memori
8
Memanipulasi informasi dalam pikiran seperti reorganisasi daftar pendek kata
ke dalam urutan abjad, kecepatan kerja verbal dan visuospatial, memori, dan
pembelajaran dengan kognisi visuospatial lebih dipengaruhi oleh penuaan dari
pada kognisi lisan
o Episodik memori
o Kecepatan pemrosesan
o Prospektif memori
o Terkait umur
2. 5. Klasifikasi 1
9
MCI tipeini merupakan gangguan pada lebih dari satu ranah kognitif. Etiologi
kombinasi antara faktor degeneratif dan vaskular.
Sering lupa. Misalnya penderita lupa akan even-even penting yang akan dilakukannya,
penderita mulai lupa jalan yang sering dilalui di lingkungannya, lupa nomor telepon
keluarganya.
Sering menanyakan pertanyaan yang sama, menceritakan hal yang sama, dan
memberikan informasi yang sama berulang-ulang
Tidak mampu melakukan suatu pekerjaan dengan banyak petunjuk
Kurang focus dalam pembicaraan
Selain itu, penderita dapat juga akan mengalami depresi, cemas, dan apatis
2. 7. Diagnosis
Gambar 4. MRI koronal pada pasien dengan fungsi kognitif normal, MCI, dan penyakit
Alzheimer
10
Untuk mendiagnosa MCI, pemeriksa harus memperhatikan kriteria seperti diatas :1
5. Tidak demensia
1. Uji Pendek Status Mental (MMSE). Pemeriksaan ini tidak sensitif untuk gangguan
awal.
2. Penilaian Kognitif Montreal
3. Kuesioner Kegiatan Fungsional. Tes ini dilakukan untuk membedakan MCI dengan
demensia. Karena pada demensia sudah ada gangguan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari sedangkan pada MCI itu tidak ada.
11
Sumber : NEJM
Apabila ada keluhan yang berhubungan dengan fungsi kognitif, kemudian disesuaikan
dengan kriteria. Jika sudah tegak diagnosa MCI, maka harus dicari apakah ada tanda
penurunan memori atau tidak. Jika ada, maka didiagnosa dengan MCI amnestik. Jika hanya
kelainan memori saja maka MCI amnestik single domain, jika ada keluhan lain MCI
amnestik multiple domain. Tapi, jika tidak ada gangguan memori, disebut MCI nonamnestik.
Jika disertai penurunan fungsi kognitif lain disebut MCI nonamnestik multiple domain, jika
tidak disebut MCI nonamnestik single domain.
2. 8. Tatalaksana
Tidak ada bukti ilmiah obat-obatan yang dapat mencegah MCI menjadi demensia
secara efektif. Strategi utama tatalaksana pencegahan terjadinya demensia lebih ditekankan
pada pengendalian faktor risiko vaskular dan prevensi stroke primer maupun skunder
mencakup kontrol tekanan darah, berhenti merokok, penggunaan statin, terapi antiplatelet,
dan antikoagulan. Aktivitas fisik dan mental/kognitif yang rutin dilakukan setiap hari akan
meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi otak, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir. Aktivitas fisik dapat berupa olahraga rutin, kendali stres, interaksi sosial yang baik
dengan lingkungan, dan stimulasi kognitif.1
Saat ini tidak ada pengobatan farmakologis yang tersedia di pasar untuk mengurangi
gejala penurunan kognitif ringan, namun obat baru sedang diuji dalam uji klinis. Intervensi
psikososial sedang dikembangkan dan non-farmakologis perawatan juga sedang diuji
12
termasuk program-program seperti Program Peningkatan Memori ADRC Silberstein.5 Tidak
ada obat yang disetujui oleh FDA (The Food and Drug Administration) untuk pengobatan
MCI.3
Dua penelitian lain telah diuji galantamine (Razadyne) sebagai pengobatan untuk
MCI. Dari studi ini ditemukan bahwa galantamine tidak bermanfaat, namun data
menunjukkan peningkatan jumlah kematian di peserta yang menngunakan
galantamine dibandingkan dengan mereka yang menerima placebo.4
Rehabilitasi kognitif dapat membantu dalam perbaikan memori jangka pendek pada
MCI. Karena penurunan memori pada tahap ini dapat menghasilkan kecemasan,
depresi, atau kesulitan emosional lainnya, konseling yang tepat juga mungkin
diperlukan dan dianjurkan.
Untuk melatih konsentrasi, dapat dilakukan latihan konsentrasi dengan teknik zikir,
memakai musik pengantar, menggunakkan aroma. Tujuannya adalah untuk
memperkuat sekaligus menanamkan pengendalian pikiran agar mudah terfokus ke
dalam diri. Pikiran yang sudah hadir ke dalam diri ini akan selalu siap digunakan
untuk berkonsentrasi pada kegiatan apa saja yang hendak dilakukan.8
13
DAFTAR PUSTAKA
14
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan 60 tahun di poli Neurologi RS. DR. M. Djamil Padang tanggal 2
Keluhan utama :
Sering lupa
Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari sejak 1 tahun terakhir. Pasien merasakan
ini secara perlahan-perlahan. Awalnya pasien lupa tanggal dan hari, kesulitan
mengingat nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering
itu pasien juga sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya.
Kemudian pasien saat diminta belanja beberapa barang, kadang pulang dengan
tidak membawa apa-apa, atau membawa belanja namun tidak lengkap. Pasien
arah jalan.
Riwayat trauma kepala, infeksi otak, tumor otak dan epilepsi tidak ada
15
Riwayat hipertensi (+) sejak 7 tahun terakhir, dengan tekanan darah sistole
Tidak ada keluarga yang menderita sakit gula, hipertensi, penyakit jantung dan
stroke.
Pemeriksaan Fisik
Nadi : 76x/menit
Napas : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
Status Internus
16
Kulit dan kuku : tidak ditemukan sianosis
Keadaan regional
PARU
Perkusi : sonor
JANTUNG
Atas : RIC II
17
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
ABDOMEN
Perkusi : timpani
Status Neurologis
Status Neurologis
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil : Isokor, Ø 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
sakit kepala progresif (-)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik
N.II (Optikus)
18
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Baik Baik
Lapangan Pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola Mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan Bulbus
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi (+) (+)
Refleks Konvergensi (+) (+)
N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N.VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Gerakanmata kemedial bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
19
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Maksila
Refleks Masseter (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik
N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Baik Baik
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebra Baik Baik
Menggerakan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul Baik
Memperlihatkan gigi Baik Baik
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)
Plika nasolabialis Baik Baik
20
N.VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik Arloji (+) (+)
Rinne test
Webber test
Scwabach test
Memanjang
Memendek
Nistagmus
Pendular (-) (-)
Vertical
Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (gag refleks) (+) (+)
N.X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik
Suara Baik
Nadi Teratur
21
N.XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Baik
Menoleh kekiri Baik
Mengangkat bahu kanan Baik
Mengangkat bahu kiri Baik
N.XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan Baik Disatria (-)
Romberg test (-) Disgrafia (-)
Ataksia (-) Supinasi-Pronasi (-)
Rebound Phenomen (-) Tes Jari Hidung (-)
Tes Tumit Lutut (-) Tes Hidung Jari (-)
22
C.Ekstermitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Tropi Eutropi Eutropi Eutropi eutropi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus eutonus
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Baik
Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Sensibilitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik
Sistem Refleks
A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis Triseps (++) (++)
Laring KPR (++) (++)
Masseter APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
Atas Creamaster
Tengah Sfingter
Bawah
B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Tungkai
23
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha
Klonus kaki
Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defikasi : baik
Keringat : baik
Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)
Orientasi :8
Registrasi :3
Recall :0
24
Bahasa :8
Jumlah :20
Moca Ina: 21
Pemeriksaan Laboratorium
Penatalaksanaan :
Nutrisi
2. Khusus : Donepezil 1 x 10 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
25
BAB 4
DISKUSI
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan pada hasil MMSE 20 dan Moca Ina 21,
dari pemeriksaan didapatkan kesan kemungkinan terdapat gangguan kognitif. Pada kasus ini,
MCI kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu donepezil yang berguna untuk memperbaiki
fungsi kognisi, menurunkan inaktivasi dari neurotransmitter asetilkolin sehingga
meningkatkan potensi neurotransmitter kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan
perbaikan memori. Pengendalian faktor risiko mencakup kontrol tekanan darah.
26
BAB 5
KESIMPULAN
27