Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

MILD COGNITIVE IMPAIRMENT

Oleh :

Diana Ardila 1210313077

Preseptor :

Prof. Dr. dr. H. Darwin Amir, Sp. S (K)

dr. Restu Susanti Sp.S, M.Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2 Batasan Penulisan .......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4

1.4 Metode Penulisan ........................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1 Definisi ........................................................................................................... 5

2.2 Epidemiologi .................................................................................................. 6

2.3 Etiologipatofisiologi ...................................................................................... 7

2.4 Fungsi kognitif ............................................................................................... 8

2.5 Klasifikasi ...................................................................................................... 9

2.6 Gejala Klinis .................................................................................................. 10

2.7 Diagnosis........................................................................................................ 10

2.8 Tatalaksana .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

BAB 3 ILUSTRASI KASUS ................................................................................... 15

BAB 4 DISKUSI ....................................................................................................... 26

BAB 5 KESIMPULAN ............................................................................................ 27

2
BAB 1

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan akan meningkatkan usia harapan


hidup. Di Indonesia angka harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun
periode 2004-2015 dan diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2030-2035 menjadi
72,2 tahun. Peningkatan usia harapan hidup tentu akan menimbulkan masalah kesehatan,
termasuk penyakit degeneratif yang berdampak terhadap penurunana fungsi kognitif. Adanya
penurunan fungsi kognitif akan mengganggu aktivitas sehari-hari bila sudah berlanjut
menjadi demensia. Perawatan demensia sendiri merupakan beban berat yang berdampak
sosial dan ekonomi bagi keluarga.1

Mild cognitive impairment (MCI) didefinisikan sebagai fungsi kognitif di bawah


normal tetapi tidak cukup untuk diagnosis demensia. MCI berbeda dengan penyakit
Alzheimer atau demensia lainnya; perubahan kognitif pada MCI tidak berat dan tidak
mengganggu aktivitas harian. Tidak semua penderita MCI mengalami perburukan, sebagian
dapat mengalami perbaikan. Akan tetapi, diketahui bahwa individu dengan MCI memiliki
peningkatan risiko untuk menjadi Alzheimer, terutama jika masalah utama adalah memori.2

MCI pertama kali diperkenalkan oleh petersen pada tahun 1999. Istilah ini digunakan
untuk menggambarkan suatu keadaan transisi antara stadium normal dan stadium ringan
demensia Alzheimer, yaitu adanya gangguan kogitif awal berupa gangguan fungsi memori,
namun aktivitas sehari-hari masih dalam batas normal. MCI biasanya dipisahkan menjadi dua
kategori. Yang pertama adalah MCI amnestik dimana gangguan memori dominan. Yang
kedua adalah MCI Non amnestik dimana defisit bahasa, perhatian atau fungsi visuospasial.1

Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun dan 25%
pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan berlanjut menjadi
demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan bahwa prevalensi amnestic MCI
usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan non-amnestic MCI sebesar 4,9%. Banyak
penelitian mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer lebih tinggi pada wanita dibandingkan
pria, demikian juga MCI.2

3
1.2 Rumusan Masalah

Case report session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,

klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, dan tatalaksana dari mild cognitive

impairment.

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, manifestasi

klinik, diagnosis, dan tatalaksana mild cognitive impairment.

1.4 Manfaat Penulisan

Menambah wawasan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai mild cognitive

impairment spinalis serta temuan dalam kasus pada pasien.

1.5 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis dengan metode studi kepustakaan yang merujuk ke berbagai
literatur.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mild Cognitive Impairment

Mild cognitive impairment (MCI) didefinisikan sebagai fungsi kognitif di bawah


normal tetapi tidak cukup untuk diagnosis demensia.2

MCI merupakan sebagai penurunan fungsi dari satu atau lebih ranah (domain) kognitif
sebanyak 1-1,5 standar deviasi dibawah usianya tanpa adanya gangguan pada aktivitas sehari-
hari. Kondisi ini merupakan transisi antara kondisi normal dengan patologis (stadium
simptomatik predemensia).1

Mild Cognitive Impairment suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah dengan
memori, bahasa, atau fungsi lain mental yang cukup parah untuk menjadi terlihat untuk orang
lain dan muncul pada tes, tetapi tidak cukup serius untuk mengganggu kehidupan sehari-hari.
Karena masalah tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, orang tersebut tidak memenuhi
kriteria untuk didiagnosa dengan demensia (Alzheimer).3

Gambar 1. MCI merupakan precursor AD (Alzheimer disease)

5
Gambar 2. Grafik diatas menunjukkan penurunan memori yang normal, dan
perbandingannya pada MCI dan Alzheimer disease.

2.2. Epidemiologi

Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun dan 25%

pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan berlanjut menjadi

demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan bahwa prevalensi amnestic MCI

usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan non-amnestic MCI sebesar 4,9%. Banyak

penelitian mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer lebih tinggi pada wanita dibandingkan

pria, demikian juga MCI.2

6
Gambar 3. prevalensi MCI berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Prevalensi MCI berdasarkan usia adalah semakin tua maka semakin tinggi persentase terkena
MCI, terlihat pada grafik di atas yaitu dari usia 70-74 tahun (10 %) menjadi (40 %) 85-89
tahun.

2.3. Etiopatofisiologi

Kelainan patologis pada MCI menyerupai perubahan yang didapat pada demensia dan
lansia dengan kognitif yang msih baik. Penelitian oleh Sidhi menemukan 89,6% kasus MCI
pada lansia ≥60 tahun di dua puskesmas Jakarta yang memiliki faktor risiko terbanyak berupa
diabetes melitus dan tingkat pendidikan rendah.1

Secara garis besar faktor risiko pada MCI terbagi menjadi faktor risiko demografis dan
biologis, yaitu:1

1. faktor risiko demografis


a. usia
proses degenerasi otak dimulai pada usia 50 tahun dan meningkat seiring
pertambahan usia. Shankar mendapatkan bahwa volume dan berat otak
berkurang sekitar 5% di usia 40 tahun dan pengurangan semakin besar setelah
usia 70 tahun. Penurunan ini sejalan dengan penurunan fungsi kognitif.
Penurunan terjadi terutama pada korteks prefrontal, sehingga dapat
mengganggu fungsi kognitif, khususnya fungsi eksekutif.
b. jenis kelamin
Secara umum, tidak ada perbedaan bermakna antara gangguan kognitif pada
perempuan dan pria. Faktor risiko terkait mutasi gen Apolipoprotein alel-E4
(ApoE4), stroke, obesitas, diabetes melitus, tingkat pendidikan yang rendah,
penurunan kemampuan instrumental activities of daily living (IADL), dan
usia. Pada wanita, penurunan ini lebih berkaitan dengan penurunan
kemampuan IADL, ApoE4, tingkat pendidikan yang rendah, adanya depresi
subklinis, pemberian obat antikolinergik, dan pertambahan usia. Selain itu,
keterbatasan lingkungan pergaulan dan insomnia juga dapat memperburuk
fungsi kognitif pada wanita.
c. Pendidikan rendah

7
2. faktor risiko biologis
a. penyakit dan faktor risiko kardiovaskular
b. cedera kepala
c. penyakit endokrin dan metabolik
d. faktor genetik
e. faktor neuropsikiatrik
f. proses autoimun dan inflamasi
g. radikal bebas

2.4. Fungsi Kognitif

Kata kognitif berasal dari bahasa latin cognition, yang berarti pengetahuan. Para
teoritikus mengaplikasikan proses kognisi manusia dalam istilah-istilah seperti input
(berdasarkan persepsi), manipulasi (interpretasi atau transformasi informasi), penyimpanan
(menempatkan informasi dalam ingatan), retrieval (pengaksesan informasi dari memori), dan
output (menjalankan informasi).9 Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental secara sadar
seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga
merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi.
Normal terkait usia diharapkan fungsi memori:7

 Fungsi memori yang tetap relatif stabil dengan bertambahnya usia


o Memori semantik

Fakta dan pengetahuan umum tentang dunia, tetap stabil dengan usia, terutama
jika informasi tersebut sering digunakan (Namun, pengambilan informasi yang
sangat spesifik, seperti nama, biasanya menurun.)

o Prosedural memori

Akuisisi dan kinerja kemudian kognitif dan keterampilan motorik

 Fungsi memori yang menurun dengan usia


o Memori kerja

8
Memanipulasi informasi dalam pikiran seperti reorganisasi daftar pendek kata
ke dalam urutan abjad, kecepatan kerja verbal dan visuospatial, memori, dan
pembelajaran dengan kognisi visuospatial lebih dipengaruhi oleh penuaan dari
pada kognisi lisan

o Episodik memori

Peristiwa pribadi dan pengalaman

o Kecepatan pemrosesan
o Prospektif memori

Kemampuan untuk mengingat untuk melakukan suatu tindakan di masa depan


seperti mengingat janji atau untuk mengambil obat

o Terkait umur

Penurunan dalam kemampuan untuk mengingat informasi teks baru, untuk


membuat kesimpulan tentang informasi teks baru, untuk mengakses pengetahuan
sebelumnya dalam memori jangka panjang, dan untuk mengintegrasikan
pengetahuan sebelumnya dengan informasi teks baru

2. 5. Klasifikasi 1

1. MCI amnestik (MCIa) ranah tunggal


MCIa ialah tipe MCI dengan gangguan memori saja tanpa disertai gangguan fungsi
kognitif lain. Etiologi tipe ini ialah faktor degeneratif.
2. MCI amnestik ranah jamak
MCI tipe ini merupakan MCI dengan gangguan memori sebagai gangguan utama dan
disertai gangguan fungsi kognitif lainnya. MCI tipe amnestik berpotensi menjadi
demensia Alzheimer (DA) ke depannya.
3. MCI non-amnestik ranah tunggal
MCI non-amnestik ranah tunggal adalah MCI dengan gangguan pada satu ranah
fungsi kognitif selain memori. Etiologi faktor degeneratif, tetapi dapat pula vaskular.
Mayoritas pasien, akan berkembang menjadi demensia lain selain DA.
4. MCI non-amnestik ranah jamak

9
MCI tipeini merupakan gangguan pada lebih dari satu ranah kognitif. Etiologi
kombinasi antara faktor degeneratif dan vaskular.

2.6. Gejala Klinis

Gejala berupa penurunan fungsi kognitif, diantaranya:7,9

 Sering lupa. Misalnya penderita lupa akan even-even penting yang akan dilakukannya,
penderita mulai lupa jalan yang sering dilalui di lingkungannya, lupa nomor telepon
keluarganya.
 Sering menanyakan pertanyaan yang sama, menceritakan hal yang sama, dan
memberikan informasi yang sama berulang-ulang
 Tidak mampu melakukan suatu pekerjaan dengan banyak petunjuk
 Kurang focus dalam pembicaraan
 Selain itu, penderita dapat juga akan mengalami depresi, cemas, dan apatis

2. 7. Diagnosis

Diagnosis gangguan kognitif ringan berdasarkan hasil evaluasi diagnostik yang


meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan status mental, evaluasi neuro psikologis dan
psikiatris, pemeriksaan fisik termasuk tes laboratorium, pencitraan (CT-Scan atau MRI), dan
peninjauan kembali dari riwayat medis pasien dan obat-obatan yang pasien saat ini sedang
dipakai. Evaluasi ini dilengkapi dengan pengamatan klinis dari gejala-gejala pasien, onset
(mendadak atau bertahap), presentasi (bagaimana gejala-gejala muncul), dan perkembangan
gejala dari waktu ke waktu.5 Tetapi tidak ada tes yang spesifik untuk mendiagnosa MCI.7

Gambar 4. MRI koronal pada pasien dengan fungsi kognitif normal, MCI, dan penyakit
Alzheimer

10
Untuk mendiagnosa MCI, pemeriksa harus memperhatikan kriteria seperti diatas :1

1. Keluhan penurunan fungsi memori dari pasien dan informan

2. Gangguan memori sesuai dengan usia dan pendidikan

3. Fungsi kognitif secara umum masih baik

4. Fungsi aktivitas sehari-hari masih baik

5. Tidak demensia

Penilaian MCI dapat dilakukan melalui beberapa pemeriksaan:3

1. Uji Pendek Status Mental (MMSE). Pemeriksaan ini tidak sensitif untuk gangguan
awal.
2. Penilaian Kognitif Montreal
3. Kuesioner Kegiatan Fungsional. Tes ini dilakukan untuk membedakan MCI dengan
demensia. Karena pada demensia sudah ada gangguan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari sedangkan pada MCI itu tidak ada.

11
Sumber : NEJM

Gambar 5. Alur diagnosa sub tipe MCI

Apabila ada keluhan yang berhubungan dengan fungsi kognitif, kemudian disesuaikan
dengan kriteria. Jika sudah tegak diagnosa MCI, maka harus dicari apakah ada tanda
penurunan memori atau tidak. Jika ada, maka didiagnosa dengan MCI amnestik. Jika hanya
kelainan memori saja maka MCI amnestik single domain, jika ada keluhan lain MCI
amnestik multiple domain. Tapi, jika tidak ada gangguan memori, disebut MCI nonamnestik.
Jika disertai penurunan fungsi kognitif lain disebut MCI nonamnestik multiple domain, jika
tidak disebut MCI nonamnestik single domain.

Kesulitan dalam mendiagnosa MCI karena:9

Tidak ada pemeriksaan yang spesifik

Adanya masalah gangguan memori secara bertahap

Adanya penyakit lain berkonstribusi dalam perubahan memori

Beberapa orang beranggapan bahwa penurunan memori adalah tanda penuaan,


padahal tidak semua seperti itu.

2. 8. Tatalaksana

Tidak ada bukti ilmiah obat-obatan yang dapat mencegah MCI menjadi demensia
secara efektif. Strategi utama tatalaksana pencegahan terjadinya demensia lebih ditekankan
pada pengendalian faktor risiko vaskular dan prevensi stroke primer maupun skunder
mencakup kontrol tekanan darah, berhenti merokok, penggunaan statin, terapi antiplatelet,
dan antikoagulan. Aktivitas fisik dan mental/kognitif yang rutin dilakukan setiap hari akan
meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi otak, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir. Aktivitas fisik dapat berupa olahraga rutin, kendali stres, interaksi sosial yang baik
dengan lingkungan, dan stimulasi kognitif.1

Saat ini tidak ada pengobatan farmakologis yang tersedia di pasar untuk mengurangi
gejala penurunan kognitif ringan, namun obat baru sedang diuji dalam uji klinis. Intervensi
psikososial sedang dikembangkan dan non-farmakologis perawatan juga sedang diuji

12
termasuk program-program seperti Program Peningkatan Memori ADRC Silberstein.5 Tidak
ada obat yang disetujui oleh FDA (The Food and Drug Administration) untuk pengobatan
MCI.3

 Obat Alzheimer, Donepezil dapat mengurangi perkembangan MCI menjadi


Alzheimer pada 2 tahun pertama pengobatan. 10 mg Donepezil (Aricept) setiap hari
dapat mengurangi resiko Amnestik MCI menjadi Alzheimer selama satu tahun. Tetapi
manfaat itu menghilang dalam waktu tiga tahun. Penelitiaan juga menunjukkan bahwa
2.000 unit internasional vitamin E setiap hari tidak mengurangi risiko berkembangnya
MCI amnestik menjadi Alzheimer.4

Dua penelitian lain telah diuji galantamine (Razadyne) sebagai pengobatan untuk
MCI. Dari studi ini ditemukan bahwa galantamine tidak bermanfaat, namun data
menunjukkan peningkatan jumlah kematian di peserta yang menngunakan
galantamine dibandingkan dengan mereka yang menerima placebo.4

 Rehabilitasi kognitif dapat membantu dalam perbaikan memori jangka pendek pada
MCI. Karena penurunan memori pada tahap ini dapat menghasilkan kecemasan,
depresi, atau kesulitan emosional lainnya, konseling yang tepat juga mungkin
diperlukan dan dianjurkan.

Untuk melatih konsentrasi, dapat dilakukan latihan konsentrasi dengan teknik zikir,
memakai musik pengantar, menggunakkan aroma. Tujuannya adalah untuk
memperkuat sekaligus menanamkan pengendalian pikiran agar mudah terfokus ke
dalam diri. Pikiran yang sudah hadir ke dalam diri ini akan selalu siap digunakan
untuk berkonsentrasi pada kegiatan apa saja yang hendak dilakukan.8

 Mengobati kondisi yang menyertai. Seperti faktor resiko dari kardiovaskuler


(hipertensi), depresi, jika ada.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramli Y. 2017. Buku Ajar Neurologi. Fakultas Kedoktera Universitas Indonesia


Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Tangerang. Penerbit Kedokteran Indonesia.
2. Rilianto B. 2015. Mild Cognitive Impairment (MCI): Transisi dari Penuaan Normal
Menjadi Alzheimer. RS Pekanbaru Medical Center, Pekanbaru-Riau, Indonesia
3. Petersen, RC . 2011. Mild Cognitive Impairment. New England Journal Medicine,
364 , 2227-2234. diakses dari www.laureateinstitute.org. tanggal 1 April 2018
4. Anonimous. 2011. Alzheimer National Association. Mild cognitive impairment.
www.alz.org. Chicago. Diakses tanggal 1 April 2018
5. Anonimous. 2011. www.nyumedicalcenter.com. Alzheimer’s disease center. Diakses
tanggal tanggal 1 April 2018
6. Brown P,J. dkk. 2011. Penurunan Fungsional Pasien Lansia dengan gangguan kognitif
ringan dan ringan penyakit Alzheimer. Yayasan Penelitian Alzheimer di The
Rockefeller University. Diakses dari www.ALZinfo.org tanggal 2 April 2018
7. Anderson, H.S, dkk. 2010. Mild Cognitive Impairment. Diakses dari
www.medscape.com tanggal tanggal 1 April 2018
8. Hakim. T. 2003. Mengatasi gangguan konsentrasi : Puspa Swara. Jakarta
9. Nevid, JS. Dkk. 2005. Abnormal Psychology in a Changing World, Fifth Edition :
Erlangga. Jakarta
10. Anonimous. 2006. Mild Cognitive Impairment. Center for Gerontology. Virginia.

14
BAB 3

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan 60 tahun di poli Neurologi RS. DR. M. Djamil Padang tanggal 2

April 2018. Dilakukan anamnesis secara auto dan alloanamnesis :

Keluhan utama :

Sering lupa

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari sejak 1 tahun terakhir. Pasien merasakan

ini secara perlahan-perlahan. Awalnya pasien lupa tanggal dan hari, kesulitan

mengingat nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering

mengulang pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain

itu pasien juga sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya.

 Kemudian pasien saat diminta belanja beberapa barang, kadang pulang dengan

tidak membawa apa-apa, atau membawa belanja namun tidak lengkap. Pasien

juga cenderung mudah marah, tersinggung, cemas. Pasien masih dapat

melaksanakan kegiatan sehari-hari. Tidak kesulitan saat berkendara dan dengan

arah jalan.

 Sakit kepala tidak ada

 Tidak ada pemakaian obat-obatan sebelum pasien mengalami gejala ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

 Riwayat trauma kepala, infeksi otak, tumor otak dan epilepsi tidak ada

15
 Riwayat hipertensi (+) sejak 7 tahun terakhir, dengan tekanan darah sistole

tertinggi 200mmHg, kontrol tidak teratur.

 Riwayat DM, sakit jantung, stroke tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

 Tidak ada keluarga yang menderita sakit gula, hipertensi, penyakit jantung dan

stroke.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi

Pasien seorang ibu rumah tangga, dan tinggal bersama keluarganya.

Pendidikan terakhir SMP

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah : 170/90 mmHg

Nadi : 76x/menit

Napas : 20x/menit

Suhu : 36,8 oC

Status Internus

Rambut : hitam keputihan, tidak mudah dicabut.

16
Kulit dan kuku : tidak ditemukan sianosis

KGB : tidak ditemukan pembesaran

Keadaan regional

Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O

PARU

Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

17
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tidak tampak membuncit

Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Status Neurologis

Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)

Status Neurologis
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil : Isokor, Ø 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
sakit kepala progresif (-)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik

N.II (Optikus)

18
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Baik Baik
Lapangan Pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola Mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan Bulbus
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi (+) (+)
Refleks Konvergensi (+) (+)

N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)

N.VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Gerakanmata kemedial bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)

19
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Maksila
Refleks Masseter (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik

N.VII (Fasialis)

Kanan Kiri
Raut wajah Baik Baik
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebra Baik Baik
Menggerakan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul Baik
Memperlihatkan gigi Baik Baik
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)
Plika nasolabialis Baik Baik

20
N.VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik Arloji (+) (+)
Rinne test
Webber test
Scwabach test
 Memanjang
 Memendek
Nistagmus
 Pendular (-) (-)
 Vertical
 Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)

N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (gag refleks) (+) (+)

N.X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik
Suara Baik
Nadi Teratur

21
N.XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Baik
Menoleh kekiri Baik
Mengangkat bahu kanan Baik
Mengangkat bahu kiri Baik

N.XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)

Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan Baik Disatria (-)
Romberg test (-) Disgrafia (-)
Ataksia (-) Supinasi-Pronasi (-)
Rebound Phenomen (-) Tes Jari Hidung (-)
Tes Tumit Lutut (-) Tes Hidung Jari (-)

Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Badan Respirasi Teratur
Duduk Dapat dilakukan
B.Berdiri dan Gerakan spontan (-) (-)
berjalan
Tremor (-) (-)
Atetosis (-) (-)
Mioklonik (-) (-)
Khorea (-) (-)

22
C.Ekstermitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Tropi Eutropi Eutropi Eutropi eutropi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus eutonus

Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Baik
Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Sensibilitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik

Sistem Refleks
A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis Triseps (++) (++)
Laring KPR (++) (++)
Masseter APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
 Atas Creamaster
 Tengah Sfingter
 Bawah
B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Lengan Tungkai

Hofmann Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)

Chaddoks (-) (-)

23
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha
Klonus kaki

Fungsi Otonom
 Miksi : baik
 Defikasi : baik
 Keringat : baik

Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)

reaksi intelek Baik Refleks Snout (-)

Reaksi emosi Baik Refleks Menghisap (-)

Refleks Memegang (-)

Refleks palmomental (-)

Mini Mental State Examination :

Orientasi :8

Registrasi :3

Atensi dan kalkulasi :1

Recall :0

24
Bahasa :8

Jumlah :20

Kesan : Kemungkinan gangguan kognitif

Moca Ina: 21

Kesan : Nilai dibawah normal (Normal ≥ 26/30)

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis Klinis : MCI tipe amnestik

Diagnosis Topik : korteks serebri

Diagnosis Etiologi : Degeneratif

Pemeriksaan Anjuran : - CT Scan

Penatalaksanaan :

1. Manajemen Umum : rehabilitasi kognitif

Nutrisi

Edukasi pengendalian hipertensi

2. Khusus : Donepezil 1 x 10 mg

Amlodipin 1 x 10 mg

25
BAB 4

DISKUSI

Telah diperiksa seorang perempuan berumur 60 tahun yang di poli Neurologi RS DR


M Djamil Padang dengan diagnosis klinik MCI tipe amnestik. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien menderita
sering lupa sejak 1 tahun terakhir yang terjadi secara perlahan-perlahan. Pasien lupa tanggal
dan hari,kesulitan mengingat nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan
sering mengulang pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu
pasien juga sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya. Kemudian pasien saat
diminta belanja beberapa barang, kadang pulang dengan tidak membawa apa-apa, atau
membawa belanja namun tidak lengkap. Pasien juga cenderung mudah marah, tersinggung,
cemas. Pasien masih dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti berkendara dan tidak
kesulitan dengan arah. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 7 tahun yang lalu tidak
terkontrol dan pendidikan terakhir pasien adalah sekolah menangah atas pertama yang
merupakan faktor risiko biologis dan demografis pada MCI.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan pada hasil MMSE 20 dan Moca Ina 21,
dari pemeriksaan didapatkan kesan kemungkinan terdapat gangguan kognitif. Pada kasus ini,
MCI kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu donepezil yang berguna untuk memperbaiki
fungsi kognisi, menurunkan inaktivasi dari neurotransmitter asetilkolin sehingga
meningkatkan potensi neurotransmitter kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan
perbaikan memori. Pengendalian faktor risiko mencakup kontrol tekanan darah.

Penatalaksanaan non farmakologis pada pasien dengan aktivitas fisik dan


mental/kognitif yang rutin dilakukan setiap hari akan meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi
otak, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Aktivitas fisik dapat berupa
olahraga rutin, kendali stres, interaksi sosial yang baik dengan lingkungan, dan stimulasi
kognitif.

26
BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan prediksi, Indonesia akan menjadi negara dengan kecepatan pertumbuhan


lansia tertinggi di dunia, yaitu mengalami perubahan sebesar 414% dalam kurun waktu 1990
– 2020. Hal ini diiringi pula dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 66,7 tahun
menjadi 70,5 tahun. Dengan meningkatnya usia lanjut di populasi, diperkirakan gangguan
fungsi kognitif dan penyakit demensia akan menjadi penyakit yang umum ditemui pada
pelayanan kesehatan primer.

Penurunan kognitif ringan ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif (memori,


konsentrasi, orientasi, persepsi, perhatian), dan kemampuan fungsional (kesulitan
menyelesaikan kompleks yang berhubungan dengan pekerjaan tugas dan kegiatan sehari-hari)
yang sesuai dengan perubahan patologis pada bagian-bagian tertentu dari otak.

Diagnosis gangguan kognitif ringan berdasarkan hasil evaluasi diagnostik yang


meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan status mental, evaluasi neuro psikologis dan
psikiatris, pemeriksaan fisik termasuk tes laboratorium, pencitraan (CT-Scan atau MRI), dan
peninjauan kembali dari riwayat medis pasien dan obat-obatan yang pasien saat ini sedang
dipakai. Evaluasi ini dilengkapi dengan pengamatan klinis dari gejala-gejala pasien, onset
(mendadak atau bertahap), presentasi (bagaimana gejala-gejala muncul), dan perkembangan
gejala dari waktu ke waktu 3. Tetapi belum ada tes yang spesifik untuk mendiagnosa MCI.

27

Anda mungkin juga menyukai