Oleh :
Preseptor:
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung yang
yang sepadan sesuai dengan kebutuhan dari jaringan yang bermetabolisme.1 Gagal
jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan
Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa
jantung, dengan prevalensi yang meningkat sampai 10% pada orang dengan usia 70
tahun atau lebih.5 Prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,13 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar
0,3 persen.12
umur, tertinggi pada umur 65 74 tahun (0,5%). Sedangkan untuk jenis kelamin,
Gagal jantung terdiri atas gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah dan
dengan fraksi ejeksi yang masih terjaga.Hampir setengah dari pasien yang mengalami
menyebabkan hampir 2/3 dari kasus gagal jantung sistolik, sedangkan hipertensi dan
2
diabetes berkontribusi dalam banyak kasus. Gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang
masih terjaga (HF-PEF) memiliki epidemiologi dan etiologi yang berbeda dengan
simptomatis sangat tinggi. Prognosis pada pasien dengan gagal jantung kongestif
tergantung tingkat keparahan, usia dan jenis kelamin. Faktor lain yang menentukan
prognosis termasuk klasifikasi NYHA, fraksi ejeksi ventrikel kiri dan status
berbagai literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jantung akut dan kronik, gagal jantung didefinisikan, secara klinis, sebagai sebuah
sindroma dimana pasien memiliki gejala tipikal (sesak nafas, ankle swelling, dan
tungkai, ronkhi pada paru, dan pergeseran dari denyut apeks jantung).2
waktu disebut sebagai penderita gagal jantung kronik. Pasien dengan gejala dan tanda
yang diobati yang secara umum tidak mengalami perburukan paling kurang selama
satu bulan dapat dikatakan sebagai pasien gagal jantung kronik yang stabil.2 Jika
pasien dengan gagal jantung kronik mengalami perburukan keadaan, pasien bisa
disebut mengalami dekompensasi dan dapat terjadi secara akut yang biasanya akan
mengantarkan pasien ke rumah sakit. Sedangkan gagal jantung akut adalah pasien
yang datang dengan gejala gagal jantung yang tiba tiba yang memerlukan terapi
4
2.2 Epidemiologi dan Etiologi Gagal Jantung
jantung, dengan prevalensi yang meningkat sampai 10% pada orang dengan usia 70
tahun atau lebih.5 Etiologi dari gagal jantung sangat beragam dan berbeda di berbagai
belahan dunia (gambar 2.1).2 Hampir setengah dari pasien yang mengalami gagal
jantung memiliki fraksi ejeksi yang rendah. Penyakit arteri coroner menyebabkan
hampir 2/3 dari kasus gagal jantung sistolik, sedangkan hipertensi dan diabetes
5
Gambar 2.1 Etiologi gagal jantung2
Gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang masih terjaga (HF-PEF) memiliki
epidemiologi dan etiologi yang berbeda dengan gagal jantung dengan penurunan
fraksi ejeksi (HF-REF). Pasien HF-PEF biasanya adalah dengan usis lebih tua, lebih
sering pada wanita, dan sering juga pada orang dengan obesitas dibanding pasien HF-
REF. Pasien HF-PEF lebih jarang menderita penyakit arteri coroner dan lebih
cenderung mengalami hipertensi dan fibrilasi atrial. Pasien ini juga memiliki
6
2.3 Patofisiologi Gagal Jantung Kronik
diastolik ventrikel), maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel
atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama
paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru. Jika tekanan hidrostatik dari
anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskular, maka akan terjadi
kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial. Peningkatan tekanan
lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah
edema paru-paru.
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung
kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti
7
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat
dilihat:
3. Hipertrofi ventrikel
untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada
gagal jantung dini, dan pada keadaan istirahat.Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel
dan menurunnya curah jatung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan
berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.7
Dalam rangka untuk menentukan arah terbaik terapi, dokter sering menilai
tahap gagal jantung menurut sistem klasifikasi New York Heart Association (NYHA)
fungsional.Sistem ini berkaitan dengan kegiatan sehari-hari gejala dan kualitas hidup
pasien.
8
Kelas Gejala
Kelas I Tidak ada gejala pada setiap tingkat tenaga dan tidak ada
Manifestasi Klinis:
2. Orthopnea
b. Batuk nokturnal
a. Serangan sesak napas berat dan batuk pada malam hari, biasanya
membangunkan pasien
5. Gejala Gastrointestinal
9
a. Anoreksia
b. Mual
6. Gejala Cerebral
2.5 Diagnosis
membedakan gagal jantung dengan kondisi patologis yang lainnya. Gejala dan tanda
terkadang sulit diidentifikasi dan diinterpretasikan pada pasien dengan obesitas, usia
lanjut, dan dengan penyakit paru yang kronikOleh karena itu diperlukan pendekatan
10
Gambar 2.2 Algoritma Diagnostik Gagal Jantung.8
Kriteria Mayor
- Krepitasi
11
- S3 gallop
- Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
- Takikardi
- Hepatomegali
- Efusi pleura
1. Anamnesis
yaitu:
b. Kongesti vena sistemik: edema perifer, asites, dan nyeri abdomen atau
mual
12
c. Penurunan cardiac output: penurunan toleransi latihan atau fatig dan
jarang terjadi pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit yang relevan
2. Pemeriksaan fisik
penurunan suara nafas, bunyi jantung ketiga, dan pergeseran dari apeks
kordis
13
3. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Pemeriksaan EKG harus dikerjakan pada semua pasien yang diduga gagal
kecil (<10%).
b. Foto Toraks
Selain itu, juga berguna dalam mengidentifikasi penyebab lain dari gejala
c. Pemeriksaan Laboratorium
kreatinin, laju filreasu glomerulus, glukosa, tes fungsi hati, dan urinalisis.8
2.6 Tatalaksana
farmakologis.
a. Tatalaksana Non-farmakologi
14
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas
Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari, jika terdapat kenaikan
berat badan besar > 2 kg dalam 3 hari pasien harus menaikan dosis diuretic
3. Asupan cairan
gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua
hidup.Jika selama 6 bulan terakhir berat badan besar dari 6% dari berat badan
kaheksia.
6. Latihan fisik
15
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30 menitatau
maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang).Istirahat baring pada gagal jantung
7. Aktvitas seksual
b. Tatalaksana Farmakologis
16
Gambar 2.3 Strategi pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simtomatik
(NYHA fc II-IV)8
17
Cara pemberian diuretik pada gagal jantung:
Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa fungsi ginjal danserum elektrolit
resisten
18
19
Dosis obat yang umumnya dipakai pada gagal jantung adalah sebagai berikut:
20
Gambar 2.5 Dosis obat pada gagal jantung8
2.7.1.1 Aritmia
a. Atrial Fibrilasi
Atrial Fibrilasi terjadi pada sepertiga (sekitar 10-50%) pada ppasien dengan
gagal jantung kronik dan dapat menjadi penyebab atau komplikasi dari gagal
memicu gagal jantung, terutama pada pasien dengan disfungsi ventrikel yang
21
Fibrilasi atrium yang terjadi dengan disfungsi ventrikel kiri berat pasca
b. Aritmia Ventrikel
Gagal jantung kongestif menjadi salah satu predisposisi terjadinya stroke dan
aneurisme ventrikel kiri), serta termasuk atril fibrilasi. Pasien gagal jantung
22
2.7.2 Prognosis
Morbiditas dan mortalitas pada semua jenis gagal jantung kronik simptomatis
sangat tinggi, dimana angka mortalitas 20-30% pada gagal jantung tingkat ringan dan
sedang dalam satu tahun, sedangkan pada gagal jantung tingkat berat angka
Prognosis pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri Asimtomatis lebih baik
dibandingkan dengan yang mempunyai gejala. Prognosis pada pasien dengan gagal
jantung kongestif tergantung tingkat keparahan, usia dan jenis kelamin. Prognosis
buruk pada pasien laki-laki. Faktor lain yang menentukan prognosis termasuk
23
Daftar Pustaka
acute and chronic heart failure 2008: the TaskForce for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure 2008of the European Society of
K, et al. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure 2012: the Task Force for the diagnosis and treatment of acute and
in collaboration with the Heart Failure Association of the ESC (HFA) and
4. Fuster V, Walsh R.A, Harrington R.A, eds. Hurst the Heart 13th Ed. The
2007;93:11371146
24
6. Meta-analysis Global Group in Chronic Heart Failure (MAGGIC). The
Heart J 2012;33:17501757
Publishing. 2000
Clinical Medicine 9th Ed. New York. Oxford University Press. 2014
10. Crawford MH, Dimarco JP, Paulus WJ, Cardiology. 3rd edition. Philadelphia:
Elsevier; 2010
11. Watson RDS, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure. British Medical
25