Contoh Cover
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN KRITIS STASE KGD
ASUHAN KEPERAWATAN
TERHADAP TN.S DENGAN ACUTE HEARTH FAILURE
DI RUANG ..........RS .....
LAPORAN MINGGU I
OLEH :
SUGIYONO
2021
1
2|Page
HALAMAN SELANJUTNYA
Lembar pengesahan
Daftar isi
Kata pengantar
BAB 1-4
Daftrar pustaka
2
5|Page
BAB I
PENDAHULUAN
5
6|Page
April 2013 data pasien 12.440 jumlah pasien yang dirawat dengan kasus AHF
40,5% dan 59,55 dengan kasus cronis heart failure (CHF) dalam satu tahun,
kasus AHF yang meninggal 23,66% dan 6,4% pada kasus CHF. Titik akhir
gabungan angka mortalitas dan rawat inap pada 1 tahun 36% AHF dan 14,5%
CHF.
Sedangkan kasus AHF di PJNHK tahun 2016 sejumlah 1765 dari kumpulan
kasus terbesar yang terdiri kasus ACS 1981, kasus aritmia 543. Kasus AHF
menduduki urutan ke dua setelah kasus ACS. Dimana kasus AHF sendiri
sebesar 15,9 % (yang terdiri dari kardiogenic syok 0,73%, ADHF 93,37 %,
ALO 5,89 %) angka tersebut dapat diartikan bahwa masyarakat makin butuh
sarana kesehatan tapi juga dapat diartikan bahwa pola hidup masyarakat yang
kurang baik.
Penulis merasa terpanggil untuk mengangkat kasus acut heart failure
(AHF) dengan tujuan dapat memahami konsep askep AHF dan mampu
melakukan penatalaksanaan AHF sesuai standar guna mengurangi angka
rehospitalisasi
6
7|Page
7
8|Page
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Heart failure (HF) atau gagal jantung merupakan sekumpulan sindrom klinik
akibat dari kegagalan fungsi struktural pengisian ventrikel atau fase ejeksi
ventrikel, yang dimanifestasikan dengan dyspneu dan kelelahan,intoleransi
aktivitas,retensi cairan yang ditandai dengan kongestive pulmonal dan atau edema
perifer. (AHA,2013)
Ada dua jenis presentasi gagal jantung akut yaitu gagal jantung akut yang baru
terjadi pertama kali (de novo) dan gagal jantung dekompensasi akut pada gagal
jantung kronis yang sebelumnya stabil. Penyakit tersering dari gagal jantung akut
adalah hipervolume atau hipertensi pada pasien dengan gagal jantung
diastolik.(ESC guidelines 2012)
Acute heart failure (AHF) adalah mengacu pada onset cepat atau perburukan
gejala dan tanda-tanda gagal jantung. AHF adalah kondisi medis yang
mengancam jiwa memerlukan evaluasi dan perawatan segera.
AHF mungkin hadir sebagai kejadian pertama (de novo) atau lebih sering sebagai
konsekuensi dari dekompensasi akut kronis gagal jantung. Disfungsi miokard akut
(Iskemia, inflamasi atau toksik) Insufisiensi katup akut atau tamponade
perikardial adalah salah satu penyebab utama gagal jantung akut yang paling
sering, dekompensasi kronis terjadi tanpa di ketahui faktor resiko, tapi faktor
8
9|Page
(Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
hearth failure 2012)
9
10 | P a g e
10
11 | P a g e
• Tahap I – tidak ada gagal jantung tidak ada tanda dari dekompensasi
jantung.
• Tahap II – gagal jantung. Dengan kriteria diagnosa adanya ronkhi basah
halus di kedua lapangan paru, S3 gallop, peningkatan tekanan vena
pulmonalis.
• Tahap III – gagal jantung berat. Ditandai dengan edema paru yang jelas
dengan ronkhi basah pada seluruh lapangan paru.
• Tahap IV – syock kardiogenik. Dengan tanda-tanda hipotensi ( tekanan
darah sistolik ≤ 90 mmHg ) dan vasokontriksi perifer di tandai dengan
oligura, sianosis dan diaphoresis.
2.1.4.2 Klasifikasi Forrester
Klasifikasi forrester juga digunakan pada pasien AMI, didasarkan pada tanda
klinis atas dasar hipoperfusi dan kongesti paru, sedangkan secara
hemodinamik di dasarkan pada penilaian kardiak indek (≤2,2 L/mnt/m²) dan
peningkatan pulmonary Cappilary Wedge Pressure (PCWP) (> 18 mmHg).
11
12 | P a g e
Tissue
Low perfusion 3.5─
H-II H-I
C-I C-II
normal diuretics
Normal perfusion 3─ vasodilator: ntg, nitropusside
3 Klasifikasi kondisi klinis (stevenson)
2.5─
Klasifikasi ini melihat klien dari pemantauan sirkulasi perifer
(perfusi) dan auskul
Mild hypoperfusion pulmonary edema
2.2
2─ H-III H-IV
CI C-III C-IV
I/m/m² normal blood pressure:vasodilator
18
PCWPmmHG
pulmonary congestion
hypovolemia mild severe
12
13 | P a g e
Pulmonary congestion
Orthopnoea/paroxysmal
nocturnal dyspnoea
Peripheral (bilateral)oedema
Jugular venous dilatation
Congested hepatomegaly
Gut congestion,ascites
Hepatojugular reflux
HYPOPERFUSION (-)
WARM-DRY WARM-WET
HYPOPERFUSION (+)
Mental confusion
Dizzines
13
14 | P a g e
14
15 | P a g e
Istilah Definisi
Tanda dan gejala kongesti Orthopneu,paroxysmal nocturnal dyspnoes,pulmonary rales
(bagian kiri) (bilateral),oedema perifer (bilateral)
Tanda dan gejala (bagian Vena jugular dilatasi,oedema
kanan) perifer (bilateral),kongesti
Tanda dan gejala hypoperfusi hepatomegali,reflux
hepatojugular,ascites gejala
kongesti usus
Klinik: extremitas dingin dan berkeringat,oliguri,kebingungan
mental,pusing,tekanan nadi menyempit.
Hasil laboratorium : asidosis metabolik,kenaikan serum
laktat,kenaikan serum creatinin
Hypoperfusi tidak sama dengan hipotensi tetapi hypoperfusi disertai
dengan hipotensi
Hypotensi Systolic BP < 90 mmhg
Usaha pernafasan yang tidak Respiratory rate >25 x/menit menggunakan otot aksesoris pernafasan
normal untuk bernafas,atau respiratory rate <8 x/menit dispnoe
Low saturasi O2 Saturasi O2 (SaO2) <90% dalam pulse oximetry
Hypoxaemia Tekanan parsial O2(PaO2) dalam darah arteri <80 mmhg (<10,67
Kpa) (analisa gas darah)
Hypoxemia gagal nafas type I PaO2 <60 mmhg (<8Kpa)
Hypercapnia Tekanan parsial CO2 (PaCO2) dalam darah arteri >45 mmhg
(>6Kpa) (Analisa gas darah)
2.1.6. Pathofisiologi
Jika curah jantung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
mekanisme kompensasi diaktifkan, termasuk respon neurohormonal. Mekanisme
ini membantu meningkatkan kontraksi dan mempertahankan integritas sirkulasi
tetapi jika terus berlangsunsg akan menyebabkan pertumbuhan otot yang
15
16 | P a g e
Dilatasi ventrikel
Jika aliran darah melaui arteri renalis berkurang, refleks baroreseptor akan
terangsang dan renin akan di lepaskan ke aliran darah. Renin berinteraksi dengan
angiotensinogen menghasilkan angiotensin I, jika angiotensin I berinterkais
dengan ACE, angiotensin I di ubanh menjadi angiotensin II meningkatkan
vasokontriksi, meningkatkan pelepasan norepinefrin/nor adrenalin dari ujung saraf
simpatis dan merangsang medula adrenal untuk menghasilkan aldosteron yang
akan meningkatkan penyerapan air dan natrium. Stimulus sistem renin-
16
17 | P a g e
• Volume overload
• Pressure overload
• Myocardial loss
• Disfungsi diastolik/Imfaired filling
Kongesti
• Dyspnoe
• Tingkat keparahan paru-paru yang bervariasi
17
18 | P a g e
Konsiderasi patofisiologi AHF klinis yang aktual sebagai tanda gagal jantung
diobati terutama dengan diuretik dan dalam kasus yang banyak dengan inotropik.
Sedangkan vaskular failure terutama mengatur dengan vasodilator.Dimana
syndrome ini yang komplex dan dua mekanisme yang berbeda pada kebanyakan
pasien.
Myocardial Injury
ACS adalah penyebab tersering AHF,dari data hampir 85000 pasien AHF dari
registry ADHERE (2008) 6% pasien positif troponin. Dalam konteks AHF
iskemia penyebabnya yang di sebabkan penurunan supply oksigen ke miokardium
dan kenaikan demand oksigen keduanya menurun karena low diastolik tekanan
arteri darah dan high LV diastolik pressure.
18
19 | P a g e
Keadaan saling ketergantungan antara jantung dan ginjal merupakan vicios circle
dimana gagal jantung penyebab disfungsi renal dalam memutar ,merubah atau
menaikan
19
20 | P a g e
20
21 | P a g e
21
22 | P a g e
22
23 | P a g e
23
24 | P a g e
infeksi, pemeriksaan analisa gas darah (terutama bagi pasien AHF yang berat)
untuk evaluasi oksigenasi (pO2) adekuasi system respirasi (pCO2) dan
keseimbangan asam basa (pH).
Pemeriksaan laboratorium tambahan : pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan
Kreatinin serum), pemeriksaan elektrolit, gula darah, CK-MB, troponinte T/I (bila
dicurigai adanya iskemia akut), profil lipid, tes fungsi hati, albumin serum,
urinalisis dan tes fungsi tiroid. Pemeriksaan spesifik dalam mendiagnois AHF
sekaligus menggambarkan prognosis, digunakan pemeriksaan pertanda biologis
brain natriuretic peptide plasma (BNP/NT-proBNP). Patokan nilai diagnosis kadar
BNP plasma adalah 100pg/ml dan kadar plasma NT-sproBNP adalah 300pg/ml.
2.1.7.6 Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan kateterisasi jantung kanan dengan kateter swan Ganz (ballon
flotation catheter) dapat mengukur secara langsung PCWP dan cardiac output.
Pada umumnya untuk diagnose AHF tidak diperlukan kateterisasi jantung kanan,
namun pada pasien yang kompleks, pemeriksaan ini dapat membedakan apakah
suatu kondisi klinis disebabkan oleh faktor intra kardiak atau ekstra kardiak,
terutama pada pasien dengan penyakit jantung yang disertai kelainan paru,
disamping itu informasi yang diperoleh dari kateterisasi jantung kanan dapat
dipergunakan untuk menentukan pilihan terapi.
2.1.8 Pemantauan hemodinamik ada dua cara :
2.1.8.1 Non invasive
Pemantauan yang dilakukan meliputi : HR, RR, suhu tubuh, tekanan darah,
saturasi oksigen, produksi urin dan cairan masuk, berat badan, keluhan
sesak,pemeriksaan elektrolit, kreatinin serum, gula darah dan elektrokardiografi.
2.1.8.2 Invasive
Jika terdapat instabilitas hemodinamik perlu dipertimbangkan pemantauan
tekanan intaatrial, pemantauan CVP, pemantauan PCWP dan cardiac index
dengan menggunakan kateter arteri pulmonal (swan ganz catheter)
24
25 | P a g e
25
26 | P a g e
AHF = acute heart failure; BiPAP = bilevel positive airway pressure; COPD =
chronic obstructive pulmonary disease; CPAP = continuous positive airway
pressure; PaCO2 =
partial pressure of carbon dioxide in arterial blood; PaO2 ¼ partial pressure of
oxygen in arterial blood; SpO2 ¼ transcutaneous oxygen saturation.
a
Class of recommendation.
b
Level of evidence.
c
Reference(s) supporting recommendations
26
27 | P a g e
27
28 | P a g e
Agen inotropik :
• Penggunaan agen inotropik hanya diberikan pada kondisi cardiac output
yang sangat rendah dan menyebabkan gejala hipoperfusi organ vital,yang
terutama terjadi pada hypotensi AHF
28
29 | P a g e
29
30 | P a g e
30
31 | P a g e
Pacu jantung
31
32 | P a g e
% dengan kompleks QRS ≥0,12 datik. Pemasangan ICD pada infark miokard akut
dilakukan > 30-40 hari pasca serangan akut.
Terapi Bedah
Terapi bedah, berbagai kelainan jantung, terutama terjadi setelah infark miokard
akut, dapat menyebabkan AHF, terapi bedah mungkin diperlukan untuk
memperbaiki prognosis
2.1.9.4 Intervensi lain
Pasien dengan AHF dan efusi pleura, pleurocentesis dengan evakuasi cairan dapat
dipertimbangkan jika memungkinkan untuk meringankan dyspnea. Pasien dengan
asites ,asites paracentesis dengan evakuasi cairan dapat dipertimbangkan untuk
mengurangi gejala.Prosedur melalui pengurangan tekanan intra
abdominal,mungkin juga sebagian menormalkan tekanan gradien
transrenal,sehingga memperbaiki filtrasi ginjal
32
33 | P a g e
ͣ class of recommendation
ᵇ level of evidence
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah gejala dan
tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung seperti gangguan irama
jantung, gangguan endokardial, perikardial, valvular atau miokardial. Kelainan
miokardium bisa sistolik (berhubungan dengan kontraksi dan pengosongan
ventrikel), diastolik (berhubungan dengan relaksasi dan pengisian ventrikel) atau
kombinasi keduanya.
33
34 | P a g e
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan, meliputi dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistematik.
• Dispnea
• Kelemahan fisik
Kelemahan fisik karena cardiac outfut yang rendah namun abnormalitas otot
skelet dan komorbiditas non-cardiac (anemia) juga berkontribusi pada gejala
ini.
• Edema sistemik
34
35 | P a g e
• Ortopneu
Paroxysmal nocturnal dyspneu adalah sesak nafas yang terjadi pada malam
hari dan biasanya membangunkan pasien dari tidurnya.PND dapat berupa
batuk atau bersin.Hal ini disebabkan adanya peningkatan arteri bronchial yang
menyebabkan kompresi jalan nafas,disertai dengan edema interstitial paru
yang pada akhirnya menimbulkan terjadinya resistensi saluran pernafasan
pada pasien. Jika pada saat oetopneu kedaan dapat membaik jika pasien
berubah posisi dari berbaring ke duduk, pada PND batuk dan mengi menetap
meskipun pasien melakukan perubahan posisi.
• Keluhan Batuk
Batuk merupakan manifestasi yang sering pada gagal ventrikel kiri. Batuk
yang kasar dapat menghasilkan sputum berbusa kental dan bercampur darah.
Klien batuk karena sejumlah cairan yang banyak terperangkap dalam saluran
pernapasan dan mengiritasi mukos paru. Pada auskultasi terdapat ronkhi
bilateral
• Edema Pulmonal
35
36 | P a g e
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
dintanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunan nya.
36
37 | P a g e
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal,
takut mati, perasaan mati sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tidak
perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Kondisi ini ditandai
dengan sikap menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial dikaji terhadap
adanya stres karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan
koping dengan stresor yang ada. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat
gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi.
Pemeriksaan fisik terdiri atas keadaan umum dan pengkajian B1-B6. Pada
pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran
yang baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
• B1 (breathing)
37
38 | P a g e
• B2 (Blood / sirkulasi)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengkajian apa saja yang dilakukan pada
pemeriksaan jantung dan pembuluh darah :
Inspeksi
38
39 | P a g e
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen dan secara bertahap
bertambah ke atas tungkai yang pada akhirnya ke genitalia eksterna serta
tubuh bagian bawah.Edema sakral sering jarang terjadi pada klien yang
berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan
dengan ujung jari.
Palpasi
39
40 | P a g e
S3 atau gallop ventrkel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada
orang dewasa hamper tidak pernah ada pada adanya penyakit jantung
signifikan. Kebanyakan dokter akan setuju bahwa tindakan terhadap gagal
kongesif diindikasikan dengan adanya tanda ini. S3 terdengar pada awal
diastolic setelah bunyi jantung kedua (S2), dan berkaitan dengan periode
pengisian ventrikel pasif yang cepat. Ini juga dapat didengar paling baik
40
41 | P a g e
dengan bel stetoskop yang diletakkan tepat di apeks, dengan klien pada posisi
lateral kiri dan pada akhir ekspirasi.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya didapatkan apabila
penyebab gagal jantung karena kelainan katup.
Perkuasi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakkan adanya hipertrofi jantung
( kardiomegali).
• B3 (Brain)
• B4 (Bladder)
• B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga abdomen, serta penurunan
berat badan.
Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan
jantung. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal
meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu
kondisi yang dinamakan asites pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini
dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres pernapasan.
41
42 | P a g e
• B6 (Bone)
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme.Juga terjadi akibat meningkatnya energy yang digunakan
untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pad otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan
keletihan. Gejala-gejala ini dapat diekserbasi oleh ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit atau anoreksia.Pemenuhan personal higiene mengalami
perubahan.
2.1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
42
43 | P a g e
Pemeriksaan objektif diperlukan karena dua alasan: (1) untuk menilai kinerja
jantung dan (2) untuk menentukan penyebab dasar gagal jantung, khususnya jika
penyebab ini dapat diobati atau bahkan dihilangkan, misalnya kelainan katup,
endokarditis infektif, efusi perikardial, dan emboli paru yang berulang
2.1.1.8.1 Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung adalah akibat
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan ketup
dilatasi ventrikal kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikal.Juga
dapat dilihat diskinesia regional pada tempat infarkmiokardium sebelumnya.
Diameter akhir diastolik ventrikel kiri berkorelasi baik dengan ukuran total
ventrikel kiri dan pemendekan traksional, yang dinyatakan dengan; dimensi akhir
diastolic dimensi akhir sistolik/dimensi akhir diastolik dapat digunakan untuk
memperkirakan fraksi ejeksi. Di sini juga dapat dinilai fungsi diastolik yang
sering abnormal pada hipertensi hipertrofi ventrikel.Beratnya penyakit jantung
katup dapat dievaluasikan dengan ultrasonografi Doppler.
43
44 | P a g e
Garis-garis padat yang halus ini disebabkan oleh adanya cairan padat sekat
interlobularis dan paling mudah dilihat pada sudut kostofrenik. Pada akhirnya
terjadi edema alveolar, yang tampak sebagai bayangan samar yang umunya
menyebar dari daerah hilus, efusi pleura sering terjadi, khususnya di sebelah
kanan.
2.1.1.8.3 Elektrokardiografi
44
45 | P a g e
45
46 | P a g e
46
47 | P a g e
47
48 | P a g e
dan keluarga
tentang pembatasan
aktivitas
Tentukan periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan
Observasi toleransi
klien terhadap
aktivitas
Observasi adanya
dispneu, kelelahan,
takipneu, dan
ortopneu
sAnjurkan untuk
mengurangi stress
Ciptakan hubungan
yang saling
mendukung antara
klien dan keluarga
Anjurkan klien
untuk melaporkan
adanya
ketidaknyamanan
dada
Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien
dan keluarga
48
49 | P a g e
49
50 | P a g e
50
51 | P a g e
Observasi
Respirasi
Observasi
kecepatan,
irama
kedalaman
respirasi
Catat
pergerakan
dada,
kesimetrisan,
penggunaan
otot nafas
tambahan
dan adanya
retraaksi otot
inteerkosta
Obsrvasi pola
nafas:
Bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi
, pernafasan
kusmaul,
cheynes
stokes, biot
dan apnea
Palpasi
ekspansi paru
Perkusi
toraks
anterior dan
51
52 | P a g e
posterior
bagian apeks
dan dasar
kedua paru
Auskultasi
setelah
pemberian
pengobatan
Observasi
peningkatan
kegelisahan
dan
kecemasan
Observasi
kemampuan
klien untuk
batuk efektif
Observasi
hasil
pemeriksaan
foto thoraks
52
53 | P a g e
53
54 | P a g e
54
55 | P a g e
55
56 | P a g e
56
57 | P a g e
57
58 | P a g e
2.2.3.6 Cemas
58
59 | P a g e
59
60 | P a g e
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian
obat anti cemas.....
60
61 | P a g e
61
62 | P a g e
62
63 | P a g e
penanganan
Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat.
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
63
64 | P a g e
64
65 | P a g e
BAB III
3.1 Pengkajian
Nama : Tn S
Umur : 60 Tahun
Diagnosa Medis :
Ruangan : IGD
Sesak napas
Pasien mengatakan sesak napas sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, keluhan
sesak bertambah kalau saat beraktivitas dengan jalan 50-100 meter saja sudah
65
66 | P a g e
cape. Klien tidak ada keluhan nyeri dada klien sudah dengan DOE (+), (OP+),
Klien langsung dibawa ke IGD RS jantung harapan kita dengan keluhan sesak
napas dan cepet lelah bila berkativitas yang tidak hilang-hilang. Klien tiba di
ruang IGD jam 23.38 : Sesak nafas (+), keringat dingin (-), mual (-),muntah (-),
demam (-), batuk (+), DOE (+),OP (+), PND (+)
Klien merupakan pasien lama PJNHK dengan riwayat PCI 22 Juni 2020 1 DES di
RCA pada CAD 3 VD Dengan STEMI Inferior posterior CKD stage IV, DM tipe
2 , klien mengatakan mempunyai penyakit diabetes (+) sudah lama sejak tahun
1998 kontrol ke dokter secara teratur penyakit sebelumnya asma (-), gastritis (-),
stroke (-), dislipedimea (-), faktor herediter (-), Hipertensi (+), punya riwayat
merokok sudah berhenti 10 tahun yang lalu
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik terhadap obat-obatan, makanan
maupun lingkungan seperti debu, dingin.
Breathing :
66
67 | P a g e
Circulation
Disabilty :
Eksposure
3.1.7.1. SAMPLE
S
A
M
P
L
E
67
68 | P a g e
Mata :
68
69 | P a g e
Kesadaran compos mentis (GCS 15) keadaan umum sedang, pasien mengatakan
sesak napas, cepat cape (+) dan cepat lelah pada saat melakukan aktivitas sejak1
bulan, kaki bengkak sekitar 1 mingguan, dan makan, berbaring di tempat tidur
dengan posisi fowler.
klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, sopan, kontak mata (+), TB 165
cm, BB 70 kg, mata ikteerik (-), konjungtiva anemis (-), keluhan nyeri menelan (-
), kelenjar tyroid tidak membesar, bibir kering (-), gigi palsu (-).
69
70 | P a g e
Saat pengkajian
HR : 105 x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 36,8ºC
Bentuk dada simetris, sesak (+), tachypnea (+), penggunaan cuping hidung (-),
penggunaan otot bantu pernafasan (+), bunyi nafas vesikuler, ronchi (+) basah dan
halus di 2/3 lapang paru, wheezing (-), batuk (+), pasien terpasang O2 Nasal 5
lt/menit. Saturasi oksigen 98%
Dada simetris, tidak ada denyutan pada lokasi apex jantung, tidak tampak
denyutan pada dinding dada, tidak tampak adanya thrill, peningkatan JVP (5+4
cm H2O), BJ I dan BJ II normal, murmur (-), gallop (-), pulsasi arteri perifer kaki
kanan (+) kiri (+) teraba kuat, asites (-), odema ekstremitas bawah (+), capillary
refil time (<3 detik), clubbing (-), palpitasi (+)
Klien dalam keadaan compos mentis, pasien dapat menyebutkan tempat dia
berada sekarang, mengetahui hari dan tanggal.
70
71 | P a g e
Kandung kemih tidak terasa penuh karena urine sudah keluar spontan dengan
kateter urine, MAP 108 mmhg. Urine 800ml/8 jam → 100cc/jam 1,4 cc/KG
BB/jam (BB 80kg) setelah ekstra lasix 40mg, dengan intake 400ml selama 8jam
dengan targetr balance – 5oocc/24 jam. Total intake cairan 1500 cc/24 jam,
albumin 3 g/dl.”
Klien mendapat diet DJ II DM 1500 Kcal/24 jam dengan total intake cairan 1500
ml/24 jam. Acites (-), bising usus baik (+) selera makan baik, mual (-), muntah (-),
BAB hampir tiap hari, terakhir BAB tanggal 2-8-2017 jumlah sedikit konsistensi
lembek.
Pergerakan ekstremitas atas dan bawah (+/+) tidak ada kelemahan dan kekuatan,
tonus otot baik, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
Selama di IGD ADL dibantu, klien mengalami perubahan tekanan darah dan HR
setelah aktivitas seperti makan
BB 70 kg, TB 165 cm. Klien mengatakan tidak mengalami penurunan berat badan
dalam 6 bulan terakhir, asupan makanan bagus, tidak ada mual, muntah maupun
kesulitan menelan. Skrining gizi nol.pasien ada penyakit penyerta diabetes
melitus, hipertensi, skrining dan pengkajian gizi lanjutan oleh dietesien ruangan.
71
72 | P a g e
3.1.11 psikososiospiritual
Menurut keluarga klien yaitu istri pasien,pasien rajin beribadah dan mudah
bergaul dengan orang lain, keluarga juga mengatakan kalau klien sangat
menyayangi anaknya. Ekspresi wajah klien tampak tenang. klien dengan status
mental kesadaran penuh dan orientasi penuh. klien menggunakan biaya
JKN.pasien mengatakan membutuhkan informasi lebih lanjut tentang
penyakiynya sekarang ini.
Pemeriksaan laboratorium
72
73 | P a g e
74-99 bukan dm
100-199 belum
pasti diabetes
- CKMB 18 serial 22 U/l melitus
- Hs Troponin T 357 serial 378 Ng/l > = 200 dm
73
74 | P a g e
<25
< 14
Pemeriksaan EKG tanggal 02-03-2021
Irama teratur, sinus takikardia, QRS rate 119 x /menit, axis RAD, p wave normal
0,08 detik,PR normal 0,20 detik , QRS durasi 0,16 detik, wave s di lead
I,AVL,V5,V6. T Inverted V1, V2, V3 RBBB complite+LPFB
Penatalaksanaan medis
74
75 | P a g e
• ISDN 3 x 5 mg
• Acetosal 1 x 100 mg
• Clopidogrel 1 x 75 mg
• V-block 1 x 3,125
• Hydralazine 3 x 50 mg
• Simvastatin 1 x 20 mg
• Lasix extra 40 mg
• Lasix drip 5 mg jam
• NTG drip 100 mcq/mnt
• Heparin 700 unit/jam
75
76 | P a g e
76
77 | P a g e
77
78 | P a g e
4 DS : Resiko
DO: Pemberian obat perdarahan
Terpasang heparine 20000/50 ; 700 antikoagulan
unit/jam dengan nilai APTT 32,9 (heparinisasi)
Kontrol 29,0 (tidak ada tanda-tanda
perdarahan)
Hasil lab hb 10,2 ht 33,1
Usia 68 tahun
Therapi :
Asetosal 1 x 100 mg
Clopidogrel 1 x 75 mg
Tidak ada hematuri
Tidak ada haemaptoe
Tidak ada bab hitam,
78
79 | P a g e
79
80 | P a g e
supraclaviculas dan
iterkosta
3. Monitor suara nafas
tambahan seperti
ngorok dan mengi
4. Monitor pola nafas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi)
5. Monitor saturasi O2
6. Pasang sensor
pemantauan oksigen
non-invasif
7. Auskultasi suara
nafas
8. Monitor peningkatan
kelelahan ,
kecemasan dan
kekurangan udara
pada pasien
9. Catat perubahan pada
perubahan saturasi O2
10. Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
11. Monitor keluhan
sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak nafas
80
81 | P a g e
81
82 | P a g e
aktifitas
12. Monitor adanya
dispnea,ortopnea,taki
pnea
NIC: vital sign monitor
(6680)
1. Ukur tekanan
darah,denyut
nadi,suhu, dan status
pernafasan,jika
diperlukan.
2. Catat gejala dan turun
naiknya tekanan
darah
3. Ukur tekanan
darah,nadi dan
pernafasan
sebelum,selama dan
setelah
beraktivitas,jika
diperlukan
4. Pantau naik turunnya
tekanan nadi
5. Pantau irama dan
denyut jantung
6. Pantau frekuensi dan
irama pernafasan (e.g
kedalaman dan
kesimetrisan)
7. Pantau suara nafas
8. Ukur saturasi oksigen
dengan menggunakan
82
83 | P a g e
pulse oksimetri
9. Kaji warna kulit, suhu
dan kelembaban
NIC : Medication
administration (2300)
1. Monitor efetifitas dari
pengobattan
2. Ajarkan 5 benar
prinsip pemberian
obat
3. Monitor efek
pemberian dari
therapi
4. Cek kembali resep
atau obat-obatan
sebelum diberikan
83
84 | P a g e
84
85 | P a g e
adequat
5. Ingatkan pasien untuk
berhati-hati ketika
melakukan sikat gigi
6. Observasi adanya
hematome atau
plebitis pada area
pemasangan infus
Kolaborasi :
1. Cek APTT setiap 12
jam
2. Berikan dosis heparin
sesuai dengan hasil
aptt
3. Lapor dokter jika
terjadi perdarahan
85
86 | P a g e
86
87 | P a g e
Outfut 700ml
Balance – 300ml/8jam
14.30 Mengoperkan pasien keperawat berikutnya
Tgl/jam diagnosa Implementasi Paraf
23/03/21 1,2,3,4 Cuci tangan dan memperkenalkan diri dengan menyebut
08.00 nama dan lamanya jam dinas saat ini
Respon : pasien tersenyum dan tampak kooferatif
08.10 1 Mengatur posisi pasien agar ventilasi adekuat
Respon:pasien mengatakan merasa lebih nyaman
08.30 1,2,3,4 Mengukur TTV dan menanyakan keluhan pasien
Respon : pasien masih mengatakan sesak
Hasil:BP 124/70 (98.33) mmhg HR 90 x/menit, RR 20 x
/menit , saturasi 98 %,suhu:36,6
Monitor irama EKG ST (irama teratur)
Auskultasi ronchi basah dan halus di 1/3 lapang paru
08.40 1,2,3,4 Mengobservasi kepatenan infus line dan pemberian
oksigen.IVL hari kedua lancar dan tidak ada tanda-tanda
infeksi, oksigen terpasang 5iter/menit
09.00 1 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif
Respon ; pasien memahami teknik tersebut
Menghitung O2 delevery :
DO2=(Hbx1,34xSaO2)+PaO2X0,003 x CO x 10
(10,2 x 1,34 x 0,99) + 101,6 x 0,003 = 13,6 + 0,3 = 13,9
13,9x4,4x10=611,6 cc
10.00 2,3 Hitung haluaran urine hasil 150cc/2 jam →75 cc/jam
→1cc/KgBb/jam
10.30 1,2,4 Membantu pasien untuk makan snack
Respon : pasien minta dibantu oleh keluarganya
11.30 1,2,3,4 Melaporkan kondisi pasien dan keluhan pasien ke dokter,
lapor hasil aptt(aptt 38,7 kontrol 29,0) dan mengecek terapi
yang telah diberikan dan akan diberikan
Kolaborasi dengan dokter menaikan diuretik 10 mg/menit
87
88 | P a g e
88
89 | P a g e
89
90 | P a g e
90
91 | P a g e
91
92 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN
92
93 | P a g e
sebagian besar sama dengan teori yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Adapun diagnosa keperwatan yang diambil penulis pada kasus ini antara lain :
93
94 | P a g e
94
95 | P a g e
95
96 | P a g e
96
97 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M & Hawks, J.H.(2014) Keperawatan medikal bedah mnajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan, mulyanto, Joko, Setiyawan, M.H dkk (penerjemah),
Singapore, Elsevier
ESC.(2016). Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure.(versi 2016)
Panduan pengkajian pasien awal di IGD dan rawat inap dan skrining jatuh (2015).
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita
Rekam Medis RS Jantung dan pembuluh darah Harapan Kita, angka kejadian acut
heart failure tahun 2016
97
98 | P a g e
Tubaro, Marco.& Vranckx, Pascal (2015) The ESC Textbook of Intensive and
acute cardiovascular care 2 nd edition Oxford, European society of cardiology
th
Wood, L susan, et al.(2010). Cardiac nursing 6 edition. Lippincott:Williams &
Wilkins
98