DEFINISI
Gagal jantung akut adalah munculnya gejala dan tanda gagal jantung yang cepat sehingga pasien mencari
pertolongan medis segera. Gagal jantung akut memerlukan tatalaksana pengobatan dan prosedur medis yang
adekuat dan segera.
Gagal jantung akut merupakan penyebab utama rawat inap pada pasien berusia > 65 tahun dan
berhubungan dengan mortalitas, morbiditas dan tingkat rehospitalisasi. Angka mortalitas pasien dengan gagal
jantung akut di rumah sakit sebesar 4-10% dengan mortalitas lebih dari 45% setelah satu tahun paska perawatan
dan rehospitalisasi.
Gagal jantung akut dapat menjadi manifestasi awal dari gagal jantung (de-novo) namun dapat juga
disebabkan karena dekompensasi akut dari gagal jantung kronik. Manifestasi de novo memiliki mortalitas yang
lebih tinggi.
PATOFISIOLOGI
Gagal jantung akut timbul karena interaksi berbagai substrat dasar. Interaksi ini menyebabkan timbulnya
gejala dan tanda klinis yang berhubungan dengan kongesti atau disfungsi organ target.
Terdapat 3 kemungkinan substrat (fungsi dan struktur dasar jantung)
1. Struktur dan fungsi ventrikular yang normal, tidak ada riwayat gagal jantung kemudian mengalami gagal jantung
akut karena terjadinya perubahan yang mendadak fungsi ventrikel akibat gangguan akut seperti infark miokard
atau miokarditis akut.
2.Terdapat strukruktur dan fungsi ventrikular abnormal namun tanpa keluhan. Bagi pasien yang memiliki disfungsi
ventrikel kiri asimptomatik, gangguan yang lebih kecil saja (misal hipertensi yang tidak terkontrol, fibrilasi atrium,
atau iskemia) dapat mempresipitasi episode gagal jantung akut.
3.Sudah dalam gagal jantung kronik terkompensasi yang diikuti dengan dekompensasi dan berkembang ke arah
gagal jantung akut.
Kongesti
Kongesti sistemik atau pulmonal disebabkan oleh tekanan diastolik ventrikel kiri yang
tinggi dan mendominasi gambaran klinis pada kebanyakan pasien yang dirawat akibat
gagal jantung akut. Pada umumnya pasien dirawat akibat kongesti.
Patofisiologi gagal jantung akut disebabkan karena peningkatan volume intravaskuler yang bertahap
yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda klinis kongesti. Salah satu konsep yang penting adalah perbedaan
antara kongesti klinis dan kongesti hemodinamik. Meskipun pasien memiliki gejala dan tanda kongesti sistemik
seperti dispnea, rhonki, tekanan vena jugularis yang meningkat, serta edema, kondisi ini
seringkali didahului oleh kongesti hemodinamik, yang didefinisikan sebagai tekanan
diastolik ventrikel kiri yang tinggi tanpa tanda-tanda klinis yang jelas. Tekanan pengisian diastolik yang meningkat
juga dapat menurunkan tekanan perfusi koroner, menyebabkan iskemia subendokardial dengan eksaserbasi
disfungsi kardiak lebih jauh lagi.
Kongesti klinis dapat membaik dengan terapi namun kongesti hemodinamik dapat
menetap, menyebabkan tingginya risiko masuk rawat.
PRESENTASI KLINIS
1. Gagal jantung akut dekompensasi (ADHF) adalah yang paling umum dengan presentasi 50-70%. Terjadi pada
pasien dengan riwayat gagal jantung sebelumnya, gejala dan tanda mengalami perburukan secara gradual (berbeda
dengan udema paru akut) dengan tanda retensi cairan/kongesti. Kadang juga disertai gejala dan tanda hipoperfusi.
2. Edema paru akut berhubungan dengan kongesti paru termasuk keluhan sesak nafas, orthopneu, gagala nafas
akut (hipoksemia-hiperkapnia), takipneu (RR > 25x/menit) disertai dengan peningkatan usaha nafas.
3. Gagal jantung kanan terisolasi. Gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan tekanan ventrikel dan
atrium kanan serta kongesti sistemik. Gagal jantung kanan juga mengganggu pengisian ventrikel kiri sehingga
mengurangi cardiac output melalui mekanisme interdependensi ventrikel.
4. Syok kardiogenik. Merupakan sindrom gangguan hipoperfusi yang secara primer akibat disfungsi
jantung yang berakibat pada penurunan cardiac output sehingga terjadi gagal multiorgan dan kematian. Kerusakan
parah otot jantung menyebabkan kinerja jantung menurun secara akut, sebagai akibat dari hilangnya jaringan
miokard
Oksigen tidak rutin diberikan pada pasie gagal jantung akut yang tidak hipoksemia, karena bisa menyebabkan
vasokonstriksi dan penurunan Cardiac Output (CO). Terapi oksigen direkomendasikan bila SpO2 < 90% atau PaO2
<60 mmHg untuk mengoreksinya.
SYOK KARDIOGENIK
Diagnosis syok kardiogenik harus memenuhi kriteria berikut:
1. Kriteria klinis:
a. Tekanan darah sistolik <90 mmHg selama >30 menit atau memerlukan inotropik/vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik >90 mmHg
b. Bukti adanya hipoperfusi organ
c. Kadar laktat darah >2 mmol/L
2. Kriteria hemodinamik: