Disusun Oleh :
Ade Sausan
1912101020034
C. Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan menurut American College of Cardiology
(ACC) dan American Heart Association (AHA) 2008 :
1. Stage A : Resiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa penyakit jantung
structural atau tanda dan gejala gagal jantung. Pasien dalam stadium ini
termasuk mereka yang mengidap hipertensi, DM, sindroma metabolic,
penyakit arteriosklerosis atau obesitas
2. Stage B : Penyakit jantung structural dengan disfungsi ventrikel kiri yang
asimptomatis. Pasien dalam stadium ini dapat mengalami LV remodeling,
fraksi ejeksi LV rendah, riwayat IMA sebelumnya, atau penyakit katup
jantung asimptomatik
3. Stage C : Gagal jantung simtomatis dengan tanda dan gejala gagal jantung
saat ini atau sebelumnya. Ditandai dengan penyakit jantung structural,
dyspnea, fatigue, dan penurunan toleransi aktivitas
4. Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter. Gejala dapat
muncul saat istirahat meski dengan terapi maksimal dan pasien memerlukan
rawat inap.
D. Patofisiologi
ADHF dapat muncul pada orang yang sebelumnya menderita gagal
jantung kronik asimtomatik yang mengalami deompensasi akut atau dapat juga
terjadi pada mereka yang tidak pernah mengalami gagal jantung sebelumnya.
Etiologi ADHF dapat bersumber dari kardiovaskuler maupun non
kardiovaskuler. Etiologi ini beserta dengan faktor presipitasi lainnya akan
menimbulkan kelainan atau kerusakan pada jantung yang diakibatkan oleh
proses iskemia miokard atau hipertropi remodeling otot jantung atau kerusakan
katup jantung yang dapat menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi
gangguan preload maupun afterload sehingga menurunkan curah jantung. Bila
curah jantung menurun, maka tubuh akan mengeluarkan mekanisme
neurohormonal untuk mengkompensasi penurunan curah jantung. Mekanisme
ini melibatkan system adenergik, rennin angiotensim dan aldosteron sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah akibat vasokonstriksi arteriol dan retensi
natrium dan air (Price & Wilson 2005).
Pada individu dengan remodeling pada jantungnya, mekanisme
kompensasi akan menempatkannya pada keadaan gagal jantung asimtomatik
dimana jantungnya telah mengalami disfungsi terutama ventrikel tetapi masih
bisa dikompensasi agar tetap dapat mempertahankan metabolism dalam tubuh.
Tetapi bila telah mencapai ambang batas kompensasi, maka mekanisme ini
akan terkompensasi sehingga muncul gejala klinis tergantung dari ventrikel
yang terkena sehingga muncul ADHF. Prosees remodeling maupun iskemia
miokard akan menyebabkan kontraksi miokard menurun dan tidak efektif untuk
memompa darah. Hal ini akan meimbulkan penurunan stoke volume dan
akhirnya terjadi penurunan curah jantung (Price & Wilson, 2005).
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara fisiologis tubuh
akan melakukan kompensasi melalui perangsangan system adrenergic dan RAA
untuk mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan apabila tubuh
tidak mampu lagi melakukan kompensasi, maka penurunan curah jantung akan
memicu penurunan aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi garam dan air oleh
system rennin angiotensin aldosteron. Retensi ini akan menjadi lebih progresif
karena tidak diimbangi dengan peningkatan tekanan atrium kanan akibat proses
dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan volume cairan yang berujung pada
edema perifer (Price & Wilson, 2005).
E. Tanda dan Gejala
Gejala utama mayoritas pasien mengalami sesak napas memberat yang
akut sehingga membutuhkan pertolongan segera. Perburukan gejala gagal
jantung kronis, ditandai dengan sesak napas yang makin memberat, edema
tungkai, ortopnea, ronki basah halus; rontgen dada biasanya normal. Dapat
dibagi berdasarkan profil hemodinamiknya (perfusi-hangat, dingin dan
kongesti-basah, kering) (Purwowiyoto, 2018).
Tanda dan gejala berdasarkan Laksono (2018) yaitu :
1. Sesak nafas yang memberat
2. Edema tungkai
3. Ortopnea
4. Ronkhi basah halus
5. Rotgen dada biasanya normal
Gejala Tanda
Tipikal Lebih spesifik
Sesak nafas Peningkatan JVP
Ortopneu Reflek hepatojuguler
Paroksimal nocturnal dispneu Bunyi jantung 3 (gallop)
Penurunan toleransi aktivitas Impuls apical yang bergeser
Kelelahan, letih dan kebutuhan kelateral
waktu yang lebih banyak Bising jantung
untuk istirahat setelah aktivitas
Edema tungkai
Menurut The Consensus Guideline in The Management of Acute
Decompensated Heart Failure (2006) manifestasi klinik ADHF antara lain:
Volume overload Hipoperfusi
Dypsneu saat melakukan Kelelahan
aktivitas Perubahan status mental
Orthopnea Penyempitan tekanan nadi
Paroxymal norturnal dyspnea Hipotensi
(PND) Ekstremitas dingin
Ronchi Perburukan fungsi ginjal
Cepat kenyang
Mual dan muntah
Hepatosplenomegali,
hepatomegali atau
splenomegaly
Distensi vena jugular
Reflex hepatojugular
Asites
Edema perifer
F. Komplikasi
Berikut komplikasi yang dapat terjadi dari ADHF (Price & Wilson, 2005)
antara lain :
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis
darah
2. Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk kasus ADHF menurut Hanafiah (2006) :
1. Echocardiogram, Menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung
2. Laboratorium :
Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
Enzim jantung (CK-MB), troponin, LDH)
Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, kreatinin, urine lengkap,
SGOT, SGPT
Gula darah
Kolesterol
Analisa gas darah
3. Elektrokardiografi untuk melihat adanya :
Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hypertrophy)
Aritmia
Perikarditis
4. Foto rontgen thoraks, untuk melihat adanya :
Edema alveolar
Edema intersitials
Efusi pleura
Pelebaran vena pulmonalis
Pembesaran jantung
Echocardiogram menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung
Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
5. Pemantauan hemodinamika (kateterisasi artei pulmonal multilumen)
bertujuan untuk :
Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent
Mengetahui beratnya lesi katup jantung
Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel,
fungsi ventrikel kiri)
Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenisus arteri koroner)
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal adalah mengatasi gejala kongesti dan perfusi serta
tentukan jenis GJA. Terapi GJA sesuai alur profil hemodinamiknya; jika dingin
dan basah berikan inotropik atau vasopresor hingga menjadi hangat dan basah.
Pada profil hangat dan basah dapat diberikan diuretik loop intravena atau drip.
Untuk jenis dingin dan kering mungkin syok hipovolemik, sehingga pemberian
cairan merupakan pilihan yang tepat.
Tatalaksan awal GJA
Pada jenis basah dan hangat diberikan furosemid bolus 2-4 ampul, dapat
dilanjutkan dengan drip 5-20 mg/jam (pantau luaran urin dan elektrolit serta
fungsi ginjal), serta dikombinasi dengan dobutamin 2,5 mcg/kg/ menit
(beberapa kepustakaan menunjukkan tidak berbeda bermakna jika diberi
dobutamin dosis rendah). Jika disertai tekanan darah tinggi berikan
nitrogliserin 5-200 mcg/menit (hati-hati hipotensi).
Dosis inotropik/vasopresor:
Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit
Dopamin 3-5 mcg/kg/menit (beta +); >5 mcg/kg/menit (beta +, vasopresor
alfa+)
Norepinefrin: 0,2-1 mcg/kg/menit
Epinefrin: 0,05-0,5 mcg/kg/menit
Dosis vasodilator:
Nitrogliserin mulai 10-20 mcg/menit, dinaikkan sampai 200 mcg/menit,
hatihati hipotensi dan nyeri kepala
Isosorbid dinitrat mulai 1 mg/jam,
dinaikkan sampai 10 mg/jam
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway : kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan
nafas, adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan
2) Breathing : Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas,
retraksi dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan
3) Circulation : Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
4) Diagnostik, Drug, dan pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan
5) Equipment : alat bantu yang sudah terpasanga
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat
b. Tanda : gelisah, perubahan status mental missal: letargi, tanda vital
berubah pada aktivitas
2) Sirkulasi
a. Gejala : RIwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen
b. Tanda : TD ; mungkin rendah ( gagal pemompaan), tekanan nadi ;
mungkin sempit, irama jantung ; disritmia, frekuensi jantung ;
takikardia, nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah,
posisi secara inferior ke kiri, bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah
diagnostic, S4 ; dapat, terjadi S1 dan S2 mungkin melemah, murmur
sistolik dan diastolic, warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianosis,
bunyi nafas; krekels, ronkhi, edema ; mungkin dependen, khususnya
pada ekstremitas
3) Eliminasi
a. Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi
4) Nutrisi
a. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic
b. Tanda : penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen
(asites) serta edema
5) Hygiene
a. Gejala : keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan
diri
b. Tanda : penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
6) Nyei/kenyamanan
a. Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot
b. Tanda : tidak tenang, gelisah, focus menyempit, dan perilaku
melindungi diri
7) Pernafasan
a. Gejala : dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengan /tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernafasan
b. Tanda :
Pernafasan : takipneu, nafas dangkal, penggunaan otot aksesori
pernafasan
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
meneurs dengan /tanpa pembentukan sputum
Sputum : mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
Bunyi nafas : mungkin tidak terdengar
Fungsi mental : mungkin menurun, letargi, kegelisahan
Warna kulit : pucat dan sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik
C. Perencanaan
Diagnosa NOC (Tujuan / criteria NIC (Intervensi)
hasil)
Penurunan Tujuan : Cardiac care :
curah jantung Efektivitas pompa jantung 1. Evaluasi adanya nyeri
dada (PQRST)
Kriteria hasil : 2. Catat adanya tanda
1. Tanda vital dalam dan gejala penurunan
rentang normal cardiac output
2. Tidak ada edema paru, 3. Monitor status
perifer, dan tidak ada pernafasan yang
asites menandakan gagal
3. Tidak ada penurunan jantung
kesadaran 4. Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
takipneu dan ortpneu
DAFTAR PUSTAKA