Oleh:
Pembimbing:
Ns. Halimuddin, M.Kep., Sp.KMB
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
2. Keluhan utama
- Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
- Lelah, pusing
- Nyeri dada
- Edema ektremitas bawah
- Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
- Urine menurun
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala
kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema
pulmonal akut.
4. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga
5. Pengkajian data
- Aktifitas dan istirahat: adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
- Sirkulasi: riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi atrial,
kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
- Respirasi: dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
- Pola makan dan cairan: hilang nafsu makan, mual dan muntah.
- Eliminasi: penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau konstipasi.
- Neuorologi: pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
- Interaksi sosial: aktifitas sosial berkurang.
- Rasa aman: perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
6. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
- Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi (bradikardi atau takikkardi), pernapasan
(respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas), suhu Badan
metabolisme menurun, suhu menurun
7. Head to toe examination:
- Kepala: bentuk, kesimetrisan
- Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak
- Mulut: apakah ada tanda infeksi
- Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
- Muka; ekspresi, pucat
- Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
- Dada: gerakan dada, deformitas
- Abdomen: terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
- Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan
- Pemeriksaan khusus jantung:
a. Inspeksi: vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal: ICS ke-
5)
b. Palpasi: PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
c. Perkusi: batas jantung normal pada orang dewasa
- Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
- Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
- Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
- Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
d. Auskulatsi: bunyi jantung I dan II
- BJ I: terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi
pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole.
- BJ II: terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis
pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. (BJ II
normal selalu lebih lemah dari pada BJ I)
8. Pemeriksaan penunjang
- Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CHF 30
- EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), ekokardiogram.
- Pemeriksaan laboratorium: Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin
dan enzim hati.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung, frekuensi, dan kontraktilitas
2. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
3. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi dan aliran balik
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi
Hasil
1. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung b/d intervensi keperawatan Observasi
perubahan irama selama 3x 24 jam curah - Identifikasi tanda gejala primer
jantung, penurunan curah jantung
frekuensi, dan jantung meningkat, - Identifikasi tanda gejala sekunder
kontraktilitas dengan kriteria hasil: penurunan curah jantung
1. Palpitasi menurun - Monitor tekanan darah
2. Takikardi menurun - Monitor intake dan output cairan
3. Gangguan EKG - Monitor saturasi oksigen
aritmia menurun - Monitor keluhan nyeri dada
4. Tanda tanda vital - Monitor EKG
membaik - Monitor aritmia (kelainan irama dan
5. Tanda gejala CHF frekuensi)
menurun - Monitor nilai laboratorium jantung
- Monitor fungsi alat pacu jantung
Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler/ fowler
- Berikan diet jantung yang sesuai
(batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol)
- Fasilitasi pasien dan kluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
- Berikan oksigen unutk
mempertahankan saturasi O2 >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan aktivitas fisik bertahap
- Anjurkan untuk mengukur BB
harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
efektif b/d asuhan keperawatan Observasi
hambatan upaya selama 3x 24 jam pola 1. Monitor frekuensi, irama,
nafas napas membaik dengan kedalaman dan upaya napas
(kelemahan otot kriteria hasil: 2. Monitor adanya sumbatan jalan
pernafasan) 1. Dispneu menurun napas
3. Monitor saturasi oksigen
4. Auskultasi bunyi napas
2. Penggunaan otot Terapeutik
bantu napas 1. Berikan oksigen jika perlu
menurun 2. Berikan posisi semi-fowler atau
3. Frekuensi napas fowler
membaik Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
bila perlu
3. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen hypervolemia
b/d gangguan intervensi keperawatan Observasi
mekanisme diharapkan 1. Periksa tanda gejala hypervolemia
regulasi dan keseimbangan cairan (mis. Ortopnea, dipsnea, edema,
aliran balik meningkat dengan jvp/cvp meningkat)
kriteria hasil: 2. Identifikasi penyebab hypervolemia
1. Haluaran urine 3. Monitor status hemodinamik (mis.
meningkat Frekuensi jantung, tekanan darah,
2. Edema menurun MAP, CVP, PAP, POMP, CO, CI)
3. Tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan
membaik 5. Monitor kadar hemokonsentrasi
4. Denyut nadi radial (mis, kadar natrium, bun, ht)
membaik 6. Monitor efeksamping diuretic
5. Tekanan arteri rata- Terapeutik
rata membaik 1. Timbang bb setiap hari pada waktu
6. Berat badan 2. Batasi asupan cairan dan
membaik garam’tinggikan kepala tempat tidur
30-40C
Edukasi
3. Anjurkan melapor jika haluaran urin
<0,5 ml/kg/jam dalam 6 jam
4. Anjurkan melapor jika bb bertambah
>1kg dalam sehari
5. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran cairan
6. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic
2. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretik
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk Hasil
Yang Diharapkan. Dialih Bahasakan Oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.
Ongkowijaya, J. & Wantani. F. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan Kardiomegali Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal E-Clinic Universitas Sam Ratulangi. 4(1), 1-
7.
Muttaqin, A. (2010). Buku Saku Gangguan Musculoskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yuniadi, Y. (2017). Waspada Febrilasi Atrium. In: Rilantono LL. Penyakit Kardiovaskuler
(PKV). Jakarta: Badan Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi & Indikator Diagnostik,
ED 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi & Kriteria Hasil
Keperawatan, ED 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi & Tindakan Keperawatan,
ED 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (ed. 8). Jakarta: EGC.