Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DEWASA DENGAN CONGESTIVE


HEART FAILURE

Disusun Oleh:

Nama : Anngam Khomsatun

NIM : 200102005

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(...............................................) (……………………………………..)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA 2022
1. Pengertian

Gagal Jantung Kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kegagalan


jantung dalam memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh. Hal ini terjadi karena
kelainan pada otot-otot jantung sehingga tidak bisa bekerja secara normal.

Gagal jantung atau CHF adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah
pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama
pada lansia (Asikin, 2016). CHF merupakan suatu keadaan patofisiologis dimana
kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).

Congestive Heart Failure adalah sindrom klinis yang kompleks yang dihasilkan
dari setiap gangguan struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel atau ejeksi darah.
Manifestasi utama dari Heart Failure adalah dyspnea dan kelelahan, yang dapat
membatasi toleransi latihan, dan retensi cairan yang dapat menyebabkan paru dan / atau
kemacetan splanchnic dan / atau edema perifer CHF merupakan keadaan dimana jantung
gagal dalam memompa darah yang ditandai dengan sesak nafas, kelelahan dan edema
perifer (AHA, 2015).

1. Etiologi
Etiologi Gagal Jantung Menurut beberapa penelitian penyakit jantung
disebabkanolehbeberapa hal yaitu:
2.1 usia,
2.2jenis kelamin,
 konsumsi garam berlebihan,
 keturunan,
 hiperaktivitas system syaraf simpatis,
 stress,
 obesitas,
 olahraga tidak teratur,
 merokok,
 konsumsi alcohol dan kopi berlebihan,
 hipertensi,
 ischaemic heart disease,
 konsumsi alkohol,
 Hypothyroidsm,
 penyakit jantung kongenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal defek),
 Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif), dan
 infeksi juga dapat memicu timbulnya gagal jantung.

2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada kasus gagal jantung kongestif :
a. Kegagalan jantung sebelah kiri, antara lain; kongesti vascular pulmonal,
dispnea ortopnea, pernafasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal,
Dyspnoea (PND), edema pulmonal akut, penurunan curah jantung, gallop,
crackles paru, disritmia, letargi dan kelelahan.
b. Kegagalan jantung sebelah kanan, antara lain; curah jantung rendah, distensi
vena jugularis, edema perifer, pitting edema, disritmia, gallop, asites,
hepatomegali.
Selain itu, New York Heart Assosiation (NYHA) mengklasifikasikan
fungsional gagal jantung sebagai berikut :
1) Kelas I : Tidak ada batasan aktivitas fisik.
2) Kelas II : Sedikit batasan pada aktivitas (rasa lelah, dispnu).
3) Kelas III : Batasan aktivitas bermakna (nyaman saat istirahat namun sedikit
aktivitas menyebabkan gejala).
4) Kelas IV : Timbul gejala walaupun saat sedang istirahat. (Gray dkk, 2009;
Hudak dan Gallo, 1997; Phillip dan Jeremy, 2010).
3. Patofisiologi
Manjoer (2008) menyatakan mekanisme yang mendasari gagal jantung
meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO =
HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi
jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).

Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap


kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu:

(1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang
menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung)
(2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium)
(3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang
sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan
transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena, yang
akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan
preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena
itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu
terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya
dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.

Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi


perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organorgan vital, tetapi
jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi
sodium dan cairan.
Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi,
menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan
penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat
ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik
atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini
terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator (Mansjoer
2008) .
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada Congestive Heart Failure (CHF), yaitu
meliputi:
1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis,iskemia, disaritmia,
takikardi dan fibrilasi atrial.
2. Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
3. Ekokardiografi
a. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering dipakai dan
ditayangkan bersama EKG).
b. Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan).
c. Ekokardiografi doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
4 Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup.
25
5.Radiografi dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6.Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
7.Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).,

5. Penatalaksanaan umum
Penatalaksanaan CHF menurut Kasron (2012), meliputi :
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang dapat memperparah kondisi seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
d) Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200 – 1500 cc/hari )
e) Olahraga ringan secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (< 1500 cc/hari)
b. Farmakologis
1) First line drugs (diuretik)
Tujuan pemberian diuretik ini yaitu untuk mengurangi afterload pada
disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi
diastolik.
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk neningkatkan
pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic.
2) Second Line drugs (ACE inhibitor)
Tujuan pemberian obat ini yaitu meningkatkan COP dan menurunkan
kerja jantung. Obatnya adalah :
a) Digoxin
Untuk meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b) Hidralazin
Untuk menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c) Isobarbide dinitrat
Untuk mengurangi preload dan afterload, disfungsi sistolik,
hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calsium channel bloker
Untuk kegagalan diastolik, meningkatkan relaksasi dan pengisian
ventrikel tetapi tidak dianjurkan untuk CHF kronik.
e) Beta blocker
Sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard.
Digunakan pada disfungsi diastolik untuk mengurangi HR,
mencegah iskemi miokard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel
kiri
6. Pathway
7. Fokus Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airways
a, Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, kreklesd. Ekspansi dada tidak penuhe. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun

8. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien gagal jantung kongestif
adalah
1. Penurunan Curah Jantung (D.0008)
2. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
3. Gangguan Pertukaran gas (D.0003)
4. Nyeri Akut (D.0077)
5. Hipervolemia ( D.0022)
6. Perkusi Perifer Tidak Efektif ( D.0009)
7. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
8. Ansietas (D.0080)
9. Defisit Nutrisi (D.0019)
10. Resiko Gangguan Integritas Kulit (D.0139)

9. Fokus intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan SLKI SIKI

Pola nafas tidak efektif Tujuan : (Manajemen jalan nafas


b.d hambatan upaya I.01011)
Setelah dilakukan tindakan
nafas (mis: nyeri saat
keperawatan diharapkan pola 1. Monitor pola nafas
bernafas)
nafas membaik. (frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas
Kriteria hasil :
tambahan (mis: gagling,
(pola nafas L.01004)
mengi, Wheezing,
1. Frekuensi nafas dalam rentang
ronkhi)
normal
3. Monitor sputum (jumlah,
2. Tidak ada pengguanaan otot
warna, aroma)
bantu pernafasan
4. Posisikan semi fowler
Pasien tidak menunjukkan tanda
atau fowler
dipsnea
5. Ajarkan teknik batuk
efektif
6. Kolaborasi
pemberian
bronkodilato,ekspetoran,
mukolitik, jika perlu

Intoleransi aktifitas b.d Tujuan : Manajemen energi I.050178)


kelemahan
setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kelelahan fisik
keperawatan diharapkan toleransi dan emosional
aktifitas meningkat. 2. Monitor pola dan jam
tidur
3. Sediakan lingkungan
Kriteria hasil : Toleransi
yang nyaman dan rendah
aktivitas (L.05047)
stimulus (mis: cahaya,
1. kemampuan melakukan
suara, kunjungan)
aktifitas sehari-hari meningkat
4. Berikan aktifitas
2.Pasien Mampu berpindah
distraksi yang
dengan atau tanpa bantuan
menenangkan
3.Pasien mangatakan dipsnea saat
5. Anjurkan tirah baring
dan/atau setelah aktifitas
6. Anjurkan melakukan
menurun
aktifitas secara bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2169/3/BAB%20II.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
c38a3a71220e878974174928d0a5dc3c.pdf Bab II Tinjauan Pustaka Gagal Jantung diakses : 09
juni 2022

http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/876/Fadlah%20Dwi-1-52.pdf?
sequence=1&isAllowed=y Contoh KTI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS
DI RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA Oleh Fadlah Dwi Wijaksono diakses : 10 Juni 2022

https://rsupsoeradji.id/congestive-heart-failure-chf/

Anda mungkin juga menyukai