Kelompok 2 :
1. Agum Cahyo Martono (071201016)
2. Arintika Hesti Nur Aini (071201007)
3. Lisa Dewi Nandikasari (071201010)
4. Silvie Ayu Darmianti (071201015)
5. Rara Dwi Vega Pustoro Suwandi (071201018)
6. Arina Addiba (071201049)
7. Jamal Huda (071201004)
8. Nilam Anggi Ashari (071201017)
9. Widya (071201021)
10. Cun Fariyanti
11. Fitrin Aninda Rani
B. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah
baring.
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/
berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output)
adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke
Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)
Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang
selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena
itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia
pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek
penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem
rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
G. Penatalaksanaan
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus,
bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah
cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan
faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi
perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi
jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat,
dan pitting edema.
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Monitor IV line
2. Pertahankanjalan nafas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
5. Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologi
9. Tingkatkan oral hygiene
5 Kelebihan volume cairan b/d NOC : Fluid management
berkurangnya curah jantung, Electrolit and acid base balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
retensi cairan dan natrium oleh Fluid balance akurat
ginjal, hipoperfusi ke jaringan 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
perifer dan hipertensi pulmonal Kriteria Hasil: 3. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
1. Terbebas dari edema, efusi, cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Definisi : Retensi cairan isotomik anaskara 4. Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
meningkat 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada MAP, PAP, dan PCWP
Batasan karakteristik : dyspneu/ortopneu 5. Monitor vital sign
- Berat badan meningkat pada 3. Terbebas dari distensi vena 6. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
waktu yang singkat jugularis, reflek hepatojugular (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
- Asupan berlebihan dibanding (+) asites)
output 4. Memelihara tekanan vena 7. Kaji lokasi dan luas edema
- Tekanan darah berubah, sentral, tekanan kapiler paru, 8. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
tekanan arteri pulmonalis output jantung dan vital sign intake kalori harian
berubah, peningkatan CVP dalam batas normal 9. Monitor status nutrisi
- Distensi vena jugularis 5. Terbebas dari kelelahan, 10. Berikan diuretik sesuai interuksi
- Perubahan pada pola nafas, kecemasan atau kebingungan 11. Batasi masukan cairan pada keadaan
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, 6. Menjelaskanindikator kelebihan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
suara nafas abnormal (Rales atau cairan mEq/l
crakles), kongestikemacetan 12. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
paru, pleural effusion muncul memburuk
- Hb dan hematokrit menurun, Fluid Monitoring
perubahan elektrolit, khususnya 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
perubahan berat jenis dan eliminaSi
- Suara jantung SIII 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
- Reflek hepatojugular positif ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
- Oliguria, azotemia diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
- Perubahan status mental, diaporesis, disfungsi hati, dll )
kegelisahan, kecemasan 3. Monitor serum dan elektrolit urine
4. Monitor serum dan osmilalitas urine
Faktor-faktor yang berhubungan : 5. Monitor BP, HR, dan RR
Mekanisme pengaturan melemah 6. Monitor tekanan darah orthostatik dan
Asupan cairan berlebihan perubahan irama jantung
Asupan natrium berlebihan 7. Monitor parameter hemodinamik infasif
8. Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
9. Monitor tanda dan gejala dari odema
6 Cemas b/d penyakit kritis, takut NOC : NIC :
kematian atau kecacatan, Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
perubahan peran dalam Coping 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
lingkungan social atau Impulse control 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
ketidakmampuan yang permanen. Kriteria Hasil : pasien
1. Klien mampu mengidentifikasi 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Definisi : dan mengungkapkan gejala selama prosedur
Perasaan gelisah yang tak jelas cemas 4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
dari ketidaknyamanan atau 2. Mengidentifikasi, 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
ketakutan yang disertai respon mengungkapkan dan mengurangi takut
autonom (sumner tidak spesifik menunjukkan tehnik untuk 6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
atau tidak diketahui oleh mengontol cemas tindakan prognosis
individu); perasaan keprihatinan 3. Vital sign dalam batas normal 7. Dorong keluarga untuk menemani anak
disebabkan dari antisipasi 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 8. Lakukan back / neck rub
terhadap bahaya. Sinyal ini bahasa tubuh dan tingkat 9. Dengarkan dengan penuh perhatian
merupakan peringatan adanya aktivitas menunjukkan 10. Identifikasi tingkat kecemasan
ancaman yang akan datang dan berkurangnya kecemasan 11. Bantu pasien mengenal situasi yang
memungkinkan individu untuk menimbulkan kecemasan
mengambil langkah untuk 12. Dorong pasien untuk mengungkapkan
menyetujui terhadap tindakan perasaan, ketakutan, persepsi
Ditandai dengan 13. Instruksikan pasien menggunakan teknik
Gelisah relaksasi
Insomnia 14. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
7 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :
keterbatasan pengetahuan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat
dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses penyakit
diberikan, komplikasi yang 1. Pasien dan keluarga menyatakan yang spesifik
mungkin muncul dan perubahan pemahaman tentang penyakit, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
gaya hidup kondisi, prognosis dan program bagaimana hal ini berhubungan dengan
pengobatan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Definisi : 2. Pasien dan keluarga mampu tepat.
Tidak adanya atau kurangnya melaksanakan prosedur yang 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
informasi kognitif sehubungan dijelaskan secara benar muncul pada penyakit, dengan cara yang
dengan topic spesifik. 3. Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
Batasan karakteristik : dijelaskan perawat/tim kesehatan yang tepat
memverbalisasikan adanya lainnya. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
masalah, ketidakakuratan cara yang tepat
mengikuti instruksi, perilaku 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
tidak sesuai. kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
Faktor yang berhubungan : 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
keterbatasan kognitif, interpretasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
terhadap informasi yang salah, tepat
kurangnya keinginan untuk 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mencari informasi, tidak mungkin diperlukan untuk mencegah
mengetahui sumber-sumber komplikasi di masa yang akan datang dan
informasi. atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan
Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang: UNDIP
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada 6
Februari 2012)
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika