Disusun Oleh:
Ahmad Ridwan
Dian Yulianto
Eneng Tian Haerani
Sofi Nurandini
Tanggara Rahmat
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti,
2007).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke
seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering
merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan
cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Atrial fibrilasi dapat terjadi secara episodic maupun permanen. Jika terjadi
secara permanen, kasus tersebut sulit untuk dikontrol (Philip and Jeremy, 2007).
Gambaran elektrokardiogram atrial fibrilasi adalah irama umumnya tidak teratur
dengan frekuensi laju jantung bervariasi (bias normal/lambat/cepat). Jika laju
jantung kurang dari 60 kali permenit disebut atrial fibrilasi slow ventricular respons
(SVR), jika laju jantung 60-100 kali permenit disebut atrial fibrilasi normo
ventricular respon (NVR) sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali permenit
disebut atrial fibrilasi rapid ventricular respon (RVR). Kecepatan QRS biasanya
normal atau cepat dengan gelombang P tidak ada atau jikapun ada menunjukkan
depolarisasi cepat dan kecil sehingga bentuknya tidak dapat didefinisikan
(Chuchum, 2010).
B. Klasifikasi
Kelas 2
Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3
Kelas 4
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.
Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2.
3.
Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD),
stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
4.
5.
6.
D.Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac
output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup
(SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling
pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung);
(2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan
waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah
sentral yang selanjutnya meningkatkanpreload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi
ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek
penting penurunancardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem
rennin-angiotensin-aldosteron
juga
resistensi
selanjutnya
vaskuler
perifer
akan
teraktivasi,
dan
menimbulkan
peningkatan
kiri
E. Manifestasi klinik
1.
2.
Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
3.
Edema
pulmonal
akibat
peningkatan
tekanan
vena
pulmonalis
yang
Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
5.
6.
Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2.
3.
Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
4.
5.
6.
7.
Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal
8.
9.
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: (Wajan Juni Udjianti, 2010)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Congestif Heart Failure:
1.
2.
3.
4.
Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur.
5.
6.
7.
Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
8.
9.
memungkinkan
penderita
terbebas
dari
tromboemboli
dan
Rate control dan pemberian antikoagulan di lakukan dengan pemberian obatobat yang bekerja pada AV node dapat berupa digitalis, verapamil, dan obat
penyekat beta ( bloker). Amiodaron dapat juga digunakan untuk rate control.
(Ed: Irmalita, Nani, Ismoyono, Indriwanto, Hananto et al, 2009).
1. Pathway
J. Asuhan Keperawatan
1. Identitas Klien dan penanggung jawab
2. Keluhan Utama : Sesak nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai
berat.
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya
pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.
Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya
kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat
beraktifitas.
hiperlipidemia.
Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat
diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah ada efek
samping dan alergi obat.
5. Riwayat Keluarga :
Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota
keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
6. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan :
Situasi tempat kerja dan lingkungannya
Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
Kebiasaan merokok
7. Pemeriksaan Fisik :
a) Keadaan umum : Didapatkan kesadaran baik atau compos mentis
dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
system saraf pusat.
b) Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
penyakit/keperihatinan
finansial
(pekerjaan/biaya
perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah,
j) Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
k) Keamanan
Gejala
:
Perubahan
dalam
fungsi
mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
l) Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang
biasa dilakukan.
m) Pembelajaran/pengajaran
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan :
Peningkatan frekuensi jantung (takikardia): disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
Bunyi ekstra (S3 & S4)
Penurunan keluaran urine
Nadi perifer tidak teraba
Kulit dingin kusam
Ortopnea, krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
2) Intoleran Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai
oksigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai
dengan :
Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya disritmia,
dispnea, pucat, berkeringat.
3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium/air. Ditandai dengan :
Ortopnea, bunyi jantung S3, oliguria, edema, peningkatan berat
badan, hipertensi, stres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
4) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler-alveolus.
5) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomegali. Ditandai dengan:
perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, gangguan
pengembangan dada, AGD tidak normal.
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Dapat mentoleransi
- Oliguria, kaplari refill
aktivitas, tidak ada
lambat
kelelahan
- Nafas pendek/ sesak nafas
Intervensi
NIC :
Evaluasi adanya nyeri dada
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
Monitor balance cairan
Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intoleransi aktivitas
NOC :
Berhubungan dengan :
Self Care : ADLs
Tirah Baring atau
Toleransi aktivitas
imobilisasi
Konservasi eneergi
Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
Ketidakseimbangan
Pasien bertoleransi terhadap
antara suplei oksigen
aktivitas dengan Kriteria
dengan kebutuhan
Hasil :
Gaya hidup yang
Berpartisipasi dalam
dipertahankan.
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
DS:
tekanan darah, nadi dan
Melaporkan secara
RR
verbal adanya
Mampu melakukan
kelelahan atau
aktivitas sehari hari
kelemahan.
(ADLs) secara mandiri
Adanya dyspneu atau
Keseimbangan aktivitas
ketidaknyamanan saat
dan istirahat
beraktivitas.
DO :
Sediakan
informasi
untuk
mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin
dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
Intervensi
NIC :
Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaporesis,
pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
NOC :
NIC :
Electrolit and acid
Pertahankan catatan intake dan
base balance
output yang akurat
Fluid balance
Pasang urin kateter jika diperlukan
Hydration
Monitor hasil lab yang sesuai
Setelah dilakukan
dengan retensi cairan (BUN ,
tindakan keperawatan
Hmt , osmolalitas urin )
selama . Kelebihan
Monitor vital sign
volume cairan teratasi
Monitor
indikasi
retensi
/
dengan kriteria:
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
Terbebas dari edema,
edema, distensi vena leher, asites)
efusi, anaskara
Kaji lokasi dan luas edema
Bunyi nafas bersih,
Monitor masukan makanan /
tidak ada
cairan
dyspneu/ortopneu
Monitor status nutrisi
Terbebas dari distensi
Berikan diuretik sesuai interuksi
vena jugularis,
Memelihara tekanan Kolaborasi pemberian obat:
....................................
vena sentral, tekanan
Diagnosa Keperawatan
Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
kapiler-alveolar
Respiratory Status :
DS:
ventilation
sakit kepala ketika bangun Vital Sign Status
Dyspnoe
Setelah
dilakukan
Gangguan penglihatan
tindakan
keperawatan
DO:
selama . Gangguan
Penurunan CO2
pertukaran pasien teratasi
Takikardi
dengan kriteria hasi:
Hiperkapnia
Mendemonstrasikan
Keletihan
peningkatan ventilasi
Iritabilitas
dan oksigenasi yang
Hypoxia
adekuat
kebingungan
Memelihara kebersihan
sianosis
paru paru dan bebas
warna kulit abnormal
dari
tanda
tanda
(pucat, kehitaman)
distress pernafasan
Hipoksemia
Mendemonstrasikan
hiperkarbia
batuk efektif dan suara
AGD abnormal
nafas yang bersih, tidak
pH arteri abnormal
ada
sianosis
dan
frekuensi dan kedalaman
dyspneu
(mampu
nafas abnormal
mengeluarkan sputum,
mampu
bernafas
Intervensi
NIC :
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan bronkodilator ;
-.
-.
Barikan pelembab udara
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi
otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi
NIC:
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan bronkodilator :
-..
.
Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
abnormal)
untuk memperbaiki pola nafas.
Tanda
Tanda
vital Ajarkan bagaimana batuk efektif
dalam rentang normal Monitor pola nafas
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari Desember
2006. Semarang: UNDIP
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius