OLEH :
TSULATUL FITRI
(P07120317033)
TINGKAT 3 A / SEMESTER VI
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal
ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna
menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot
jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari
struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).
B. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas
apapun dan harus tirah baring.
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung
kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna
maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria
Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung
lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO =
HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi
frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke
Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu
sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa
jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung);
(2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada
besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi
yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume
sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas
atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada
akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini
akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik
dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output
pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan
tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke
kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan
mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah
sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-
adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu
sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya
iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi
perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-
organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan
retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga
akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan
peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan
vasodilator.
PATHWAY
G. Penatalaksanaan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak
nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai
bantal lebih dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi
jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat
tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD
yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis,
tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung, denyut
jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/
takut yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis,
warna kulit pucat, dan pitting edema.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal
6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul.
N Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Interv
o
1 Penurunan curah jantung NOC : Cardiac Care
b/d respon fisiologis otot Cardiac Pump Evaluasi ada
jantung, peningkatan effectiveness ( intensitas,lokasi, dura
frekuensi, dilatasi, hipertrofi Circulation Status Catat adanya disritm
atau peningkatan isi Vital Sign Status Catat adanya
sekuncup Kriteria Hasil: penurunan cardiac put
Tanda Vital dalam rentang Monitor status kard
normal (Tekanan darah, Nadi, Monitor status
respirasi) menandakan gagal jan
Dapat mentoleransi Monitor abdome
aktivitas, tidak ada kelelahan penurunan perfusi
Tidak ada edema paru, Monitor balance ca
perifer, dan tidak ada asites Monitor adanya
Tidak ada penurunan darah
kesadaran Monitor respon p
pengobatan antiaritmia
Atur periode latiha
menghindari kelelahan
Monitor toleransi ak
Monitor adanya
tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk men
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, s
Catat adanya fluktu
Monitor VS saa
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pad
bandingkan
Monitor TD, nadi, R
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dar
Monitor adanya pu
pulsus alterans
Monitor jumlah da
monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi d
Monitor suara pa
abnormal
Monitor suhu, war
kulit
Monitor sianosis pe
Monitor adanya cu
nadi yang melebar, br
sistolik)
Identifikasi penye
vital sign
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik pada
vena dan atau aliran darah
arteri
Kerusakan transport
oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
Keracunan enzim
Perubahan
afinitas/ikatan O2 dengan
Hb
Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah
4 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
Respiratory Status : Gas
b/d kongesti paru,
exchange Airway Management
hipertensi pulmonal, Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status Buka jalan nafas,
penurunan perifer yang
Kriteria Hasil : lift atau jaw thrust bila
mengakibatkan asidosis Mendemonstrasikan Posisikan
peningkatan ventilasi dan memaksimalkan ventil
laktat dan penurunan curah
oksigenasi yang adekuat Identifikasi
jantung. Memelihara kebersihan paru pemasangan alat jalan
paru dan bebas dari tanda Pasang mayo bila
tanda distress pernafasan Lakukan fisioterapi
Definisi : Kelebihan atau
Mendemonstrasikan batuk Keluarkan sekret
kekurangan dalam
efektif dan suara nafas yang suction
oksigenasi dan atau
bersih, tidak ada sianosis dan Auskultasi suara
pengeluaran
karbondioksida di dalam dyspneu (mampu suara tambahan
membran kapiler alveoli mengeluarkan sputum, Lakukan suction pa
mampu bernafas dengan Berika bronkodilato
Batasan karakteristik : mudah, tidak ada pursed lips) Barikan pelembab
Gangguan penglihatan Tanda tanda vital dalam Atur intake
Penurunan CO2 rentang normal mengoptimalkan kese
Takikardi Monitor respirasi d
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen Respiratory Monitori
Iritabilitas
Hypoxia Monitor rata – ra
kebingungan dan usaha respirasi
Dyspnoe Catat perge
nasal faring kesimetrisan, penggu
AGD Normal retraksi otot supraclav
sianosis Monitor suara nafa
warna kulit abnormal Monitor pola
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, h
Hipoksemia stokes, biot
hiperkarbia Catat lokasi trakea
sakit kepala ketika Monitor kelelah
bangun ( gerakan paradoksis )
frekuensi dan Auskultasi suara
kedalaman nafas abnormal penurunan / tidak a
Faktor faktor yang suara tambahan
berhubungan : Tentukan kebutu
- ketidakseimbangan mengauskultasi crakl
perfusi ventilasi jalan napas utama
- perubahan membran Uskultasi suara p
kapiler-alveolar untuk mengetahui has
AcidBase Manageme
Monitro IV line
Pertahankanjalan nafa
Monitor AGD, tingkat e
Monitor status hemodin
PAP)
Monitor adanya tanda
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurolog
Tingkatkan oral hygien
5 Kelebihan volume cairan NOC : Fluid management
b/d berkurangnya curah Electrolit and acid base Pertahankan catat
jantung, retensi cairan dan balance yang akurat
natrium oleh ginjal, Fluid balance Pasang urin kateter
hipoperfusi ke jaringan Monitor hasil lAb
perifer dan hipertensi Kriteria Hasil: retensi cairan (BUN , H
pulmonal Terbebas dari edema, )
efusi, anaskara Monitor status he
Definisi : Retensi cairan Bunyi nafas bersih, tidak CVP, MAP, PAP, dan
isotomik meningkat ada dyspneu/ortopneu Monitor vital sign
Batasan karakteristik : Terbebas dari distensi Monitor indikasi
- Berat badan meningkat vena jugularis, reflek cairan (cracles, CVP ,
pada waktu yang singkat hepatojugular (+) leher, asites)
- Asupan berlebihan Memelihara tekanan vena Kaji lokasi dan luas
dibanding output sentral, tekanan kapiler paru, Monitor masukan m
- Tekanan darah berubah, output jantung dan vital sign hitung intake kalori ha
tekanan arteri pulmonalis dalam batas normal Monitor status nutri
berubah, peningkatan CVP Terbebas dari kelelahan, Berikan diuretik ses
- Distensi vena jugularis kecemasan atau kebingungan Batasi masukan c
- Perubahan pada pola Menjelaskanindikator hiponatrermi dilusi den
nafas, dyspnoe/sesak kelebihan cairan mEq/l
nafas, orthopnoe, suara Kolaborasi dokte
nafas abnormal (Rales atau berlebih muncul memb
crakles), Fluid Monitoring
kongestikemacetan paru, Tentukan riwayat ju
pleural effusion cairan dan eliminaSi
- Hb dan hematokrit Tentukan kemungk
menurun, perubahan ketidak seimbangan
elektrolit, khususnya terapi diuretik, kela
perubahan berat jenis jantung, diaporesis, di
- Suara jantung SIII Monitor serum dan
- Reflek hepatojugular Monitor serum dan
positif Monitor BP, HR, da
- Oliguria, azotemia Monitor tekanan d
- Perubahan status mental, perubahan irama jantu
kegelisahan, kecemasan Monitor parameter
Monitor adanya d
Faktor-faktor yang eodem perifer dan pen
berhubungan : Monitor tanda dan g
Mekanisme pengaturan
melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan
6 Cemas b/d penyakit kritis, NOC : NIC :
takut kematian atau Anxiety control Anxiety Reduction (pe
kecacatan, perubahan Coping Gunakan
peran dalam lingkungan Impulse control menenangkan
social atau Kriteria Hasil : Nyatakan deng
ketidakmampuan yang Klien mampu terhadap pelaku pasie
permanen. mengidentifikasi dan Jelaskan semua pr
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama pros
Definisi : Mengidentifikasi, Pahami prespektif p
Perasaan gelisah yang tak mengungkapkan dan stres
jelas dari ketidaknyamanan menunjukkan tehnik untuk Temani pasien
atau ketakutan yang mengontol cemas keamanan dan mengu
disertai respon autonom Vital sign dalam batas Berikan informas
(sumner tidak spesifik atau normal diagnosis, tindakan pr
tidak diketahui oleh
Postur tubuh, ekspresi Dorong keluarga un
individu); perasaan wajah, bahasa tubuh dan Lakukan back / nec
keprihatinan disebabkan tingkat aktivitas menunjukkan Dengarkan dengan
dari antisipasi terhadap berkurangnya kecemasan Identifikasi tingkat k
bahaya. Sinyal ini Bantu pasien me
merupakan peringatan menimbulkan kecema
adanya ancaman yang Dorong pasien un
akan datang dan perasaan, ketakutan, p
memungkinkan individu Instruksikan pasien
untuk mengambil langkah relaksasi
untuk menyetujui terhadap Barikan obat
tindakan kecemasan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
Eksplorasi kemun
dukungan, dengan car
Rujuk pasien pada
komunitas lokal, denga
Instruksikan pasien
gejala untuk melapo
perawatan kesehatan
tepat
DAFTAR PUSTAKA