Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

BERJALAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU KRUK

OLEH :

KELOMPOK I

1. A.A Rekha Dena Sri Devi 6. Bq Dindin Ade Pranita


2. Ageng Mirahayu Sugiartha 7. Denda Vena Arda
3. Ahlam Salsabil Al Habsyi 8. Deva Zulisna Usmayantari
4. Ahmad Arbain 9. Dhea Elfira Maulidina
5. Akhsan Mabela 10. Dian Anggraheni
6. Angelina Alivia Ningrum 11. Fegiyarto
7. Ati Kurniati 12. Hijratun Islamiah
8. Ayu Dewi Suryantini 13. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TINGKAT IIA/SEMESTER IV
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan. Yang berjudul “Berjalan
Menggunakan Alat Bantu Kruk”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan


serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,


arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya kami penyusunnya.

Mataram, Januari 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi...................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................3
2.1 Definisi Fraktur. ...................................................................................................3
2.2 Alat Bantu Berjalan. .............................................................................................7
2.3 Jenis Alat Bantu Berjalan. ....................................................................................7
2.4 Teknik Menggunakan Alat Bantu Kruk. ..............................................................11

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................. 21
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 21
3.2. Saran .................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur/patah tulang merupakan suatu keadaan dimana struktur tulang


mengalami pemutusan secara sebagian atau keseluruhan. Salah satu
penyebab fraktur adalah adanya tekanan atau hantaman yang sangat keras
dan diterima secara langsung oleh tulang. Penanganan fraktur harus
dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi dilakukan
sesegera mungkin karena pergerakan pada ragmen tulang dapat
menyebabkan nyeri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membantu pasien patah tulang dalam beraktifitas adalah dengan
menggunakan alat bantu jalan. Alat bantu jalan adalah alat yang digunakan
untuk membantu pasien supaya dapat berjalan dan bergerak dan
merupakan alat yang dipergunakan untuk memudahkan pasien dalam
berjalan agar terhindar dari resiko cedera. Oleh karena itu kita harus dapat
mengetahui jenis-jenis alat bantu berjalan, fungsi dan cara penggunaannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di peroleh adalah
sebagai berikut :
a) Apakah yang dimaksud dengan fraktur ?
b) Apakah yang dimaksud dengan alat bantu jalan ?
c) Jelaskan jenis alat bantu yang digunakan untuk berjalan ?
d) Jelaskanlah bagaimana cara dan prosedur dalam menggunakan alat bantu
berjalan (kruk)

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan fraktur.
b) Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan alat bantu jalan.
c) Untuk mengetahui apa saja jenis alat bantu yang digunakan dalam berjalan.
d) Untuk mengetahui cara dan prosedur penggunaan kruk.

1.4 Manfaat Penulisan


Sesuai latar belakang di atas, maka manfaat penulisan yang di peroleh adalah
sebagai berikut :
a) Mengetahui apakah yang dimaksud dengan fraktur.
b) Mengetahui apakah yang dimaksud dengan alat bantu jalan.
c) Mengetahui apa saja jenis alat bantu yang digunakan dalam berjalan.
d) Mengetahui cara dan prosedur penggunaan kruk.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau
patah tulang yang utuh (Reeves C.J , Roux G & Lockhart R, 2001). Fraktur juga
merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang. Fraktur sendiri merupakan
kerusakan structural dalam tulang, lapisan epifisis atau permukaan sendi tulang
rawan. Sementara kerusakan pada tulang sering kali langsung terlihat nyata,
kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya dapat luput dari deteksi klinis yang
dini. Kerusakan jaringan lunak yang berhubungan dengan suatu fraktur sangat
bermakna secara klinis dan akhirnya dapat memengaruhi hasil klinis. Penampilan

3
fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, di bagi menjadi
beberapa kelompok :
A. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
1) Fraktur tertutup (closed/sederhana), dikatakan tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur
bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Atau permukaan
fraktur tidak bersinggungan dengan kulit atau selaput lendirnya. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
c) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2) Fraktur terbuka (open/compound/majemuk), dikatakan fraktur terbuka bila
tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan untuk
terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk kedalam luka sampai
ke tulang yang patah.
Derajat patah tulang terbuka :
a) Derajat I , Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen
minimal.
b) Derajat II , Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi
fragmen jelas.
c) Derajat III , Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

4
B. Berdasarkan luas garis fraktur dibedakan menjadi :
1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang atau melalui
kedua korteks tulang.
2) Fraktur inkomplit,bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang.
C. Berdasarkan bentuk atau arah garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma
1) Fraktur Transversal, fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi/langsung. Atau, sumbu panjang tulang
tegak lurus degan bidan fraktur. Biasanya disebabkan karena cedera lipat
dan kecepatan rendah.
2) Fraktur Oblique, fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Spiral, fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi dan tenaga putar yang menyebabkan tulang
patah di sepanjang gars robek.
4) Green stick fraktur, suatu fraktur tak sempurna yng ditimbulkan oleh
tenaga angulasi. Konteks yang berlawanan masih intak. Terjadi pada anak-
anak.
5) Fraktur Kompresi, fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain dan berkurangnya panjang atau
lebar segmen tulang yang disebabkan impaksi dari tulang trabekula.
6) Fraktur Avulsi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang. Atau, fraktur yang dihasikan oleh tenaga
traksi pada tulang melalui enthesis
7) Fraktur depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
8) Fraktur Impaksi, dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya

5
D. Berdasarkan jumlah garis patah
1) Fraktur Komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4) Fraktur Simple, fraktur dimana garis patahan berjumlah 1 garis patahan
atau fraktur
E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergese), terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen.
F. Berdasarkan posisi/lokasi fraktur, sebatang tulang terbagi menjadi 3 bagian:
1) Tulang Panjang
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 tengah
c. 1/3 distal
2) Tulang Melintang
a. 1/3 medial
b. 1/3 mid / tengah
c. 1/3 lateral

G. Fraktur Kelelahan, fraktur akibat tekanan yang berulang ulang


H. Fraktur Patologis, fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

6
2.2 Alat Bantu Jalan

Alat bantu jalan yaitu alat yang digunakan untuk membantu pasien agar
dapat berjalan dan bergerak. Alat bantu jalan merupakan alat yang dipergunakan
untuk memudahkan pasien dalam berjalan agar terhindar dari resiko cedera dan
juga menurunkan ketergantungan pada orang lain. Alat bantu jalan pasien adalah
alat bantu yang digunakan pada pasien yang mengalami penurunan kekuatan otot
dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta gangguan keseimbangan.
Masing-masing alat bantu jalan memiliki indikasi penggunaan dan cara
penggunaan yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk
menentukan pola berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan, antara lain
kemampuan pasien untuk melangkah dengaan satu atau kedua tungkai,
kemampuan weight bearing (tumpuan berat) dan keseimbangan pasien dengan
satu kaki atau kedua tungkai, dan kemampuan kedua AGA (Anggota Gerak
Atas) untuk mempertahankan weight bearing dan AMP (Austin Moore
Prosthesis), keseimbangan, serta kemampuan mempertahankan tubuh dalam
posisi berdiri. Manfaat penggunaan alat bantu bagi pasien :
1. Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
2. Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
3. Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
4. Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.

2.3 Jenis – jenis alat bantu berjalan


1) Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat penyangga dan
kaki yang kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada bagian atas,
melangkah, memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi. Walker

7
memperbaiki keseimbangan dengan meningkatkan area dasar penunjang berat
badan dan meningkatkan keseimbangan lateral. Walker mempunyai beberapa
kelemahan yaitu sulit digunakan bila melewati pintu dan tempat yang sempit,
mengurangi ayunan lengan dan terjadi abnormal fleksi punggung ketika
berjalan. Secara umum, walker tidak dapat digunakan di tangga.
Macam-macam walker :
1.Standard Walker 2. Front Wheeled Walker 3. Wheel Walker

Cara Penggunaan (Cara Kerja)


1. Atur tinggi keempat kaki walker agar nyaman dipakai oleh klien.
2. Pegang walker pada bagian atas yang ada bantalan karetnya.
3. Mulailah berjalan menggunakan walker dengan cara mengangkat dan
memindahkan walker ke depan sedikit demi sedikit.
4. Usahakan tubuh klien tidak keluar dari batas kotak walker. Agar
keselamatan klien terjaga.
2) Tongkat atau cane atau stick
Tongkat atau cane adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Tinggi tongkat ini bisa diatur sesuai
kebutuhan. Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Cane
memperluas area untuk menunjang berat badan sehingga dapat meningkatkan
keseimbangan tubuh. Cane tradisional yang hanya digunakan untuk

8
keseimbangan tidak dapat menunjang berat badan. Cane sekarang dapat
digunakan untuk menunjang berat badan dan biasanya digunakan bila
memerlukan salah satu ekstremitas atas untuk mencapai keseimbangan dan
menunjang berat badan. Tongkat berkaki panjang lurus (stick atau single
straight-legged) lebih umum digunakan untuk sokongan dan keseimbangan
klien yang kekuatan kakinya menurun. Di kakinya terdapat sumbat untuk
mengurangi resiko terpeleset pada klien.
1. Multiple legged Cane 2. Offset Cane 3. Standard Alumunium Cane

4. Standard Wooden Canes 5. Walk Canes

9
Cara Penggunaan (Cara Kerja)
1. Aturlah tinggi tongkat sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Klien mulai berjalan menggunakan tongkat sebagai pembantu menyokong
tubuh.
3. Tongkat ini harus dipakai di sisi tubuh yang terkuat. Cane memperluas area
untuk menunjang berat badan sehingga dapat meningkatkan keseimbangan
tubuh.

3) Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakkan dengan didorong oleh pihak lain,
digerakkan dengan menggunakan tangan, atau digerakkan dengan
menggunakan mesin otomatis. Diperkirakan konsep pertama dari sebuah kursi
roda telah diciptakan lebih dari 6.000 tahun yang lalu. Kursi roda manual
adalah kursi roda digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan
kursi roda yang biasa digunakan untuk semua kegiatan. Kursi roda manual
dapat dioperasikan dengan bantuan orang lain maupun oleh penggunanya
sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat dioperasikan oleh penderita cacat
yang mempunyai kecacatan ditangan.

10
Cara Penggunaan (Cara Kerja)
1. Klien didudukkan di kursi roda.
2. Buka tempat penopang kaki kemudian letakkan kaki klien di penopang
sehingga nyaman.
3. Untuk menggerakkannya klien perlu memegang tempat khusus pegangan
tangan untuk berjalan dan kemudian menjalankan kursi roda. Atau bisa
juga dengan cara didorong oleh orang lain.

2.3 Alat Bantu Kruk


Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat
temporer, seperti pada setelah kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan
permanen (mis. Klien paralisis ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau
logam dengan panjang yang cukup untuk diraih dari axilla sampai ke tanah atau
lantai. Kruk memiliki permukaan cekung yang disesuaikan di bawah lengan dan
sebuah balok melintang untuk tangan untuk menyangga berat badan.
Tipe kruk :
1. Kruk Lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan
Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam
yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya, yaitu pembalut logam
dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Jenis kruk ini
dapat mentransfer 40-50% berat badan.

11
2. Kruk Aksila
Mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas,
dimana berada tepat di bawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang
dipegang setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Panjang
pendeknya kruk bisa disesuaikan dengan aksila pasien. Kruk harus diukur
panjang yang sesuai dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka
dengan aman, untuk mencapai kestabilan gaya berjalan, naik dan turun
tangga serta bangkit dari duduk. Kruk memperluas area dasar, dengan
demikian juga meningkatkan keseimbangan. Berbeda dengan cane, crutch
dapat menunjang seluruh berat badan. Jenis kruk ini dapat mentransfer
sampai 80% berat badan.

A) Tujuan Menggunakan Kruk


1) Meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan pergerakan sendi dan
kemampuan mobilisasi
2) Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3) Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
4) Meningkatkan rasa percaya diri klien

12
B) Fungsi Kruk
1) Sebagai alat bantu berjalan.
2) Mengatur atau memberi keseimbangan waktu berjalan.
3) Membantu menyokong sebagian berat badan.

C) Indikasi Menggunakan Kruk


1) Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma
2) Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri
dan bengkak sendi
3) Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut
4) Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan
kerusakan musculoskeletal
5) Klien setelah bedah artroskopis lutut
6) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidak nyamanan
dan imobilisasi yang diprogramkan.

D) Kontraindikasi Menggunakan Kruk


1) Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi, dan
drainase.
2) Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
perubahan turgor kulit.

E) Manfaat Menggunakan Kruk


1) Memelihara dan mengembalikan fungsi otot.
2) Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok.
3) Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
4) Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.

13
F) Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menggunakan Kruk
1) Perawat atau keluarga harus memperhatikan ketika klien akan
menggunakan kruk.
2) Monitor klien saat memeriksa penggunaan kruk dan observasi untuk
beberapa saat sampai problem hilang.
3) Perhatikan kondisi klien saat mulai berjalan.
4) Sebelum digunakan, cek dahulu kruk untuk persiapan.
5) Perhatikan lingkungan sekitar.
6) Gunakan wc duduk untuk buang air besar.
7) Bila tidak ada wc duduk, gunakan wc biasa dengan kursi yang tengahnya
diberi lubang.
8) Jaga keseimbangan tubuh.

G) Persiapan Pasien
1) Memperkenalkan diri
2) Bina hubungan saling percaya
3) Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
4) Menjelaskan tujuan
5) Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
6) Menyepakati waktu yang akan di gunakan

H) Persiapan Alat dan Bahan


1) Menyediakan kruk yang digunakan (kruk aksila).
2) Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien, jarak antara
bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku.
3) Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien
berada pada posisi supine atau berdiri.

14
4) Pada posisi telentang-ujung kruk berada 15cm di samping tumit klien.
Tempatkan ujung pita pungukur dengan lebar tiga sampai empat jari(4-
5cm) dari aksila dan ukur sampai tumit klien.
5) Pada posisi berdiri-posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15 cm di
samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan motede lain, siku
harus direfleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku harus diperiksa
dengan goniometer.
6) Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila.
7) Tempat berjalan, seperti lorong rumah sakit atau taman yang dilengkapi
dengan tempat latihan untuk berjalan.

I) Tahap Pre Interaksi


1) Cuci tangan
2) Siapkan alat-alat

J) Tahap Orientasi
1) Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2) Memperkenalkan nama perawat
3) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4) Menjelaskan tentang kerahasiaan

K) Tahap Kerja
1) Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan
fungsional, dan penyakit
2) Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga
3) Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak rintangan di jalan klien
4) Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan
5) Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum kruk berjalan

15
6) Atur kesejajaran kaki ,tubuh klien, dan ukur tinggi kruk sempai aksila.
7) Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang
berlawanan (mis. Kruk kanan dengan kaki kiri)
8) Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.
9) Minta klien Mulai mendemostrasikan teknik cara berjalan dari posisi
tripod dengan alat yang berada 6 inci ke samping dan ke depan temapat
berdiri.

a) Langkah Titik Empat


Majukan kruk kanan, kemudian kaki kiri, kemudian kruk kiri,
kemudian kaki kanan.

b) Langkah Titik Tiga


Majukan kedua kruk dan ekstremitas yang sakit bersamaan kemudian
majukan ekstrmitas yang tidak sakit, Kedua kayu penopang lalu segera
dipindahkan ke muka lagi dan pola tadi di ulang lagi
16
c) Langkah Titik Dua
Majukan kruk kanan dan kaki kiri bersamaan, kemudian kruk kiri dan
kaki kanan bersamaan

d) Langkah berayun-ke atau berayun melalui


Majukan kadua kruk hersamaan dan ayunkan tuhuh mendekati kruk
atau melewatinya

17
e) Berpindah Dari Duduk Ke Berdiri
1. Pegang kedua kruk di tangan pada sisi yang sakit (pegang kruk
bersamaan an mendatar).
2. Bangkit berdiri dengan tangan menekan dasar penyokong stabil
(kunci tempat tidur, lengan atau dudukan kursi), bebankan berat
badan pada kaki yang lbih kuat, dan angkat tubuh.
3. Berdiri dengan punggung lurus, bebankan berat badan pada kaki
yang lebih kuat dan kruk.
4. Tempatkan kedua kruk setinggi kaki
5. Majukan kaki yang tidak sakit sambil bertumpu pada pegangan
kruk.
6. Tarik kaki yang sakit dan kruk sambil membebankan berat badan
pada kaki yang lebih kuat.

f) Berpindah Dari Berdiri Ke Duduk


1. Mundur sampai punggung kaki bawah menyentuh tempat tidur
atau bagian tengah kursi.
2. Pegang kruk bersamaan di tangan pada sisi yang tidak sakit. Mulai
gerakan turun mendekati kursi atau tempat tidur dibantu punggung
lurus, dibantu oleh kruk dan kaki yang lebih kuat sebagi
penyokong.
3. Ketika telah cukup dekat, dengan perlahan pegang lengan kursi di
selesaikan proses berpindah ini.

g) Berjalan Menaiki Tangga


1. Pindahkan berat badan pada kruk.
2. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak tangga.
3. Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit.

18
4. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.

h) Berjalan Menuruni Tangga


1. Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit.
2. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk memindahkan
berat badan pada kruk.
3. Gerakkan kaki yang sakit kedepan
4. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.

19
L) Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

M) Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan

N) Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang. Fraktur sendiri merupakan
kerusakan structural dalam tulang, lapisan epifisis atau permukaan sendi tulang
rawan. Alat bantu jalan yaitu alat yang digunakan untuk membantu pasien agar
dapat berjalan dan bergerak. Alat bantu yang biasa digunakan yaitu Walker,
Tongkat atau cane atau stick, Kursi Roda dan kruk. Kruk terbuat dari kayu atau
logam dengan panjang yang cukup untuk diraih dari axilla sampai ke tanah atau
lantai. Kruk memiliki permukaan cekung yang disesuaikan di bawah lengan dan
sebuah balok melintang untuk tangan untuk menyangga berat badan.

3.2 Saran
Penulis berharap bahwa makalah yang penulis tampilkan mampu membantu
mahasiswa/i dalam mempelajari dan mengetahu lebih dalam mengenai fraktur
dan alat-alat bantu yang digunakan dalam membantu pasien yang mengalami
patah tulang, semoga ilmu yang penulis sampaikan dapat bermanfaat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Davies Kim: 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot, Dina Mardiana, Erlangga.
Jakarta
http://www.scribd.com/doc/86545197/makalah-askep-fraktur
http://www.scribd.com/document/373384279/MAKALAH-KRUK
http://academia.edu
https://www.kompasiana.com

22
CHECKLIST MEMBANTU PASIEN BERJALAN MENGGUNAKAN

ALAT BANTU KRUK

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Membantu pasien untuk melatih kembali kelompok-kelompok otot
yaitu menggerakan kaki serta tangan secara bergantian dengan
menggunakan alat bantu berjalan karena ketidakmampuan pasien
untuk bergerak akibat dari pasien yang dalam waktu yang lama terikat
pada tempat tidur atau karena larangan untuk bergerak

Tujuan :
5) Meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan
pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
6) Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
7) Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
8) Meningkatkan rasa percaya diri klien

Indikasi :
 Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur
dan/atau trauma
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan nyeri dan bengkak sendi
 Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan

23
dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal
 Klien setelah bedah artroskopis lutut
 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
ketidaknyamanandan imobilisasi yang diprogramkan.

Kontra indikasi :
 Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan inflamasi,
insisi, dan drainase.
 Klien yang potensial kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan turgor kulit.

Pelaksanaan
1. Persiapan Pasien :
• Memperkenalkan diri
• Bina hubungan saling percaya
• Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
• Menjelaskan tujuan
• Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
• Menyepakati waktu yang akan di gunakan

2. Persiapan alat dan bahan :


 Menyediakan kruk yang digunakan (kruk aksila).
 Melakukan pengukuran kruk yang meliputi area tinggi klien,
jarak antara bantalan kruk dengan aksila, dan sudut fleksi siku.
 Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metode berikut,
dengan klien berada pada posisi supine atau berdiri.
 Pada posisi telentang-ujung kruk berada 15cm di samping
tumit klien. Tempatkan ujung pita pungukur dengan lebar tiga

24
sampai empat jari(4-5cm) dari aksila dan ukur sampai tumit
klien.
 Pada posisi berdiri-posisi kruk dan ujung kruk berada 14-15
cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan
motede lain, siku harus direfleksikan 15 sampai 30 derajat.
Fleksi siku harus diperiksa dengan goniometer.
 Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari di bawah aksila.
 Tempat berjalan, seperti lorong rumah sakit atau taman yang
dilengkapi dengan tempat latihan untuk berjalan.

3. Persiapan Lingkungan :
 Sampiran
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi,
kemampuan fungsional, dan penyakit
2. Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga

25
3. Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak rintangan di
jalan klien
4. Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan
5. Minta klien berdiri dengan posisi tripod, sebelum kruk
berjalan
6. Atur kesejajaran kaki ,tubuh klien, dan ukur tinggi kruk
sempai aksila.
7. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan
kaki yang berlawanan (mis. Kruk kanan dengan kaki kiri)
8. Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang
lain.
9. Minta klien Mulai mendemostrasikan teknik cara berjalan dari
posisi tripod dengan alat yang berada 6 inci ke samping dan ke
depan temapat berdiri (gbr 7.41)

a. langkah tilik-empat:
Majukan kruk kanan, kemudian kaki kiri, kemudian kruk kiri,
kemudian kaki kanan (Ghr.7.4.2).

26
b. Langkah titik-tiga:
Majukan kedua kruk dan ekstremitas yang sakit bersamaan
kemudian majukan ekstrmitas yang tidak sakit, Kedua kayu
penopang lalu segera dipindahkan ke muka lagi dan pola tadi di
ulang lagi (Ghr. 7.4.3).

c. Langkah tiiik-dua:
Majukan kruk kanan dan kaki kiri bersamaan, kemudian kruk
kiri dan kaki kanan bersamaan (Gbr. 7.4.4).

27
d. Langkah berayun-ke atau berayun melalui:
Majukan kadua kruk hersamaan dan ayunkan tuhuh mendekati
kruk atau melewatinya (Gbr. 7.4.5).

a. Mendemostrasikan teknik duduk, berdiri dan berjalan menaiki


tangga yang benar dengan menggunakan kruk (bgn 7.4, gbr 7.4.6,
dan 7.4.7 menunjukkan cara berjalan di tangga dengan kruk),
(Diuraikan tersendiri).
 Berpindah dari duduk ke berdiri
1. Pegang kedua kruk di tangan pada sisi yang sakit (pegang
kruk bersamaan an mendatar).
2. Bangkit berdiri dengan tangan menekan dasar penyokong
stabil (kunci tempat tidur, lengan atau dudukan kursi),

28
bebankan berat badan pada kaki yang lbih kuat, dan angkat
tubuh.
3. Berdiri dengan punggung lurus, bebankan berat badan
pada kaki yang lebih kuat dan kruk.
4. Tempatkan kedua kruk setinggi kaki
5. Majukan kaki yang tidak sakit sambil bertumpu pada
pegangan kruk.
Tarik kaki yang sakit dan kruk sambil membebankan berat
badan pada kaki yang lebih kuat.
 Berpindah dari berdiri ke duduk
1. Mundur sampai punggung kaki bawah menyentuh tempat
tidur atau bagian tengah kursi.
2. Pegang kruk bersamaan di tangan pada sisi yang tidak
sakit. Mulai gerakan turun mendekati kursi atau tempat
tidur dibantu punggung lurus, dibantu oleh kruk dan kaki
yang lebih kuat sebagi penyokong.
3. Ketika telah cukup dekat, dengan perlahan pegang lengan
kursi di selesaikan proses berpindah ini.
 Berjalan menaiki tangga
1. Pindahkan berat badan pada kruk.
2. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dari anak
tangga.
3. Pindahkan berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak
sakit.
4. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan
kruk.

29
 Berjalan menuruni tangga
1. Pindahkan berat badan pada kaki yang tidak sakit.
2. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai untuk
memindahkan berat badan pada kruk.
3. Gerakkan kaki yang sakit kedepan
4. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan
kruk.

30
Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

Tahap Evaluasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

31

Anda mungkin juga menyukai