OLEH :
NI PUTU ANDIRA MURTI
P07120118027
Mengatahui:
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
C. PATWAY AUTIS
Ibu menyalahgunakan Zat Genetika Trauma janin saat lahir
Infeksi
Abnormalitas struktur otak
maternal
Abnormalitas Neurotransmitter
Ketidak mampuan
untuk menpercayai
E. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.
Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson,
dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan
kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui
pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide)
yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan
jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi
kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan
mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel
saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel
saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil
pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan
akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga
terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan
akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan
brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian
sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye
merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena
ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan
atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal
mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-
motorik, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak
kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi
atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan
amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses
memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak
antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri,
infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara
behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka
beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan
untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal.
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screeningautisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di
Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,
imitasi motor dan konsentrasi.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau
penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang
autis mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah.Kadar
norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam
keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian
pada penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah
riwayat keadaan atau perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif
mengurangi perilaku autistik seperti hiperaktivitas, penarikan diri,
stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem
dopamin dan serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis.
Antipsikotik generasi baru, yaitu antipsikotik atipikal, merupakan
antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2
(D2).Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin
D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas,
dan tingkah laku menyakiti diri sendiri.Olanzapine, digunakan karena
mampu menghambat secara luas pelbagai reseptor, olanzapine bisa
mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi, gangguan reaksi
afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan
penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas
emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,
penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang
melibatkan pelbagai disiplin ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ
dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain terapi edukasi untuk
meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku untuk
mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi
wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian
informasi lewat semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT)
untuk mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga,
dan sebagainya.
Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa
memperburuk kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis.
Terapi itu meliputi pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang
menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian suplemen vitamin
dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada
di dinding usus.
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa
menjalani hidup sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi
orang dewasa yang mandiri dan berprestasi.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut
sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak.
c. Terapi perilaku:anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-
temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering
mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mutilasi diri dibuktikan denganindividu autistik.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan
pervasife autisme antara lain:
1. Risikomutilasi diri
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai
respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri.
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila
merasa cemas.
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi anak.
Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan
kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi pasien.
Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai
kepuasan pola komunikasi terbentuk.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan dapat
mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif.
Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :” Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” ).
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-
pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati
untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa
seinzinnya”.
Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan
menggunakan contoh.
Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang
murni terhadap dan hormat kepada seseorang
4. Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan
bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang
ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang
lain saat pulang dengan kriteria hasil:
Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi
kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-
gerakan yang dilihatnya)
Intervensi:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak
senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada
kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling,
terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak
mau mainan lainnya.Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan
atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan
IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar
5% mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cidera otak
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan.
Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
a. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan kognitif
b. Pemeriksaan fisik
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
Terdapat ekolalia.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna bendatersebut.
Peka terhadap bau.
c. Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
Perilaku menstimulasi diri
Pola tidur tidak teratur
Permainan stereotip
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
Tantrum yang sering
Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
d. Neurologis
Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
Refleks mengisap buruk
Tidak mampu menangis ketika lapar
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mutilasi diri dibuktikan dengan individu autistik.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi
masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife
autisme antara lain:
1. Risikomutilasi diri
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons
terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri.
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa
cemas
Intervensi
Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan
yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri.
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin
keselamatan anak)
Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai
respon terhadap kecemasan
Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat
memilih cara /alternative pemecahan yang tepat.
Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak
memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik –
narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka
pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris
Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu
perawat
Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan
saling percaya dengan pasien
Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu – waktu
mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada
perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman
2. Kerusakan interaksi social
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang
pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan
kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan
perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan
orang lain
Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi
Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan
keper-cayaan
Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan
Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan,
selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu
agar anak tidak mengalami distress
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu aman bila anak merasa distres
Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika
anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
saling percaya
Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya
Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-
interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan,
senyuman , dan pelukan
Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha
keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman
3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu
yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti
oleh orang lain
2. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan
verbal
3. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan
orang lain
Intervensi
Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi anak
Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan
kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi pasien
Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan
pola komunikasi terbentuk
Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan dapat
mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif
Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :” Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” )
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-
pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati
untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya”
Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan
ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan
contoh
Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni
terhadap dan hormat kepada seseorang
4. Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan
bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan
untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang
dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi
kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-
gerakan yang dilihatnya)
Intervensi:
Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan
data kepercayaan
Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian
tubuhnya
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien
dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan
anak telah terbentuk
Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan
sebagai suatu ancaman oleh pasien
Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari
batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar dari anak
Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk
tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Http://www.journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798
Lampiran 2
I. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An.E Laki-laki/Perempuan
2. Nama Ayah : Tn. M Nama Ibu : Ny. K
3. Alamat : Btn Sweta
4. Tanggal Pemeriksaan : 14 april 2020
5. Tanggal Lahir : 14 april 2017
6. Umur Anak : 36 bulan
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan datang kepuskesmas membawa anaknya
pada tanggal 14 april 2020 oleh keluarganya untuk melakukan
pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena
orangtua pasien mengeluh anaknya memiliki keadaan social
dengan lingkungannya tidak baik, tidak mau bermain dengan
teman-teman sebayanya meskipun itu sepupunya dan anaknya
memiliki kesulitan komunikasi atau keterlambatan berbicara .
3. Perkembangan Fisik
1) Sesuai
2) Meragukan a. G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasa d.
Sos.Kemandirian e. Rujuk Ya/Tidak
3) Penyimpangan a.G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasad.
Sos.Kemandirian e. Rujuk Ya/Tidak
4. Daya lihat : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak
5. Daya dengar : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak
6. Mental emosional : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak
9. Apakah anak pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu? Tdk
B Pengamatan Ya Tidak
1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata) dengan Ya
pemeriksa?
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu Tdk
di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan :”lihat itu ada bola (atau mainan
lain)”.
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan
melihat tangan pemeriksa?
3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Ya
Katakan pada anak : “buatkan secangkir susu buat mama”.
4. Tanyakan pada anak :Tunjukkan mana gelas!” (gelas dapat diganti dengan Tdk
nama benda lain yang dikenal anak dan ada di sekitar kita). Apakah anak
menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajahan
dan ketika menunjuk ke suatu benda?
5. Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu Tdk
menara?
Sumber : American Academy Of Pediatrics, Pediatrics 107 : 5 May 2001
Lampiran 3
FORMAT PENGUMPULAN DATA DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK SEHAT
I. IDENTITAS PASIEN
A. Anak
1. Nama : An.E
2. Anak yang ke :1
3. Tanggal lahir/ Umur : 14 April 2017
4. Jenis kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Hindu
B. Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn.M (kandung / tiri)
b. Umur : 46 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Btn sweta
2. Ibu
a. Nama : Ny. K (kandung / tiri)
b. Umur : 44 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Btn sweta
II. GENOGRAM
Keterangan : Laki-laki Klien
Perempuan
V. TUMBUH KEMBANG
A. Pertumbuhan Fisik
1. PB/TB : 92 cm
2. BB : 13 gram/kg
3. LK : 46 cm
4. LLA : 17 cm
B. Perkembangan (Gunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak).
Lingkari yang sesuai dengan perkembangan anak :
1. Sesuai dengan umur
2. Meragukan
3. Kemungkinan penyimpangan
B. Nutrisi-Metaboli
Ibu pasien mengatakan bahwa makan anaknya 3 kali sehari dengan
porsi cukup tapi dan makannya lahap.
C. Eliminasi (BAB &BAK)
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB normal 1-2 kali sehari
dengan feses lunak, dan BAK 4-5 kali sehari, kadang menggunakan
popok tapi kadang sang anak BAK sembarangan dan harus diantar saat
ke kamar mandi.
D. Aktifitas/latihan
Ibu pasien mengatakan bahwa si anak melakukan aktifitasnya
secara berlebihan dan tidak bisa di kasi tahu dan memberantakan
barang-barang yang ada di sekitarnya.
E. Tidur dan istirahat
Ibu pasien mengatakan anaknya tidur dengan nyenyak, dan
tidurnya normal dari jam 21.00 – 07.00 pagi/hari, dengan pola tidur
baik, dan sebelum tidur diajarkan untuk berdoa.
F. Kognitif-Persepsi
Ibu pasien mengatakan sebelumnya belum memahami tentang
penyakit anaknya, namun setelah dijelaskan ia mengerti sedikit tentang
penyakit anaknya.
G. Persepsi diri-Konsep diri
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya memiliki keadaan social
atau bersosial dengan lingkungannya yang tidak baik karena pasien
sering takut ketika bertemu orang ramai, dan pasien memiliki
kelemahan dalam mengingat sesuatu dan ketika dipanggil ia memiliki
respon namun sedikit kadang kalok dipanggil jawabnya lama, dan
memiliki keterlambatan berbicara,pasien tidak bisa diam dan selalu
memberantakan sesuatu yang ada di dekatnya, dan pasien suka nangis
dan memukul ketika sedang marah.
│
Penolakan dan ketidak
mampuan berbicara
│
Kerusakan komunikasi verbal
│
Kerusakan komunikasi verbal
3. Menggunakan 3. Pasien
pendekatan mampu
tatap muka mengekpresi
berhadapan kan
untuk bagaimana
menyampaika dirinya yang
n ekspresi- sekarang dan
ekpresi mau menatap
nonverbal muka dengan
yang benar orang
dengan terdekatnya.
menggunakan
contoh.
XI. EVALUASI