Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN AUTIS DAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.E


DENGAN AUTIS
DI PUSKESMAS BABAKAN
TANGGAL 14 APRIL 2020

OLEH :
NI PUTU ANDIRA MURTI
P07120118027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN
TINGKAT 2A
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Bangsal/ Ruangan :

Mengatahui:

Pembimbing Akademik Mahasiswa

(H. Moh.Arif,S.Kp., M.Kes) (Ni Putu Andira Murti)


LAPORAN PENDAHULUAN
AUTISME
A. DEFINISI
Secara ilmiah autism berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autism secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengertian autis menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
a. Autism merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo
2003).
b. Autism adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan
anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi social, dan
perilaku “sumber dari pedoman pelayanan Pendidikan bagi anak
austistik”. (American Psychiatic Association, 2000).
c. Autism adalah adanya gangguan dalam bidang interaksi social,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autism mulai tampak sejak
lahir atau saat masih bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun).”sumber dari
pedoman penggolongan diagnostic gangguan jiwa”(PPDGJ III).
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan social atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autism merupakan satu kondisi anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak
umur sebelum 3 tahun mencangkup bidan komunikasi, interaksi social
serta perilakunya. Anak autism dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi Pendidikan : anak autism adalah anak yang mengalami gangguan
perkambangan komunikasi, social, perilaku pada anak sesuai dengan
kreteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
Pendidikan secara khusus sejak ini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan
otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek
komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya
penanganan secara psikologis.
d. Segi sosial:anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi
sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar
dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial,
sehingga anak autisme mempunyai dunianya sendiri.

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang ditemui pada penderita autism :
1. Penarikan diri, kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan non verbal
yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes
non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.

 Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).

 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
C. PATWAY AUTIS
Ibu menyalahgunakan Zat Genetika Trauma janin saat lahir

Infeksi
Abnormalitas struktur otak
maternal

Abnormalitas Neurotransmitter

Fiksasi pada fase prasimbiotik


dari perkembangan

Tugas perkembangan tidak Ketidakacuhan yang


terselesaikan nyata
pada lingkungan

MK: Resiko tinggi


mutilasi / mencederai
diri

Deprivasi ibu stimulus Ketidakmampuan


yang tidak bagus membedakan batas
tubuh diri sendiri

Ketidak mampuan
untuk menpercayai

Penolakan diri dari diri Tidak adanya orang Tingkat ansietas


terdekat yang bertambah

Penolakan dan ketidak


Kerusakan Gangguan konsep
mampuan berbicara
interaksi sosial diri (indentitas
pribadi)
Kerusakan
komunikasi verbal
Kerusakan
komunikasi verbal
D. PATOFISIOLOGI

E. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls
listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada
trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.
Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson,
dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan
kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui
pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide)
yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur
penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan
jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi
kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan
mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel
saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel
saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil
pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan
akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga
terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan
akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan
brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian
sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye
merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena
ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan
atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal
mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-
motorik, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak
kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi
atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan
amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses
memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak
antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri,
infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara
behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka
beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan
untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal.
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screeningautisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di
Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,
imitasi motor dan konsentrasi.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau
penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang
autis mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah.Kadar
norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam
keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian
pada penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah
riwayat keadaan atau perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif
mengurangi perilaku autistik seperti hiperaktivitas, penarikan diri,
stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem
dopamin dan serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis.
Antipsikotik generasi baru, yaitu antipsikotik atipikal, merupakan
antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2
(D2).Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin
D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas,
dan tingkah laku menyakiti diri sendiri.Olanzapine, digunakan karena
mampu menghambat secara luas pelbagai reseptor, olanzapine bisa
mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi, gangguan reaksi
afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan
penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas
emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,
penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang
melibatkan pelbagai disiplin ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ
dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain terapi edukasi untuk
meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku untuk
mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi
wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian
informasi lewat semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT)
untuk mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga,
dan sebagainya.
Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa
memperburuk kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis.
Terapi itu meliputi pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang
menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian suplemen vitamin
dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada
di dinding usus.
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa
menjalani hidup sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi
orang dewasa yang mandiri dan berprestasi.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut
sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak.
c. Terapi perilaku:anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-
temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering
mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mutilasi diri dibuktikan denganindividu autistik.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan
pervasife autisme antara lain:
1. Risikomutilasi diri
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai
respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri.
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila
merasa cemas.

Intervensi

 Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan


yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri.
 Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin
keselamatan anak).
 Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai
respon terhadap kecemasan

 Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat


memilih cara /alternative pemecahan yang tepat.
 Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak
memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik
– narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah
luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris
 Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera.
 Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu
perawat
 Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan
saling percaya dengan pasien.
 Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu – waktu
mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
 Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan
pada perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa
aman.
2. Kerusakan interaksi social
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang
pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah
dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
1. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain.
2. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah
dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi
dengan orang lain.
3. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain.

Intervensi

 Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan


keper-cayaan.
 Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan.
 Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan,
selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu
tertentu agar anak tidak mengalami distress.
 Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu aman bila anak merasa distress.
 Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika
anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan
hubungan saling percaya.
 Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya.
 Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-
interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan,
senyuman , dan pelukan.
 Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh
suatu rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak
terbiasa.
 Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha
keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya.
 Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman
3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam
waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
 Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh
orang lain.
 Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan
verbal.
 Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang
lain.

Intervensi
 Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi anak.
 Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan
kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi pasien.
 Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai
kepuasan pola komunikasi terbentuk.
 Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan dapat
mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif.
 Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :” Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” ).
 Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-
pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati
untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa
seinzinnya”.
 Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan
menggunakan contoh.
 Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang
murni terhadap dan hormat kepada seseorang
4. Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan
bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang
ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang
lain saat pulang dengan kriteria hasil:
 Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
 Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi
kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-
gerakan yang dilihatnya)
Intervensi:

 Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak


 Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan
pembentukan data kepercayaan
 Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
 Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
 Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian
tubuhnya
 Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
 Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap,
menggunakan sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan
antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan
sampai kepercayaan anak telah terbentuk
 Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan
sebagai suatu ancaman oleh pasien
 Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari
batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar dari anak
 Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk
tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat.
ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan
atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak
senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada
kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling,
terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak
mau mainan lainnya.Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan
atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan
IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar
5% mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan.
Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
a. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan kognitif
b. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna bendatersebut.
 Peka terhadap bau.
c. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
d. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mutilasi diri dibuktikan dengan individu autistik.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
3. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
4. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi
masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife
autisme antara lain:
1. Risikomutilasi diri
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons
terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri.
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa
cemas
Intervensi
 Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan
yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri.
 Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin
keselamatan anak)
 Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai
respon terhadap kecemasan
 Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat
memilih cara /alternative pemecahan yang tepat.
 Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak
memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik –
narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka
pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris
 Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
 Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu
perawat
 Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan
saling percaya dengan pasien
 Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu – waktu
mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
 Rasional : dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada
perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman
2. Kerusakan interaksi social
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang
pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan
kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
 Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
 Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan
perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan
orang lain
 Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi
 Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan
keper-cayaan
 Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan
 Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan,
selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu
agar anak tidak mengalami distress
 Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam
waktu-waktu aman bila anak merasa distres
 Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika
anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
saling percaya
 Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling
percaya
 Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-
interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan,
senyuman , dan pelukan
 Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
 Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha
keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya
 Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman
3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu
yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti
oleh orang lain
2. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan
verbal
3. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan
orang lain
Intervensi
 Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi anak
 Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan
kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi pasien
 Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan
pola komunikasi terbentuk
 Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat
mengurangi kecemasan anak sehingga anak akan dapat
mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif
 Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :” Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?” )
 Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan
akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-
pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati
untuk tidak “berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya”
 Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan
ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan
contoh
 Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni
terhadap dan hormat kepada seseorang
4. Gangguan Indentitas Pribadi
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan
bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan
untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang
dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari
tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi
kata-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-
gerakan yang dilihatnya)
Intervensi:
 Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
 Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan
data kepercayaan
 Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
 Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
 Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian
tubuhnya
 Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang
terpisah dari orang lain
 Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien
dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan
anak telah terbentuk
 Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan
sebagai suatu ancaman oleh pasien
 Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari
batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar dari anak
 Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk
tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC.

Sacharin, RM. 1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, Arvin. 1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.


Jakarta: EGC.

Anonim. Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Hidayat, Aziz Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1.


Jakarta:Salemba Medika

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI.Jakarta.

Nugraheni,SA. (2012). Menguak Belantara Autisme. Bulettin Psikologi. 20(1-2):


9-17.

Http://www.journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798
Lampiran 2

FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Puskesmas : Babakan Kec : Saandubaya Kab/Kota : Mataram Prov :


NTB

I. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An.E Laki-laki/Perempuan
2. Nama Ayah : Tn. M Nama Ibu : Ny. K
3. Alamat : Btn Sweta
4. Tanggal Pemeriksaan : 14 april 2020
5. Tanggal Lahir : 14 april 2017
6. Umur Anak : 36 bulan

II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan datang kepuskesmas membawa anaknya
pada tanggal 14 april 2020 oleh keluarganya untuk melakukan
pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya karena
orangtua pasien mengeluh anaknya memiliki keadaan social
dengan lingkungannya tidak baik, tidak mau bermain dengan
teman-teman sebayanya meskipun itu sepupunya dan anaknya
memiliki kesulitan komunikasi atau keterlambatan berbicara .

Apakah anak mempunyai masalah tumbuh kembang


Iya, karena sang anak memiliki keterlambatan dan tidak mau
bersosialisasi dengan lingkungannya, dan pasien tidak mau
bermain dengan teman-teman sebayanya, dan kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain., dan sering takut ketika bertemu
dengan orang baru, sang anak memiliki kelemaha sesuatu dan
ketika dipanggil sang anak tidak langsung menoleh atau merespon.

III. PEMERIKSAAN RUTIN SESUAI JADWAL/JIKA ADA KELUHAN


1. BB : 10 Kg PB/TB : 90 cm BB/TB : a.Baik b.Kurang c.Buruk
d.Lebih e.Rujuk : Ya/Tidak
2. LKA : 49 cm LKA/U: a. Normal b.Mikrosefal c.Makrosefal
d.Rujuk : Ya/Tidak

3. Perkembangan Fisik
1) Sesuai
2) Meragukan a. G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasa d.
Sos.Kemandirian e. Rujuk Ya/Tidak
3) Penyimpangan a.G.Kasar b. G.Halus c. B.Bahasad.
Sos.Kemandirian e. Rujuk Ya/Tidak
4. Daya lihat : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak
5. Daya dengar : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak
6. Mental emosional : a. Normal b. Curiga ada gangguan c. Rujuk
Ya/Tidak

IV. PEMERIKSAAN ATAS INDIKASI/JIKA ADA KELUHAN


1. Autis : a.Resiko tinggi b.Resiko rendah c.Gangguan lain d.Batas
normal e.Rujuk Ya/Tidak.
2. GPPH : a. kemungkinan GPPH b. Bukan GPPH c. Rujuk
Ya/Tidak
V. KESIMPULAN
Ibu pasien mengatakan pasien sulit bersosialisasi dengan
lingkungannya, pasien juga sering takut ketika bertemu dengan orang
ramai, kadang ketika dipanggil pasien tidak langsung merespon,
kadang ia merespon dalam waktu lama, pasien juga susah dalam
membedakan bagian-bagian dari tubuhnya, suka memainkan jari
jemarinya dan suka marah ketika disentuh oleh orang lain, ibu psien
juga mengatakan bahwa anaknya memiliki keterlambatan dalam
berbicara baik itu dengan ayahnya ataupun teman-teman sebayanya,
tidak mau bermain dengan teman-teman sebabyanya maupun
sepupunya, pasien memiliki penyimpangan pada system gerak motoric
kasar, sos kemandirian dan berbahanya maka pasien berisiko tinggi
autis dan berisiko rendah gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas.

VI. TINDAKAN INTERVENSI


1. Konseling stimulasi bagi ibu : a. Diberikan b. Tidak diberikan
2. Intervensi stimulasi perkembangan :
a.G.Kasar b.G.Halus c.B.Bahasad. Sos.Kemandirian e.Tgl
evaluasi intervensi
3. Tindakan pengobatan lain
4. Dirujuk ke a. Ada surat rujukan b. Tidak ada surat rujukan
CEKLIST FOR AUTSM IN TODDLER
Nama : An.E Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 14/4/2017 Dokter :-
No RM :- Ruangan :-

CEKLIST DETEKSI DINI DINI AUTIS PADA ANAK UMUR 18-36


BULAN

CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)

A Alo anamnesis Ya Tidak


1. Apakah anak senang di ayun-ayun atau di guncang-guncang naik turun Tdk
(bounched) di paha anda?
2. Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain? Tdk

3. Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga? Tdk

4. Apakah anak suka bermain “cilukba” atau petak umpet? Tdk

5. Apakah anak pernah bermain seolah-oleh membuat secangkir teh ya


menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain?
6. Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan Ya
jari?
7. Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar Tdk
anda melihat ke sana?
8. Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)? Ya

9. Apakah anak pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu? Tdk

B Pengamatan Ya Tidak
1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata) dengan Ya
pemeriksa?
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu Tdk
di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan :”lihat itu ada bola (atau mainan
lain)”.
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan
melihat tangan pemeriksa?
3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Ya
Katakan pada anak : “buatkan secangkir susu buat mama”.
4. Tanyakan pada anak :Tunjukkan mana gelas!” (gelas dapat diganti dengan Tdk
nama benda lain yang dikenal anak dan ada di sekitar kita). Apakah anak
menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajahan
dan ketika menunjuk ke suatu benda?
5. Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu Tdk
menara?
Sumber : American Academy Of Pediatrics, Pediatrics 107 : 5 May 2001

Lampiran 3
FORMAT PENGUMPULAN DATA DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK SEHAT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.E DENGAN AUTIS


MENGGUNAKAN CEKLIST FOR AUTISM IN TODDLER “CHAT”

I. IDENTITAS PASIEN
A. Anak
1. Nama : An.E
2. Anak yang ke :1
3. Tanggal lahir/ Umur : 14 April 2017
4. Jenis kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Hindu
B. Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn.M (kandung / tiri)
b. Umur : 46 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Btn sweta
2. Ibu
a. Nama : Ny. K (kandung / tiri)
b. Umur : 44 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Btn sweta

II. GENOGRAM
Keterangan : Laki-laki Klien

Perempuan

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama
Anak datang dengan diantar oleh orangtua, ibu pasien mengatakan
anaknya kesulitan berinteraksi dengan oranglain,gangguan pada
perilaku,emosi,komunikasi yang tidak lancar dan pola bermain
pada anaknya.
B. Riwayat kesehatan anak (0-5 tahun)
1. Perawatan dalam masa kandungan :
Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak :
Ibu pasien mengatakan ia tetap melakukan pemeriksaan selama
kehamilan.
Berapa kali :
Ibu pasien mengatakan ia melakukan pemeriksaan kehamilan
sebanyak 6 kali .
Kapan :
Ibu pasien mengatakan ia melakukan pemeriksaan kehamilan dari
kehamilan pertamanya dan setiap bulannya.
Tempat di :
Ibu pasien mengatakan ia melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas dan posyandu.
Kesan pemeriksaan tentang kehamilan :
Ibu pasien mengatakan ia selalu bersyukur karena hasil dari
pemeriksaannya baik-baik saja.
Obat-obat yang telah diminum :
Ibu pasien mengatakan ia meminum obat yang telah diberikan
yaitu tablet vitamin dan tablet FE.
Imunisasi :
Ibu pasien mengatakan ia pernah diberikan vaksin atau imunisasi
tetanus.
Pemeriksaan lain :
Ibu pasien mengatakan dilakukan pengukuran TB,BB,TD,LiLA,
tinggi ramih, dan letak atau posisi janin.
Penyakit yang pernah diderita ibu :
Ibu pasien mengatakan tidak menderita penyakit apapun.
Penyakit dalam keluarga:
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama.
2. Perawatan pada waktu kelahiran :
Umur kehamilan :
Ibu pasien mengatakan saat melahirkan usia kehamilanyan 38
minggu.
Dilahirkan di :
Ibu pasien mengatakan ketika melahirkan dilakukan dipuskesmas
babakan.
Ditolong oleh :
Ibu pasien mengatakan waktu melahirkan ditolong oleh bidan yang
berada dipuskesmas babakan.
Berlangsungnya kelahiran (biasa/susah/dengan tindakan) :
Ibu pasien mengatakan kelahirannya biasa dan normal.
Lamanya proses persalinan :
Ibu pasien mengatakan lamanya proses persalinanya
Keadaan bayi setelah lahir :
Ibu mengatakan ketika bayi lahir dalam keadaan menangis.
BB lahir : 3000 gram PBL : 47 gram LK/LD :
48gram

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu pasien mengatakan di dalam keluarganya belum pernah
menderita penyakit yang berat dan menular.

IV. RIWAYAT IMUNISASI (IMUNISASI LENGKAP)

Imunisasi Umur Tgl Reaksi Tempat


diberikan imunisasi
HB 0 0 14 april Demam Puskesmas
bulan 2017
BCG 0 14 april Bisul diarea Puskesmas
bulan 2017 suntikan
Pentavalen 1 2 14 juni 2017 Demam Posyandu
bulan
Pentavalen 2 3 14 juli 2017 Demam Posyandu
bulan
Polio 1 2 14 juni 2017 Demam Posyandu
bulan
Polio 2 3 14 juli 2017 Demam Posyandu
bulan
Polio 3 4 14 agustus Demam Posyandu
bulan 2017
Campak 9 14 januari Demam Posyandu
bulan 2018
Hb ulangan 11 14 maret Demam Posyandu
bulan 2018
Campak 11 14 maret Demam Posyandu
ulangan bulan 2018

V. TUMBUH KEMBANG
A. Pertumbuhan Fisik
1. PB/TB : 92 cm
2. BB : 13 gram/kg
3. LK : 46 cm
4. LLA : 17 cm
B. Perkembangan (Gunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak).
Lingkari yang sesuai dengan perkembangan anak :
1. Sesuai dengan umur
2. Meragukan
3. Kemungkinan penyimpangan

VI. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa setelah sakit lingkungan rumahnya
bersih.

B. Nutrisi-Metaboli
Ibu pasien mengatakan bahwa makan anaknya 3 kali sehari dengan
porsi cukup tapi dan makannya lahap.
C. Eliminasi (BAB &BAK)
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB normal 1-2 kali sehari
dengan feses lunak, dan BAK 4-5 kali sehari, kadang menggunakan
popok tapi kadang sang anak BAK sembarangan dan harus diantar saat
ke kamar mandi.
D. Aktifitas/latihan
Ibu pasien mengatakan bahwa si anak melakukan aktifitasnya
secara berlebihan dan tidak bisa di kasi tahu dan memberantakan
barang-barang yang ada di sekitarnya.
E. Tidur dan istirahat
Ibu pasien mengatakan anaknya tidur dengan nyenyak, dan
tidurnya normal dari jam 21.00 – 07.00 pagi/hari, dengan pola tidur
baik, dan sebelum tidur diajarkan untuk berdoa.
F. Kognitif-Persepsi
Ibu pasien mengatakan sebelumnya belum memahami tentang
penyakit anaknya, namun setelah dijelaskan ia mengerti sedikit tentang
penyakit anaknya.
G. Persepsi diri-Konsep diri
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya memiliki keadaan social
atau bersosial dengan lingkungannya yang tidak baik karena pasien
sering takut ketika bertemu orang ramai, dan pasien memiliki
kelemahan dalam mengingat sesuatu dan ketika dipanggil ia memiliki
respon namun sedikit kadang kalok dipanggil jawabnya lama, dan
memiliki keterlambatan berbicara,pasien tidak bisa diam dan selalu
memberantakan sesuatu yang ada di dekatnya, dan pasien suka nangis
dan memukul ketika sedang marah.

H. Pola Hubungan Peran


Ibu pasien mengatakan anaknya sangat berharga untuk dirinya dan
keluarga, dan sekeluarga merasa Bahagia ketika kehadirannya
dikeluarga.
I. Pola Reproduksi dan kesehatan
-
J. Pola toleransi terhadap stress-koping
Ibu pasien mangatakan pasien masih belum bisa membaca dan
belum bisa mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata nya
sendiri.
K. Pola keyakinan dan nilai
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering ikut sembahyang

VII. ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS INTERVENSI/PENYEBAB MASALAH


14/04/202 DS : ibu pasien mengatakan Trauma janin saat lahir Kerusakan
0 anaknya kesulitan interaksi sosial

berinteraksi dengan
13.00
orang lain,gangguan Abnormalitas sturktur otak
pada perilaku dan emosi. │
Fiksasi pada fase
prasimbiotik dari
perkembangan

DO : anak terlihat tampak
Tugas perkembangan tidak
tidak menyukai
terselesaikan
seseorang yang ada di
dekatnya,mengurung diri │
dan berinteraksi sendiri
Ketidakmampuan
membedakan batas tubuh diri
sendiri

Tidak adanya orang terdekat

Kerusakan interaksi sosial

DS : ibu pasien mengatakan Infeksi maternal Kerusakan


komunikasi anak nya tidak komunikasi

lancar,memiliki verbal
keterlambatan saat Deprivasi ibu stimulus yang
berbicara tidak bagus

Ketidak mampuan untuk
mempercayai
DO : anak tampak
menyendiri dan susah │
berkomunikasi dengan
orang lain ataupun orang Penolakan diri dari diri
yang ada di sekitarnya. sendiri


Penolakan dan ketidak
mampuan berbicara

Kerusakan komunikasi verbal

Kerusakan komunikasi verbal

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 14/3/2020 Kerusakan interaksi social berhubungan dengan
ketidakmampuan anak membedakan batas tubuh
diri sendiri yang ditandai dengan ibu pasien
mengatakan anaknya kesulitan berinteraksi
dengan orang lain,gangguan pada perilaku dan
emosi,anak terlihat tampak tidak menyukai
seseorang yang ada di dekatnya,mengurung diri
dan berinteraksi sendiri
2 14/4/2020 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan penolakan dan ketidak mampuan
berbicara yang di tandai dengan ibu pasien
mengatakan komunikasi anak nya tidak
lancar,memiliki keterlambatan saat berbicara,
anak tampak menyendiri dan susah
berkomunikasi dengan orang lain ataupun orang
yang ada di sekitarnya.

IX. RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATA
N
1 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Jalin hubungan 1. Interaksi staf
interaksi social tindakan satu-satu dengan dengan pasien
keperawatan 1x30 anak untuk yang konsisten
menit diharapkan meningkatkan meningkatkan
masalah teratasi kepercayaan. pembentukan
dengan kreteria 2. Berikan benda- keperacayaan.
hasil: benda yang 2. Benda-benda ini
- Anak mulai dikenal memberikan rasa
berinte`raksi (misalnya: aman dalam
dengan diri dan mainan waktu-waktu
orang lain kesukaannya, aman bila anak
- Anak selimut) untuk merasa distress.
menggunakan memberikan rasa
kontak mata, aman dalam
sifat responsive waktu-waktu
pada wajah dan tertentu agar anak
perilaku- tidak mengalami
perilaku non distress.
verbal lainnya
dalam
berinteraksi
dengan orang
lain.
- Pasien tidak
menarik diri
dari kontak
fisik dengan
orang lain.
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Mempertahankan 1. Hal ini
komunikasi verbal tindakan konsistensi tugas memudahkan
keperawatan 1x30 staf untuk kepercayaan dan
menit diharapkan memahami kemampuan
masalah teratasi tindakan-tindakan untuk
dengan kreteria dan komunikasi memahami
hasil: anak. tindakan-
- Anak mampu 2. Mengantisipasi tindakan dan
berkomunikasi memenuhi komunikasi
dengan cara kebutuhan- anak.
yang di kebutuhan anak 2. Pemenuhan
mengerti oleh sampai kepuasan kebutuhan anak
orang lain. pola komunikasi akan dapat
- Pesan-pesan terbentuk. mengurangi
nonverbal anak 3. Menggunakan kecemasan anak
sesuai dengan pendekatan tatap sehingga anak
pengungkapan muka berhadapan akan dapat mulai
verbal untuk menjalin
- Anak memulai menyampaikan komunikasi
berinteraksi ekspresi-ekspresi dengan orang
verbal dan non nonverbal yang lain dengan
verbal dengan benar dengan asertif.
orang lain. menggunakan 3. Kontak mata
contoh. mengekspresikan
minat yang
murni terhadap
dan hormat
kepada
seseorang.
X. CATATAN KEPERAWATAN

NO TANGGAL NOMOR JAM IMPLEMENTASI RESPON HASIL NAMA/


DIAGNOS TTD
A
1 13/4/20 1 14.00 1. Menjalin 1. Pasien Andira
hubungan terlihat
satu-satu nyaman dan
dengan anak senang.
untuk
meningkatkan
kepercayaan.
2. Memberikan 2. Pasien
benda-benda mampu
yang dikenal mengenali
(misalnya: benda
mainan kesukaannya
kesukaanya).
Untuk
memberikan
rasa aman
dalam waktu-
waktu tertentu
agar anak
tidak
mengalami
distress.
3. Memberikan 3. Pasien
sikap yang terlihat
hangat untuk nyaman dan
membentuk rilex dan
dan untuk mau percaya
mempertahan dengan
kan hubungan perawatnya.
saling
percaya.
2 13/4/20 2 15.00 1. Mempertahan 1. Pasien Andira
kan mampu
konsistensi memahami
tugas staf tindakan dan
untuk komunikasi
memahami yang
tindakan- diberikan.
tindakan dan
komunikasi
anak
2. Mengantisipa 2. Pasien
si memenuhi terlihat tidak
kebutuhan- cemas lagi
kebutuhan dan mampu
anak sampai berkomunika
kepuasan pola si sedikit-
komunikasi demi sedikit.
terbentuk

3. Menggunakan 3. Pasien
pendekatan mampu
tatap muka mengekpresi
berhadapan kan
untuk bagaimana
menyampaika dirinya yang
n ekspresi- sekarang dan
ekpresi mau menatap
nonverbal muka dengan
yang benar orang
dengan terdekatnya.
menggunakan
contoh.
XI. EVALUASI

N TANGGA DIAGNOSA EVALUASI NAMA/TTD


O L KEPERAWATAN
1 14/4/2020 Kerusakan interaksi S : Andira
social - Ibu pasien mengatakan
anak mampu membedakan
mana benda yang ada di
sekitarnya dan anak mampu
percaya pada orang di
sekitarnya.
O:
- Pasien terlihat senang dan
nyaman ketika oranglain
berada di dekatnya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 14/4/2020 Kerusakan S: Andira
komunikasi verbal - Ibu pasien mengatakan
anak mampu berkomunikasi
sedikit lancar dengan sopan
dan baik.
O:
- Anak terlihat mampu
berkomunikasi dengan
keluarga dan perawat yang
ada di sekitarnya walaupun
sedikit lancar.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai