Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan
Townsend, M.C (1998) antara lain:
Tidak suka dipegang
Rutinitas yang berulang
Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
Terpaku pada benda mati
Sulit berbahasa dan berbicara
50% diantaranya mengalami retardasi mental
Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan oranglain
Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-gerakkan mimik orang lain
Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali,
pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan
batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak
isyarat.
2. Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan sekarang
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan tidak pada
tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang
terbuka, jarang memainkan permainan khayalan, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung
kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu
2. Kerusakan interaksi sosial b.d Gangguan konsep diri, Tugas perkembangan tidak
terselesaikan dari percaya vs tidak percaya, deprivasi ibu.
Pengertian : ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain.
3. Risiko gangguan perkembangan b,d Gangguan prilaku ( mis: kurang dalam perhatian (defisit
attention), pembelajaran Kesehatan mental (spt depresi, penyalahgunaan obat, psikosis).
Pengertian : Beresiko mengalami gangguan untuk berkembang sesuai dengan kelompok
usianya.
Intervensi :
1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan keper-cayaan
Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan.
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-
waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress.
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa distress
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya.
Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada
kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan.
Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman
Dx. 3 Risiko gangguan perkembangan
Tujuan/criteria evaluasi :
Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan, yaitu tidak mengalami
keterlambatan 25% atau lebih area social atau perilaku pengaturan diri atau
kognitif, bahasa, keterampilan motorik kasar, atau motorik halus.
Intervensi :
1. Berikan hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh anak
2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktifitas dengan anak lain
3. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya
4. Berikan penguatan yang positif atau umpan balik terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri.
Dx. 4 Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang pengawasan.
Tujuan : Klien tidak menyakiti diriya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Alihkan prilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari peningkatan kecemasan.
3. Alihkan/kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan.
4. Alihkan perhatian dengan hiburan atau aktivitas lain untuk menurunkan tingkat
kecemasan.
5. Lindungi anak ketika prilaku menyakiti diri terjadi.
6. Siapkan alat pelindung atau proteksi.
7. Pertahankan lingkungan yang aman.
Dx. 5 Perubahan proses keluarga Intervensi :
1. Peningkatan integritas keluarga: peningkatan terhadap keakraban dan
Tujuan/criteria hasil :
keutuhan keluarga
a. Pasien keluarga akan : 2. Mempertahankan proses keluarga: meminimalkan efek gangguan proses
b. Memahami perubahan dalam keluarga
peran keluarga 3. Peningkatan normalisasi: membantu orang tua dan anggota keluarga lain,
dari anak dengan penyakit kronis atau ketidaknyamanan dalam memberikan
c. Mengidentifikasi pola koping pengalaman hidup normal untuk anak dan keluarga mereka
d. Berpartisifasi dalam proses 4. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga
membuat keputusan 5. Ajari keluarga perlunya kerja sama dengan system sekolah untuk menjamin
berhubungana dengan akses kesempatan pendidikan
perawatan setelah rawat inap 6. Berikan kesempatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi
yang efektif
e. Berfungsi untuk saling 7. Tanyakan pelayanan konsultasi social untuk membantu keluarga
memberikan dukungan kepada menentukan kebutuhan pasca hospitalisasi
setiap anggota keluarga 8. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mingkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan
9. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
10. Dukung keluarga unuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal
11. Pertahankan rutinitas keluarga
12. Berikan penguatan positif
IMPLEMENTASI
Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai
hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain
yang dipercaya
EVALUASI
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan yang dibuat dan
menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang
ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan