Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GANGGUAN BELAJAR : DISKALKULIA

A. Pengertian Diskalkulia
Diskalkulia adalah ketidakmampuan dalam melakukan keterampilanaritmatika yang
diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat pendidikanseseorang yang diberikan
melalui tes yang dibakukan secara individual(Hidayati, n.d). Pernyataan ini sama dengan
definisi diskalkulia menurut DSM IVyaitu kekurangan kemampuan matematika yang
diukur menggunakan testerstandarisasi yang mempengaruhi pencapaian akademik dan
kehidupansehari-hari serta tidak bisa dijelaskan oleh kekurangan kemampuan
sensoriataupun pendidikan (dalam Visscher & Noel, 2013). Seorang anak
yangmengalami kesulitan matematika karena penglihatannya kurang ataupun
karenakurang diberi pelajaran matematika, tidak bisa diidentifikasikan
sebagaidiskalkulia.Menurut Muhammad (2008), diskalkulia adalah masalah yang
memberidampak terhadap operasi perhitungan dalam matematika. Apabila
anakmenghadapi masalah matematika pada tingkat yang serius, ia dapat
dikatakanmengalami masalah diskalkulia.
Masalah yang dimaksud adalah masalah dalammemahami istilah matematika dasar
atau operasi seperti penjumlahan danpengurangan, simbol matematika, atau belajar tabel
perkalian (Nevid dkk,2003). Masalah ini biasanya nampak pada usia 8 tahun. Pada
beberapa anak,diskalkulia terlihat pada usia 6 tahun atau tidak terlihat sampai usia 10
tahun.
B. Ciri-Ciri Diskalkulia
Dua ciri-ciri utama diskalkulia adalah (Landerl dkk, 2004):1. Kesulitan dalam
mempelajari dan mengingat fakta-fakta aritmatika. Anak dengan gangguan diskalkulia
mengalami kesulitan dalam mempelajaridan mengingat fakta aritmatika seperti makna
dan sifat simbol angka,pembandingan, deret, dan lainnya.2. Kesulitan dalam
melaksanakan prosedur perhitungan.
Prosedur perhitungan tidak bisa dilakukan oleh anak dengan gangguandiskalkulia,
dimana mereka kurang atau tidak mengerti maksud danpenggunaan simbol-simbol
perhitungan (+, -, x, : ).
C. Identifikasi
Cara mengidentifikasi anak dengan gangguan diskalkulia adalah denganmelihat
kemampuannya atau ciri-cirinya (Raharyanti, 2012), diantaranya:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal,
seringkalimempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata
tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh, ia sulit menghitung
transaksi,termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi
takutmemegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang
harusmelibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses matematis, seperti penjumlahan, pengurangan,perkalian,
pembagian, dan konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi waktu dan arah. Anak biasanya bingungsaat
ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca danmemahami
peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu,misalnya
mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka, sepertiproses
substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulitmemahami
notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingungmengikuti
aturan main yang berhubungan sistem skor.

D. Penyebab Diskalkulia
Penyebab terjadinya diskalkulia pada seorang anak adalah
A. Hipotesis tentang penyebab gangguan diskalkulia dan gangguan belajarlainnya
(disleksia dan disgrafia) cenderung terfokus pada masalah kognitif-perseptual dan
kemungkinan faktor neurologis yang mendasarinya.Berbagai penelitian yang
berkaitan dengan fungsi tertentu bagian otakseperti gangguan pada memori semantik
dan memori kerja telah dilakukan,namun belum diperoleh hasil yang meyakinkan,
meskipun sebagiandiskalkulia berhubungan dengan hal-hal tersebut. Kesimpulan
dari semuapenelitian tersebut adalah kegagalan bawaan untuk memahami
konsepnumerik dasar dapat mendasari gangguan diskalkulia (Landerl dkk, 2004).
B. Faktor fisiologis, seperti kerusakan otak (pada penghubung antarabagian pariental
dan temporal otak), keturunan.
C. Faktor lingkungan
D. Kelemahan dalam proses pengamatan yaitu anak anak tidak dapatmengamati nomor
dan matematika secara keseluruhan.

E. Penanganan
Gangguan diskalkulia berkaitan dengan masalah neurologis dan fungsiotak sehingga
untuk mengobati gangguan ini secara total tidak dapat dilakukan.Hal yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan penanganan supayagangguan ini tidak mengganggu segi
kehidupan anak.Penanganan bagi anak dengan diskalkulia (Klinik Autis Indonesia,
2012)antara lain:
a. Penanganan harus dimulai di awal karir pendidikan anak. Sayangnya,gangguan
belajar matematika biasanya tidak disadari dan sulitdideteksi cukup dini. Berdasarkan
informasi baru, tersedia alat untukmembaca gangguan (RDS), strategi baru yang
dirancang untuk pendidikuntuk membimbing dan membantu siswa meningkatkan
non-performingtersedia.
b. Perbanyak contoh-contoh konkrit untuk memastikan pemahaman yangkuat sebelum
melangkah kepada konsep yang abstrak. Hal ini akanmembantu untuk memberikan
strategi untuk memvisualisasikan konsep.
c. Berikan kesempatan untuk menggunakan gambar, grafik, kalimat, ataukartu untuk
membantu dalam hal pemahaman soal disertai contohkehidupan sehari-hari.
d. Kembangkan sebuah konsep diri positif bahwa ‘saya bisa’, sesering mugkin.
e. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengenalkan konsep dasar.
f. Berikan bantuan dalam mempelajari simbol-simbol matematika danbahasa
matematika.

Remediasi menuntut kerjasama erat antara guru kelas reguler danmereka yang terlibat
dalam mendukung perbaikan.

F. Isu-Isu mengenai diskalkulia

Anak dengan gangguan diskalkulia tidak terlepas dari permasalahandalam kehidupannya.


Sama halnya dengan gangguan belajar lain, diskalkuliacenderung menjadi gangguan kronis
yang selanjutnya mempengaruhiperkembangan sampai masa dewasa (Nevid dkk, 2003).
Anak-anak dengan gangguan diskalkulia cenderung memiliki prestasiburuk dalam pelajaran
matematika di sekolah karena kekurang-mampuanmereka dalam memahami dan mempelajari
aritmatika (Nevid dkk, 2003). Anak-anak tersebut ditempatkan dalam program edukasi atau
kelas khusus untukmendapatkan bimbingan belajar khusus. Namun, tidak semua sekolah
dantempat les menyediakan program edukasi tersebut sehingga orang tua harusmencari
alternatif lain dan berperan aktif dalam mengajari anak-anaknya.Selain itu, anak dengan
gangguan diskalkulia sering mengalami masalahseperti ejekan, penolakan, dan pelabelan
sebagai anak bodoh oleh temansebaya dan guru.

Mereka sering dinilai gagal oleh guru, keluarga danlingkungan sekitar. Tidak
mengherankan bahwa sebagian besar dari merekamengembangkan ekspektasi yang rendah
dan bermasalah dengan self esteem (Nevid dkk, 2003).Berdasarkan dari sebuah artikel
seorang dokter spesialis anak, seoranganak dengan diskalkulia dapat disertai pula dengan
disleksia atau kesulitan belajar membaca, mengeja, dan menulis yang dijumpai pada anak
dengan levelintelegensi normal atau pada anak-anak cerdas (Dewi, 2010). Namun tidakserta-
merta pula bahwa seluruh anak dengan gangguan diskalkulia mengalamipula disleksia.
Menurut Steves (dalam Dewi, 2010), banyak anak disleksia yang jenius dalam bidang
matematika. Bebeda dengan Miles dan Miles yangmenyatakan bahwa sebagian besar
penyandang disleksia mengalamidiskalkulia (dalam Dewi, 2010).Selain itu, terdapat mitos
bahwa disleksia-diskalkulia lebih seringdisandang oleh anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan (Dewi, 2010).

Anggapan tersebut timbul akibat penelitian-penelitian yang kebanyakansubjeknya


berasal dari kelompok anak laki-laki yang sudah dirujuk untuk suatugangguan perilaku.
Sementara penelitian terkini menunjukkan bahwapenyandang disleksia-diskalkulia sama
banyak antara laki-laki dan perempuan.G. KomentarDiskalkulia itu merupakan salah bentuk
dari kesulitan belajar. Anak diskalkuliaberbeda dengan anak yang mengalami kesulitan
matematika biasa. Anak yangmengalami kesulitan matematika biasa penyebabnya bukan dari
gangguan otakseperti diskalkulia dan anak yang mengalami kesulitan matematika ia
masihmampu mengenal waktu, angka, uang, bisa menggunakan kalkulatorsedangkan anak
diseleksia tidak.

KESIMPULAN
Diskalkulia merupakan gangguan belajar pada keterampilan matematika,seperti
mempelajari dan mengingat fakta aritmatika. Ciri-ciri dari diskalkulia adalahsulit
menjumlahkan dan menghitung, lebih sering menghafal, sulit mengasosiasikan symbol
auditorik dan visual, proses penglihatan dan visual lemah, bingungmembedakan dua
angka yang bentuknya hampir sama, sulit memahami konsepwaktu dan arah, salah
menyebut nama orang, memberikan jawaban yang berubah-ubah, sulit membaca angka
pada jam atau sulit menentukan lokasi, sulit memahaminot not music. Penanganan yang
dapat diberikan yaitu penanganan matematikayang intensive, memberikan kalkulator
untuk menghitung, dan dengan bimbinganbelajar.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K. (2010, Maret 18).
Diskalkulia : apakah selallu mengikuti disleksia?
Retrieved September 12, 2013, from Indigrow Child Development
Center:http://indigrow.wordpress.com/2010/03/18/%E2%80%9Cdiskalkulia-
apakah-selalu-mengikuti-disleksia%E2%80%9D/

Hidayat, Y. S. (2010). Anak Berkebutuhan Khusus. 28.

Hidayati, F.Psikologi Abnormal . Semarang: Psikologi Universitas Diponegoro.

Idris, R. (2009). Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kogitif.


Lentera Pendidikan , 167-168.

Landerl, K., Bevana, A., & Butterworth, B. (2004 ). Developmental Dyscalculia


andBasic Numerical Capacities: A Study of 8 –9-Year-Old Students.Cognition 93,99 –
125.

Muhammad, J. K. (2008). Special Education For Spesial Children. Jakarta: HikmahNizan


Publika.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2003).Psikologi Abnormal.


Jakarta:Erlangga.Raharyanti, A. (2012, April).Mengenal Gangguan Belajar
"DISKALKULIA".Retrieved September 12, 2013, from Catatan-
Ku:http://ajenganjar.blogspot.com/2012/04/mengenal-gangguan-belajar-
diskalkulia.html
Visscher, A. d., & Noel, M. P. (2013). A Case Study of Arithmetic Facts
DyscalculiaCaused by a Hypersensitivity-to-Interference in Memory.Cortex 49 , 50-70.

Klinik Autis Indonesia. (2012, November 3). Diskalkulia, Gangguan Belajar Matematika
Pada Anak . Retrieved September 12, 2013, from Autism AndBehavior Disorders Online
Clinic:

http://klinikautisindonesia.wordpress.com/2012/11/03/diskalkulia-gangguan-belajar-
matematika-pada-anak/

https://www.academia.edu/9145346/MAKALAH_GANGGUAN_BELAJAR_DISKALKULIA

Pengertian Diskalkulia
Apa itu diskalkulia?

Diskalkulia adalah sebuah gangguan kemampuan berhitung pada anak


yang mengarah pada bidang studi matematika.

Lebih spesifik lagi dijelaskan bahwa diskalkulia adalah gangguan pada


kemampuan kalkulasi secara sistematis yang dibagi menjadi bentuk
kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi.

Kesulitan belajar matematika yang sering disebut diskalkulia atau


“dyscalculis” (Lerner, 1998) memiliki konotasi medis yang memandang
adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat.

Biasanya anak tidak memahami proses matematis, ditandai dengan


adanya kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol
matematis.

Dalam istilah ilmiah, diskalkulia dikenal sebagai “math difficulty” , yaitu


gangguan yang menyebabkan kemampuan kalkulasi secara matematis.

Kesulitan ini dapat dilihat secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk
kesulitan berhitung (counting) dan kalkulasi (calculating).

Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam pemahaman


konsep atau serangkaian proses matematis.
Sehingga jika kamu mengalami kesulitan yang luar biasa pada
matematika, bisa jadi kamu sedang mengalami diskalkulia.

Ciri Ciri Diskalkulia


Untuk lebih jelas, berikut adalah ciri-ciri penderita diskalkulia:

 Kesulitan dalam proses matematis yang ditandai dengan susahnya


mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
 Kesulitan menggunakan konsep waktu, misalnya sulit mengurutkan masa
lampau dan masa sekarang.
 Kurang paham tentang nilai, seperti satuan, puluhan, ratusan, dan
seterusnya.
 Sulit fokus pada pelajaran matematika, namun memiliki kemampuan
berbahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis maupun mengingat
kalimat tertulis sebelumnya).
 Sulit melakukan permainan atau olahraga yang berhubungan dengan sistem
skor.
 Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberikan
pertanyaan seputar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
 Sulit menghitung transaksi sehari-hari (berbelanja) termasuk menghitung
uang kembalian. Sehingga membuatnya menjadi takut memegang uang,
menghindari transaksi, maupun kegiatan yang harus melibatkan penggunaan
uang.
 Sulit memahami not-not angka dalam pelajaran musik yang menyebabkan
kesulitan dalam memainkan alat musik.

Cara Menangani Diskalkulia


Adapun cara menangani diskalkulia adalah sebagai berikut:
 Melatih secara bertahap untuk memahami simbol angka dan simbol operasi
perhitungan matematika.
 Melatih soal cerita pada konsep matematika dengan cara menghadirkan
benda-benda yang disebutkan dalam soal secara visual.
 Melatih untuk mengerti dan menguasai konsep nilai pada uang. Hal ini dapat
dilakukan dengan melatihnya berbelanja sendiri dengan sejumlah barang
yang nominal harganya kecil, sampai dengan tinggi.
 Melatih untuk melakukan ordering (mengurutkan) dan seriasi pada suatu
obyek. Misalnya mengurutkan bilangan dari yang terkecil sampai terbesar.
 Melatih korespondensi. Korespondensi adalah keterampilan memahami
jumlah satu set obyek pada suatu tempat adalah sama banyaknya dengan
satu set obyek pada tempat lain tanpa menghiraukan karakteristik obyek
tersebut. Misalnya, menghubungkan gambar 3 buah mangga dengan
lambang bilangan 3.
 Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, diajak
untuk menghitung jumlah kursi yang ada di meja makan, menghitung jumlah
pensil yang ada di kotak pensil, dan lain sebagainya.
 Memberikan pujian ketika sudah menunjukkan kemajuan dalam memahami
konsep matematika untuk meningkatkan semangat dan rasa percaya dirinya.
 Memperbanyak contoh-contoh konkret dalam memberikan pemahaman pada
konsep yang abstrak, misalnya dengan menghadirkan alat peraga yang
mempermudah anak untuk mulai mempelajarinya.

https://sastrawacana.id/diskalkulia/

ari Guru: 5 Trik Guru untuk Menangani Siswa


dengan Gangguan Diskalkulia

Selamat Hari Guru! Bapak/Ibu Guru pernah menghadapi siswa yang


sangat sulit untuk memahami pelajaran matematika? Bisa saja siswa
mengalami gangguan diskalkulia, lho. Diskalkulia merupakan kesulitan
belajar matematika atau mengerjakan soal yang berhubungan dengan
hitungan. Anak diskalkulia juga tidak bisa mencerna fenomena yang masih
abstrak. Masalah ini dapat dipicu oleh berbagai macam hal, salah satunya
adalah metode pembelajaran yang cenderung konvensional, seperti
ceramah dan tugas yang kurang mampu memotivasi siswa. Lalu, apa ya
trik yang bisa guru coba untuk menangani siswa diskalkulia? Yuk, kita cari
tahu!

1. Berikanlah contoh yang konkrit

Berikan contoh yang jelas (Sumber: 123rf.com)

Anak dengan diskalkulia akan sangat sulit untuk memahami konsep


matematika. Maka, berikanlah gambaran yang jelas terkait konsep materi
yang sedang dipelajari. Contoh yang konkrit saat perkenalan materi akan
membantu siswa untuk memahami konsep selanjutnya dengan lebih baik.
Hal ini juga akan membatu siswa diskalkulia memvisualisasikan konsep.
Saat memberikan soal cerita, berikan juga siswa kesempatan untuk
membayangkan situasi yang ada di dalam kehidupan sehari-harinya atau
gunakan alat yang bisa membantu siswa memvisualisasikan sebuah
konsep, bentuk, ataupun pola.

2. Visualisasikan tanda atau simbol

Visualisasikan tanda atau simbol (Sumber: gettingsmart.com)

Untuk mempermudah proses belajar siswa diskalkulia, Bapak/Ibu Guru


dapat membantu mereka memvisualisasikan tanda atau simbol matematika
dengan contoh di kehidupan sehari-hari yang lebih sederhana. Misalnya,
simbol minus (-) memiliki arti hilang atau pergi, dan simbol plus (+) berarti
datang sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak. Memvisualisasikan
setiap tanda akan sangat membantu siswa diskalkulia dalam proses
menghitung. Cara ini akan membuat mereka lebih paham akan arti setiap
tanda, serta membuat mereka terhindar dari penggunaan istilah
matematika yang rumit.

3. Belajar sambil bermain


Belajar sambil bermain (Sumber: mathnasium.com)

Matematika kerap kali menjadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa


diskalkulia. Maka, buatlah pelajaran matematika menjadi hal yang menarik.
Misalnya dengan menggunakan permainan seperti flash card, math
bingo, pizza fractions, dan lainnya. Ajarkan siswa cara menghitung yang
mudah dengan menggunakan jari atau alat peraga lain yang mudah
digunakan. Jangan memaksa siswa untuk menghafalkan karena hanya
akan memperburuk kondisi belajarnya.

4. Tanamkan kepercayaan diri


Buat siswa percaya diri (Sumber: ringaraja.net)

Tumbuhkan konsep diri pada siswa diskalkulia bahwa “aku bisa” sesering
mungkin. Jangan pernah bandingkan proses belajarnya dengan siswa
yang lain. Lakukanlah pembelajaran secara teratur dan bertahap. Jangan
terlalu memaksakan atau memberi target khusus pada siswa diskalkulia.
Berikan mereka kepercayaan untuk terus mengembangkan diri. Suasana
yang positif akan membuat siswa lebih percaya diri dan semangat untuk
belajar.

5. Gunakan warna atau animasi menarik


Buat pelajaran menjadi menyenangkan (Sumber: romper.com)

Gunakan pensil warna yang berbeda untuk menggambarkan setiap


masalah. Misalnya menggunakan warna merah untuk tanda minus (-), biru
untuk tanda plus (+), pink untuk tanda kali (x), dan seterusnya. Hal ini akan
membantu siswa mengartikan simbol dengan lebih baik dan tidak tertukar.
Bapak/Ibu juga bisa memakai bantuan animasi menarik
di ruangbelajar yang dapat menjelaskan konsep secara visual dan
membantu siswa diskalkulia lebih cepat memahami materi.

Tidak ada siswa yang tidak bisa melakukan sesuatu. Mereka pasti memiliki
kemampuan dan dapat berkembang. Melalui pendekatan dan cara yang
tepat secara bertahap, kesulitan belajar matematika pada siswa atau
gangguan diskalkulia pasti akan teratasi dan siswa dapat belajar dengan
normal. Mari, bantu mereka melalui video belajar beranimasi
di ruangbelajar. Visualisasinya yang menarik, akan membuat belajar
matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

https://blog.ruangguru.com/hari-guru-5-trik-guru-untuk-menangani-siswa-dengan-gangguan-
diskalkulia

Diskalkulia sering diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang


dalam mengolah informasi matematika, terutama dalam
hal aritmatika. Anak dengan diskalkulia biasanya ditandai dengan
lemahnya kemampuan terkait beberapa hal
seperti: memory, visual-spatial, serta resoning and logical thinking.
Dalam hal memori, anak dengan diskalkulia seringkali mengalami
kesulitan dalam hal memahami simbol-simbol matematika dan cara
mengoperasikannya. Dalam hal visual-spatial anak dengan
diskalkulia akan kesulitan untuk membedakan dan mengingat
bentuk angka serta mengartikannya. Dalam hal logika dan
penalaran anak dengan diskalkulia merasa bingung ketika
dihadapkan pada penghitungan yang mudah, seperti hitung mundur
misalnya, atau memahami orientasi waktu, seperti mengartikan
kata “kemarin,” “besok,” “lusa,” dan sebagainya, juga kesulitan
memahami bentuk benda. Kesulitan-kesulitan yang dialami
penderita diskalkulia tersebut berbanding lurus dengan kemampuan
berhitung yang rendah. Meskipun memiliki kemampuan berhitung
yang rendah, namun hal ini tidak bisa dijadikan indikator bahwa
penderita diskalkulia memilki tingkat IQ yang juga rendah. [1][2]

Daftar isi

Artikel ini membahas (1) penyebab diskalkulia; dan (2) solusinya


(cara mengajarkan matematika).

Penyebab Diskalkulia
Penderita diskalkulia diperkirakan berjumlah sekitar 3-6% dari
seluruh populasi dunia dengan tingkat IQ yang berbeda-beda.
Diskalkulia sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD). Hal ini mengacu pada penelitian yang
menunjukan seperempat dari penderita diskalkulia yang ditemui
ternyata juga merupakan penderita ADHD. Sejauh ini, satu-satunya
alasan mengapa diskalkulia bisa menyerang 3-6 dari 100 orang
adalah faktor genetik. Hal ini pula yang membedakan diskalkulia
dengan akalkulia. Akalkulia adalah ketidak mampuan seseorang
dalam memproses informasi matematika dikarenakan kerusakan
otak (brain injury), sedangkan diskalkulia diturunkan dari generasi
ke generasi. Beberapa asumsi terkait penyebab diskalkulia diluar
faktor genetika dalah adalah kelahiran prematur dan konsumsi
alkohol pada saat kehamilan, namun hal ini tidak bisa dijadikan
acuan yang tepat. Asumsi lain terkait penyebab diskalkulia adalah
faktor psikologi, yang bisa dikarenakan trauma atau ketakutan
berlebihan atas matematika yang bisa saja disebabkan
pengalaman buruk terkait pembelajaran matematika. [1][2][3]
Photo by geralt
is not licensed (Public Domain)

Mengajarkan Matematika pada


Penderita Diskalkulia
Meskipun diskalkulia diturunkan secara genetik, bukan berarti tidak
ada hal yang bisa kita lakukan untuk menolong penderita
diskalkulia. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu
anak dengan diskalkulia memahami matematika. [3][4][5] Solusinya
antara lain:

1. Matematika sering kali menjadi hal yang sangat menakutkan bagi


anak diskalkulia. Oleh sebab itu, jadikan pembelajaran matematika
menjadi hal yang menarik. Seperti misalnya mengajarkan
matematika menggunakan permainan seperti number bingo, flash
card, dan lain-lain.
Number bingo |
Photo by Blue Plover is licensed under CC-BY-SA-3.0

2. Anak dengan diskalkulia akan sangat sulit dalam memahami


konsep matematika, oleh sebab itu, berikan gambaran yang jelas
terkait konsep. Misalnya dengan memberikan contoh konkret
menggunakan grafik dan diagram.

3. Biarkan anak mengeksplorasi diri mereka. Ajarkan perhitungan


mudah dengan menggunakan jari, kertas scratch, atau alat peraga
lain yang mudah digunakan dan mudah ditemui. Jangan memaksa
anak untuk menghafal karena hal ini akan memperburuk
keadaannya.
Sempoa | Photo by
Noe is not licensed (Public Domain)

4. Bantu anak memvisualisasikan setiap tanda baca dengan cara


memanipulasi tanda. Misalkan minus memilki tanda (-), memiliki arti
hilang. Sedangkan plus (+) artinya datang, sehingga jumlahnya
menjadi banyak. Memanipulasi tanda akan sangat membantu anak
diskalkulia dalam proses perhitungan sebab dengan cara ini
mereka akan paham akan arti dari setiap tanda serta membuat
mereka terhindar dari penggunaan istilah matematika yang rumit.

5. Gunakan pensil warna yang berbeda untuk menggambarkan


setiap masalah. Seperti misalnya menggunakan warna merah
untuk tanda minus (-), hijau untuk tanda plus (+), dan lain-lain. Hal
ini akan membantu anak dalam mengartikan simbol agar tidak
rancu.

6. Putarkan musik saat proses pembelajaran. Musik sangat


membantu anak diskalkulia untuk merasa rileks selama
pembelajaran. Musik juga membantu dalam hal menciptakan
kondisi yang jauh dari tekanan.

7. Pembelajaran dilakukan secara teratur dan bertahap. Jangan


terlalu memaksa serta memberikan target khusus pada anak
diskalkulia. Berikan mereka kepercayaan untuk mengembangkan
diri.

8. Jadilah sahabat mereka yang siap mendampingi mereka dalam


melewati kesulitan-kesulitan tersebut.

Hal-hal di atas diharapkan dapat membantu perkembangan anak


diskalkulia. Satu hal yang harus selalu kita ingat, anak dengan
diskalkulia tidak dapat diartikan sebagai anak yang bodoh. Mereka
memiliki kemampuan dan dapat berkembang, hanya prosesnya
sedikit lebih spesial dibandingkan dengan anak normal.

Anda mungkin juga menyukai