Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Dispraksia

Dispraksia berasal dari kata “Dys” yang artinya tidak mudah atau sulit dan “praxis”
yang artinya bertindak, melakukan. Nama lain Dispraksia adalah Development Co-ordination
Disorder (DCD), Perceptuo-Motor Dysfunction, dan Motor Learning Disability. Pada jaman
dulu lebih dikenal dengan nama Clumsy Child Syndrome. Menurut penelitian, gangguan ini
kadang diturunkan dalam keluarga dan gejalanya tumpang tindih dengan gangguan lain yang
mirip misalnya disleksia.

Menurut penelitian secara medis, dispraksia adalah gangguan atau ketidakmatangan


anak dalam mengorganisir gerakan akibat kurang mampunya otak memproses informasi
sehingga pesan-pesan tidak secara penuh atau benar ditransmisikan. Dispraksia
mempengaruhi perencanaan apa-apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Hal
ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam berpikir, merencanakan dan melakukan tugas-
tugas motorik atau sensori.

Menurut Belinda Hill, speech pathologist di Australian Dyspraxia Support Group and
Resource Centre Inc. di New South Wales, dispraksia bukanlah gangguan yang terjadi pada
otot dan gangguan kecerdasan walaupun akibatnya mempengaruhi kemampuan berbahasa
dan pengucapan. Masalah dispraksia terjadi ketika otak mencoba memerintahkan untuk
melaksanakan apa yang mesti dilakukan, namun kemudian sinyal perintah otak itu diacak
sehingga otot tidak dapat membaca sinyal tersebut. Keluarga yang hidup dengan anak
dispraksia sering kali biasanya tidak menyadari kondisi anak dengan segera. Hal ini
menyebabkan anak dispraksia mempunyai kepercayaan diri yang rendah akibat gangguan
yang dideritanya dan kekurangtahuan keluarga. Anak dispraksia juga rawan terhadap
gangguan depresi serta mempunyai kesulitan dalam emosi dan perilaku.

B. Penyebab Dispraksia
Menurut Belinda Hill, speech pathologist di Australian Dyspraxia Support Group
and Resource Centre Inc. di New South Wales, dispraksia bukanlah gangguan yang
terjadi pada otot dan gangguan kecerdasan walaupun akibatnya mempengaruhi
kemampuan berbahasa dan pengucapan. Masalah dispraksia terjadi ketika otak
mencoba memerintahkan untuk melaksanakan apa yang mesti dilakukan, namun
kemudian sinyal perintah otak itu diacak sehingga otot tidak dapat membaca sinyal
tersebut. Keluarga yang hidup dengan anak dispraksia sering kali biasanya tidak
menyadari kondisi anak dengan segera. Hal ini menyebabkan anak dispraksia
mempunyai kepercayaan diri yang rendah akibat gangguan yang dideritanya dan
kekurangtahuan keluarga. Anak dispraksia juga rawan terhadap gangguan depresi serta
mempunyai kesulitan dalam emosi dan perilaku. Cara kerja motorik manusia, menurut
Richard Haier, guru besar saraf dari Universitas California di Irvine, lebih banyak
difungsikan oleh daerah lymbic temporal (pada pria) dan cyngulata gyrus (pada
wanita). Sehingga, anak atau individu bisa mengalami gangguan dispraksia, bila terjadi
ketidakseimbangan diantara keduanya. Disamping pola kreativitas, penyembuhan,
pemecahan masalah, sampai kepada menikmati hubungan yang sempurna, yang
sepenuhnya ada pada kerja otak kanan.

C. Jenis Dispraksia
a. Dispraksia ideomotoris, yang ditandai oleh kurangnya kemampuan dalam
melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi, atau
menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes.
Dispraksia ini merupakan kendala bagi perkembangan bicara.
b. Dispraksia ideosional, yang ditandai oleh adanya kemampuan anak melakukan
gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan,
terutama untuk kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak pada
urutan gerakan, anak sering bingung mengalami suatu aktivitas, seperti mengikuti
irama music.
c. Dispraksia konstruksional yang ditandai oleh konsisi anak yang mengalami
kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan kompleks yang berkaitan dengan
bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi seperti ini akan
mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis.
d. Dispraksia oral, yang diidentikan dengan kesulitan anak yang mengalami
gangguan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam
konsep gerakan motorik di dalam mulut. Dalam hal ini anak kurang mampu
menirukan gerakan seperti menjulurkan dan menggerakan lidah, mengembungkan
pipi, dan sebagainya.
D. Gejala Dispraksia
No Pada Anak Usia 3-5 tahun Pada anak > 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
1 Aktivitas motorik yang sangat tinggi Kesulitan dalam berkata-kata maupun
termasuk mengayun-ayunkan kaki dan mengekspresikan diri
menghentak-hentakan kaki ketika duduk,
bertepuk tangan atau menari
Tangan mengembang ketika berlari Sukar mengingat instruksi dan menyalin
tulisan dari papan tulis.
Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda Tidak dapat menangkap konsep seperti :
tiga atau mainan serupa “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di
luar”
Ketrampilan motorik halus yang jelek, Mengalami kesukaran dalam memakai
misal sukar memegang pensil atau baju, menalikan sepatu dan menggunakan
menggunakan gunting garpu atau pisau
Kurang melakukan permainan yang Keseimbangan badan yang buruk, sulit
imajinatif belajar naik sepeda
Mengalami kesulitan berbahasa yang terus Kemampuan membaca yang rendah dan
menerus buruk dalam menulis
Terlambat berguling, merangkak, berjalan Sebagian anak dispraksia
mengalami articulatory dyspraxia yang
menyebabkan mereka mengalami kesulitan
dalam berbicara dan mengeja
Sukar melangkah, memanjat, menyusun
puzzle, mempelajari ketrampilan baru
secara insting dan lambat
mengembangkan kata-kata
Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan
menggerakkan mata sehingga lebih suka
menggerakkan kepalanya daripada
menggerakkan matanya.
E. Cara menangani anak dispraksia
o Pendekatan untuk Mendukung Anak
1. Lingkungan
a) Pengertian dari keluarga, saudara kandung, teman sebaya dan guru
b) Adaptasi terhadap lingkungan, misalnya mencatat, memilih aktivitas fisik.
2. Individual
a) Latihan keterampilan merawat diri
b) Latihan Ball Skills
c) Hobi alternatif, sesuai kemampuan
3. Penyesuaian Tugas
a) Disediakan alat bantu alternatif untuk mencatat
b) Mengurangi beban pekerjaan rumah
o Meningkatkan Stabilitas Bahu dan Pinggul
1. Permainan merangkak
2. Bola, dimulai dengan bola besar, duduk kemudian berdiri dengan beban dan
posisi bervariasi, dengan dua dan satu tangan
3. Latihan dengan rintangan
4. Latihan lompat tali
5. Melompat
6. Bernyanyi dan bermain untuk memperbaiki kemampuan irama
o Latihan Aktifitas Motorik Halus
1. Menulis dengan spidol di papan tulis
2. Menulis dengan spidol di kertas yang diletakkan di lantai
3. Mainan karet yang dapat diremas
4. Bermain dengan adonan/lilin
5. Bermain pita pada stik membentuk huruf
6. Bermain busa dan pasir, menggambar atau membentuk huruf
7. Permainan yang melatih mental tentang membentuk huruf
8. Memilih benda dalam tas sesuai perintah tanpa melihat ke dalam tas
o Untuk Memperbaiki Koordinasi Motorik
Diperlukan latihan untuk mempraktekkan keterampilan:
1. Sedikit tapi sering
2. Pada kondisi yang bervariasi
3. Minimal 15 menit 3 kali seminggu
4. Berorientasi fungsional atau perencanaan mengarah pada fungsi
5. Periksa sampai di mana taraf perkembangan anak
6. Berikan keterampilan yanbg bervariasi, latihlah anak agar berfikir sebelum
mengerjakan
7. Pastikan keterampilan sudah dikuasai
8. Tanamkan motivasi pada anak dengan cara memulai dan mengakhiri latihan
dengan memberikan tugas yang telah dia kuasai
o Jenis Latihan yang Direkomendasikan
1. Bersepeda
2. Berenang
3. Menari
4. Menunggang Kuda
5. Memancing
6. Bermain Trampolin
7. Olahraga Memanah
8. Bersampan
9. Bermain Tenis
10. Fotografi
11. Sepak bola/basket
12. Memasak
13. Senam Lantai
14. Bulutangkis
15. Berlatih Seni Bela Diri

Anda mungkin juga menyukai