Termasuk gangguan yang disebabkan oleh anomali congetinal (misalnya kaki pengkor,
tidak adanya beberapa anggota tubuh), gangguan yang disebabkan oleh penyakit (misalnya
poliomielitis, tulang), dan penurunan fungsi penyebab lainnya (misalnya cerebal palsy,
amputasi, dan patah tulang atau luka bakar yang berkontraksi) (Gargiulo & Metcalf, 2017).
Hambatan ortopedi mengacu pada gangguan tulang dan sendi dan otot, otot daging dan
terkait ligamen, dan fisik misalnya kelengkungan tulang belakang, kaki berubah dari posisi
yang normal dan menyebabkan nyeri, pembengkakan dan kekakuan pada sendi yang
berkepanjangan (juvenile idiopathic arthritis).
Kelainan motorik dapat dikaitkan dengan gangguan neuromotor yang melibatkan sistem
saraf pusat dan mempengaruhi kemampuan anak untuk menggunakan, merasakan,
mengendalikan dan memindahkan bagian tubuh tertentu. Contohnya adalah distrofi otot,
cerebal palsy dan cacat tabung saraf (Farrell, 2017).
Adapun karakteristik anak yang mengalami hambatan motorik atau hambatan fisik
adalah sebagai berikut;
1. Mengalami masalah dalam kegiatan yang memerlukan fungsi otot gerak.
2. Membutuhkan alat bantu dalam melakukan aktivitas gerak sendi (anggota gerak).
3. Kelumpuhan pada anggota tubuh baik keseluruhan maupun sebagian.
4. Memili masalah pada perkambangan otot gerak.
5. Mempunyai gaya berjalan yang berbeda dengan anak normal lainnya.
6. Memiliki kerangka bentuk tubuh yang tidak normal.
7. Kehilangan atau ketidakmampuan untuk menggunakan satu atau lebih anggota
badan.
8. Kesulitan dengan kemampuan motorik kasar seperti berjalan atau berlari.
9. Kesulitan dengan keterampilan motorik halus seperti mengancing baju dan
semacamnya.
10. Memiliki kecepatan yang berbeda dalam beraktivitas.
A. Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan
pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
Hambatan fisik-motorik atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang artinya
kurang atau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh. Sehingga tunadaksa merupakan
sebutan untuk mereka yang mengalami kerusakan atau cacat pada anggota tubuhnya.
Dalam banyak literatur (sumber) cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari
pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health
Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).
Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah
pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau
infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsifungsi
mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran,
menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).
Pada dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar,
yaitu kelainan pada system serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka
(musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami
gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf
tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika
pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi,
spina bifida dan kerusakan otak lainnya.
Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-
gerakan untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta hambatan dalam
memberikan jarak dan arah. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot
disebabkan oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau pada
awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak spina bifida adalah
kelumpuhan dan kurangnya control gerak.
Pada anak hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak, derajat keturunan akan
mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat
pasif.
Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan
derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku
sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak
tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.
Samuel A Kirk dalam Moh. Amin dan Ina Yusuf Kusunah (1991:3) mengemukakan bahwa
seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan menggangu kemampuan
anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari baik di sekolah ataupun di rumah. Sebagai
contoh, anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti kegiatan sekolah seperti
pendidikan jasmani atau seorang anak yang minum obat untuk mengendalikan gangguan
kesehatannya maka anak-anak jenis itu tidak termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa).
Tetapi jika kondisi fisik menggangu aktifitasnya seperti tidak mampu memegang pena, atau anak
sakit-sakitan (mengidap penyakit kronis) sering kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah
secara rutin maka anak-anak itu termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa).
5) Rigid
Yang ditandai dengan kekakuan otot, tetapi berbeda dengan tipe spastik. Gerakan rigid terjadi
pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan.
6) Tipe campuran
Yaitu jika seorang anak menunjukkan dua jenis ataupun lebih gejala CP sehingga akibatnya lebih
berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus scelatel system)
Klasifikasi anak tunadaksa kedalam kelompok sisten otot dan rangka (Musculus scelatel system)
didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki,
tangan, dan sendi serta tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan pada sistem otot dan rangka antara lain meliputi:
a. Pollimylitis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang sangat mudah menular dan
menyerang sistem syaraf.
b. Muscle Dystrophy
Sekelompok penyakit yang diturunkan dimana otot-otot melemah dan memburuk dari waktu ke
waktu.
c. Spina Bifida
Jenis kelainan pada tulang belakang yang di tandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang
belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan.
D. Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi
tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang
belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masing-
masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat
terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1. Sebelum lahir (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungan
disebabkan:
a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak
bayi yang sedang dikandungnya.
b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga
merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat
sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya
pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur dengan cukup keras
dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
d. Sekolah terpadu/inklusi
Sekolah reguler yang menggabungkan anak tunadaksa dengan anak normal dalam satu sekolah.
2. Fasilitas pendidikan untuk anak tunadaksa
Fasilitas pendidikan yang dirancang untuk anak tunadaksa hendaknya memenuhi tiga kemudahan
yaitu mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan udah mengadakan penyesuaian.
Fasilitas pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah:
a. Brace
Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk menyangga beban yang tertumpu pada
otot atau tulang. Brace dapat digunakan di kaki, punggung, atau leher.
b. Crutch (kruk)
Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukan pada tangan atau ketiak untuk menyangga
beban tubuh. Kruk terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium, atau pipa stainless steel yang
berbentuk bulat setinggi ukuran tubuh pemakainya.
c. Splint
Spilint merupakan alat yang digunakkan untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar
agar anggota tubuh yang sakit tidak salah bentuk. Ada dua macam splint yaitu splint untuk
anggota tubuh bagian atas (tangan) dan splint untuk anggota tubuh bagian bawah (kaki).
d. Wheel Chair (kursi roda)
Kursi roda digunakan sebagai alat mobilitas seseorang untuk berpindah tempat dengan atau tanpa
bantuan orang lain.
Fasilitas pendukung lain yang digunakkan untuk pendidikan anak tunadaksa adalah ruangan
terapi dan peralatan terapi. terapi yang berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah
fisioterapi, terapi bermain dan terapi okupasi.
Fisioterapi, terapi bermain dan terapi okupasi dilakukan oleh berbagai tenaga ahli yang
kompeten di bidang nya. Tenaga ahli yang dimaksud meliputi tenaga ahli pendidik, medis serta
terapis. Tenaga ahli yang terlibat dalam pendidikan anak tunadaksa adalah guru kelas dan guru
khusus yang bertugas untuk memberi bimbingan dan penyuluhan.
Menurut ibu hanani dan ibu enjay beberapa guru di sekolah Luar Biasa negeri pangeran
cakrabuana, layanan bimbingan yang diberikan berbeda dengan yang lain ada yang latihan bina
gerak, misalnya latihan jalan menggunakan alat tertentu untuk belajar jalan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian hambatan fisik dan motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan
pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
2. Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik
Secara umum ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
a. Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh
b. Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
c. Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari
biasanya
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri
g. Hiperatif/tidak dapat tenang.
3. Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik
Klasifikasi anak dengan hambatan fisik-motorik atau tunadaksa secara umum dikelompokkan
menjadi 2 (dua) bagian kelompok besar yaitu kelainan pada sistem cerebal (saraf pusat atau otak)
dan kelainan pada otot dan rangka.
4. Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi
tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang
belakang, serta pada sistem musculus skeletal.
DAFTAR PUSTAKA