Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perennial Pedagogi

Volume 1, Nomor 1, Oktober 2019, pp. 33-38


Open access: http://perennial-pedagogi.e-journal.id/JP/issue/archieve

POLA ASUH GENERASI ALPHA PADA ERA DIGITAL

Petrus Redy Partus Jaya, Stephanus Turibius Rahmat


Dosen Program Studi PG-PAUD UNIKA Santu Paulus Ruteng

INFORMASI ARTIKEL:
ABSTRAK
Diterima : 12 September 2019
Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi. Subjek
Revisi : 28 September 2019 penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia dini.
Terbit Online: Oktober 2019 Informan ditentukan berdasarkan teknik snowball sampling.
Informasi dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara
terstruktur dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
sebagian besar orang tua yang memiliki anak usia dini adalah
orang tua yang tergolong dalam generasi Y atau generasi
milenial. Mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang
teknologi gadget atau digital. Namun, pengetahuan tersebut
ternyata tidak sekaligus membentuk pola asuh yang seragam
terhadap anak usia dini. Faktor yang cukup determinan
Kata Kunci: dalam menentukan variasi bentuk pola asuh tingkat pendidikan
orangtua. Orangtua dengan tingkat pendidikan di bawah jenjang
Generasi alpha, pola asuh S–1 memiliki kecenderungan pola asuh yang tidak konsisten
antara sikap dan tindakan. Dalam sikap mereka cenderung
berpola asuh authoritative, sedangkan dalam tindakan berpola
Keywords: asuh permissive dan otoritarian. Berbeda dengan orangtua
Alpha generation, parenting dengan tingkat pendidikan S–1 atau di atasnya memiliki pola
asuh yang konsisten dalam sikap dan tindakan.
ABSTRACT
This research is a phenomenological research. The informans in this research were parents who had early
childhood children. The informant were determined based on snowball sampling technique. The Data were
collected using structured interview techniques and observations. The results showed that, most parents who
have early childhood children are parents who belong to generation Y or millennial generation. They have
sufficient knowledge to gadget or digital technology. However, the same level of knowledge did not mean
forming the same parenting model for early childhood. The determinant factors was the level of education.
Parents with an education level under bachelor graduate have inconsistent parenting between attitudes and
actions. Their attitudes tended to be authoritative model while in the act of parenting tended to permissive and
authoritarian model. This was different from parents with bachelor level or above have consistent in attitude
and in action.

Corresponding author :
,

Email : petrusredypartusjaya@gmail.com e-ISSN: 2686-648X


34| Pola Asuh Generasi Alpha di Era Digital

PENDAHULUAN meliputi pola interaksi orang tua dengan anak


dalam rangka pendidikan anak.
Salah satu karakteristik abad 21 adalah Pola asuh orang tua mesti disesuaikan
pesatnya perkembangan di bidang teknologi. dengan era kehidupan anak. Pada umumnya, setiap
Seluruh dimensi kehidupan manusia telah populasi generasi yang muncul dalam kurun waktu
dimasuki dan dipengaruhi teknologi dan setiap 15 – 18 tahun terakhir memiliki
informasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Di karakteristik demografik yang berbeda dengan
satu sisi, kemajuan teknologi dan informasi generasi sebelum dan sesudahnya (Santosa
mendatangkan keuntungan atau nilai yang positif 2015). Perbedaan karakteristik setiap generasi
dan konstruktif. Artinya, kemajuan teknologi meliputi perbedaan kepercayaan, keyakinan,
dan informasi membuat aktivitas dan karier, keseimbangan kerja, keluarga, peran
kebutuhan manusia semakin mudah dilaksanakan gender, dan lingkungan pekerjaan. Misalnya
dan dipenuhi. Akan tetapi di sisi lain, setiap generasi yang lahir pada tahun 1965– 1979 disebut
kemajuan dan perkembangan mendatangkan generasi X (slacker atau Xers). Generasi Y adalah
implikasi negatif dan destruktif jika tidak generasi yang lahir tahun 1980 – 2000. Generasi
diimbangi dengan sikap kritis dan selektif. ini sering juga disebut generasi digital atau
Perkembangan teknologi dan informasi saat millenials. Generasi ini lahir saat internet mulai
ini terutama penggunaan perangkat digital telah masuk dan berkembang. Sedangkan generasi yang
memengaruhi kehidupan anak (Herimanto and lahir setelah era millenial disebut dengan generasi
Winarno 2012). Tidak heran jika anak-anak ini Z dan generasi alpha.
dikategorisasi sebagai generasi digital. Anak-anak Kategorisasi generasi ini dapat
generasi masa kini merupakan generasi digital menggambarkan bahwa sebagian besar orang tua
native, yaitu mereka yang sudah mengenal media yang saat ini memiliki anak usia dini (generasi
elektronik dan digital sejak lahir (Kemdikbud alpha) adalah orang tua dari generasi X (usia 20 –
2016). 34 tahun). Dua generasi orang tua – anak ini ada
Orang tua dalam keluarga berperan sebagai dalam lingkup era digital yang sama. Dengan
pendidik pertama dan utama bagi tumbuh kondisi seperti ini, diharapkan orang tua memiliki
kembang seorang anak. Orang tua melakukan bentuk pola asuh yang efektif. Kementerian
peran tersebut dengan pola tindakan atau pola Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
asuh yang positif dan efektif. Keterlibatan tentang Seri Pendidikan Orang Tua: Mendidik
keluarga dalam pendidikan anak ini merupakan Anak di Era Digital, Cet I (Juli 2016: 14 – 17)
suatu keharusan. Bentuk pendidikan dalam menugaskan para orang tua untuk memperhatikan
keluarga adalah bersifat pengasuhan. Pengasuhan hal-hal berikut:
erat kaitannya dengan kemampuan orang tua Pertama, orang tua perlu mengetahui dan
memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memahami hal-hal berikut ini, yaitu (a) kesehatan
memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial, mata anak; (b) masalah tidur; (c) kesulitan
emosional dan spiritualnya. Orang tua memiliki konsentrasi; (d) menurunnya prestasi belajar anak
tugas mendampingi dan membimbing semua (e) perkembangan fisik; (f) perkembangan sosial;
tahapan pertumbuhan anak dalam setiap dan (h) menunda
tahapan perkembangannya. Sebuah proses yang perkembangan bahasa anak. Penelitian telah
merujuk pada serangkaian aksi dan interaksi orang menunjukkan bahwa penggunaan media digital
tua untuk mendukung perkembangan anak. Proses dapat menunda perkembangan bahasa anak
pengasuhan bukan sebuah hubungan satu arah di terutama anak-anak yang berusia 2 tahun dan
mana orang tua memengaruhi anak, tetapi dibawahnya.
pengasuhan merupakan interaksi yang terus Kedua¸ orang tua perlu mendampingi anak-
menerus antara orang tua dan anak yang mencakup anak sebagai generasi digital. Anak terlambat
berbagai ragam aktivitas yang tujuannya agar anak bicara disebabkan karena kurangnya latihan, lebih
dapat berkembang secara optimal. banyak bermain sendiri, terlalu pasif, terlalu
Proses interaksi dan pengasuhan antara banyak menonton TV dan bermain gadget. Oleh
orang tua dan anak untuk mendukung karena itu, orang tua perlu melakukan hal-hal
perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan berikut: (a) menambah pengetahuan untuk
spiritual berlangsung sejak seorang anak dalam menetapkan peraturan tentang penggunaan media
kandungan (Kemdikbud 2016). Hal ini berarti digital secara benar; (b) orang tua mengarahkan
bahwa pola asuh merupakan pola interaksi antara anak dengan jelas untuk menggunakan perangkat
anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan media digital; (c) imbangi waktu menggunakan
kebutuhan fisik (seperti makan minum dan lain- media digital dengan interaksi di dunia maya; (d)
lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, pinjamkan anak perangkat digital sesuai dengan
kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi keperluan; (e) pilihkan program/aplikasi positif; (f)
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar mendampingi dan meningkatkan interaksi; (g)
anak dapat hidup selaras dengan gunakan perangkat digital secara bijaksana; dan
lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga (h) telusuri aktivitas anak di dunia maya.
Jurnal Perennial Pedagogi: volume I (No 1), 2019 | 35
Ketiga, penggunaan media digital sesuai sesuatu yang diinginkannya. Pola asuh ini
usia dan tahap perkembangan anak. (a) untuk anak mempunyai ciri (a) anak menjadi lebih dominan;
balita orang tua dapat menggunakan media digital (b) orang tua bersikap longgar; (c) orang tua tidak
dalam bentuk audio untuk menambah kosa kata, terlibat dalam membimbing dan mengarahkan
angka dan lagu; memanfaatkan program/aplikasi anak; (d) orang tua sangat kurang dalam hal
untuk meningkatkan perilaku prososial pada anak, mengontrol dan memperhatikan perilaku dan
misalnya sikap empati atau berbagi; belajar aktivitas anak.
mengenal keanekaragaman; hindari tayangan Pola asuh uninvolved memiliki ciri, kurang
digital yang mengandung kekerasan atau menuntut anak dan kurang responsif terhadap
seksualitas; mendampingi dan berinteraski kebutuhan anak. Selain itu, orang tua kurang
dengna orang tua/pengasuh saat menggunakan memiliki ikatan batin yang kuat terhadap anak.
media; hindari penggunaan media dan perangkat Orang tua tipe ini merasa telah menjalankan
digital sebagai “pengganti peran orang tua”. (b) tugasnya sebagai pemberi nafkah, memberikan
untuk anak usia 4 – 6 tahun orang tua perlu fasilitas kehidupan dan pendidikan terbaik
membuat kesepakatan bersama yang dipahami dan untuk anak. Akan tetapi, orang tua jarang hadir
dapat dijalani anak; manfaatkan program/aplikasi secara psikis untuk menjadi pendengar yang baik
yang mendidik terkait persiapan sekolah; bagi anaknya.
manfaatkan program atau aplikasi yang Pola asuh athoritative berbeda dengan tiga
mengajarkan perilaku berteman serta menghargai bentuk pola asuh lainnya. Pola asuh ini
perbedaan; membahas persamaan dan perbedaan memberikan aturan main dan disiplin kepada
anak dengan tokoh favorit yang dilihat melalui anak, namun memiliki gaya komunikasi yang
media; menghindari tayangan program media lebih efektik ketimbang pola asuh otoriter. Orang
digital yang sarat dengan kekerasan dan tua yang berkarakter seperti ini penuh kasih sayang
seksualitas; menghindari program media digital seperti tipe permisif, dan responsif terhadap
yang bias akan pengenalan dan penyimpangan kebutuhan anak. Orang tua ini mengutamakan
gender; membimbing anak mengenal mana yang sikan assertive (tegas) dan proaktif. Orang tua
fakta dan fantasi. mendidik anak dengan kasih sayang dan
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan ini, kedisiplinan.
orang tua perlu menerapkan bentuk pola asuh yang Pada era digital sekarang ini, orang tua
efektif. Ada banyak teori mengenai pola asuh harus menyesuaikan cara mendidik anak agar lebih
orang tua terhadap anak dalam keluarga. Secara bisa diterima anak. Pola asuh yang arif, positif,
umum, pola asuh anak dalam keluarga terbagi efektif, konstruktif dan transformatif akan sangat
dalam tiga kategori (Hurlock 2000) yaitu: (1) pola membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
asuh otoriter; (2) pola asuh demokrasi; (3) pola ke arah yang lebih baik dan positif. Dengan pola
asuh permisif. Selain tiga bentuk pola asuh ini, asuh demikian, maka dijamin pasti anak akan
Diana Baumrind dalam Santosa (2015) berkembang baik pada jenjang pendidikan
menjelaskan empat bentuk pola asuh, yaitu (1) selanjutnya. Sebab, menurut Bowman, et.al, anak-
pola asuh authoritarian (otoriter); permissive anak yang memperoleh pendidikan yang terencana
(permisif); uninvolved; dan authoritative. Setiap dengan baik dan berkualitas di dalam keluarga
orang tua tidak harus mutlak menggunakan satu cenderung untuk belajar lebih banyak dan lebih
tipe pola asuh, tetapi para orang tua dapat siap untuk menguasai permintaan atau tuntutan
mengkombinasikan tipe-tipe pola asuh tertentu yang kompleks (Bowman, et al. 2010).
dalam mendidik dan membentuk anak.
Pola asuh otoriter mengutamakan disiplin
dan aturan dalam mendidik anak. Setiap METODE
pelanggaran terhadap sebuah aturan memiliki
konsekuensi. Orang tua otoriter kurang sabar Berdasarkan latar belakang dan kajian
dalam memberikan penjelasan mengenai aturan pustaka ini, peneliti melakukan kajian terhadap
dalam keluarga. Orang tua otoriter sering lahir dari model pola asuh orang tua di kecamatan Langke
pola asuh disiplin yang dialami ketika masih kecil. Rembong. Pola asuh yang dikaji adalah pola asuh
Pola asuh otoriter mempunyai ciri orang tua orang tua terhadap anak generasi alpha (usia 0 – 6
membuat semua keputusan, anak harus tunduk, tahun). Tujuan penelitian ini adalah
patuh, tidak boleh bertanya. Pola asuh otoriter mendeskripsikan model pola asuh orang tua
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) orang tua terhadap anak kelompok generasi alpha di
memiliki kekuasaan dominan; (b) anak tidak kecamatan Langke Rembong. Pendekatan yang
diakui sebagai pribadi; (c) kontrol terhadap digunakan adalah pendekatan kualitatif. Informan
tingkah laku anak sangat ketat; (d) orang tua ditentukan menggunakan teknik snowball
menghukum anak jika tidak patuh. sampling dengan mempertimbangkan kecukupan
Pola asuh permisif cenderung memanjakan informasi. Informasi dikumpulkan menggunakan
anak, tidak banyak menuntut anak, jarang teknik wawancara terstruktur dan observasi.
mendisiplinkan anak dan kontrol yang rendah Data yang telah dikumpulkan dianalisis meng-
terhadap perilaku anak. Orang tua memberikan gunakan model Miles and Huberman.
kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat
36|Pola Asuh Generasi Alpha di Era Digital
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan orang tua dan anak dapat saja
terganggu. Beberapa alasan ini lebih menekankan
Dalam penelitian ini, peneliti mewancarai pada efek gadget terhadap pertumbuhan dan
22 informan yang ditentukan dengan perkembangan anak. Selain alasan ini, terdapat
menggunakan teknik snowball sampling. orang tua yang bersikap sangat tertutup
Penentuan teknik ini dilakukan dengan terhadap gadget dengan berpandangan bahwa
mempertimbangkan kecukupan informasi tentang gadget tidak dalam membentuk karakter anak dan
pola asuh orang tua. Sebagian besar (63.6%) dapat menghambat perkembangan anak. Meskipun
informan yang telah diwawancarai berumur 20 – sebagian besar dua kelompok orang tua ini
34 tahun. Usia ini termasuk dalam kategori cenderung tidak setuju bila anak usia 0 - 1 tahun
generasi Y atau generasi milenial (Howe and bermain gadget, masih terdapat sejumlah orang tua
Strauss, 2000). Generasi milenial memiliki dari kelompok generasi Y yang tidak keberatan
keakraban dengan komunikasi, media dan bila anak usia 0 - 1 tahun bermain gadget. Bagi
teknologi digital. Hal ini menunjukkan bahwa mereka, kegiatan tersebut boleh dilakukan dengan
secara teoritis, orang tua yang dijadikan informan alasan untuk mendengarkan musik kepada anak,
adalah orang tua yang memiliki pengetahuan dan media hiburan bagi anak, untuk menenangkan
kemampuan yang cukup dalam menggunakan anak, dan untuk merangsang perkembangan otak
berbagai perangkat digital atau gadget. anak. Sementara itu, orang tua dari generasi X dan
Pengetahuan tersebut juga didukung dengan Y juga memiliki sikap yang sama terkait
tingkat pendidikan yang cukup. Sebagian besar penggunaan gadget atau handphone untuk anak
atau 63.6% orang tua berpendidikan diploma/S– 1, usia 1 – 6 tahun. Menurut mereka, anak usia 1 – 6
berpendidikan S – 2 sejumlah 22.7%% dan tahun ini boleh bermain handphone namun dengan
SMK/SMA berjumlah 13.6%. Para orang tua pendampingan orang tua.
dalam penelitian ini memiliki anak dengan Sikap orang tua dalam memberikan
kategori usia 0 – 6 tahun dengan rincian 13.6% kesempatan berkontak dengan gadget atau
anak berusia 0 – 12 bulan, 27.3% anak usia kurang handphone kepada anak mereka ternyata memiliki
dari 5 tahun, 22.7% anak usia 3 – 4 tahun, 27.3% batasan usia. Dalam memberi kesempatan bermain
anak usia 5 – 6 tahun, dan 9% lainnya anak berusia gadget atau handphone orang tua telah menetapkan
13 bulan hingga kurang dari 3 tahun. batasan usia. Anak usia 0 – 1 tahun cenderung
Orang tua yang tergolong dalam generasi Y tidak diperkenankan atau tidak diberikan
ini memiliki sikap yang terbuka terhadap kesempatan untuk berkontak dengan gadget.
teknologi. Beberapa fakta yang mendukung Sementara itu, anak usia 1 – 6 tahun diberi
keterbukaan orang tua terhadap teknologi digital kesempatan untuk bermain gadget namun dengan
diantaranya adalah kesempatan berkontak dengan pendampingan. Sikap ini menarik untuk dikaji
media digital yang diberikan orang tua kepada lebih jauh. Boleh jadi, sikap seperti ini didasarkan
anak mereka. Ketika ditanya tentang apakah orang pada tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
tua meminjamkan perangkat digital seperti dimiliki orang tua terkait periode emas tumbuh
handphone kepada anak mereka? Sebagian besar kembang anak khususnya anak usia dini. Berbagai
orang tua yang berusia 20 – 34 tahun mengatakan penelitian menunjukkan bahwa periode keemasan
bahwa mereka kadang-kadang meminjamkan ini terdapat pada masa konsepsi, yakni sejak
perangkat tersebut kepada anak-anaknya manusia masih sebagai janin hingga beberapa
sedangkan orang tua yang berusia 35 – 49 tahun tahun pertama kelahirannya. Periode masa
cenderung mengatakan tidak pernah meminjamkan keemasan ini mengambil porsi cukup besar
perangkat handphone atau gadget kepada anak dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat
mereka. Fakta ini dapat menjelaskan dua karakter optimalisasi peran pengasuhan orang tua yang
yang berbeda dari dua kelompok orang tua. Orang kontinyu dan konsisten terhadap pertumbuhan dan
tua generasi milenial cenderung memiliki pikiran perkembangan anak para periode tersebut sangat
yang terbuka, liberal, dan dapat menerima cara- menentukan kualitas anak di kemudian hari (Uce,
cara hidup baru. Sedangkan orang tua generasi X 2017). Selain itu, sikap orang tua yang memberi
cenderung bersikap tertutup (Bencsik and kesempatan kepada anak usia 1 – 6 tahun
Machova, 2016). berkontak atau bermain gadget namun dengan
Kesempatan berkontak dengan media pendampingan orang tua menunjukkan bahwa
ternyata tidak diberikan kepada semua kategori secara konseptual, orang tua cenderung memiliki
anak usia dini. Orang tua generasi X dan Y pola asuh authoritative. Pola asuh seperti ini
memiliki pendapat yang sama terkait penggunaan dicirikan dengan tingginya tuntutan dan
gadget atau handphone untuk anak usia 0 – 1 kepedulian orang tua terhadap anaknya (Muazzah
tahun. Menurut mereka, anak usia 0 - 1 tahun 2018).
tidak diperkenankan bermain gadget atau Salah satu wujud konkret dari sikap pola
handphone dengan alasan kegiatan tersebut dapat asuh yang authoritative ini adalah orang tua cukup
menghambat tumbuh kembang anak. sering mendownload atau mencari konten-konten
Perkembangan otak dan penglihatan anak akan yang edukatif untuk ditunjukkan kepada anak
terganggu. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat mereka ketika bermain gadget atau handphone.
menghambat perkembangan sosial anak. Konten-konten yang didownload orang tua antara
Jurnal Perennial Pedagogi: volume I (No 1), 2019 | 37
lain lagu-lagu anak, game anak, dan video sementara dalam tindakan, orang tua kelompok ini
pembelajaran anak. Video pembelajaran yang cenderung permissive dan authoritarian. Pola
didownload berupa pembelajaran warna, angka, asuh permissive dan authoritarian sebenarnya
huruf, nama-nama binatang, baik dalam bahasa bukan dua bentuk pola asuh yang bertolak
Indonesia maupun dalam bahasa Inggris. Sikap belakang. Bila dicermati, dua bentuk pola asuh ini
authoritative orang tua dalam mengasuh anak juga saling berhubungan. Fakta membuktikan bahwa
tampak dalam batasan waktu yang diberikan orang tua yang bersikap permisif terhadap
kepada anak ketika bermain gadget atau penggunaan gadget oleh anaknya sewaktu-
handphone. Orang tua memiliki pandangan yang waktu dapat berubah menjadi otoriter terutama
sama bahwa penggunaan gadget atau handphone ketika mereka menemukan anaknya membuka
oleh anak usia dini mesti dibatasi. konten-konten yang tidak sesuai dengan keinginan
Pola asuh authoritative yang ditunjukkan orang tua.
orang tua dalam sikap ternyata tidak semuanya Pola asuh orang tua sebagaimana yang telah
diwujudkan dalam tindakan. Berhadapan dengan digambarkan, juga berdampak pada sikap anak
pertanyaan terkait dengan tindakan yang dilakukan ketika sedang berkontak dengan gadget atau
orang tua ketika anak bermain gadget, orang tua handphone. Anak dari orang tua dengan pola asuh
memberikan jawaban yang bervariasi. Sebagian permissive cenderung bermain gadget lebih lama
besar orang tua yang berpendidikan S–1 hingga S– dibandingkan anak dari orang tua yang berpola
2 cenderung menunjukkan pola asuh authoritative asuh authoritave dan otoriter. Bila digambarkan
yang konsisten baik dalam sikap maupun dalam dalam rentangan 10 – 30 menit dan 31 – 60 menit,
tindakan. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh orang anak dari orang tua berpola asuh permissive
tua yang berpendidikan SMA/SMK hingga cenderung bermain gadget dalam rentangan 31 –
Diploma. Kelompok orang tua ini memiliki 60 menit. Waktu bermain gadget ini juga
pandangan pola asuh yang authoritative namun berdampak pada sikap sosial anak. Anak yang
dalam tindakan cenderung berpola asuh lebih lama bermain gadget lebih focus pada gadget
permissive. Orang tua berpendapat bahwa dan tidak menghiraukan orang lain termasuk orang
penggunaan gadget oleh anak usia dini perlu tua ketika sedang bermain gadget. Sebaliknya,
dibatasi, didampingi dan orang tua perlu anak yang berkontak dengan gadget dengan waktu
menyediakan konten-konten yang bernuansa yang lebih sedikit cenderung bertanya dan
edukatif. Namun, pada kelompok orang tua ini, meminta penjelasan orang tua ketika sedang
pendapat tersebut tidak direalisasikan dalam bermain gadget. Fakta ini menjelaskan bahwa
tindakan. Dalam tindakan, orang tua cenderung pola asuh, dapat berdampak pada lamanya anak
membiarkan anak bermain gadget sendiri. berkontak dengan gadget. Lebih jauh, lamanya
Konsistensi antara sikap (baca: pendapat) anak berkontak dengan media akan berdampak
dengan tindakan, juga ditunjukkan oleh orang tua negative pada sikap social anak. Lebih buruk lagi
dari kelompok pendidikan S–1 hingga S–2 dalam bila hal tersebut menumbuhkan sikap anti social
kaitannya dengan kondisi ketika anak membuka dalam diri anak.
konten yang tidak edukatif. Orang tua dari
kelompok ini akan membujuk dan mengarahkan KESIMPULAN
anak membuka aplikasi lain yang lebih edukatif
ketika menjumpai anak-anak mereka membuka Model pola asuh orang tua terhadap anak di
konten yang tidak edukatif. Berbeda dengan orang era digital di kecamatan Langke Rembong,
tua dari kelompok pendidikan SMA/SMK hingga menarik untuk dibicarakan. Hasil penelitian
Diploma. Dihadapkan pada kondisi yang sama, menunjukkan bahwa pola asuh tersebut menjadi
orang tua kelompok ini akan melakukan tindakan bahan diskursus yang menarik sebab dua generasi
mengambil gadget dari anak dan menggantikannya orang tua – anak ini berasal dari kelompok yang
dengan alat permainan lain. Tindakan ini telah mengenal teknologi digital. Orang tua berasal
menunjukkan bentuk pola asuh authoritarian dari kelompok generasi Y atau generasi milenial
dengan ciri tingginya tuntutan dari orang tua. dengan rentangan usia 20 – 34 tahun dan anak
Orang tua berusaha menjadikan anaknya seperti berasal dari generasi “digital native” atau generasi
keinganannya tanpa peduli dan mempertim- alpha dengan rentangan usia 0 – 6 tahun.
bangkan keinginan si anak. Pengetahuan tentang teknologi gadget atau
Jika dicermati lebih dalam, terdapat dua teknologi digital ternyata tidak sekaligus
bentuk pola asuh yang ditunjukkan oleh orang tua. membentuk pola asuh yang seragam terhadap anak
Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih usia dini. Faktor yang cukup determinan dalam
tinggi cenderung berpola asuh authoritative baik menentukan variasi bentuk pola asuh orang tua di
dalam sikap (baca: pendapat) maupun dalam era digital adalah tingkat pendidikan orang tua.
tindakan. Sementara itu, orang tua dengan Orang tua dengan tingkat pendidikan di bawah
tingkat pendidikan lebih rendah cenderung jenjang S–1 memiliki kecenderungan pola asuh
menampilkan bentuk pola asuh yang tidak yang tidak konsisten antara sikap dan tindakan.
konsisten antara sikap dan tindakan. Dalam sikap Orang tua dari kelompok ini dalam sikap
(baca: pendapat), orang tua dengan tingkat cenderung berpola asuh authoritative sedangkan
pendidikan lebih rendah berpola asuh authoritative dalam tindakan berpola asuh permissive dan
38|Pola Asuh Generasi Alpha di Era Digital
otoritarian. Berbeda dengan orang tua dari tingkat
pendidikan S–1 hingga jenjang pendidikan di
atasnya. Orang tua dari kelompok ini memiliki
pola asuh authoritative yang konsisten baik dalam
sikap maupun dalam tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

Bencsik, A, and R Machova. 2016. "Knowledge


Sharing Problems from the Viewpoint of
Intergeneration Management." ICMLG
2016 - 4th International Conference on
Management, Leadership and Governance.
Bowman, T. Barbara, Suzanne, Donovan, and
Susan, M (editors). 2010. Burns. Eager to
Learn: Educating Our Preschoolers.
Washington DC: National Academy Press.
Herimanto, and Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, Cet IV. Jakarta: Bumi
Aksara,
Howe, N., and W Strauss. 2000. Millenials rising:
the next great generation. New York:
Vintage.
Hurlock, B. Elisabeth. 2000. Perkembangan Anak,
Ediai IV. Jakarta: Erlangga,
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik. 2016. Seri
Pendidikan Orang Tua: Mendidik Anak di
Era Digital, Cet I. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Muazzah. Hak Anak dan Pola Asuh. Jakarta, Juli
23, 2018.
Santosa, T. Elizabeth. 2015. Raising Children In
Digital Era - Pola Asuh Efektif untuk Anak
di Era Digital. Jakarta: Gramedia.
Uce, Loeziana. "The Golden Age: Masa Efektif
Merancang Kualitas Anak." Jurnal Edukasi:
Jurnal Bimbingan Konseling, 2017: 77-92.

Anda mungkin juga menyukai