Anda di halaman 1dari 12

ENTREPRENEUR DENGAN MANAJEMEN RISIKO DAN MANAJEMEN

PEMASARAN
(Model Entrepreneur pada CV Berkah Jaya Bersama di Kecamatan Bulu
Kabupaten Temanggung)

Oleh:
Ani Lusiyah , Samtono2, Haniek Listyorini2
1

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mendeskripsikan terbentuknya minat wirausaha pada


entrepreneur CV Berkah Jaya Bersama di Kecamatan Bulu Kabupaten
Temanggung, gambaran manajemen risiko sebelum dan pada saat menjalankan
usaha, manajemen pemasaran yang dipilih sehingga mampu mempertahankan
usaha. Merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud mendeskripsi secara
terperinci bagaimana proses awal menjadi entrepreneur dan bagaimana
manajemen risiko dan manajemen pemasaran dilaksanakan. Teknik pengumpulan
data dengan wawancara terstruktur dan observasi. Analisis data menggunakan
interactive model analysis dari Miles dan Huberman yang meliputi tahap reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Terbentuknya minat wirausaha
pada entrepreneur CV Berkah Jaya Bersama dipengaruhi satu faktor utama yaitu
ikut orang/ perusahaan dan didukung tiga faktor lainnya meliputi: Potensi
Kepribadian, mengikuti diklat dan dukungan lingkungan/ keluarga. Manajemen
risiko dilakukan baik sebelum maupun sesudah, berupa manajemen risiko
keuangan dan manajemen risiko operasional, sedangkan Manajemen Risiko
Murni dan Manajemen Risiko spekulatif hampir tidak ada. Terdapat perbedaan
Model Manajemen Pemasaran, tahun 2009 sampai 2013 manajemen pemasaran
ala Barat dengan marketing mix yang menerapkan prinsip 4P (Product, Price,
Place dan Promotion) dan hubungannya lebih transaksional, tahun 2014 sampai
sekarang menerapkan manajemen pemasaran ala islam-jawa dengan tidak
menghapus prinsip 4P dan hubungannya lebih kekeluargaan.

Kata Kunci: Entrepreneur, Manajemen Risiko, Manajemen Pemasaran.

1
Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang
2
Staf Pengajar Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang

14
ABSTRACT

The research aims to describe the formation of the entrepreneur


entrepreneurial interest Berkah Jaya Bersama CV in Bulu District, Temanggung
Regency, an overview of risk management before and at the time of running a
business, marketing management chosen so as to sustain the business. Is a
qualitative study that intends to describe in detail how the initial process of
becoming an entrepreneur and how the risk management and marketing
management implemented. Data collection techniques with a structured interview
and observation. Analysis of data using interactive models of Miles and
Huberman analysis which includes the step of data reduction, data presentation
and conclusion. The formation of the entrepreneur entrepreneurial interest CV
Berkah Jaya Bersama main factors that influenced the participating persons
/companies and supported by three other factors include: Potential Personality,
follow the training and support of family/community. Risk management is
conducted both before and after, in the form of financial risk management and
operational risk management, while the Pure Risk Management and Risk
Management speculative almost nothing. There are differences Model Marketing
Management, 2009 to 2013 marketing management style of the West with the
marketing mix which apply the principle of 4Ps (Product, Price, Place and
Promotion) and do more transactional, 2014 until now implementing marketing
management style Islam-Java by not removing the principle 4P and more familiar
relationship.

Keywords: Entrepreneur, Risk Management, Marketing Management

PENDAHULUAN

Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau disebut


dengan Asean Economic Community (AEC) pada akhir 2015 sudah di depan mata.
Sebuah kompetisi perekonomian akan dimulai, setiap negara saling berlomba-
lomba meningkatkan daya saing produk masing-masing. Di setiap kompetisi akan
ada pemenang dan ada yang kalah. Jika daya saing Indonesia tidak dipersiapkan
dengan matang, maka akan menjadi sasaran empuk masuknya produk-produk
anggota negara Asean.
Menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis
produksi, dimana terjadi aliran bebas (free flow) atas barang, jasa, faktor
produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar
negara ASEAN merupakan tujuan yang ingin dicapai MEA. Sebagai peluang
15
berarti semakin terbukanya pasar internasional yang lebih luas, tetapi sebagai
tantangan sudah siapkah masyarakat kita dengan persaingan yang tidak hanya
pada persaingan produk tetapi juga termasuk persaingan kualitas sumber daya
manusia secara luas.
Penduduk di kawasan ASEAN akan mempunyai kebebasan untuk
melanglangbuana masuk ke suatu negara dan keluar dari suatu negara di kawasan
ASEAN tanpa hambatan berarti. Penduduk mempunyai kebebasan dan
kemudahan untuk memilih lokasi pekerjaan yang dianggap memberikan kepuasan
bagi dirinya. Perusahaan mempunyai kebebasan untuk memilih lokasi pendirian
pabrik dan kantor perusahaan di kawasan ASEAN. Dukungan untuk menjadikan
Indonesia mampu bersaing dalam MEA 2015 dan rangkaian program
pembangunan yang dijalankan selama ini menjadi kurang bermakna apabila
pemerintah tidak memahami vicious circle (lingkaran setan) yang menjadi
kendala pembangunan nasional. Salah satunya adalah dengan menyiapkan
infrastruktur yang memadai dan mencetak SDM berkualitas agar mampu
menghadapi persaingan.
Beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka
menghadapi MEA 2015 yaitu masih tingginya jumlah pengangguran terselubung
(disguised unemployment) dan masih rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk
mempercepat perluasan kesempatan kerja. Pengangguran terselubung bisa terjadi
karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya,
akhirnya bekerja tidak optimal. Hal ini dapat diatasi diantaranya dengan
peningkatan kompetensi melalui program pendidikan dan pelatihan kerja agar
sesuai kualifikasi pekerjaan, penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja
dan menciptakan lapangan usaha sendiri atau wirausaha.
Wirausaha (entrepreneur) merupakan seseorang yang mengorganisir,
mengelola dan memperhitungkan risiko dari sebuah usaha bisnis (Supriyanto,
2013:3). Kewirausahaan juga dimaknai sebagai kemampuan seorang manajer
risiko (risk manager) dalam mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, baik
itu materil, intelektual, waktu dan kemampuan kreativitasnya untuk menghasilkan
suatu produk atau usaha yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain.
Wirausahawan adalah seseorang yang mengembangkan produk baru atau ide baru
dan membangun bisnis dengan konsep baru. Dalam hal ini, menuntut sejumlah
kreativitas dan sebuah kemampuan untuk melihat pola-pola dan trend-trend yang
berlaku untuk menjadi seorang wirausahawan. Namun, masih banyak yang
kurang kreatif dan tidak berani mengambil risiko untuk membuka dan mengelola
usaha. Kreatif dan keberanian mengambil risiko merupakan kepribadian
wirausaha.
Wirausaha muda masih perlu ditumbuhkan sebab Indonesia merupakan
negara yang masih rendah dalam mencetak wirausaha. Diharapkan, dengan
banyaknya wirausaha muda, maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Anak Agung Gede Ngurah
16
Puspayoga mengungkapkan, gerakan wirausaha nasional penting dilakukan untuk
mengurangi pengangguran di Indonesia. "Wirausaha kita hanya 1,65 persen dari
250 juta penduduk, Singapura 7 persen, Malaysia 5 persen. Sementara itu jumlah
penduduknya kecil Thailand juga 4 persen," tutur Puspayoga di Jakarta, Kamis
(Economy-Okezone.com, 12/3/2015). Untuk menjadi wirausaha yang sukses dan
tangguh tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi diantaranya :
mulai dari sebuah mimpi, mencintai produk atau jasa yang ingin diproduksi/dijual,
mempelajari dasar bisnis, berani mengambil risiko dan berani gagal, berani belajar
dari pengalaman sendiri atau orang lain, bertekad bulat mau kerja keras dan
memimpin serta mengerjakan sekarang. Setiap wirausaha sukses pasti melewati
berbagai proses. Untuk menjadi wirausaha sukses dibutuhkan kesabaran dan kerja
keras. Sedangkan untuk menjadi wirausaha yang tangguh, maka anda harus
memiliki mental kuat dan tahan banting. Jika sudah menjadi wirausaha yang
tangguh, biasanya sukses makmur dan sejahtera dengan sendirinya akan
mengikuti.
Menjadi seseorang yang sukses di usia muda atau menikmati hidup dari
keberhasilan bisnis di hari tua, adalah impian setiap orang. Perlu kecermatan,
kecerdasan, keuletan, dan kematangan dalam mengambil keputusan.
(http://ekbis.sindonews.com, 14/3/2015). Pertanyaan selanjut nya apakah kita
berani memulai mewujudkan mimpi menjadi entrepreneur. Dukungan
pengetahuan tentang bisnis dan keterampilan teknis juga dibutuhkan.
Hal ini bisa didapat karena sengaja belajar atau memang telah dimiliki
sebelumnya, karena warisan dari keluarga yang juga telah menekuni usaha
mandiri sebagai sumber penghasilan. Pengetahun dan keterampilan yang harus
dikuasai ada beberapa hal, diantaranya seorang wirausahawan pemula
membutuhkan manajemen agar mampu mengelola risiko dalam usahanya serta
mempunyai manajemen pemasaran yang tepat, sehingga mampu menjaring
pelanggan yang loyal.
Risiko sering dimaknai sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan.
Risiko adalah hal yang paling berperan dalam seseorang memutuskan untuk
berani memulai sebagai wirausaha atau tetap bertahan dengan keadaan yang
sekarang. Seseorang yang berani melangkah memasuki pada kelas pemilik usaha
(business owner) sebagaimana digambarkan R.Kiyosaki berarti orang yang berani
mengambil risiko atas usaha yang dilakukan baik menghadapi kemungkinan rugi
maupun gagal. Pemasaran merupakan keseluruhan kegiatan mulai dari
perencanaan produk, penentuan harga, promosi sampai pada menentukan
bagaimana barang itu sampai kepada pembeli.
Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki ditambah dengan
keberanian mewujudkan mimpi, telah dilaksanakan oleh Bapak Widi seseorang
yang sebelumnya juga pernah merasakan bekerja menjadi karyawan. Dengan
17
keyakinannya dan modal nekad serta berani mengahadapi risiko gagal menjadikan
Bapak Widi yang sebelumnya mencoba dengan model pemasaran produk,
membawa ia menjadi pemilik usaha dan saat ini mampu menyerap tenaga kerja.
Pada awal memulai usaha Bapak Widi mengatakan : “orang itu harus
berani mimpi dan segera mewujudkan mimpi itu”. Ketika seseorang menyatakan
berani mimpi mengandung konsekuensi bahwa ia berani dengan segala risiko
yang menyertai, termasuk jika harus kehilangan harta yang selama ini dimiliki
sebagai jaminan usaha. Menyadari bahwa untuk mewujudkan mimpinya
membutuhkan modal yang tidak sedikit, Bapak Widi mencari orang atau lembaga
yang bersedia bekerja sama sebagai penyandang dana untuk modal awal dengan
sistem bagi hasil.
Dengan semangat yang tinggi sebelum melakukan produksi, Bapak Widi
melakukan survey untuk mengetahui respon pasar terhadap produk yang hendak
ditawarkan. Dalam survey itulah ia mulai menemukan cara bahwa untuk
mendapatkan pasar tidak harus dilakukan sendiri, melainkan bisa bekerja sama
dengan lembaga pemasar.(distributor) dengan konsekuensi saling
menguntungkan. Dengan menunjuk distributor ia merasa diringankan dalam
menjalankan produknya.
Kemampuannya melakukan manajemen risiko dan manajemen pemasaran
yang dimiliki, menjadikan anggapan bahwa menjalankan usaha baru bukanlah hal
yang sulit. Seiring dengan kemampuan melihat peluang, selanjutnya menambah
keberaniannya untuk melakukan ekspansi usaha dengan produk yang berbeda dari
sebelumnya. Ekspansi usaha dikelola dalam bentuk CV. Saat ini telah ada 3 CV
dengan masing-masing produk berbeda.
Perkembangan usahanya yang sekarang menjadikan Bapak Widi
membutuhkan karyawan untuk menjalankan mulai dari proses produksi sampai
pada saluran distribusi produk. Termasuk karyawan yang ia percaya untuk
mengelola keuangan pun ia telah memiliki. Berbekal dengan kepercayaan
menjadikan ia leluasa untuk mengontrol semua pelaksanaan usahanya, termasuk
sirkulasi keuangan. Di era yang syarat dengan teknologi, Bapak Widi pun
memanfaatkan berbagai kemudahan fasilitas mulai dari control produk dan
pasarnya lewat online, mulai dari Blackberry Massager. (BBM), WhatsApp.(WA),
Twitter, Skipe bahkan pembayaran pun cukup dengan E-banking.
Kemampuan mengelola berbagai risiko, baik risiko keuangan maupun risiko
operasional, manajemen pemasaran yang dimiliki menjadikan ia berubah status
yang sebelumnya bekerja untuk orang lain kini menjadi pemilik usaha yang bisa
mempekerjakan orang lain dan ia leluasa melakukan aktivitas apapun sesuai
dengan kebutuhan, keinginan dan ia sendiri yang berhak mengatur waktunya.
Keberhasilannya saat ini diharapkan mampu menjadi inspirasi untuk orang lain,
sehingga hal ini bagi penulis menarik untuk diteliti.

18
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif artinya data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Informasi yang
digali lewat wawancara mendalam terhadap informan (Wirausahawan, keluarga,
karyawan dan mitra usaha). Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam
penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas
subjektif khususnya entrepreneur. Proses observasi dan wawancara mendalam
bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi diharapkan mampu
menggali proses awal seseorang memutuskan untuk menjadi entrepreneur,
kemudian bagaimana proses dalam melakukan manejemen risiko dalam memulai
usaha dan setelah usaha berjalan sampai pada manajemen pemasaran yang dipilih
sehingga mampu mempertahankan usahanya sehingga desain penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :

EKSTERNAL
Penyusunan S MP
TESIS T E E
S
R T N
U PROPOSAL PENELITIAN A O G
B FOKUS PENELITIAN LAPANGAN T D E
J Data Awal E E M
PENELITIA Pengumpulan G B
E Metode
N Data I A
K Penelitian N
& G
A
INTERNAL ANALISIS N
DATA

PERMASALAHAN PEMECAHAN OUT PUT

Teknik Cuplikan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, terdiri dari 1 informan
utama yaitu pemilik CV dan 5 informan tambahan yaitu berasal dari unsur
keluarga, Tim Manajemen, karyawan, mitra usaha dan Ahli tentang
kewirausahaan selaku pendapat ahli (Expert Opinion) yang memberikan wacana
seputar entrepreneur.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini diawali dengan kegiatan 1). Observasi (pengamatan) yaitu
dengan teknik observasi terus terang, dalam hal ini peneliti menyatakan terus
terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. 2). Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu. Teknik
wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara standar dan mendalam
19
(deep interview) tergantung pada kebutuhan dilapangan, dan menggunakan
wawancara terstruktur, dimana peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan.
Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan wawancara semi terstruktur yang
bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
Tahap pengumpulan data melalui 1). Tahap Orientasi yaitu peneliti
melakukan pra survey ke lokasi penelitian, 2). Tahap Eksplorasi yaitu
pengumpulan data dilokasi penelitian dengan wawancara terhadap unsur-unsur
terkait melalui pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti dan observasi.
3). Tahap Member Check, setelah data diperoleh di lapangan baik melalui
observasi, wawancara ataupun studi dokumentasi dan informan telah memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti, maka data yang ada tersebut diangkat dan
dilakukan audit trail yaitu mencheck keabsahan data sesuai dengan sumber
aslinya.

Teknik Analisis Data


Menurut Miles dan Huberman dalam Moleong (2010) Analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari
dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan
dengan jalan rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang
perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah
menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada
langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap
akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
Setelah tahap ini mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil
sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu (Moleong, 2010).

Reduksis Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang
relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Informasi dari lapangan
sebagai bahan mentah diringkas, disusun lebih sistematis, serta ditonjolkan
pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.
Tahapan reduksi data meliputi hal-hal sebagai berikut : (a) membuat
ringkasan, (b) mengkode, (c) menelusur tema, (d) membuat gugus-gugus, (e)
membuat partisi, dan (f) menulis memo.

Display Data
Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data
sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodeanpada setiap
sub pokok permasalahan. Untuk memudahkan memperoleh sekumpulan data dari
lapangan maka dibuat matrik atau bagan, setiap kode harus jelas definisinya. Data

20
disajikan untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
gambaran keseluruhan.
HASIL TEMUAN

Terbentuknya minat berwirausaha pada Entrepreneur CV.Berkah Jaya


Bersama
Dari hasil wawancara menunjukan bahwa terbentuknya minat wirausaha pada
entrepreneur CV. Berkah Jaya Bersama lebih dipengaruhi faktor pernah ikut
orang atau perusahaan. hal ini juga di akui oleh karyawan bagian tim manajemen
dan keluarga/istri, faktor lain yang turut mendukung bagi terbentuknya minat
berwirausaha seperti faktor potensi kepribadian, mengikuti diklat dan faktor
lingkungan/ keluarga. Faktor acciden tidak dianggap sebagai faktor terbentuknya
minat wirausaha.
Karakter yang terbentuk didominasi oleh karakter dedikasi tinggi dan
ditunjang karakter lainnya seperti berani ambil risiko, mampu menganalisis
peluang, menjadi seorang problem solver, pantang menyerah dan percaya diri.
Karakter semagat tinggi oleh pemilik usaha dianggap sebagai hal yang biasa saja.

Manajemen Risiko sebelum dan Pada Saat Menjalankan Usaha


Dari hasil wawancara menunjukan bahwa manajemen risiko sebelum
memulai usaha lebih kepada faktor jaminan modal usaha dan ini masuk dalam
risiko keuangan dan risiko operasional berupa adanya produk gagal karena
karyawan pada awalnya belum begitu terampil dalam proses produksi. Sedangkan
setelah usaha berjalan lebih pada penanganan risiko keuangan yaitu adanya
distributor yang membayar tidak tepat waktu atau bahkan tidak membayar juga
pernah terjadi.
Risiko murni dan risiko spekulatif dianggap tidak menjadi risiko yang berarti
karena menurut pemilik usaha dan informan lainnya bahwa usaha selama ini
berjalan aman, lancar dan bahan baku utama yang dipakai menggunakan produk
lokal sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi nilai mata uang asing
lainnya seperti dolar. Dolar hanya berpengaruh pada harga bahan tambahan saja.

Manajemen Pemasaran yang dipilih dalam rangka menjaga


keberlangsungan Usaha
Dari hasil wawancara dengan bagian tim manajemen yang menangani
pemasaran diperoleh bahwa pada awalnya usaha dijalankan dengan model
pemasaran konvensional seperti yang diterapkan di pemasaran usaha pada
umumnya yaitu dengan marketing mix dimana produk, harga, tempat pemasaran
dan promosi dilakukan secara bersamaan dalam rangka mencapai target
penjualan.
Seiring berjalannya usaha bahwa kekuatan pada CV ini adalah pada
distributor karena memang CV ini tidak memasarkan sendiri produknya tetapi
menggunakan pihak ketiga yaitu distributor sebagai mitra utama. Sehingga
berpikir bagaimana memiliki mitra distributor yang loyal dan produktif menjadi
21
hal penting. Hal inilah yang menjadikan adanyaa perubahan model pemasaran
dari yang semula murni dengan manajemen ala barat menjadi manajemen ala
islam-jawa dimana distributor dianggap sebagai keluarga dengan pendekatan yang
lebih menanamkan kepercayaan dan hubungan lebih kekeluargaan. Ini dianggap
semakin membawa keberhasilan terlihat adanya jangkauan wilayah pemasaran
yang semakin luas dan jumlah produk terjual yang makin meningkat.

Pembahasan

Terbentuknya minat berwirausaha pada Entrepreneur CV.Berkah Jaya


Bersama
Minat merupakan kecenderungan memusatkan perhatian dan ketertarikan
terhadap suatu hal, ada keinginan dan dorongan melakukannya. Diawali
pengetahuan, informasi dan tindak lanjut usaha. Terbentuknya minat berwirausaha
pada entrepreneur CV ini dipengaruhi 1 faktor utama : Ikut Orang/Perusahaan
(di BUMD belajar bagaimana proses produksi sampai distribusi). dan 3 faktor
pendukung : 1). Potensi Kepribadian seperti sikap jujur, tekun, terampil
dibidangnya 2). Mengikuti Diklat seperti diklat kewirausahaan dan 3).
Lingkungan/ Keluarga berupa dukungan dari lingkungan, teman, sahabat,
keluarga. Faktor Acciden (kondisi tidak punya apa-apa lagi, melamar kerja
kesana-sini ditolak) tidak dialami entrepreneur ini.
Dalam proses terbentuknya minat wirausaha terdapat karakteristik/
kecenderungan bersikap meliputi 1 karakter yang kuat (Dedikasi Tinggi/kemauan
tekad yang kuat mewujudkan keinginan) dan 5 Karakter pendukung meliputi :
Berani ambil Risiko, Analisis Peluang, Problem Solver, Pantang Menyerah dan
Percaya Diri. Karakter Semangat Tinggi menurut entrepreneur CV Berkah Jaya
Bersama dianggap biasa saja.

Manajemen Risiko untuk menangani Risiko Usaha pada CV Berkah


Bersama
Manajemen Risiko yang dilakukan sebelum usaha meliputi : risiko keuangan
dimana rumah sebagai jaminan modal usaha dan risiko operasional yaitu adanya
produk gagal pada awal usaha lebih banyak karena karyawan belum terampil,
sedangkan manajemen risiko yang dilakukan setelah usaha berjalan meliputi
risiko keuangan yaitu pembayaran distributor tidak tepat waktu, dapat
mengganggu sirkulasi keuangan dan jalannya usaha.
Risiko murni (force major :pencurian, penodongan, kebakaran) tidak ada,
risiko spekulatif (fluktuasi mata uang) hampir tidak ada, karena hanya pada biaya
bahan baku tambahan, bahan baku utama dengan produk lokal.

Manajemen Pemasaran yang dipilih dalam rangka menjaga


keberlangsungan Usaha
Manajemen Pemasaran tahun 2009-2013 menerapkan Manajemen Ala Barat
Marketing Mix dengan prinsip 4P: Manajemen pemasaran merupakan seni, ilmu
untuk memilih pasar sasaran, meraih mempertahankan dan menumbuhkan
pelanggan, Marketing Mix : Rangkaian variabel pemasaran Product,Price,Place
22
dan Promotion dilakukan bersamaan untuk mendapat pasar sasaran, bagaimana
produk mampu dijual, kesesuaian harga, tempat/akses untuk mendapat produk
sampai pada bagaimana produk dikenal calon konsumen.
Manajemen Pemasaran tahun 2014-sekarang dengan Ala Islam-Jawa : Dari
masalah yang ada beralih kepada membentuk jaringan distribusi yang loyal
dengan “manajemen pemasaran islami yang jawani”, gabungan nilai islam dan
nilai budaya jawa. Mitra usaha lebih dianggap keluarga, saling peduli dan hal ini
diakui membawa perkembangan usaha lebih baik, ditandai dengan wilayah
pemasaran semakin luas (titik distribusi ada di Jawa Timur,Jawa Tengah, Jawa
Barat dan sekarang merambah Bali)

SIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Terbentuknya minat wirausaha pada entrepreneur CV Berkah Jaya
dipengaruhi oleh satu faktor utama yaitu ikut orang/ perusahaan dan didukung
oleh tiga faktor lainnya meliputi : Potensi Kepribadian, mengikuti diklat dan
dukungan lingkungan/ keluarga.
2. Manajemen risiko dilakukan baik sebelum maupun sesudah, sebelum memulai
usaha lebih pada manajemen risiko keuangan dan manajemen risiko
operasional. Manajemen Risiko sesudah memulai usaha lebih pada
manajemen risiko keuangan saja, sedangkan Manajemen Risiko Murni dan
Manajemen Risiko spekulatif hampir tidak ada.
3. Terdapat perbedaan Model Manajemen Pemasaran, mulai tahun 2009 sampai
dengan 2013 menerapkan manajemen pemasaran ala Barat dengan marketing
mix yang menerapkan prinsip 4P (Product, Price, Place dan Promotion) dan
hubungannya lebih transaksional, sedangkan tahun 2014 sampai dengan
sekarang menerapkan manajemen pemasaran ala islam jawa dengan tidak
menghilangkan prinsip 4P dan hubungannya lebih kekeluargaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2010. Kewirausahaan (edisi revisi). Bandung : CV Alfabeta.

Artati, Rosemeilia Yenny, 2007. “Evaluasi Manajemen pemasaran pada lembaga


Bimbingan Belajar Primagama Cabang Sutoyo Semarang” Prodi
Manajemen Undip.

Darmawi, H, 2006. Manajemen Risiko. Cetakan kesepuluh. Jakarta : Bumi


Aksara.

23
Dewi, Reni Shinta, 2010. “Pengaruh Faktor Modal Psikologis Karakterisitik
Entrepeneur, Inovasi manajemen Sember Daya Manusia dan
Karakteristik UKM terhadap Perkembangan Usaha Pedagang di Pasar
Tradisional”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 2, No 1, Maret 2013.
Djojosoedarso, S. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Ansuransi.
Jakarta : Salemba Empat.

Handayani, Intan Septi, 2013. “Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha”


Fakultas Psikologi Unnes.

IW Wedana Yasa dkk, 2013, Manajemen Risiko Operasional dan pemeliharaan


Tempat Pembuangan akhir (TPA) regional bangli di Kabupaten Bangli.
Jurnal Spektran, Vol 1 No 2, Juli 2013.

Kasmir, 2007. Kewirausahaan. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa

Kotler, Philip, 2012. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Kontrol). Jakarta : PT. Prenhallindo

Kountur, Ronny, 2008. Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta : Penerbit PPM


Manajemen

Mansyur Munir, 2013. Laporan Penelitian Individual “Meningkatkan Minat


Berwirausaha Melalui Program Pemagangan Pada Dunia Idustri Bagi
Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya”, Surabaya : IAIN Sunan
Ampel

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Nocco,B.W, R.M. Stulz, 2006. Entreprise Risk Management : Theory and


Practice. Journal of Applied Corporate Finance. 18 (4) : 8-20

Rachmawati, Rina, 2011. “Peranan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) terhadap


Peningkatan Penjualan (sebuah Kajian terhadap Bisnis Restoran)”.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol 2, No 2, Mei 2011

Rhenald Kasali dkk, 2010. “Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1”,
Jakarta : Bank Mandiri dan Yayasan Rumah Perubahan

Soesarsono, 2007 Pengantar Kewirausahaan, Bogor : IPB

Sugiyono, 2009. Metode Peneliitan Bisnis, Bandung : Alfabeta

Sugiyono, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta

24
Supriyanto, 2014. How to Become a Successful Entrepreneur. Yogyakarta : CV.
Andi Ofset

Triton PB, 2007. Entrepreneurship ; Kita Sukses Menjadi Pengusaha,


Yogyakarta : Tugu Publisher

25

Anda mungkin juga menyukai