Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RANGKUMAN

ENTERPRENEURIAL MARKETING

OLEH :
NAMA : RIZA AULIA INARA
KELAS : E / PSR
NIM : A1B021194
MATA KULIAH : MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN
SUMBER :
1.1 RELEVANSI KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan merupakan suatu konsep yang sudah mendunia dan tentu
saja sudah tidak asing lagi untuk didiskusikan. Di Indonesia khususnya,
pengenalan mengenai konsep kewirausahaan dikenalkan sejak dini kepada
generasi muda melalui pendidikan. Secara umum, pembahasan terkait
kewirausahaan erat kaitannya dengan bisnis dan inovasi. Khususnya mengenai
bagaimana mendirikan dan mempertahankan usaha, hingga meningkatkan
kemampuan bersaing dengan melaksanakan inovasi dan melakukan aktivitas
pemasaran yang baik. Namun, sebelum lebih jauh membahas konsep
kewirausahaan, alangkah baiknya untuk terlebih dahulu memahami dan
mengenali seberapa dekat kewirausahaan dalam kehidupan kita sehari-hari dan
apa saja
wujud kewirausahaan di sekitar kita serta perannya di dalam hidup kita.
Pada setiap barang yang kita konsumsi atau jasa yang kita sewa terdapat
barang dan jasa yang berasal dari usaha-usaha lokal di lingkungan kita. Misalnya,
di saat ingin membeli menu makan siang melalui aplikasi online, gerai atau lapak
penyedia makanan yang menjadi pilihan kita kemungkinan besar adalah Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) lokal. Tidak hanya itu, aplikasi online yang banyak
kita gunakan saat ini seperti halnya Go-Jek juga berawal dari perusahaan startup
yang juga merupakan bentuk kewirausahaan. Bahkan pada sebagian besar negara
dunia, produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan multinasional
menggunakan bahan mentah yang dihasilkan oleh perusahaan- perusahaan UKM
lokal di lingkungan produksinya. Dengan kata lain, di dalam produk yang kita beli
di supermarket sekalipun terdapat peran pegiat kewirausahaan di dalamnya.
Saat ini di Indonesia konsep kewirausahaan semakin populer di kalangan
generasi muda. Bukan lagi menjadi hal yang sulit untuk memulai suatu usaha
berkat maraknya perusahaan berbasis teknologi seperti Tokopedia, Bukalapak,
GoJek, dan lain sebagainya. Kemajuan teknologi di era bisnis dewasa ini tidak
hanya memberikan peluang bagi konsumen, tetapi juga pengusaha atau yang
selanjutnya akan kita sebut wirausahawan (entrepreneurs).
Nijssen (2017), mendefinisikan wirausahawan sebagai orang-orang yang
mengembangkan dan memasarkan suatu produk atau jasa. Usaha
mengembangkan dan memasarkan ini kemudian disebut sebagai kegiatan bisnis.
Suatu usaha umumnya diawali dan diciptakan oleh seorang wirausahawan yang
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi peluang. Selain itu, seorang
wirausahawan juga harus berani dalam mengambil risiko guna memastikan
kelangsungan dan perkembangan usaha.

Suatu usaha yang dimulai oleh seorang wirausahawan tidak hanya


dipercaya dapat memberikan kontribusi pada kemajuan perekonomian suatu
daerah, tetapi juga dianggap ikut berperan penting dalam terbentuknya perubahan
sosial. Terbukanya sudut pandang dan pemikiran masyarakat mengenai
pentingnya keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah, menghasilkan adanya
pergeseran cara pandang masyarakat terhadap posisi sosial seorang wirausaha.
Awal mulanya, menjadi seorang wirausahawan memiliki asosiasi negatif karena
dianggap tidak mampu bersaing sebagai tenaga kerja. Namun, perspektif ini
berangsur-angsur berubah menjadi sebuah harapan kesuksesan baru.

Di era globalisasi ini, seiring dengan kemunculan industri 4.0, kondisi


pasar menjadi semakin beragam. Hal ini merupakan suatu peluang bagi dunia
bisnis. Walau semakin meningkatnya peluang yang dimiliki oleh dunia bisnis,
terjadi pula peningkatan persaingan bisnis yang semakin ketat dan menambah
tantangan bagi para pengusaha untuk dapat mengelola dan membawa bisnisnya
mencapai kesuksesan. Tantangan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan
menengah akan berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan
besar/korporasi. Untuk mengatasi tantangan baru ini, seorang wirausahawan
membutuhkan pemahaman yang lebih baik mengenai pasar. Kebutuhan untuk
memahami aktivitas pemasaran yang akan menunjang proses operasional di pasar
secara efektif dan efisien menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Perbedaan tantangan yang dihadapi oleh UKM membuat aktivitas-
aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh UKM juga berbeda dengan perusahaan-
perusahaan besar. Mayoritas UKM belum memiliki sumber daya yang cukup
banyak dan perencanaan yang komprehensif pada aktivitas pemasaran yang
dilakukan. Namun demikian, usaha kecil memiliki kemampuan untuk lebih
fleksibel serta mampu beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah-ubah.
Selain itu, dengan ukuran perusahaan yang lebih kecil, UKM mampu melakukan
pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat. Kemampuan tersebut akan sulit
dimiliki oleh suatu korporasi atau perusahaan besar, terutama dengan struktur
organisasi hierarkis yang lebih kompleks dan membutuhkan serangkaian prosedur
dalam proses pengambilan keputusan.

Bjerke & Hultman (2002) mengasosiasikan kewirausahaan Dengan satu


kata, yaitu perubahan. Bagaimanapun topik Kewirausahaan yang dikaji dan
dihadirkan, akan selalu memiliki Keterkaitan dengan perubahan. Umumnya
mengenai pengambilan Peluang, hidup di dalam perubahan, bahkan penciptaan
Perubahan itu sendiri.

Oleh karena itu, bagaimanapun kondisi pasar yang dihadapi oleh seorang
wirausahawan atau usaha kecil dan menengah, memahami pasar dan mengkaji
dengan cermat langkah serta menentukan strategi yang akan dipilih menjadi hal
yang patut untuk dilakukan. Di sinilah mengapa pemasaran menjadi konsep yang
harus dipadukan dalam praktik wirausaha.

1.2 PENGERTIAN ENTREPRENEURIAL MARKETING


Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ukuran perusahaan merupakan
salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan aktivitas pemasaran.
Menurut Bjerke & Hultman (2002) terdapat tiga kategori yang dapat digunakan
dalam mengobservasi aktivitas pemasaran dalam bisnis dengan ukuran besar atau
kecil, yaitu:
1. General Statement. Suatu perusahaan umumnya memiliki suatu model
pemasaran yang menjadi acuannya. Misalnya, jika suatu perusahaan
menitikberatkan aktivitas pemasarannya terhadap orientasi pelanggan,
maka perusahaan tersebut harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan
permintaan pelanggan dan menggunakannya sebagai acuan produksinya.
2. Decision Model. Model keputusan memberikan petunjuk pada
wirausahawan sebagai pembuat keputusan untuk menetapkan langkah apa
yang harus diambil pada suatu permasalahan tertentu. Contoh dari model
keputusan adalah model yang ditetapkan pada penentuan harga, penetapan
biaya iklan, daerah penjualan, seleksi produk baru, dan lain sebagainya.
3. Implementation Model. Kotler dan Keller (2012) mendefinisikan
implementasi pemasaran sebagai suatu proses yang mampu merealisasikan
rencana pemasaran menjadi suatu langkah dan kegiatan konkret yang
dilaksanakan oleh perusahaan.

Tiga kategori observasi ini memengaruhi pemikiran strategis dari UKM


dalam pelaksanaan aktivitas pemasarannya, dimana penciptaan tiga kategori ini
sangat dipengaruhi oleh karakteristik UKM itu sendiri. Sebagian besar UKM tidak
memiliki divisi pemasaran formal, beberapa UKM bahkan tidak mengakui bahwa
mereka melakukan aktivitas pemasaran atau disebut juga sebagai praktisi
pemasaran. Bagi sebagian wirausahawan, pemasaran masih menjadi suatu hal
yang dikesampingkan. Hal pertama yang terbesit dalam benak banyak orang
mengenai pemasaran adalah iklan atau promosi meskipun pada kenyataannya
iklan dan promosi adalah hanya sebagian kecil dari aktivitas pemasaran. Jauh
sebelum membahas mengenai iklan dan promosi, seharusnya wirausahawan
mengenali siapa konsumen yang dilayani dan menetapkan kepada siapa akan
menjual produk dan jasa yang dihasilkan. Hal ini secara teori merupakan langkah
awal dari aktivitas pemasaran. Oleh karena itu, aktivitas pemasaran haruslah
selalu berorientasi pada pasar. Keberhasilan dari memenangkan pasar terletak dari
keberhasilan dari seorang wirausahawan dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasar atau konsumen.
Karakteristik penting dari entrepreneurial marketing adalah sosok
wirausahawan itu sendiri. Seorang wirausahawan harus memiliki kemampuan
yang baik dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang. Seorang
wirausahawan juga harus menunjukkan kemampuan khusus di mana mereka
mampu melihat peluang. Oleh karena itu, perlu adanya suatu integrasi yang dapat
mempersatukan disiplin ilmu pemasaran dan kewirausahaan, maka hadirlah
entrepreneurial marketing yang menggabungkan disiplin ilmu pemasaran dan
kewirausahaan.

Cacciolatti & Lee (2015) menyatakan bahwa entrepreneurial marketing


merepresentasikan suatu alternatif pendekatan manajemen pemasaran yang
dispesifikasikan oleh karakteristik dan kondisi UKM. Sehingga dapat dikatakan
bahwa entrepreneurial marketing secara umum membahas mengenai identifikasi
dan eksploitasi yang proaktif yang dapat dilakukan oleh seorang wirausahawan
terhadap peluang-peluang pasar yang tersedia. Aktivitas-aktivitas dalam
entrepreneurial marketing ini dilakukan dalam rangka mendapatkan dan menarik
pelanggan- pelanggan yang potensial melalui pendekatan yang inovatif terhadap
pengelolaan risiko, sumber pendanaan, dan penciptaan nilai.

1.3 KARAKTERISTIK USAHA KECIL DAN MENENGAH

1.3.1 UKM DAN TAKSONOMI USAHA KECIL


Belum ada definisi yang dapat digunakan secara umum untuk menjelaskan
karakteristik UKM. Hal ini terjadi karena setiap negara memiliki ukuran yang
berbeda satu sama lain dalam mendefinisikan UKM. Belum ada konsensus secara
umum yang menjelaskan ukuran bisnis seperti apa yang dikategorikan sebagai
‘kecil’ atau ‘menengah’. Untuk mengetahui perbedaan praktik bisnis UKM dan
perusahaan besar, setidaknya kita harus menyamakan persepsi mengenai
karakteristik UKM.
Di Indonesia kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah dijelaskan oleh
keputusan Menteri Keuangan berdasarkan karakteristik modal dan pendapatannya.
Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif yang dimiliki oleh keluarga
atau perorangan dengan pendapatan tidak lebih dari Rp 100 juta per tahun. Usaha
kecil dijelaskan sebagai usaha yang tidak memiliki afiliasi dengan usaha
menengah maupun besar, dengan total aset bersih maksimal Rp 200 juta dan
pendapatan antara Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar per tahun. Untuk kriteria usaha
menengah adalah usaha yang memiliki aset bersih antara Rp 200 juta hingga Rp 5
miliar.
Salah satu upaya formal pertama yang dilakukan dalam mendefinisikan
usaha kecil dan menengah, adalah dengan membedakan menurut ukurannya
berdasarkan statistik. Hal ini telah dilakukan pada sekitar tahun 1971 oleh seorang
peneliti di Inggris. Pendefinisian usaha kecil ini dikenal dengan istilah Bolton
Report, yang isinya terbagi atas indikator potensial yang menjadi dasar dalam
pengukuran UKM (Hillary, 2000). Indikator-indikator tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh perusahaan terhadap pasar;
2. Independensi perusahaan dalam mengendalikan struktur organisasi perihal
pengambilan keputusan
3. Pengaruh pribadi pemilik bisnis atau wirausahawan.

Selain itu, UK Companies Act juga memberikan definisi dengan


memperkenalkan beberapa batasan-batasan berdasarkan kondisi keuangan dan
ekonomi perusahaan. Indikator keuangan yang dipergunakan adalah pergantian
(arus kas) tahunan dan total nilai penjualan yang dihasilkan perusahaan dalam
satu tahun periode bisnis. Indikator ekonomi yang diperkenalkan adalah laporan
neraca tahunan, yaitu berisi ukuran aset perusahaan atau kekayaannya dan jumlah
karyawan atau kapasitasnya dalam hal sumber daya manusia (Cacciolatti & Lee,
2015).
UKM beroperasi dalam cakupan pasar yang relatif kecil, selain itu juga
memiliki akses keuangan dan sumber daya manusia yang terbatas. UKM sering
kali menyediakan jumlah produk yang terbatas, yang tidak dapat memengaruhi
harga kuantitas produk pada tingkat ekonomi makro. Namun, di sisi lain, UKM
lebih mampu beradaptasi dengan perubahan serta lebih mampu bertahan dari
ketidakpastian.

1.3.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMASARAN DI UKM


Aktivitas pemasaran UKM dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: 1)
Sumber daya internal; 2) Sumber daya eksternal; dan 3) Sikap terhadap
pemasaran dan bisnis. Perlu diketahui bahwa ketiga faktor tersebut juga
dipengaruhi oleh ukuran UKM, yang terlihat dari skala pemasaran dan operasinya.
Berikut ini kita akan melihat bagaimana ukuran, sumber daya yang tersedia,
kemampuan pemasaran, sikap terhadap bisnis dan pemasaran, serta siklus
kehidupan bisnis dapat memengaruhi pemasaran di UKM.

1. UKURAN PERUSAHAAN
UKM merupakan bisnis kecil dan biasanya tidak terstruktur. Hal
ini sangat umum bagi pemilik usaha kecil untuk menjadi lebih fleksibel,
serta lebih terlibat dengan aspek bisnis, mulai dari proses produksi hingga
proses komersialisasi. Ukuran perusahaan memengaruhi proses
pengambilan keputusan, karena sebagian besar keputusan dalam UKM
dibuat oleh pemilik. Hal ini memberikan keuntungan dalam hal
fleksibilitas untuk adaptasi dengan perubahan pasar atau lingkungan
kompetitif, yang memberikan kecepatan lebih tinggi dalam menanggapi
tren pemasaran. Kerugiannya dapat ditemukan pada kurangnya dukungan
dari struktur yang sudah mapan dan teruji yang mendukung semua
kegiatan. Hal ini membuat produk yang dibuat kadang memiliki kualitas
yang kurang memuaskan.
UKM memiliki fitur unik yang berbeda dari pemasaran tradisional
di perusahaan besar. Salah satu perbedaan paling signifikan antara
perusahaan kecil dan besar adalah tujuan bisnis, gaya manajemen, dan
praktik pemasaran. Faktor utama lain yang terkait dengan ukuran UKM
dan perusahaan besar adalah berbagai tahapan siklus kehidupan bisnis.
Seiring bertumbuhnya perusahaan, sikap dan peran manajemen berubah
dan orientasi pemasaran meningkat, seiring dengan keahlian pemasaran.
Lebih lanjut, sumber daya menjadi lebih mudah diakses berdasarkan
strategi pencapaian pertumbuhan. Oleh karena itu, sumber daya tersebut
harus dialokasikan dengan lebih baik di dalam perusahaan dan
pertumbuhan perusahaan akan memengaruhi ukuran perusahaan yang pada
akhirnya juga akan berhubungan dengan jumlah sumber daya yang dapat
diakses perusahaan.

2. KETERSEDIAAN SUMBER DAYA


Terdapat jenis-jenis sumber daya yang relatif terbatas
keberadaannya pada perusahaan kecil, seperti modal finansial, yaitu uang
(bentuk modal ekonomi, seperti aset fisik perusahaan, bangunan, dan
mesin), modal manusia, yaitu tenaga kerja dan modal intelektual, yaitu
pengetahuan pemasaran, serta waktu. Literatur pemasaran dan
kewirausahaan menunjukkan bahwa UKM sering terpengaruh secara
negatif oleh kelangkaan sumber daya. Mereka sering memiliki akses
modal yang terbatas, dimana situasi ini tidak memungkinkan investasi
yang dapat meningkatkan pengambilan keputusan pemasaran perusahaan.
Dari perspektif pemasaran kewirausahaan, terdapat tiga hambatan besar
untuk aktivitas pemasaran UKM, yaitu: 1) Sumber daya yang terbatas, 2)
Kurangnya keahlian khusus, dan 3) Kurangnya nilai yang ditawarkan ke
pasar.
Banyak pemilik UKM yang memiliki latar belakang teknis yang
kuat terkait dengan bisnis mereka, tetapi tidak memiliki pengetahuan
bisnis atau pemasaran.
Oleh karena itu, UKM yang memiliki keahlian dalam pemasaran
dapat lebih mendukung pengambilan keputusan mereka dan lebih
cenderung mengungguli perusahaan lain di pasar. Selain itu, kurangnya
nilai dari produk yang ditawarkan juga dapat menghambat pemasaran
mereka. Kurangnya penciptaan nilai dapat terjadi karena terlalu banyak
fokus pada pemanfaatan sumber daya keuangan, serta pada tujuan
keuangan jangka pendek. Hal ini mencerminkan masalah UKM yang
berhubungan dengan pemasaran, dipengaruhi oleh fokus pengetahuan
bisnis mereka, gaya manajemen, dan sikap terhadap pemasaran.

3. ORIENTASI PASAR DAN PEMASARAN


Perusahaan kecil dengan sumber daya yang sangat sedikit, akan
cenderung mendapatkan kesulitan dalam mengadakan riset pasar. Hal ini
menyebabkan perusahaan kecil sering kali kekurangan informasi yang
relevan dari pasar yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan
pemasaran yang lebih baik. Menurut Kotler dan Keller (2012), semua
perencanaan yang baik harus dimulai dengan riset pasar. Melalui riset
pasar, pelaku usaha dapat mengungkapkan kebutuhan, persepsi, serta
preferensi pelanggan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
mengelompokkan pelanggan ke dalam segmen-segmen. Informasi
pemasaran sangat penting karena memungkinkan perusahaan untuk
beradaptasi lebih baik dengan lingkungan kompetitif mereka.

Pada konsep pemasaran, riset pasar merupakan langkah awal


dalam rangka berorientasi pada pasar. Orientasi pasar didefinisikan
sebagai kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai dasar penciptaan nilai
barang dan jasa yang diproduksi perusahaan. Dengan kata lain, orientasi
pasar memacu seluruh lini perusahaan untuk menjadikan pasar sebagai
acuan produksi. Dari definisi tersebut jelas bahwa riset pasar berguna bagi
pemasar untuk dapat memahami apa yang diinginkan oleh konsumen.
Secara umum, orientasi pasar harus didasarkan pada data atau
informasi. Informasi yang memberikan wawasan tentang kondisi pasar
yang terdiri dari preferensi konsumen, persaingan, ancaman dan peluang
yang berkaitan dengan lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya,
teknologi, dan hukum. Semuanya memberikan perusahaan yang bergerak
dengan intelijen pemasaran dimana pengetahuan yang ada dapat
digunakan untuk mencapai keuntungan kompetitif.
Dari sudut pandang strategi kepemimpinan biaya, wawasan
Konsumen sangat membantu untuk memahami kebutuhan dan Keinginan
konsumen, dimana hal yang tidak penting dalam Pengambilan keputusan
pembelian dapat dihilangkan dan Bagaimana mengembangkan posisi
dengan harga yang menarik. Wawasan mengenai preferensi konsumen
sangat penting untuk Pemasaran agar perusahaan dapat fokus memberikan
apa yang Menjadi preferensi dari konsumen.
Dari perspektif daya saing, kurangnya pemahaman tentang pasar
dapat menyebabkan kegagalan besar dalam mengidentifikasi dan
memahami kelompok konsumen utama. Kemampuan mengintegrasikan
serta menerapkan berbagai sumber data konsumen dan wawasan akan
menjadi sangat penting jika perusahaan ingin meningkatkan kemungkinan
menjadi lebih kompetitif di pasar.
Dari sudut pandang strategi diferensiasi produk (juga dikenal
sebagai kepemimpinan kualitas), wawasan konsumen sangat membantu
untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga
perusahaan mampu menghasilkan produk- produk yang terdiferensiasi
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Pelanggan, pada
kenyataannya, mengevaluasi merek pada atribut yang berbeda dan tidak
hanya pada harga sehingga harga bukan variabel yang paling penting
Dalam keputusan pembelian. Pelanggan sangatlah heterogen, Karena itu
penting untuk mengenal mereka mulai dari tingkat Demografi, gaya hidup,
dan preferensi mereka.
Mengenal pelanggan merupakan salah satu aspek inti dari praktik
proses pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan bauran pemasaran
yang tepat untuk dapat memenuhi permintaan konsumen akan nilai yang
berbeda. Sebagai konsekuensinya, praktisi memerlukan pemahaman yang
lebih dalam tentang perilaku konsumen karena pengetahuan konsumen
adalah aset paling berharga untuk meningkatkan pemasaran perusahaan.

4. ORIENTASI PASAR DAN SIKLUS KEHIDUPAN


BISNIS
Prioritas yang paling umum diterima untuk perusahaan yang
berorientasi pemasaran adalah sebagai berikut:
A. Prioritas pada pelanggan ketika mengevaluasi perusahaan dan Produknya,
serta sejauh mana perusahaan dan produk Tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan tertentu;
B. Prioritas dalam meningkatkan pemasaran sebagai budaya yang berlaku
bagi perusahaan sehingga seluruh organisasi akan bergerak untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan;
C. Prioritas dalam menyesuaikan produk sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pasar, daripada menurut persepsi dan kepercayaan perusahaan
sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai.

Orientasi pemasaran UKM cenderung berbeda pada empat tahap


utama siklus hidup bisnis, yang didefinisikan sebagai fase awal,
pertumbuhan bisnis, kematangan, dan penurunan. Sikap terhadap
pemasaran juga memengaruhi orientasi merek, sebagai ‘suatu pendekatan
dimana proses organisasi berputar di sekitar penciptaan, pengembangan,
dan perlindungan identitas merek dalam interaksi yang berkelanjutan
dengan pelanggan sasaran dengan tujuan mencapai keunggulan kompetitif
yang bertahan lama dalam bentuk merek. Orientasi pemasaran
mengombinasikan penciptaan nilai barang dan jasa dari proses produksi ke
pelanggan.
Penciptaan nilai tidak lagi tergantung pada proses produksinya,
tetapi juga dapat dilakukan oleh pelanggan. Hal ini sering kali disebut juga
dengan co-creation. Oleh karena itu, orientasi pelanggan adalah komponen
dari orientasi pemasaran. Ada empat praktik yang mendorong orientasi
pelanggan, yaitu: 1) Hubungan, 2) Interaktivitas, 3) Pembentukan nilai
pelanggan dari waktu ke waktu, serta 4) Adaptasi dan penyesuaian.

Tyebjee et al. (1983) menyatakan bahwa semua organisasi


melewati empat tahap orientasi pemasaran, yaitu:
a. Tahap pertama didefinisikan sebagai ‘pemasaran DIY (do-it-
yourself)’, di mana perusahaan mencari sistem pemasaran yang cocok
dengan sumber daya serta ide-ide yang dimiliki.
b. Tahap kedua disebut ‘pemasaran oportunistik’, di mana perusahaan
mendekati skala ekonomi yang meningkatkan efisiensi dan
memberikan lebih banyak kebebasan finansial melalui kredibilitas
produk yang lebih tinggi.
c. Tahap tiga adalah ‘pemasaran responsif’, di mana perusahaan
berkembang dengan cepat dan lebih tanggap terhadap tren pasar. Pada
tahap akhir, ‘pemasaran yang terdiversifikasi’, sebuah perusahaan
memiliki aliran pendapatan konstan dan mampu menjalankan semua
fungsi yang berbeda.
KESIMPULAN
1. Kewirausahaan sangat erat berkaitan dengan istilah bisnis
dan inovasi, serta di dalamnya terdapat konsep untuk
berwirausaha mulai dari mendirikan, mempertahankan,
hingga mampu bersaing dengan berbagai inovasi.
2. Karakteristik penting dari entrepreneurial marketing adalah
sosok wirausahawan itu sendiri. Seorang wirausahawan
merupakan orang yang mengembangkan dan memasarkan
produk atau jasa serta berani menanggung segala risiko atas
kelangsungan usahanya tersebut.
3. Di Indonesia kriteria usaha berdasarkan karakteristik modal
dan pendapatannya terdiri dari usaha mikro, kecil, dan
menengah.
4. Aktivitas pemasaran di UKM dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu: Sumber daya internal; Sumber daya eksternal;
dan Sikap terhadap pemasaran dan bisnis.
5. Terdapat empat tahap orientasi pemasaran yaitu:
a. 'pemasaran (do-it-yourself)', perusahaan mencari
sistem pemasaran yang cocok dengan sumber daya
serta ide-ide yang dimiliki.
b. 'pemasaran oportunistik', perusahaan mendekati
skala ekonomi yang meningkatkan efisiensi dan
memberikan kebebasan finansial melalui
kredibilitas produk yang lebih tinggi.
c. 'pemasaran responsif, perusahaan berkembang
dengan cepat dan lebih tanggap terhadap tren pasar.
d. 'pemasaran yang terdiversifikasi', sebuah
perusahaan memiliki aliran pendapatan konstan dan
mampu menjalankan seluruh fungsi yang berbeda.
6. Perbedaan tantangan yang dihadapi oleh UKM membuat
aktivitas pemasaran yang dilakukan UKM akan berbeda
dengan perusahaan besar. UKM memiliki sumber daya
yang terbatas dan perencanaan yang komprehensif pada
aktivitas pemasaran yang dilakukan. Namun demikian,
UKM telah memiliki kemampuan untuk mampu
beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah-ubah.
7. Pentingnya memadukan konsep serta praktik wirausaha
adalah untuk dapat memahami pasar dan mengkaji dengan
cermat langkah dan strategi yang dipilih menjadi hal yang
patut dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai