Keluarga merupakan sekelompok orang dalam hubungan yang terikat oleh
perkawinan, darah, dan komitmen, saling berbagi kehidupan bersama dalam jangka waktu yang lama serta berbagi pengharapan-pengharapan masa depan. Dalam sebuah keluarga, tentu pengasuhan terhadap anak menjadi hal yang harus diperhatikan. Parenting (pola asuh) adalah sebagai proses interaksi antara orang tua dengan anak-anak mereka mengenai perkembangan potensi yang dimiliki. Pada masa anak-anak (0-18 tahun) seorang anak tengah berada pada masa pertumbuhan baik secara fisik, kognitif, maupun moral. Institusi keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun karakter generasi muda. Dalam semua budaya masyarakat tanggung jawab pengasuhan, pendidikan, dan penjagaan anak dibebankan pada institusi keluarga. Dalam Undang-Undang Repubulik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 26, orang tua dalam keluarga berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: (1) Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, (2) Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, (3) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak, serta (4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak. Tanda dimulainya era Industri 4.0 dapat dilihat dari fenomena digitalisasi informasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence) secara massif di berbagai sektor kehidupan manusia untuk menjalankan tugas dan fungsi tertentu. Era digital sendiri terlahir dari rahim serta pesatnya perkembangan era global atau globalisasi. Saat ini era digital memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam berbagai bidang di masyarakat, meliputi pendidikan, perekonomian bahkan dalam perilaku dan dampak lainnya. Tak dapat dipungkiri pola pengasuhan orang tua juga mau tidak mau berubah seiring masuknya perkembangan teknologi. Orang tua dituntut untuk lebih aktif melakukan pengawasan, kontrol dan pendampingan kepada anak. Pasalnya karakter anak di era digital sangat berbeda dengan generasi – generasi sebelumnya. Kehadiran teknologi yang semakin canggih ini semakin memudahkan setiap kalangan untuk mudah mengakses informasi. Dalam hal ini, teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Anak dapat mengakses jurnal, makalah dan artikel lainnya untuk bahan pembelajaran. Namun,tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi tidak lepas dari dampak negatif bagi beberapa kalangan. Orang tua menginginkan anak menjadi generasi yang berkualitas di masa depan dengan mampu menghadapi tantangan zaman saat ini. Realitanya, banyak dari anak masa kini menggunakan perkembangan teknologi hanya untuk hiburan dan mencari berita tidak untuk sarana pembelajaran. Fakta lain yang terjadi adalah dengan adanya perkembangan teknologi membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain games online, kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, kurangnya interaksi dengan orang tua, bahkan malas untuk belajar. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan anak untuk memahami dampak positif dan negatif digital yang digunakan dan kurangnya pengawasan dari orang tua. Melihat hal tersebut, pengawasan terhadap anak sangat penting untuk diaplikasikan mengingat terdapat banyak informasi yang telah diterima anak. Sementara seorang anak harus mampu memilah dan memilih informasi yang sesuai dengan usia serta tahap perkembangannya. Meski demikian kehadiran teknologi tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Perkembangan teknologi merupakan bukti dari kemajuan peradaban manusia. Teknologi diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, maka tinggal bagaimana manusia memperlakukan teknologi apakah dimanfaatkan dengan baik atau malah disalahgunakan untuk kepentingan lain. Menyiasati kehadiran perkembangan teknologi, orang tua dapat memanfaatkanya untuk membangun komunikasi jarak jauh sehingga saling mengetahui aktivitas satu sama lain baik anak maupun orang tua. Komunikasi keluarga yang baik, antara orang tua dan anak, dapat dilihat dari aktivitas komunikasi yang sering dilakukan keduanya, adanya keterbukaan dalam berinteraksi satu dengan yang lain, orang tua dan anak sering melakukan diskusi tentang berbagai hal, adanya sikap saling menghargai pendapat masing-masing, serta orang tua tidak berusaha memaksakan kehendak pada anak. Ada tiga nilai utama dunia digital yaitu kreatiftas, kolaborasi dan berpikir kritis. Oleh karena itu, orang tua perlu memerhatikan pola asuh yang tepat bagi anak di era digital ini. Smart techno parenting merupakan strategi mendidik dan menumbuhkembangkan potensi anak secara cerdas dengan memposisikan orang tua untuk lebih aktif, kreatif dan “melek” terhadap perkembangan tekhnologi. Setiap tipe pola asuh orang tua atau parenting mempunyai dampak tersendiri terhadap perkembangan karakter anak di masa yang akan datang. Pola asuh yang baik itu ditunjukkan dengan orang tua yang sangat mencintai, penuh perhatian, dan sangat responsif terhadap anak - anaknya. Bentuk pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak berbeda beda setiap keluarga. Bentuk pengasuhan ada tiga macam yaitu otoriter, permisif dan kontekstual. Pengasuhan kontekstual lebih disarankan di era digital seperti sekarang ini daripada bentuk pengasuhan lainya. Hal ini karena dalam pengasuhan kontekstual, orang tua menentukan tujuan dan nilai dalam keluarga. Orang tua memfasilitasi keinginan anak dengan aturan dan konsekuensi yang jelas berdasarkan kesepakatan bukan paksaan. Tujuan pengasuhan kontekstual yaitu kolaborasi, gaya hidup seimbang dan nilai-nilai karakter. Kemandirian anak ditentukan perlahan-lahan sesuai usianya. Pola asuh atau parenting di era digital pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaanya. Prinsip yang pertama yaitu norma, pada kenyataanya setiap keluarga memiliki prinsip norma yang berbeda-beda. Maka setiap orang tua perlu menentukan nilai-nilai dasar keluarganya sebelum mengasuh anak sehingga batasan konten baik dan buruk sangat tergantung dengan nilai keluarga. Nilai dasar keluarga disampaikan secara konsisten melalui pembicaraan, perilaku dan kebiasaan keluarga. Prinsip yang kedua yaitu dampak teknologi digital. Paparan layar gawai terlalu lama membuat mata lelah dan sakit. Kesalahan posisi tubuh ketika mengakses gawai dapat menciptakan postur tubuh yang buruk seperti tulang belakang bengkok ke samping atau ke depan. Semua orang termasuk anak- anak yang terlalu sering mengakses gawai jadi malas bergerak sehingga mengalami obesitas. Jika sudah kecanduan gadget, anak-anak akan menjadi stress dan agresif ketika dilarang. Orang tua mestinya paham akan dampak negatif teknologi digital pada fisik anak yang sebisa mungkin harus diantisipasi. Prinsip yang terakhir yaitu dampak pesan digital. Pesan digital akan memengaruhi pandangan dan pola berpikir penggunanya. Anak-anak harus terhindar dari konten kekerasan dan pornogrfi maka orang tua wajib menyeleksi konten yang diakses anak-anak.
BIODATA PENULIS Penulis : Indri Mariska/Mahasiswa IPB University jurusan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Kontak : (No.HP) 083862283504/(Line) Mariska119 Email : Indrimariska78@gmail.com Foto :