Anda di halaman 1dari 3

Analisis Peran Keluarga dalam Mengontrol Penggunaan Gadget dan Literasi Digital kepada

Anak. Fenomena tersebut saat ini telah terjadi di beberapa keluarga di Indonesia, terlebih lagi
mereka pasangan yang telah memiliki anak. Pada zaman sekarang, teknologi merupakan hal
penting untuk dimengerti dan digunakan oleh seluruh masyarakat, tidak terkecuali anak-anak.
Di era digital dan internet seperti sekarang akses informasi sangat bebas, dapat diakses
dimanapun dan kapanpun oleh siapapun yang menyebabkan masyarakat dan anak-anak yang
tidak bijak dalam menggunakan teknologi informasi akan terbawa arus negatif perkembangan
teknologi yang tidak terkendali. Penggunaan gadget yang tepat akan membawa dampak
kearah yang lebih baik dan peningkatan kemampuan motorik dan kecerdasan, sebaliknya
penggunaan gadget yang berlebihan dan diluar batas kewajaran akan mempengaruhi
kerekatan dalam sebuah keluarga. Apalagi jika anak-anak menggunakan gadget untuk game
yang berlebihan. Pengaruh gadget tersebut membuat anak-anak menjadi lebih individualis
dan tidak peduli dengan orang-orang sekitar mereka. Dalam sebuah keluarga, orang tua
mempunyai peran untuk memberikan wawasan kepada anak mereka, seperti mengontrol
penggunaan gadget dan memberikan literasi digital kepada anak.
Dari fenomena diatas, dapat dianalisis sesuai dengan Teori Dialektika Relasional, dimana
dalam sebuah keluarga tentu memerlukan komunikasi antar anggota. Jika dalam sebuah
keluarga sudah jarang melakukan komunikasi atau hanya melakukan komunikasi seperlunya
saja, maka akan menimbulkan ketegangan antara impuls yang konstan hingga terjadi konflik
dalam hubungan keluarga. Terlebih lagi jika seorang anak sudah tidak hormat dan tidak
menghargai orang tuanya karena lebih mementingkan dunianya dalam gadget dan kehilangan
norma norma kesusilaan dan kesopanan. Terkadang anak-anak lebih canggih dalam
menggunakan gadget daripada orang tua. Anak-anak dapat secara intuitif (penalaran sendiri)
memahami dan menguasai seluk beluk teknologi dibanding orang tua. Melalui lingkungan
sekitar, anak-anak akan lebih cepat terpengaruh dan hal tersebut dapat merubah kehidupan
anak. Jika seorang anak sudah ketergantungan kepada gadget, orang lain dalam keluarga juga
akan terpengaruh. Jika hal tersebut sudah terjadi sangat parah, maka orang tua perlu
memberikan batasan kepada anak dalam penggunaan gadget. Selain itu, dalam sebuah
keluarga harus mengerti literasi digital saat ini agar tidak terpengaruh dan lebih bisa berpikir
kritis dalam menjalani hubungan keluarga. Peran orang tua dalam keluarga sangatlah perlu
ditekankan lagi demi terciptanya keluarga yang harmonis. Tidak hanya orang tua, namun
sebagai anak juga harus mengerti mana yang baik dan buruk. Sebuah keluarga dapat
melakukan berlibur bersama sebagai upaya untuk lebih merekatkan hubungan dan juga
menjaga komunikasi agar tetap baik sehingga tidak akan timbul konflik dalam keluarga.
Salah satu asumsi dalam Teori Dialektika Relasional yaitu hubungan tidak bersifat linear.
Yaitu di dalam sebuah hubungan terdapat fluktuasi yang ada antara keinginan-keinginan yang
kontradiktif. Jika kita kaitkan dengan fenomena diatas, dalam hubungan keluarga tentu ada
masalah mengenai perbedaan pendapat ataupun keinginan dari masing-masing anggota
keluarga. Dalam fenomena ini, dapat diibaratkan dengan perbedaan keinginan orang tua dan
anak yang kontradiktif. Dalam banyak kasus, banyak anak-anak yang terlalu larut dalam
memainkan gadget, berbalik dengan keinginan orang tua yaitu untuk berusaha mengurangi
penggunaan gadget pada anaknya. Perbedaan keinginan tersebut memicu terjadinya konflik
dan ketegangan di antara orang tua dan anak.
Asumsi lainnya adalah hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan. Dalam setiap
hubungan pasti bersifat dinamis. Jika dikaitkan dengan fenomena diatas, maka perubahan-
perubahan yang ada dalam hubungan keluarga dipengaruhi oleh konflik atau persoalan yang
ada, dalam hal ini perbedaan keinginan antara orang tua dan anak. Konflik ataupun
perdebatan yang terjadi akan mempengaruhi hubungan keluarga, dapat berupa baik ataupun
buruk.
Asumsi yang ketiga adalah kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup
berhubungan. Kontradiksi dan ketegangan merupakan suatu hal yang terus terjadi di dalam
suatu hubungan. Seperti yang sudah dijelaskan, konflik maupun perdebatan pasti terjadi
dalam sebuah hubungan keluarga dan tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Komunikasilah
yang mengatur ketegangan-ketegangan ini, komunikasi dapat dilakukan dengan negosiasi
yang dilakukan dengan keinginan anggota keluarga secara bergantian. Selain negosiasi,
komunikasi dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi, quality time keluarga, berlibur, dan
sebagainya
Asumsi yang terakhir dalam teori dialektika relasional yaitu komunikasi sangat penting
dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi dalam hubungan. Komunikasi disini
berfungsi sebagai pemberi jalan keluar dan menyelesaikan konflik dan ketegangan yang
terjadi dalam hubungan keluarga. Dengan adanya pola komunikasi yang sehat serta adanya
negosiasi, memungkinkan setiap anggota keluarga lebih terbuka dan mempercayai satu sama
lainnya. Dalam kasus ini, orang tua harus membuat batasan-batasan dan peraturan dengan
jelas. Jika komunikasi yang dilakukan sehat dan dikomunikasikan dengan jelas, maka besar
juga kemungkinan anak untuk mematuhi peraturan dan batasan-batasan yang telah dibuat.
Pengawasan orang tua dalam mengontrol gadget serta literasi digital anak dapat dilakukan
dengan dialog dan mediasi. Dialog dilakukan dengan percakapan dan diskusi antar anggota
keluarga untuk membicarakan aspek aspek mengganjal dan beberapa ketidakpuasan di antara
anggota keluarga. dialog dan mediasi dapat dilakukan jika anak terlihat melakukan hal hal
menyimpang, sudah melewati batas dan memicu konflik dalam keluarga. Orang tua
berwenang untuk mengontrol penggunaan gadget anak dengan memberikan beberapa sanksi
jika anak melewati batas atau sekarang orang tua dapat memantau akun google anak melalui
gadget sendiri, tanpa harus melihat gadget anak. Namun perlu diperhatikan bahwa sanksi
harus sesuai dan tidak berlebihan, sanksi berlebihan justru akan memperburuk keadaan dan
menciptakan persepsi dan image buruk anak terhadap kedua orang tuanya. Ada opsi lain
selain memberikan sanksi yaitu melakukan dialog interaktif yang mendengarkan segala
keluhan dan memahami kejadian apa yang terjadi dengan dialog tersebut. Tujuan
dilakukannya pengawasan dialog, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang disebabkan
oleh penggunaan gadget. Sedangkan mediasi dapat dilakukan dengan menasehati anak dan
juga mengedukasi apa saja batasan-batasan atau peraturan dalam penggunaan gadget yang
baik dan tepat. Mediasi orang tua memberinya pilihan untuk menentukan sikap mereka dalam
memantau penggunaan gadget pada anak. Selain itu mediasi harus mengedepankan aspek
fenomenologis yang mengutamakan hal mendengarkan pikiran dan kehendak anak,
menyamakan persepsi antara orang tua dan anak agar tidak tercipta miss komunikasi.
Sehingga diharapkan dialog yang sehat dan konstan dalam keluarga diharapkan dapat
mewadahi semua keluhan dan hambatan yang ada di dalam keluarga yang dapat
meminimalisir konflik dan ketegangan memuncak.
Selain mengawasi, kewajiban orang tua adalah untuk mengajari dan mendampingi anaknya
dalam memakai internet khususnya dalam literasi digital. Anak-anak harus dapat memahami
dan menavigasi teknologi yang digunakan sehingga mereka dapat menggunakannya dengan
aman dan efektif.Orang tua juga sepatutnya mengajarkan anak cara kerja internet dan
menggunakannya dengan benar untung keuntungan mereka, yaitu menemukan,
menggunakan, dan menciptakan informasi yang bermanfaat. Salah satu aspek terpenting
dalam literasi digital adalah bagaimana menemukan dan mengevaluasi informasi apakah
sumbernya dapat dipercaya atau tidak. Informasi yang ada tersebut benar atau mengandung
hoax atau berita bohong, atau apakah informasi tersebut dapat mengedukasi atau sebaliknya.
Penting bagi anak untuk mengetahui kebenaran informasi yang didapat. Tugas orang tua pada
kondisi ini adalah mendidik anak-anaknya dalam mengetahui kebenaran informasi yang ada
di internet serta memilah informasi yang cocok dan sesuai dengan usia sang anak. Konstan
melakukan dialog dengan anak yang membicarakan kondisi dan dinamika hubungan anak
dalam keluarga sehingga tercipta koordinasi dan keseimbangan di dalam suatu keluarga yang
dapat meminimalkan konflik dan kontradiksi.

2521

Anda mungkin juga menyukai